9
Bailout dalam istilah ekonomi dan keuangan digunakan untuk menjelaskan situasi dimana sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, seperti perusahaan atau sebuah bank diberikan suatu injeksi dana segar yang likuid, dalam rangka untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Seringkali bailout dilakukan oleh pihak pemerintah atau konsorsium beberapa investor yang akan memintaperan kendali pada entitas tersebut sebagai timbal balik untuk dana yang disuntikkan. Umumnya, bailout adalah respon terhadap adanya kesulitan pada aliran dana jangka pendek, dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki asset yang cukup, akan disuntikan dana oleh pemerintah atau konsorsium investor untuk “tide it over” hingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan Bailout untuk perusahaan yang dilakukan oleh pemerintah memanglah kontroversial karena suatu kebangkrutan adalah fenomena yang notabene disebabkan oleh kegagalan bisnis akibat tidak terpenuhi keinginan konsumen dalam mekanisme pasar, karenanya bailout adalah suatu campur tangan pemerintah kedalam mekanisme pasar yang melampaui keinginan konsumen di pasar.– tidak heran usulan Bill Bailout pada sektor pasar modal Amerika Serikat sebesar 700 milyar USD, sebelum disetujui oleh House of Representative sempat ditolak oleh Senat (DPD-nya USA) – Terlebih lagi bila mengingat dana yang digunakan dalam bailout ini dipastikan berasal dari dana pemerintah APBN/APBD yang notabene berasal dari para pembayar pajak yang mengharapkan asas korespondensi tercipta lebih baik dalam hal penerimaan dan alokasi pengeluaran hasil pajak. Bailout dari pihak pemerintah untuk sebuah entitas usaha/sektor biasanya dilakukan ketika entitas usaha/sektor tersebut dipertimbangkan sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak “too big to fail” – dijustifikasi oleh argumen bahwa kegagalan pada beberapa perusahaan akan menimbulkan kemandekan perekonomian yang harus dihindari dan diselesaikan segera dalam jangka pendek. sumber : http://bowie71.multiply.com/journal/item/17/What_Kinda_Animal_Bailout_I s

Bailout Dalam Istilah Ekonomi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

where are u now that i need you

Citation preview

Page 1: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

Bailout dalam istilah ekonomi dan keuangan digunakan untuk menjelaskan situasi dimana sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, seperti perusahaan atau sebuah bank diberikan suatu injeksi dana segar yang likuid, dalam rangka untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Seringkali bailout dilakukan oleh pihak pemerintah atau konsorsium beberapa investor yang akan memintaperan kendali pada entitas tersebut sebagai timbal balik untuk dana yang disuntikkan.

Umumnya, bailout adalah respon terhadap adanya kesulitan pada aliran dana jangka pendek, dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki asset yang cukup, akan disuntikan dana oleh pemerintah atau konsorsium investor untuk “tide it over” hingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan

Bailout untuk perusahaan yang dilakukan oleh pemerintah memanglah kontroversial karena suatu kebangkrutan adalah fenomena yang notabene disebabkan oleh kegagalan bisnis akibat tidak terpenuhi keinginan konsumen dalam mekanisme pasar, karenanya bailout adalah suatu campur tangan pemerintah kedalam mekanisme pasar yang melampaui keinginan konsumen di pasar.– tidak heran usulan Bill Bailout pada sektor pasar modal Amerika Serikat sebesar 700 milyar USD, sebelum disetujui oleh House of Representative sempat ditolak oleh Senat (DPD-nya USA) – Terlebih lagi bila mengingat dana yang digunakan dalam bailout ini dipastikan berasal dari dana pemerintah APBN/APBD yang notabene berasal dari para pembayar pajak yang mengharapkan asas korespondensi tercipta lebih baik dalam hal penerimaan dan alokasi pengeluaran hasil pajak.

Bailout dari pihak pemerintah untuk sebuah entitas usaha/sektor biasanya dilakukan ketika entitas usaha/sektor tersebut dipertimbangkan sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak “too big to fail” – dijustifikasi oleh argumen bahwa kegagalan pada beberapa perusahaan akan menimbulkan kemandekan perekonomian yang harus dihindari dan diselesaikan segera dalam jangka pendek.

sumber : http://bowie71.multiply.com/journal/item/17/What_Kinda_Animal_Bailout_Is

Page 2: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

Subprime Mortgage

Semoga ini bukan bahan yang sudah basi, mengingat krisis ekonomi global sedang terjadi. Banyak sekali

dampak yang terjadi akibat krisis ekonomi global ini. Walaupun pemerintah Amerika Serikat sudah

melakukan “bail out” juga menurunkan suku bunga untuk membantu jalannya perekonomian Amerika

Serikat, hasil belum dapat ditentukan dari tindakan pemerintah Amerika Serikat ini.

Harga minyak yang sebelumnya sudah melambung tinggi, saat ini mengalami penurunan karena

turunnya permintaan akan minyak. Orang-orang mengalami kekuatiran dan ketakutan untuk melakukan

investasi di sektor properti dan pasar uang. Kemudian naiknya US$ karena jatuh tempo pembayaran

hutang membuat permintaan akan US$ makin besar, membuat orang berspekulasi untuk berinvestasi di

nilai kurs. Dan banyak hal lagi.

Pertanyaannya… Apa yang mengakibatkan krisis ekonomi global ini?

Kebanyakan jawaban akan mengarah ke Krisis Subprime Mortgage.

Dan apakah itu subprime mortgage? Mengapa krisis Subprime Mortgage dapat terjadi?

Inilah yang saya ingin bagikan, informasi yang saya tahu mengenai Subprime Mortgage.

Prime dan Subprime Mortgage

Mortgage yang kita bahas di sini adalah hutang untuk membeli properti di mana properti tersebut

digunakan sebagai jaminan untuk pinjaman tersebut. Contoh: Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Peminjaman mortgage ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu prime mortgage dan subprime mortgage.

Prime mortgage diberikan kepada peminjam yang memiliki sejarah kredit yang bagus dan dapat

menunjukkan kapasitas untuk membayar kembali hutangnya. Sedangkan subprime mortgage diberikan

kepada peminjam yang tidak memenuhi kedua persyaratan di atas, dalam arti subprime mortgage

adalah produk pinjaman yang memiliki risiko yang sangat tinggi.  Untuk menyeimbangkan risiko ini,

bunga yang diberikan pun jauh lebih tinggi daripada prime mortgage. 

Melambungnya Nilai Sektor Properti

Sekarang kita kembali ke tahun 2001 di Amerika Serikat. Pada saat itu FED (Bank Sentral USA)

menurunkan suku bunga secara drastis (1%) untuk meningkatkan kondisi ekonomi di Amerika Serikat

yang saat itu sedang mengalami resesi diakibatkan oleh dot-com bubble.

Mengapa turunnya suku bunga dapat meningkatkan kondisi ekonomi? Dengan turunnya suku bunga,

maka orang-orang akan beralih untuk menginvestasikan uangnya daripada menyimpannya di dalam

Page 3: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

tabungan. Akhirnya perputaran uang ini akan terjadi dan itu diprediksikan dapat meningkatkan kondisi

ekonomi.

Kalau suku bunga menjadi sangat rendah, suku bunga untuk KPR pun akan menjadi sangat rendah.

Akhirnya orang-orang mulai melirik sektor properti baik untuk dipakai sendiri ataupun untuk investasi.

Berdasarkan hukum ekonomi, permintaan naik berarti harga naik – dan inilah yang terjadi. Karena

banyaknya permintaan di sektor ekonomi membuat nilai properti menjadi naik. Karena nilai properti

menjadi naik, maka orang-orang makin bergairah untuk melakukan investasi di sektor ini dengan

pemikiran nilai properti akan selalu naik. Dan siklus ini terjadi berulang-ulang. Hasilnya, nilai properti

melambung tinggi.

Di sisi lain, kita tahu bahwa tingkat konsumtif di Amerika Serikat ini sangat tinggi. Akhirnya banyak

orang berspekulasi untuk mendapatkan “pendapatan tambahan” dari naiknya sektor properti ini. Apa

yang mereka lakukan? Mereka lakukan yang dinamakan sebagai re-financing. Jadi mereka akan

mengajukan tambahan pinjaman untuk KPR mereka dengan jaminan yang sama (dengan pemikiran

bahwa nilai jaminan itu akan terus naik). Uang ini mereka gunakan selain untuk konsumsi, mereka

lakukan kembali untuk investasi dan salah satunya di sektor properti kembali. Hasilnya, nilai properti

benar-benar melambung tinggi.

Peran Institusi Keuangan di Sektor Properti

KPR untuk institusi keuangan merupakan lahan yang menguntungkan. Kenapa? Karena biasanya KPR itu

memiliki jangka waktu pinjaman yang relatif lama (bertahun-tahun) dan memiliki jaminan di sektor

properti yang diperkirakan nilainya akan terus naik

Akhirnya apa yang terjadi? Intitusi keuangan berlomba-lomba untuk memberikan KPR demi mengejar

keuntungan. Demi mengejar keuntungan ini, institusi keuangan banyak meloloskan prospek yang

sebenarnya katakan tidak layak mengambil KPR (entah karena tidak mampu secara finansial, sejarah

keuangan mereka, dll).

Mengapa institusi keuangan tidak kuatir untuk memberikan KPR tersebut? Karena institusi keuangan

berpikir, kalaupun si penerima KPR tidak dapat membayar, ya .. mereka tinggal menyita jaminan

tersebut dan mengembalikan ke pasar. Dalam hal ini kita ingat bahwa asumsi mereka adalah nilai

properti akan selalu naik.

Munculnya ARM (Adjustable Rate Mortgage)

Page 4: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

Dalam rangka mengejar customer KPR ini, institusi keuangan mengembangkan suatu produk yang

bernama ARM (Adjustable Rate Mortgage), yang intinya tingkat suku bunga di 2-3 tahun pertama sangat

rendah, namun setelah tahun ke-3, bunga itu akan naik menjadi tinggi bahkan melebihi bunga KPR

biasa.

Banyak orang tergiur dengan produk ini, karena yang mereka lihat adalah bunga di 2-3 tahun pertama

yang rendah. Mereka pun berpikir setelah tahun ke-3, nilai properti ‘kan akan naik, jadi mereka dapat

menjual properti mereka ataupun melakukan re-financing.

CDO (Collateralized Debt Obligation)

Karena pasar properti melambung dengan sangat tinggi – dalam hal ini pengajuan untuk KPR pun sangat

tinggi juga uang yang berputar di KPR pun sangat tinggi, tampaknya institusi keuangan kewalahan untuk

mengumpulkan dana yang digunakan untuk KPR. Maka mereka membuat CDO (Collateralized Debt

Obligation) di mana CDO ini adalah obligasi. 

Dasar dari obligasi ini adalah KPR yang telah dikucurkan oleh bank atau institusi keuangan lain, dan

bunga yang digunakan untuk membayar bunga CDO ini adalah bunga KPR yang telah mereka kucurkan.

Setelah itu dana yang didapat dari hasil penjualan CDO ini, mereka kucurkan lagi untuk memberikan KPR

– yang kemudian digunakan untuk menerbitkan CDO lagi. Dan siklus ini terjadi berulang-ulang.

Kesimpulan I

Gambaran di atas untuk kenaikan permintaan di sektor properti yang didukung oleh kucuran KPR yang

diberikan, akhirnya kita dapat melihat tingkat kredit yang terjadi sangat tinggi. Kita bisa melihat grafik

perkembangan mortgage yang terjadi (sampai tahun 2005).

 

Page 5: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

Perbandingan mortgage dengan total kredit Bank

Naiknya Kembali Tingkat Suku Bunga

Nah kita melihat dengan menurunkan suku bunga ini pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi. Dan ini

mengakibatkan inflasi yang tinggi pula. Untuk mengatasi tingkat inflasi yang tinggi, bagaimana caranya?

Yaitu dengan meningkatkan suku bunga.

Akhirnya sejak awal tahun 2004, FED mulai menaikkan tingkat suku bunga. Secara perlahan target suku

bunga naik sampai di tingkat 5,25%. Ketika suku bunga naik, maka suku bunga untuk semua hutang

juga ikut naik. Hal ini membuat tingkat gagal bayar untuk subprime mortgage mulai naik tajam (dapat

dilihat pada garis warna violet dan merah jambu).

Page 6: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

Tingkat kegagalan pengembalian kredit

Kesimpulan

Karena tingkat kegagalan pengembalian kredit yang sangat tinggi, hal ini membuat instansi keuangan

kewalahan untuk mengurus kredit macet yang terjadi. Jangan lupa, sebelumnya kita membahas

mengenai CDO, bahwa instansi keuangan pun melakukan penjualan obligasi. Pemilik obligasi ini bukan

hanya perbankan di Amerika Serikat – namun juga di Australia, China, India, dan negara-negara lainnya.

Dampaknya, harga saham di seluruh dunia jatuh. Hal ini menyulut para pelaku pasar menjadi kuatir,

karena dengan bermasalahnya bank akan melemahnya kegiatan perekonomian.

Dampak krisis subprime mortgage sampai sekarang ini masih terasa. Krisis ekonomi global dialami oleh

banyak negara. Dan ini berdampak pada kegiatan perekonomian antar negara (ekspor-impor) yang

berdampak pula kepada perekonomian dalam negara. 

Page 7: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

Subprime Mortgages, siapa dia?

Krisis Keuangan 2007 akibat Subprime Mortgage adalah sebuah keadaan dimana banyak rumah yang disita dimulai dari negara Amerika Serikat yang dimulai pada resesi tahun 2006 dan menjadi krisis keuangan global pada tahun 2007.

Krisis bermula dari meledaknya persediaan rumah di AS dan tingginya angka suku bunga kredit yang dikenal orang sebagai "subprime", "suku bunga yang disesuaikan", "Alt-A" dan jenis lain dari pinjaman hipotek (mortgage)   resiko tinggi yang dibebankan kepada peminjam yang berpendapatan rendah atau peringkat rendah (subprime) dari penerima kredit. Kebalikan dari Subprime adalah Prime dimana pihak-pihak yang termasuk didalamnya adalah orang-orang yang berpendapatan tinggi dan yang terpenting ialah mereka mampu melunasi kredit yang diambilnya.

Total yang harus dibayar oleh orang-orang yang termasuk subprime adalah Pokok Pinjaman ditambah 9% bunga(tahun 1996) hingga 20%(tahun 2006). Para peminjam dari kategori Sub tersebut percaya bahwa mereka dapat melunasi pokok pinjaman ditambah bunga tersebut pada tanggal jatuh tempo berikutnya. Ketika harga rumah di AS mengalami kenaikan pada tahun 1996-2006, maka pelunasan hutang harus segera dimulai. Kenyataannya mudah ditebak, banyak dari kaum "Sub" yang tidak dapat melunasi hutangnya. Berikutnya yang terjadi ialah terjadinya penutupan dan penyitaan secara dramatis. Pada bulan Oktober 2007, 16% dari total pinjaman hipotek(subprime) dengan Batas Waktu Pinjaman (Adjustable Rate Mortgages/ARM) 90 hari dianggap menunggak dan dilanjutkan dengan proses penyitaan. Persentase tersebut meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan pada tahun 2005. Pada bulan Januari 2008 jumlahnya meningkat menjadi 21%. Selama tahun 2007, hampir 1,3 juta rumah di AS termasuk dalam kategori proses penyitaan atau naik 79% bila dibandingkan dengan tahun 2006. Pada tanggal 22 Desember 2007, kerugian sektor perumahan dihitung sebesar 200 hingga 300 milyar dollar AS.

Banyak dari para pemberi pinjaman memberikan resiko kredit (resiko pembayaran standarisasi) yang berakibat para peminjam tidak dapat berharap untuk memperoleh kredit lagi untuk melunasi hutangnya. Banyak bank dan institusi keuangan lain melaporkan kerugian sebesar 130 milyar dollar AS menurut sebuah laporan pada tanggal 25 Januari 2008. Surat utang yang sering dikeluarkan adalah sekuritas. Banyak pemberi pinjaman meneruskan kredit tersebut pada pihak ketiga via Mortgage-Backed Securities (MBS). Banyak individu dan perusahaan investasi terkait dengan MBS mengalami kerugian secara signifikan, dan ditambah lagi dengan sulitnya memprediksi pokok pinjaman yang sebenarnya.

Kelompok Masyarakat dan Tindakan PemerintahAda dua kelompok mayoritas dari MBS yaitu Collateralized Debt Obligations (CDO) and Structured Investment Vehicles (SIV). Sama halnya seperti pelunasan hutang yang macet maka nilai CDO dan SIV ikut berkurang. Hal ini berdampak pada turun yang signifikan pada MBS.

Penyebaran dari kredit beresiko dan juga turunnya nilai MBS,CDO dan SIV menyebabkan banyak bank mengurangi pemberian kredit atau tetap memberikan kredit dengan syarat membebankan bunga pinjaman yang tinggi. Pengaruhnya terhadap perusahaan lokal adalah dengan munculnya surat lain yang bernama surat obligasi. Semua hal ini memicu hancurnya sektor perkreditan. Kejadian ini mengakibatkan seluruh   bank sentral didunia untuk

Page 8: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

menyediakan dana bagi para nasabahnya yang berkualitas untuk fasilitas kredit dan mengembangkan pasar obligasi negara.

Pengaruh dari kombinasi kredit beresiko dan kredit lancar menyebabkan beberapa perusahaan investasi terbesar(termasuk juga perusahaan   Hedge Fund) didunia mengalami kebankrutan. Nilai saham yang kembali menurun dan demikian juga bank tempat penyimpanan dan bank non penyimpanan dana juga mengalami hal yang sama.

Untuk mengatasi hal tersebut Dewan dan Departemen Keuangan AS mengambil tindakan. Salah satu langkahnya adalah dengan menyesuaikan tingkat suku bunga. Langkah lainnya adalah dengan mempertemukan pemberi dan penerima kredit agar proses penyitaan rumah tidak terjadi. Pembatasan dalam pemberian kredit juga sedang dirampungkan. Banyak juga para pemberi kredit akhirnya membatasi atau bahkan tidak memberikan kredit kembali.

Efek SubprimeKrisis subprime benar-benar membuat perekonomian menjadi melemah karena kerugian yang signifikan dari pinjaman subprime mengurangi kecukupan dana bank dalam memberi kredit bagi nasabahnya yang terdiri dari institusi ataupun perorangan. Sebagai catatan bahwa dengan adanya kredit yang diberikan untuk investasi, bisnis, dan konsumsi cukup untuk menggerakan perekonomian.

Efek dari krisis subprime adalah berkurangnya produksi rumah di sejumlah negara. Hal ini juga yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Kita semua mengetahui bahwa pada tanggal 22 Januari 2008 lalu FED memangkas suku bunganya secara tiba-tiba. Hal tersebut diambil FED untuk menghambat krisis keuangan dan perumahan yang semakin hebat di negara Amerika. Yah, setidaknya tindakan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pasar keuangan sesaat.

Belajarforex SaysAkibat terlalu percaya diri untuk mengambil cicilan rumah, lalu tidak mampu membayar cicilan dan akhirnya rumah disita bisa menjadi bencana ekonomi global. Masing-masing perusahaan ternama semisal Citigroup dan Merrill Lynch mengalami kerugian 24,1 dan 22,5 milyar dollar AS akibat krisis Subprime. Suatu jumlah yang tidak sedikit. Selain itu banyak juga institusi bank, bank investasi, asuransi, tabungan dan lainnya mengalami kerugian milyaran dollar akibat krisis perumahan negara Paman Sam itu.

Pelajaran yang dapat diambil adalah agar kita sebelum mengambil keputusan harus memikirkan baik buruknya terlebih dahulu. Jangan mengambil pinjaman jika nantinya tidak mampu melunasi. Jangan menutup hutang dengan hutang lainnya. Jangan berjanji jika tidak dapat menepati janji yang kita buat. Wah jadi ruang nasihat artikel ini. Hahaha.... Tapi tak apa. Harap-harap cemas. Keputusan mengambil pinjaman lunak perumahan telah menjadi krisis ekonomi massal seisi dunia. Uang banyak berhamburan percuma. Waspadalah.

Sekarang ini keadaan ekonomi AS juga sedang terpuruk dan akan masih ada lagi krisis, kebijakan ekonomi dan suku bunga yang dilakukan FED nantinya. Kita tunggu saja.

Dilain sisi, resesi juga berarti kesempatan. Apabila kita cukup "beruntung" (benar, resesi adalah keberuntungan bagi yang memahaminya!), kita akan menemukan banyak aset yang undervalue

Page 9: Bailout Dalam Istilah Ekonomi

pada masa-masa resesi terjadi. Mulai dari surat berharga seperti saham,   kurs mata uang yang melemah hingga nilai properti serta barang-barang riil yang jatuh. Ingat masa-masa krisis moneter 1998? Nah pada masa seperti itu, mereka yang memiliki cukup uang tunailah yang beruntung. Dimana-mana berbagai aset dijual murah. Sangat murah.

Mungkin resesi kali ini tidak akan separah pada tahun 1998, namun dalam berbagai kasus, Anda bisa memanfaatkan resesi menjadi sebuah titik tolak yang baru dalam mengembangkan investasi Anda. Disaat semua orang putus asa, optimislah!