Upload
anatrialarissa
View
218
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nfkdjskskldmfklhjddjwkdkdlfmdfndj
Citation preview
PERTANYAAN DISKUSI
1. Filariasis
- Definisi 3, 8
- Klasifikasi 1, 6
- Etiologi 5, 2
- Epidemiologi di Kalbar 7, 4
- Cara penularan 9, 8
Rantai Penularan Filariasis
Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu 4
1. Sumber penularan, yakni manusia atau hospes reservoir yang
mengandung mikrofilaria dalam darahnya.
2. Vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis.
3. Manusia yang rentan terhadap filariasis.
Seseorang dapat tertular filariasis, apabila orang tersebut
mendapat gigitan nyamuk infektif, yaitu nyamuk yang mengandung
larva infektif (larva stadium 3 = L3). Pada saat nyamuk infektif
menggiggit manusia, maka larva L3 akan keluar dari probosis dan
tinggal di kulit sekitar lubang tusukan nyamuk. Pada saat nyamuk
menarik probosisnya, larva L3 akan masuk melalui luka bekas gigitan
nyamuk dan bergerak menuju ke sistem limfe. Berbeda dengan
penularan pada malaria dan demam berdarah, seseorang dapat
terinfeksi filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk
infektif ribuan kali, sedangkan pada penularan malaria dan demam
berdarah seseorang akan sakit dengan sekali gigitan nyamuk yang
infektif. 4
Di samping sulit terjadinya penularan dari nyamuk ke manusia,
sebenarnya kemampuan nyamuk untuk mendapatkan mikrofilaria saat
menghisap darah yang mengandung mikrofilaria juga sangat terbatas,
nyamuk yang menghisap mikrofilaria terlalu banyak dapat mengalami
kematian, tetapi jika mikrofilaria yang terhisap terlalu sedikit dapat
memperkecil jumlah mikrofilaria stadium larva L3 yang akan
ditularkan.
Kepadatan vektor, suhu dan kelembaban sangat berpengaruh
terhadap penularan filariasis. Suhu dan kelembaban berpengaruh
terhadap umur nyamuk, sehingga mikrofilaria yang telah ada dalam
tubuh nyamuk tidak cukup waktunya untuk tumbuh menjadi larva
infektif L3 (masa inkubasi ekstrinsik dari parasit). Masa inkubasi
ekstrinsik untuk W. bancrofti antara 10-14 hari, sedangkan B. malayi
dan B. timori antara 8-10 hari. Periodisitas mikrofilaria dan perilaku
menggigit nyamuk berpengaruh terhadap risiko penularan. Mikrofilaria
yang bersifat periodik nokturna (mikrofilaria hanya terdapat di dalam
darah tepi pada waktu malam) memiliki vektor yang aktif mencari
darah pada waktu malam, sehingga penularan juga terjadi pada
malam hari. Di daerah dengan mikrofilaria sub periodik nokturna dan
non periodik, penularan terjadi siang dan malam hari. Khusus untuk B.
malayi tipe sub periodik dan non periodik nyamuk Mansonia menggigit
manusia atau kucing, kera yang mengandung mikrofilaria dalam darah
tepi, maka mikrofilaria masuk kedalam lambung nyamuk menjadi larva
infektif
Di samping faktor-faktor tersebut, mobilitas penduduk dari
daerah endemis filariasis ke daerah lain atau sebaliknya, berpotensi
menjadi media terjadinya penyebaran filariasis antar daerah.4
Skema rantai penularan filariasis adalah sebagai berikut : 27
Dapus : 4. Depkes RI, Epidemiologi Filariasis, Ditjen PP & PL, Jakarta, 2006.
27. Http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=32 F I L A R I A S I S
diakses tanggal 16 September 2015.
- Pola penyebaran 2, 5
- Patofisiologi 4, 3
- Manifestasi klinis 6, 1
- Diagnosis 8, 7
- Tatalaksana 1, 9
Perawatan umum :
- Istirahat di tempat tidur, pindah tempat ke daerah dingin akan mengurangi
derajat serangan akut.
- Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan abses
- Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.
Pengobatan Spesifik
Penggunaan obat antifilarial pada penangan limfadenitis akut dan limfangitis
masih kontroversial. Tidak ada penelitian lebih lanjut yang menunjukkan
pemberian dietilkarbamazin (DEC), suatu derivat piperazin. Dietilkarbamazin
(Hetrazan, Banoside, Notezine, Filarizan) dapat berguna untuk terapi
limfangitis akut. Dietilkarbamazin dapat diberikan pada mikrofilaremik yang
asimptomatik untuk mengurangi jumlah parasit di dalam darah. Obat ini juga
dapat membunuh cacing dewasa. Dosis pemberian dietilkarbamazin
ditingkatkan secara bertahap.
Anak-anak :
- 1 mg/KgBB P.O. dosis tunggal untuk hari I
- 1 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari II
- 1-2 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari III - 6 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari
IV-XIV
Dewasa :
- 50 mg P.O. dosis tunggal hari I
- 50 mg P.O. 3x/hari pada hari II
- 100mg P.O. 3x/hari pada hari III
- 6 mg/KgBB P.O. 3x/hari pada hari IV-XIV
Pada penderita yang tidak ditemukan mikrofilaria di dalam darah
diberikan dosis 6 mg/KgBB 3x/hari langsung pada hari I. Wuchereria
bancrofti lebih sensitif daripada Brugia malayi pada pemberian terapi
dietilkarbamazin. Efek samping seperti demam, nyeri kepala, mialgia,
muntah, lemah dan asma, biasanya disebabkan oleh karena destruksi
mikrofilaria dan kadang-kadang oleh cacing dewasa, terutama pada infeksi
berat. Gejala ini berkembang dalam 2 hari pertama, kadang – kadang dalam
12 jam setelah pemberian obat dan bertahan 3 – 4 hari. Pernah dilaporkan
terjadinya abses di scrotum dan sela paha setelah pengobatan, diperkirakan
sebagai reaksi matinya cacing. Dietilkarbamaasin tidak dianjurkan pada
perempuan hamil.
Obat lain yang juga aktif terhadap mikrofilaria adalah ivermectin
( Mectizan ) dan albendazol. Ivermectin hanya membunuh mikrofilaria, tetapi
dapat di berikan dengan dosis tunggal 400 mg / kgBB. Bila ivermectin dosis
tunggal digabung dengan DEC, menyebabkan hilangnya mikrofilaria lebih
cepat. Akhir – akhir ini diketahui bahwa albendazol 400 mg dosis tunggal
lebih efektif daripada ivermectin.
Dapat juga diberikan Furapyrimidone yang mempunyai efek yang sama
dengan DEC dalam hal mikrofilarisidal. Dosis yang dianjurkan untuk Brugia
malayi adlah 15-20 mg/kgBB/hari selama 6 hari. Sedangkan untuk
Wuchereria banrofti 20 mg/kgBB/hari selama 7 hari. Efek samping ringan
hanya berupa iritasi gastrointestinal dan panas.
Pengobatan Pembedahan
Pembedahan untuk melenyapkan elephantiasis skrotum, vulva dan mammae
mudah dilakukan dengan hasil yang memuaskan. Perbaikan tungkai yang
membesar dengan anastomosis antara saluran limfe yang letaknya dalam
dengan yang perifer tidak terlalu memuaskan.
Dapus : Herdiman T. Pohan. Filariasis dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi III.
2004. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 525-529
- Pencegahan 3, 8
- Komplikasi 5, 2
- Prognosis 7, 4
- Edukasi (efek samping obat) 9, 6
2. Bagaimana program pemerintah dalam penanggulangan kasus filariasis di kalbar? 2,
7
3. Jelaskan mengenai vektor filariasis! 4, 9, 8
Vektor Filariasis
Di Indonesia hingga saat ini telah teridentifikasi 23 spesies
nyamukdari 5 genus, yaitu : Mansonia (Ma. uniformis, Ma. indiana, Ma.
dives, Ma.bonneae, Ma. annulifera, Ma. annulata, Ma. dives, Ma.
nigerimus), Anopheles (An. nigerimus, An. subpictus, An. barbirostris,
An. aconitus, An. vagus, An. dives, An. maculatus, An. farauti, An.
koliensis, An. punctulatus, An. bancrofti), Culex (Cx. quinquefasciatus,
Cx. annulirostris, Cx. whitmorei, Cx.bitaeniorhynchus), Aedes (Ae.
subaltabus) dan Armigeres yang menjadi vektor filariasis.4 Sepuluh
nyamuk Anopheles diidentifikasi sebagai vektor W. bancrofti tipe
pedesaan. Cx. quinquefasciatus merupakan vektor W. bancrofti tipe
perkotaan. Enam spesies Mansonia merupakan vektor B. malayi. Di
Indonesia bagian timur, Mansonia dan An. barbirostris merupakan
vector filariasis yang penting. Beberapa spesies Mansonia dapat
menjadi vektor B. malayi tipe sub periodik nokturna. An. barbirostris
merupakan vektor penting terhadap B. timori yang terdapat di Nusa
Tenggara Timur dan Kepulauan
Maluku Selatan.4
Perlu kiranya mengetahui bionomik (tata hidup) vektor yang mencakup
tempat berkembangbiak, perilaku menggigit, dan tempat istirahat untuk dapat
melaksanakan pemberantasan vektor filariasis. Tempat perindukan nyamuk
berbedabeda tergantung jenisnya. Umumnya nyamuk beristirahat di tempat-tempat
teduh, seperti semak-semak sekitar tempat perindukan dan di dalam rumah pada
tempattempat yang gelap. Sifat nyamuk dalam memilih jenis mangsanya berbeda-
beda, ada yang hanya suka darah manusia (antrofilik), darah hewan (zoofilik), dan
darah keduanya (zooantrofilik). Terdapat perbedaan waktu dalam mencari
mangsanya, ada yang di dalam rumah (endofagik) dan ada yang di luar rumah
(eksofagik). Perilaku nyamuk tersebut berpengaruh terhadap distribusi kasus
filariasis. Setiap daerah mempunyai spesies nyamuk yang berbeda-beda.4
Pada umumnya nyamuk beristirahat pada tempat-tempat teduh, seperti di
semak-semak di sekitar tempat perindukan dan di dalam rumah pada tempat-tempat
yang gelap. Perilaku nyamuk sebagai vektor filariasis sangat menentukan distribusi
filariasis. Setiap daerah endemis filariasis umumnya mempunyai spesies nyamuk
berbeda yang dapat menjadi vektor utama dan spesies nyamuk lainnya hanya bersifat
vektor potensial. Secara umum, filariasis adalah ditular melalui vektor nyamuk yang
menggigit tubuh badan kita.
Dapus : 4. Depkes RI, Epidemiologi Filariasis, Ditjen PP & PL, Jakarta,
2006.
4. Jelaskan morfologi dan siklus hidup W. bancrofti, B. malayi, dan B. timori! 6, 1, 7
5. Mengapa bisa terjadi pembesaran pada kaki Tn. Rambon? 8, 3
6. Mengapa bisa terjadi pembesaran pada buah zakar dan payudara? 9, 5 *aku ga
dapet saa *
7. Mengapa pada kasus tersebut terjadi perbedaan lokasi pembesaran? 1, 4
8. Hubungan antara pekerjaan Tn. Rambon dan keluhan yang dialami 3, 8
9. Mengapa pada kaki Tn. Rambon mengalami pembesaran tanpa disertai nyeri? 7, 6
10. Apa saja kemungkinan diagnosis pada keluhan utama Tn. Rambon? 5, 1
11. Daerah Kalbar yang sudah melaksanakan penyebaran masal filariasis 2, 7
1. BANG GAPAR
2. BANG DIRGA
3. ADIT
4. RINA
5. CINDY
6. HENDRI
7. DWIKA
8. ELSA
9. ANET