Upload
bambang6274
View
169
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
RIWAYAT HIDUPIDENTITAS DIRI: JAKA RISDIYANTO, SH KLATEN, 6 FEBRUARI 1974 ALUMNUS FAKULTAS HUKUM UNIV NEGERI SEBELAS MARET SURAKARTA (LULUS 1999) STATUS MENIKAH
PENGALAMAN PEKERJAAN: DEPARTEMEN KEHUTANAN JAKARTA (1999-2000) DINAS KEHUTANAN PROP KALSEL (2000-2001) BKD PROP KALSEL (2001-2003) BKD KAB MAGETAN (2003-2005) BAGIAN HUKUM SETDAKAB. MAGETAN (2005 S/D SEKARANG)
APAKAH TUJUAN KITA MENGATUR ??
Mewujudkan Keadilan Mewujudkan Kepastian Hukum Mewujudkan Ketentraman dan
Ketertiban Mewujudkan Kemanfaatan Sosial
FUNGSI PENGATURAN
Sebagai Kontrol Sosial Sebagai Rekayasa Sosial Sebagai Mekanisme Integrasi Sebagai Pemberdayaan Sosial
R. Soeroso, SH
Definisi hukum secara umum : himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.
J.C.T. Simorangkir, SH dan Woerjono Sastropranoto, SH
Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran-pelanggaran yang dikenai tindakan-tindakan hukum tertentu.
E. Utrecht
Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup - perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah/penguasa itu.
Unsur-unsur yang terkandung dalam definisi hukum
1. peraturan dibuat oleh yang berwenang
2. tujuannya mengatur tata tertib kehidupan masyarakat
3. mempunyai ciri memerintah dan melarang
4. bersifat memaksa dan ditaati
Sebab hukum ditaati orang (Utrech) Karena orang merasakan bahwa peraturan dirasakan
sebagai hukum. Mereka benar berkepentingan akan berlakunya peraturan tersebut.
Karena orang harus menerimanya supaya ada rasa ketentraman. Penerimaan rasional itu sebagai akibat adanya sanksi-sanksi hukum supaya tidak mendapatkan kesukaran, orang memilih untuk taat saja pada peraturan hukum karena melanggar hukum mendapat sanksi hukum.
Karena masyarakat menghendakinya. Dalam kenyataannya banyak orang yang tidak menanyakan apakah sesuatu menjadi hukum/belum. Mereka tidak menghiraukan dan baru merasakan dan memikirkan apabila telah melanggar hingga merasakan akibat pelanggaran tersebut. Mereka baru merasakan adanya hukum apabila luas kepentingannya dibatasi oleh peraturan hukum yang ada.
Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Orang merasakan malu atau khawatir dituduh sebagai orang yang asosial apabila orang melanggar suatu kaidah sosial/hukum
TUJUAN HUKUM
mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil (Apeldoorn)
mengabdi tujuan negara yang intinya mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya (Prof R. Subekti)
Asas Asas Hukum
Lex Superiori Derogat Lex Inferiori
Peraturan dengan derajat lebih tinggi mengalahkan peraturan dengan derajat lebih rendah
Lex Posteriori derogat Lex Priori
Peraturan yang baru mengalahkan peraturan yang lama / lebih dahulu
Lex Specialis derogat lex Generali
Peraturan yang khusus mengalahkan peraturan yang umum
NORMA HUKUMMEMUAT SUATU PENILAIAN MENGENAI PERBUATAN TERTENTU:
NORMA HUKUM TAMPAK DLM. BENTUK : PERINTAH (SURUHAN); LARANGAN; KEBOLEHAN.
TIGA HAL TERSEBUT DAPAT UNTUK MEMASTIKAN ADANYA SUATU NORMA HUKUM ATAU TIDAK. JADI, TIDAK SEMUA PERATURAN HUKUM ITU NORMA HUKUM.
Jenis-Jenis Produk Hukum: (Sesuai UU No 10 Tahun 2004)
UUD 1945 Undang – Undang / Perpu Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Peraturan daerah
Produk Hukum Daerah :(Psl 2 Permendagri 15/2005)
Bersifat Pengaturan: Peraturan Daerah Peraturan Kepala Daerah Peraturan Bersama Kepala Daerah
Bersifat Penetapan : Keputusan Kepala Daerah Instruksi Kepala Daerah
PENGATURAN/REGELING
Materi yang diatur berlaku umum Bersifat mengatur Produk hukumnya berupa
Peraturan
PENETAPAN/BESCHIKING
Materi : konkrit, individual, final Bersifat menetapkan Produk hukumnya berupa
Keputusan
KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan maupun untuk tidak dikerjakan
Kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat pemerintah
Kebijakan Publik
Diarahkan untuk menciptakan lingkungan sesuai dengan yang diharapkan
Diarahkan agar mampu membangun daya saing masyarakat
Perlu dihindarkan kebijakan publik yang mendorong timbulnya ketergantungan masyarakat kepada pemerintah
RANCANGAN PERDA
Raperda berasal dari Bupati/Walikota Raperda berasal dari DPRD
CATATAN: Apabila dalam satu masa sidang terdapat
Raperda berasal dari DPRD dan Bupati, maka yg dibahas adalah Raperda yang berasal dari DPRD. Raperda Bupati digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan (Pasal 140 UU 32 tahun 2004)
PENGAWASAN PEMERINTAH
Pengawasan Preventif Pengawasan Represif
Contoh Pengawasan Represif1. Kepmendagri nomor 4 tahun 2004 tentang Pembatalan
Perda Kab Serang nomor 2 tahun 2003 tentang Retribusi Kegiatan Usaha Perikanan dan Kelautan
2. Kepmendagri nomor 43 tahun 2004 tentang Pembatalan Perda Kab Serang nomor 11 tahun 2003 tentang Retribusi Perpanjangan izin Penggunaan Tenaga Kerja Asing
3. Kepmendagri nomor 128 tahun 2004 tentang Pembatalan Perda Kab Serang nomor 7 tahun 2001 tentang Retribusi Kayu
4. Kepmendagri nomor 129 tahun 2004 tentang Pembatalan Perda Kab Serang nomor 8 tahun 2001 tentang Retribusi Pemeriksan Hewan Ternak, Hasil ternak dan Hasil Ikutannya.
PENGAWASAN PREVENTIF
Dilaksanakan berjenjang sesuai susunan pemerintahan
Pengawasan terhadap rancangan:
1. Perda APBD
2. Perubahan APBD
3. Pajak Daerah
4. Retribusi Daerah
5. Pinjaman Daerah
6. Rencana Umum Tata Ruang
PENETAPAN RAPERDA Raperda yang sudah disetujui bersama
disampaikan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai Perda paling lama 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama
Raperda ditetapkan Bupati paling lama 30 hari sejak disetujui bersama
Apabila dalam jangka waktu 30 hari Bupati tidak menetapkan Raperda tsb, Raperda tsb berlaku sah sebagai Perda.
PENGUNDANGAN PERDA DAN PERATURAN KDH
Perda diundangkan dalam Lembaran Daerah
Peraturan KDH diundangkan dalam Berita Daerah
Pengundangan dilakukan oleh SEKDA
PEMBATALAN PERDA
Perda yang bertentangan dengan Kepentingan Umum atau Peraturan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah
Keputusan pembatalan Perda disampaikan paling lama 60 hari sejak diterimanya Perda
Paling lama 7 hari setelah Pembatalan Perda, KDH memberhentikan pelaksanaan perda dan bersama DPRD mencabut Perda.
PERLAWANAN TERHADAP PEMBATALAN PERDA
Daerah dapat mengajukan keberatan pembatalan Perda kepada Mahkamah Agung.
Apabila keberatan tsb dikabulkan oleh MA, putusan MA menyatakan bahwa Peraturan Presiden/Kepmen pembatalan perda tidak mempunyai kekuatan hukum