Upload
fajriani-kurnia-rosdi
View
42
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Ilmu Kedokteran Keluarga (IDI)
Llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran
tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan masyarakat
dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya (IDI 1983).
Kedudukan Dokter Keluarga dalam SKN
Dalam tatanan Sistem Kesehatan Nasional dokter keluarga menempati ranah pelayanan primer
sedangkan dokter spesialis menempati ranah pelayanan sekunder. Pemisahan atau pemeringkatan
layanan itu diperlukan agar terjadi mekanisme saling kontrol dan saling bina antara SDM di
pelayanan primer dan sekunder. Dokter keluarga sebagai penyelenggara layanan primer, harus
bekerja keras agar dapat menyelesaikan semua jenis masalah kesehatan yang dipunyai pasiennya
tanpa memandang jenis kelamin, sistem organ, jenis penyakit, golongan usia, dan status
sosialnya. Dokter keluarga terutama bertugas meningkatkan taraf kesehatan pasien, mencegah
timbulnya penyakit, segera membuat diagnosis dan mengobati penyakit yang ditemukan,
mencegah timbulnya cacat serta mengatasi keterbatasan akibat penyakit. Jika diperlukan sudah
barang tentu harus sesegera mungkin merujuk pasien ke sejawat dokter spesialis di ranah
pelayanan sekunder.
Dari tatanan yang tercantum dalam SKN tersebut jelaslah bahwa kerjasama mutualistis antara
dokter keluarga dan dokter spesialis sangat penting agar pasien merasa dilindungi dan mendapat
layanan yang benar dan baik. Dalam penerapan SPDK, seorang Dokter Keluarga (DK) yang
sejatinya adalah Dokter Praktik Umum (DPU) yang kewenangan praktiknya sebatas pelayanan
primer harus menggunakan prinsip pelayanan dokter keluarga yang terdiri atas sembilan butir
yaitu:
1. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif dengan pendekatan holistik
2. Menyelengarakan pelayanan yang bersinambung (kontinu)
3. Menyelenggarakan pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Menyelenggarakan pelayanan yang bersifat koordinatif dan kolaboratif
5. Menyelenggarakan pelayanan personal (individual) sebagai bagian integral dari keluarganya
6. Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7. Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8. Menyelenggarakan pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
9. Menyelenggarakan pelayanan yang dapat diaudit dan dipertangungjawabkan
Praktek Dokter Keluarga Mandiri
Praktek dokter keluarga mandiri (PDKM) akan menjadi komplemen puskesmas dengan peran
sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan dengan sasaran individu / keluarga yang
berada dalam wilayah pelayanannya. Kata ”mandiri” dalam PDKM menyiratkan pengertian ”self
employed job” atau dokter yang menjalankan profesinya di PDKM bekerja untuk dirinya sendiri,
bukan PNS atau pegawai dari suatu institusi.
Berikut ketentuan PDKM:
- menjalankan praktik dokter keluarga purnawaktu di PDKM
- lebih memilih memberikan pelayanan kepada suatu masyarakat yang jelas batasannya
(kepesertaan) dengan pembayaran secara kapitasi, ketimbang pelayanan kepada individu kepada
yang bukan peserta, bersifat episodik dan dibayar secara fee-for-service
- berbagi kewajiban dan tanggung jawab atas asset, liability, dan pelayanan pasien
- berbagi penerimaan dengan formula tertentu yang disepakati bersama
Wilayah pelayanan didefinisikan sebagai area geografis dari mana pengguna layanan atau mitra
PDKM biasanya datang. Wilayah pelayanan tidak harus sama dengan wilayah administratif
(kecamatan/kota). Penentuannya dengan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain kondisi
geografi, kualitas jalan dan sistem transportasi, kondisi sarana kesehatan, kesehatan penduduk,
dan kegiatan bisnis/industri. Terdapat 3 model PDKM yang dapat dipilih yaitu Praktik Dokter
Keluarga (PDK), Klinik Kesehatan Keluarga (KKK), dan Jejaring.
Pelayanan di PDKM dapat dilaksanakan dengan baik bila diselenggarakan oleh suatu tim yang
dapat terdiri dari dokter keluarga, perawat, bidan, apoteker/asisten apoteker, analis laboratorium,
dokter gigi, perawat gigi, dan tenaga lain seperti psikolog, nutrisionist, kader PKK, kader
posyandu, PLKB dll. Pengertian tim tidak berarti harus menjadi staf/pegawai PDKM, dapat saja
tenaga kesehatan tersebut merupakan entitas terpisah yang kemudian saling mengikatkan diri
dalam kerja sama dengan PDKM untuk menghindari tumpang tindih dalam pelayanan kesehatan
di satu wilayah.
Idealnya PDKM dapat menyediakan 21 jenis pelayanan dengan mutu dan standar yang sama
pada setiap mitranya, yaitu
1. Penilaian status kesehatan pribadi
2. Program proaktif pengendalian penyakit/kondisi khusus
3. Pendidikan kesehatan
4. Imunisasi
5. Pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita
6. Pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah
7. Pemeliharaan kesehatan wanita dan kesehatan reproduksi
8. Pemeliharaan kesehatan lansia
9. Pemeriksaan ante dan postnatal
10. Konsultasi dan pengobatan
11. Peresepan obat
12. Tindakan medis (tindakan bedah kecil, injeksi, resusitasi, dan persalinan normal)
13. Konseling
14. Penunjang diagnostik (laboratorium, elektrokardiografi, ultrasonografi, dll)
15. Layanan kesehatan gigi dan mulut
16. Rehabilitasi medik
17. Kunjungan rumah
18. Perawatan di rumah
19. Kunjungan ke rumah sakit
20. Layanan mendesak/gawat darurat
21. Ambulans
PENGANTAR DOKTER KELUARGA
PENDAHULUAN
Terwujudnya keadaan sehat merupakan kehendak semua pihak tidak hanya oleh orang perorang
atau keluarga, tetapi juga oleh kelompok dan bahkan oleh seluruh anggota masyarakat. Untuk
mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan yang satu
diantaranya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan pelayanan
kesehatan diharapkan memenuhi factor 3A 2C I dan Q, yaitu available, accesible, affordable,
continue, comprehensive, integreted dan quality. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2
yaitu pelayanan kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk dalam pelayanan kedokteran
dimana pelayanan dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya
adalah keluarga.
DEFINISI
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang memusatkan
pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter terhadap
pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak
boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Dokter keluarga adalah dokter yang dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada
keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian
dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi
penderita atau keluarganya (IDI 1982). llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup
seluruh spektrum ilmu kedokteran tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan
individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi
dan sosial budaya (IDI 1983).
KARAKTERISTIK
a. yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan sebagai anggota satu
keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya.
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian kepada
penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang
disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan.
TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA
Tujuan Umum
Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga. Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien.
MANFAAT
a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan
hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan
pelayanan kesehatan.
c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama
ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu
masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya.
e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanani maka segala keterangan tentang
keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
f. Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk
faktor sosial dan psikologis.
g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih sederhana
dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan
h. Akan dapat dicegah pemakaian pelbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan
biaya kesehatan.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali. Jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam :
1. Kegiatan yang dilaksanakan
Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus memenuhi syarat pokok
yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical services). Karakteristik
cmc :
- jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran
yang dikenal di masyarakat.
- Tata cara pelayanan tidak diselenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-putus
melainkan diselenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan (continu).
- Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak memusatkan
perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang disampaikan penderita
saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.
- Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak didekati hanya dari satu sisi saja,
melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi fisik, mental
dan sosial (secara holistik).
2. Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter
keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu
kesatuan, harus memperhatikan pengaruhmasalah kesehatan yang dihadapi terhadap
keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang
dihadapi oleh setiap anggota keluarga.
Dokter keluarga (DK) adalah dokter yang pertama kali ditemui pasien bila ia menemui masalah
kesehatan. DK memberikan pelayanan yang sinambung, tidak terbatas pada satu episode
penyakit saja, tetapi juga sinambung ditinjau dari tahap kehidupan yaitu mulai dari anak, dewasa,
sampai usia lanjut.
DK memberikan pelayanan komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif dengan penekanan yang besar agar pasiennya tetap sehat. Pelayanannya bersifat
personal dan berfokus pada pasien bukan pada penyakit pasien. Bila pasien membutuhkan
pelayanan yang berada di luar kompotensinya , DK bekerjasama dengan tenaga medis lain untuk
mengatasi masalah kesehatan pasiennya. Bila diperlukan, DK akan mendelegasikan pengelolaan
pasiennya kepada pihak lain yang memiliki kompotensi yang sesuai dengan kebutuhan medis
pasien.
DK bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan mitranya, dan ia berhubungan dengan
mitranya di kala sehat dan di kala sakit. Tanggung jawab ini mengharuskan DK menyediakan
program pemeliharaan kesehatan bagi mitranya yang sehat, dan program pengobatan/pemulihan
bagi mitranya yang sedang jatuh sakit. Hal ini dapat dipenuhi bila pola pikir dan pola tindak
mengacu pada pendekatan Medifa yang menata alur pelayanan dokter keluarga dalam 4 kegiatan
(assesment – targeting – intervention – monitoring) yang sinambung membentuk satu siklus
pelayanan yang terpadu meliputi:
Penilaian profil kesehatan pribadi (Assessment)
Penyusunan program kesehatan spesifik (targeting)
Intervensi proaktif (intervention)
Pemantauan kondisi kesehatan (monitoring)
Praktek dokter keluarga mandiri (PDKM) akan menjadi komplemen puskesmas dengan peran
sebagai ujung tombak upaya kesehatan perorangan dengan sasaran individu/keluarga yang
berada dalam wilayah pelayanannya. Kata ”mandiri” dalam PDKM menyiratkan pengertian ”self
employed job” atau dokter yang menjalankan profesinya di PDKM bekerja untuk dirinya sendiri,
bukan PNS atau pegawai dari suatu institusi.
Berikut ketentuan PDKM:
- menjalankan praktik dokter keluarga purnawaktu di PDKM
- lebih memilih memberikan pelayanan kepada suatu masyarakat yang jelas batasannya
(kepesertaan) dengan pembayaran secara kapitasi, ketimbang pelayanan kepada individu kepada
yang bukan peserta, bersifat episodik dan dibayar secara fee-for-service
- berbagi kewajiban dan tanggung jawab atas asset, liability, dan pelayanan pasien
- berbagi penerimaan dengan formula tertentu yang disepakati bersama
Wilayah pelayanan didefinisikan sebagai area geografis dari mana pengguna layanan atau mitra
PDKM biasanya datang. Wilayah pelayanan tidak harus sama dengan wilayah administratif
(kecamatan/kota). Penentuannya dengan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain kondisi
geografi, kualitas jalan dan sistem transportasi, kondisi sarana kesehatan, kesehatan penduduk,
dan kegiatan bisnis/industri. Terdapat 3 model PDKM yang dapat dipilih yaitu Praktik Dokter
Keluarga (PDK), Klinik Kesehatan Keluarga (KKK), dan Jejaring.
Pelayanan di PDKM dapat dilaksanakan dengan baik bila diselenggarakan oleh suatu tim yang
dapat terdiri dari dokter keluarga, perawat, bidan, apoteker/asisten apoteker, analis laboratorium,
dokter gigi, perawat gigi, dan tenaga lain seperti psikolog, nutrisionist, kader PKK, kader
posyandu, PLKB dll. Pengertian tim tidak berarti harus menjadi staf/pegawai PDKM, dapat saja
tenaga kesehatan tersebut merupakan entitas terpisah yang kemudian saling mengikatkan diri
dalam kerja sama dengan PDKM untuk menghindari tumpang tindih dalam pelayanan kesehatan
di satu wilayah.
Idealnya PDKM dapat menyediakan 21 jenis pelayanan dengan mutu dan standar yang sama
pada setiap mitranya, yaitu
1. penilaian status kesehatan pribadi
2. program proaktif pengendalian penyakit/kondisi khusus
3. pendidikan kesehatan
4. imunisasi
5. pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita
6. pemeliharaan kesehatan anak usia sekolah
7. pemeliharaan kesehatan wanita dan kesehatan reproduksi
8. pemeliharaan kesehatan lansia
9. pemeriksaan ante dan postnatal
10. konsultasi dan pengobatan
11. peresepan obat
12. tindakan medis (tindakan bedah kecil, injeksi, resusitasi, dan persalinan normal)
13. konseling
14. penunjang diagnostik (laboratorium, elektrokardiografi, ultrasonografi, dll)
15. layanan kesehatan gigi dan mulut
16. rehabilitasi medik
17. kunjungan rumah
18. perawatan di rumah
19. kunjungan ke rumah sakit
20. layanan mendesak/gawat darurat
21. ambulans
DOKTER KELUARGA DI INDONESIA
Konsep dokter keluarga di Indonesia pertama diajukan oleh IDI pada tahun 1980 sebagai hasil
Muktamar ke –17 dengan latar belakang sebagai berikut:
1.DK sebagai alternatif pengembangan karier dokter disamping karir spesialis
2.DK untuk memenuhi tuntutan pelayanan kesehatan yang termaksud pada SKN pada waktu itu.
Masalah mutu pada waktu itu masih belum menjadi sorotan benar
3.DK untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan dengan menerapkan sistem pelayanan
kesehatan terkendali
4.DK untuk menahan dampak negatif spesialisasi
Dalam Mukernya yang ke-18 IDI menetapkan definisi DK sebagai berikut:
Dokter Keluarga adalah dokter yang memberi pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas
dengan titik berat pada keluarga sehingga ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yang sakit tapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak anya menanti secara pasif tetapi bila
perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya Dengan definisi demikian IDI
menggambarkan ciri pelayanan DK sebagai berikut:
1.DK melayani penderita tidak hanya sebagai individu tetapi sebagai anggota satu keluarga
bakan anggota masyarakatnya
2.DK memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh dan memberikan perhatian kepada
penderitanya secara lengkap dan sempurna,jauh melebihi apa yang dikeluhkannya
3.Dk memberikan pelayanan kesehatan dengan tujuan utama meningkatkan derajat kesehatan,
mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobatinya penyekit sedini mungkin
4.DK mengutamakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan dan berusaha
memenuhi kebutuhan itu sebaik-baiknya
5.DK menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan tingkat pertama dan ikut bertanggung
jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan
Akan tetapi setelah sekian lama, kedudukan DK dalam sistem pelayanan kesehatan kita masih
belum jelas. Untuk peningkatan pengembangan DK disadari bahwa perlu tekad politis (political
will) dari Pemerintah, profesi dan masyarakat untuk mengukuhkan kedudukan DK dalam sistem
pelayanan kesehatan kita. Tekad politis pihak profesi hendaknya dipertegas dengan menyadari
bawa pelayanan DK baru dapat dijalankan kalau pelaksananya menguasai Kedokteran Keluarga
(Family Medicine) sebagai body of knowledge yang digunakannya dalam memberikan
pelayanan kedokteran. Upaya sinergisme dalam rangka pengembangan DK di Indonesia itu telah
dilakukan dalam suatu wadah kerjasama tripartit pengembangan DK di Indonesia yang terdiri
dari Depkes, KDKI/IDI dan Fakultas Kedokteran.
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DOKTER KELUARGA DI INDONESIA
Dalam rencana Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan dasar-dasar
Pembangunan Kesehatan yakni: (1) Perikemanusiaan, (2) Pemberdayaan dan Kemandirian, (3)
Adil dan Merata serta, (4) Pengutamaan dan manfaat. Sedangkan strategi pembangunan
kesehatan tersebut adalah (1) Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan, (2)
Profesionalisme, (3) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, (4) Desentralisasi. Dari
strategi pembangunan kesehatan tersebut diatas, strategi no (2) dan strategi no (3) merupakan
keterkaitan erat pembangunan kesehatan dengan pentingnya pengembangan pelayanan tingkat
primer dengan pelayanan dokter keluarga.
Sejalan dengan pentingnya pengembangan DK sebagaimana ditekankan WHO dan WONCA,
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dan institusi pendidikan serta masyarakat
professional seyogyanya menggerakkan pengembangan DK di Indonesia, dengan mengupayakan
proporsi tenaga kesehatan yang tepat. Untuk mendukung upaya pengadaan dokter keluarga,
kebijakan nasional di bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan merupakan
acuan mutlak agar perubahan kearah sistem yang lebih baik berlangsung berkesinambungan tapi
tidak merugikan sistim pendidikan kedokteran secara keseluruhan
Kebijakan di bidang pendidikan tenaga kesehatan, dalam hal ini dokter, pada dasarnya mengacu
pada prinsip bahwa praktek kedokteran harus senantiasa ditingkatkan mutunya melalui registrasi,
sertifikasi,pendidikan, dan pelatihan yang sinambung serta pemantauan terhadap kinerja dokter
dalam meyelenggarakan prakteknya. Sementara ini, tuntutan global mengharuskan Fakultas
Kedokteran di seluruh dunia mulai mempertimbangkan perannya dalam pembangunan kesehatan
dan menjalin kemitraan dengan institusi dan kelompok lain di sektor kesehatan dan sosial.
Mereka dituntut untuk menghasilkan dokter yang menjalankan 5 fungsi dasar (“5 stars doctor ;
Care Provider, Decision maker, Communicator, Community Leader, Manager”) yang pada
dasarnya adalah fungsi dokter keluarga.
Beberapa masalah hasil analisis kecenderungan memberi gambaran beberapa hal yakni :
a.Belum terlalu jelasnya kedudukan, peran, wewenang dan prospek DK dalam konteks Sistem
Kesehatan Nasional yang ada sekarang secara keseluruhan
b.Penjenjangan pelayanan kesehatan dan sistem pembiayaan kesehatan belum tertata baik untuk
berkembangnya pelayanan DK
c.Perlunya cukup banyak dokter di tingkat primer dalam 10 tahun ke depan sebagai bagian dari
suatu jenjang pelayanan
d.Kompetensi pada dokter di tingkat pelayanan primer sangat beragam, begitupun mutu
pelayanan kesehatan
e.Masih belum terlalu jelas institusi yang yang bertanggung jawab atas pembinaan para dokter
dari kelompok yang berada di masyarakat
f.Sumber daya tenaga kependidikan yang tidak sesuai dengan pengadaan dokter keluarga
g.Penghasilan penduduk yang rendah. Kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan jaminan dan
asuransi masih rendah dan masyarakat belum bisa menyisihkan uang untuk membeli resiko yang
tak pasti
Akan tetapi beberapa keadan memberi peluang pengembangan dokter keluarga itu yaitu:
a.Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan momentum yang tepat
dalam pengembangan DK
b.Perkembangan di Komisi Disiplin Ilmu Kesehatan- Dewan Pendidikan Tinggi (KDIK-DPT)
membuka peluang untuk mengadakan DK sejauh Kolegium Dokter Umum dapat didorong
menyusun kriteria mutu yang sesuai
c.Kesadaran masyarakat akan haknya untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu dan
bertanggung jawab
d.Perkembangan DK di dunia merupakan peluang untuk mendapatkan dukungan internasional
dalam pengadaan DK
e.Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan DK cenderung dikelola berdasarkan prinsip
manajemen yang mantap (“sound management principles”)
f.Perkembangan teknologi informasi merupakan peluang untuk memperluas cakupan, mutu dan
efisiensi pelayanan
g.Perhatian dan program prioritas yang telah dicanangkan oleh IDI dalam program kerjanya
h.Arah kebijakan nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional dimana Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan merupakan salah satu komponen dengan pendekatan Asuransi Kesehatan Sosial serta
bentuk asuransi ainnya.
i.Desentralisasi memungkinkan pengadaan DK yang lebih merata apabila Pemerintah Daerah
memberi perhatian.
PERAN DOKTER KELUARGA DALAM SISTEM JAMINAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
Tugas Dokter Keluarga dalam system Jaminan Pemeliharaan Kesehatan :
Memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada peserta dan keluarganya, dalam rangka
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat guna mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal
Fungsi Dokter Keluarga :
a.Memberikan pelayanan kesehatan paripurna, efektif dan efisien, sesuai ketentuan yang berlaku
b.Meningkatkan peranserta keluarga dan masyarakat peserta agar berperilaku hidup sehat
c.Menjalin kerjasama dengan semua fasilitas kesehatan dalam rangka rujukan
d.Menjaga agar sumberdaya yang terbatas digunakan seefisien mungkin
e.Menjaga hubungan baik dan terbuka dengan para pelaku jaminan pemeliharaan kesehatan
masyarakat lainnya
Hak Dan Tanggung Jawab Dokter Keluarga dalam Sistem jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Hak Dokter Keluarga :
a.Menerima pembayaran pra-upaya dengan sistim kapitasi
b.Memperoleh bonus atau insentif lain atas prestasi kerjanya
c.Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta yang tidak mematuhi ketentuan JPKM
d.Menolak pemeliharaan kesehatan kepada peserta bila tidak tercakup dalam kontrak antara PPK
dengan Bapel
e.Memutuskan kontrak kerja dengan bapel bila kesepakatan tak dipatuhi
Tanggung Jawab Dokter Keluarga
a.Bertanggung jawab atas kesehatan peserta
b.Bertanggung jawab atas pengaturan pemanfaatan sarana kesehatan untuk keluarga peserta
c.Bertanggungjawab menyampaikan laporan utilisasi pelayanan kesehatan kepada Badan
Penyelenggara jaminan
d.Bersama-sama dengan instansi kesehatan setempat, bertanggungjawab atas pelayanan
kesehatan peserta bila terjadi kasus KLB
Mekanisme Kerja Dokter Keluarga Dalam Sistem jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat :
Sistim Komunikasi antara sesama PPK, antara PPK dengan peserta dan Bapel serta pihak terkait
lainnya perlu senantasa dipelihara guna menjaga pelayanan PPK tetap bermutu (cost-effective,
memuaskan peserta) dan terkendali biayanya. Untuk peningkatan mutu, dikembangkan
komunikasi yang memungkinkan Bapel membuat profil PPK masing-masing sebagai berikut :
a.Untuk rawat jalan tingkat pertama :
1.persentase angka kunjungan (contact rate)
2.Persentase angka rujukan (referral rate)
3.Unit cost perkunjungan
4.Unit cost obat per-kunjungan
5.Angka keluhan (grievance rate)
b.Untuk rawat jalan lanjutan/spesialis :
1.Persentase angka kunjungan (contact rate)
2.Unit cost per-kunjungan
3.Unit cost obat per-kunjungan
4.Persentase rujukan rawat inap
c.Untuk rawat inap rumah sakit :
1.Rata-rata lamanya rawat inap (length of stay)
2.Unit cost rawat inap
3.Angka kematian
4.Resume medis kasus
Beberapa prinsip atau jurus dalam system jaminan untuk kendali biaya, kendali mutu dan kendali
pemenuhan kebutuhan medis peserta, dapat menimbulkan permasalahan bagi Dokter Keluarga,
sebagai berikut :
a.Pembayaran jasa pra-upaya yang terlalu rendah
b.Kebutuhan peserta akan pelayanan kesehatan diluar yang ditentukan
c.Terkumpulnya peserta berisiko dalam jumlah besar
d.Ketidak pastian dalam diagnose
e.Beban administrasi JPKM
f.Penundaan pembayaran jasa PPK
Pembayaran pra-upaya/kapitasi yang terlalu rendah :
Dokter harus dilibatkan dalam penentuan besarnya kapitasi. Untuk menekan biaya, dokter harus
mengurangi kebutuhan berlebih-lebihan dari peserta dan mengatasi kecenderungan peningkatan
pengeluaran kesehatan.
Tuntutan kebutuhan peserta :
Peserta umumnya kurang menyadari adanya pembatasan pelayanan dalam paket pemeliharaan
kesehatan yang diberikan dan menuntut pelayanan yang tidak tersedia dalam paket. Penting
dilakukan penyadaran akan hal-hal ini.
Terkumpulnya peserta berisiko dalam jumlah besar :
Bila peserta yang berpenyakit berat sedikit, biaya pemeliharaan kesehatannya dapat diatasi dari
kapitasi yang dibayarkan. Bila jumlahnya besar, diperlukan biaya ekstra yang harus disediakan
dari suatu cadangan dan atau untuk sementara bagi yang berisiko tinggi ini, pembayaran
dilakukan pasca pelayanan.
Ketidak pastian dalam diagnose:
Pada kasus-kasus meragukan, seringkali diperlukan test tambahan. JPKM perlu
mengakomodasikan hal ini, agar para dokter tidak tersendat dalam pelayanan profesionalnya.
Diperlukan pemantauan untuk mencegah penyalah gunaan dan pengamatan terhadap tindakan
para dokter.
Beban Administrasi :
Administrasi tidak dapat ditiadakan, namun penting sekali bagi Bapel JPKM untuk mengurangi
beban administrasi ini agar dokter tidak terperangkap dengan tugas adminstrasi yang mengurangi
enersinya untuk melayani peserta memadai
Penundaan pembayaran :
Penundaan pembayaran dapat terjadi bila untuk pelayanaan tertentu tidak ada kepastian dapat
dibayar atau tidak, karena situasi khusus. Diperlukan pedoman tentang bentuk pelayanan yang
tak dicakup dalam JPKM, sehingga dapat mengurangi beban administrasi dan mencegah
penundaan pembayaran
PROGRAM PENGEMBANGAN DOKTER KELUARGA
Program pengembangan Dokter Keluarga dalam rumusan Pokok-pokok Rancangan Akselerasi
Pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga 2003 – 2010 yang disusun secara kolaborasi dan
sinergisme semua pihak terkait telah merumuskan beberapa pokok program.
Visi dari pengembangan DK ini adalah :
Tersedianya DK bermutu dan merata guna mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
Misinya adalah
a.Menetapkan peraturan perundangan yang memantapkan kedudukan dokter keluarga sebagai
dokter pelayanan tingkat pertama
b.Menetapkan kebijakan pembiayaan kesehatan yang kondusif untuk berkembangnya dasar
moral penyelenggaraan pelayanan kesehatan
c.Menyusun perencanaan DK dengan melibatkan masyarakat dengan memperhatkan
perkembangan global
d.Meningkatkan efisiensi pendayagunaan Dk dan karier Dk
e.Menetapkan kebijakan dalam pendidikan kedokteran termasuk pendidikan kedokteran
berkelanjutan (CME) untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan DK yang kompeten dalam
menjalankan fungsinya
Berdasarkan pada analisa situasi dan kecenderungan serta kebijakan diatas, berbagai program
berikut ini merupakan hal yang dilakukan untuk pengembangan (akselerasi) DK yakni :
1. Program pengembangan kebijakan dan manajemen yang mencakup :
a.Pengembangan kebijakan pelayanan dokter keluarga, termasuk penyusunan peraturan
perundangan
b.Penyusunan berbagai pedoman dan “management tools” pelayanan dokter keluarga dan sistim
pembiayaan
c.Pelaksanaan regulasi
d.Pengembangan sistem informasi
e.Pengawasan, pengendalian dan penilaian
2. Program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan peran serta masyarakat terdiri dari:
a.Penyuluhan bagi individu, keluarga dan masyarakat
b.Penyuluhan bagi organisasi kemasyarakatan dan profesi
c.Penyuluhan bagi aparatur Pemerintah
3. Program pengembangan pelayanan dokter keluarga secara garis besar meliputi:
a.Kebijakan dan perencanaan dokter keluarga
b.Pendayagunaan DK
c.Pendidikan dan Pelatihn DK
4. Program penelitian dan pengembangan yang antara lain meliputi :
a.Pelaksanaan dan sub sistem pembiayaan
b.Sistim manajemen, termasuk manajmen infomasi
c.Sistim pengawasan, pengendalian dan evaluasi
PENUTUP
Akselerasi pengembangan pelayanan kedokteran keluarga sudah menjadi tuntutan yang perlu
disikapi dengan kolaborasi dan sinergisme semua stakeholders dalam suatu rumusan program
yang tepat dan terarah. Akselerasi ini akan berhasil bila semua stakeholder (Pemerintah,
Provider, Profesi,Badan Penyelenggara sistim jaminan sosial atau asuransi,dan masyarakat),
memberi kontribusi yang positif. Beberapa pendekatan strategis perlu dilakukan untuk
pengembangan ini yakni Departemen Kesehatan selaku regulator perlu melaksanakan regulasi
kedudukan DK dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), pemantapan standarisasi, penataan
sistem pembiayaan melalui pra-bayar. Fakultas Kedokteran diharapkan kedepan dapat
melaksanakan penyelenggaraan pendidikan DK (university based ), serta pemanfaatan DK harus
didukung oleh sarana pelayanan DK yang memenuhi standar dan mengkuti program akreditasi.
Pembinaan karier DK seyogyanya diarahkan menuju “the five stars Doctor” sebagai “agent of
change”.
Optimalisasi peran DK dalam sistem pelayanan kesehatan terkendali (Managed Care) harus
dilakukan dalam suatu sitem yang terintegrasi dengan mengutamakan pra-bayar, dan masyarakat
perlu diberi informasi tentang peran DK untuk memelihara dan menyelesaikan masalah
kesehatan sesuai kebutuhannya.
1. Dokter Keluarga
Definisi
Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan
pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan,
koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya
dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan.
Syarat-syarat Dokter Keluarga
Program konversi adalah program sertifikasi I (awal) dokter layanan primer
yang berminat menjadi dokter keluarga. Program konversi dimaksudkan agar
dokter yang memiliki komitmen menjadi dokter layanan primer
mengimplementasikan komitmen tersebut dengan meningkatkan dan menjaga
kompetensi dan kinerja profesionalnya sehingga benar-benar mampu dan mau
menjadi dokter layanan primer yang mumpuni dan berkedudukan di lini terdepan
pelayanan kesehatan di Indonesia.
Program konversi adalah salah satu bentuk uji kompetensi melalui alat tilik
diri (self assesment) yang berisi kuesioner tentang rekam jejak praktik dan
kegiatan profesional dokter tersebut. Jadi program konversi tidak dapat diikuti
oleh dokter yang tidak praktik atau praktik kurang dari 5 tahun.
Landasan Hukum Dokter Keluarga
Tugas-tugas Dokter Keluarga
1) Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan
bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,
2) Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat
3) Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat
sehat dan sakit
4) Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya
5) Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi
6) Menangani penyakit akut dan kronik,
7) Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS,
8) Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis
atau dirawat di RS
9) Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan
10) Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,
11) Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,
12) Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,
13) Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum
dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.
2. Pelatihan Dokter Keluarga
Pelatihan dokter keluarga adalah upaya mendapatkan kompetensi (pengetahuan
dan ketrampilan) sesuai standar kompetensi dokter keluarga. Sampai saat ini pelatihan
dimaksud terdiri atas 4 paket yaitu Paket A,B,C dan D
Apa saja 4 paketnya?
Kurikulum yang telah disepakati dari hasil rumusan kerjasama tripartid pengembangan
dokter keluarga (IDI / KDKI-FK-Depkes) meliputi empat paket, yaitu:
o Paket A: pengenalan konsep kedokteran keluarga,
o Paket B: manajemen pelayanan kedokteran keluarga
o Paket C: ketrampilan klinik praktis
o Paket D: pengetahuan klinik mutakhir yang disusun berdasarkan golongan usia.
Apa tujuannya?
Agar dokter umum lulusan fakultas kedokteran ataupun dokter umum yang saat ini sudah
ada di masyarakat bisa mendapatkan kompetensi khusus selaku dokter keluarga yang
bersertifikat dan diakui.
Apakah bila telah mengikuti pelatihan, seorang dokter wajib praktik sebagai dokter
keluarga?
Untuk praktik sebagai dokter keluarga, seorang dokter umum wajib mengikuti prosedur
dengan pendekatan Public Private Participation
1. Apa saja kompetensi DK dan abagaiman alur mendapatkan kompetensi tersebut?
Dokter keluarga diharapkan agar dapat memenuhi 7 kompetensi sebagai berikut:
a. Keterampilan komunikasi efektif
b. Keterampilan klinik dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedik, ilmu klinik, ilmu perilaku, dan
epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.
d. Keterampilan mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga,ataupun
masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinir dan
bekerja sama dalam konteks pelayanan kesehatan primer.
e. Mampu memanfaatkan, menilai secara kritis dan mengelola informasi.
f. Mampu mawas diri dan belajar sepanjang hayat.
g. Sadar etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik.
Untuk mendapatkan kompetensi di atas, dokter keluarga harus menjalani serangkaian proses
yang digambarkan dalam alur di bawah ini:
__________________________________________________________________________
Gambar 1. Diagram Alur Kronologis Mendapatkan Sertifikasi Kompetensi Penuh
Diagram alur yang pertama menggambarkan proses seorang lulusan FK dengan kurikulum
lama yang menjalani proses untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi penuh sebagai dokter
praktek umum. Sedangkan diagram yang kedua merupakan proses yang dilaului oleh seorang
lulusan FK dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter
untuk menjalankan praktik kedokteran diseluruh Indonesia setelah lulus ujian kompetensi.
Sertifikat kompetensi untuk dokter spesialis ditetapkan oleh Kolegium terkait, sedangkan untuk
dokter praktek umum ( DPU ) ditetapkan oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia
(KDDKI).
DPU bisa memperoleh sertifikat ini dengan cara mengikuti Program Pengembangan
Pendidikan Keprofesian Kedokteran Berkelanjutan (P2KB). Hal ini sesuai dengan pernytaan UU
RI no 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yaitu bahwa dokter yang praktik wajib
mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan yang diselenggarakan oleh
organisasi profesi dan lembaga lain yang diakreditasi oleh organisasi profesi.
Sertifikat kompetensi yang dikeluarkan oleh KDDKI/kolegium terkait bersama dengan STR
yang dikeluarkan oleh KKI dan rekomendasi IDI merupakan persyaratan untuk mengurus
perpanjangan SIP.
Surat edaran IDI nomor 2342/PB/A3/11/2008 tentang dokter keluarga menjelaskan
bahwa:
“DPU yang telah memperoleh pendidikan tambahan dan menjalankan praktik dengan menerapkan
pendekatan keluarga serta kompetensinya diakui oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga
Indonesia (KDDKI), setelah setara dengan kompetensi dokter keluarga selanjutnya mendapat gelar
profesi sebagai dokter keluarga (DK). Para DPU yang ingin diakui kompetensinya atau mendapat
gelar profesional DK dapat mengikuti program konversi PDKI (secara sukarela). Para DK ini dalam
sistem pelayanan kedokteran terpadu atau terstruktur menjalankan praktiknya di starta pertama.”
Sementara itu, keputusan Menteri Kesehatan RI No: 916/Menkes RI/Per/VII/1997 juga
mengatur peraturan praktek dokter umum dan dokter gigi yang diarahkan ke konsep dokter
keluarga.
Dari dua peraturan tersebut dapat disimpulkan bahwa peralihan fungsi DPU menjadi DK
merupakan suatu pilihan, bukan suatu kewajiban. Namun, jika dilihat dari isi Peraturan
Menteri Kesehatan No 131/MENKES/SK/II/2004 mengenai Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) pada Bab IV tentang subsistem upaya kesehatan bagian E poin 2A:
“…untuk masa mendatang, apabila sistem jaminan kesehatan naisonal telah berkembang,
pemerintah tidak lagi menyelenggarakan unit kesehatan perorangan (UKP) strata pertama melalui
Puskesmas. Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta
dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil masih
dipadukan dengan pelayanan Puskesmas.”
Terkesan bahwa dokter keluarga cenderung merupakan sebuah anjuran daripada pilihan.
Kesimpulannya, setiap dokter umum yang ingin memperpanjang SIP tidak harus beralih
fungsi menjadi DK. Alih fungsi menjadi DK cenderung merupakan suatu anjuran.
eranan dan tanggung jawab Dokter Keluarga
Dalam pelayanan kedokteran seperti yang diuraikan di atas, seorang dokter keluarga dituntut untuk menjalankan fungsinya sebagai seorang“The Five-star Doctor” yang memperlihatkan lima peranan di bawah ini:
1. Pemberi layanan (Care provider) Sebagai pemberi layanan, dokter keluarga mempertimbangkan kebutuhan pasien
secara total (fisik, mental, dan sosial) baik sebagai individu maupun sebagai bagian yang tak terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya. Seorang dokter keluarga memberikan pelayanan dengan komitmen yang kuat terhadap mutu. Karena pelayanannya bersifat pribadi (personal) maka ia memandang pasien dan keluarganya sebagai mitra dalam upayanya memelihara kesehatan pasiennya.
2. Pengambil keputusan (Decision maker)Dokter dalam sistem pelayanan dokter keluarga ini bertindak sebagai mitra bagi pasiennya dalam mengambil keputusan medis dengan memilih dan menggunakan teknologi kedokteran dan kesehatan yang tepat secara rasional, beretika, dan sadar biaya. Dengan demikian sumberdaya pasien dan komunitas yang dilayaninya dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besar manfaat individu dan komunitasnya.
3. Komunikator (Communicator)
Untuk dapat menjalankan kelima perannya dalam sistem pelayanan dokter keluarga seorang dokter dituntut mampu berkomunikasi penuh empati karena hanya degan cara itu ia dapat memberdayakan individu maupun kelompok untuk meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui perilaku hidup sehat. Seorang dokter keluarga harus dapat menyampaikan pesan kesehatan dengan keteladanan dan penjelasan yang rasional.
4. Pemimpin kelompok (Community leader)Dokter keluarga merupakan orang yang memperoleh kepercayaan dari masyarakat di wilayah kerjanya sehingga ia harus mampu menggalang peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
5. ManagerSebagai koordinator dalam pemeliharaan kesehatan bagi pasien dan keluarganya, dokter keluarga seyogianya dapat bekerja sama secara harmonis dengan setiap individu dan institusi, baik di dalam maupun di luar sistem pelayanan kesehatan.
GAMBARAN DOKTER KELUARGA (DK) DALAM MEWUJUDKAN VISI INDONESIA SEHAT 2010
1. DK berperan sebagai ujung tombak dalam sistim pelayanan kesehatan nasional yang berhadapan langsung dengan masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan tingkat pertama
2. DK memiliki kemampuan dan karakter “ Five Star Doctor “ yaitu : care provider, decision maker, communicator, community leader dan manager
3. DK bergabung dengan beberapa dokter untuk membangun dan ikut memiliki klinik keluarga atau klinik multispesialis yang dikelolaberdasarkan prinsip manajemen yang mantap. Klinik ini harus memenuhi standar perizinan dan dapat menjadi bagian dari jejaring pelayanan rujukan.
4. DK melayanai pasien yang sebagian besar sudah terdaftar sebagaipeserta, baik yang datang langsung kepadanya atau yang melalui jaringan pelayanan kesehatan maupun asuransi kesehatan
5. DK menerima pembayaran secara kapitasi dari pasien yang sudah menjadi peserta (kapitasi perbulan per peserta)
6. DK menjalankan profesinya minimum 40 jam/ minggu di satu klinik dan sebagai imbalannya DK mendapat penghasilan yang layak untuk menghidupi keluarganya, termasuk perlindungan asuransi profesi dan tabungan hari tua
7. DK menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi kompetensi dokter keluarga di klinik yang dirancang sesuai dengan prinsip dokter keluarga dan dilengkapi fasilitasi teknologi informasi yang tepat guna
8. DK secara teratur mengikuti program CME melalui jurnal, website, seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh profesinya
9. Klinik DK mengikuti akreditasi yang menjadi syarat menentukan kelayakan menjalankan praktek dokter keluarga
10. DK mendapat penghargaan (recognition) dari profesinya atas jerih payahnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terbaik dan bDKya terjangkau bagi pasiennya dan atas usahanya memajukan profesi dokter keluarga
11. DK dapat menjalankan profesinya di rumah sakit yang menerapkan prinsip dokter keluarga dengan berperan sebagai triage
12. DK diberi wewenang untuk merawat pasiennya di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Seorang dokter boleh saja membuka praktek UKP diluar dinasnya, namun tidak boleh
mengabaikan tugas utamanya sebagai dokter puskesmas. Tidak ada yang melarang kalau dokter
membuka praktek diluar dinasnya tetapi waktu pelayanan dapat diatur sebaik-baiknya sehungga
tidak mengganggu waktu dinas. Bisa saja dokter melayani pasien di puskesmas baru menuju
praktek atau sebaliknya selesai memberikan pelayanan di tempat prakteknya langsung melayani
pasien di puskesmas.
Nilai kelayakan untuk memperoleh kredit profesi
Melayani peserta SJSN
Starter kit PDKM
Kredit profesi
SIP
• Kuota peserta (cakupan awal) SJSN
• Rekomendasi
• Sertifikasi Kompetensi• Surat Tanda Registrasi
Praktik Dokter Keluarga
Koperasi IDI
Bank
Dinkes
BPJS
IDI
Dokter Baru
Tambahan bahan no 7:
Upaya kesehatan
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan,
dan pemulihan. Subsistem upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama, yakni upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (U KP).
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian
penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif.
UKP adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan. UKP mencakup upaya upaya promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan. Dalam U KP juga termasuk
pengobatan tradisional dan alternative serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
Kedua upaya kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan Berbagai upaya
kesehatan penunjang. Upaya penunjang untuk UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium
kesehatan masyarakat dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
lainnya. Sedangkan upaya penunjang untuk UKP antara lain adalah layanan laboratorium klinik,
apotek, optik, dan toko obat.
Penyelenggaraan sub sistem upaya Kesehatan mengacu pada prinsip prinsip sebagai
berikut :
1. UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dengan peran aktif masyarakat dan
swasta.
2. UKP diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan pemerintah.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan fungsi social.
4. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkelanjutan ,
terjangkau, berjenjang, profesional, dan bermutu.
5. Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan t adisional dan alternatif,
harus tidak bertentangan dengan kaidah ilmiah.
6. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai dan norma sosial budaya,
moral, dan etika profesi
1) Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. UKM strata pertama
UKM strata pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada masyarakat. Ujung
tombak penyelenggara U KM strata pertama adalah puskesmas yang didukung secara
lintas sector dan didirikan
sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan. puskesmas bertanggung jawab atas
masalah kesehatan di wilayah kerjanya.
Terdapat tiga fungsi utama Puskesmas, yakni sebagai (1)pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan,(2) pusat pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan, dan (3) pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.Sekurang-kurangnya ada
enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus dilaksanakan ol eh Puskesmas yakni
promosi kesehatan;kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana; perbaikan gizi ;
kesehatan lingkungan ; pemberantasan penyakit menular ; dan pengobatan dasar.
b. UKM strata kedua
Yang dimaksud dengan UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan
kepada masyarakat. Penanggung jawab UKM strata kedua adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang didukung secara lintas sektor. D inas Kesehatan Kabupaten/Kota
mempunyai dua f ungsi utama yakni fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
kabupaten/kota.'
Fungsi teknis kesehatan mencangkup penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat
tingkat lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan Puskesmas. Untuk
dapat melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota
dilengkapi dengan berbagai unit pelaksana teknis seperti unit pencegahan dan
pemberantasan penyakit ; promosi kesehatan ; pelayanan kefarmasian ; kesehatan
lingkungan ; perbaikan gizi ; dan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana. Unit-unit
tersebut disamping memberikan pelayanan langsung juga membantu Puskesmas dalam
bentuk pelayanan rujukan kesehatan masyarakat.
c. UKM strata ketiga
UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.
Penanggung jawab UKM strata ketiga adalah Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen
kesehatan yang didukung secara lintas sektor. Dinas Kesehatan provinsi dan Departemen
kesehatan mempunyai dua f ungsi, yakni fungsi manajerial dan f ungsi teknis kesehatan.
Fungsi manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggung-jawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
provinsi/nasional. Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat unggulan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan dari
kabupaten/kota dan provinsi. Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen kesehatan perlu didukung oleh berbagai pusat
unggulan yang dikelola oleh sector kesehatan dan sektor pembangunan lainnya. Contoh
pusat unggulan yang dimaksud adalah Institut gizi Nasional,institut penyakit Infeksi
Nasional, Institut Kesehatan Jiwa Nasional, Institut Ketergantungan Obat Nasional,
Institut promosi Kesehatan Nasional, Institut Kesehatan Kerja Nasional, dan pusat
Laboratorium Nasional, Institut survailans dan Teknologi penyakit dan Kesehatan
Lingkungan.
2) UKP strata Pertama
Yang dimaksud dengan UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada
perorangan. Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah, masyarakat,dan
swasta yang diwujudkan melalui berbagai bentuk pelayanan profesional, seperti praktik
bidan, praktik perawat, praktik dokter, praktik dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan,
praktik dokter/klinik 24 iam, praktik bersama, dan rumah bersalin.
UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh puskesmas. Dengan
demikian puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan, yakni pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan. Untuk meningkatkan cakupan,
Puskesmas dilengkapi dengan Puskesmas Pembantu, puskesmas Keliling, pondok
Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa. Pondok Bersalin Desa, dan Pos Obat Desa termasuk
dalam sarana kesehatan bersumber masyarakat.
Dalam UKP strata pertama juga termasuk pelayanan pengobatan tradisional dan
alternatif, serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika. Pelayanan pengobatan
tradisional dan alternative yang diselenggarakan adalah yang secara ilmiah telah terbukti
keamanan dan khasiatnya'.
Untuk masa mendatang, apabila system jaminan kesehatan nasional telah berkembang,
pemerintah tidak lagi menyelenggarakan UKP strata pertama melalui Puskesmas.
Penyelenggaraan UKP strata pertama akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta
dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang sangat terpencil
masih dipadukan dengan pelayanan puskesmas.
Standar Kompetensi Dokter Keluarga (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, 2006)
1. Kompetensi Dasar
a. Keterampilan Komunikasi Efektif
b. Katerampilan Klinis Dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan
epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat
dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja
sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.
e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.
f. Mawas diri dan pengembangan diri/ belajar sepanjang hayat.
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Pimer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit Dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Keterampilan melakukan “health screening”
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Keterampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar Kedokteran Keluarga
5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinis
Manajemen klinik dokter keluarga
Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga
1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik
a. Standar Pelayanan Paripurna
b. Standar Pelayanan Medis
c. Standar Pelayanan Menyeluruh
d. Standar Pelayanan Terpadu
e. Standar Pelayanan Berkesinambungan
2. Standar Perilaku dalam Praktik
a. Standar Perilaku terhadap Pasien
b. Standar Perilaku dengan Mitra Kerja di Klinik
c. Standar Perilaku dengan Sejawat
d. Standar Pengembangan Ilmu dan Keterampilan Praktik
e. Standar Partisipasi dalam Kegiatan Masyarakat di Bidang Kesehatan
3. Standar Pengelolaan Praktik
a. Standar Sumber Daya Manusia
b. Standar Manajemen Keuangan
c. Standar Manajemen Klinik
4. Standar Sarana dan Prasarana
a. Standar Fasilitas Praktik
b. Standar Peralataan Klinik
c. Standar Proses-proses Penunjang Praktik
Bagaimana cara seorang dokter umum bisa menjadi doga? Apa syarat-syarat doga?
Dokter praktik umum (DPU) yang telah memperoleh pendidikan tambahan dan
menjalankan praktik dengan menerapkan pendekatan keluarga serta kompetensinya diakui
oleh Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI), setelah setara dengan
kompetensi dokter keluarga selanjutnya mendapat gelar profesi sebagai Dokter Keluarga
(DK). Para DPU yang ingin diakui kompetensinya atau mendapat gelar professional DK
dapat mengikuti program konversi PDKI. Para DK ini dalam sistem pelayanan kedokteran
terpadu atau terstruktur menjalankan praktiknya di strata pertama.
Program konversi adalah program sertifikasi I (awal) dokter layanan primer yang berminat
menjadi dokter keluarga. Program konversi dimaksudkan agar dokter yang memiliki
komitmen menjadi dokter layanan primer mengimplementasikan komitmen tersebut
dengan meningkatkan dan menjaga kompetensi dan kinerja profesionalnya sehingga benar-
benar mampu dan mau menjadi dokter layanan primer yang mumpuni dan berkedudukan di
lini terdepan pelayanan kesehatan di Indonesia.
Program konversi adalah salah satu bentuk uji kompetensi melalui alat tilik diri (self
assesment) yang berisi kuesioner tentang rekam jejak praktik dan kegiatan profesional
dokter tersebut. Jadi, program konversi tidak dapat diikuti oleh dokter yang tidak praktik
atau praktik kurang dari 5 tahun.