View
195
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
disampaikan oleh Doddy Slamet Riyadi (Kemenko Perekonomian) pada FGD Identifikasi Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang Serta Upaya Penyelesaian dalam rangka Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Kawasan Ekonomi di IndonesiaMedan, 11 September 2014
Citation preview
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
“IDENTIFIKASI SENGKETA DAN KONFLIK PEMANFAATAN RUANG SERTA UPAYA
PENYELESAIAN DALAM RANGKA PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
DAN KAWASAN EKONOMI”
Medan, 11 September 2014
FOCUS GROUP DISCUSSION
1. Melakukan pemetaan potensi sengketa dan konflik pemanfaatan ruang;
2. Merumuskan konsep rekomendasi dan langkah-langkah terkait penyelesaian sengketa dan konflik pemanfaatan ruang, pembebasan lahan, dan perijinan yang diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan kawasan ekonomi dan infrastruktur di Indonesia.
1. Mengklasifikasikan potensi konflik pemanfaatan ruang melalui analisis tumpang-tindih (overlay) antara peta RTRW Provinsi dengan peta kawasan hutan, ijin pengusahaan hutan, status tanah, ijin pertambangan, dan sebagainya;
2. Tersusunnya draft SOP Penyelesaian Sengketa dan Konflik Pemanfaatan Ruang.
KEPPRES NO. 4 TAHUN 2009 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL (BKPRN)
Ketua : Menko Perekonomian Wakil Ketua I : Menteri Pekerjaan Umum Wakil Ketua II : Menteri Dalam Negeri Sekretaris : Menteri PPN/Kepala Bappenas Anggota : 1. Menteri Pertahanan 2. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 3. Menteri Perindustrian 4. Menteri Pertanian 5. Menteri Kehutanan
Ketua : Menteri Pekerjaan Umum Wakil Ketua I : Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Perekonomian Wakil Ketua II : Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas Wakil Ketua III : Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri Sekretaris : Direktur Jenderal Penataan Ruang, Departemen Pekerjaan Umum Anggota : 1. Dirjen Pemerintahan Umum, Depdagri;
2. Dirjen Strategi Pertahanan, Dep. Pertahanan; 3. Kepala Badan Geologi, Dep. ESDM; 4. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,
Departemen Perindustrian; 5. Dirjen Pengelolaan Lahan dan Air, Dep. Pertanian; 6. Dirjen Pengelolaan Hutan dan Konservasi Alam, Dep.
Kehutanan; 7. Dirjen Planologi Kehutanan, Dep. Kehutanan;
8. Sekretaris Jenderal Departemen Perhubungan; 9. Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, DKP; 10. Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, Dep.
Luar Negeri; 11. Deputi Bidang Tata Lingkungan, KLH; 12. Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan, BPN; 13. Deputi Bidang Hukum, Sekretariat Kabinet; 14. Deputi Bidang Pemetaan Dasar, Bakosurtanal; 15. Deputi Bidang Penginderaan Jauh, LAPAN.
6. Menteri Perhubungan 7. Menteri Kelautan dan Perikanan 8. Menteri Negara Lingkungan Hidup 9. Kepala Badan Pertanahan Nasional 10. Wakil Sekretaris Kabinet
Tim Pelaksana
1. Penyiapan kebijakan penataan ruang nasional; 2. Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional secara terpadu sebagai dasar bagi kebijakan
pengembangan tata ruang wilayah nasional dan kawasan yang dijabarkan dalam program pembangunan sektor dan program pembangunan di daerah;
3. Penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang, baik di tingkat nasional maupun daerah, dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;
4. Penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang, termasuk standar, prosedur, dan kriteria;
5. Pemaduserasian berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan penataan ruang;
6. Pemaduserasian penatagunaan tanah dan penatagunaan sumber daya alam lainnya dengan Rencana Tata Ruang;
7. Pemantauan pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan pemanfaatkan hasil pemantauan tersebut untuk penyempurnaan Rencana Tata Ruang;
8. Penyelenggaraan, pembinaan, dan penentuan prioritas pelaksanaan penataan ruang kawasan-kawasan strategis nasional dalam rangka pengembangan wilayah;
9. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional; 10. Pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antarprovinsi; 11. Kerja sama penataan ruang antarnegara; 12. Penyebarluasan informasi bidang penataan ruang dan yang terkait; 13. Sinkronisasi Rencana Umum dan Rencana Rinci Tata Ruang Daerah dengan peraturan perundang-
undangan, termasuk dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana rincinya; dan 14. Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan
penataan ruang.
TUGAS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL (BKPRN) (Pasal 3, KEPPRES NO. 4 TAHUN 2009)
PEMBENTUKAN POKJA (KELOMPOK KERJA) IV BKPRN
BIDANG KOORDINASI PENYELESAIAN KONFLIK DAN SENGKETA PEMANFAATAN RUANG
Dasar Hukum :
Kepmen PU Selaku Ketua Tim Pelaksana BKPRN No. 339 Tahun 2010 sebagaimana diubah melalui Kepmen No. 275 Tahun 2011
Tugas & Tanggung Jawab :
Bertugas membantu Tim Pelaksana dalam koordinasi penyelesaian snegketa dan konflik penataan ruang
Ketua merangkap anggota : Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Wakil Ketua merangkap anggota : Deputi Bidang Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup Sekretaris merangkap anggota : Asdep Urusan Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah Anggota : Kementerian PU, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kehutanan, Kementerian ESDM, Kementerian Pertanian, Sekretariat Kabinet, BPN, BIG dan LAPAN.
Keanggotaan :
1. Selama ini, BKPRN telah menerima dan menangani beberapa Konflik Pemanfaatan Ruang;
2. Belum ada SOP terkait Penyelesaian Konflik Pemanfaatan Ruang, sehingga penanganan Konflik Pemanfaatan ruang belum memiliki pandauan yang baku. Beberapa contoh Konflik pemanfaatan ruang yang ada:
NO. LOKASI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
2009
1 Kecamatan Tambun, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat
Permohonan Rekomendasi Teknis Tata Ruang terhadap Rencana Pengembangan Kegiatan Pertamina EP Region di Tambun-Bekasi.
Dikeluarkannya rekomendasi Tim Teknis BKPRN dengan ketentuan:
2010
2 Pondok Makmur, Kab.Bekasi (B1, B4 & B5)
Pengembangan lapangan Pondok Makmur (PDM)
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Perlu disusun RDTR kws Strategis kabupaten • Fasilitas produksi tidak diperkenankan di Zona B5
3 Desa Pasir Nangka, Tigaraksa, Kab.tangerang
Pembangunan Kawasan Industri Pemintalan Benang
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Tidak mengurangi Areal produktifitas pertanian • Rencana Pembangunan ditetapkan dalam RDTR
4 Citereup, Kab.Bogor (B3)
Rencana Pembangunan Indonesian Peace and Security Center (IPSC);
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • KDB 5-8% • Dilakukan AMDAL • Penetapan sebagai kawasan strategis nasional Pertahanan
dan Keamanan.
5 Pantura, Kabupaten Tangerang (P2 dan P5)
Penyelenggaraan Reklamasi Laut dan Pembangunan Terminal Pelabuhan Tangerang International City
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Pembangunan di P2 dengan Koefisien Zona Terbangun
paling tinggi 40%, dan di P5 dengen 45% • Pengaturan rinci dituangkan dengan RDTR dan Peraturan
Zonasi
PENANGANAN KONFLIK PEMANFAATAN RUANG 2009-2013
NO. LOKASI PERMASALAHAN Tindak Lanjut
2010
6 Kec. Mauk, Kab. Tangerang (B2, B4, B5, B6)
Rencana Pembangunan Kawasan Perumahan dan Pariwisata Terpadu serta Pembangunan Usaha Property
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : •Didahului dengan KLHS dan AMDAL •Rencana Pembangunan harus diakomodasi dalam RTRW Kabupaten Tangerang
2011
7 Ciloto, Kab.Cianjur (N1)
Rencana pembangunan Disaster Recovery Centre (DRC) dan Pusat Arsip PPATK
• Dikeluarkan rekomendasi BKPRN oleh Kemenko Perekonomian untuk dilakukan penerbitan ijin bangunan
• Usulan Kepala PPATK untuk merevisi Perpres 54 tahun 2008 dengan klausul “pengecualian bagi obyek vital pemerintah”
2012
8 Tiga Raksa dan Balaraja, Kab.Tangerang (B2 & B3)
Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan, Komersil dan Industri
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : •Diperlukan kajian daya dukung lingungan •terdapat sarana dan prasarana pengolahan limbah terpadu
9 Kec.Kosambi, Kab.tangerang (B6 & P5)
Rencana Pembangunan Kawasan Perumahan Terpadu dan Pariwisata
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : •rencana pembangunan memperhitungkan KKOP •didahului dengan kajian lingkungan
10 Desa Kohod, Pakuhaji, Kab.Tangerang (B6)
Pembangunan kawasan perumahan dan Komersil
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : •Dilakukan rekayasa teknis dengan KZB paling tinggi 50% •Lokasi tidak bertabrakan dengan kawasan hutan, pertanian irigasi teknis •Diintegrasikan dengan RDTR
PENANGANAN KONFLIK PEMANFAATAN RUANG 2009-2013
NO. LOKASI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
2012
11 Tiga Raksa dan Balaraja, Kab.Tangerang
Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan, Komersil dan Industri
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Diperlukan kajian daya dukung lingungan • terdapat sarana dan prasarana pengolahan limbah terpadu
12 Kabupaten Batang, Jawa Tengah
Rencana Pembangunan PLTU di Kabupaten Batang yang berbatasan dengan Taman Wisata Alam Laut Daerah Ujungnegoro-Roban.
Dikeluarkan rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Pembangunann dikawasan Laut perlu memperhatikan
TWALD yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan. • Rencana pembangunan segera diakomodasi dalam rencana
Detail Tata Ruang, dan Peraturan zonasi laut.
13 Kab. Kebumen, Jawa Tengah
Konflik pemanfaatan Ruang dalam RTRW Kabupaten Kebumen
• Rencana lokasi pertahanan dan keamanan dimasukkan dalam level kecamatan, dan tanpa menyebutkan luas wilayah.
• Penetapan RTRW tidak mempengaruhi status hukum atas tanah.
14 Kel. Jimbaran, Kab. Badung, Bali
Rencana pembangunan Bali International Park (BIP).
• Lokasi BIP sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang dalam Perpres 45 tahun 2011.
• Izin lokasi dapat diberikan oleh Pemda Badung.
2013
15 Desa Tajur, Kec.Citereup, Kab.Bogor
Rencana Pembangunan Perumahan non Dinas Prajurit TNI AD
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Intesitas KDB tidak lebih dari 20% • Lokasi tidak bertabrakan dengan kawasan hutan, pertanian
irigasi teknis • Diintegrasikan dengan RDTR
PENANGANAN KONFLIK PEMANFAATAN RUANG 2009-2013
NO. LOKASI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
2013
16 Desa Hambalang, Kec. Citeureup, Kab. Bogor
Pembangunan Sekolah Tinggi Kepemerintahan dan Kebijakan Publik (STKKP) Indonesia Cerdas Unggul
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Intensitas lahan terbangun pada lokasi diterapkan KDB
antara 5% - 8% • Wajib dilakukan AMDAL serta kajian geologi teknik terkait
dengan desain struktur bangunan dan infrastruktur jalan yang tahan longsor atau tidak memicu gerakan tanah
• Diintegrasikan dengan RDTR
17 Desa Tobat Kec. Balaraja. Kab. Tangerang, Banten
Rencana Pembangunan Kawasan Industri di Zona B2
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : Perlu memperhatikan Perda No. 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kab. Tangerang (kawasan tambak dan pemukiman berkepadatan sedang) dan kondisi penggunaan lahan saat ini
18 Desa Sukawali, Kec. Paku Haji, Kab.Tangerang, Banten
Rencana Pembangunan Perumahan Terpadu di Zona B2
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • pemanfaatan ruangnya dilaksanakan melalui rekayasa
teknis dan KZB paling tinggi 50%) • diintegrasikan dalam RDTR dan Peraturan Zonasi • kajian lingkungan komprehensif sesuai dengan PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
19 Desa Benda, Kec. Sukamulya, Kab. Tangerang, Banten
Rencana Pembangunan Penggemukan Ternak Sapi dan Rumah Potong Hewan di Zona B5
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan ketentuan : • Kawasan pertanian lahan basah beririgasi teknis dilarang
dialihfungsikan • Perlu memperhatikan ketentuan terkait kawasan
pertanian di Kab. Tangerang dan kondisi penggunaan lahan saat ini (dekat sungai).
• diintegrasikan dalam RDTR dan didahului dengan kajian lingkungan komprehensif.
PENANGANAN KONFLIK PEMANFAATAN RUANG 2009-2013
NO. LOKASI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
2013
20 Pulosari (Alas Kethu) di Kab Wonogiri
Pengembangan Kawasan Industri (Sritex) di Wonogiri
Usulan alternatif solusi Tim Teknis BKPRN: • memanfaatkan kawasan industri yang sudah ada (Kec.
Wonogiri, Selogiri, Wuryantoro, Tirtomoyo, Eromoko, Ngadirojo)
• Revisi Perda No. 9 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Wonogiri, bersamaan dengan penyelesaian proses tukar-menukar kawasan hutan dan penyusunan RDTR
21 Desa Diriwoyo, Kab Wonogiri
Pengembangan Pabrik Semen Girimoyo di Wonogiri
Rekomendasi BKPRN (Surat Dirjen Penataan Ruang – PU) dengan langkah-langkah solusi: • Rencana pembangunan pabrik semen dapat dilakukan
karena sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Wonogiri
• Rencana kegiatan penambangan (penetapan lokasi rencana pabrik semen) menunggu penetapan “Kawasan Lindung Bentang Alam Karst” melalui Kepmen ESDM dan diakomodir dalam RDTRK.
22 Provinsi Kepri (Batam, Bintan, Karimun)
Ketidakpastian pelaksanaan investasi di Kepri (khususnya Batam) terkait SK Menhut 463/Menhut II/2013
Belum dikeluarkan rekomendasi BKPRN , dengan kodisi terkahir: • Adanya keputusan sela PTUN Kepri untuk menunda
pelaksanaan Keputusan Menhut SK 463/Menhut II/2013 • Usulan Kemenhut dengan penyelesaian melalui tata batas
kawasan hutan Kepri.
PENANGANAN KONFLIK PEMANFAATAN RUANG 2009-2013
NO. LOKASI PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
2013
23 Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Bali
Rencana Pengembangan (reklamasi) di perairan Teluk Benoa, Bali
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN: • Perlunya perubahan status kawasan koservasi perairan
Teluk Benoa (L3), namun tetap mempertahankan kawasan taman hutan raya (Tahura) dan kawasan berbakau sebagai kawasan konservasi.
• Perlunya dilakukan perubahan Perpres 45/2011 tentang RTR KSN Sarbagita.
Telah ditetapkan Perpres 51 tahun 2014 tentang perubahan Perpres 45/2011 tentang RTR KSN Sarbagita
24 Desa Tobat Kec. Balaraja. Kab. Tangerang, Banten
Percepatan penyelesaian Perda RTRW Provinsi, RTRW Kabupaten/Kota terkait lamanya proses penetapan perubahan kawasan hutan
Dikeluarkannya rekomendasi BKPRN dengan hasil: Ditetapkannya Inpres No. 8 tahuun 2013 dan SEB Menteri PU, Menteri Kehutanan dan Menteri Dalam Negeri.
PENANGANAN KONFLIK PEMANFAATAN RUANG 2009-2013
1. DEFINISI DAN PEMBAGIAN TIPOLOGI KONFLIK
2. MEKANISME KONFLIK PENATAAN RUANG
PERLU MENYUSUN
Sektor Contoh
Proyek
TAHAP-TAHAP PERIZINAN
Rencana Tata
Ruang Wilayah
(RTRW)
Analisis Dampak
Lingkungan
(AMDAL)
Surat Persetujuan
Penetapan
Lokasi Proyek
(SP2LP)
Izin Pinjam
Pakai Kawasan
Hutan
(IPPKH)*
Izin
Konstruksi
Izin Usaha
Pertam-
bangan (IUP)
Infrastruktur
Jalan Tol
Balikpapan-
Samarinda,
Kalimantan Timur
PU, BKPRN,
Kemendagri, DPRD,
Kemenko,
Pemda/Pemprov
KLH, PU, Bappeda,
BUMN, Kemenhut,
ESDM, Kementan,
Kemendagri, BPN,
Bappeda
Pemprov/Pemda
(Gubernur/Bupati), PU
Kemenhut, KLH, PU,
Gubernur,
Bupati/Walikota, DPR
PU, KLH,
Kemenhut,
Kementan,
ESDM
-
Tambang
PLTA Kayan
1200 MW,
Kalimantan Timur
PU, BKPRN,
Kemendagri, DPRD,
Kemenko,
Pemda/Pemprov
KLH, ESDM, Bappeda,
Kemenhut, Kementan,
Kemendagri, BPN,
Bappeda
Pemprov/Pemda
(Gubernur/Bupati)
Kemenhut, KLH,
ESDM, Gubernur,
Bupati/Walikota, DPR
ESDM, KLH,
Kemenhut,
Kementan
ESDM
Energi
Jaringan
Transmisi Jawa-
Sumatera HVDC
PU, BKPRN,
Kemendagri, DPRD,
Kemenko,
Pemda/Pemprov
KLH, ESDM, Bappeda,
BUMN, Kemenhut,
Kementan, Kemendagri,
BPN, Bappeda
Pemprov/Pemda
(Gubernur/Bupati),
BUMN
Kemenhut, KLH,
BUMN, ESDM,
Gubernur,
Bupati/Walikota, DPR
ESDM, KLH,
Menhut,
Kementan,
BUMN
ESDM, BUMN
15
CONTOH BENTUK TIPOLOGI KONFLIK PENYELESAIAN PENATAAN RUANG BERDASARKAN SEKTOR
Keterangan:
Bappeda : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional
BPN : Badan Pertanahan Nasional
BUMN : Badan Usaha Milik Negara
DPR : Dewan Perwakilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
ESDM : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
Kemenko : Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian
Kemenhut : Kementrian Kehutanan
Kemendagri : Kementrian Dalam Negeri
KLH : Kementrian Lingkungan Hidup
PU : Kementrian Pekerjaan Umum
Pemprov/Pemda : Pemerintah Provinsi/Daerah
Catatan:
* Jika kawasan hutan mempunyai Dampak Penting, Cakupan Luas dan Nilai Strategis, maka diperlukan perubahan
peruntukan kawasan hutan yang memerlukan persetujuan DPR.
Ketersinggungan
dengan kawasan
(Regulasi)
Rencana Strategis Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW)
TAHAP-TAHAP PERIZINAN
Analisis Dampak
Lingkungan
(AMDAL)
Izin
Lokasi
Izin Pemanfaatan /
Pengelolaan / Alih
Fungsi
Cagar Budaya1
UU no. 11/2010
Pemerintah Daerah dan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Penetapan
Cagar Budaya)
PU, BKPRN, Kemendagri,
DPRD, Kemenko,
Pemda/Pemprov
KLH dan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah dan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau kecil2
(WP3K) UU no.1/2014
Menteri Kelautan dan
Perikanan serta Pemerintah
Daerah (Penyusunan Renstra
WP3K)
PU, BKPRN, Kemendagri,
DPRD, Kemenko,
Pemda/Pemprov
KLH dan Pemerintah Daerah
Menteri Kelautan dan
Perikanan
Pemerintah dan
Pemerintah Daerah
Kawasan Hutan
Permenhut no. 44/2012
Pemerintah Daerah, Menteri
Kehutanan
(Pengukuhan Kawasan
Hutan)
PU, BKPRN, Kemendagri, DPRD, Kemenko, Pemda/Pemprov
KLH dan Pemerintah Daerah
-
Pemerintah Daerah, DPRD,
Menteri Kehutanan, DPR
Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan3
(LP2B)
PP no. 1/2011
Pemerintah Daerah, Menteri
PU, Menteri Pertanian, dan
Presiden
PU, BKPRN, Kemendagri, DPRD, Kemenko, Pemda/Pemprov
KLH dan Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah
Presiden atau Kepala
Daerah
16
CONTOH BENTUK TIPOLOGI KONFLIK PENYELESAIAN PENATAAN RUANG BERDASARKAN SEKTOR
1. PP no. 10/1993 tentang Cagar Budaya mengatur bahwa pemanfaatan
Cagar Budaya hanya untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata,
pendidikan, ilmu pendidikan, dan/atau kebudayaan.
2. Permen KP no. 16/2008 mengatur bahwa: Pemanfaatan untuk
pariwisata, pelabuhan, infrastruktur umum hanya dapat dilakukan di
wilayah P3K yang digolongkan ke dalam kawasan pemanfaatan umum.
Pemanfaatan untuk kawasan konservasi dan kawasan strategis nasional
membutuhkan perubahan Renstra WP3K serta dokumen pendukung
lainnya.
3. PP no. 1/2011 mengatur bahwa alih fungsi Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (LP2B) terbatas pada pengadaan tanah
untuk pembangunan bagi kepentingan umum atau karena
terjadinya bencana.
CONTOH MEKANISME PENYELESAIAN KONFLIK PENATAAN RUANG
PENYUSUNAN
- Permendagri; - Permen PU; - Permen Kelautan dan Perikanan; - Dll
KONSULTASI
Substansi Teknis
INSTANSI PUSAT YANG MEMBIDANGI URUSAN
PENATAAN RUANG
Persetujuan Substansi
Teknis
RAPERDA YANG TELAH DISETUJUI DPRD DIAJUKAN OLEH
GUBERNUR
Surat Permintaan Evaluasi dari
Gubernur
EVALUASI
Raperda RTRW MENDAGRI
GUBERNUR Menetapkan Raperda menjadi Perda
Diselenggarakan
INSTANSI PUSAT YANG MEMBIDANGI URUSAN
PENATAAN RUANG
Dikoordinasikan oleh BKPRN Dihasilkan
Dilakukan
Berkoordinasi dengan BKPRN
Koordinasi Menteri PU – amanah UU No.26 Tahun 2007
Koordinasi Menteri Dalam Negeri – amanah UU No.32 Tahun 2004 – 15 hari kerja
Belum disusun dokumen RTRW
Proses penyusunan dokumen RTRW
Proses persetujuan substansi di BKTRN
Sudah mendapat persetujuan
substansi BKTRN
Pembahasan Raperda di DPRD
Proses Evaluasi Raperda RTRW
Sudah ditetapkan menjadi Perda
RTRW
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)
1 2 3 4 5 6 7
PROSES KONSULTASI DAN EVALUASI RAPERDA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI melalui BKPRN
Permendagri No. 28 tahun 2008 tentang Mekanismme Penetapan Perda RTRW Provins dan Perda RTRW Kabupaten/Kota
Belum disusun
dokumen RTRW
Proses penyusunan
dokumen RTRW
Proses pembahasan untuk rekomendasi
Gubernur
Proses persetujuan substansi di
BKTRN
Sudah mendapat persetujuan
substansi BKTRN
Pembahasan Raperda di DPRD
Proses Evaluasi Raperda RTRW
Sudah ditetapkan menjadi Perda
RTRW
PENYUSUNAN
- Permendagri;
- Permenkimpraswil/PU
- Permen Kelautan dan
Perikanan;
- Dll
KONSULTASI
Substansi
Teknis
Surat Permintaan Evaluasi dari
Bupati/ Walikota
EVALUASI
Raperda RTRWK/K
MENDAGRI
Bupati/Walikota
Mentepakan Raperda
menjadi Perda
Diselenggarakan
INSTANSI PUSAT YANG MEMBIDANGI URUSAN
PENATAAN RUANG
Atas Dasar Surat Rekomendasi
Dikoordinasi oleh BKPRN
Dihasilkan
Dilakukan
Dapat Melibatkan
INSTANSI PUSAT YANG MEMBIDANGI URUSAN
PENATAAN RUANG
Surat Reko-mendasi
GUBERNUR C.q. BKPRD Provinsi
Dihasilkan
GUBERNUR
Koordinasi Menteri PU – amanah UU No.26 Tahun 2007
RAPERDA YANG TELAH DISETUJUI DPRD DIAJUKAN OLEH
BUPATI/WALIKOTA
Persetujuan Substansi
Teknis
Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN)
1 2 3 4 5 6 7 8
PROSES KONSULTASI DAN EVALUASI RAPERDA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN/KOTA melalui BKPRN
Permendagri No. 28 tahun 2008 tentang Mekanismme Penetapan Perda RTRW Provins dan Perda RTRW Kabupaten/Kota
TeRIMA
KASiH