Upload
andreastheoyudapratama
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1. Bagaimana Perubahan Hormon Selama Kehamilan ?
Hormon Hormon Polipeptida Plasenta
a. Gonadotropin Korion Manusia
Penanda pertama diferensiasi trofoblas dan produk plasenta pertama yang
dapat terukur adalah gonadotropin korion (hCG). hCG adalah suatu glikoprotein yang
terdiri dari 237 asam amino. Pada minggu-minggu pertama kehamilan, kadar hCG
meningkat dua kali lipat setiap 1,7-2 hari, dan pengukuran serial akan memberikan
suatu indeks yang peka untuk fungsi trofoblas. Kadar hCG plasma ibu akan
memuncak sekitar 100.000 mIU/mL pada kehamilan sepuluh minggu dan kemudian
lahan-lahan menurun hingga 10.000 mIU/mL pada trimester ketiga.
b. Laktogen Plasenta Manusia
Hormon polipeptida plasenta kedua, yang juga homolog dengan suatu protein
hipofisis, disebut laktogen plasenta (hPL) atau somatomamotropin korion (hCS). PL
adalah suatu protein yang tersusun dari sekitar 190 asam amino di mana srtuktur
primer, sekunder dan tersier serupa dengan hormon pertumbuhan (GH) Produksi hPL
secara kasar sebanding dengan massa plasenta. Laju produksi sesungguhnya dapat
mencapai 1-1,5 g/hari dengan waktu paruhserum sekitar 15-30 menit.
Hormon Hormon Steroid Plasenta
c. Progesteron
Plasenta bergantung pada kolesterol ibu sebagai substratnya untuk produksi
progesteron. Kadar progesteron plasma ibu meningkat progresif selama kehamilan
dan tampaknya tidak tergantung pada faktor-faktor yang normalnya mengatur sintesis
dan sekresi steroid. Progesteron perlu untuk pemeliharaan kehamilan. Produksi
progesteron dari korpus luteum yang tidak mencukupi turut berperan dalam kegagalan
implantasi, dan defisiensi fase luteal telah dikaitkan dengan beberapa kasus infertilitas
dan keguguran berulang. Lebih jau,h progesteron juga berperanan dalam
mempertahankan keadaan miometrium yang relatif tenang. Progesteron juga dapat
berperan sebagai obat imunosupresif pada beberapa sistem dan menghambat
penolakan jaringan perantara sel T
d. Estrogen
Produksi estrogen oleh plasenta juga bergantung pada prekursor-prekursor dalam
sirkulasi, namun pada keadaan ini baik steroid janin taaupun ibu merupakan sumber-
sumber yang penting. Kebanyakan estrogen berasal dari androgen janin, terutama
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEA sulfat). DHEA sulfat janin terutama dihasilkan
oleh adrenal janin, kemudian diubah oleh sulfatase plasenta menjadi
dehidroepiandrosteron bebas (DHEA), dan selanjutnya melalui jalur-jalur enzimatik
yang lazim untuk jaringan-jaringan penghasil steroid, menjadi androstenedion dan
testosteron.
Kompartemen Maternal
Adaptasi Ibu Terhadap Kehamilan
Sebagai suatu "parasit" yang berhasil, unit janin-plasenta mampu memanipulasi
"pejamu" ibu untuk kepentingannya sendiri dan dapat menghindari terjadinya stres
yang berlebihan yang dapat mengganggu "pejamu", dan dengan itu mengganggu
"parasit" itu sendiri. Produksi polipeptida dan hormon-hormon steroid yang sangat
banyak oleh unit janin-plasenta secara langsung atau tidak langsung berakibat
adaptasi fisiologis dari hampir setiap sistem organ ibu.
Kelenjar Tiroid Ibu
Tiroid teraba membesar selama trimester pertama dan dapat didengarkan
adanya bruit. Bersihan iodida dari tiroid dan ambilan 131 I (secara klinis merupakan
kontra indikasi pada kehamilan) meningkat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar
disebabkan oleh meningkatnya bersihan iodida ginjal yang menyebabkan suatu
defisiensi iodium relatif. Sementara kadar tiroksin total dalam serum meningkat
akibat peningkatan globulin pengikat hormon tiroid (TBG), kadar tiroksin bebas dan
tri-iodotironin adalah normal.
Pankreas Ibu
Kebutuhan nutrisi janin memerlukan beberapa perubahan dari kontrol
homeostatik metabolik ibu, dengan akibat perubahan-perubahan baik struktural
maupun fungsional dari pankreas ibu. Ukuran pulau-pulau pankreas bertambah, dan
sel-sel penghasil insulin mengalami hiperplasia. Kadar insulin basal lebih rendah atau
tidak berubah pada awal kehamilan, namun meningkat pada trimester kedua.
Sesudahnya kehamilan merupakan keadaan hiperinsulinemik yang resisten terhadap
efek metabolik perifer dari insulin. Peningkatan kadar insulin telah dibuktikan sebagai
akibat dar i peningkatan sekresi dan buka n karena berkurangnya bersihan.
Korteks Adrenal Ibu
Kadar kortisol plasma meningkat hingga tiga kali kadar tidak-hamil saat menjelang
trimester ketiga. Peningkatan terutama akibat pertambahan globulin pengikat
kortikosteroid (CBG) hingga dua kali lipat. Peningkatan kadar estrogen pada
kehamilan adalah yang bertanggung jawab atas peningkatan CBG, yang pada
gilirannya mampu mengurangi katabolisme kortisol di hati. Akibatnya adalah
peningkatan waktu paruh kortisol plasma hingga dua kalinya. Produksi kortisol oleh
zona fasikulata juga meningkat pada kehamilan. Dampak akhir dari perubahan-
perubahan ini adalah peningkatan kadar kortisol bebas dalam plasma, menjadi dua
kali lipat pada kehamilan lanjut. Kortisol plasma yang tinggi berperan dalam
terjadinya resistensi insulin pada kehamilan dan juga terhadap timbulnya striae,
namun tanda-tanda hiperkortisolisme lainnya tidak ditemukan pada kehamilan.
Adalah mungkin bahwa kadar progesteron yang tinggi berperan sebagai
suatuantagonis glukokortikoid dan mencegah efek-efek kortisol ini
Sumber :
1. Anwar, Ruswana. Endokrinologi kehamilan dan persalinan. Bandung, 2005
Disampaikan pada pertemuan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi bagian
Obstetri dan Ginekologi RSHS/FKUP Bandung, tanggal 08 Mei 2005.
2. Sherwood L. Fisiologi dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2011.
Faktor Resiko Kehamilan diatas 35 Tahun ?
Usia ibu lebih dari 35 tahun
Risiko keguguran spontan meningkat dengan bertambahnya usia terutama setelah
usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia
lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau
abnormal.Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada,
indung telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin
lanjut usia wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya
kualitas sel telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom.
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu
faktor etiologi abortus. Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun
mengalami kehamilan yang sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Tetapi
beberapa penelitian menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada
kemungkinan terjadinya beberapa risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan.
Sumber :
1. Samsulhadi. Evaluasi standar pengobatan endometriosis dalam makalah
Simposium Endometriosis, KOGI XII, Yogyakarta, 4 – 9 Juli 2003.
2. Friedman, M. Marilyn. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta :
EGC. 1998.
3. Chard T: Proteins of the human placenta: some general concepts. p. 6. In
Grudzinskas JG, Teisner BL, Sepala M [eds.] Pregnancy Proteins: Biology,
Chemistry and Clinical Application. Academic Press, San Diego (CA), 1982.
Indikasi dan Kontraindikasi Kontrasepsi ?
Kontrasepsi pil
Indikasi
Indikasi penggunaan kontrasepsi pil adalah usia reproduksi, telah memiliki
anak, Ibu yang menyusui tapi tidak memberikan asi esklusif, ibu yang siklus
haid tidak teratur, riwayat kehamilan ektopik.
Kontra indikasi
Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil adalah ibu yang sedang hamil,
perdarahan yang tidak terdeteksi, diabetes berat dengan komplikasi, depresi
berat dan obesitas.
Kontrasepsi suntik
Indikasi
Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi, telah mempunyai anak,
ibu yang menyusui, ibu post partum, perokok, , nyeri haid yang hebat dan
ibu yang sering lupa menggunakan kontrasepsi pil.
Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil, perdarahan
yang belum jelas penyebabnya, menderita kanker payudara dan ibu yang
menderita diabetes militus disertai komplikasi.
Kontrasepsi susuk (implant)
Indikasi
Indikasi kontrasepsi implant adalah wanita usia subur, wanita yang ingin
kontrasepsi jangka panjang, ibu yang menyusui, pasca keguguran
Kontra indikasi
Kontra indikasi kontrasepsi implant adalah ibu yang hamil, perdarahan yang
tidak diketahui penyebabnya, adanya penyakit hati yang berat, obesitas dan
depresi.
IUD
Indikasi
Indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang menginginkan
kontrasepsi jangka panjang. Multigravida. Wanita yang mengalami kesulitan
menggunakan kontrasepsi lain.
Kontra Indikasi
Kontra indikasi pemakaian kontrasepsi IUD adalah wanita yang sedang
hamil. Wanita yang sedang menderita infeksi alat genitalia. Perdarahan
vagina yang tidak diketahui. Wanita yang tidak dapat menggunakan
kontrasepsi IUD. Wanita yang menderita PMS. Wanita yang pernah
menderita infeksi rahim. Wanita yang pernah mengalami pedarahan yang
hebat.
Tubektomi
Indikasi
Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah mempunyai anak, wanita
yang tidak menginginkan anak lagi.
Kontra indikasi
Kontra indikasi adalah ketidak setujuan terhadap operasi dari salah satu
pasangan, penyakit psikiatik, keadaan sakit yang dapat meningkatkan resiko
saat operasi.
Vasektomi
Indikasi
Indikasi vasektomi adalah pria usia subur, sudah mempunyai anak, tidak
menginginkan anak lagi.
Kontaindikasi
Kontra indikasi adalah ketidak mampuan fisik yang serius, masalah urologi,
tiadak didukung oleh pasangan.
Sumber :
1. Saifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN,
Depkes. 2003.
2. Glasier, Anna. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC.
2005.
3. Bruns, AA. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta :
Yayasan Essentia. 2000.
Proses perasalinan secara Pervaginam dan SC ?
Kala Persalinan Normal
Proses persalinan terdiri dari empat kala. Pada kala I pembukaan serviks
sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala II adalah kala pengeluaran janin
karena uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin
keluar hingga lahir. Kala III waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri. Kala IV
mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam.
Kala I (Kala pembukaan)
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar
(effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala
pembukaan dibagi atas dua fase, yaitu fase laten: dimana pembukaan serviks
berlangsung lambat sampai pembukaan 3cm berlangsung dalam 7-8 jam dan
fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas subfase yaitu periode
akselerasi yang berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4cm, periode dilatasi
maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9cm,
periode deselerasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10cm atau lengkap.
Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat dan lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu
seperti rasa mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his
kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan
his mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan
janin.
Kala III.
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba
keras dengan fundus uteri setinggi pusar, dan berisi plasenta yang menjadi
tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong
ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau denagn sedikit dorongan dari atas
simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit
setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
kirakira 100-200 cc.
Kala IV.
Kala empat adalah kala pengawasan selam satu jam setelah bayi dan
uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
postpartum. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV meliputi tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda - tanda vital ; tekanan darah, nadi, dan
pernafasan, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap
masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
Sumber :
1. Achmad. (2008). Asuhan kebidanan Ibu hamil. Jakarta : EGC.
2. Bandiyah, S. (2009). Kehamilan persalinan dan gangguan kehamilan. : Nuha
Medika.
3. Manuaba, I.B.G. (2001). Konsep obstetri dan ginekologi Indonesia. Jakarta :
EGC.
Persalinan sectio caesaria ( SC )
Merupakan proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen
(laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(William, 2001) Istilah sectio
caesaria berasal dari perkataan Latin caederayang artinya memotong. Pengertian
ini semula dijumpai dalam Roman Law (Lex Regia) dan Emperor’s Law
(Lex Caesarea) yaitu undang – undang yang menghendaki supaya janin dalam
kandungan ibu – ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim.