26
Bahan Perkuliahan ke 5 PPKN PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Oleh : Drs Muhammad Taufiq, M.H. Kes A. PENGERTIAN ETIKA, MORAL NILAI dan NORMA 1. Etika Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak, adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan- aturan kesusilaan (Kencana Syafiie, 1993). Dalam konteks filsafat, etika membahas tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai berikut : 1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia. 2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual) maupun mahluk sosial (etika sosial) 2. Moral Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar mnejadi manusia yang lebih baik. Moral dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran kritis dan mendasar tetang ajaran-ajaran dan pandangan moral dan etika merupakan ilmu pengetahuan yang membahas prinsip-prinsip moralitas (Devos, 1987). Etika merupakan tingkah laku yang bersifat umum universal berwujud teori dan bermuara ke moral, sedangkan moral bersifat tindakan lokal, berwujud praktek dan berupa hasil buah dari etika. Dalam etika seseorang dapat memahami dan mengerti bahwa mengapa dan atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu, inilah kelebihan etika 1

Bahan perkuliahan ke 5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bahan perkuliahan ke 5

Bahan Perkuliahan ke 5 PPKN

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA Oleh : Drs Muhammad Taufiq, M.H. Kes

A. PENGERTIAN ETIKA, MORAL NILAI dan NORMA

1. Etika

Secara etimologi “etika” berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti

watak, adat ataupun kesusilaan. Jadi etika pada dasarnya dapat diartikan sebagai

suatu kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa patuh kepada seperangkat aturan-

aturan kesusilaan (Kencana Syafiie, 1993). Dalam konteks filsafat, etika membahas

tentang tingkah laku manusia dipandang dari segi baik dan buruk. Etika lebih

banyak bersangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan

dengan tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986).

Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita

mengikuti suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung

jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah sebagai

berikut :

1. Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap

tindakan manusia.

2. Etika Khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dalam hubungannya

dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)

maupun mahluk sosial (etika sosial)

2. Moral

Moral merupakan patokan-patokan, kumpulan peraturan lisan maupun tertulis tentang

bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar mnejadi manusia yang lebih baik.

Moral dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran kritis dan

mendasar tetang ajaran-ajaran dan pandangan moral dan etika merupakan ilmu pengetahuan

yang membahas prinsip-prinsip moralitas (Devos, 1987).

Etika merupakan tingkah laku yang bersifat umum universal berwujud teori dan

bermuara ke moral, sedangkan moral bersifat tindakan lokal, berwujud praktek dan berupa

hasil buah dari etika. Dalam etika seseorang dapat memahami dan mengerti bahwa mengapa

dan atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu, inilah kelebihan etika

1

Page 2: Bahan perkuliahan ke 5

dibandingkan dengan moral. Kekurangan etika adalah tidak berwenang menentukan apa yang

boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang, sebab wewenang ini ada pada ajaran moral.

3. Norma

Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga masyarakat atau

kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan dan pengendali sikap dan

tingkah laku manusia. Agar manusia mempunyai harga, moral mengandung integritas dan

martabat pribadi manusia. Sedangkan derajat kepribadian sangat ditentukan oleh moralitas

yang dimilikinya, maka makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang

tercermin dari sikap dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, norma sebagai penuntun,

panduan atau pengendali sikap dan tingkah laku manusia. Norma dibedakan menjadi:

1. Norma moral

Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudu baik tidak

baik, susila tidak susila, etis tidak etis, sopan tidak sopan.

2. Norma hukum

Yang berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai penjabaran dari

nilai Pancasila.

4. Nilai

Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, namun

bukan objek itu sendiri.Nilai merupakan kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi

kehidupan manusia, yang kemudian nilai dijadikan landasan, alasan dan motivasi dalam

bersikap dan berperilaku baik disadari maupuin tidak disadari. Nilai merupakan harga untuk

manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya kejujuran, kemanusiaan (Kamus Bhasa

Indonesia, 2000).

Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan

menyadarkan manusia akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi

mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem

nilai) merupakan salah satu wujud kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya.

Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu adalah wujud kebudayaan sebagai

sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks

kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih nilai-

2

Page 3: Bahan perkuliahan ke 5

nilai menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya,

pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya.

Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan menekankan pada segi-

segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan serta pengaruh

yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai diatas,

Prof. Notonogoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas.

3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian

dapat dirinci sebagai berikut

a. Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.

b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.

c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa,

etika)

d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang tertinggi

dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia kepada Tuhan

Nilai akan lebih bermanfaat dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia, maka harus

lebiih di kongkritkan lagi secara objektif, sehingga mamudahkannya dalam menjabarkannya

dalam tingkah laku, misalnya kepatuhan dalam norma hukum, norma agama, norma adat

istiadat dll

Beberapa motivasi manusia berprilaku baik dan berprilaku buruk dan jahat.

Motivasi manusia berprilaku baik, antara lain:

a. Karena adanya kesadaran moral (hati nurani). Manusia berbuat baik, untuk

kebaikan itu sendiri (Immanuel .Kant: Imperatif Kategoris).

b. Karena takut akan sanksi yang diterimanya, karena sanksi /hukuman pada

hakekatnya adalah memberikan rasa yang tidak enak, tidak nyaman.

c. Karena merasa bahagia (senang).

d. Karena merasa berguna berguna (bermanfaat), menurut faham Utilitarisme.

e. Supaya dapat pujian, simpatis

f. Untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

g. Merasakan kedamaian dan ketentraman hidup.

Motivasi manusia berprilaku buruk/ jahat, antara lain:

3

Page 4: Bahan perkuliahan ke 5

a. Karena keterpaksaan, merasa tidak ada jalan lain, walaupun sejatinya hidup

adalah pilihan.

b. Karena mudah dan cepat mencapai tujuan (menghalalkan segala cara).

c. Tidak takut akan sanksi yang diterimanya

d. Karena kebiasaan dan pengaruh lingkungan

e. Karena tidak tegak dan tegasnya aturan dan sanksi.

f. Meredup dan hilangnya hati nurani sehingga kedap terhadap penderitaan orang

lain.

Maka untuk menjaga:

1. Keberadaan dan tumbuhnya hati nurani di dalam hati, supaya kita, mau dan

berani untuk intropeksi, jawa: mulat sariro hangrosowani (mau dan berani

memeriksa bathin dan perbuatan kita, dan sekaligus berani menyalahkan dan

memberi hukuman untuk diri sendiri). Jika melakukan kesalahan, cepat diketahui

dan cepat minta maaf dan bertobat serta berjanji tidak akan mengulangi lagi.

2. Terhindar dari prilaku dosa dan buruk/jahat, kita harus selalu sadar bahwa kita

sebagai makhluk Tuhan dan makhluk beragama, maka sebagai konsekuensinya

harus taat hukum Tuhan (hubungan secara vertikal antara Tuhan dan manusia).

Selain itu kita juga harus sadar secara kodrati manusia adalah makhluk sosial (Zoon

Politicon, Homo Socius), maka kita harus hidup bersama orang lain, bahkan berbuat

sesuatu untuk kebaikan/kesejahteraan lain orang lain. Konsep mencintai sesama itu bisa kita

temukan dalam filosofis jawa, yakni Asih mring sesamaning dumadi (mencintai sesama

ciptaan Tuhan), dalam agama Kristiani (konsep cinta kasih): Kasihilah sesamamu seperti

dirimu sendiri, dalam agama Hindu: Tat Twam Asi (Itulah Kamu) Ahimsa (tanpa kekerasan

dari Mahatma Gandhi) Sosro Kartono( Tokoh Kebatinan Jawa): Adanya aku karena engkau,

dalam agama Islam: Rahmatan lil alamin( untuk kesejahteraan seluruh umat manusia), Homo

homini sallus: Aku ada, kalau berguna bagi orang lain. Dari konsep ini semua akan

menumbuhkan rasa simpati dan empati pada orang lain, sehingga jika berbuat jahat pada

orang lain, kita akan merasakan sebaliknya, bagaimana kalau kita yang mengalami sendiri,

dalam jawa disebut tepo sliro (seandainya saya sendiri yang mengalami).

Pada dasarnya etika membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti

nilai baik dan buruk, nilai susila atau tidak susila, nilai kesopanan, kerendahan hati dan

sebagainya.

1.1 Sumber Kebaikan dan Keburukan

4

Page 5: Bahan perkuliahan ke 5

Sumber kebaikan dan keburukan kemauan bebas untuk memilih.

Teori kemauan bebas, yaitu: determinisme dan indeterminisme

a. Determinisme

“Manusia sejak semula sudah ditetapkan atau direncanakan”

• Determinisme materialistis

“Manusia serba materi ÅHukum alam”

o Darwinisme: Manusia hasil perkembangan alamiah. “Strunggle for life, survival of the

fittest” = perjuangan hidup, siapa yang kuat dialah yang hidup terus menerus

o La Mettic ( Mesin), fourbach (atheisme)

• Determinisme – Religius

“Kekuasaan Tuhan menjadi prinsip penetapan tingkah laku manusia”

b. Indeterminisme

− Manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat dan memilih

− Tanpa kemauan bebas manusia tidak mungkin mengetahui moral yang baik

1.2 Kriteria tentang baik dan buruk

a. Hedonisme = Kenikmatan

b. Utilisme = Kemanfaatan

c. Vitalisme = Kekuatan hidup/Kekuasaan

d. Sosialisme = Pandangan Masyarakat

e. Religiusme = Sesuai dengan kehendak Tuhan

f. Humanisme = Kodrat Manusia (human-nature)

Religius dalam Islam memiliki lima kategor

Religius dalam Islam memiliki lima kategori

1) Baik Sekali = Wajib

2) Baik = Sunnat

3) Netral = Mubah

4) Buruk = Makruh

5) Buruk Sekali = Haram

Humanisme

Tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, tidak mengurangi

atau menentang kemanusiaan.

Kebaikan berdasarkan kodratnya kebaikan kodrati5

Page 6: Bahan perkuliahan ke 5

Kebaikan yang mengatasi kodrat kebaikan adi kodrati/kebaikan wahyu Tuhan

Akal budi penerang baik buruknya tindakan

Hati nurani indeks (petunjuk), indeks (hakim, index (penghukum)

1.3 Norma Etik

a.. Normatif Etik : melalui penelaahan dan penyaringan ukuran- ukuran normatif seseorang

berperilaku sesuai dengan norma yang telah disepakati baik lisan maupun tulisan

b. Deskriptif Etik : sadar akan kebaikan etika tapi tidak merasa perlu mentaatinya secara

keseluruhan

c. Practical Etik : sadar memperlakukan etika sesuai status dan kemampuannya

1.4 Norma Dasar Etika (metaethics)

a. Norma ke-Tuhanan (Hablum Minallah)

“Manusia berperilaku etika melaksanakan perintah/menjauhi larangan Tuhan”

b. Norma kemanusiaan (Hablum Minannas)

“Perilaku Etika berakibat baik pada kehidupan bersama”

B. ETIKA PANCASILA

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-

nilai Pancasila, yaitu nilai KeTuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai-nilai dalam

Pancasila, namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut. Menilik nilai-

nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka Pancasila dapat menjadi sistem etika

yangsangat kuat, nilai-nilai yang ada tidak hanya bersifat mendasar, namun juga realistis dan

aplikatif. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam cita-cita

bangsa Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai tersebut dalam

istilah Notonagoro merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan universal, yaitu nilai

yang melingkupi realitas kemanusiaan di manapun, kapanpun dan merupakan dasar bagi

setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain.

Masalah etika merupakan masalah yang makin mendapat perhatian di dunia, bahwa

cita-cita Pancasila untuk membangun Indonesia dari berbagai aspek. Selain sebagai sebuah

ideologi. Pancasila juga memperhatikan nilai, norma, etika, moral bangsa Indonesia.

6

Page 7: Bahan perkuliahan ke 5

Masyarakat Indonesia kehilangan jati diri. Citra bangsa ini sebagai bangsa yang besar

dan ramah semakin memudar. Budaya ketimuran berubah dengan cepat menjadi kebaratan.

Hal ini memang tidak berlaku hanya di Indonesia. Banyak bangsa-bangsa timur yang

budayanya tergesar oleh budaya barat.

Pernyataan di atas bukan berarti antipati kepada budaya barat. Karena budaya barat

juga memiliki kebaikan-kebaikan tersendiri. Namun citra kesantunan dan keramahan budaya

timur yang khas itu sendiri yang patut dipertahankan.

Etika tidak lah cukup didefinisikan atau digeneralisir dari masalah keramahan dan

kesantunan saja. Masih banyak lagi permasalahan yang berkaitan dengan etika. Cakupan

etika sangat lah luas. Pancasila sebagai sistem etika, maka nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila diaplikasikan ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai wujud etika

sesungguhnya.

Dengan demikian dapat dipahami, bahwa Pancasila memiliki peranan penting bagi

bangsa ini dalam pembangunan bangsa dan pembangunan jiwa bangsa ini.

Rumusan Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea keempat.

Dalam penjelasan UUD 1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-pokok

pikiran yang termuat dalam Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan, keadilan, kerakyatan

dan ketuhanan menurut kemanusiaan yang adil dan beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal

Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila

merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai sumber segala sumber, Pancasila

merupakan sumber dari segala sumber hukum.

Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan satu-satunya sumber nilai

yang berlaku di tanah air. Dari satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar

nilai-nilai ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada

dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong royong atau cinta kasih dimana sila tersebut

melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila identik dengan kodrat manusia. oleh

sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh pemerintah tidak boleh bertentangan

dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang tinggal di wilayah nusantara.

Pancasila sebagai core philosophy bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, juga meliputi etika yang sarat dengan nilai-nilai filsafati; jika memahami

Pancasila tidak dilandasi dengan pemahaman segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap

hanyalah segi-segi filsafatnya, maka yang ditangkap hanyalah segisegi fenomenalnya

saja, tanpa menyentuh inti hakikinya.

7

Page 8: Bahan perkuliahan ke 5

Pancasila merupakan hasil kompromi nasional dan pernyataan resmi bahwa bangsa

Indonesia menempatkan kedudukan setiap warga negara secara sama, tanpa membedakan

antara penganut agama mayoritas maupun minoritas. Selain itu juga tidak

membedakan unsur lain seperti gender, budaya, dan daerah.

Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism,

karenanya Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saka. Sekalipun Pancasila

memiliki sifat universal, tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh semua

bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan

disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral

bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus

menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-

nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan dalam sila-silanya.

Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu

berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apabila kita

memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang pada

hakikatnya adalah nilai-nilai Pancasila.

Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok kaidah

Negara yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagai

sebagai berikut:

1. Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuan Negara, asas politik Negara (Negara

Republik Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan Negara asas kerohanian Negara

(Pancasila).

2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu “….. maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu undang-undang dasar Negara Indonesia…”.

Hal ini menunjukkan adanya sumber hukum.

Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai hakikat

dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengna jalan hukum apapun

tidak mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai

dasar yang fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila

tidak dapat diubah secara hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara

Proklamasi 17 Agustus 1945.

8

Page 9: Bahan perkuliahan ke 5

Tataran nilai yang terkandung dalam Pancasila sesuai dengan system nilai dalam

kehidupan manusia. Secara teoritis nilai-nilai Pancasila dapat dirinci menurut jenjang

dan jenisnya.

1. Menurut jenjangnya sebagai berikut:

Nilai Religius ;

Nilai ini menempati nilai yang tertinggi dan melekat / dimiliki Tuhan Yang Maha Esa

yaitu nilai yang Maha Agung, Maha Suci, Absolud yang tercermin pada Sila pertama

Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Nilai Spiritual ;

Nilai ini melekat pada manusia, yaitu budi pekerti, perangai, kemanusiaan dan

kerohanian yang tercermin pada sila kedua Pancasila yaitu ”Kemanusiaan yang adil dan

beradab”.

Nilai Vitalitas;

Nilai ini melekat pada semua makhluk hidup, yaitu mengenai daya hidup,

kekuatan hidup dan pertahanan hidup semua makhluk. Nilai ini tercermin pada sila

ketiga dan keempat dalam Pancasila yaitu “Persatuan Indonesia” dan “Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan”

Nilai Moral;

Nilai ini melekat pada prilaku hidup semua manusia, seperti asusila, perangai, akhlak,

budi pekerti, tata adab, sopan santun, yang tercermin pada sila kedua Pancasila yaitu

“Kemanusiaan yang adil dan Beradab”.

Nilai Materil;

Nilai ini melekat pada semua benda-benda dunia. Yang wujudnya yaitu jasmani,

badani, lahiriah, dan kongkrit. Yang tercermin dalam sila kelima Pancasila yakni

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2. Menurut jenisnya sebagai berikut:

Nilai Ilahiah

Nilai yang dimiliki Tuhan Yang Maha Esa, yang melekat pada manusia yaitu

berwujud harapan, janji, keyakinan, kepercayaan, persaudaraan, persahabatan.

Nilai Etis

Nilai yang dimiliki dan melekat pada manusia, yaitu berwujud keberanian,

kesabaran, rendah hati, murah hati, suka menolong, kesopanan, keramahan.

Nilai Estetis

9

Page 10: Bahan perkuliahan ke 5

Nilai yang melekat pada semua makhluk duniawi, yaitu berupa keindahan, seni,

kesahduan, keelokan, keharmonisan.

Nilai Intelek

Nilai yang melekat pada makhluk manusia, berwujud ilmiah, rasional, logis,

analisis, akaliah. Selanjutnya secara konsepsional nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila terdiri dari nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis.

Nilai dasar

Merupakan prinsip yang bersifat sangat Abstrak, umum-universal dan tidak terikat

oleh ruang dan waktu. Dengan kandungan kebenaran bagaikan Aksioma, berkenaan

dengan eksistensi, sesuai cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya yang pada

dasarnya tidak berubah sepanjang zaman.

Nilai dasar Pancasila bersifat Abadi, Kekal, yang tidak dapat berubah, wujudnya ialah

sila-sila Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam

permusyawaratan / perwakilan dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Juga dapat ditemukan dalam 4 alinea pembukaan UUD 1945 dan pokokpokok pikiran

yaitu;

Dalam pembukaan UUD 1945 :

Alinia 1= mencerminkan keyakinan kemerdekaan ialah hak segala bangsa,

perikemanusian dan perikeadilan. Konsekuensi logisnya adalah penghapusan penjajahan

diatas muka bumi.

Nilai Instrumental :

Berupa penjabaran nilai dasar, yaitu arahan kinerja untuk kurun waktu tertentu dan

kondisi tertentu. Sifat kontektual, harus disesuaikan dengan tuntutan jaman. Nilai

Instrumental berupa kebijakan, strategi, system, rencana, program dan proyek.

Pelaksanaan umum dari nilai dasar, biasanya dari wujud norma sosial ataupun norma

hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga- lembaga yang bersifat

dinamik. Menjabarkan nilai dasar yang umum kedalam wujud kongkrit, sehingga dapat

sesuai dengan perkembangan jaman, merupakan semacam tafsir politik terhadap nilai

dasar umum tersebut.

Nilai instrummental terpengaruh oleh waktu, keadaan, dan tempat, sehingga sifat

dinamis, berubah, berkembang, dan enovatif. Kontektualisasi nilai dasar harus dijabarkan

10

Page 11: Bahan perkuliahan ke 5

secara kreatif dan dinamik kedalam nilai instrumental penjabaran nilai dasar terwujud ke

dalam:

TAP MPR, PROPENAS UNDANG-UNDANG, DAN PERATURAN PELAKSANAAN.

Nilai Praksis

Nilai yang dilaksanakan dalam kenyataan hidup sehari-hari, istilah “PRAKSIS” tidak

seluruhnya sama maknanya dengan istilah “PRAKTEK”. Praksis harus selalu Pased on

Values, sedangkan Praktek bisa bersifat Value Free, maka secara hierarkhis praksisi berada

dibawah nilai instrumental dan menjabarkan nilai instrumental tersebut secara taat asas

(konsisten).

Merupakan interaksi antara nilai instrumental dengan situasi kongkrit

padatempat dan waktu tertentu.juga merupakan gelanggang pertarungan antara idealisme

dengan realitas, yang tidak dapat sepenuhnya kita kuasai, ada kalanya justru kondisi

objektif itu yang jauh lebih kuat dari nilai praksis berupa nilai yang sebenarnya kita

laksanakan dalam kehidupan kenyataan sehari-hari, contohnya = memelihara

persahabatan.

Berbagai wujud penerapan Pancasila dalam kenyataan sehari-hari, baik oleh para

penyelenggara Negara maupun oleh masyarakat Indonesia sendiri, misalnya dalam

kerukunan hidup beragama, praksisnya: silahturahmi antar umat beragama, melakukan

dialog antar umat beragama, toleransi dan saling menghormati.antar umat beragama.

Aktualisasi Pancasila sebagai dasar etika tercermin dalam sila-silanya, yaitu:

a. Sila pertama: akan menghasilkan nilai spiritualitas, ketaatan, dan toleransi sehingga pola

pikir sikap dan perilakunya menghormati setiap orang atau warga negara atas berbagai

kebebasannya dalam menganut agama dan kepercayaannya masing- masing, serta

menjadikan ajaran-ajaran sebagai anutan untuk menuntun ataupun mengarahkan jalan

hidupnya.

b. Sila kedua: menghasilkan nilai kesusilaan, tolong-menolong, penghargaan, penghormatan,

kerjasama dll, sehingga pola pikir, sikap dan perilaku menghormati setiap orang dan

warga negara sebagai pribadi (personal) “utuh sebagai manusia”, manusia sebagai

subjek pendukung, penyangga, pengemban, serta pengelola hak-hak dasar kodrati yang

merupakan suatu keutuhan dengan eksistensi dirinya secara bermartabat.

c. Sila ketiga: menghasilkan nilai cinta tanah air, pengorbanan, dll, sehingga pola pikir,

sikapdan perilaku akan bersikap dan bertindak adil dalam mengatasi segmentasi-

11

Page 12: Bahan perkuliahan ke 5

segmentasi atau primordialisme sempit dengan jiwa dan semangat “Bhinneka Tunggal

Ika”-“bersatu dalam perbedaan” dan “berbeda dalam persatuan”.

d. Sila keempat:menghasilkan nilai menghargai perbedaan, kesetaraan, dll, sehingga pola

pikir, sikap dan perilaku akan menghargai kebebasan, kemerdekaan, dan kebersamaan

dimiliki dan dikembangkan dengan dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan secara

jujur dan terbuka dalam menata berbagai aspek kehidupan.

e. Sila kelima: menghasilkan nilai kepedulian, kesejajaran ekonomi, kemajuan bersama, dll,

sehingga pola pikir, sikap dan perilaku akan membina dan mengembangkan masyarakat

yang berkeadilan sosial yang mencakup kesamaan derajat (equality) dan pemerataan

(equity) bagi setiap orang atau setiap warga negara.

Sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan integral dan integrative menjadikan

dirinya sebagai referensi kritik sosial kritis, komprehensif, serta sekaligus evaluatif bagi

etika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa ataupun bernegara. Konsekuensi dan

implikasinya ialah bahwa norma etis yang mencerminkan satu sila akan mendasari dan

mengarahkan sila-sila lain.

C. PANCASILA SEBAGAI SOLUSI PROBLEM BANGSA DAN NEGARA

Pakar etika politik Franz Magnis Suseno mengatakan bahwa Pancasila dicetuskan

sebagai solusi dalam menghadapi berbagai masalah bangsa yang tersirat dalam lima sila di

dalamnya.

Pancasila yang dirumuskan oleh tokoh-tokoh besar pendiri bangsa ini merupakan

pedoman yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi problem atau permasalahan bangsa.

Masing-masing sila memiliki makna khusus yang sejatinya merupakan solusi pemecahan

masalah bangsa ini.

Pancasila yang lebih kita kenal sebagai ideologi dan dasar negara. Dimana di dalam

butir-butir Pancasila terdapat nilai-nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat

Indonesia. Namun, nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila dinilai belum

diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. sehingga di era reformasi ini

masih banyak rakyat Indonesia yang belum dapat merasakan makna Pancasila yang

sebenarnya, yaitu menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan, kesatuan dan mensejahterakan

rakyat.

Kemiskinan, pendidikan yang mahal, keadilan yang diperjual-belikan, korupsi yang

merajalela serta tidak adanya kebebasan memeluk agama merupakan sedikit polemik yang

12

Page 13: Bahan perkuliahan ke 5

dihadapi rakyat pada saat sekarang ini. Banyak kesan yang didapat rakyat dari masalah-

masalah tersebut, namun mereka tidak sanggup untuk mengungapkannya. Sehingga seolah-

olah rakyat tidak dapat merasakan adanya Pancasila.

Pancasila lebih sering kita dengar di dalam upacara bendera, dan dijadikan syarat pokok

yang tidak boleh terlupakan didalam pelaksanaan upacara bendera. Dimana dapat kita sadari

bahwa Pancasila tersebut Mengandung nilai-nilai penting, yang apabila diimplementasikan

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat mewujudkan sebuah Negara yang berdaulat

dan bermatabat, yaitu Negara yang menjunjung tinggi rasa keadilan, persatuan dan kesatuan.

Banyak kasus-kasus pada saat ini yang bertitik tolak dengan nilai-nilai yang terkandung

di dalam Pancasila seperti kasus mpok minah yang divonis 1,5 bulan kurungan dengan masa

percobaan 3 bulan akibat mencuri tiga buah kakao. Melihat dari kasus Mpok Minah tersebut

teringat oleh kita salah satu butir Pancasila yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab. Dimana butir Pancasila tersebut Mengandung makna bahwa setiap warga Negara

mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum.

Tetapi bandingkan dengan kasus-kasus besar yang terjadi di Indonesia. Seperti korupsi

yang menjadi budaya di masyarakat kita. Birokrasi yang korup yang menjadikan masyarakat

kita terdidik secara tak langsung. Semua urusan bisa lancar apabila ada uang suap. Masalah

jeratan hukum bisa dibantu dan direkayasa dengan bantuan uang.

Bukan hanya masalah hukum, terdapat berbagai macam permasalahan dan persoalan

lainnya. Merosotnya moral bangsa, kerusakan lingkungan, kasus narkoba, dan sebagainya.

Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.

Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di

implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna bahwa

Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di Indonesia) untuk

menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada paksaan dari siapa pun

untuk memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak memaksakan suatu agama atau

kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan

beragama. Dan bertoleransi dalam beragama, yakni saling menghormati kebebasan

menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

b. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap

warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia

berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan

13

Page 14: Bahan perkuliahan ke 5

kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai

makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah laku sesuai dengan adab

dan norma yang berlaku di masyarakat.

c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang

mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah

membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia

adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.

Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.

d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan keputusan

hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya mementingkan

segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan anarkisme. tidak

memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah, artinya mengusahakan

putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan bersama. Mengutamakan

kepentingan negara dan masyarakat.

e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud bahwa

setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan

amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap

sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata bagi

seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama

menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk

perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata.

Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan dalam hal

mengenyam pendidikan.

Apabila nilai-nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di implikasikan di

dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita namanya

ketidak adilan, terorisme, koruptor serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah

tercemin semuanya norma-norma yang menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara.

Sehingga tercapailah cita-cita sang perumus Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi

jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan bangsa dan Negara.

D. Etika Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

14

Page 15: Bahan perkuliahan ke 5

a. Tanda-tanda mundurnya pelaksanaan etika berbangsa

1) Konflik sosial berkepanjangan

2) Berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam kehidupan sosial

3) Melemahnya kejujuran dan sikap amanah

4) Pengabaian ketentuan hukum dan peraturan

b. Faktor-faktor penyebab mundurnya pelaksanaan etika

1) Faktor internal :

Lemahnya penghayatan dan pengamalan agama

Sentralisasi di masa lalu

Tidak berkembangnya pemahaman/penghargaan kebinekaan

Ketidakadilan ekonomi

Keteladanan tokoh/pemimpin yang kurang

Penegakan hukum yang tidak optimal

Keterbatasan budaya lokal merespon pengaruh dari luar

Meningkatnya prostitusi, media pornografi, perjudian dan narkoba

2) Faktor Eksternal :

Pengaruh globalisasi

Intervensi kekuatan global dalam panutan kebijakan nasional

c. Pokok-Pokok Etika Berbangsa

1) Etika sosial budaya

2) Etika politik pemerintahan

3) Etika ekonomi dan bisnis

4) Etika penegakan hukum

5) Etika keilmuan

6) Etika lingkungan

d. Good Governance Sebagai Etika Pemerintahan

1) Partisipasi

2) Aturan Hukum (rule of law)

3) Transparansi

4) Daya tanggap (responsiveness)

5) Berorientasi konsensus (Consensus Orientation)

6) Berkeadilan (Equity)

7) Akuntabilitas (Accountability)

15

Page 16: Bahan perkuliahan ke 5

8) Bervisi strategis (Strategic vision)

9) Efektifitas dan efisiensi

10) Saling keterkaitan (interrelated

Pola berpikir untuk membangun kehidupan berpolitik secara jernih mutlak diperlukan .

pembangunan moral politik yang berbudaya adalah untuk melahirkan kultur politik yang

berdasarkan kepada Iman dan Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, menggalang

suasana kasih sayang sesama manusia Indonesia, yang berbudi kemanusiaan luhur, yang

mengindahkan kaidah-kaidah musyawarah secara kekuluargaan yang bersih dan jujur, dan

menjalin asas pemerataan keadilan di dalam menikmati dan menggunakan kekayaan

negara. Membangun etika politik berdasarkan Pancasila akan diterima baik oleh segenab

golongan dalam masyarakat.

Pembinaan etika politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangatlah urgen.

Langkah permulaan dimulai dengan membangun konstruksi berpikir dalam rangkan menata

kembali kultur politik bangsa Indonesia. Kita sebagai warga negara telah memiliki hak-hak

politik, pelaksanaan hak-hak politik dalam kehidupan bernegara akan saling bersosialisasi,

berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama warga negara dalam pelbagai wadah, yaitu

dalam wadah infra-struktur dan supra-struktur.

Wadah infrastruktur antara lain: mimbar bebas, ujut rasa, bicara secara lissan atau

tulisan, aktifitas organisasi partai politik atau lembaga sosial kemasyarakatan, kampanye

pemilihan umum, penghitungan suara dalam memilih wakil di DPR atau pimpinan eksekutif.

Disamping wdah supra-struktur antara lain semua lembaga legislatif disemua tingkat dan

jajaraan eksekutif (mulai dari Presiden sampai ke RT/RW) dan semua jajaran lembaga

kekuasaan kehakiman (tingkat pusat sampai ke daerah-daerah). Kesemua wadah tersebut

telah diatur dengan perundang-undangan dengan sedemikian rupa agar hak-hak politik

terdapat berjalan sebagaimana mestinya.

Sudahkah kita sebagai warga negara telah berpodaman kepada perundang-undang

yang berlaku dalam menjalankan hak-hak politik kita itu. Jawaban yang sesuai adalah hati

nurani dan kejujuran batin, karena hukum positif yang berlaku tidak menjamin bahwa hak-

hak politik warga negara telah dilaksanakan. Beberapa kasus dapat kita lihat, seperti

korupsi, pelanggaran pemilihan umum, politik uang dalam merebut jabatan dan lain

sebagainya hanya dapat dirasakan tetapi sangatlah sulit untuk dibuktikan secara hukum,

sehingga terjadi bermacam ketidakadilan. Oleh sebab itu, semua pelanggaran dan

kejahatan ini sangat sulit dibrantas melalui jalur hukum, kecuali hanya etika berpolitik yang

16

Page 17: Bahan perkuliahan ke 5

berasaskan nilai-nilai Pancasila yang betul-betul ada keinginan dari setiap warga negara

sebagai insan politik mau mengalamankan dalam kehidupan riil dalam masyarakat.

Etika politik lebih banyak bergerak dalam wilayah, dimana seseorang secara ikhlas

dan jujur melaksanakan hukum yang berlaku tanpa adanya rasa takut kepada sanksi

daripada hukum yang berlaku. Dalam demokrasi liberal, sering ditemukan apabila

seseorang kepala pemerintahan gagal melaksanakan tugasnya sesuai dengan janjinya saat

kampanye pemilihan umum, atau dituduh terlibat korupsi yang belum sampai dibuktikan di

pengadilan, maka pemimpin itu mengundurkan diri. Ada suatu pandangan dalam demokrasi

liberal bahwa jabatan publik (Perdana Menteri, anggota parlemen, hakim, pegawai birokrasi

dan lain-lain) di anggap suci, mulia dan terhormat dalam negara. Oleh sebab itu, setiap

orang yang berkeinginan atau sedang menduduki jabatan tersebut harus bersih dan jujur.

Apabila ada tuduhan masyarakat bahwa seseorang pejabat publik tidak bersih, maka hati

nurani pejabat tersebut langsung mengundurkan diri. Kasus di negara Malaysia tahun

1990an adalah suatu contoh dalam perkara ini, dimana Muhammad bin Muhammad Tahib

adalah Gubernur (Menteri Besar) Negara bagian Selangor dituduh melakukan suatu

pelanggaran hukum, namun beliau mengundurkan diri dari Gubernur dan kemudian

mempertangungjawabkan perbuatannya secara hukum, ternyata tidak bersalah tetapi

beliau rela tidak kembalai ke jabatan semua.. Bagaimana dengan Indonesia, dimana ada

diantara pejabat publik yang dijatuhi hukuman penjara di pengadilan tingkat rendah belum

juga bersedia untuk mengundurkan diri atau banyak pejabat negara baik di DPR maupun

eksekutif kurang memenuhi tata tertib, seperti sering absen dan lain sebagainya. Inilah

suatu contoh krisis moral dan termasuk juga kepada krisis etika politik.

Banyak pengamatan yang dapat dilihat bahwa kerusakan kronis dalam selurh sistem

berbangsa dan bernegara pada awal masa reformasi di mana suatu pandangan jabatan

yang diduduki sekedar bermakna kekuasan untuk meraih kepentingan berupa status, politik

dan uang. Kerusakan pola berfikir dan bertindak dari para petinggi di negeri ini telah

mencemaskan hati nurani rakyat banyak, sepeti terbukti bersalah tak mau mundur, salah

urus jalan terus,, jika ada kasus dibawah tanggung jawabnya, selalu menyalahkan bawahan

dan lain sebagainya. Jabatan kekuasaan seakan-akan untuk diri sendiri bukan diabadikan

kepada rakyat. Perlulah kita menoinjau ulang kepemimpinan yang bagaimanakah yang

diperlukan dalam kehidupan bernegara kita. Belumada suatu bukti keberhasilan

kepeminpinan simbolik, feodalistik dan selebriti dapat menyelesaikan permasalahan

berbangsa dan bernegara.

Di samping itu dengan perubahan UUD 1945 yang lebih memberdayakan politisi

sipil juga harus meningkatkan proses politik yang cantik dala seluruh kehidupan politik.

17

Page 18: Bahan perkuliahan ke 5

Misalnya politik yang berjalan tanpa premanisme dan kekerasan. Khsusnya dalam

pelaksaaan Pemilu oleh parati-parati politik, apakah pemilu betul-betul terhindar dari korupsi,

KKN, premanisme dan kekerasan politik, politik uang dan cara-cara yang tidak halal lainnya.

Inilah suatu ujian bagi partai politik yang ikut pemilu apakah mampu melaksanan seluruh

kegiatan politik yang penuh dengan etika politik berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.

Pada hekakatnya etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara lengkap,

tetapi melalui moralitas yang bersumber dari hati nurani, rasa malu kepada masyarakat,

rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Kuasa . Adanya kemauan dan memiliki itikat baik

dalam hidup bernegara, dapat mengukur secara seimbang antara hak yang telah dimiliki

dengan kewajiban yang telah ditunaikan, tidak memiliki ambisius yang berlebihan dalam

merebut jabatan, namum membekali diri dengan kemampuan secara kompotitif yang

terbuka untuk menduduki suatu jabatan, tidak melakukan cara-cara yang terlarang, seperti

penipuan untuk memenangkan persaingan politik. Dengan kata lain tidak menghalalkan

segala macam cara untuk mencapai suatu tujuan politik.

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat teoritis

untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi

tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional, obyektif dan

argumentif. Etika politik tidak langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik

membantu agar pembahasan masalah-masalah ideologis dapat dijalankan secara obyektif,

etika politik dapat memberikan patokan orientasi dan pegangan normatif bagi mereka yang

memang mau menilai kualitas tatanan dan kehidupan politik dengan tolak ukur martabat

manusia atau mempertanyakan legitimasi moral perlbagai keputusan politik. Suatu

keputusan bersifat politis apabila diambil dengan memperhatikan kepentingan masyarakat

secara keseluruhan.

Hukum dan kekuasan negara merupakan pembahasan utama etika politik. Hukum

sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan negara sebgai lembaga

penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia

(makhluk individu dan sosial). Jadi etika politik membahas hukum dan kekuasaan.

Sebetulnya keduanya tidak terpisah, Hukum tanpa kekuasan negara tidak dapat berbuat

apa-apa, sifatnya normatif belaka, hukum tidak mempunyai kemampuan untuk bertindak.

Sedangkan negara tanpa hukum adalah buta. Negara yang memakai kekuasaannya diluar

hukum sama dengan manusia yang berbuat tanpa pengertian. Negara semacam itu

menjadi negara penindas dan sangat mengerikan.

18

Page 19: Bahan perkuliahan ke 5

Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral bagi suatu negara

adalah adanya cita-cita “the rule of law”, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan hak-

hak asasi manusia menurut kekhasan paham kemanusiaan dan struktur sosial budaya

masyarakat masing-masing dan keadilan sosial.

2. Legitimasi Kekuasaan

Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan, yang dapat dirumuskan

dengan suatu pertanyaan: dengan moral apa seseorang atau sekelompok orang memegang

dan menggunakan yang mereka miliki? Betapa besarnya kekuasaan yang dimiliki

seseorang, dia harus berhadapat dengan tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya.

Paham pertanggungjawaban menyatakan bahwa penguasa memang memiliki kekuasaan

dan bahwa masyarakat berhak untuk menuntut pertanggungjawaban.

Dalam etikan politik, kekuatan batin penguasa berpancaran sebagai wibawa ke dalam

masyarakat. Rakyat dapat merasakannya. Penguasa dianggap memiliki kekuatan-kekuatan

tertentu. Wibawa penguasa itu bukan suatu yang sekedar psikis atau mistik melainkan

ditunjang oleh kemampuannya untuk mengerahkan kekuatan fisik. Ia dapat mengatur dan

mengorganisir orang banyak dan memastikan kemampuannya itu dengan ancam,an atau

sanksi nya terhadap mereka yang mau membangkang.

Kewibawan penguasa yang paling menyakinkan adalah keselarasan sosial, yaitu tidak

terjadi keresahan dalam masyarakat. Segala bentuk kritik, ketidak puasan, tantangan,

perlawanan dan kekacauan merupakan tanda bahwa masyarakat resah. Sebaliknya

keselarasan nampak apabila masyarakat merasa tenang, tenteram dan sejahtera.

Budi luhur penguasa nampak dalam cara ia menjalankan pemerintahannya. Sesuai

dengan sifat dan hakekat kekuasaan sendiri cara pemakaiannya secara halus. Kehalusan

pemerintahan diharapkan dapat mencapai keadaan sejahtera, adil dan tenteran dalam

masyarakat tanpa perlu memakai cara-cara kasar..

Penyusutan kekuasan seorang penguasa akan dihubungkan dengan pamrih yang

berlebihan, karena pamrih menunjukkan bahwa ia tidak lagi sanggup untuk memusatkan diri

pada alam batin atau hati nurani yang sebenarnya. Karena pamrih penguasa untuk

menyadap kekuatan-kekuatan alam semesta semakin berkurang sampai akhirnya ia

kehilangan kekuasaannya. Oleh sebab itulah sejarah telah membuktikan sekuat-kuatnya

seorang penguasa pada titik puncaknya, namun diakhirnya dia akan jatuh bagaikan tidak

bermaya. Maka oleh sebab itu, bahaya besar bagi kedudukan penguasa tidak berasal dari

musuh di luar atau faktor obyektif dalam masyarakat, melainkan dari kemerosotan akhlak

19

Page 20: Bahan perkuliahan ke 5

dan budi pekerti penguasa itu sendiri. Apabila ia menyelahgunakan kedudukkannya untuk

memperkaya diri dan keluarganya, ia membuktikan bahwa secara batiniah sudah miskin.

Begitu juga kalu kekuasannya merosot menjadi sistem penghisapan kekayaan dan tenaga

masyarakat demi keuntungan material, maka hakikat keuasaan yang sempurna sudah

menguap hilang. Jadi secara etika politik seorang penguasa yang sesungguhnya adalah

keluhuran budinya.

Legitimasi kekuasaan meliputi:

a. legitimasi etis, yaitu pembenaran atau pengabsahan wewenang negara (kekuasaan

negara) berdasarkan prinsip-prinsip moral.

b. Legitmimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan itu berkaitan dengan fungsi-fungsi

kekuasaan negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan dilakukan sesuai

dengan hukum yang berlaku.

Tuntutan legalitas itu merupakan tuntutan etika politik. Namun, legalitas semata-mata tidak

dapat menjamin legitimasi etis, karena legalitas menggunakan hukum yang berlaku (hukum

positif). Padahal belum tentu bahwa hukum yang berlaku sendiri dapat dibenarkan secara

etis. Oleh sebab itu, hukum dalam kerangka etika politik adalah hukum yang berkeadilan

dengan fungsinya untuk memanusiakan penggunaan kekuasaan. Karena adanya hukum,

kehidupan bersama masyarakat tidak ditentukan semata-mata oleh kepentingan mereka

yang kuat, melainkan oleh suatu aturan rasional yang seoptimal mungkin menjamin

kepentingan semua pihak.

3. Moralitas Kekuasaan

Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuasaan politik dari segi norma-norma moral.

Legitimasi ini muncul dalam konteks bahwa setiap tindakan negara baik dari legislatif

maupun eksekutif dapat dipertanyakan dari segi norma-norma moral. Tujuannya adalah

agar kekuasaan itu mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijaksanaan dan cara-cara

yang semakin sesuai dengan tuntutan-tuntutan kemanusiaan yang adil dan beradab.

Pada zaman sekarang (modern) tuntutan legitimasi moral merupakan salah satu untuk

pokok dalam kesadaran bermasyarakat. Anggapan bahawa negara hanya boleh bertindak

dalam batas-batas hukum, bahawa hukum harus menghormati hak asasi manusia, begitu

pula pelbagai penolakan terhadap kebijaksanaan politik tertentu, seperti isu ketidak adilan

sosial, semua berwujud tuntutan agar negara melegitimasikan diri secara moral. Dalam hal

inilah kalanagan paham agama secara klasik membuat rumusan bahawa “kita harus lebih

taat kepada Allah daripada kepada manusia”.

20

Page 21: Bahan perkuliahan ke 5

Moralitas kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh nilai-nilai yang diyakini kebenarannya

oleh masyarakat. Apabila masyarakatnya adalah masyarakat religius, maka ukuran apakah

penguasan itu memiliki etika politik tidak lepas dari moral agama yang dianut oleh

masyarakatnya. Oleh sebab itu, pernyataan-pernyataan yang sering dilontarkan oleh umat

beragama adalah bahawa kekuasaan itu adalah amanah dari Allah dan harus

dipertanggung jawabkan kepadaNya kelak. Di samping terdapat juga ungkapan dari tradisi

masyarakat yang menyatakan “raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah”. Makna

dari ungkapan ini tidak lepas dari kemuliaan dan kebaikan seseorang penguasa sangat

ditentukan oleh masyarakatnya, tentunya sikap masyarakat tersebut dilandasi oleh moralitas

yang hidup dalam masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, alat pengukur etika politik yang

dilaksanakan oleh penguasa ditentukan oleh nilai, moral dan norma yang berkembang

dalam masyarakat.

Pada hakikatnya kekuasaan memiliki hati nurani, yaitu keadilan dan memakmuran

rakyat, apabila kehilangan hati nurani tersebut maka kekuasan yang terlihat perebutan

kekuasaan semata-mata yang dilumuri oleh intrik, fitnah, dengki, caci maki dan iri hati.

Sehingga kekuasaan akan merusak tatatan kerukuan hidup masyarakat. Apabila hati nurani

kekuasaan melekat pada nurani seorang penguasa, maka kekuasaan adalah milik rakyat

sehingga akan melahirkan martabat, harga diri dan rezeki.

E. STUDI KASUS KORUPSI

Situasi negara Indonesia saat ini begitu memprihatinkan.Begitu banyak masalah

menimpa bangsa ini dalam bentuk krisis yang multidimensional.Krisis ekonomi, politik,

budaya, sosial, hankam, pendidikan dan lain-lain, yang sebenarnya berhulu pada krisis

moral.Tragisnya, sumber krisis justru berasal dari badanbadan yang ada di negara ini, baik

eksekutif, legislatif maupun yudikatif, yang notabene badan-badan inilah yang seharusnya

mengemban amanat rakyat.Setiap hari kita disuguhi beritaberita mal-amanah yang

dilakukan oleh orang-orang yang dipercaya rakyat untuk menjalankan mesin pembangunan

ini.

Sebagaimana telah dikatakan bahwa moralitas memegang kunci sangat penting

dalam mengatasi krisis. Kalau krisis moral sebagai hulu dari semua masalah, maka melalui

moralitas pula krisis dapat diatasi.Indikator kemajuan bangsa tidak cukup diukur hanya dari

kepandaian warganegaranya, tidak juga dari kekayaan alam yang dimiliki, namun hal yang

lebih mendasar adalah sejauh mana bangsa tersebut memegang teguh moralitas.Moralitas

memberi dasar, warna sekaligus penentu arah tindakan suatu bangsa.Moralitas dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu moralitas individu, moralitas sosial dan moralitas mondial.

21

Page 22: Bahan perkuliahan ke 5

Moralitas individu lebih merupakan kesadaran tentang prinsip baik yang bersifat ke

dalam, tertanam dalam diri manusia yang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak.

Seorang yang memiliki moralitas individu yang baik akan muncul dalam sikap dan perilaku

seperti sopan, rendah hati, tidak suka menyakiti orang lain, toleran, suka menolong, bekerja

keras, rajin belajar, rajin ibadah dan lain-lain. Moralitas ini muncul dari dalam, bukan karena

dipaksa dari luar. Bahkan, dalam situasi amoral yang terjadi di luar dirinya, seseorang yang

memiliki moralitas individu kuat akan tidak terpengaruh. Moralitas individu ini terakumulasi

menjadi moralitas sosial, sehingga akan tampak perbedaan antara masyarakat yang

bermoral tinggi dan rendah. Adapun moralitas mondial adalah moralitas yang bersifat

universal yang berlaku di manapun dan kapanpun, moralitas yang terkait dengan keadilan,

kemanusiaan, kemerdekaan, dan sebagainya.

Moralitas sosial juga tercermin dari moralitas individu dalam melihat kenyataan

sosial.Bisa jadi seorang yang moral individunya baik tapi moral sosialnya kurang, hal ini

terutama terlihat pada bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat yang majemuk.

Sikap toleran, suka membantu seringkali hanya ditujukan kepada orang lain yang menjadi

bagian kelompoknya, namun tidak toleran kepada orang di luar kelompoknya. Sehingga bisa

dikatakan bahwa moral sosial tidak cukup sebagai kumpulan dari moralitas individu, namun

sesungguhnya lebih pada bagaimana individu melihat orang lain sebagai manusia yang

memiliki harkat dan martabat kemanusiaan yang sama. Moralitas individu dan sosial

memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-menarik dan mempengaruhi.Moralitas

individu dapat dipengaruhi moralitas social, demikian pula sebaliknya.Seseorang yang

moralitas individunya baik ketika hidup di lingkungan masyarakat yang bermoral buruk dapat

terpengaruh menjadi amoral.Kenyataan seperti ini seringkali terjadi pada lingkungan

pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang orang yang bermoral buruk, maka

orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak adil. Seorang yang

moralitas individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan mengikuti.

Namun sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak terpengaruh

bahkan dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.

Moralitas dapat dianalogikan dengan seorang kusir kereta kuda yang mampu

mengarahkan ke mana kereta akan berjalan. Arah perjalanan kereta tentu tidak lepas dari

ke mana tujuan hendak dituju. Orang yang bermoral tentu mengerti mana arah yang akan

dituju, sehingga pikiran dan langkahnya akan diarahkan kepada tujuan tersebut, apakah

tujuannya hanya untuk kesenangan duniawi diri sendiri saja atau untuk kesenangan orang

lain atau lebih jauh untuk kebahagiaan ruhaniah yang lebih abadi, yaitu pengabdian pada

Tuhan.

22

Page 23: Bahan perkuliahan ke 5

Pelajaran yang sangat berharga dapat diteladani dari para pendahulu kita yang

berjuang demi meraih kemerdekaan.Moralitas individu dan sosial yang begitu kuat dengan

dipayungi moralitas mondial telah membuahkan hasil dari cita-cita mereka, meskipun

mereka banyak yang tidak sempat merasakan buah perjuangannya sendiri.Dasar moral

yang melandasi perjuangan mereka terabadikan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang termuat dalam alinea-alineanya.

Alinea pertama, “bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa, oleh karena itu

penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan

dan perikeadilan”.Alinea ini menjadi payung moral para pejuang kita bahwa telah terjadi

pelanggaran hak atas kemerdekaan pada bangsa kita. Pelanggaran atas hak kemerdekaan

itu sendiri merupakan pelanggaran atas moral mondial, yaitu perikemanusiaan dan

perikeadilan. Apapun bentuknya penjajahan telah meruntuhkan nilai-nilai hakiki

manusia.Apabila ditilik dari Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945

tampak jelas bahwa moralitas sangat mendasari perjuangan merebut kemerdekaan dan

bagaimana mengisinya.Alasan dasar mengapa bangsa ini harus merebut kemerdekaan

karena penjajahan bertentangan dengan nilai kemanusiaan dan keadilan (alinea I).Secara

eksplisit founding fathers menyatakan bahwa kemerdekaan dapat diraih karena rahmat

Allah dan adanya keinginan luhur bangsa (alinea III).Ada perpaduan antara nilai ilahiah dan

nilai humanitas yang saling berkelindan. Selanjutnya, di dalam membangun negara ke

depan diperlukan dasar-dasar nilai yang bersifat universal, yaitu nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Moralitas, saat ini menjadi barang yang sangat mahal karena semakin langka orang

yang masih betul-betul memegang moralitas tersebut.Namun dapat juga dikatakan sebagai

barang murah karena banyak orang menggadaikan moralitas hanya dengan beberapa

lembar uang.Ada keterputusan (missing link) antara alinea I, II, III dengan alinea IV.Nilai-

nilai yang seharusnya menjadi dasar sekaligus tujuan negara ini telah digadaikan dengan

nafsu berkuasa dan kemewahan harta.

Egoisme telah mengalahkan solidaritas dan kepedulian pada sesama.Lalu

bagaimana membangun kesadaran moral anti korupsi berdasarkan Pancasila?Korupsi

secara harafiah diartikan sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat

disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (Tim Penulis Buku Pendidikan anti

korupsi, 2011: 23).Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia semakin menunjukkan ekskalasi

yang begitu tinggi.Oleh karenanya, penyelesaian korupsi harus diselesaikan melalui

beragam cara/pendekatan, yang dalam hal ini saya menggunakan istilah pendekatan

eksternal maupun internal.

23

Page 24: Bahan perkuliahan ke 5

Pendekatan eksternal yang dimaksud adalah adanya unsur dari luar diri manusia

yang memiliki kekuatan ‘memaksa’ orang untuk tidak korupsi. Kekuatan eksternal tersebut

misalnya hukum, budaya dan watak masyarakat. Dengan penegakan hukum yang kuat, baik

dari aspek peraturan maupun aparat penegak hokum, akan mengeliminir terjadinya korupsi.

Demikian pula terciptanya budaya dan watak masyarakat yang anti korupsi juga menjadikan

seseorang enggan untuk melakukan korupsi.Adapun kekuatan internal adalah kekuatan

yang muncul dari dalam diri individu dan mendapat penguatan melalui pendidikan dan

pembiasaan.Pendidikan yang kuat terutama dari keluarga sangat penting untuk

menanamkan jiwa anti korupsi, diperkuat dengan pendidikan formal di sekolah maupun non-

formal di luar sekolah.

Maksud dari membangun kesadaran moral anti korupsi berdasar Pancasila adalah

membangun mentalitas melalui penguatan eksternal dan internal tersebut dalam diri

masyarakat.Di perguruan tinggi penguatan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan

kepribadian termasuk di dalamnya pendidikan Pancasila.Melihat realitas di kelas bahwa

mata kuliah Pendidikan Pancasila sering dikenal sebagai mata kuliah yang membosankan,

maka dua hal pokok yang harus dibenahi adalah materi dan metode pembelajaran.Materi

harus selalu up to date dan metode pembelajaran juga harus inovatif menggunakan metode-

metode pembelajaran yang dikembangkan.Pembelajaran tidak hanya kognitif, namun harus

menyentuh aspek afektif dan konatif.

Nilai-nilai Pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati dan diamalkan tentu

mampu menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha

Esa, apabila bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak

akan mudah menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi.

Perbuatan korupsi terjadi karena hilangnya kontrol diri dan ketidakmampuan untuk menahan

diri melakukan kejahatan.Kebahagiaan material dianggap segala-galanya disbanding

kebahagiaan spiritual yang lebih agung, mendalam dan jangka panjang.Keinginan

mendapatkan kekayaan dan kedudukan secara cepat menjadikannya nilai-nilai agama

dikesampingkan. Kesadaran manusia akan nilai ketuhanan ini, secara eksistensial akan

menempatkan manusia pada posisi yang sangat tinggi. Hal ini dapat dijelaskan melalui

hirarki eksistensial manusia, yaitu dari tingkatan yang paling rendah, penghambaan

terhadap harta (hal yang bersifat material), lebih tinggi lagi adalah penghambaan terhadap

manusia, dan yang paling tinggi adalah penghambaan pada Tuhan. Manusia sebagai

makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna tentu tidak akan merendahkan dirinya

diperhamba oleh harta, namun akan menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan. Buah dari

24

Page 25: Bahan perkuliahan ke 5

pemahaman dan penghayatan nilai ketuhanan ini adalah kerelaan untuk diatur Tuhan,

melakukan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarang-Nya.

Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks

Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar

manakala keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan,

persatuan, kerakyatan dan keadilan dijadikan landasan moril dan diejawantahkan dalam

seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam pemberantasan korupsi.

Penanaman nilai sebagaimana tersebut di atas paling efektif adalah melalui pendidikan dan

media.Pendidikan informal di keluarga harus menjadi landasan utama dan kemudian

didukung oleh pendidikan formal di sekolah dan nonformal di masyarakat.Peran media juga

sangat penting karena memiliki daya jangkau dan daya pengaruh yang sangat kuat bagi

masyarakat.Media harus memiliki visi dan misi mendidik bangsa dan membangun karakter

masyarakat yang maju namun tetap berkepribadian Indonesia.

Sesuai dengan Tap. MPR No.VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian dari etika

kehidupan berbangsa adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang bersifat

universal dan bilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam Pancasila sebagai acuan dalam

berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.

Jika Permasalahan bangsa kian menghantui..

Hadirkan Pancasila Sebagai Solusi..Menjadi pribadi yang penuh

inspirasi..

Atas segala khilaf saya mohon maaf,Atas segala kasih, saya ucapkan terima kasih..

25

Page 26: Bahan perkuliahan ke 5

26