166
. PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Tingginya lalulintas komoditi perikanan selain berdampak positif juga memiliki dampak yang negatif dimana konsekuensi dari kegiatan tersebut secara langsung akan meningkatkan juga potensi atau resiko penyebaran hama dan penyakit ikan sehingga menimbulkan krugian sosial-ekonomi yang tinggi dari suatu area ke area lain. Untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit ikan dari suatu area ke area lainnya diperlukan suatu mekanisme tindkan karantina ikan yang meliputi pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit ikan berbahaya. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, Tumbuhan dan ikan dan PP No 15 Tahun 2004 tentang Karantina Ikan, Karantina Ikan yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mencegah masuk dan trsebarnya hama dan penyakit ikan antar area di dalam wilayah indonesia atau dari dan ke wilayah negara lainnya. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, pusat karantina ikan dilengkapi unit-unit pelaksana teknis (UPT) yang tersebar di hampir seluruh wilaya indonesia dimana UPT-UPT tersebut memiliki tugas dalam melaksanakan tindakan-tindakan teknis yang terkait dengan lalulintas komoditi perikanan baik domestik, ekspor maupun inpor. Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya pada urutan ke-4di dunia, sampai dengan tahun 2007 posisi produksi dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi produk perikanan Indonesia di dunia pada periode 2004-2009. Menurut Daryanto (2007), sumberdaya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama,

BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

. PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang

Tingginya lalulintas komoditi perikanan selain berdampak positif juga memiliki dampak yang negatif dimana konsekuensi dari kegiatan tersebut secara langsung akan meningkatkan juga potensi atau resiko penyebaran hama dan penyakit ikan sehingga menimbulkan krugian sosial-ekonomi yang tinggi dari suatu area ke area lain. Untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit ikan dari suatu area ke area lainnya diperlukan suatu mekanisme tindkan karantina ikan yang meliputi pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit ikan berbahaya. Berdasarkan UU No. 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, Tumbuhan dan ikan dan PP No 15 Tahun 2004 tentang Karantina Ikan, Karantina Ikan yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mencegah masuk dan trsebarnya hama dan penyakit ikan antar area di dalam wilayah indonesia atau dari dan ke wilayah negara lainnya. Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, pusat karantina ikan dilengkapi unit-unit pelaksana teknis (UPT) yang tersebar di hampir seluruh wilaya indonesia dimana UPT-UPT tersebut memiliki tugas dalam melaksanakan tindakan-tindakan teknis yang terkait dengan lalulintas komoditi perikanan baik domestik, ekspor maupun inpor.Berdasarkan laporan FAO Year Book 2009, Produksi perikanan tangkap Indonesia sampai dengan tahun 2007 berada pada peringkat ke-3 dunia dengan tingkat produksi perikanan tangkap pada periode 2003-2007 mengalami kenaikan rata-rata produksi sebesar 1,54%. Disamping itu, Indonesia juga merupakan produsen perikanan budidaya pada urutan ke-4di dunia, sampai dengan tahun 2007 posisi produksi dengan kenaikan rata-rata produksi pertahun sejak 2003 mencapai 8,79%. Hal ini menyebabkan Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi penghasil produk perikanan terbesar dunia, karena terus meningkatnya kontribusi produk perikanan Indonesia di dunia pada periode 2004-2009. Menurut Daryanto (2007), sumberdaya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumberdaya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama (prime mover) ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua, Industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya. Ketiga, Industri perikanan berbasis sumberdaya nasional atau dikenal dengan istilah national resources based industries, dan keempat Indonesia memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi di sektor perikanan sebagimana dicerminkan dari potensi sumberdaya yang ada. Mengingat sangat besar manfaat ikan bagi masyarakat, maka perlu dilakukan upaya kelestariannya. Ikan merupakan sumberdaya yang dapat diperbaharui, artinya jika pengelolaan sumberdaya perikanan dilakukan dengan memperhatikan aspek kontinuitas, maka ketersediaan protein hewani juga akan stabil. Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian penting adalah aspek penyakit. Penyakit yang sulit ditanggulangi tentu akan mengancam kelestarian sumberdaya perikanan. Prinsip pengobatan terhadap penyakit bukan lagi merupakan salah satu hal utama yang harus dilakukan. Kecenderungan prinsip dalam bidang kesehatan sekarang telah bergeser menjadi prinsip pencegahan terhadap penyakit. Oleh karena itu, perlu diperkuat sistem pertahanan untuk mencegah masuknya penyakit-penyakit ikan yang belum pernah ada di Indonesia (penyakit eksotik) dan tersebarnya penyakit ikan dari suatu area ke area lain. Wabah penyakit sedang semakin diakui sebagai hambatan yang signifikan untuk produksi perikanan budidaya dan perdagangan dan mempengaruhi pembangunan ekonomi sektor di banyak negara

Page 2: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

di dunia. Penyakit sekarang dianggapsebagai salah satu faktor pembatas dalam budidaya, yang menimbulkan efek langsung pada kerugian ekonomi, dan pengaruh secara tidak langsung yaitu pada aspek sosial dan aspek lainnya, seperti masalah perdagangan dan ketenagakerjaan, penggunaan bahan kimia dan obat-obatan, dan biaya lingkungan, tidak pernah benar diukur (FAO,1997). Potensi pemanfaatan sumberdaya hayati ikan Indonesia yang besar, dan semakin meningkatnya lalulintas komoditas perikanan baik antar negara maupun antar area didalam wilayah Negara Republik Indonesia, memiliki peluang terhadap meningkatnya risiko masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina (HPIK), baik yang berasal dari luar negeri maupun antar area di dalam wilayah negara Republik Indonesia. Hal tersebut dapat mengancam kelestarian sumberdaya hayati ikan Indonesia, dan menurunkan tingkat produksi budidaya ikan, sehingga pada akhirnya dapat merugikan perekonomian nasional. Oleh karena itu tindakan pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya HPIK perlu dilakukan melalui tindakan karantina ikan pada media pembawa/produk perikanan yang dilalulintaskan. Hal sependapat diungkapkan oleh Arthur, J.R. et al (2008) Karantina adalah tindakan manajemen risiko yang penting dan kegiatan utama yang harus dipertimbangkan ketika mengembangkan strategi nasional untuk manajemen kesehatan hewan akuatik. Hal ini juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan biosecurity di tingkat produksi. Penyakit ikan merupakan akibat dari serangkaian variabel kompleks yaitu variabel dari inang, patogen, dan lingkungan. Sedangkan ikan liar umumnya dipandang sebagai relatif bebas dari penyakit, penyakit ikan merupakan salah satu komponen yang memiliki pengaruh penting pada ekosistem perairan (Hedrick R.P., 1998). Pembangunan karantina ikan merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang merupakan penggerak dan pilar pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan karantina ikan bertujuan antara lain untuk meningkatkan sistem perkarantinaan ikan nasional yang komprehensif, prospektif dan kompatibel. Dalam pembangunan kelautan dan perikanan, karantina ikan mempunyai peran sangat penting dan strategis dalam hubungannya dengan lalulintas komoditas perikanan, karena disatu sisi karantina ikan diharapkan mampu sebagai filter pertama bagi masuknya komoditas perikanan impor atau pemasukan dari area asal, dan di lain pihak harus mampu menjamin mutu dan kesehatan ikan bagi produk perikanan Indonesia yang akan di ekspor atau dikeluarkan ke area tujuan.Dunia budidaya mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam membangun perekonomian nasional, dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja dan peningkatan taraf hidup pada umumnya. Pemerintah dalam hal ini kementrian kelautan dan perikanan dengan pihak-pihak yang berkompoten yang di dalamnya, para petani ikan, pembudidya dan pelaku-pelaku usaha bersinergi unruk mencapai tujuan tersebut.

1.2. Tujuan .1. Mengetahui jenis-jenis bakteri pathogen pada ikan budidaya air tawar2. Mengetahui cara mengidentifikasi bakteri pathogen pada benih ikan air tawar di stasiun karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas 1 jogjakarta.3. Mengetahui bakteri apa saja yang menginfeksi benih ikan air tawar di stasiun karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas 1 jogjakarta.4. Mengetahui karakteristik bakteri pathogen yang menyerang benih ikan air tawar di stasiun karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan kelas 1 jogjakarta.

Page 3: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

1.3. Manfaat

Adapun menfaatnya dari kegiatan kerja praktek ini adalah agar dapat menambah wawasan mengenai cara identifikasi bakteri dan mendapatkan pengalaman kerja secara langsung di lapangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Tinjauan Umum Bakteri

2.1.1. Pengertian Bakteri Bakteri merupakan salah satu organisme mikroskopik yang dapat menimbulkan penyakit (infeksi) pada manusia. Meskipun pada umumnya jenis bakteri yang merugikan jumlahnya lebih sedikit dari jumlah keseluruhan spesies bakteri yang ada di dunia, akan tetapi kaerna bersifat patogen, maka dapat sangat mengganggu kehidupan, kesehatan dan bahkan dalam keadaan akut dapat menyebabkan kematian manusia.Bakteri dapat hidup pada berbagai media, mulai dari tanah, air baik perairan asin, perairan payau atau estuarin maupun perairan tawar dan udara, pada kondisi suhu yang ideal bakteri akan berkembang biak melalui pembelahan sel maupun dengan spora. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap aktivitas bakteri yang hidup di perairan, di antaranya adalah suhu, nutrisi atau makanan yang tersedia serta salinitas. 2.1.2. Ciri dan morfologi umum bakteri a. Ciri-ciri1) Organisme multiselluler.2) Prokariot (tidak memiliki membran inti sel).3) Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.4) Hidup bebas atau parasit.b. Morfologi 1) Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola.Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder.2) Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung.

Gambar 1. Bentuk struktur bakteri2.1.3. Identfikasi Jenis BakteriMerupakan uniseluler, pada umumnya bakteri tidak berklorofil, ada beberapa yang fotosintetik dan produksi aseksualnya secara pembelahan dan bakteri mempunyai ukuran sel kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5-1,0 µm kali 2,0-5,0 µm, dan terdiri dari tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau Bacillus, bentuk spiral. (Dwidjoseputro,1985). Syarif dan Halid (1993) menyatakan bahwa : identifikasi jenis bakteri berdasarkan sifat morfologi, biokimia, fisiologi dan serologi adalah sebagai berikut : a. Bakteri gram positif Gram positif adalah bakteri yang Mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop. Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan.

Page 4: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Contoh :1) Kokus a. Katalase positif : Staphylococcus b. Katalase negatif : Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus 2) Batang a. Anaerobik atau Fakultatif Anaerobik : Clostridium botulinum, Lactobacillus, Propionic bacterium b. Aerobik : Bacillus.b. Bakteri Gram Negatif Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop.bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana membran pasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya. Contoh :1) Fermentatif (batang) : Proteus, Eschericia coli, Enterobacter 2) Non Fermentatif (spiral/batang) : Pseudomonas, Alcaligenes.

2.2. Pemeriksaan Gejala Penyakit Ikan2.2.1. Gejala luar (eksternal)Tanda – tanda atau gejala penyakit yang terlihat dari luar sangat bervariasi, tergantung jenis dan intensitas serangan penyakit. Biasanya dimulai dengan adanya bintik-bintik darah merah atau petechiae pangkal sirip atau pada sirip, yang nampak jelas adalah pada sirip perut dan sirip ekor.untuk ikan sebelah yang tipis dan transparan tampak jelas adanya hemorhagik pada tubuh di kanan kiri tulang belakang. Bintik merah atau petechiae berkembang menjadi bercak-bercak hemorhagik yang cukup luas, terutama dibagian tubuh. Pada beberapa jenis ikan, borok tersebut menonjol keluar tidak kedalam. Pada ikan yang bersisik yang terserang parah dapat pula menyebabkan sisiknya berdiri dan kemudian lepas. Sedang pada ikan yang tidak bersisik hemorhagik dapat menyebabkan kulit luarnya mengelupas. Sering ikan yang terserang penyakit bacterial anusnya menonjol dan menjadi kemerah-merahan. Apabila gejala parah tidak saja anusnya yang kemerah-merahan tetapi juga sirip dubur pinna analis.Banyak pula jenis bakteri yang menyerang ekor dan sirip, sirip ekor dan sirip punggung menjadi patah. Apabila sirip telah habis maka bakteri akan menyerang pangkal sirip dan bagian tubuh di dekat pangkal sirip. Bagian kepala, terutama mulut perlu di teliti karena beberapa jenis bakteri penyebab penyakit gram negative septisemia juga mengakibatkan tanda-tanda kemerah-merahan pada rongga mulut. Bahkan ada bakteri yang menyebabkan pendarahan pada mulut, dasar mulut dan tutup insang juga sering menunjukkan gejala kemerah-merahan. Apabila tutup insang di buka insang akan tampak kemerah-merahan, lebih merah dari yang normal atau jusrtru menjadi pucat karena anemia atau kekurangan darah. Gejala lainnya seperti bola mata menonjol keluar atau exopthalmia dan perut mengembung atau abdominal distended yang apabila di bedah akan keluar cairan agak kental berwarna kekuning-kuningan.

2.2.2. Gejalan dalam (internal)Gejalan adanya penyakit dalam tubuh ikan adalah adanya cairan di rongga tubuh, biasanya berwarna kekuning-kuningan. Organ dalam seperti alat pencernaan, hati, empedu, gelembung udara, jantung dan ginjal berubah waranya di banding ikan yang sehat, pada umumnya tampak

Page 5: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

kemerah-merahan. Untuk ginjal perlu diamati lebih teliti, karena apabila ikan terserang bakteri tertentu, yaitu Renibacterium salmoninarum atau Bacterial Kidney Desiase (BKD), ginjal akan terlihat berwarnah abu-abu terutama ginjal di belakang atau posterior.

2.3. Krakteristik BakteriBakteri patogen pada ikan terdiri atas : a. Bakteri grram negatif :Vibrio anguillarum, V.ordalii, V.salmonicida, V.alginolyticus, damsela, V.cholera (non O1), V.vulnificus, Aermonas salmonicida, subsp salmonicida, subsp achromogenes, subsp masoucida, A. hydrophila, Pasteurella piscicida, Providencia ruttgeri, Edwardsiella tarda, E.ictaluri, Serratia plymuthica, Yersinia ruckeri, Acinetobacter, Pseudomonas anguillispetica, P. chlororaphis, fluorescens, Flexibacter psychrophilus, F. columnaris, F. maritimus, Flavobacterium branchiophila, Richettsiales, Renibacterium salmoninarum, Eubacterium tarrantelus, Carnobacterium piscicola, Vagococcus salmoninarum. b. Bakteri gram positif : Lactococcus piscium, Staphilococcus sp. Streptococcus sp. Streptoverticilium, Clostridium botulinum2.3.1. Aeromonas salmonicidaAeromonas salmonicida merupakan bakteri gram negatif, Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. A. Salmonicida berbentuk batang pendek ( 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm ), non motil atau tidak bergerak, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob, resisten terhadap 0/129, pertumbuhan optimum pada suhu 22⁰C, G+C ratio 57-63%, memproduksi brown pigmen yang diffusible (untuk strain typical). Koloni bakteri ini berwarna putih, kecil, bulat, dan cembung. Strain typical dapat menghasilkan pigmen coklat yang akan lebih kelihatan apabila medium ditambah dengan tyrosine atau phenylalanine. Pada media dengan kandungan asam amino tinggi pigmen coklat akan jelas kelihatan pada umur kultur 48 jam. Secara biokimia bakteri ini mempunyai sifat-sifat : oksidase positif dan memfermentasi glukosa. Morfologi koloni : pada medium standar ( TSA, BHA, dll), koloni berwarnah putih, circular/bulat dan konvek. Pada medium Furunculosis Aagar (FA) membentuk pigmen terutama untuk sub spesies salmonicida. 2.3.2. Renibacterium salmoninarumMerupakan bakteri gram positif, tidak motil, tanpa kapsul, no acitd fast dan sring terdapat berpasangan. Pada medium CSA (Cystem Serum Agar) dn KDM-2 (Kidney Desiase Medium) tumbuh lambat (sampai 6 minggu), berbentuk koloni bulat, cembung, entire, krem kuning dengan ukuran berfariasi, bakteri ini berbentuk batang pendek (0,3-1,5 x 0,1-1,0 um).2.3.3. MycobacteriumGenus Mycobacterium merupakan kelompok bakteri Gram positip, berbentuk batang, berukuran lebih kecil dibandingkan bakteri lainnya. Genus ini mempunyai karakteristik unik karena dinding selnya kaya akan lipid, dan lapisan tebal peptidoglikan yang mengandung arabinogalaktan, lipoarabinomanan dan asam mikolat. Asam mikolat tidak biasa dijumpai pada bakteri dan hanya dijumpai pada dinding sel Mycobacterium dan Corynebacterium. Bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). (Anonim, 2008 and Poeloengan et. al, 2007). Bakteri ini bentuk batang memanjang sampai 7 um, pleomorfik, tidak bercabang, non motil, tanpa endospore, tanpa kapsul, beberapa spesies memproduksi pigmen, acid fast positif, dan gram negative lemah. 2.3.4. Nocardia spPada medim Nutrien Agar (NA) membentuk koloni yang befariasi, yaitu datar atau cembung,

Page 6: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

permukaan halus, kasar atau berkerut dengan warna coklat, abu-abu, kuning atau merah mudah. Morfoliginya merupakan pleomorfik, miselia bercabang seperti filament atau terpisah, berbentuk agak bulat, atau batang, non motil, tidak membentuk kapsul, gram positif, dan merupakan acid fast positip lemah. 2.3.5. Edwardsiella spPada medium BHIA dan TSA, koloni berukuran kecil (diameter 0,5 mm), bentuk bulat, transparan, dan merupakan bakteri yang pertumbuhannya lambat. Tumbuh pada suhu optimum 35°C dengan masa ingkubasi 48 jam dan tidak tumbuh pada suhu <10 °C dan >45°C. Bakteri gram negative non acid fast, berbentuk batang, pendek, motil, tidak membentuk spora dan tidak membentuk kapsul.2.3.6. Streptococcus spMerupakan bakteri yang tumbuh baik pada media standar (TSA, BHIA, dan Agar darah), koloni akan tumbuh 48 jam (22 °C - 37 °C), dengan ukuran kecil (diameter 0,5 mm), berwarna putih transparan, rata dan agak cembung, pada Agar darah ada yang hemolitik. Morfologinya berbentuk kokus, ada dalam bentuk berpasangan atau rantai pendek, tidak motil, tidak membentuk kapsul dan spora, gram positif dan non acid fast.2.3.7. Pasteurella spMerupakan bakteri gram negative, non motil, coccobacili 0,5 x 1,5 um, berflagela, bipolar, pleo morfik, tidak membentuk spora dan kapsul. Bakteri ini tumbuh baik pada media standar NA, TSA, BHIA dengan penambahan 1 - 2 % NACL dan tumbuh pada suhu incubasi 25 °C selama 48 – 72 jam akan membentuk koloni shyni, grey yellow, rata cembung dengan diameter 1-2 mm.2.3.8. Yersinia ruckeriBakteri gram negative dan non acid fast, bentuk batang, motil dengan 7-8 flagela peritrik, tidak membentuk spora dan kapsul. Tumbuh baik pada media TSA, BHIA dengan koloni berwarna putih bentuk bulat ( round ), entire raised, shyni dan diameter koloni 2-3 mm (ingkubasi 48 jam pada suhu 20-25 °C).2.3.9. Vibrio spBakteri gram negative, agak bengkak (kurve) atau batang pendek , motil dengan polar flagella, tidak berspora dan berkapsul. Beberapa species ada yang pleomorpik. Tumbuh baik pada media standar (TSA, BHIA, dan NA) dengan tambahan 0,5-3,5 % NACL. Koloni yang berbentuk berwarna krem sampai coklat muda, bentuk bulat, konvek, tepi rata, dan tanpa pigmen. Pada media TCBS tumbuh dengan koloni yang berbeda-beda.2.3.10. Motil aeromonasBakteri gram negative dan non acid fast, berbentuk batang pendek dan kurva, motil dengan flageal polar tunggl, tanpa endospore dan kapsul. Pada media standar, koloni terbentuk kecil dengan diameter 2-3 mm, berwarna krem, round, raised, shyni, dan dengan tepi rata. Pada media selektif (R-S medium), koloni berwarna kuning (terutama A.hidrophila).2.3.11. Flexibacter columnarisBakteri berbentuk batang dengan ukuran 0,5 - 0,7 mm x 4 –um, motil dengan meluncur (gliding), tanpa flagella, tidak membentuk kapsul dan spora. Nakteri ini tumbuh pada media Cytphage Agara (CA) dengan koloni berwarna biru kekuningan, kuning pucat, tipis, menyebar, tidak tentu dan rhizoid.2.3.12. Pseudomonas spBakteri gram negative, motil,berbentuk batang, tanpa endospora, dan biasanya berkapsul. Pada medium standar mengeluarkan pigmen yang berpedar dan akan lebih nyata dilihat dibawah sinar ultra violet.

Page 7: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

2.3.13. Cytophaga psychrophilaMerupakan bakteri gram negative , non acid fast, batang panjang dan fleksibel motil dengan meluncur, tidak membentuk spora dan kapsul, pada kultur yang sudah tua akan terbentuk spheroplast. Tumbuh baik pada media umum miskin nutrient, sperti medium CA, koloni yang terbentuk seperti telur goreng dengan warna kuning, orange atau merah, spreader dan memeproduksi pigmen kuning yang tidak larut. 2.3.14. SporocytophagaMerupakan bakteri gram negative yang membentuk nicrosistis.

2.4. Identifikasi Bakteri2.4.1. Isolasi BakteriIsolasi atau pembiakan adalah proses menumbuhkan mikroorganisme dari tempat infeksi (lingkungan in vivo) melalui berbagai spesimen dan menumbuhkan dalam lingkungan tiruan di laboratorium (lingkungan invitro). Ketika bakteri tumbuh pada media, pada umumnya populasi bakteri akan mudah diamati tanpa mikroskop karena berada dalam jumlah yang banyak berupa koloni bakteri sehingga memungkinkan untuk identifikasi laboratorik selanjutnya . Keberhasilan pemindahan bakteri dari lingkungan in vivo ke in vitro memerlukan nutrisi dan lingkungan yang dibutuhkan oleh bakteri patogen tersebut. Karena pada lingkungan in vivo bakteri dapat menggunakan berbagai hasil metabolik dan jalur fisiologik untuk pertumbuhan selama berada di dalam tubuh hospes kemudian secara tiba-tiba harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tiruan di laboratorium. Dengan demikian sangatlah penting untuk menyediakan nutrisi yang dibutuhkan dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri. Setelah isolasi, bakteri yang tumbuh pada media perbenihan dilakukan identifikasi dengan tahapan sebagai berikut:1) Evaluasi morfologi koloniEvaluasi morfologi koloni dengan memperhatikan warna koloni, bentuk koloni (seperti titik, bundar, berfilamen,atau tidak beraturan), elevasi koloni (cembung, cekung, datar), serta batas koloni (halus atau tidak beraturan)2). Pemeriksaan mikroskopisPemeriksaan mikroskopis dengan cara pewarnaan gram dengan melihat diferensiasi (termasuk bakteri gram positif atau negatif), bentuk (coccus, batang, koma, atau pleimorf), susunan (sendiri-sendiri, diplo, berantai, atau seperti anggur)2.4.2. Uji PresumtifSetelah pemurian di lakuan kemudian di ingkubasi pada suhu 35-37 °C dan kelembabanudara yang mengandung CO2 sekitar 3-5% selama 24-48 jam. Kemudian di lakuan uji presumtif dan ujia biokimia.a. Uji Gram-KOH 3%Yaitu untuk mengetahui sifat gram dari bakteri dengan menggunakan larutan KOH 3% dalam akuades steril. b. Uji KatalaseMengetahui suatu bakteri dalam memproduksi /menghasilkan enzim katalase, di tandai dengan adanya reaksi busa pada media yang di beri larutan H2O2 3%.c. Uji OksidaseUntuk mengetahui bakteri menghasilkan/ memproduksi cytochrome oksidase, yaitu di tandai dengan adanya reaksi berwarna biru pada kertas oksidase.2.4.3. Uji Biokima

Page 8: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Uji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang biasa dilakukan diantaranya:a. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)Mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi glukosa, laktosa, dan sukrosa. b. Uji Indol Mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai tryptophan menjadi indole, reaksi positif jika membentuk cincin merah dan reaksi negative jika terbentuk cincin kuning yaitu setelah diberi reagen kovac’s atau reagen Erhlich.c. Uji MR-Vp (Methyl Red – Voges ProskauerMR : untuk mengethui kemmpuan bakteri dalam mengasamkan glukosa.Vp : untuk mengetahui bakteri mengurai lebih lanjut glukosa menjadi acetylmethyl carbinol atau acetoi-butanodiol. Hasil menunjukkan posistif jika permukaan larutan berubah menjadi merah dan hasil negative di tandi dengan warna kuning. d. Uji CitrateMengetahui kemampuan tumbuh bakteri dalam menggunakan sumber karbon dari senyawa citrate. Hasil positif jika warna media berwarna biru dan hasil negative di tandai dengan media tetap berwarna hijau.e. Uji Urase mengetahu kemampuan bakteri dalam menghasilkan enzim urase. Reaksi positif jika warna media menjadi pink dan negative warna media tetap kuning. f. Uji Gelatinase Mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan enzim gelatinase dalam menghidrolisa gelatin menjadi asam amino. Hasil menunjukkan positif jika medium tetap cair dan negative jika medium membeku.g. Uji OF (Oksidatif/Fermentatif)Mengetahui suatu bakteri dalam kemampuannya mengurai karbohidrat (glukosa) secara oksidatif dan fermentative. Fermentatif jika medium yang di tutup paraffin cair steril berubah warna dari hijau menjadi kuning, Oksidatif jika medium yang tidak ditutp paraffin cair steril saja yang berubah dari hijau tua menjadi kuning, sedangkan negative jika terjadi pertumbuhan bakteri tapi tidak ada perubahan warna media O/F.h. Uji Ornithine DecarboxylaseUntuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai ornithine (asam amino) menjadi amine. Hasil positif jika media berwarna ungu dan hasil negative jika warna berubah menjadi kuning atau kekuningan.i. Uji Lysine Decarboxylase dan Lysine Deaminase.Uji Lysine Decarboxylase untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai asam amino menjadi amine dan Uji Lysine Deaminase yaitu untuk mengetahu kemampuan bakteri mengurai asam amino menjadi carboxyl.

III. MATERI DAN METODE3.1. Alat dan bahan3.1.1. AlatAlat yang digunakan dalam mengidentifikasi bakteri mulai dari proses nekropsi samapi dengan proses uji gula (glukosa ) adalah antara lain gunting, pinset, laminari blosafety, kapas, tissue, cawan petri, dissecting set, baki bedah, mortar, tabung reaksi, inokulasi set, Bunsen, cover glass,

Page 9: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

pipet tetes, autocklave, slide glaas, incubator, rak tabung reaksi, show chase, mikroskop,refrigerator, vortex, alat tulis, petri dish, tusuk gigi.

3.1.2. Kumpulan Bahan KuliahAdapun bahan yang digunakan dalam proses identifkasi bakteri pada ikan adalah mediam umum ( Trypton Soy Agar/ TSA 0,5%, NaCl ), media GSP, media EIM, akuades, iodin 2 %, alcohol 70 %, trypton water, larutan KOH 3%, reagen kovac’s (indol), larutan H2O2 3 %, kertas reagen oksidase, media TSIA, media OF, media LIA, media indol, media Ornithin, media Citrate, gelatin, urea, media Mr-Vp, dan media gula-gula.

3.2. Metode3.2.1. Prosedur Kerjaa. Preparasi sampel ikan/udang < 4 cmPreparasi sempe ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukruan kurang dari 4 cm. setelah dimatikan, permukaan tubuh ikan didesinfeksi dengan mengoleskan iodin 2%, keseluruh tubuh, kemudian sampel digerus menggunakan mortar dan tambahkan 5 tetes saline steril (NaCl 0,80%), setelah itu hasil gerusan di tuang ke dalam petridish steril. Inokulasikan sediaan sampel tersebut pada lempeng agar TSA, atau media selektif dengan ose secara aseptis.b. Preparasi sampel ikan/Udang > 4 cmPreparasi ini dilakukan untuk spesies ikan yang berukuran di atas 4 cm, permukaan tubuh ikan disinfeksikan dengan mengoleskan iodin 2% pada permukaan bagian luar dan bedah ikan secara aseptis. Ambil organ dalam (ginjal, hati, limpa, jantung), kemudian digerus dengan mortar dan ditambahkan 5 tetes larutan saline steril (NaCl 0,85%) setelah itu hasil gerusan dimasukkan kedalam petridish steril. Inokulasikan sediaan sempel pada lempeng agar TSA atau media selektif dengan ose secara aseptis.3.2.2. Pemurnian Pindahkan koloni target dengan menggunakan jarum ose lurus ke lempeng agar TSA,EIM, dan GSP sesuai dengan bakteri (target) yang akan di tumbuhkan (di identifikasi), kemudian perlahan-lahan buat goresan secara aseptis. Ingkubasi pada suhu 25°C-30°C selama 18-24 jam.3.2.3. Uji Presumtif dan Uji BiokimiaAmbi biakan bakteri yang berumur 18-24 jam untuk uji presumtif (KOH 3%, H2O2, kertas reagen oksidase, juga tanam biakan bakteri dari hasil pemurnian ke media-media uji biokim dengan menggunakan ose secara aseptis, inkubasi pada suhu 25°C-30°C selama 18-24 jam. 3.2.4. IdentifikasiBakteri diindentifikasi menurut diagram Cowan (1960), sampai ditemukan genusnya, identifikasi dilanjutkan dengan menggunakan Bergeys (2004) atau Austin (2007) apabila diperlukan. Jika belum ditemukan genus/species pada pada hasil uji sebelumnya (uji fermentative dan uji biokimia) maka perlu dilanjutkan dengan ujia gula-gula (glukosa, sucrose, manitol, arabinose dan salicin) untuk menemukan species bakteri yang lebi spesifik.3.2.5. Penyimpanan IsolatPenyimpanan isolate bakteri non-HPIK dilakukan paling lama 5 hari setelah hasil identifikasi dikeluarkan dan selanjutnya dilakukan pemusnahan terhadap isolate tersebut atau disimpan apabila diperlukan, sedangkan untuk isolate bakteri HPIK dilakukan penyimpanan pada media semi solid (TSA 0,5% agar) dan selanjutnya dilakukan re-isolasi selambat-lambatnya 3 bulan sekali.

Page 10: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil 4.1.1. Identifikasi Bakteri Pada Komoditas Perikanan Air TawarPemeriksaan sempel ikan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Jogjakarta sebagian besar merupakan benih, namun ada juga telur dan juga ikan besar, sampel yang masuk dalam sehari bisa samapi dengan jumlah yang banyak, banyaknya sampel berpengaruh pada penyediaan media seabagai proses identifikasi yaitu dimulai dari proses isolasi sampai dengan tahap uji biokimia. Dari kegiatan yang selama dilakukan di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas 1 Jogjakarta sampel yang di gunakan sebagai data hasil identifikasi adalah benih ikan Lele, benih ikan Mas, benih ikan Gurame, benih ikan Nila, dan benih ikan Grasscarp. Selanutnya lihat tabel berikut.Tabel 1 : jenis sempel yang di identifikasiNo Kode sempel Jenis sempel(benih ikan) jumlah Hasil Identifikasi Bakteri1 K/2701/14/02 Benih Grasscarp 1 ekor 2 K/270114/06 Benih Mas 1 ekor 3 PPC/270114/01 Benih Lele 1 ekor 4 PPC/270114/02a Benih Lele 1 ekor 5 PPC/270114/02b Benih Gurame 1 ekor 6 PPC/270114/02c Benih Nila 1 ekor

Trypticase Soy Agar

TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa tumbuh pada

media ini.

Page 11: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Foto : TSA

Cara Pembuatan :

10,5-10,7 gram Trypticase Soy Agar dilarutkan dalam 250 ml aquadest, kemudian

dimasukan ke botol/tabung dan disterilkan di autoclave suhu 120 0C selama 15 menit.

Tahap akhir botol/tabung dimiringkan tungggu sampai mengeras.

Laporan Mikrobiologi Perairan : Pembuatan Media TSA

Praktikum ke-2                                                                                Mata Kuliah      : Mikrobiologi

Perairan

Hari/Tanggal: Rabu, 2 April 2014                                                     Asisten              : Dea Putri

Larasati

PEMBUATAN MEDIA TSA (TRYPTICASE SOY AGAR)

Martina Sihombing

4443120722

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2014

ABSTRAK

Media penumbuhan bakteri mempunyai berbagai macam fungsi seperti menumbuhkan mikroba, mengisolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba. Dalam proses pembuatannya harus disterilkan terlebih dahulu dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media agar. Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Pada media yang digunakan pertumbuhan bakteri banyak mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur sekelumit (trace element). Kegiatan praktikum di laksanakan pada hari Rabu tanggal 2 April 2014. Alat yang digunakan adalah Cawan Petri, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Alumunium, Rubber Bulb dan Autoklaf. Bahan yang digunakan adalah Aquades sebanyak 50 ml dan TSA (Trypticase Soy Agar) sebanyak 2 gram. Praktikum dilakukan agar

Page 12: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

mahasiswa mengetahui prosedur pembuatan media TSA (Trypticase Soya Agar) yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba atau bakteri.

Kata Kunci : Media , Mikroba , TSA

1.      PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Media agar mempunyai berbagai macam fungsi seperti menumbuhkan mikroba,

mengisolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah

mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus steril/bersih dan menerapkan metode aseptis

untuk menghindari kontaminasi pada media agar. Pembiakan mikroba dalam laboratorium

memerlukan medium yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan

mikroorganisme. Zat hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,

keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan. Lazimnya, medium pembiakan berisi air,

sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen serta

unsur-unsur sekelumit (trace element). Dalam bahan dasar medium dapat pula ditambahkan

faktor pertumbuhan berupa asam amino, vitamin atau nukleotida. Media terbagi menjadi dua

golongan, yaitu : Media hidup dan Media mati

Media hidup pada umumnya dipakai dalam Laboratorium Virologi untuk pembiakan

berbagai virus, sedangkan dalam Laboratorium Bakteriologi hanya beberapa kuman tertentu saja,

dan terutama pada hewan percobaan. Contoh media hidup adalah: hewan percobaan (termasuk

manusia), telur berembrio, pembiakan jaringan, dan sel-sel pembiakan bakteri tertentu untuk

penelitian bakteriofage (bakteri yang terinfeksi oleh virus). Media agar yang digunakan adalah

TSA (Trypticase Soy Agar).

Trypticase Soy Agar (TSA) merupakan media agar yang digunakan untuk kegiatan

pengisolasian dan pembudidayaan berbagai macam mikroorganisme yang bersifat aerobik.

Medium ini digunakan untuk berbagai tujuan yang mencakup pemeliharaan stok budidaya,

isolasi berbagai macam spesies mikroorganisme, serta sebagai dasar untuk media termasuk darah

(Becton, Dickinson and Company 2007). Komposisi dari TSA ini antara lainApproximate

Formula* Per Liter Purified Water, Pancreatic Digest of Casein, Papaic Digest of Soybean,

Sodium Chloride, Agar.

1.2.  Tujuan

Page 13: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Tujuan dilaksanakan praktikum kali ini adalah agar mahasiswa jurusan Perikanan fakultas

Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa mengetahui prosedur pembuatan media TSA

(Trypticase Soya Agar) yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba atau bakteri dan mampu

untuk membuat media agar sesuai dengan prosedur.

2.      METODOLOGI

2.1.  Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum mata kuliah Mikrobiologi Perairan yang berjudul Pembuatan Media

TSA ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 2 April 2014 pukul 08.00 WIB sampai selesai yang

bertempat di Laboratorium TPHP Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa, Serang-Banten.

2.2.  Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan media TSA ini adalah Cawan Petri,

Erlenmeyer, Gelas Ukur, Alumunium, Rubber Bulb dan Autoklaf. Bahan yang digunakan  adalah

Aquades sebanyak 50 ml dan TSA (Trypticase Soy Agar) sebanyak 2 gram.

2.3.  Prosedur Kerja

Hal pertama yang dilakukan adalah mengukur aquades sebanyak 50 ml di masukan

kedalam erlenmeyer dan lakukan pengukuran TSA (Trypticase Soy Agar) sebanyak 2 gram yang

dimasukkan pada erlenmeyer yang sudah berisi aquades yang sudah diukur kemudian digoyang-

goyangkan sehingga aquades dan bubuk TSA teraduk merata kemudian tutup ujung erlenmeyer

menggunakan kertas alumunium dan diikat menggunakan karet kemudian hal yang harus

dilakukan adalah membungkus cawan petri menggunakan kertas kemudian cawan petri dan

erlenmeyer yang berisi campuran aquades dengan bubuk TSA disterilisasi menggunakan

autoklaf selama 30 menit kemudian pindahkan air yang ada pada cawan petri dan masukan

cairan erlenmeyer sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri, diamkan sampai dingin dan

didinginkan.

Diagram Alir

Siapkan Alat dan Bahan

Masukan Aquades 50 ml + bubuk TSA 2gr kedalam erlenmeyer, aduk dan bungkus

menggunakan kertas alumunium

 

Page 14: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Bungkus Cawan Petri menggunakan kertas

 

Sterilisasi menggunakan Autoklaf selama 15 menit

 

Angkat Alat dan Larutan yang telah di sterilisasi

Bersihkan tangan menggunakan alkohol

Buang air yang terdapat pada cawan petri

Ambil larutan TSA sebanyak 10 ml

Masukan pada cawan petri

Didiamkan + didinginkan

3.  KESIMPULAN DAN SARAN

3.1.  Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan  bahwa Trypticase Soy Agar (TSA) merupakan

media agar yang digunakan untuk kegiatan pengisolasian dan pembudidayaan berbagai macam

mikroorganisme yang bersifat aerobik. Medium ini digunakan untuk berbagai tujuan yang

mencakup pemeliharaan stok budidaya, isolasi berbagai macam spesies mikroorganisme, serta

sebagai dasar untuk media termasuk darah

3.2.  Saran

Pelaksanaan praktikum Mikrobiologi Perairan sangat baik hanya saja penyampaian materi

harus diperjelas kembali.

 DAFTAR PUSTAKA

Page 15: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Campbell, N.A., J. B. Reece, dan L. G. Mitchell. 2002. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.

Elrod, S. L. dan W. D. Stansfield. 2006. Genetika Edisi Keempat. Erlangga, Jakarta.

Fardias, S. 1993. Analisis Mikrobiologi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Khasani.1990. Prosedur alat-alat Kimia. Yogyakarta : liberty

Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

M. Natsir Djide. 2006 .Mikrobiologi Farmasi Dasa r. Universitas Hasanuddin : Makassar

Mila Ermila. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Erlangga : Jakarta

Schlegel. Hans G. 1994.   Mikrobiologi Umum edisi VI. Gajah Mada University Press: Yoyakarta.

Sumanti, Debby M., dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan.Universitas

Padjajaran:Jatinangor

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI : PEMBUATAN MEDIA

PEMBUATAN MEDIALaporan Praktikum Mikrobiologi Air

Disusun OlehWidi Indra Kesuma

1114111058

Page 16: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

PROGRAM STUDI BUDIADAYA PERIRANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

2012

HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Widi Indra KesumaNo. Pokok Mhs : 11141110058Program Studi : Budidaya Perairan/PerikananFakultas : PertanianJudul Praktikum : Pembuatan MediaTempat : Laboratorium Budidaya PerairanWaktu Praktikum : Selasa, 2 Oktober 2012Kelompok : 3 (tiga)

Bandar Lampung, 2 Oktober 2012

  Npm.

Page 17: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Catatan Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI AIR (BDI 206)PEMBUATAN MEDIA

Disusun Oleh :Widi Indra Kesuma ( Npm. 1114111058)

Jurusan Budidaya Periaran/PerikananFakultas Pertanian

Universitas Lampung2012

Abstrak Sebuah praktikum telah selesai dilakukan di Laboratorium Perikanan Unila. Tujuann praktikum ini adalah agar mahasiswa perikanan UNILA yang mengikuti matakuliah mikrobiologi air mengetahui dan mampu membuat berbagai media yang dibutuhkan untuk menumbuhkan berbagai mikroorganisme. Media merupakan bahan nutrisi yang berupa cairan, padatan atau setengah padat (semi solid) yang digunakan mikroorganisme yang berupa senyawa sederhana yang tersedia secara langsung atau berasal dari senyawa yang kompleks yang kemudian dipecah oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang sederhana melalui proses enzimatik. Media yang dibuat yaitu, TSA, TSB, Zobell 2216E, dan GSP. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat masing-masing media. Dalam pembuatan media juga digunakan autoklaf sebagai alat sterilisasi dan juga digunakan stirrer, yaitu alat untuk memutar larutan. Media tersebut dituangkan pada masing-masing wadah hingga siap untuk dipakai sebagai media biakan mikroorganisme.

Kata kunci : media, mikroorganisme, autoklaf, cairan, padatan, semi solid. 

A.  PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang

Untuk menelaah mikroorganisme di laboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini, haruslah dimengerti jenis-jenis

Page 18: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

nutrien yang diisyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya (Mila Ermila, 2005, Penuntun Praktikum Mikrobiologi).

Media buatan merupakan tempat hidup bagi mikroba. Media yang dipakai pada praktikum ini adalah jenis agar. Yaitu media TSA dan media Zobell 2216 E. Media zobell 2216 E terdiri dari Bacto pepton, Bacto yeast extract dan Bacto agar. Pada pembuatan media hal penting yang harus dilakukan adalah mensterilkan tempat, alat, dan tangan menggunakan alkohol. Hal ini agar lingkungan menjadi aseptis bebas dari mikroba. ( Satish Gupte,1990 )Pada umumnya mikroba menyukai media yang di dalamnya mengandung banyak gizi yang cukup tinggi. (Arthur G.Johnson,1994 ).

Pertumbuhan mikroorganisme tergantung dari tersedianya air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air yang digunakan oleh mikroorganisme untuk membeeentuk bahan sel dan memperoleh energi. Media tumbuhnya bakteri banyak jenisnya,pada dasarnya sesuatu larutan yang baik harus memenuhi syarat yang cukup. Didalamnya harus tersedia semua unsurnya. ( Hans G Schlegel , 1994 )

Pada percobaan ini, praktikan akan diajarkan tentang pembuatan berbagai macam media untuk pengembangbiakan mikroorganisme agar mikroorganisme tersebut dapat diteliti dalam laboratorium. Diharapkan dengan praktikum ini, mahasiswa mampu membuat media sendiri untuk menumbuhkan mikroorganisme guna penelitian.

2.    Tujuan PraktikumAdapun tujuan dari praktikum ini adalah sebgai berikut :Mahasiswa mengetahui dan mampu membuat berbagai media yang dibutuhkan untuh menumbuhkan berbagai mikroorganisme.

B.  TINJAUAN PUSTAKA

1.            Macam-macam media yang digunakana.            Media TSATSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa tumbuh pada media ini ( anonim, 2011).Trypticase Soy Agar digunakan untuk medium pertumbuhan dengan tujuan mengamati morfologi koloni, mengembangkan kultur murni, pertumbuhan untuktes biokimia. TSA juga biasa digunakan untuk penghitungan jumlah bakteri (anonym, 2011).

b.   Media TSBMedia TSB (Trypticase Soy Broth) , TSB adalah media brothdiperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacammikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimenlaboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam aminodan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untukbermacam mikroorganisme. Dekstrosa

Page 19: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

adalah sumber energi dan natrium kloridamempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagaibuffer untuk mempertahankan pH ( anonim, 2011).

c.   Media TCBSTiosulfat-sitrat-garam empedu-sukrosa agar-agar atau TCBS agar adalah jenis budaya agar plate selektif yang digunakan dalam mikrobiologi laboratorium untuk mengisolasi Vibrio spp. Agar TCBS sangat selektif untuk isolasi V. cholerae dan V. parahaemolyticus serta vibrio lainnya. Penghambatan bakteri gram positif dicapai oleh penggabungan empedu sapi , yang merupakan zat alami yang mengandung campuran garam empedu, dan kolat natrium , murni garam empedu . tiosulfat Sodium berfungsi sebagai belerang sumber dan, dalam kombinasi dengan besi sitrat, mendeteksi hidrogen sulfida produksi. Sakarosa ( sukrosa ) disertakan sebagai difermentasi karbohidrat untuk metabolisme vibrio. The basa pH medium meningkatkan pemulihan V. cholerae. timol biru dan biru bromothymol termasuk sebagai indikator perubahan pH ( anonim, 2011).

d.   Media Zobell 2216EBahan-bahan  pembentuk medium zobell adalah  terdiri dari NaCl (3 gram), KCl (0,7 gram),

MgCl2.6H2O (10,8 gram), MgSO4.7H2O (5,4 gram), CaCl2.2H2O (1 gram), Yeast ekstrak (1

gram) dan Bakto pekton (5 gram), aquadest, PbNO3 0,1 ppm, Pb(CHCOO)2 0,1 ppm, MR-VP

Broth, pewarnaan gram (crystal violet, lugol iodine, safranin, etil alkohol, aquadest), hidrogen

peroksida 3%, larutan naftol (1 gram per 100 ml etil alkohol) dan larutan phenilendiamin (1 gram

per 100 ml air destilasi) (Nakamura et al,1990).

2.      Fungsi AquadesDalam suatu pembuatan media, aquades sangat diperlukan untuk melarutkan bahan yang akan digunakan. Aquades juga merupakan sumber air yang nantinya akan digunakan oleh mikroorganisme untuk bisa hidup (anonim, 2011).

3.      Kelemahan dan kelebihan masing-masing media a.      Media TSA Media TSA memiliki keunggulan yaitu dapat digunakan untuk menumbuhkan berbagai macam jenis bakteri bakteri. Tetapi media ini memiliki kelemahan harus menghitung terlebih dahulu.b.      Media TSBMedia ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimenlaboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Sedangkan kelemahannya yaitu media ini hanya bisa digunakan dalam bentuk cair.c.      Media TCBSKelebihan dari media imi yaitu sangat bagus digunakan untuk menumbuhkan bakteri vibrio. Sedangkan kelemahan dari media ini sangat rentan terhadap panas yang tinggi ( anonim, 2011).

Page 20: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

C.  MATERI DAN METODE

Praktikum ini dilakukan pada pukul 10.00 WIB di laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tanggal 2 Oktober 2012. Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah media TSA, bacto peptone, bacto yeast extract, bacto agar, aquades, dan air laut yang disaring.

Praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu pembuatan media TSA, media TSB, media TCBS, media Zobell 2216E, dan media GSP. Adapun prosedur kerja praktikum ini sebagai berikut :

1.    Pembuatan media TSA (Tryptone Soya Agar)Sebanyak 40 gr TSA dilarutkan dalam 1 liter aquades lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Lalu media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Kemudian sebagian media dituang ke tabung reaksi (media agar miring) dan dalam cawan petri (agar petri). Setelah mengeras, media diinkubasi selama 24 jam pada suhu 36oC, untuk agar petri diinkubasi secara terbalik.

2.    Pembuatan media TSB (Tryptone Soya Broth)Melarutkan 30gr TSB ke dalam 1 liter aquades lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian media didiamkan dan tidak boleh dihomogenkan, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5ml. Lalu menyeterilkan media di autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Setelah itu menginkubasi media dalam suhu ruang sampai saatnya digunakan.

3.    Pembuatan media TCBS (Thiosulfate Citrate Bilesalt Sucrose)Melarutkan 88gr TCBS ke dalam 1 liter aquades lalu masukkan ke dalam Erlenmeyer. Kemudian media dihomogenkan dengan menggunakan hotplate stirrer sampai mendidih, sebelumnya masukkan magnet ke dalam Erlenmeyer yang akan berfungsi sebagai pengaduk. Setelah itu mendinginkan media, lalu media dituang ke dalam cawan petri. Saat dituang, cawan petri harus berada di dekat Bunsen agar steril. Dan selanjutnya menginkubasi terbalik selama 24 jam dalam suhu kamar.

4.    Pembuatan media Zobell 2216 EMenimbang 5 gr Bacto Pepton, 1gr Bacto Yeast extracts, dan 15gr Bacto agar, lalu masukkan dalam Erlenmeyer dan masukkan ke dalam Erlenmeyer dan larutkan dalam 1 liter air laut steril. Lalu sebagian media dituang ke dalam tabung reaksi (media agar tegak dan miring). Kemudian media disterilkan dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 15 menit. Setelah itu sisa media dituang ke dalam cawan petri, lalu setelah mengeras diinkubasi terbalik selama 24 jam pada suhu 36oC.Begitu pula untuk media miring diinkubasi pada suhu 36oC selama 24 jam.

D.  HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 21: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Telah dilakukan praktikum mengenai pembutan media dalam praktikum mikrobiologi air. Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan mengenai beberapa media, diantaranya yaitu Media TSA, TSA merupakan media kultur universal, hampir semua jenis bakteri bisa tumbuh pada media ini. Trypticase Soy Agar digunakan untuk medium pertumbuhan dengan tujuan mengamati morfologi koloni, mengembangkan kultur murni, pertumbuhan untuktes biokimia. TSA juga biasa digunakan untuk penghitungan jumlah bakteri. Media TSB (Trypticase Soy Broth) TSB adalah media brothdiperkaya untuk tujuan umum, untuk isolasi, dan penumbuhan bermacammikroorganisme. Media ini banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimenlaboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen.Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam aminodan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untukbermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah sumber energi dan natrium kloridamempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagaibuffer untuk mempertahankan pH. Tiosulfat-sitrat-garam empedu-sukrosa agar-agar atau TCBS agar adalah jenis budaya agar plate selektif yang digunakan dalam mikrobiologi laboratorium untuk mengisolasi Vibrio spp. Agar TCBS sangat selektif untuk isolasi V. cholerae dan V. parahaemolyticus serta vibrio lainnya. Penghambatan bakteri gram positif dicapai oleh penggabungan empedu sapi , yang merupakan zat alami yang mengandung campuran garam empedu, dan kolat natrium , murni garam empedu . tiosulfat Sodium berfungsi sebagai belerang sumber dan, dalam kombinasi dengan besi sitrat, mendeteksi hidrogen sulfida produksi. Sakarosa ( sukrosa ) disertakan sebagai difermentasi karbohidrat untuk metabolisme vibrio. The basa pH medium meningkatkan pemulihan V. cholerae. timol biru dan biru bromothymol termasuk sebagai indikator perubahan pH. Media Zobell 2216E, bahan-bahan  pembentuk medium zobell adalah  terdiri dari NaCl (3 gram), KCl (0,7 gram), MgCl2.6H2O (10,8 gram), MgSO4.7H2O (5,4 gram), CaCl2.2H2O (1 gram), Yeast ekstrak (1 gram) dan Bakto pekton (5 gram), aquadest, PbNO3 0,1 ppm, Pb(CHCOO)2 0,1 ppm, MR-VP Broth, pewarnaan gram (crystal violet, lugol iodine, safranin, etil alkohol, aquadest), hidrogen peroksida 3%, larutan naftol (1 gram per 100 ml etil alkohol) dan larutan phenilendiamin (1 gram per 100 ml air destilasi).

Dalam praktikum pembuatan media juga bisa didapatkan beberapa kegagalan yang mungkin terjadi. Kegagalan tersebut diantaranya disebabkan factor lalai dari praktikan ataupun kurang memadainya peralatan laboratorium yang digunakan. Beberapa factor lalai dari praktikan diantaranya yaitu, kesalahan menimbang berat bahan, kurangnya ketelitian saat mengerjakan, kurang sterilnya praktikan atau alat dan bahan yang digunakan sehingga dimungkinkan adanya kontaminasi dari lingkungan luar media. Media juga dikatakan gagal apabila media tidak dapat dijadikan tempat perkembangan bakteri, hal ini dapat diakibatkan dari komposisi pembuat media, bentuk media (pada media padat) dan lainnya. Komposisi pembuat media yang tidak sesuai mengakibatkan kurangnya nutrisi yang dibutuhkan bakteri pada media, sehingga bakteri tidak tumbuh. Bentuk media padat yang tidak datar mengakibatkan sulitnya bekteri untuk berkembang biak.

Pada pembuatan media TCBS, tidak boleh di sterilisasikan di autoklaf. Hal ini disebabkan karna pada TCBS terdapat kandungan empedu Oxbile (kerbau) sebagai

Page 22: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

antibiotik/antibakteri. Kandungan empedu tersebut bisa rusak apabila disterilkan dengan autoklaf. Dan juga kandungan komposisi “bili salt” dalam TCBS tersebut akan menguap apabila disterilkan dalam autoklaf. Oleh karena itu TCBS cukup dididihkan saja dengan menggunakan hotplate stirrer.

Sedangkan TSB tidak diperkenankan untuk dihomogenkan, karena TSB merupakan media yang berbentuk cair, jadi tidak perlu dihomogenkan karena tidak akan bisa menjadi padat

Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan media yaitu media TSA. Media dibuat dengan cara mencampurkan 4 gr TSA dengan 100 ml aquades. Yang kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer.lalu ditirer slema beberapa menit. Lalu diautoklaf. Setelah itu media dituang dalam tabung reaksi dan pada cawan petri. Dan biarkan hingga dingin dan mengeras.

TSB dibuat dengan cara mencampurkan TSB sebanyak 4,5 gr dengan 150 ml aquades. Setelah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, media TSB ditutup dengan aluminium foil dan dituang dalam tabung reaksi sebanyak 5ml, kemudian ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan ikat dengan menggunakan karet gelang. Kemudian TSB dipanaskan pada hot stirrer. Lalu sampel TSB di autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121oC.setah itu media dituang dalam tabung reaksi.

TCBS dibuat dengan cara mncampurkan 6,75gr TCBS dengan 150 ml aquades. TCBS dihomogenkan sampai mendidih dengan menggunakan hotplate stirrer, setelah itu tunggu sampai dingin. Kemudian tuang ke dalam cawan petri, sebelumnya hidupkan. Bunsen, sterilkan cawan petri dengan diputar-putarkan di api pada bunsen. Stelah itu media dituangkan dalam wadah yang telah disediakan.

Zobell 2216 E dibuat dengan cara mencampurkan 1gr bacto yeast, 5gr bacto peptone dan 15gr bacto agar dengan 50 ml air laut yang telah disterilkan. Zobell 2216 E adalah media untuk menumbuhkan bakteri air laut, tidak bisa digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang berada di air tawar. Media zoobel tersebut di autoklaf kemudian di tuangkan dalam wadah media. Dan didiamkan hingga beku. Media zobell ini dibuat dalam dua tahap yaitu pada media zobel padat dan media zobel cair.

E.  KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:1.    Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara yang berguna untuk

membiakkan mikroba.2.    Media yang digunakan untuk membiakkan mikroorganisme adalan media TSA, TSB,

TCBS, dan Zobell 2216 E.3.    Saat menuangkan media agar ke dalam cawan harus selalu berada di dekat api agar

media steril.

Page 23: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

4.    Media agar harus cepat dituang ke cawan karena jika dingin media akan mengeras.

Adapun saran yang diperlukan untuk praltikum ini adalah sebagaiberikut:1.    Lebih hati-hati dan teliti lagi dalam menggunakan autoklaf

2.    Upayakan terlebuh dahulu kebersihan dan sterilisasi parktikan sebelum melakaukan praktikum agar tidak terjadi kontaminasi

3.    Fasilitas yang ada di laboratorium mohon di tambah untuk menunjang pelaksanaan praktikum.

4.    Lebih efektif lagi antar asisten dan praktikan dalam melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2011. http://analiskesehatan-indonesia.blogspot.com/2011/08/media-kultur.html. Diakses pada 7 Oktober 2012.

Anonym. 2011. http://www.scribd.com/doc/48173368/Media-TSB. Diakses pada 7 Oktober 2012.

Anonym. 2011. http://www.scribd.com/doc/48173368/Media-TSB. Diakses pada 7 Oktober 2012.

Anonym. 2011. http://adios19.wordpress.com/2011/12/13/media-isolasi-bakteri/. Diakses pada 7 Oktober 2012.

Gupte. Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Binarupa Aksara.

Mila Ermila. 2005. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Erlangga : Jakarta

Schlegel. Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum edisi VI. Gajah Mada University Press: Yoyakarta.

Metode Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri Edwardsiella tarda

Metode Pemeriksaan dan Identifikasi  Bakteri Edwardsiella tarda Pada Ikan Nila (Oreochromis nilotikus) Yang Dilalulintaskan di Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu Dan Keamanan 

 Hasil  Perikanan Makassar

OLEH : FIRDA ALVIONITA SARI

Pembimbing Intern     : Ir.Anton, S.Pd., M.P dan Risal

Ekstern  : Muh. Arifin, S.Pi

A.   PENDAHULUAN 

a.  Latar Belakang

Page 24: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Indonesia merupakan Negara Perairan luas memegang peranan penting dalam perekonom

ian nasional terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi nelayan/ p

etani ikan. Tetapi perkembangan dapat meningkatkan resiko penyakit yang dapat menyebabkan k

erugian besar, salah satunya adalah bakteri.

Dengan meningkatnya produksi dapat membawa konsekuensi terhadap mutu hasil perika

nan. Hal ini disebabkan karena adanya hama dan penyakit yang menyerang komoditi. Oleh karen

a itu diperlukan penanganan yang tepat untuk mencegah agar tidak mempengaruhi kualitas perair

an.

Balai  basar karantina ikan merupakan salah satu instansi pemerintah yang berperandalam 

pembangunan sub sektor perikanan untuk meningkatkan produksi dan kelestarian sumber daya p

erairan. Salah satu penanganan yang dilakukan yaitu mengidentifikasi bakteri yang menyerang k

omoditi perikanan yang akan dikirim melalui pemeriksaan di laboraturium secara konvensional d

an mikroskopis.

b. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilakukannya praktik yaitu untuk mengetahui cara mengidentifikasi bakteri Edwa

rdsiella Tarda pada ikan nila. Adapun menfaatnya yaitu dapat menambah wawasan mengenai car

a identifikasi bakteri dan mendapatkan pengalaman kerja secara langsung di lapangan.

B.  TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri, dari kata latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok terbanyak dari orga

nisme hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), 

dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, cytoskeleton, dan organel lain s

eperti mitokondria dan kloroplas. 

  1.  Ciri-ciri dan Morfologi Bakteri

Ø   Ciri-ciri ;

a. Organisme multiselluler

b. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel).

c. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki ukuran 

rata-rata 1 s/d 5 mikron.

d. Hidup bebas atau parasit.

Ø  Morfologi ;

a. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola,

Page 25: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

b. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder.

c. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung.

2. Bakteri Edwardsiella Tarda

Edwardsiella Tarda dikenal sebagai penyakit utama pada budidaya catfish di USA. Edwar

dsiella tarda tidak memproduksi endotoxin seperti umumnya bakteri gram negative lainnya, tetap

i menghasilkan 2 exotoxin yang dapat menyebabkan lesi. Bakteri ini berbentuk batang pendek, g

ram negative, non acid fast, motil, tidak membentuk spora dan tidak membentuk kapsul. Edward

siella tarda tumbuh optimum pada suhu 25-300C dengan masa inkubasi selama 24-48 jam dan tid

ak tumbuh pada suhu dibawah 100C  dan diatas 400C.

·    Media Pembawa-    

Inang : Lele (Clarias spp.), Karper, yellow tail (Seriola sp.), Sea bream, Flounder, Patin (Pangasi

us spp.) dan Nila (Oreochromis niloticus)

 (Kep.Men.17/MEN/2006)

  -  Bukan inang : ikan air tawar, air laut lainnya (Kep.Men.17/MEN/2006).

  3. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila berasal dari benua Afrika tepatnya Afrika bagian timur pada tahun 1969, nama i

lmiahnya adalah  Oreochromis niloticus dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. 

a. Klasifikasi Ikan Nila

 Klasifikasi ikan nila menurut Devitri (2010) adalah sebagai berikut:

    · Kelas         : Osteichthyes

    · Sub-kelas  : Acenthop therigii

    · Ordo          : Percomophi

    · Sub-ordo   : Percoida

    · Famili        : Cichlidea

    · Genus        : Oreochromis

    · Spesies      : Oreochromis niloticu

b. Ciri-ciri Ikan Nila 

Ciri umum ikan nila adalah bentuk tubuhnya memanjang dan ramping. Sisiknya berukura

n relatif besar, matanya  menonjol  dan besar  dengan  tepi  berwarna  putih. Ikan nila  mempuny

ai  lima buah sirip yaitu punggung, dada, perut, anus, dan ekor. Pada sirip dubur (anal fin) memil

Page 26: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

iki 3 jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2  jari

jari lemah  mengeras dan 16-18 jarijari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin)  memiliki 17 jari-

jari  sirip  keras  dan 13 jari-jari  sirip  lemah. Sirip dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-jari siri

p keras dan 5 jarijari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin) memiliki 1 jarijari sirip keras dan 5 jarij

ari sirip  lemah. Ikan nila  juga  memiliki sisik cicloid yang menutupi seluruh tubuhnya (Popma d

an Michael, 1999). 

                        

C.  KEGIATAN-KEGIATAN

1.  Sterilisasi alat dan bahan

Sterilisasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk  mensucihamakan alat atau ba

han dari suatu bentuk kehidupan. Sterilisasi yang dilakukan di BBKIPM ada dua cara yaitu; 1). S

terilisasi kering dilakukan dengan cara melakukan pencucian menggunakan air sabun kemudian 

perendaman dengan alkohol 70% lalu ditiriskan dan dibungkus kertas lalu disterilkan dengan ove

n selama ± 2 jam. 2). Sterilisasi basah untuk mensterilkan bahan yang akan digunakan sebagai ba

han uji atau bahan media tumbuh menggunakan autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit.

2.  Pembuatan Media 

Pembuatan media berfungsi untuk memberikan tempat yang mendukung pertumbuhan da

n perkembangbiakan dari mikroorgansme yang ingin ditumbuhkan. Umumnya media yang serin

g digunakan di BBKIPM yaitu TSA (Tryptic Soy Agar), TSA NaCl (Tryptic Soy Agar Natrium 

Clorida), TCBS (Thiosulphate Citrate Bile Sucrose), SDA (Sabrout Dextrose Agar), TSB (Trypti

c Soy Broth) dan KF Strepto. Media tersebut dilarutkan dengan aquadest dengan dosis sesuai den

gan banyaknya media yang dibuat. Kemudian dihomogenkan diatas hot plate with stirrer, lalu di 

autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit. Setelah selesai media dituang kedalam cawan pe

tri kecuali media TSB dituang ke tabung reaksi. Penuangan media tumbuh dilakukan di laminary 

flow untuk mencegah agar tidak terkontaminasi. Setelah semua media telah dituang,  media di U

V (Ultra Violet) ± 15menit.

3. Isolasi bakteri      

Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingk

ungannya seperti yang terdapat pada organ organisme (ikan), sehingga diperoleh kultur murni ata

u biakan murni bakteri. Mengisolasi bakteri dilakukan di dalam laminary flow secara aseptik dan 

teliti. Proses pengisolasian dilakukan menggunakan jarum ose yang telah dipanaskan kemudian d

Page 27: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

itusuk ke organ komoditi yang ingin didentifikasi. Setelah itu digoreskan pada media padat TSA 

atau BHIA. Setelah penggoresan selesai media dimasukkan kedalam inkubator pada suhu 26-

300C. selama 24-48 jam dan akan menghasilkan koloni transparan berukuran 0.5 mm. 

4. Pemurnian Bakteri

Pemurnian dilakukan dari isolasi bakteri yang telah diinkubasi selama 24 – 48 jam, bakter

i yang telah diinkubasi biasanya terdiri dari beberapa koloni bakteri. Sehingga diperlukan pemur

nian bakteri secara aseptik agar kita hanya memperoleh satu jenis bakteri didalam media tumbuh 

tersebut. Teknik pemurnian bakteri dilakukan dengan menggunakan jarum ose yang telah disteril

kan. Kemudian mengambil satu koloni yang terpisah pada media hasil isolasi, lalu digores ke per

mukaan media tumbuh sesuai jenis koloni yang ingin dimurnikan menggunakan dengan teknik  4 

goresan. Bakteri yang diambil dari media tumbuh secara aseptik, digoreskan pada media kultur 

murni BHIA, setelah goresan pertama selesai, jarum ose dipanaskan dan setelah dingin dilakukan 

goresan kedua, dari goresan kedua ke goresan ketiga tidak perlu memanaskan jarum ose, hal ini 

dimaksudkan jumlah koloni bakteri dari goresan kedua sudah mulai sedikit, sedangkan goresan k

eempat terpisah dari goresan 1, 2 dan 3. Setelah kultur murni selesai, bakteri tersebut diinkubasi 

dengan suhu 270C – 30 0C selama 24 – 48 jam di inkubator.

5. Uji Biokimia

Uji biokimia (uji lanjut) dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri yang menyerang ikan, 

selain dengan melihat bentuk dan warna koloni bakteri, kita perlu melakukan uji biokimia agar p

roses identifikasi lebih akurat. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam uji biokimia yaitu 

;

a. Pewarnaan gram

Proses pewarnaan gram dilakukan dengan cara menyediakan slide glass bersih yang sudah diberi 

tetesan aquadest. Mengambil biakan bakteri yang akan diuji lalu digoreskan pada slide glass ters

ebut dengan cara diratakan secara tipis-tipis hingga kering agar bakteri yang ada pada slide terse

but tidak menumpuk sehingga mudah untuk diamati. Setelah itu, difiksasi di atas api bunsen agar 

bakteri betul-betul merekat pada slide glass, tetapi pada saat difiksasi jangan terlalu lama, karena 

dapat menyebabkan bakteri jadi rusak. Selanjutnya, memberikan tetesan gram A (Kristal violet) s

elama 1 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir, lalu dikeringkan. Gram ini berfungsi untuk 

memberikan warna sekaligus gram positif pada bakteri yang ada pada slide tersebut. Setelah keri

ng ditetesi lagi dengan gram B (iodium) selama 1 menit juga. Ini untuk merekatkan gram positif 

Page 28: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

pada bakteri. Setelah gram B, diberikan lagi gram C (alcohol 95%) selama 30 detik lalu dibilas d

an dikeringkan. Dan yang terakhir, ditetesi dengan gram D (safranin) selama 2 manit lalu dibilas 

dengan air dan dikeringkan. Pada gram ini, dia akan memberikan / merekatkan gram negative. Ji

ka bakteri termasuk gram positif maka gram D tidak akan berpengaruh pada bakteri tersebut. Tet

api jika sebaliknya, gram D akan merekat dan memberikan warna negative pada bakteri tersebut. 

Setelah semua pemberian warna selesai,objek glass dapat diamati langsung dibawah mikroskop.

  - Hasil Pewarnaan Gram Edwardsiella tarda

     Adapun hasil yang diperoleh pada sampel ikan Nila  yang di ininokulasikan dengan media 

TSB, dilakukan uji pewarnaan gram. Organ yang di isolasi adalah ginjal dan ditemukan bakteri E

dwardsiella tarda berwarna merah muda dengan bentuk batang pendek gram negatif.

b. Uji oksidase

 Uji oksidase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase pada bakteri tersebut. Uji 

ini dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dan diletakkan pada kertas oksidase, jika ke

rtas oksidase berwarna biru maka uji oksidase positif, sedangkan apabila tidak terjadi perubahan 

warna maka uji oksidase negatif. 

c. Uji katalase

Uji katalase dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya enzim katalase bakteri. Uji ini dilakukan d

engan cara mengambil biakan bekteri yang telah ditetesi H2O2, jika bakteri tersebut berbuih atau 

mengeluarkan gelembung gas maka uji katalase positif, sedangkan jika tidak berbuih maka katal

ase negative.

d. Uji MIO

Uji MIO terdiri terdiri dari motil (tusukan), indol (cincin) dan ornithin (perubahan warna). Biaka

n bakteri diambil menggunakan jarum ose lurus dan ditusukan secara vertical lalu diinkubasi sela

ma ± 24 jam, kemudian dilihat perubahan yang terjadi. Apabila biakan bakteri menyebar dari gar

is tusukan maka motil positive, sedangkan apabila terjadi perubahan warna menjadi ungu tua ata

u tetap ungu, maka ornithin positive dan apabila terjadi cincin merah setelah ditetesi larutan kova

k’s maka indol positive. 

e. Uji Triple Sugar Iron (Agar)

Uji TSIA ini bertujuan untuk melihat perubahan warna yang terjadi pada goresan miring (Slant) 

dan tusukan tegak (Butt) dan melihat reaksi bakteri terhadap asam dan basa, serta kemampuan ba

Page 29: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

kteri manghasilkan gas dan H2S. Apabila terjadi perubahan warna merah pada goresan miring da

n tusukan tegak maka bakteri bersifat K/K (basa), sedangkan apabila perubahan pada goresan mi

ring menjadi warna kuning dan pada tusukan tegak menjadi merah maka bakteri bersifat A/K (As

am/Basa). Selain itu apabila terbentuk warna hitam, maka bakteri menghasilkan H2S dan apabila 

ada gas, maka bakteri dapat menghasilkan gas. 

f. Uji Lysine decarboxilase 

Media LIA terdiri dari goresan miring/slant  (diaminase)  dan  tusukan  lurus/butt  (decarboxylas

e), uji ini dilakukan dengan cara  mengambil  biakan  bakteri  dengan  menggunakan jarum ose k

emudian ditusukkan pada butt  dan digoreskan pada slant kemudian diinkubasi selama ± 24 jam. 

Jika  terjadi perubahan warna  pada  slant  dan  butt  menjadi  ungu  tua  maka  uji  LIA  ini positi

f, dan apabila tidak terjadi  perubahan  warna  maka  pembacaannya  negative.  Media akan beru

bah  warna menjadi  hitam  apabila  bakteri  yang  diuji  mampu  menghasilkan  gas  (H2S). 

g. Uji Simons Citrate Agar (SCA)

prinsipnya untuk mendeteksi kemampuan bakteri menggunakan asam citrate sebagai sumber

karbon untk metabolism. Test ini dapat untuk membedakan generasi Edwardsiella (-) dengan

Salmonella (+), menggunakan spesies Aeromonas hydrophylla (+) dengan A.salmonicida (-) dan

lainnya. Uji SCA dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri menggunakan jarum ose, lalu

digoreskan pada media SCA dan diinkubasi selama ± 24 jam. Setelah diinkubasi, diamati

perubahan warna yang terjadi. Jika terjadi perubahan warna dari warna hijau menjadi biru maka

uji SCA positif, sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna, maka hasilnya negative.

h. Uji Trehalose, D’manitol , dan sukrose, L-arabinouse

 Uji  gulagula  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  kemampuan bakteri  melakukan  fermentasi  ka

rbohidrat. Uji ini dilakukan dengan cara  mengambil  biakan  bakteri dengan  jarum  ose  lalu  di

masukkan  ke  dalam  media  gulagula  setelah  itu  diinkubasi selama ±24 jam.  Jika  terjadi  per

ubahan  warna  maka  pengujian  tersebut  positif  dan  apa  bila  tidak  terjadi  perubahan  warna  

maka  pengujian  tersebut  hasilnya  negatif.

i. Uji Malonate

Uji ini dilakukan untuk melihat perubahan malonate. Jika terjadi perubahan warna dari hijau ke b

iru, maka uji malonate positif. Sedangkan apabila tidak terjadi perubahan warna maka uji malona

te negatif.

j. Uji MRVP

Page 30: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri menfermentasi glukosa untuk menghasil

kZXSCan asam pada pengujian Methyl Red (MR). Pembacaan MR dilakukan dengan menambah

kan reagent MR sebanyak 6 tetes, apabila terjadi perubahan warna menjadi warna merah maka h

asil pembacaannya positif, sedangkan apabila terjadi perubahan warna menjadi kuning maka hasi

l pembacaannya negatif. 

6. Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri adalah membandingkan bakteri yang belum diketahui dengan bakteri 

yang sudah diketahui identitasnya dengan melakukan pembacaan warna. Identifikasi mikroba ber

guna untuk mempelajari secara detail karakter fisik, kimiawi, dan biologis mikroba sehingga dap

at di ketahui dan dimanfatkan secara optimal.

Identifikasi bakteri dilakukan dengan melihat perubahan uji biokimia yang telah diinkubasi

selama 24-48 jam. Hasil uji biokimia dan pewarnaan gram ditulis dalam blangko pengujian dan

selanjutnya diidentifikasi secara manual dengan bantuan buku acuan :   

1. Bakteria from Fish and Other Aquatic Animals 1 (Buller, 2004)

1. Bacteria Fish Pathogens – Disease of Farmed and Wild Fish (Springer, 2007)

2. Cowan and Steel’s

Hasil uji biokimia untuk kontrol ( + ) edwardsiella tarda sebagai berikut ;

KARAKTAERISTIK Edwardsiella tarda

Acid Production From :1. D-Mannitol -2. Sucrose -3. Trehalose -4. L-Arabinose -

Tetrathionate reduction +Malonate utilization -Indole production +Hidrogen sulfide production in Triple Sugar Iron (agar) +Motility +Citrate (Christensen’s) +       Sumber  :  OIE, 1995

Tabel . Jenis-jenis Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) Golongan Bakteri  

     Golongan I           Golongan II

Renibacterium salmoninarum         Aeromonas salmonicida

Page 31: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Nocardia seriolae         Edwardsiella tarda

Nocardia asteroids         Edwardsiella ictaluri

Nocardia crassostreae         Streptococcus agalactiae

Mycobacterium marinum         Pasteurella piscicida

Mycobacterium chelonei         Streptococcus iniae

Mycobacterium fortuitum         Yersinia ruckeri

Aerococcus viridans var Homeri

Pseudomonas anguilliseptica

Sumber : Buller  D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktek kerja lapang di BBKIPM Makassar adalah s

ebagai berikut :

1. Kegiatan yang dilakukan di BBKIPM Makassar yaitu sterilisasi alat dan bahan,isolasi bakteri, 

pemurnian bakteri, uji biokimia (uji lanjut) dan idetifikasi bakteri.

2. Semua kegiatan yang dilakukan baik dari alat, bahan serta proses yang dilakukan mulai dari a

wal hingga akhir harus dalam keadaan steril untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar.

3. Media yang digunakan yaitu meliputi media tumbuh dan media uji biokimia. Media tumbuh te

rdiri dari media BHIA (Brouth Heart Iron Agar), TSA (Tryptic Soy Agar), TCBS (Thiosulphate 

Citrate Bile Sucrose), KF Strepto dll. Sedangkan media uji biokimia terdiri dari MIO, TSIA, LIA

, SCA, Trehalose, D’manitol, Sukrose, L’arabinose dll. 

4. Bakteri yang ditemukan pada komoditi nila (Oreochromis niloticus) di BBKIPM Makassar ad

alah Edwardsiella tarda.

2.  Saran 

Selama mengikuti Praktik Kerja Lapang, saran yang ingin disampaikan yaitu perlunya pe

ningkatan dalam sarana dan prasana yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi.   

Tugas Ku: Media Pertumbuhan Mikroba (Mikrobiologi)

Page 32: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

TUGAS MIKROBIOLOGI

MEDIA PERTUMBUHAN MIKROBA

Oleh:

Nama : Diana Putri Hapsari

NIM : M0410018

Hari, Tanggal : Senin, 19 September 2011

Dosen: Tjahjadi Purwoko

Page 33: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011

Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan atau nutrisi yag diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya. Media dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:

1. Media Minimal : media minimalis untuk pertumbuhan mikroba 2. Media Kompleks: media dengan senyawa penyusun tidak diketahui pasti karena

kekompleksannya3. Media Diferensial: media untuk membedakan 2 mikroba, jadi keduanya tidak

terbunuh. Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasarkan karakter khusus yang ditunjukkan pada media diferensial.

4. Media Selektif: media untuk menyeleksi mikroba, sehingga salah satu jenis mikroba akan terbunuh. Terbunuhnya salah satu mikroba dikarenakan dalam media tersebut selain nutrisi juga ditambahkan suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.

5. Media Sintetik Terdefinisi: media dengan senyawa penyusun yang diketahui pasti.

6. Media Kaya & Diperkaya: media dengan komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media kaya dan diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks.

Dari semua media yang terdapat di atas, media yang penting diketahui komposisi dan fungsinya adalah Media Selektif, Media Sintetik Terdefinisi, dan Media Kaya dan Diperkaya. Macam contoh media dari klasifikasi media di atas yang menjabarkan komposisi serta fungsinya antara lain:

1. Salmonella Shigella (SS) AgarMerupakan media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Enterobacteriaceae patogen khususnya Salmonella spp. dan Shigella spp. dari makanan, alat-alat kesehatan lain dan bahan percobaan klinik. Komposisi dari Salmonella Shigella (SS) Agar ini antara lain:

a.    8,5 gram Bile salt atau garam bileb.    0,33 gram Brilliant green c.    5 gram Beef extract

Page 34: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

d.    2,5 gram Pancreatic Digest of Caseine.    2,5 gram Peptic Digest of Animal Tissuef.     10 gram Lactoseg.    8,5 gram Sodium Citrateh.    8,5 gram Sodium Thiosulfatei.      1 gram Ferric Citratej.      0,025 gram Neutral Redk.    13,5 gram Agar

2. PDA (Potato Dextrose Agar)Merupakan media komplek dan media diferensiasi untuk pertumbuhan jamur dan yeast sehingga sering digunakan sebagai uji untuk menentukan jumlah jamur dan yeast dengan menumbuhkan mikroba pada permukaan sehingga akan membentuk koloni yang dapat diikat dan dihitung (Fardiaz, 1993). Selain itu PDA (Potato Dextrose Agar) juga digunakan untuk pertumbuhan, isolasi dan enumerasi dari kapang serta khamir pada bahan makanan dan bahan lainnya. Komposisi medianya adalah:

a.    20% Kentangb.    Agarc.    1 liter Aquadesd.    2% Peptone

3. VRBA (Violet Red Bile Agar)Merupakan media untuk menghitung jumlah bakteri gram negatif dengan menambahkan komponen yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif kedalam medium. Dengan menambahkan bile salt maka VRB digunakan untuk menyeleksi anggota dari famili Enterobacteriaceae (Fardiaz, 1993). Komposisinya antara lain:

a.    3 gram Ekstrak yeastb.    1 gram Peptonc.    9 gram NaCld.    1,5 gram Bile Salte.    10 gram Laktosaf.     0,03 gram Neutral Redg.    0,002 gram Violet Kristalh.    12 gram Bacteriocal Agar

Mekanisme kerjanya yaitu dengan violet kristal dan bile salt dapat menghambat pertumbuhan primer dari bakteri gram positif. Degradasi laktosa menjadi asam diindikasikan oleh pH indikator neutral red yang mengubah warna menjadi merah dan mengendapkan asam bile.

4.    Strach Agar (SA)Merupakan media sintetik terdefinisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme amilolitik dimana terdiri dari pati 1%. Pati yang ada pada media SA

Page 35: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

dipecah oleh amylase yang ditandai dengan warna yaitu coklat jika hidrolisis pati tidak berlangsung sempurna, sedangkan warna kuning atau transparan jika berlangsung dengan sempurna dan warna biru jika tidak memecah pati (Winarto, 2002). Komposisinya yaitu:

a.    0,5 gram KNO3

b.    1 gram K2HPO4

c.    0,2 gram MgSO4.7H2Od.    0,1 gram CaCl2e.    FeCl2f.     10 gram Pati Kentang

5. Skim Milk AgarMerupakan media yang terdiri dari PCA steril dan susu skim. Susu skim digunakan sebagi sumber substrat. Susu skim merupakan susu yang mengandung protein tinggi sekitar 3,7% dan lemak sekitar 0,1% (Jay, 1991). Susu skim mengandung kasein yang dapat dipecah oleh mikroorganisme proteolitik menjadi senyawa nitrogen terlarut sehingga pada koloni dikelilingi area bening, sehingga kejadian tersebut menunjukkan bahwa mikroba tersebut mempunyai aktivitas proteolitik (Fardiaz, 1992). Komposisi dari media skim milk agar adalah:

a.    5 gram Kaseinb.    2,5 gram Ekstrak yeastc.    1 gram Skim milk agard.    1 gram Glukosae.    10,5 gram Agar

6. MacConkey AgarMerupakan media selektif dan diferensial yang mempunyai keistimewaan memilah bakteri enteric gram negatif dari campuran bakteri yang memfermentasikan laktosa, karena dalam MacConkey agar ini terdapat laktosa, crystal violet dan neutral red bile salt. Sehingga media ini dapat membedakan bakteri yang memfermentasi laktosa berupa koloni berwarna merah muda dan nonfermentasi yang tidak berwarna. Media ini bisa disimpan dengan suhu antara +15°C hingga +25°C dan pH 6,9 sampai 7,4. Komposisi dari media macConkey agar antara lain:

a.    17 gram/L Pancreatic Digest of Gelatinb.    10/L Lactosec.    13,5/L Agard.    1,5/L Pancreatic Digest of Caseine.    1/L Crystal Violetf.     1,5/L Peptic Digest of Animal Tissueg.    5/L Sodium Chlorideh.    30 mg/L Neutral Redi.      1,5/L Bile Salt Mixture

7. Eosin Methylene Blue

Page 36: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Merupakan media selektif dan diferensial, media ini tidak boleh digunakan jika ada tanda-tanda kontaminasi, kemerosotan yang dapat berupa menyusut, retak, atau perubahan warna serta jika sudah masuk kadaluarsanya. Fungsi dari media ini yaitu dapat menentukan jenis bakteri E.coli dengan mendapatkan hasil positif dalam tabung saat penelitian. Media Eosin Methylene Blue dapat disimpan pada suhu +15°C hingga +25°C dengan pH kisaran 7,0 sampai 7,2. Komposisi dari media ini adalah:

a.    Metilen blueb.    Eosinc.    Karbohidrat Laktosa

8. Media Thiosulfat Citrate Bile Salt Sucrose Agar (TCBSA)Media ini digunakan untuk menumbuhkan jenis bakteri Vibrio sp. Contoh-contoh bakteri yang dapat tumbuh dalam media TCBSA serta ciri khas bakterinya antara lain, Vibrio cholerae (koloni bewarna kuning), Vibrio parahaemolticus (koloni bewarna hijau dengan pusat biru), Vibrio mimicus dan Vibrio damsela (koloni bewarna hijau), Vibrio vulnificus (hijau: 85% atau kuning: 15%), Vibrio hollisae (hijau). Komposisi dari media ini berupa:

9. Na + 1% MargarinMerupakan media selektif, media ini dpat digunakan untuk mengidentifikasi mikroba lipolitik. Media yang ditambah dengan Na, 1% margarine (lemak) dan indikator sebagai substrat yang dirombak oleh mikroba lipolitik sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol. Indikator yang digunakan yaitu indikator phenol red, yang mana indikator ini akan menunjukkan perubahan warna merah menjadi kuning dalam suasana asam dengan kisaran pH 6,9 dan akan berubah menjadi warna biru jika ber-pH 8,5 (Ferdiaz, 1992). Komposisi dari media ini adalah:

a.    5 gram Peptoneb.    3 gram beef ekstrakc.    10 gram agard.    1 liter aquades

10. Nutrient AgarMedia Nutrient Agar ini mengandung banyak sumber nitrogen dengan jumlah yang cukup. Media ini dapat digunakan sebagai uji air dan produk dairy. Selain itu juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroba yang tidak selektif, atau kata lain berupa mikroorganisme heterotrof serta digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sample pada uji bakteri dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.di dalam Nutrient Agar tidak mengandung sumber karbohidrat sehingga baik digunakan untuk pertumbuhan bakteri, namun kapang tidak dapat tumbuh dengan baik. Komposisi dari nutrient agar adalah:

a.    0,3% ekstrak daging sapib.    0,5% peptone

Page 37: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

c.    5 gram NaCld.    1 liter air destilate.    15 gram/L Agar

11.  Plate Count Agar (PCA)PCA dapat mengisolasi organisme dalam susu dan diary product lainnya. Tryptone menyediakan substansi asam amino dan nitrogen kompleks yang lain, sedangkan yeast ekstrak menyuplai vitamin B kompleks. Mikroorganisme yang tumbuh yaitu E. Coli, B. subtilis, L. lactis, Lysteria monocytogenes, S. Aureus, S. Agalatus, dan L. achidophilus. Komposisi dari media plate Count Agar (PCA) antara lain:

a.    Tryptoneb.    Dekstrosec.    Agard.    Yeast Ekstract

12.  VRB (Violet Red Bile) AgarMerupakan media selektif atau penghambat, aplikasinya dalam enumerasi bakteri coliforms di dalam produk susu. Komposisi media VRB Agar adalah:

a.    5 gram/L Sodium Chlorideb.    7 gram/L Peptonec.    10 gram/L Lactosed.    3 gram/L Yeast Extracte.    15 gram/L Agarf.     0,003 gram/L Neutral Redg.    1,5 gram/L Bile Salts No. 3h.    2 mg/L Crystal Violet

13.  APDAMedia ini berguna guna menumbuhkan dan menghitung jumlah dari khamir beserta yeast dalam suatu sample. Komposisi dari media APDA ini adalah:

a.    Asam tartaratb.    Kentangc.    Agard.    Aire.    Glukosa

Yeast dan khamir akan tumbuh dengan baik jika dengan media yang sesuai.

14.  Lactose Broth (LB)Media ini digunakan untuk mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu. Selain itu juga sebagai kaldu pemerkaya atau pre-enrichment broth untuk Salmonellae serta dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Komposisi dari media Lactose Broth ini antara lain:

a.    0,3% ekstrak beefb.    0,5% peptonec.    0,5% laktosa

Page 38: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Dalam media ini peptone dan ekstrak beef menyuplai nutrien esensial untuk melakukan metabolisme dari bakteri. Sedangkan laktosa digunakan untuk penyedia sumber karbohidrat yang dapat difermentasikan untuk orgaisme koliform. Pertumbuhan mikroba dengan membentuk gas merupakan presumtive test untuk koliform.

15.  MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)MRSA merupakan media yang dapat memperkaya, menumbuhkan dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. Komposisi yang dikandung di dalam media MRSA ini adalah:

a.    10 gram/L protein dari kaseinb.    8 gram/L ekstrak dagingc.    4 gram/L ekstrak ragid.    14 gram/L agare.    0,2 gram/L magnesium sulfatf.     5 gram/L natrium asetatg.    20 gram/L D (+) glukosah.    0,004 gram/L mangan sulfati.      1 gram/L tween80j.      2 gram/L dipotassium hidrogen phosphatek.    2 gram/L diamonium hidrogen sitrat

MRSA terdapat polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk bekerja sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus. MRSA merupakan media yang diperkaya dan tidak selektif sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta bakteri yang lainnya dapat tumbuh.

16.  Trypticase Soy Broth (TSB)Merupakan media yang diperkaya, fungsinya antara lain untuk isolasi dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Namun media ini banyak digunakan untuk mengisolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen. Komposisi dari Trypticase Soy Broth yaitu:

a.    3 gram peptone soymealb.    5 gram sodium chloridec.    17 gram peptone caseind.    2,5 gram dipottasium hydrogenophosphatee.    2,5 gram D (+) glukosaf.     Dikalium fosfat

Media TSB mengandung kasein dan pepton kedelai yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dextrosa adalah sumber energi dan natrium klorida mempertahankan kesetimbangan osmotik. Dikalium fosfat ditambahkan sebagai buffer untuk mempertahankan pH.

17.  Nutrient Broth (NB)Merupakan media selektif yang digunakan oleh mikroorganisme yang berbentuk cair. Namun sebenarnya nutient broth ini intinya sama saja dengan nutrient agar. Komposisi dari nutrient broth antara lain:

Page 39: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

a.    5 gram peptonb.    1,85 L air destilasi atau aquadesc.    3 gram ekstrak daging

18.  PGYAMedia ini merupakan media yang minimalis dan selektif dan berguna untuk isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir. Komposisi yang terkandung dalam media PGYA ini adalah:

a.    Dextrosab.    0,5 gram CaCO3

c.    Aquades

19.  TEA (Tauge Ekstrak Agar)Komposisi dari media TEA adalah:

a.    100 gram Bean sprouts atau taugeb.    60 gram sukrosac.    15 gram agard.    1 liter aquades

20.  GDP (Dekstrak Potato Broth)Kandungan yang dimiliki dari media PDB ini yaitu:

a.    4 gram kentangb.    20 gram glukosac.    1 liter aquades

21.  BBLTM TrypticaseTM Soy Agar with Lecithin and Polysorbate 80Media ini merupakan salah satu media selektif dan diferensial yang mempunyai aplikasi sebagai pendeteksi serta enumerasi mikroorganisme kepentingan kebersihan. Komposisi dari media ini adalah:

a.    0,7 gram/L Lecithinb.    15 gram/L agarc.    5 gram/L papaic digest of soybean meald.    5 gram/L polysorbatee.    15 gram/L pancreatic digest of caseinf.     5 gram/L sodium chloride

22.  DifcoTM Tryptic Soy Agar with Lecithin and Polysorbate 80 (Microbial Content Test Agar)Merupakan jenis media yang selektif dan diferensial. Berfungsi sama seperti BBLTM

TrypticaseTM Soy Agar with Lecithin and Polysorbate 80 yaitu dalam pendeteksian serta enumerasi mikroba demi kepentingan kebersihan. Komposisi medianya berupa:

a.    5 gram/L soy peptonb.    15 gram/L pancreatic digest of caseinc.    0,7 gram/L lecithind.    5 gram/L sodium chloridee.    15 gram/L agarf.     5 gram/L polysorbate 80

Page 40: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

23.  BBL™ Trypticase™ Soy AgarMerupakan media selektif yang dapat mengisolasi dan mengkultivasi mikroorganisme yang kritis serta non kritis. Komposisi media ini adalah:

a.    15 gram/L agarb.    15 gram/L pancreatic digest of caseinc.    5 gram/L sodium chlorided.    5 gram/L papaic digest of soybean meal

24.  Difco™ Thermoacidurans AgarMerupakan media selektif dengan aplikasi dapat mengisolasi dan mengkultivasikan Bacillus coagulans (Bacillus thermoacidurans) dari makanan. Komposisi dari media ini adalah:

a.    20 gram/L agarb.    5 gram/L dextrosec.    5 gram/L yeast extractd.    4 gram/L dipotassium phosphatee.    5 gram/L proteose peptone

25.  Difco™ Tryptic Soy AgarMerupakan media diferensial yang mampu mengisolasi dan mengkultivasi mikroba yang kritis maupun yang non kritis seperti BBL™ Trypticase™ Soy Agar. Komposisi dari media ini yaitu:

a.    15 gram/L agarb.    5 gram/L enzymatic digest of soybean mealc.    15 gram/L pancreatic digest of caseind.    5 gram/L sodium chloride

26.  Thayer-Martin Selective AgarMerupakan media selektif yang berfungsi untuk isolasi patogen Neisseria dari spesimen campuran yang berasal dari tanaman, bakteri, dan fungi. Komposisi dari media ini antara lain adalah:

a.    20 gram/L agarb.    Trimethoprimc.    Chocolate II agar dengan vancomycin, colistin, dan nystatind.    1,5 gram/L dextrose

27.  BBL™ Seven H11 Agar BaseMerupakan media selektif dengan apikasinya sebagai prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan non klinis. Komposisinya yaitu:

a.    0.5 g/900 mL Monosodium Glutamate b.    0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate c.    13.5 g/900 mL Agar d.    0.5 mg/900 mL Calcium Chloridee.    1.0 g/900 mL Pancreatic Digst of Casein

Page 41: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

f.     0.5 mg/900 mL Biotin g.    1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate h.    1.0 mg/900 mL Zinc Sulfatei.      0.4 g/900 mL Sodium Citratej.      0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate k.    0.25 mg/900 mL Malachite Green l.      0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate m.   1.0 mg/900 mL Pyridoxine n.    1.5 g/900 mL Disodium Phosphateo.    1.0 mg/900 mL Copper Sulfate

28.  Difco™ Tetrathionate Broth BaseMerupakan media selektif dan diperkaya yang dapat mengisolasi Salmonella dari feses, urine dan makanan. Komposisi medianya yaitu:

a.    1.0 g/L Oxgall b.    10 g/L Calcium Carbonate c.    2.5 g/L Pancreatic Digest of Casein d.    2.5 g/L Proteose Peptone e.    30.0 g/L Sodium Thiosulfate

29.  Difco™ Muller Kauffmann Tetrathionate Broth BaseMerupakan median diperkaya yang berguna untuk memperkaya Salmonella dari air dan bahan makanan. Komposisinya adalah:

a.    38.1 g/L Sodium Thiosulfate (anhydrous) b.    3.0 g/L Sodium Chloride c.    5.0 g/L Beef Extract d.    45.0 g/L Calcium Carbonate e.    4.7 g/L Oxgall f.     10.0 g/L Peptone

30.  Difco™ Mycobacteria 7H11 AgarMerupakan media selektif yang berupa prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klini dan non klinis. Komposisinya adalah:

a.    0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate b.    1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate c.    0.5 mg/900 mL Biotin d.    0.4 g/900 mL Sodium Citrate e.    15.0 g/900 mL Agar f.     0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate g.    1 g/900 mL Pancreatic Digest of Casein h.    0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate i.      1.0 mg/900 mL Pyridoxine j.      0.5 g/900 mL L-Glutamic Acid k.    1.0 mg/900 mL Malachite Green l.      1.5 g/900 mL Disodium Phosphate

Page 42: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

31.  Difco™ MR-VP MediumMerupakan media diferensial yang dapat membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan pereaksi Voges-Proskauer. Komposisinya antara lain:

a.    5.0 g/L Dextrose b.    7.0 g/L Buffered Peptone c.    5.0 g/L Dipotassium Phosphate32.  BBL™ MR-VP Broth

Merupakan media diferensial, fungsinya sama saja dengan Difco™ MR-VP Medium. Yang mana komposisinya adalah:

a.    3.5 g/L Peptic Digest of Animal Tissue b.    5.0 g /L Dextrose c.    3.5 g/L Pancreatic Digest of Casein d.    5.0 g/L Potassium Phosphate

33.  Ogye Agar BaseMerupakan media selektif yang dapat menyeleksi dan mengisolasi ragi serta cetakan dari makanan. Komposisinya adalah:

a.    20 g/L Dextrose b.    5 g/L Yeast Extract c.    10 mL sterile solutiond.    Supplement 100 mg oxytetracyclinee.    12 g/L Agar

34.  BBL™ M-PA-C AgarMerupakan media selektif yang dapat menyembuhkan dan enumerasi Pseudomonas aeruginosa drai air. Komposisinya adalah:

a.    1.25 g/L Xylose b.    0.08 g/L Phenol Red c.    37.0 mg/L Nalidixic Acid d.    5.0 g/L Sodum Thiosulfatee.    2.0 g/L Yeast Extract f.     1.25 g/L Sucrose g.    1.25 g/L Lactose h.    12.0 g/L Agari.      5.0 g/L Sodium Chloride j.      5.0 g/L L-Lysine HCl k.    1.5 g/L Magnesium Sulfate l.      0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate m.   8.0 mg/L Kanamycin

35.  Vancomycin Screen AgarMerupakan media selektif yang dapat menyaring Enterococci yang bersifat menghambat Vancomycin. Komposisi medianya adalah:

a.    5.00/L Peptic Digest of Animal Tissue b.    2.00/L Dextrose

Page 43: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

c.    0.56/L FD & Yellow #5 Dyed.    5.00/L Sodium Chloride e.    8.00 /L Brain Heart Infusion f.     2.50/L Disodium Phosphate g.    13.50/L Bacteriological Agarh.    16.00/L Peptic Digest of Casein36.  Difco™ Mannitol Salt Agar

Merupakan media selektif yang mampu mengisolasi dan enumerasi Staphylococci dari material klinis dan non klinis. Komposisinya antara lain:

a.    75.0 g/L Sodium Chloride b.    1.0 g/L Beef Extract c.    15.0 g/L Agar d.    10.0 g/L Proteose Peptone No. 3 e.    25.0 mg/L Phenol Red f.     10.0 g/L D-Mannitol

37.  BBL™ Mannitol Salt AgarMerupakan media selektif yang fungsinya sama dengan Difco™ Mannitol Salt Agar. Komposisinya yaitu:

a.    5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue b.    15.0 g/L Agar c.    10.0 g/L D-Mannitol d.    25.0 mg/L Phenol Red e.    5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein f.     75.0 g/L Sodium Chlorideg.    1.0 g/L Beef Extract

38.  Difco™ Oxford Antimicrobic SupplementMerupakan media selektif dan diferensial yang mampu mengisolasi dan mendiferensiasi Listeria monocytogenes. Komposisi media ini:

a.    400.0 mg/10 mL Vial Cycloheximide b.    5.0 mg/10 mL Vial Acriflavine c.    20.0 mg/10 mL Vial Colistin Sulfate d.    10.0 mg/10 mL Vial Fosfomycin e.    2.0 mg/10 mL Vial Cefotetan

39.  Difco™ MIO MediumMerupakan media selektif yang dapat menunjukkan pergerakan dan kegiatan dekarboksilasi ornithine untuk membedakan dari Enterobacteriaceae. Komposisi bahannya:

a.    2.0 g/L Agar b.    10.0 g/L Tryptone c.    3.0 g/L Yeast Extractd.    0.02 g/L Bromcresol Purple e.    5.0 g/L L-Ornithine HCl f.     10.0 g/L Peptone

Page 44: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

g.    1.0 g/L Dextrose

40.  Difco™ Modified Oxford Antimicrobic SupplementMerupakan media selektif dan diferensial yang berguna seperti Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement. Komposisinya:

a.    Colistin Sulfate 10.0 mg/10 mL Vialb.    20.0 mg/10 mL Vial Moxalactam

41.  Difco™ Oxford Medium BaseMerupakan media selektif dan diferensial yang sama-sama berfungsi seperti Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement serta Difco™ Modified Oxford Antimicrobic Supplement. Komposisinya adalah:

a.    2.7 g/L Tryptic Digest of Beef Heart b.    1.0 g/L Esculin c.    4.4 g/L Yeast Extract d.    15.3 g/L Agar e.    4.4 g/L Proteose Peptone No. 3 f.     0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate g.    0.9 g/L Starch h.    8.9 g/L Pancreatic Digest of Casein i.      15.0 g/L Lithium Chloride j.      4.4 g/L Sodium Chloride

42.  Difco™ XLT4 Agar SupplementMerupakan media selektif yang dapat mengisolasi Salmonella non-typhi. Sedangkan komposisi yang terkandung dalam media ini adalah A 27% solution (approximate) of the surfactant TergitolTM** 4 (7-ethyl-2-methyl-4-undecanol hydrogen sulfate, sodium salt).

43.  Difco™ Bordet Gengou Agar BaseMerupakan media selektif dan diferensial yang menjadi perosedur kualitatif untuk mendeteksi dan mengisolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis. Komposisinya adalah:

a.    20.0 g/L Agarb.    4.5 g/L Potato, Infusion from 125 gc.    5.5 g/L Sodium Chloride

44.  Bordet Gengou Agar BaseMerupakan media selektif dan diferensial yang berfungsi sama dengan Difco™ Bordet Gengou Agar Base. Komposisinya adalah:

a.    Darah segarb.    Gliserol

45.  BCP Glucose AgarMerupakan media diferensial yang dapat membedakan Enterobacteriaceae yang terdapat di dalam air seni, air, dan makanan. Perbedaan yang ada ini karena jenis fermentasi dextrosa. Komposisi media ini antara lain:

Page 45: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

a.    5.00 g/L Sodium Chloride b.    10.00 g/L D-glucose c.    15.00 g/L Bacteriological Agard.    10.00 g/L Tryptone e.    0.015 g/L Bromocresol Purple f.     1.50 g/L Yeast Extract

46.  Difco™ Bordet Gengou Agar BaseMerupakan media selektif dan diferensial yang kemampuannya sama dengan Bordet Gengou Agar Base dan Bordet Gengou Blood Agar. Komposisi yang terdapat di dalam media ini adalah:

a.    20.0 g/L Agarb.    4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g c.    5.5 g/L Sodium Chloride

47.  Difco™ XLT4 Agar BaseMerupakan media selektif yang dapat mengisolasi Salmonella non-typhi. Komposisi bahan-bahan yang terkandung antara lain:

a.    7.5 g/L Lactose b.    18.0 g/L Agar c.    1.6 g/L Proteose Peptone No. 3 d.    7.5 g/L Saccharose e.    5.0 g/L Sodium Chloride f.     3.0 g/L Yeast Extract g.    6.8 g/L Sodium Thiosulfate h.    0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate i.      0.08 g/L Phenol Redj.      5.0 g/L L-Lysine k.    3.75 g/L Xylose

48.  Difco™ XLD AgarMerupakan media selektif dan diferensial yang mampu mengisolasi serta mendiferensiasikan patogen di dalam perut. Komposisinya adalah:

a.    3.0 g/L Yeast Extract b.    7.5 g/L Lactose c.    3.75 g/L Xylose d.    5.0 g/L L-Lysine e.    7.5 g/L Saccharose f.     0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate g.    6.8 g/L Sodium Thiosulfate h.    0.08 g/L Phenol Red i.      2.5 g/L Sodium Desoxycholate j.      5.0 g/L Sodium Chloride k.    15.0 g/L Agar 49.  XLD (Xylose Lysine Desoxycholate)

Page 46: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Merupakan media selektif dan diferensiasi yang man dapat menyembuhkan Salmonella sp dan Shigella sp. Komposisi yang terkandung adalah:

a.   Yeast Extractb.   Xylosec.   Lysined.   Lactosee.   Sucrosef.    Sodium Chlorideg.   Phenol Redh.   Sodium Desoxycholatei.     SodiumTj.     Ferric Ammonium Sulphatek.   Agar

50.  BBL™ XLD AgarMerupakan media selektif dan diferensiasi yang fungsinya sama dengan Difco™ XLD Agar yaitu dapat mengisolasi dan mendiferensiasikan patogen di dalam perut. Sedangkan komposisinya terdiri dari:

a.    3.0 g/L Yeast Extract b.    0.08 g/L Phenol Red c.    3.5 g/L Xylose d.    5.0 g/L L-Lysine e.    5.0 g/L Sodium Chloride f.     2.5 g/L Sodium Desoxycholate g.    7.5 g/L Lactose h.    7.5 g/L Sucrose i.      13.5 g/L Agar j.      6.8 g/L Sodium Thiosulfate k.    0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate

51.  BBL™ Kligler Iron AgarMerupakan media diferensial yang mampu mendiferensiasikan kelompok dari Enterobacteriaceae berdasarkan akan kemampuannya dalam memfermentasikan dekstrosa dan laktosa serta dalam pembebasan sulfida. Komposisi yang terkandung adalah:

a.    1.0 g/L Dextrose b.    15.0 g/L Agar c.    5.0 g/L Sodium Chloride d.    10.0 g/L Lactose e.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein f.     0.5 g/L Sodium Thiosulfate g.    10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue h.    25.0 mg/L Phenol Redi.      0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate 52.  BBL™ XL Agar Base

Page 47: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Merupakan media selektif dan diferensial yang mirip fungsinya dengan Difco™ XLD Agar dan BBL™ XLD Agar yaitu dapat mengisolasi dan mendiferensiasikan patogen di dalam perut. Komposisi yang ada adalah:

a.    3.0 g/L Yeast Extract b.    7.5 g/L Sucrose c.    3.5 g/L Xylose d.    0.08 g/L Phenol Red e.    7.5 g/L Lactose f.     5.0 g/L L-Lysine g.    13.5 g/L Agar h.    5.0 g/L Sodium Chloride

53.  Difco™ Triple Sugar Iron AgarMerupakan media diferensial yang dapat bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida. Komposisi media ini antara lain:

a.    1.0 g/L Dextrose b.    10.0 g/L Lactose c.    10.0 g/L Sucrose d.    15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein e.    0.3 g/L Sodium Thiosulfate f.     0.2 g/L Ferrous Sulfate g.    3.0 g/L Beef Extract h.    3.0 g/L Yeast Extract i.      12.0 g/L Agar j.      5.0 g/L Proteose Peptone No. 3 k.    24.0 mg/L Phenol Red l.      5.0 g/L Sodium Chloride

54.  BBL™ TSI AgarMerupakan media diferensial yang fungsinya sama dengan Difco™ Triple Sugar Iron Agar. Komposisi media ini adalah:

a.    1.0 g/L Dextrose b.    10.0 g/L Lactose c.    10.0 g/L Sucrose d.    0.2 g/L Sodium Thiosulfate e.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein f.     0.2 g/L Ferrous Ammonium Sulfate g.    13.0 g/L Agar h.    5.0 g/L Sodium Chloride i.      10.0 g/L Peptic Digest of Animalj.      25.0 mg/L Phenol Red

55.  Difco™ Tomato Juice AgarMerupakan media selektif yang mampu mengkultivasi dan dapat pula melakukan proses enumerasi Lactobacillus. Komposisi dari media ini adalah:

a.    10.0 g/L Peptone

Page 48: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

b.    20.0 g/L Agar c.    20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL) d.    10.0 g/L Peptonized Milk

56.  Difco™ Tomato Juice BrothMerupakan media selektif yang fungsinya sama dengan Difco™ Tomato Juice Agar Special. Komposisi dari Difco™ Tomato Juice Broth adalah:

a.    0.1 g/L Magnesium Sulfate b.    10.0 g/L Dextrose c.    20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL) d.    0.01 g/L Manganese Sulfate e.    0.5 g/L Dipotassium Phosphatef.     0.01 g/L Sodium Chloride g.    10.0 g/L Yeast Extract h.    0.01 g/L Ferrous Sulfate i.      0.5 g/L Monopotassium Phosphate

57.  BBL™ Brain Heart CC AgarMerupakan media selektif yang berguna mengisolasi fungsi patogen dari spesimen yang mencemarinya dengan bakteri dan jamur saprophytic. Komposisinya yaitu:

a.    5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue b.    0.5 g/L Cycloheximide c.    2.0 g/L Dextrosed.    16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein e.    13.5 g/L Agarf.     5.0 g/L Sodium Chloride g.    8.0 g/L Brain Heart, Infusion from (solids) h.    0.05 g/L Chloramphenicoli.      2.5 g/L Disodium Phosphate

58.  Difco™ Brain Heart Infusion AgarMerupakan media selktif yang dapat isolasi dan kultivasi mengenai suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan non klinis. Komposisi media ini yaitu:

a.    9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g b.    5.0 g/L Sodium Chloride c.    15.0 g/L Agar d.    7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g e.    2.5 g/L Disodium Phosphate f.     10.0 g/L Proteose Peptone g.    2.0 g/L Dextrose

59.  BBL™ Brain Heart Infusion Agar, ModifiedMerupakan media selektif yang berfungsi sama dengan Difco™ Brain Heart Infusion Agar. Komposisinya yaitu:

a.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein

Page 49: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

b.    2.5 g/L Disodium Phosphate c.    15.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue d.    15.0 g/L Agare.    2.0 g/L Dextrose f.     Brain Heart, Infusion from (solids) 3.5 g/Lg.    5.0 g/L Sodium Chloride

60.  BBL™ Brain Heart Infusion AgarMerupakan media selektif yang kemampuannya sama dengan BBL™ Brain Heart Infusion Agar Modified dan Difco™ Brain Heart Infusion Agar. Komposisi dari BBL™ Brain Heart Infusion Agar adalah:

a.    Brain Heart, Infusion from (solids) 8.0 g/Lb.    2.0 g/L Dextrose c.    13.5 g/L Agar d.    16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein e.    2.5 g/L Disodium Phosphate f.     5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue g.    5.0 g/L Sodium Chloride

61.  Lysine AgarMerupakan media diferensial yang dapat membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriacea, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain. Komposisi dari media yang digunakan adalah:

a.    5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue b.    5.00/L Pyridoxal c.    0.50/L Dextrose d.    5.00/L Beef Extract e.    5.00 mg/L Cresol Red f.     0.01/L Bromcresol Purple g.    10.0 g/L of L-Lysine HCl

62.  Arginine AgarMerupakan media diferensial yang memiliki kemampuan sama dengan Lysine Agar, komposisi yang terkandung dalam arginine agar ini adalah:

a.    0.50/L Dextrose b.    10.0 g/L L-Arginine HClc.    5.00/L Beef Extract d.    5.00/L Pyridoxale.    5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue f.     0.01/L Bromcresol Purple g.    5.00 mg/L Cresol Red

63.  Ornithine AgarMerupakan media diferensial yang berfungsi sam dengan arginine agar serta lysine agar. Sedangkan komposisi yang dimiliki antara lain:

a.    5.00/L Pyridoxal

Page 50: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

b.    5.00/L Beef Extract c.    0.50/L Dextrose d.    10.0 g/L L-Ornithine HCle.    5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue f.     0.01/L Bromcresol Purple g.    5.00 mg/L Cresol Red

64.  Difco™ Tellurite Glycine AgarMerupakan media selektif yang mampu mengisolasi koagulasi positif dari Staphylococci. Sedangkan komposisinya adalah:

a.    5.0 g/L Dipotassium Phosphate b.    10.0 g/L Tryptone c.    6.5 g/L Yeast Extract d.    17.5 g/L Agar e.    10.0 g/L Glycine f.     5.0 g/L Lithium Chlorideg.    3.5 g/L Soytone h.    5.0 g/L D-Mannitol

65.  Difco™ Baird-Parker Agar EY Tellurite EnrichmentMerupakan media diperkaya yang mampu mengisolasi dan mengenumerasi dari koagulasi Staphylococci dari makanan, kulit, minyak, udara dan material lain serta identifikasi Staphylococci atas dasar kemampuannya untuk membersihkan kuning telur.

a.    5.0 g/950 mL Beef Extract b.    20.0 g/950 mL Agar c.    12.0 g/950 mL Glycine d.    1.0 g/950 mL Extract Yeast e.    5.0 g/950 mL Lithium Chloridef.     10.0 g/950 mL Pancreatic Digest of Casein g.    10.0 /950 mL g Sodium Pyruvate 66.  Nitrate Broth

Merupakan media selektif yang dapat mendeteksi reduksi nitrat dengan komposisi yang terkandung antara lain:

a.    1.0 g/L Potassium Nitrate b.    5.0 g/L Peptone c.    3.0 g/L Meat Extract/Beef Extract d.    1.0 g/L Proteose Peptone No. 3

67.  Cetrimide AgarMerupakan media selektif yang dapat mengisolasi dan mengidentifikasi Pseudomonas aerugonisa, komposisi dari media ini adalah:

a.    0.3 g/L Cetrimide (Cetyltrimethylammonium Bromide) b.    Supplement /Liter : Glycerol 10 mLc.    1.4 g/L Magnesium Chloride d.    13.6 g/L Agare.    20 g/L Enzymatic Digest of Gelatin

Page 51: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

f.     10 g/L Potassium Chloride

68.  Orange Serum AgarMerupakan media selektif yang berfungsi untuk mengisolasi dan enumerasi mikroorganisme yang berhubungan dengan cacat produk buah jeruk. Komposisi media ini yaitu:

a.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein b.    15.5 g/L Agar c.    4.0 g/L Dextrose d.    2.5 g/L Dipotassium Phosphate e.    10.0 g/L Orange Serum f.     3.0 g/L Yeast Extract

69.  Chapman Stone MediumMerupakan media selektif yang dapat mengisolasi dan mengidentifikasi Staphylococci berdasarkan pada fermentasi mannitol dan aktivitas gelatin. Komposisi yang terkandung di dalam media ini antara lain:

a.    10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein b.    15.0 g/L Agar c.    55.0 g/L Sodium Chloride d.    2.5 g/L Yeast Extract e.    75.0 g/L Sulfate Ammonium f.     5.0 g/L Dipotassium Phosphate g.    30.0 g/L Gelatin h.    10.0 g/L D-Mannitol

70.  Lactose Agar with Bromthymol Blue and Crystal VioletMerupakan media selektif, berfungsi untuk isolasi bakteri gram negatif dari urine, feses, dan spesimen klinis lainnya. Komposisinya antara lain:

a.    3.00 g/L Yeast Extract b.    12.00 g/L Bacteriological Agarc.    7.50 g/L Casein Peptone d.    7.50 g/L Meat Peptone e.    15.00 g/L Lactose f.     0.08 g/L Bromothymol Blue g.    1.00 g/L Sodium Thiosulfate h.    0.005 g/L Crystal Violeti.      1.00 g/L Sodium Desoxycholate j.      3.00 g/L Beef Extract

71.  BBL™ Simmons Citrate AgarMerupakan media diferensial yang mampu mendiferensiasikan bakteri gram negatif berdasarkan pemakaian sitrat. Komposisi:

a.    15.0 g/L Agar b.    5.0 g/L Sodium Chloride c.    1.0 g/L Ammonium Dihydrogen Phosphate

Page 52: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

d.    0.08 g/L Bromthymol Bluee.    1.0 g/L Dipotassium Phosphate f.     0.2 g/L Magnesium Sulfate g.    2.0 g/L Sodium Citrate

72.  Simmons Citrate AgarMerupakan media diferensial yang dapat membedakan Enterobacteriaceae berdasarkan utilisasi sitrat. Komposisinya adalah:

a.    0.2 g/L Ammonium dihydrogen Phosphate b.    0.8 g/L Sodium ammonium phosphate c.    14.0 g/L Agar A (RM10)d.    2.5 g/L Tri-sodium citrate e.    5.0 g/L Sodium chloridef.     0.080 g/L Bromo-thymol blue g.    0.2 g/L Magnesium sulphate

73.  Potassium Tellurite Cystine AgarMerupakan media diferensial untuk menyembuhkan Corynebacterium diptheriae spesimen klinis dan membantu membedakan Corynebacterium diptheriae dari bakteri diphteriae lainnya. Komposisi yang ada dalam media ini adalah:

a.    2.0/L Yeast Extract b.    11.0 g/L Pancreatic Digest of Casein c.    44.0 mg/L L-Cystein d.    50.0/L Sheep bloode.    5.0/L Sodium Chloride f.     5.0/L Peptic Digest of Animal Tissue g.    50.0 mg/L Potassium Telluriteh.    15.0/L Agari.      2.0/L Beef Heart Infusion Solids

METODE PEMERIKSAAN DAN IDENTIFIKASI BAKTERI Aeromonas hydrophila. PADA KOMODITI MAS KOI (Cyprinus carpio )

OLEH :NURUL FUADAH ARIFINPEMBIMBING :Drs. Yakub Sulaeman,M.Pd DAN Liliana Jafar,S.PiABSTRAK :Di balai besar karantina ikan pengendalian mutu dan keamanan hasil perikanan untuk mengidentifikasi bakteri kita harus steril terlebih dahulu dan alat dan bahan yang digunakan juga harus steril agar tidak terjadi kontaminasi silang maka dari itu keberhasil mengidentifikasi tergantung dari kesterilan alat dan bahan yang digunakan, dalam pemeriksaan kita hanya ingin mengetahui apakah sampel tersebut positif bakteri Aeromonas hydrophila atau negatif Aeromonas hydrophila

Page 53: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Dalam pemeriksaan bakteri banyak tahap yang harus digunakan yang utamanya yaitu sterilisasi alat dan bahan, kemudian dilakukan isolasi bakteri, pemurnian bakteri, uji lanjut/uji biokimai dan yang terkhir ialah pembacaan uji biokimia/ identifikasi bakteri.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi geografis provinsi Sulawesi Selatan untuk sektor perikanan mempunyai

potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan sebagai kegiatan usaha perikanan.

Kegiatan usaha perikanan tersebut harus dilakukan sebaik-baiknya, yang dapat

memberi manfaat kepada masyarakat, juga harus melindungi sumber daya hayati

secara berkesinambungan.

Berkembangnya usaha perikanan tersebut diikuti pula dengan meningkatnya

frekuensi lalu lintas komoditi perikanan yang sesuai dengan UU.NO.16 Tahun

1992,yaitu mencegah masuk dan tersebarnya HPIK baik masuk dan keluar wilayah

Republik Indonesia, maupun dari suatu area ke area yang lain.

Dalam usaha pencegahan masuknya Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dari

luar negeri ke Indonesia dan mencegah penyebarannya antar wilayah di Indonesia,

diperlukan suatu tindakan karantina, hal ini diperlukan sebagai upaya pemcegahan

penyebaran bibit penyakit. Beberapa kasus penyakit bakterial telah terjadi dibeberapa

negara misalnya di Amerika

Page 54: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Serik

Page 55: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 56: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

at 60-70% dari ikan hias impor adalah dari asia tenggara termasuk Indonesia .dari Am

rika Selatan 5% dan sisanya adalah ikan asli terutama dari florida, dimana ha

il pengamatan bakteriologi menunjukan 68% ikan yang dar

Dampak meningkatnya lalu lintas perikanan tersebut adalah semakin memberi

peluang terjangkitnya HPIK di wilayah Republik Indonesia khususnya di daerah

Sulawesi Selatan.

Balai Besar Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Makassar melakukan pengawasan terhadap komoditi perikanan yang dilalulintaskan

termasuk komoditi mas koi (Cyprinus carpio sp) yang disertai dengan sertifikat (Health

Certificate).

Untuk itu perlu di adakan upaya mencegah masuk dan tersebarnya Hama

Penyakit Ikan (HPI), dilakukan melalui kegiatan Karantina Ikan dimana berdasarkan

Undang-Undang Nomor : 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, ikan dan tumbuhan

dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 15 tahun 2002 tentang Karantina Ikan adalah

institusi pemerintah yang memiliki Tugas dan Fungsi (Tusi) sebagai pengamatan

terdepan di dalam upaya mencegah masuk dan tersebarnya Hama dan Penyakit ikan

Karantina (HPI/HPIK) yang mempunyai potensi merusak kelestarian sumber daya

hayati perikanan, baik yang berasal dari kegiatan antar area, dalam negeri (domestik

masuk/keluar), maupun kegiatan Ekspor/ impor. Selain itu di perlukan penerapan

sistem pemeriksaan dan metode diagnosa/identifikasi Hama dan Penyakit Ikan

secara tepat yang di dukung oleh sarana dan prasarana yang sesuai dengan

pendekatan sistem dan metode terbaru.

Page 57: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) adalah semua Hama dan Penyakit I

Page 58: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 59: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

kan yang belum terdapat dan/atau telah terdapat hanya di area tertentu di w

laya Negara Republik Indonesia yang dalam waktu relatife cepat dapat mewaba

Mas koi merupakan komoditi perikanan yang saat ini mempunyai nilai ekonomis

tinggi dimana mas koi merupakan komoditi perikanan yang banyak diminati karena

daya tarik yang tinggi, selain daya tarik yang tinggi warna dan corak pada tubuh ikan

mas koi yang banyak diminati, sehingga permintaan ikan mas koi terus meningkat, baik

ekspor maupun domestik.

Berdasarkan pada hal-hal diatas, maka judul yang penulis ambil dalam Praktik

Kerja Lapang (PKL) ini yaitu ”Metode Pemeriksaan dan Identifikasi Bakteri

Aeromonas hydrophyla pada komoditi ikan mas koi (Cyprinus carpio) di Balai

Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

Makassar”

B. Kegiatan - Kegiatan

1. Sterilisasi Alat Dan Bahan

Sterilisasi adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan untuk membebaskan

suatu alat atau bahan dari bentuk kehidupan. Sterilisasi alat dan bahan yang dilakukan

di BBKIPM adalah sebagai berikut:

a. Sterilisasi Kering

Sterilisasi kering yang digunakan yaitu dengan menggunakan oven. Sterilisasi ini

digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari kaca atau gelas seperti tabung

reaksi, cawan petri, tabung erlenmeyer, pipet dan sebagainya. Alat yang akan

disterilkan terlebih dahulu di masak menggunakan kompor dengan suhu tinggi hingga

panci yang berisi alat dan bahan bekas bakteri mendidih, lalu dilakukan kegiatan

mencuci alat dan bahan menggunakan deterjent kemudian itu dibilas menggunakan

larutan alkohol 70% setelah itu dikeringkan dan dibungkus menggunakan kertas

bersih(kertas kopi) dengan rapi jangan sampai ada cela agar tidak terjadi kerusakan

seperti alat dan bahan pecah atau hangus lalu dimasukkan kedalam oven disusun

dengan rapi. Suhu yang digunakan pada oven yaitu 160 0C selama 2 jam, hal ini

dimaksudkan untuk mengoksidasi cairan yang ada pada tubuh bakteri sehingga terjadi

suatu dehidrasi dan pada akhirnya dapat membunuh mikroorganisme tersebut yang

tidak diinginkan.

Page 60: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

b. Sterilisasi basah

Sterilisasi Basah yaitu sterilisasi yang menggunakan suhu panas dan uap air

secara bersamaan dengan menggunakan autoclave. Umumnya digunakan untuk

mensterilkan bahan yang akan digunakan seperti bahan uji ataupun bahan media

tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadioetomo( 1993) yang menyatakan bahwa

sterilisasi dilakukan dalam autoclave dengan suhu 121 0C dalam waktu 15 menit

dengan tekanan 1 atm. Suhu ini merupakan ketetapan, karena umumnya organisme

tidak dapat bertahan hidup pada suhu dan waktu tersebut. Setelah 15 menit, maka

autoclave dapat dimatikan. Biarkan autoclave sampai tekanannya menjadi 0 atm dan

suhu kurang dari 100 0C, setelah itu media dapat dikeluarkan.

2. Pembuatan Media Tumbuh

Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan jasad renik di

laboratorium, fungsi dari suatu media biakan adalah memberikan tempat kondisi yang

mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan dari mikroorgansme yang di

tumbuhkan. Oleh sebab itu setiap media harus memenuhi nutrient yang ditumbuhkan

oleh bakteri agar dapat berkembang biak.

Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya melalui substrat yang

disebut media. Sejumlah besar mikroorganisme memerlukan unsur-unsur yakni unsur

lengkap, vitamin-vitamin dan senyawa tambah lain. Umumnya media yang digunakan

Page 61: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

TSA (Tryptic Soy Agar) dan BHIA (Brain Heart iron Agar). Median i

Page 62: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 63: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

ni dilarutkan dengan aquades dan dihomogen diatas hot plate dan Stirrer lalu di au

oclave untuk menghindari terjadinya kontaminasi, kemudian dituang kedalam caw

n petri sebanyak 20 ml dan tabung reaksi sebanyak 10 ml. penuangan media tumbu

dilakukan di laminary flow untuk mencegah agar media tumbuh yang dituang tidak t

kontaminasi dengan dunia luar. Setelah itu, dilakukan penuangan di cawan petri da

am laminari flow , media dituang sebanyak 20 ml pada cawan petri dan 10 ml pad

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Isolasi Bakteri

Isolasi merupakan cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu

dari lingkungannya seperti yang terdapat pada organ organisme (ikan), sehingga

diperoleh kultur murni atau biakan murni bakteri. Mengisolasi bakteri dilakukan di dalam

laminary flow secara aseptik dan teliti . Teknik isolasi bakteri terdiri dari 2 yaitu teknik

ulas dan teknik gores, untuk ikan yang masih larva digunakan teknik ulas yaitu dengan

menggerus larva tersebut hingga halus menambahkan pengencer berupa aquades 2

ml, hasil dari campuran tersebut diambil menggunakan pipet kemudian dimasukkan ke

dalam media tumbuh lalu diulas secara merata.

Pada ikan Mas menggunakan teknik gores. Bakteri diisolasi menggunakan jarum

inokulum (ose) yang terlebih dahulu dipanaskan di api bunsen, hal ini dilakukan agar

tidak terjadi kontaminasi bakteri dari udara. Jarum ose yang telah dipanaskan lalu

ditusukkan ke organ target yang di duga mengandung pathogen dan selanjutnya

digoreskan kepermukaan media BHIA secara zig-zag dan hati-hati. Setelah proses

isolasi bakteri selesai, maka media tumbuh tersebut dimasukkan ke dalam ikubator

dengan suhu 27 0C – 30 0C dan diinkubasi selama 24 – 48 jam.

b. Pemurnian Bakteri

Page 64: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel

tunggal. Pemurnian dilakukan dari isolasi bakteri yang telah diinkubasi selama 2

Page 65: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

4 – 28 jam, bakteri yang telah diinkubasi biasanya terdiri dari beberapa koloni bakteri.

Sehingga diperlukan pemurnian bakteri secara aseptik agar kita hanya memperoleh

satu jenis bakteri saja didalam media tumbuh tersebut

Banyak kesulitan yang dihadapi dalam mengidentifikasi bakteri karena

penggunaan sediaan bakteri yang tidak murni sejak awal kegiatan isolasi dan

identifikasi bakteri dilakukan. Sebelum organisme dapat diidentifikasi, bakteri tersebut

harus dipersiapkan terlebih dahulu dalam keadaan murni (kultur murni). Hal ini berarti

bahwa bakteri yang tumbuh berasal dari satu induk. Jika ada 2 organisme atau lebih

yang tumbuh pada media kultur, satu dari 4 kemungkinan dapat terjadi:

1). Setiap organisme tumbuh secara independen.

2). Satu jenis bakteri mungkin memproduksi substansi yang menunjang pertumbuhan

bakteri lainnya (sinergi),

3) Satu jenis bakteri menghasilkan substansi yang menghambat perkembangan bakteri

lainnya,

4) Satu jenis bakteri dapat tumbuh lebih cepat dari lainnya dan menghambat bakteri

lainnya terhadap beberapa elemen penting dalam suplai makanan.

Pemurnian dilakukan dengan 4 goresan, bakteri diambil dari media tumbuh BHIA

secara aseptik dan digoreskan pada media kultur murni BHIA, setelah goresan pertama

selesai, lalu jarum ose dipanaskan dan setelah dingin dilakukan goresan kedua, dari

goresan kedua ke goresan ketiga tidak perlu memanaskan jarum ose, hal ini

dimaksudkan jumlah koloni bakteri dari goresan kedua sudah mulai sedikit, sedangkan

goresan keempat terpisah dari goresan 1, 2 dan 3. Setelah kultur murni selesai, bakteri

tersebut diinkubasi dengan suhu 270C – 30 0C selama 24 – 28 jam di inkubator.

Page 66: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Proses p

Page 67: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 68: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

emurnian bakteri ini dilakukan unuk mendapatkan koloni bakteri yang benar-benar mu

ni. Untuk bakteri Aeromonas hydrophila mempunyai karakterist

Tabel 5. Karasteristik Aeromonas hydrophila

KARAKTERISTIK Aeromonas hydrophila

Acid Production From :

1. Lactose - (+)

2. Maltose +

3. Sucrose (+) -

4. Phenylalanine diaminase -

Oksidase +

Christensen’s urea - (+)

Simmon’s Citrate (+) -

Motility +

Arginine dihydrolase +

Lysin decarboxylase - (+)

Ornithin decarboxylase -

Sumber : Marvin L. Speck, 1977

c. Uji Lanjut/uji biokimia

Uji biokimia dilakukan untuk dapat mengidentifikasi bakteri yang menyerang ikan,

selain dengan melihat bentuk dan warna koloni bakteri.

1) Pewarnaan gram

Page 69: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Tujuan dari pe

Page 70: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 71: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

warnaan bakteri adalah Mengamati bentuk morfologi dan membedakan struktur yang ter

dapat dalam sel bakteri. Penentuan gram (+) dan gram (-) dilakukan berdasarkan

pembentukan reaksi warna terhadap pigmen selnya. Warn

Salah satu teknik perwarnaan yang paling penting dan paling luas digunakan

untuk bakteri ialah pewarnaan gram (irawan, 2008). Uji pewarnaan gram dilakukan

untuk mengetahui bentuk dari koloni bakteri tersebut dan untuk menentukan warna

bakteri apakah termasuk dalam gram negative atau gram positif. Dalam proses ini

olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan-larutan antara lain Kristal violet, larutan

yodium, alkohol (bahan pemucat), dan safranin atau beberapa pewarna tandingan lain

yang sesuai.

Beberapa proses pewarnaan gram yaitu mengambil biakan bakteri, lalu

digoreskan diatas objek glass dan diratakan tipis-tipis agar bakteri tersebut tidak

menumpuk sehingga mudah diamati, setelah kering lalu difiksasi diatas api Bunsen

agar bakteri tersebut benar-benar melekat pada objek glass, tetapi perlu diingat bahwa

proses fiksasi jangan terlalu lama dan panas karena dapat menyebabkan bakteri rusak.

Setelah fiksasi dilakukan pewarnaan yaitu gram A (Kristal violet) yang menberikan

warna ungu pada bakteri dan dilakukan selama 1 menit, kemudian dicuci atau dibilas

dan dikeringkan. Setelah gram A dilanjutkan pada gram B (iodine) selama 1 menit, lalu

dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Setelah kering dilanjutkan pada gram C

(ethanol) selama 30 detik, lalu dibilas dan dikeringkan, dan yang terakhir adalah gram D

(safaranin) selama 2 menit lalu dibilas dan dikeringkan. Setelah kering lalu diamati

dibawah mikroskop.

Hasil Pewarnaan Gram A.hydrophila

Adapun hasil yang diperoleh pada sampel yang diisolasi dari bakteri ikan Mas

pada target lesi di badan dan ginjal setelah melakukan pengamatan ditemukan bakteri

Aeromonas hydrophilla berwarna merah muda bersifat negatif (-) dengan bentuk batang

(Road) , maka pewarnaan gram adalah (R-) .(Gambar 15).

2) Media oksidase

Page 72: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Uji oksidase dilakukan untuk mengetahu

Page 73: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 74: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

i ada tidaknya enzim oksidase pada bakteri tersebut. jika kertas oksidase berwarna

iru maka uji oksi

3) Media MIO

Uji MIO terdiri terdiri dari motil, indol dan ornithin. dilihat perubahan yang terjadi. Apabila

biakan bakteri menyebar dari garis tusukan maka motil positive, sedangkan apabila

terjadi perubahan warna menjadi ungu maka ornithin positive dan apabila terjadi cincin

merah setelah pemberian larutan kovak’s maka indol positive.

4) Media Lysine decarboxilase

Media LIA terdiri dari goresan miring/slant (diaminase) dan tusukan lurus/butt

(decarboxylase), Jika terjadi perubahan warna pada slant dan butt menjadi ungu

tua maka uji LIA ini positif, dan apabila tidak terjadi perubahan warna maka

pembacaannya negative. Media akan berubah warna menjadi hitam apabila

bakteri yang diuji mampu menghasilkan gas (H2S).

5) Media Urease

Page 75: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Uji urease ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan

enzim

Page 76: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 77: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 78: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Urease. Jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda, maka uji

Urase positif dan a

6) Media Lactose,maltose , dan sukrose, L-phenyle

Uji gula-gula ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri melakukan

fermentasi karbohidrat. Jika terjadi perubahan warna maka pengujian tersebut

positif dan apa bila tidak terjadi perubahan warna maka pengujian tersebut

hasilnya negatif.

7) Media Simons citrate agar (SCA)

Uji SCA Setelah diinkubasi, diamati perubahan warna yang terjadi. Jika

terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru maka uji SCA positif, sedangkan

apabila tidak terjadi perubahan warna maka uji SCA negatif.

8) Media Arginine

Uji Arginine dihydrolisis Jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi

merah muda berarti uji Arginine positive, sedangkan apabila tidak terjadi

perubahan warna maka uji Arginine negative.

c . Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri adalah membandingkan bakteri yang belum diketahui dengan

bakteri yang sudah

Identifikasi mikroba berguna untuk mempelajari secara detail karakter fisik, kimiawi,

dan biologis mikroba.

Page 79: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 80: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

C.Kesimpulan dan saran

kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktek kerja lapang di Balai Besar

Karantina Ikan Pengendalian Mutu Dan Keamanan Hasil Perikanan Makasar adalah

sebagai berikut:

a. Seluruh kegiatan Mikrobiologi harus di lakukan dalam keadaan steril dan alat dan bahan

yang akan di gunakan dalam kegiatan Mikrobiologi harus disterilisasikan terlebih dahulu

untuk menghindari kontaminasi dari luar.

b. Kegiatan metode Identifikasi meliputi isolasi bakteri , pemurnian bakteri, pewarnaan

gram, uji lanjut, pembacaan uji lanjut dan identifikasi bakteri.

c. Media yang di gunakan dalam metode Identifikasi bakteri ini yaitu media tumbuh BHIA

dan media-media uji lanjut yang terdiri dari uji pewarnaan Gram, uji Oksidase, Mio,

Urease, SCA, Arginin Dihydrolisis, Laktosa, Sukrosa, Maltosa dan L-phenil.

d. Indikator dari hasil pengujian biokimia bakteri Aeromonas hydrophila memiliki

karasteristik yaitu bentuk sel batang (road), motil , gram (-), oksidase (+), arginine (+),

dan ornithin decarboxylase (-),dan maltosa (+).

B. Saran

Page 81: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

a. Dalam setiap kegiatan pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat setiap

melakukan kegiatan harus memenuhi prosedur di antar

Page 82: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 83: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

anya Menggunakan masker, Handscool, dan baju laboratorium, namun terkadang hal

ini di abaikan, setiap melakukan kegiatan di Laboratorium seharusnya memenuhi

segala bentuk prosedur yang ada agar tidak terjadi kontaminasi silang pada saat

pengujian bakteri.

b. Hendaknya selalu menjaga mutu dan kesterilan media uji( baik media agar maupun

media cair ), alat, serta keadaan ruangan dari kontaminasi luar sehingga tidak terjadi

kesalahan dalam mengidentifikasi bakteri pada waktu pembacaan hasil pengujian.

c. Sebaiknya pada waktu kegiatan pemeriksaan bakteri, tidak menggunakan AC untuk

meminimalisir terjadinya kontaminasi silang terhadap manusia, sebab kontaminasi

dalam jumlah yang besar akan memberikan efek terhadap kesehatan manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto dan Liviawathy.1999, identifikasi penyakit.Alifuddin, 1993,kultur murni, Anonim, 1992. http://id.wikipedia.org/wiki/Perikanan. Austin, B. dan Dawn. 1993. 9http://id.wikipedia.com/go). Buller, N.B., 2004. Bacterial from fish and other aquatic animals : A practical identification manual. Cabi Pub. Massachusetts, USACraig , 2007. Directorat Kesehatan Ikan dan Lingkungan. Kementrian Kelautan dan Perikanan. (http://id.wikipedia.com/go), Fulton, MacDonald. 2003, aeromonas hydrophila.

Page 84: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Hadioetomo, Rat

Page 85: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 86: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

na Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Pt. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, diakses 20 maret Heru dan Agus. 1996 penyakit Aeromonas hydrophila.Marvin,L.Speck . 1976 , klasifikasi Aeromonas hidrophila.Taupik dan Bastian. 2003. Aeromonas hidrophila. Yuasa, Kei, dkk. 2003. Pandungan Diagnosa Penyakit Ikan. (www.lintasberita.com/go)

Identifikasi Bakteri Patogen

BAB    I     

PENDAHULUAN

I.1.       JUDUL            Identifikasi Bakteri PatogenI.2.       LATAR BELAKANG

Menurut Soehardjo (1985), pangan adalah bahan-bahan yang dimakan setiap hari untuk

memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian sel tubuh yang

rusak. Oleh karena itu pangan atau makanan sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber zat

gizi dan juga sumber energi. Namun pangan juga dapat sebagai sarana penggangu kesehatan bagi

manusia karena pangan dapat terkontaminasi oleh cemaran fisik, kimia maupun mikrobia.

Hampir semua bahan pangan tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan

sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah Salmonella sp,

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang, khamir serta mikroba patogen lainnya.

Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak

langsung dengan sumber–sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran

pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian saja dari berbagai sumber

pencemar yang berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak

pada bahan pangan sampai jumlah tertentu.

Dalam batas–batas tertentu kandungan mikroba dalam bahan pangan tidak banyak

berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut, tetapi apabila kondisi lingkungan

memungkinkan mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka bahan pangan akan

rusak karenanya.

Page 87: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk tumbuhnya

mikroorganisme yang bersifat patogenik terhadap manusia. Penyakit menular yang cukup

berbahaya seperti tipes, kolera, disentri, tbc, poliomilitis dengan mudah disebarkan melalui

bahan pangan. Akhir-akhir ini terjadi peningkatan gangguan saluran pencernaan akibat

keracunan bahan pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogenik yang termakan

bersama bahan pangan yang tercemar. Sebagai akibat dari meningkatnya perjalanan dan

perdagangan pangan secara internasional, maka penyakit yang disebabkan bahan pangan dan

keamanan bahan pangan dari mikroorganisme telah menjadi perhatian utama dunia.

Keamanan pangan penting dalam menjamin pangan yang aman dan layak dikonsumsi.

Suplai pangan yang aman tidak hanya melindungi kesehatan masyarakat Indonesia, tetapi juga

meningkatkan kualitas generasi muda kita dengan pangan yang aman dan layak dikonsumsi.

Indonesia telah mempunyai standar nasional yang berkaitan dengan keamanan pangan, yaitu

Standar Nasional Indonesia (SNI). Standar ini diantaranya memuat bagaimana memproduksi

bahan pangan yang benar, bagaimana mengukur cemaran, dan menyajikan batas maksimum

cemaran yang diperkenankan. Standar ini diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan

produk pangan Indonesia.

Mengkonsumsi produk pangan bermutu lebih menjamin keamanan pangan. Standar mutu

pangan yang dikeluarkan oleh SNI dapat membantu konsumen untuk menentukan mutu produk

pangan yang akan dibelinya. Standar mutu bahan pangan merupakan pedoman yang dapat

digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya pemilihan bahan pangan atau menghasilkan

bahan pangan berdaya saing tinggi. Indonesia telah memiliki standar mutu, yaitu standar yang

dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia atau SNI.

 Pangan yang bermutu dan aman dapat dihasilkan dari dapur rumah tangga maupun

industri pangan. Dapat dikatakan bahwa industri pangan merupakan salah satu faktor penentu

beredarnya pangan yang memenuhi standar mutu dan keamanan yang telah ditetapakan oleh

pemerintah. Pemerintah juga telah melakukan sederetan usaha atau langkah pengendalian

kontaminan pangan melalui inspeksi, registrasi, analisa produk akhir untuk menentukan apakah

produk yang dihasilkan oleh suatu industri pangan merupakan produk yang aman dikonsumsi.

Page 88: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

 Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang berbahaya, pemerintah

telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah keamanan

pangan. Instansi pemerintah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap peredaran produk

pangan olahan diseluruh Indonesia adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

I.3.       TUJUAN            Adapun tujuan dari  pelaksanaan praktikum ini adalah :

-          Untuk mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi bakteri Escherichia coli dalam produk

makanan

I.4.       PRINSIP Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA

PPOM 73/MIK/06) yaitu Pertumbuhan koloni Eschericia coli pada media lempeng selektif dan

dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli

diguanakan Tryptic Soy Broth (TSB) sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen

Blue (EMB) sebagai media lempeng selektif.

    

BAB   II    TINJAUAN PUSTAKA

II.1.     TEORI UMUMKualitas mikrobiologi sediaan farmasi dan produk makanan-minuman merupakan suatu

faktor yang penting untuk diperhatikan, terutama dengan kontaminasi bakteri patogen.

Kontaminasi bakteri patogen, selain mempengaruhi kualitas sediaan makanan, juga dapat

membahayakan kesehatan manusia karena dapat menyebabkan infeksi suatu penyakit.

Kondisi mikrobiologis dari makanan dan minuman menentukan keamanan dan daya

tahan makanan ataupun minuman itu sendiri. Beberapa bakteri dapat menyebabkan keracunan

makanan dan minuman, akan tetapi jumlah mikroba yang mampu menimbulkan keracunan 

Page 89: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

bergantung kepada individu dan sifat virulensi bakteri tersebut serta kombinasi makanan dan

minuman terseebut.

Beberapa sediaan farmasi yang sering mengkontaminasi produk makanan dan minuman

antara lain adalah E.coli, Salmonella, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan beberapa

spesies lainnya.

Escherichia Coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor

Escherich dalam studinya mengenai system pencernaan pada bayi hewan. Pada 1885, beliau

menggambarkan organism ini sebagai komunitas bakteri coli dengan membangun segala

perlengkapan patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. Nama “Bacterium Coli” sering

digunaka sampai pada tahun 1991. Ketika Castellani dan Chalames menemukan genus

Esherichia dan menyusun tipe spesies E.coli.

 E. coli adalah gram-negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel-sel biasanya

berbentuk batang yang panjangnya sekitar 2 mikrometer (μm) dan diameternya 0,5 μm r, dengan

volume sel 0,6-0,7 μm 3. E. coli dapat hidup di berbagai substrat. E. coli menggunakan

fermentasi asam campuran dalam kondisi anaerobik, menghasilkan laktat, suksinat, etanol, asetat

dan karbon dioksida.

Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA

PPOM 73/MIK/06) yaitu Pertumbuhan koloni Eschericia coli pada media lempeng selektif dan

dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli

diguanakan Tryptic Soy Broth (TSB) sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen

Blue (EMB) sebagai media lempeng selektif.

Prosedur pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA

PPOM 73/MIK/06) yaitu dengan cara aseptik ditimbang 10 gram atau dipipet 10 ml cuplikan

sampel ke dalam kantong plastik stomacher steril ditambahkan 90 ml TSB. Dihomogenkan

menggunakan stomacher selama 30 detik dan diinkubasi pada suhu 37±1 °C selama 18±2 jam.

Setelah itu digoreskan satu sengkelit pada media lempeng selektif EMB dan diinkubasi pada

suhu 35-37°C selama 18-24 jam dengan posisi cawan terbalik. Diamati koloni spesifik yang

tumbuh (Koloni hiajau kilap logam dengan bintik biru kehijauan ditengahnya) sealanjutnya

dilakuakan uji biokimia untuk identifikasi Escherichia coli .

Page 90: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Pernyataan hasil dari uji deteksi Escherichia coli yang merupakan bakteri gram negatif

berbentuk batang pendek dan pada reaksi IMViC memberikan hasil sebagai berikut :

         Indol                     : positif

         Merah metil           : positif

         Voges-proskauer   : negatif

         Citrate                   : negatif

Jika dari biakan TSB diperoleh hasil seperti tersebut diatas maka dapat dinyatakan

terdapat bakteri E.coli dalam tiap 10 gram sampel (BPOM RI, 2006). Uji yang digunakan untuk

mengetahui jenis coliform yang terdapat di dalam contoh adalah uji IMViC, yang merupakan

singkatan dari uji Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer, dan citrate.

Dari suspensi bakteri yang dibuat pada uji lengkap, masing-masing diinokulasikan

menggunakan jarum ose ke dalam tiga tabung yang masing-masing berisi medium yang berbeda

yaitu :

1.      Tryptone Broth untuk uji indol

2.      MR-VP Broth (Proteose Broyh) untuk uji merah metil dan uji Voges – Poskauer Koser

3.      Citrate Medium untuk uji pengguanan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon

Pada tahap selanjutnya dilakukan proses pewarnaan gram, yakni dengan tujuan untuk

memastikan apakah bakteri yang terduga merupakan Escherichia coli atau bukan. Karena ada

beberapa sampel yang menunjukkan hasil positif keberadaan bakteri Escherichia coli namun

pada tahap pewarnaan gram bakteri tersebut tidak menunjukkan cirri-ciri Escherichia coli. Oleh

karena itu, dilakukan tahap ini agar bakteri yang dimaksud benar-benar menunjukkan bahwa itu

merupakan bakteri Escherichia coli. Dan hasil pewarnaan gram pada sampel saus tomat dengan

biakan bakteri ini pun terbukti bahwa bakteri dari hasil pengujian ini merupakan bakteri

Escherichia coli.

II.2.     URAIAN MIKROBAII.2.1.  KLASIFIKASI MIKROBA

a.    Escherichia coli

Kingdom                :           Protista

Filum                      :           Protophyta

Kelas                       :           Schyzomycutes

Page 91: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Ordo                       :           Enterobacteriales

Family                    :           Enterobacteriaceae

Genus                     :           Escherichia

Species                    :           Escherichia Coli

II.3.     MORFOLOGI MIKROBA

a.      Escherihia coli

E. Coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Ukuran sel dengan panjang 2,0 – 6,0 μm dan

lebar 1,1 – 1,5 μm. Bentuk sel dari bentuk seperti coocal hingga membentuk sepanjang ukuran

filamentous. Tidak ditemukan spora.. E. Coli batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal,

berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul.bakteri ini aerobic dan dapat

juga aerobic fakultatif.

E.coli berbentuk besar (2-3 mm), circular, konveks dan koloni tidak berpigemen pada

nutrient dan media darah. E. Coli dapat bertahan hingga suhu 600C selama 15 menit atau pada

550C selama 60 menit.

II.4.     URAIAN SAMPEL

  Saus Tomat   

Tabel Komposisi Saus Tomat

Komponen Satuan Jumlah

Air Gram 89,07

Karbohidrat Gram 7,18

Protein Gram 1,33

Lemak Gram 0,17

Serat Gram 1,43

Sodium Mg 605

Pottasium Mg 317

Fosfor Mg 32

Page 92: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Magnesium Mg 19

Kalsium Mg 14

Vitamin C Mg 13,1

Gambar           :                                

                                                

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

III.1.    ALAT DAN BAHANIII.1.1. ALAT-ALAT  YANG  DIGUNAKAN

1.      Cawan petri 12 buah

2.      Erlenmeyer

3.      Gelas kimia

4.      Gelas ukur 50 ml

5.      Kaca objek

6.      Lampu spiritus

7.      Ose bulat 15 buah

8.      Spoit, 10,20 ml

9.      Sprayer + Alkohol

10.  Tabung reaksi

III.1.2.   BAHAN YANG DIGUNAKAN

1.      Saus tomat 10,19 gram

2.      NaCL 90 mL

3.      Tween 1 mL

4.      Biakan bakteri 0,1 mL

5.      Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA)

Page 93: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

6.      Tryptone Broth

7.      MR-VP media

8.      Simmon’s Citrate Agar (SCA)

9.      Nutrient Agar (NA)

10.  Laruatan Kovac

11.  Larutan Merah Metil

12.  Larutan Alfanaftol

13.  Laruatan KOH 40%

III.2.    PROSEDUR KERJA

1.      Homogenisasi Sampel (Sampel dengan Biakan)

a)      Ditimbang 10,19 gram saus tomat ke dalam Erlenmeyer steril 100 mL

b)      Tambahkan 90 mL NaCL ,Campur sampai homogen

c)      Tambahkan 0,1 mL Biakan bakteri , homogenkan

d)     Ditambahkan 1 mL Tween , kocok homogen.

2.      Pengkayaan

a)      Dipipet 10 ml sampel dan masukan ke dalam gelas Erlenmeyer steril

b)      Dipipet media BHBI ke dalam Erlenmeyer steril pada nomor 1

c)      Dihomogenkan

d)     Diinkubasi pada suhu 350-370 C ,selama 24 jam.

3.      Uji Selektif

a)      Disiapkan masing-masing 2 lempeng EMBA

b)      Diambil 1 sengkelit dari sampel untuk digoreskan pada lempeng Media EMBA (dipijarkan ose

sampai membara)

c)      Diinkubasi pada suhu 350-370 C selama 24-48 jam dengan posisi cawan terbalik

d)     Amati koloni spesifik yang tumbuh yaitu bentuk bulat, diameter 2-3 mm, warna hijau dengan

kilap logam dan bintik biru kehijauan di tengahnya.

4.      Isolasi

Page 94: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

a)      Dipilih salah satu koloni terduga dari lempeng Media EMBA

b)      Dipindahkan dengan cara zigzag /gores zigzag pada Media NA Miring

c)      Diinkubasi pada suhu 350 C – 370 C selama 24-48 jam

d)     Dicatat hasil pengamatan

5.      Uji KonfirmasiDari Media NA miring dilanjutkan dengan uji IMVIC dengan cara sebagai berikut :

a.      Uji Indol

1)      Satu sengkelit biakan NA miring  di inokulasi pada media TB, dan diinkubasi  pada suhu 350 C-

370 C selama 24-48 jam

2)      Ditambahkan 1-1 ½ tetes pereaksi KOVAC dan dikocok. Didiamkan selama 10 menit

3)      Jika terbentuk cincin berwarna merah cherry di permukaan biakan menunjukan reaksi Indol

positif

b.      Uji Metil Merah

1)      Satu sengkelit biakan NA miring di inokulasikan ke media MR-VP,dan di inkubasi pada suhu

350 C – 370 C selama 24-48 jam

2)      Dalam biakan tersebut,di tambahkan 5 tetes larutan Metil Merah. Biakan yang berwarna merah

menunjukan reaksi positif.

c.       Uji Voges –Proskauer

1)      sangkelit biakan NA miring diinokulasikan ke media MR-VP pada suhu 350 -370 C selama 24-

48 jam.

2)      Ditambahkan 3 tetes larutan  α- naftol dan 1 tetes larutan KOH 40% , kemudian diamkan selama

2-4 jam.

3)      Biakan yang berwarna merah muda hingga merah menyala menunjukan reaksi positif, bila tidak

ada perubahan menunjukan reaksi negatif.

d.      Uji Sitrat

1)      Diambil 1 sengkelit biakan NA miring, di inokulasi pada media simmon’s  Citrat Agar

2)      Di inokulasi pada suhu 350 – 370 C selama 24-48 jam

3)      Perubahan warna biakan menunjukan reaksi poitif, bila biakan tetap hijau.

Page 95: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

6.      Pewanaan Grama.   Persiapan Sediaan Apusan   Bakteri

1)      Di bersihkan kaca objek

2)      Ambil biakan menggunakan jarum ose secara aseptik

3)      Suspensikan pada kaca objek dengan menggunakan setetes air suling, ratakan suspensi hingga

tidak terlalu tebal

4)      Biarkan apusan mongering di udara, fiksasi dengan melewatkan di atas api bunsen .

b.   Pewarnaan Sediaan Apusan Mikroba

1)      Tetesan larutan Kristal violet pada apusan, biarkan selama 1 menit dan cuci kelebihan warna

dengan air mengalir

2)      Teteskan larutan iodium pada apusan biakan selama 1 menit , cuci dengan air mengalir

3)      Tetesan alkohol 95% selama 30 detik , dan bilas dengan air mengalir

4)      Teteskan larutan safranin pada apusan biakan selama 45 detik, bilas dengan air mengalir

5)      Tiriskan gelas sediaan, dan keringkan dengan kertas saring atau tissue tanpa menggosok

permukaan yang di warnai

6)      Amati dengan menggunakan mikroskop dengan penambahan 1 tetes minyak emersi.

BAB IV HASIL PENGAMATAN

IV.1.    HASIL PENGAMATANI.       Tabel pengamatan

Page 96: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Dalam percobaan kali ini, yakni identifikasi bakteri patogen dengan sampel saus tomat,

terdapat beberapa hasil yang menunjukkan keberadaan E.Coli pada hasil pengujian baik pada uji

selektif maupun uji konfirmasi, adalah sebagai berikut :

Hari/ TanggalVolume

pengenceranMedia

InkubasiPengamatanSuhu

(0C)Waktu(jam)

 Sabtu,26-5-2012

10-1 BHBI 37 24 Keruh

Minggu,27-5-2012

10-1 EMBA 37 24-48Koloni hijau, kilap mlogam dan bintik biru kehijauan ditenganhnya

Kamis,31-5-2012

10-1 NA 37 24 Tumbuh

Sabtu,2-6-2012

IMVICIndol 37 18-48 +

Merah metil 37 24 +

VP 37 24 -

SCA 37 24-48 -

Tabel. Hasil uji Escherichia coli pada saus tomat

Keterangan :

Escherichia coli dinyatakan positif dalam produk, apabila hasil uji IMVIC sebagai berikut :

         Indol                     =   + (positif)

         Merah metil           =   + (positif)

         VP                         =   - (negatif)

         SCA                      =   - (negatif)    

a        Uji Selektif  

Hari/TanggalVolume

pengenceran

MediaInkubasi

PengamatanSuhu

(0C)

Waktu

(Jam)

Minggu,

27-5-201210-1 EMBA 37 24-48

Koloni hijau, kilap logam dan bintik biru kehijauan di tengahnya.

Minggu,

27-5-201210-1 EMBA

Koloni hijau, kilap logam dan bintik biru kehijauan di tengahnya.

b        Uji Konfirmasi

Page 97: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Uji Medium Produk akhir Reaksi positif

IndolTryptone Broth

atau indol-nitritIndol

Warna merah pada penambahan

pereaksi Kovac. Warna merah

muda pada kertas asam oksalat

Merah metilProteose Broth

(MR-VP)Asam organik

Warna merah pada penambahan

indikator merah metil

Voges

proskeuer

Proteose Broth

(MR-VP)

Asam metil

karbonil

Warna merah tua pada

penambahan 5% α-naftol dan 40%

KOH

Sitrat SCA Pertumbuha Timbulnya kekeruhan

IV.2.    GAMBAR PENGAMATANa.      Uji Selektif 1.      Cawan petri yang berisi media Eosyn Methylen Blue Agar (EMBA), sebagai lempeng

penggoresan untuk 1 sengkelit sampel

                         

(1)                                                             (2)2.      Hasil pengamatan setelah diinkubasi pada suhu 35-370C selama 48 jam dengan posisi cawan

terbalik

Page 98: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

                       (1)                                                                                   (2)

b.      Uji Konfirmasi

1.        Tabung reaksi yang berisi media NA miring untuk uji IMVIC

         

2.      Hasil pengamatan setelah diinkubasi pada suhu 35-370C selama 48 jam

a)      Uji indol

     

b)      Uji Merah metil

Page 99: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

c)      Uji Voges Proskauer

                   

d)      Uji Sitrat

       c.       Pewarnaan gram1.      Persiapan Sediaan Apusan Bakteri

2.      Hasil Pewarnaan Sediaan Apusan Bakteri

                  

Page 100: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

IV.3.    PERHITUNGAN

Dalam percobaan kali ini, tidak terdapat perhitungan karena metode yang dilakukan

adalah metode identifikasi bakteri patogen (Esherichia coli) secara kualitatif yakni

bukan untuk mengetahui jumlah bakteri yang ada melainkan untuk mengetahu apakah di

dalam sampel yang dilakukan pengujian teridentifikasi bakteri E.coli atatu tidak. Karena

metode analisa kualitatif merujuk pada keberadaan bakteri patogen tersebut bukan

menyatakan jumlah dari hasil pengujian yang telah dilakukan.

                         

Page 101: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

BAB V PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yakni identifikasi bakteri patogen dengan tujuan untuk

mengetahui dan memahami cara mengidentifikasi bakteri Escherichia coli dalam pangan. Semua

teknik/prosedur pengerjaan praktikum dilakukan secara aseptik. Baik pada alat-alat yang akan

digunakan maupun pada bahan-bahan yang akan dipakai dalam praktikum.

Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cawan petri,

Erlenmeyer 100 mL, ose bulat, tabung reaksi, pipet tetes, objek gelas, spoit 10 mL dan 25 mL,

gelas kimia, auotoklaf, oven, incubator, serta timbangan. Adapun beberapa bahan yang

digunakan adalah Saus tomat 10 gram sebagai sampel, NaCl fisiologi 90 mL, Tween 1 mL,

biakan bakteri 0,1 mL, media EMBA 150 mL, NA 100 mL, BHBI 100 mL, Tryptone Broth, MR-

VP media, Simmon’s Citrate Agar (SCA) Nutrient Agar (NA), Laruatan Kovac, Larutan Merah

Metil, Larutan Alfanaftol, Laruatan KOH 40%. Tween digunakan untuk menghilangkan

pengawet yang terdapat pada sampelsaus tomat.

Terlebih dahulu alat-alat sepeti Erlenmeyer, cawan petri, ose, disterilkan dengan

menggunaka autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan selama 15 menit. Tujuannya untuk

mencegah adanya kontaminasi biakan murni dari mikroorganisme luar. Setelah itu alat tersebut

dibersihkan dengan menggunaka air kemudian dikeringkan, dan dibungkus dengan

menggunakan kertas. Lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1800C selama 1 jam.

Pada proses pembuatan media, media yang digunakan adalah media BHBI ditimbang

sebanyak 22,2 gram dan dilarutkan dengan aquadest pada gelas kimia, aduk homogen. Kemudian

media EMBA sebanyak 5,625 gram, media MR-VP sebanyak 2,55 gram, media SCA sebanyak

Page 102: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

3,62 gram. Media yang telah ditimbang kemudian dihomogenkan dengan aquadest agar media

siap untuk digunakan.

Prinsip pengujian deteksi Eschericia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi (MA

PPOM 73/MIK/06) yaitu Pertumbuhan koloni Eschericia coli pada media lempeng selektif dan

dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia. Pada pengujan deteksi Eschericia coli

diguanakan NaCl fisiologi sebagai media cair atau pengencer, dan Eosyn Methylen Blue Agar

(EMBA) sebagai media lempeng selektif.

Pada uji selektif kemudian disiapkan masing-masing dua lempemg EMBA, dan diambil

satu sengkelit dari sampel untuk digoreskan pada media lempeng selektif (EMBA) dan

diinkubasi pada suhu 350-370C selama 24-48 jam dengan posisi cawan terbalik, dan segera

diamati koloni spesifik yang tumbuh yakni koloni hijau kilap logam dengan bintik biru kehijauan

ditengahnya.

Hari/TanggalVolume

pengenceran

MediaInkubasi

PengamatanSuhu

(0C)

Waktu

(Jam)

Minggu,

27-5-201210-1 EMBA 37 24-48

Koloni hijau, kilap logam dan bintik biru kehijauan di tengahnya.

Minggu,

27-5-201210-1 EMBA

Koloni hijau, kilap logam dan bintik biru kehijauan di tengahnya.

Pada uji selektif tersebut, menunjukan hasil positif pada media EMBA yakni keberadaan

suatu bakteri Esherichia coli dengan ciri-ciri seperti tabel di atas. Oleh karena itu dilakukan lagi

pengujian lanjut yakni uji konfirmasi (IMVIC) dengan tujuan untuk lebih memastikan bahwa

bakteri tersebut adalah Esherichia coli. 

Uji konfirmasi dilakukan pada media NA mirimg yang terdiri dari uji indol, uji metal

merah, uji voges proskauer, dan uji sitrat. Pernyataan hasil dari uji deteksi E.Coli yang

merupakan bakteri gram negative berbentuk batang pendek pada uji IMVIC pada percobaan ini

memberikan hasil sebagai berikut :

Uji indol                      = (+) positif

Uji metal merah           = (+) positif

Page 103: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Uji voges proskauer    = (-) negatif

Uji sitrat                      = (-) negatif

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dari biakan BHBI diperoleh hasil tersebut

dengan pernyataan bahwa terdapat bakteri E.Coli dalam tiap 10 gram sampel percobaan dengan

penambahan biakan.

Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh tabel hasil pengamatan pada uji konfirmasi

dengan sampel saus tomat pada hari sabtu, 2-06-2012 sebagai berikut :

Uji Medium Produk akhir Reaksi positif

IndolTryptone Broth

atau indol-nitritIndol

Warna merah pada

penambahan pereaksi

Kovac. Warna merah muda

pada kertas asam oksalat

Merah metilProteose Broth

(MR-VP)Asam organic

Warna merah pada

penambahan indikator

merah metil

Voges

proskeuer

Proteose Broth

(MR-VP)

Asam metil

karbonil

Warna merah tua pada

penambahan 5% α-naftol

dan 40% KOH

Sitrat SCA Pertumbuhan Timbulnya kekeruhan

Berdasarkan tabel tersebut hasil uji indol yang diperoleh positif. Hasil ini menyatakan

bahwa terdapat bakteri Escherichia Coli dengan terbentuknya lapisan (cincin) berwarna merah

muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini membentuk indol dari tryptopan sebagai

sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan larutan kovacks. Asam amino

triptofan protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganisme

akibat penguraian protein.

Uji merah metil hasilnya positif, karena terjadi perubahan warna menjadi merah setelah

ditambahkan methyl-red. Artinya bakteri ini menghasilkan asam campuran (metilen glikon) dari

proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP terbentuknya asam campuran

pada media kan menurunkan PH sampai 5,0 atau kurang. Oleh karena bila indikator metil

Page 104: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

ditambahkan pada biakan tersebut dengan PH serendah itu, maka indikator tersebut menjadi

merah.

Sedangkan pada uji Voges proskauer hasilnya negatif, karena tidak terbentuk warna

merah pada medium setelah ditambahkan α-naftol dan KOH, artinya hasil fermentasi bakteri ini

bukan asetil metal karbinol (aseton) dengan demikian hasil negatif pada uji voges proskauer

menandakan adanya bakteri Escherichia Coli.

Demikian pula pada uji sitrat, didasarkan atas penggunaan sitrat di dalam medium,

dimana sitrat, merupakan satu-satunya sumber karbon di dalam medium tersebut. Adanya

pertumbuhan yang menunjukan sitrat sebagai sumber karbon dapat dilihat dari timbulnya

kekeruhan dalam media SCA setelah proses inkubasi. Hasil pada uji sitrat adalah negatif dengan

demikian hasil menunjukan bahwa terdapat bakteri E.Coli.

Dari kontrol positif tersebut yang dilakukan pada uji IMViC yang meliputi uji indol, uji

merah metil, uji VP, uji sitrat, ditujukan untuk menunjukkan E.coli dan pada hasil pengamatan

yang telah kami peroleh selama 1 minggu dapat dilihat pada tabel pengamatan yang menunjukan

adanya bakteri E.Coli di dalam sampel saus tomat yang digunakan.

                                                                                                                                                                                                                      

Page 105: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

BAB VIPENUTUP

VI.1.    KESIMPULAN            Dari hasil yang kami peroleh pada percobaan kali ini yaitu identifikasi bakteri patogen

(Eschericia coli) dapat disimpulkan bahwa sampel yang kami gunakan untuk deteksi uji

Escherichia coli positif terdapat bakteri E.coli di dalam sampel tersebut, karena pada hasil uji

Escherichia coli pada saus tomat dapat dilihat setelah diinokulasikan pada media EMBA koloni

yang tumbuh memiliki cirri-ciri seperti pada prosedur yang ada dan setelah dilanjutkan pada uji

konfirmasi yakni uji IMVIC hasilnya pun menunjukkan keberadaan E.Coli. hasil pengujian pun

dilanjutkan pada pewarnaan gram dengan hasil pengamatan yang diamati pada mikroskop yakni

menunjukkan cirri-ciri bakteri E.coli sehingga dapat disimpulkan bahwa uji E.Coli pada saus

tomat adalah positif koloni per 10 gram sampel.

VI.2.    SARAN

            Adapun saran yang ingin diajukan dalam pelaksanakan praktikum ini adalah diharapkan

semua praktikan lebih serius dan disiplin lagi dalam melakukan praktikum berikutnya. Dan

sebaiknya para praktikan sebelum melakukan sterilisasi harus melakukan berdasarkan prosedur

tehnik pengerjaan yakni pengerjaan atau prosedur kegiatan di laboratorium mikrobiologi harus

dikerjakan secara aseptic. Dengan tujuan untuk mencegah adanya kontaminasi silang atau

tercemarnya biakan murni dari mikroorganisme luar baik melalui kontak langsung dengan

permukaan atau tangan sekaligus melindungi diri dari infeksi dan orangorang yang berada di

dalam laboratorium. 

DAFTAR PUSTAKA

Lalo, Ahmad., dkk, 2012. Penuntun Praktikum Mikrobilologi dan Parasitologi. Akfar Bina Husada : Kendari

LAY, Bibiana W. 1994. Anaisis Mikroba di aboratorium. PT RajaGrafindo Persada:  Jakarta.Waluyo Lud, 2007. Edisi Revisi Mikrobiologi Umu. Penerbit UMM PRESS : Malang.

file:///C:/Users/speedy/Downloads/mikrobiologi%20modul%204%20_%20dizzideepinsohard-blog.htm

Page 106: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

LAMPIRAN :           A.    KOMPOSISI MEDIUM

1.       Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)

Pepton                                     10

Laktosa                                   5

Sukrosa                                   5

Dipotassiumhidrogen fosfat   2

Bacto agar                               13,5

Bacto eosin yellowish             0,4

Bacto biru metilen                   0,07

Cara pembuatan : sebanyak 36 gram serbuk disuspensikan dalam 1 liter aquadest dengan

memanaskan dalam air mendidih atau dinaikkan uap media disterilkan dalam autoklaf pada suhu

1210C selama 15 menit.

2.      Media Metil Red–Voges Proskauer (MR-VP)

Pepton from meat                   7

glukosa                                    5

dapar fosfat                             5

Page 107: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Cara pembuatan : Ambillah 50 gram Mac Conkey Broth. Larutkan dalam 1 liter air campur

hingga merata. Panaskan sampai mendidih. Kemudian mesukan dalam autoklaf pada suhu 121oC

selama 15 menit.

3.    Media Simmons Citrate AgarMgSO4                                                     0,2Ammonium dihidrogen fosfat    1Difotasium chloride                    1Sodium sitrat                              2NaCl                                           5Bacto agar                                   15Bacto bromtimol biru                  0,08            Cara pembuatan : sebanyak 24,2 gram serbuk dimasukan dalam 1 liter aquadest. Media

didihkan sampai larut sempurna, media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15

menit.

4.    Media NA (Nutren Agar)Peptone                                       5 

Beef extract                                3 

Agar                                            15 

NaCl                                           5

Cara pembuatan : ambillah 25 gram dalam 2 liter air, campur kemudian panaskan pada suhu

autoklaf 1260C selama 15 menit uji sampel sampai tampilan sesuai yang diinginkan.

B.     SKEMA KERJA

BAKTERI DAN PATOGEN (Laporan Praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)

Page 108: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

BAKTERI DAN PATOGEN(Laporan Praktikum Parasit dan Penyakit Organisme Akuatik)

Oleh:Widi Indra Kesuma

1114111058

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG\2013

I.         PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Page 109: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman adalah adanya

kontaminasi terhadap mikroorganisme. Contoh dari mikroorganisme yang dapat menyebabkan

penyakit adalah bakteri, cendawan, dan virus. Namun, mikroorganisme utama yang dapat

menyebabkan penyakit adalah bakteri. Walaupun bakteri dapat menimbulkan penyakit, namun

ada juga bakteri yang menguntungkan bagi manusia.

Adanya ilmu pengetahuan tentang adanya suatu bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada

tanaman, menyebabkan para peneliti mencoba mengkembangbiakkan bakteri tersebut dalam

sebuah media. Dalam membuktikan penyebab suatu penyakit, diperlukan metode pembuktian.

Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah metode postulat koch. Postulat Koch atau

Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan

diterbitkannya pada 1890. Penelitian Koch terhadap dimulai ketika antraks menjadi penyakit

hewan dengan prevalensi paling tinggi pada masa itu. Koch mencoba membuktikan secara

ilmiah mengenai Bacillus yang menyebabkan antraks dengan bantuan mikroskop sederhananya.

Hal itu dilakukan dengan menyuntikkan Bacillus anthracis ke dalam tubuh sejumlah tikus. Koch

mendapatkan Bacillus anthracis tersebut dari limpa hewan ternak yang mati karena antraks.

Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada1884

dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi sebelum

patogen yang dianggap sebagai penyebab penyakit, Dalam Postulat-postulat Koch disebutkan,

untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab penyakit, maka organisme tersebut harus

memenuhi sejumlah syarat. Pertama, ditemukan pada semua kasus dari penyakit yang telah

diperiksa. Kedua, telah diolah dan dipelihara dalam kultur murni (pure culture). Ketiga, mampu

membuat infeksi asli (original infection), meskipun sudah beberapa generasi berada dalam

kultur. Keempat, dapat diperoleh kembali dari hewan yang telah diinokulasi dan dapat

dikulturkan kembali.

B.       Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1.      Mengetahui gejala dan cirri ikan yang terkena Bakteri.

2.      Mengetahui cara mengetahui Bakteri yang bersifat pathogen atau tidak dengan Postulat Koch.

3.      Mempelajari cara dan metode dari Postulat Koch

Page 110: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

II.      TINJAUAN PUSTAKA

A.      Bakteri dan Bakteri Patogen

Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas

dibandingkan mahluk hidup yang lain . Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat

hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada

pula yang merugikan. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan mahluk hidup

yang lain. Bakteri adalah organisme uniselluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki

klorofil dan berukuran renik (mikroskopis) (ilham, 2008).

Berdasarkan definisi umum, bakteri patogen berarti jenis bakteri merugikan yang menimbulkan

berbagai macam penyakit, baik untuk tubuh manusia, tumbuhan, maupun hewan. Bakteri

patogen dibagi menjadi dua kelompok besar.

1.      Bakteri patogen intraseluler yang hanya menyebabkan penyakit bila masuk ke dalam tubuh

makhluk hidup. Contohnya, Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang menjadi penyebab

penyakit TBC. 

2.      Bakteri kondisional. Bakteri patogen ini bisa menimbulkan penyakit dalam keadaan tertentu.

Bakteri kondisional umumnya mengambil keuntungan dari kelemahan yang diderita makhluk

hidup, misalnya luka yang menganga atau kondisi kekebalan tubuh yang sedang menurun.

Bakteri patogen kondisional biasanya tersebar dengan mudah melalui benda-benda yang dipakai

bersama-sama. Misalnya, pegangan pintu, tombol elevator, serta pegangan kursi ataupun meja.

Contoh bakteri kondisional adalah Haemophilus influenza, penyebab penyakit influenza pada

manusia (Johny, 2011).

B.       Taksonomi dan Biologis Ikan Sampel

      Ikan Mas Koki (Carassius auratus)

Menurut Budiman dan Lingga (2005), Klasifikasi ikan mas koki adalah sebagai berikut:

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Page 111: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Class: Actinopterygii

Order: Cypriniformes

Family: Cyprinidae

Genus: Carassius 

Species: Carassius auratus (goldfish)

Menurut Yoshichi Matsui, dalam bukunya Goldfish Guide, maskoki di Jepang dikelompokkan

menjadi 3 berdasarkan asalnya. Masing-masing adalah inpor dari cina (wakin, maruko, ryukin,

domekin), hasil seleksi (jikin, nankin, tosakin, tetsuonaga, osaka ranchu, hanafusa, oranda

shishigashira),  hasil dari silangan (kiranshi, shubunkin, shukin, kaliko, azumanishiki).

Ikan maskoki dapat tumbuh hingga mencapai 23 inch (53 cm) dan maksimum mencapai berat

9.9 pounds (4.5 kg), namun hal ini sangat jarang terjadi; sebagian besar maskoki hanya mencapai

separuh dari ukuran maksimal tadi dalam masa pertumbuhannya. Dalam kondisi yang optimal,

maskoki mampu bertahan hidup hingga 40 tahun, tetapi sebagian besar maskoki umumnya hidup

antara 6 - 8 tahun. Menurut Redaksi AgroMedia (2008), memelihara dan merawat koki dalam

rumah cukup mudah. Hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas air, pemberian pakan, dan

sarana penunjang akuarium.

      Ikan Mas (Cyprinus caprio L)

Klasifikasi Ikan Mas menurut saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Filum : Chodata

Kelas : Pisces

Sub Kelas : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub Ordo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidea

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus caprio L

Page 112: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Daerah yang sesuai untuk mengusahakan pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara

150 – 600 meter di atas permukaan laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-

25 oC. Ikan Mas hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di

sungai danau maupun di genangan air lainnya ( Asmawi, 1986).

      Ikan Komet (Carassius auratus).

Ikan komet termasuk dalam famili Cyprinidae dalam genus Carassius. Ikan komet merupakan

salah satu jenis dari Cypridae yang banyak dikenal dikalangan masyarakat karena memiliki

warna yang indah dan eksotis serta bentuk yang menarik. Kedudukan ikan komet di dalam

sistematika (Lingga dan Susanto, 2003) adalah sebagai berikut :

Filum      : Chordata

Kelas       : Pisces

Sub kelas : Teleostei

Ordo       : Ostariphisysoidei

Sub ordo : Cyprinoidea

Famili     : Cyprinidae

Genus     : Carassius

Spesies   : Carassius auratus

Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik dalam akuarium maupun

kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang bersih. Untuk menjaga kualitas airnya

dianjurkan untuk mengganti minimal 25% air akuarium atau kolam tiap minggunya. Untuk

bagian substrat dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil, ini dapat membantu

ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet akan dapat menyaringnya pada saat

memakan plankton. Ikan komet dapat hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termasuk

ikan yang hidup dengan suhu rendah (15-210 C) tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu yang

tinggi sekitar 27-300 C hal ini diperlukan saat ikan komet akan memijah. Untuk memperoleh

suhu inilah maka ketinggian air didalam tempat pemijahan diharapkan hingga 15-20 cm (Partical

Fish Keeping, 2006).

C.    Penyakit yang disebabkan Bakteri

Motil Aeromonas Septicemia (MAS).

Page 113: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Adapun penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas disebut Motil Aeromonas Septicemia

(MAS) atau sering juga disebut Hemorrhage Septicemia. Penularannya melalui air, kontak

badan, peralatan yang tercemari bakteri ini. Ikan-ikan yang terserang bakteri ini memperlihatkan

gejala-gejala:

      Warna tubuh menjadi agak gelap

      Kulit kasat dan timbul pendarahan yang akan menjadi borok (hemorrhage).

      Kemampuan renang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena.

      insangnya rusak sehingga sulit bernafas.

      Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal, limpa seringpula terlihat

perut agak kembung/bengkak.

      Jika telah parah keseluruhan sirip rusak dan insangnya berwarna keputih-putihan.

      Mata rusak dan agak menonjol (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Tuberkulosis

Bakteri Mycobacterium merupakan penyebab penyakit Tuberkulosis pada ikan. Bakteri ini

diketahui menyerang 157 spesies ikan, 11 spesies amphibian, dan 27 spesies reptilian. Semua

jenis salmon sangat mudah diserang. Tuberculosis akan mengalami kerusakan organ dalam,

kurus dan kemudian mati. Apabila terjadi luka akan kehilangan protein plasma dan ikan sangat

muah terserang infeksi sekunder (Tim, 2002).

Nicordiasis

Penyakit Nicordiasis merupakan penyakit yang disebbkan oleh Bakteri Nocardia, tersebar di

alam termasuk air dan tanah. Nicordiasis dapat menyerang ikan air tawar dan air laut, bahkan

dimungkinkan menyerang paru-paru, kulit, dan tulangmanusia. Sumber penularan adalah ikan

sakit, air, dan tanah (Tim, 2002).

Enteric Red Mouth(ERM)

Penyakit Enteric Red Mouth(ERM) disebabkan oleh Bakteri Yersinia ruckeri. Bakteri ini dapat

menyerang berbagai jenis ikan air tawar maupaun laut. Sumber infeksi Bakteri ini adalah inang

alamiah atau hewan air lain yang dapat menjadi carrier. Yersenia ruckeri juga dapat hidup di

Page 114: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

dalam air. Penularan dapat terjadi melalui infeksi alamiah yersebar dari ikan ke ikan. Bakteri ini

dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk akut, kronis, atau carrier (Tim, 2002).

Streptomyces

Penyakit Streptomyces adalah penyakit yang disebabkan oleh Bakteri Streptomyces, merupakan

organism yang bersifat pathogen pada ikan. Serangan penyakit ni mempunyai dampak negative

yang dpat dirasakan secara berkelanjutan. Bakteri ini dapat menginfeksi hati dan ginjal ikan. Di

dalam kolam percobaan menggambarkan waktu kematian disebabkan penyakit ini kurang lebih

satu minggu (Tim, 2002).

D.    Postulat Koch

Pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium dan menentukan kriteria

yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit

tertentu (Gunawan, 2011).

Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch yaitu:

1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.

2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.

3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.

4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut

(Gunawan, 2011).

Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai

penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Penemuan virus, adanya

bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang

ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisma memerlukan modifikasi dari postulat Koch. Pada

tahun 1892 Dimitri Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik

pada tembakau dapat ditularkan melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring

dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat

menyaring bakteri.Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut mempunyai ukuran

yang jauh lebih kecil dari bakteri. Yellow fever merupakan penyakit pertama pada manusia yang

diketahui disebabkan oleh virus(Gunawan, 2011).

Page 115: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

III.   PROSEDUR KERJA

A.      Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 04 April 2013 pukul 13.00 WIB bertempat

di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B.       Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jarum ose, cawan petri, tabung reaksi,

kapas, Bunsen, dan aquarium. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu, Media TSA, Media TSB,

ikan mas, ikan mas koki, ikan komet.

C.      Cara Kerja

a.       Ambil sampel ikan yang sakit dengan gejala luka atau borok

b.      Amati gejala eksternal dan internal

c.       Isolasi Bakteri dari bagian tubuh yang luka dan dari ginjal ke dalam medium TSA

d.      Inkubasi selama 24 jam dalam suhu ruang

e.       Pemurnian kultur Bakteri

f.       Identifikasi Bakteri

g.      Kultur dalam media cair

h.      Hitung kepadatan Bakteri dengan spektrofotometer

i.        Infeksikan ke ikan yang sama dengan sampel dengan dosis 107 sel/ikan.

j.        Amati gejala yang ditimbulkan

k.      Jika ikan sakit, isolasi Bakteri yang luka dan dari ginjal kedalam medium TSA

l.        Indentifikasi b kemungkinan Bakteri yang diisolasi adalah bakteri

m.    Jika ada kemiripan, adlah Bakteri penyebab pathogen pada ikan tersebut.

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan

Page 116: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Jenis Ikan Sampel

Organ yang Dites

Gejala Waktu

Ikan Mas Luka a.       Ikan mas lemas , tidak

mau makan.

b.      1 ikan diam didasar dan

tidak bergerak, 4 lainnya

berenang di dasar.

c.       Ada 1 ekor ikan yang

sisiknya mulai mengelupas

d.      Ada 1 ikan yang mati.

e.       Ada 1 ikan lagi yang mati.

f.       Ada 3 ikan yang sisiknya

mulai mengelupas.

g.      2 ikan terjadi

pembengkakkan pada intra

muscular.

h.      Adanya sisik mengelupas

dan timbulnya luka.

a.       Minggu,

pukul

14.00.

b.      Minggu,

pukul

19.00.

c.       Minggu,

pukul

21.00.

d.      Minggu,

pukul

22.00.

e.       Minggu,

pukul

23.30.

f.       Senin,

pukul

03.00.

g.      Senin,

pukul

04.00.

h.      Senin,

pukul

13.00.

Ikan Mas Ginjal a.  Ikan mas lemas , tidak a.    Minggu,

Page 117: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

mau makan.

b.  Ada 1 yang mati.

c.  Ada 2 ekor yang

mengelupas sisiknya.

d. Ada 1 ikan yang sisiknya

Nampak kehitaman.

e.  Semua ikan Nampak

kehitaman di bawah

insang.

f.   Ada 1 ikan yang luka

dibagian ekor.

pukul

14.00.

b.   Minggu,

pukul

19.30.

c.    Minggu,

pukul

21.00.

d.   Senin,

pukul

02.00.

e.    Senin,

pukul

03.30.

f.    Senin,

pukul

08.30.

Ikan Komet Luka a.       Ikan mas lemas , tidak

mau makan.

b.      Ikan mengeluarkan feses

dan berenang lambat di

dasar.

c.       Warna ikan menjadi pucat.

d.      Sisik ikan mulai

mengelupas.

e.       Ada ikan yang luka pada

bagian dekat insang dan 1

a.       Minggu,

pukul

14.00.

b.      Minggu,

pukul

15.30.

c.       Minggu,

pukul

22.30.

d.      Senin,

pukul

02.00.

e.       Senin,

Page 118: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

ikan yang mati. pukul

07.30.

Ikan Mas Koki Ginjal a.       Nafsu makan berkurang.

b.      Ada ikan yang bergerak

lambat dan kurang aktif.

c.       Ada ikan yang berenang

dengan posisi kepala

menghadap ke atas serta

berenang tidak stabil.

d.      Sisik mulai kusam dan

memudar pada salah satu

ikan.

e.       Terdapat luka di

punggung.

a.     Minggu,

pukul

17.30.

b.     Minggu,

pukul

19.30.

c.     Minggu,

pukul

22.30.

d.    Senin,

pukul

03.30.

e.     Senin,

pukul

12.30.

B.       Pembahasan

Telah dilakukan praktikum mengenai Bakteri Patogen yang di identifikasi dengan metode

Postulat Koch. Ikan sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah ikan Mas, ikan Mas Koki,

dan ikan Komet. Gejala klinis dari masing-masing ikan sampel yaitu, pada ikan mas terlihat ada

luka yang memerah pada bagian sisik dan juga sirip, luka tersebut membentuk bulatan yang

lebar, gerakan ikan lambat, tidak mau makan, serta terlihat kekurangan osigen karena ikan selalu

berenang ke permukaan untuk mengambil oksigen. Pada ikan Komet, gejala klinis yang terjadi

yaitu ikan terlihat berenang lambat serta terdapat sisik yang mengelupas, kurang nafsu makan,

dan juga berenang miring. Pada ikan Mas Koki, gejala klinis yang terjadi ikan berenang lambat,

Page 119: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

adanya luka juga seperti bulatan lebar, nafsu makan kurang, respon terhadap kejutan lambat,

serta berenang dengan kepala menghadap keatas.

Pada hasil pengamatan praktikum terhadap ikan yang diinfeksikan Bakteri dari ikan sampel

menunjukkan bahwa hasil dari gejala yang terjadi terhadap ikan uji memiliki hamper kesamaan

terhadap ikan sampel. Kesamaan tersebut diantaranya gerakan ikan lambat, terdapat sisik yang

mengelupas seperti pada ikan sampel, ikan kurang nafsu makan, terdapat luka seperti bulatan

lebar, serta gerakan ikan miring dan berenang dengan posisi kepala menghadap ke atas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari metode Postulat Koch dapat dipakai sebagi cara

untuk mengetahu suatu Bakteri bersifat pathogen atau tidak pada suatu organism. Metode dari

Postulat Koch itu sendiri yaitu:

1. Mikroorganisme tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang ditimbulkan.

2. Mikroorganisme dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di laboratorium.

3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat menimbulkan penyakit.

4. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah terinfeksi tersebut

(Gunawan, 2011).

Dengan melihat cirri-ciri dari gejala penyakit yang terjadi pada ikan tersebut, dapat diduga

bahwa Bakteri yang menyerang ikan-ikan tersebut adalah Aeromonas hidrophyla dan

Pseudomonas sp. Selain karena ciri-ciri yang di timbulkan, bakteri Aeromonas hidrophyla dan

Pseudomonas sp merupakan Bakteri air tawar.

Dapat diketahui bahwa bakteri Aeromonas hidrophyla termasuk patogen oportunistik yang

hampir selalu terdapat di air dan seringkali menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi

yang kurang baik. Penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophilla ditandai dengan

adanya bercak merah pada ikan dan menimbulkan kerusakan pada kulit, insang dan organ dalam.

Penyebaran penyakit bakterial pada ikan umumnya sangat cepat serta dapat menyebabkan

kematian yang sangat tinggi pada ikan-ikan yang diserangnya. Gejala klinis yang timbul pada

ikan yang terserang infeksi bakteri Aeromonas hidrophyla adalah gerakan ikan menjadi lamban,

ikan cenderung diam di dasar akuarium; luka/borok pada daerah yang terinfeksi; perdarahan

pada bagian pangkal sirip ekor dan sirip punggung, dan pada perut bagian bawah terlihat buncit

Page 120: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

dan terjadi pembengkakan. Ikan sebelum mati naik ke permukaan air dengan sikap berenang

yang labil (Rahmaningsih, 2012).

Sedangkan bakteri Pseudomonas sp yaitu termasuk kelompok bakteri gram negative, bersifat

motil karena adanya alat gerak berupa flagel, dan bersifat aerobic. Beberapa spesies

menghasilkan pigmen yang larut dalam air. Bentuk bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran

sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini dapat terlihat sebagi bakteri tunggal, berpasangan, atau

bergerombol membentuk rantai pendek. Gejala ikan yang terinfeksi bakteri ini adalah : terdapat

benjolan merah pada pangkal sirip dada, perutnya bengkak, tubuhnya penuh borok, pendarahan

pada organ internal, sekitar mulut, opercula dan daerah ventral, terjadi nekrosis pada jaringan

limpa dan ginjal, pertumbuhan menurun, nafsu makan berkurang, dan terlihat lemah (imi, 2012).

Dari praktikum ini dapat diketahui bahwa praktikum ini mengalami keberhasilan meskipun ada

satu lagi kegiatan dari metode Postulat Koch yang belum dilakukan yaitu isolasi kembali Bakteri

dari ikan yang diinfeksikan Bakteri yang selanjutnya harus diidentifikasi kesamaan morfologi

bakterinya. Tetapi meskipun langkah tersebut belum dilakukan, praktikum ini tetap dinyatakan

berhasil dikarenakan hasil dari ciri-ciri dan gejala ikan yang diinfeksikan hampir sebagian besar

sama dengan ikan sampel yang berpenyakit.

V.      PENUTUP

A.      Keismpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1.      Metode Postulat Koch terbukti mampu menguji suatu Bakteri bersifat pathogen atau tidak.

2.      Hasil praktikum menunjukkan hasil ikan yang diinfeksikan Bakteri menderita penyakit dan

gejala yang hampir sama dengan ikan sampel yang sakit.

3.      Factor yang dapat mempengaruhi hasil dari metode postulat Koch yaitu kesalahan praktikan dan

ikan sehat yang mungkin membawa bibit penyakit dari luar.

B.       Saran

Page 121: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

Adapun saran yang dapat saya berikan yaitu:

1.      Sebaiknya lebih menjaga aspek kesterilan dalam setiap percobaan sedikin mungkin agar hasil

yang didapat bisa lebih akurat.

2.      Usahakan seluruh peserta praktikum, baik asdos maupun praktikan memakai baju lab, karena

baju lab bukanlah suatu syarat mengikuti praktikum tetapi merupakan syarat keselamatan dan

kesterilan dalam praktikum, dan juga karena asdos juga ikut membimbing jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E., E. Liviawaty, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Jakarta

Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.

Budiman A.,Agus dan Lingga P. 2005. Maskoki. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gunawan, Rudy. 2011. Makalah Mikroorganisme “Postulat Koch”. Universitas Muhamadiyah

Purwokerto. Purwokerto.

Ilham, eri. 2008. Bakteri dan pengertiannya: http://gurungeblog.wordpress.com. Diakses pada April

2013.

Imi, dkk. 2012. Bakteri Patogen pada Ikan: http://imi-jogja.blogspot.com. Diakses pada April 2013.

Johny, Template. 2011.Bakteri Patogen. http://psbiotik.blogspot.com. Diakses pada April 2013.

Lingga dan Susanto. 2003. Klasifikasi Ikan Komet (Carassius auratus). Agromedia. Jakarta.

Partical Fish Keeping. 2006. Biologi Ikan Hias. Agromedia. Jakarta.

Rahmaningsih, S. 2012. Penagruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk

Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla  pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).

Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.

Redaksi AgroMedia. 2008. Buku Pintar Ikan Hias Populer. AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta. Bandung.

Tim Karya Tani Mandiri. 2002. Pedoman Budidaya Beternak Ikan Mas. Nuansa Aulia. Bandung.

Page 122: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx
Page 123: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

LAMPIRAN

PROSES YANG DILAKAUKAN DALAM PRAKTIKUM

Page 124: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx

1.      Ikan sampel

2.      Proses isolasi Bakteri dari luka

3.      Proses isolasi bakteri ke media TSA

4.      Pembedahan ikan

5.      Isolasi Bakteri dari ginjal

6.      Isolasi Bakteri ke media TSA dari ginjal

7.      Media yang siap di inkubasi

8.      Hasil Bakteri dari luka yang telah di inkubasi

9.      Hasil Bakteri dari ginjal yang telah di inkubasi

10.  Kultur Bakteri ke media cair

11.  Penyuntikan Bakteri ke ikan sehat

12.  Ikan yang telah di suntik dan di amati.

Page 125: BAHAN PENYAKIT IKAN.docx