35
KOTA BENGALURU, SIMBOL KEBANGKITAN INDIA oleh Muthia Khairunnisa Hapsari 1306461895 PAPER Untuk memenuhi salah satu syarat ujian mata kuliah Pengantar Manajemen i

Bangalore Smart City

Embed Size (px)

DESCRIPTION

India's Bangalore is a hope.

Citation preview

KOTA BENGALURU, SIMBOL KEBANGKITAN INDIA

oleh

Muthia Khairunnisa Hapsari

1306461895

PAPER

Untuk memenuhi salah satu syarat ujian mata kuliah Pengantar Manajemen

Program S1 Paralel Departemen Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

2015

i

DAFTAR ISI

KOTA BENGALURU, SIMBOL KEBANGKITAN INDIA

DAFTAR ISI.....................................................................................................i

BAB I: Sejarah Kota Bangalore.......................................................................1

BAB II: Kota Bengaluru: Lembah Silikon India..............................................6

BAB III: Bangkitnya Raksasa Baru Asia.......................................................12

1) Analisis Penerapan Teori Manajemen................................................22

BAB IV: Kesimpulan.....................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................26

i

BAB I

SEJARAH KOTA BANGALORE

India di masa lampau, yakni beberapa dekade sebelum tahun 1991, merupakan negara yang seolah menutup pintu terhadap investasi asing dan merek internasional. Kala itu India berupaya memenuhi sendiri kebutuhannya berdasarkan ide sosialisme dan nasionalisme yang mendukung penuh proteksionisme dan nasionalisasi kepemilikan lahan.

Hasilnya? negara padat penduduk itu nyaris kolaps karena pertumbuhan ekonomi yang stagnan di bawah "Licence Raj", sebuah program ekonomi yang dikontrol pemerintah. Dalam program tersebut, pemerintah mengontrol semua aspek bisnis, mulai dari tenaga kerja hingga produksi (Joice, Anastasia. 2011. 20 Tahun Reformasi India. www.internasional.kompas.com, diakses 3 April 2015).

Sektor pertanian merupakan tumpuan atau tempat bergantungnya roda perekonomian India terdahulu, namun kini sektor tersebut hanya menyumbangkan 25% dari PDB. Penyumbang terbesar untuk PDB India berasal dari berbagai industri penting termasuk pertambangan, petroleum, pengasahan berlian, film, tekstil, teknologi informasi dan kerajinan tangan yang umumnya terpusat di kota-kota besar.

Teknologi informasi dan industri film merupakan dua sektor yang tidak dikontrol oleh Pemerintah India namun justru menjadi dua agen katalisator pembangunan ekonomi. Atas fakta mengenai pencapaian gemilang tersebut, Pemerintah India kemudian menyadari perlunya pelepasan kontrol-kontrol yang ketat terhadap dunia bisnis.

Reformasi di India pada tahun 1991 membawa dampak positif yang dimungkinkan berdampak pada pesatnya pertumbuhan ekonomi India selama beberapa tahun terakhir. Reformasi India mencabut semua larangan terhadap investasi asing langsung, melakukan berbagai deregulasi, memperbanyak privatisasi, hingga melakukan reformasi perpajakan.

Terbukanya India terhadap investor salah satunya ditandai pada era berkembangnya sektor teknologi informasi yang diawali dengan kemunculan perusahaan high-tech, Infosys. Infosys merupakan pioneer investor dalam bidang teknologi informasi di India yang telah menumbuhkan rasa percaya diri pengusaha sekaligus menyingkirkan campur tangan para birokrat dan politisi.

1

Berkat kerja keras tersebut, berbagai kota di India sekarang dipadati para konglomerat dari segala penjuru dunia yang sibuk mencari rekan kerja sama. Masyarakat India semakin banyak berbelanja, semua bisnis semakin berkembang, dan Pemerintah mencurahkan dana yang besar untuk memperbaiki prasarana, perhubungan, serta merancang sumber energi baru.

Salah satu kota di India, yakni Bangalore, kini merupakan tempat untuk berkantor bagi hampir semua industri IT raksasa, pabrik otomotif, dan tak ketinggalan pusat peluncuran dan pengembangan satelit India. Oleh sebab itu Kota Bangalore dijuluki The Sillicon Valley of India (Lembah Silikon India). Istilah tersebut merujuk kepada kota dengan kemandirian teknologi yang tinggi.

Mengapa Bangalore terpilih untuk dinobatkan sebagai The Sillicon Valley of India? Sebagian jawabannya didapatkan pada keputusan lampau yang dibuat oleh Perdana Menteri pertama India, Jawaharlal Nehru untuk mengubah Bangalore menjadi kota masa depan. Pada tahun 1950an dan 1960an, institusi public seperti Bharat Electronics Limited (BEL) dan Hiundustan Aeronautics Limited (HAL) didirikan oleh Pemerintah di Bangalore bersamaan dengan didirikannya laboratorium pertahanan nasional dan Indian Institute of Science. Kemudian pada tahun 1970an, Indian Space and Research Organization (ISRO) dan Bharat Heavy Electronics Limited (BHEL) juga didirikan di Bangalore. Lalu tahun 1980an banyak industrialis merelokasi bisnis high-technology nya ke Bangalore disebabkan oleh naiknya harga sewa tanah dan bangunan di Mumbai (Yahya, 2008)

Selain fakta-fakta tersebut, Bangalore memiliki keuntungan yakni secara geografis, kota tersebut terletak di atas dataran tinggi Deccan pada ketinggian 949 meter di atas laut yang menyebabkan kota tersebut mendapatkan iklim lebih baik (dan mungkin terbaik) diantara kota-kota lainnya di India.

Menurut legenda, nama kota tersebut berasal dari kata “Bendha KaaLu” (yang artinya buncis rebus dalam bahasa lokal Kannada). Mengapa buncis rebus? Suatu waktu, Raja Veera Ballala dari Kerajaan Vijayanegara tersesat di hutan dan menemukan sebuah pondok. Seorang wanita tua yang tinggal disana hanya mampu menawarkan buncis rebus “Bendha KaaLu” kepada sang raja yang tengah kelaparan. Dan kemudian daerah tersebut dikenal dengan “Bendha kaaLu ooru” (ooru dalam Kannada artinya adalah sebuah kota). Perlahan BendhakaaLooru kemudian disebut sebagai “BengaLooru” dalam bahasa Kannada dan

2

“Bangalore” dalam Bahasa Inggris (discoverbangalore.com, diakses pada 3 April 2015).

Namun nama “Bangalore” sendiri merupakan ejaan dalam Bahasa Inggris, ejaan yang benar berdasarkan sejarah tersebut yakni yang berasal dari warga lokal: “Bengaluru”. Bengaluru mengikuti jejak kota-kota besar India lainnya yang mengubah namanya, termasuk Mumbai yang dulu dikenal sebagai Bombay untuk menandakan tanda kebanggaan diri dan upaya melestarikan kebudayaan setempat (bbc.co.uk, 2006, diakses pada 5 Februari 2015).

Nama Bengaluru baru resmi digunakan sejak tahun 2006. Salah satu alasan diajukannya perubahan resmi untuk mengabadikan ejaan lokal sebagai nama kota tersebut adalah agar melepas simbol kolonialisme Inggris yang pernah menguasai Bengaluru. Terhitung sejak Inggris melepaskan Bengaluru (Bangalore, dahulu), kota tersebut telah berkembang pesat menuju era dimana kita melihat Bengaluru sekarang. Bengaluru menempati posisi ke-5 kota dengan pertumbuhan terbesar dan tercepat di Asia.

Tak perlu membayangkan Bengaluru dengan tata kota yang canggih dan futuristik berdasarkan fakta-fakta mengenai kemajuan kota tersebut. Bengaluru tetaplah kota dengan segala tradisionalitas India. Jalan-jalan di kota tersebut masih dihiasi pemandangan tradisional khas India seperti rickshaw (bajaj) yang berlalu lalang dan masih menjadi transportasi umum masyarakat, sapi (ya, sapi si hewan mamalia. Binatang tersebut merupakan makhluk yang dianggap suci di India sehingga jika menjumpai beberapa sapi yang ‘turun ke jalan’ telah merupakan pemandangan yang biasa), hingga cara para penduduknya dalam berbusana.

Gambar 1. Pemandangan lalu lintas di jalan kota Bengaluru.

3

Sumber: Google

Gambar 2. Sapi di salah satu ruas jalan Kota Bengaluru

Sumber: Google

Gambar 3. Para wanita India yang bekerja di industri IT mengenakan pakaian tradisional di kampus Infosys, Bengaluru, India.

Sumber: Fredrik Renander/Alamy. 2006. www.alamy.com, diakses pada 3 April 2015.

Gambar 4. Letak Bengaluru

4

Sumber: knightassociates.ie, diakses pada 3 April 2015

Meskipun terdengar cepat dan mudah, usaha yang dilakukan India khususnya Bengaluru tidaklah instan. India memulai semuanya dari dunia pendidikan dengan mencetak tenaga ahli di bidang teknologi informasi. Tak hanya berhenti disitu, nama India juga diakui di sektor otomotif, film, bisnis outsourcing, akuisisi perbankan, dan bidang-bidang lainnya.

Sebuah investasi di bidang pendidikan dan penelitian hasilnya dapat dinikmati pada era milenium. Lahirnya Bangalore/Bengaluru sebagai pusat sektor teknologi informasi India dapat ditelusuri berasal dari pendirian Indian Institute of Science di kota tersebut pada 1909 di atas lahan wakaf dari Maharajah Mysore dan seorang bangsawan yang juga industrialis, J.N Tata (Stiglitz, 2006)

Menurut Stiglitz, negara-negara yang ingin berpartisipasi di era globalisasi membutuhkan teknologi baru, komputer, dan peralatan lainnya untuk berhubungan dengan dunia luar. Individu-individu yang ingin bersaing dalam perekonomian global ini harus memiliki keahlian dan sumber daya. Kota Bengaluru memiliki teknologi dan sumber daya manusia untuk mengoperasikannya, namun tidak demikian halnya dengan Afrika.

5

BAB II

KOTA BENGALURU: LEMBAH SILIKON INDIA

1. Bengaluru Dulu

Bengaluru tempo dulu serupa dengan kota-kota di India lainnya yang menjadi korban dari ide kelompok sosialis dan nasionalis, yakni kota yang diselimuti berbagai keterbatasan seperti keterbatasan dalam komunikasi dan transportasi, minimnya ketersediaan barang dan jasa yang berkualitas, keterbatasan pangan, dan keterbatasan sumber daya manusia yang berkualitas dimana terdapat jauh lebih banyak pendatang yang kurang terampil maupun memiliki kemampuan khusus, yang datang dari berbagai daerah pedalaman India, dibandingkan dengan jumlah para ahli di bidang teknik atau pemrograman komputer yang tersedia.

Lalu apa yang istimewa dari Kota Bengaluru? Mengapa kota tersebut bisa mendapat kesempatan untuk menjadi berbeda dibandingkan kota-kota lainnya di India?

Bengaluru memiliki beberapa keuntungan dibandingkan kota-kota lain di India. Secara geografis, karena letaknya di dataran tinggi, kota tersebut terhindar dari panas menyengat, dust-free, dan kelembaban yang menyelimuti kebanyakan daerah di India. Faktor geografis tersebut memberi manfaat untuk Bengaluru, yakni menjadikan kota tersebut salah satu tempat yang kondusif di India untuk mendirikan berbagai sektor industri yang terkonsentrasi pada sektor elektronik, kedirgantaraan, perangkat mesin, dan peralatan telepon, terpisah dari laboratorium penelitian pertahanan nasional.

Meskipun industri perangkat lunak India bermula di Bombay pada tahun 1970an, minimnya tenaga kerja berkualifikasi dan harga sewa tanah membuat industri teknologi informasi berpindah ke Bengaluru. Kota Bengaluru terbukti dapat menjadi tempat tujuan yang lebih menguntungkan karena kota tersebut menawarkan harga sewa tanah yang relatif lebih murah dan tenaga kerja dengan kemampuan tinggi dengan standar upah yang masih terjangkau oleh para investor. Bengaluru merupakan satu-satunya kota di India yang akan dipilih oleh para ekspatriat perusahaan multinasional untuk tinggal (Mani, Romijn, dan Henny, 2004)

Terdapat beberapa faktor mengenai alasan preferensi investor terhadap Bengaluru terutama pada low-cost pool untuk tenaga kerja

6

terampil. Selain itu, terpilihnya Bengaluru juga karena sistem pendidikannya yang kuat di ilmu-ilmu teoretis dan sains yang terbukti dari tenaga kerja yang dihasilkan (NASSCOM, 1995, dikutip dari Mani, Romijn, dan Henny, 2004). Dan satu lagi alasan tentunya dari angkatan tenaga kerjanya yang lancar dalam berbahasa Inggris. Bengaluru terpilih karena kota tersebut dianggap lebih baik dan sesuai dengan lifestyle staf internasional.

Kebutuhan perumahan bukanlah suatu masalah, dan kerusuhan buruh juga sangat sedikit. Bengaluru juga termasuk kota yang sangat bertoleransi terhadap keragaman agama dan bahasa, yang tidak dimiliki kota-kota lain di India. (The Wall Street Journal, 1986).

Politik boleh ricuh. penguasa boleh gonta-ganti dalam hitungan bulan, dan banyak permasalahan kemanusiaan masih menunggu untuk diselesaikan, namun untuk urusan tekonologi informasi, India tampaknya tak mau main-main. Ada semacam kesepakatan tak tertulis antara partai yang berkuasa dan kelompok opisisi terdahulu untuk senantiasa peduli terhadap perkembangan IT (Weldison, 1999).

Pemerintahan di rezim Nehru mulai berinvestasi di bidang pertahanan dan pada teknologi angkasa dan nuklir di Kota Bangalore (Bengaluru kini). Bengaluru dipilih sebagai pusat perkembangan teknologi, selain karena letak geografisnya, yakni disebabkan saat itu kota tersebut berlokasi di luar jangkauan misil Pakistan (Tenhunen, Säävälä, dan Minna, 2012).

Minimnya infrastruktur dan kemacetan di Bengaluru dahulu telah menghalangi impor bahan baku dan ekspor komponen, sehingga menyebabkan perusahaan multinasional seperti Hewlett Packard memindahkan usaha pabrikannya dari India ke Cina (Yahya, 2008).

Karena keterbatasan dana untuk mengimpor bahan baku elektronik tersebut, mereka pun memutuskan untuk memproduksi teknologinya sendiri. Pada 1977, Pemerintahan Janata mengetatkan regulasi terhadap perusahaan-perusahaan asing yang mengakibatkan banyak perusahaan multinasional seperti IBM meninggalkan India. Para ahli IT berkebangsaan India yang telah bekerja di perusahaan sekelas IBM telah kehilangan pekerjaan dan memulai perusahaan mereka sendiri untuk melayani para konsumen. Kisah-kisah sukses dari perusahaan domestik yang mendunia seperti Wipro dan Infosys beserta para pendirinya yang berbasis di Bengaluru telah memacu semangat dan harapan baru kepada seluruh golongan pengusaha.

7

2. Bengaluru Kini

Untuk keluar dari keterbatasan tersebut maka tak cukup hanya dengan kehebatan Infosys atau Wipro. India memerlukan alokasi dana untuk pengembangan infrastruktur untuk bebas dari keterbatasan dalam jangka panjang. Menteri Keuangan India saat itu memiliki rencana ambisius untuk mengembangkan empat sektor infrastruktur besar dan berpengaruh di India, yakni telekomunikasi, jalan raya, dan pelabuhan. Menurut Yahya, jaringan transportasi di Bengaluru dapat dikembangkan, khususnya infrastruktur jalan, yang awalnya tidak dirancang untuk mengakomodasi kenaikan volume kendaraan bermotor.

Meskipun pada tahun 2002 Karnataka memiliki 134.000 kilometer jaringan jalanan, namun perluasan dan peningkatan masih sangat diperlukan untuk menarik lebih banyak perusahaan multinasional dan investasi asing.

Bengaluru, ibukota negara bagian Karnataka, kini dikenal sebagai pusat riset dan produksi high-technology, Lembah Silikon India yang baru. Metafor “Lembah Silikon” merupakan istilah untuk daerah dengan kemandirian teknologi yang tinggi.

Kini para penghuni lembah silikon umumnya adalah para ahli komputer India. Para ahli tersebut dahulunya hijrah ke AS untuk memperdalam ilmu IT maupun bekerja di perusahaan IT terkemuka. Ketika Pemerintah India mulai menerapkan desain kebijakan ekonomi yang mendukung perkembangan IT, para perantau tersebut kemudian kembali ke tanah airnya untuk unjuk kebolehan di dalam negeri.

Saat ini, network merupakan bagian esensial dari bisnis, pendidikan, pemerintahan, dan komunikasi. Pemerintah dan para penduduk telah mulai menyadari bahwa peran teknologi dan informasi merupakan komponen kunci dalam mewujudkan kota yang lebih efisien.

Ide kota pintar semakin sering digaungkan. Sejumlah perusahaan teknologi turut memikirkan konsep kota pintar untuk mencapai efisiensi kehidupan di masa yang akan datang. Saat ini, kota-kota di seluruh dunia mengkonsumsi dua pertiga energy dunia dan akan terus tumbuh seiring meningkatnya kebutuhan energi. Jika peningkatan populasi dan dampak lanjutannya diabaikan, maka akan menyulitkan terciptanya masa depan yang berkelanjutan (Rachmatunnisa. 2014. Detiknet, diakses pada 5 April 2015).

8

Atas kebutuhan tersebut, Pemerintah India bekerja sama dengan sektor privat yang telah menjadi pemimpin dalam produk jaringan internet, Cisco. Perusahaan high-tech asal Paman Sam ini menyediakan layanan untuk memberikan para individu, perusahaan, dan negara suatu kemudahan akses menuju informasi dimanapun dan kapanpun.

Sejalan dengan komitmennya untuk berkolaborasi dengan pemerintah dan mewujudkan visi Digital India, Cisco mengumumkan “Cisco Smart City” sebagai blueprint atau rancangan masa depan dari komunitas pintar dan terintegrasi di India.

Dengan menggunakan konsep Internet of Everything, Cisco memperlihatkan bagaimana pendidikan, pelayanan kesehatan, bangunan pintar, transportasi dan smart parking yang terintegrasi dapat mengubah cara bagaimana suatu kota dan komunitas dirancang, dibangun, dan diperbaharui untuk menjamin perekonomian, sosial, dan lingkungan yang sustainabel.

Komponen India-Cisco Smart City

Blueprint yang dicanangkan Cisco untuk Smart City di India memiliki konsep Smart dan Connected untuk manajemen, ruang kerja kolaboratif, aplikasi navigasi di dalam ruangan, dan informasi berbasis sign-based. Teknologi Internet of Everything (IoE) termasuk dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Smart ParkingSistem smart parking menunjukkan bagaimana teknologi IoE dapat digunakan pada kota masa depan dimana sensor-sensor ditempatkan di berbagai lahan parkir untuk membantu mengawasi jumlah kendaraan yang diparkir dan mendeteksi ketersediaan ruang kosong untuk parkir. Dengan menggunakan aplikasi dari smartphone, para pengguna dapat mengetahui ruang yang tersedia untuk parkir. Para pengguna layanan juga dapat melakukan booking slot parkir terlebih dahulu di berbagai mal, bioskop, dan sebagainya. Solusi parkir berbasis IoE ini diharapkan dapat mengurangi hingga 30% kemacetan akibat pengendara kendaraan yang sedang mencari parkir.

2. Smart BuildingKonsep smart building merupakan konsep struktur bangunan yang dibangun dan dioperasikan, dipantau dan dikontrol untuk mengurangi konsumsi energi dan air, mengurangi emisi karbon, meminimumkan biaya dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik.

3. Cisco Energy Management Solution

9

Cisco Energy Management Solution membantu mengelola energi dengan memantau jumlah energi yang diserap oleh setiap perangkat. Sistem manajemen ini membantu dalam menentukan konsumsi atau simpanan energi pada hari kerja dan diperkirakan akan mengurangi biaya energi sebesar 35%. Implementasi konsep ini dapat diterapkan seperti pada pengaturan menghidupkan atau memadamkan lampu-lampu jalan, parkir, rumah, dan perkantoran.

4. Remote Expert SolutionDirancang sehingga administrasi antara pemerintah lokal, regional, dan pemerintah pusat dapat berkualitas tinggi, yakni memenuhi standar pelayanan yang efisien dan efektif.

5. Connected LearningSuatu kota, perusahaan, dan institusi pendidikan dapat menggunakan connected learning solutions untuk meningkatkan akses menuju pendidikan di luar sumber daya lokal dengan menggunakan teknologi kolaborasi berbasis network untuk mengembangkan hasil pembelajaran para siswa, meningkatkan efisiensi, dan memperluas cakupan penelitian.

6. Smart Work SpaceMerupakan solusi dalam penyediaan ruang kerja bagi para pekerja kapanpun dan dimanapun mereka membutuhkannya. Smart Work Space mengakomodasi generasi pekerja yang baru dengan memfasilitasi kreativitas dan kolaborasi dengan tetap memperhatikan keefektifan dan efisiensi. Aplikasi Cisco Maps merupakan aplikasi pendukung program smart work space. Aplikasi tersebut mempermudah pekerja menetapkan lokasi ruang pertemuan dan melakukan reservasi melalui perangkat gadgetnya.

7. Cisco Service GridDirancang untuk mengotomatisasi dan mengelola semua pengoperasian teknologi di sebuah smart city.

“Cities are growing at the rate of 10,000 people per hour even as we accelerate toward a world with more connected devices. For every two people connected around the globe, there are 5 others who soon will be. And for every device connected to the Internet, 10 more will join it in the near future. Through the Internet of Everything, we can help countries, cities and communities embrace sustainable urban development and enable economic, social and environmental sustainability.” -Cisco Executive Vice President for Industry Solutions and Chief Globalisation Officer, dikutip dari Cisco Unveils ‘Smart City’ Model for Digital India. (2014). Express Computer, diambil dari Proquest.

Menciptakan 100 smart cities di India merupakan ambisi dari Perdana Menteri Narendra Modi. Bengaluru merupakan salah satu kota yang dijadikan percontohan sebagai kota pintar di India.

10

Program Smart Cities India 2015 diharapkan akan menarik perhatian para pembeli yang terus mencari sumber produk baru dan inovatif dari India maupun dari seluruh dunia.

“Smart IT and Communications is the nerve centre for Smart Cities.” (SmartCitiesIndia.com, diakses pada 3 April 2015)

11

BAB III

BANGKITNYA RAKSASA BARU ASIA

Berkat keuntungan geografisnya, kota Bengaluru telah menjadi kota yang istimewa di India. Keistimewaan tersebut terus diberikan nilai tambah oleh pemerintah India. Nilai tambah yang diberikan dimulai dari bidang pendidikan. Para founding father menyadari bahwa investasi di bidang pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk keuntungan di masa depan.

Berdasarkan tulisan di Mint and Hindustan Times, sebuah media publikasi di India, Bengaluru layak diikutsertakan dalam proyek kota pintar di India sebab kondisi sosialnya yang stabil dan mapan. Jika seseorang tinggal di India, maka orang tersebut hidup dengan perubahan—pembangunan kembali, perubahan nama, dan sebuah metafor “if you want to enter a new life, you must die to another”. Namun di Bengaluru, apapun berlalu begitu saja, hidup dianggap sebagai bagian dari apa yang dipercaya oleh akal sehat manusia. Masa depan tidak hanya datang sekali di Bengaluru, masa depan terhampar tiap minggu atau tiap bulan sekali kota tersebut.

Namun jika ada satu hal yang Bengaluru tekankan untuk penduduknya lakukan, maka hal tersebut adalah untuk melihat ke gambaran besar di masa depan. Penduduk Bengaluru hidup dengan sebuah kota yang mengajarkannya kebaikan kehidupan yang mudah dan pemikiran yang dalam. Kota tersebut mendorong penduduknya untuk berpikir melampaui keterbatasan. Bengaluru membantu penduduknya bekerjasama dengan orang-orang baru dan ide-ide baru.

Seiring dengan terbukanya Bengaluru terhadap perkembangan ekonomi, maka berbagai pendatang bermunculan di kota tersebut. Tahun 1990an merupakan tahun ketika perusahaan-perusahaan high-tech kelas dunia seperti IBM, Sun Microsystems, Cisco, Philips, Intel, dan Nortel datang ke Bengaluru. Di Bengaluru, toleransi dan kerukunan antarumat beragama sangat tinggi. Bertambah majemuknya penduduk yang disegmentasi berdasarkan agama justru tidak menjadi kerusuhan.

India melakukan berbagai transformasi untuk memfasilitasi produk hasil investasinya di bidang pendidikan, yakni memfasilitasi para tenaga kerja ahli. Berbagai bentuk transformasi dilakukan oleh pemerintah India.

12

Salah satu sektor yang mendapatkan perhatian perubahan dalam jumlah besar yakni pada sektor infrastruktur. Sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi tinggi harus difasilitasi dengan penyediaan sarana dan prasarana agar para ahli teknologi informasi di India tidak hanya sekedar menuangkan idenya di atas kertas, melainkan dapat mewujudkannya sehingga dapat mengubah nasib bangsa ke arah yang lebih baik.

Membangun kota pintar juga harus seiring dengan pertumbuhan dan perbaikan infrastruktur. Kamera dan alat sensor lainnya akan dikerahkan bersamaan dengan jaringan broadband dan WiFi untuk menghimpun informasi dari pola kemacetan, situasi parkir dan keamanan, serta penggunaaan air dan energi. Informasi tersebut akan ditransmisikan ke suatu pusat data. Akses menuju data pusat akan disediakan oleh para perusahaan IT dan para pengusaha untuk menciptakan produk-produk yang diperuntukkan bagi kota-kota pintar seperti beberapa aplikasi untuk menyajikan informasi ketersediaan slot parkir, monitoring kemacetan, dan pengawasan keamanan.

Menurut Aruna Newton, pimpinan Electronics City Industries Association dalam wawancaranya dengan The Indian Express Online Media, kini program smart city di Bengaluru lebih difokuskan pada manajemen smart traffic, pengawasan elektronik, dan sistem parkir. Pengelolaan air dan lingkungan akan difokuskan setelahnya.

Pernyataan tersebut terus berkembang implementasinya. Kini, Bengaluru telah dapat menikmati berbagai realisasi dari blueprint kota pintar.

1) Water ATM

Gambar 5. Water ATM di Bengaluru

13

Sumber: Koleksi foto The Telegraph India

Gambar 6. Water ATM di Bengaluru

Sumber: Koleksi foto Business Today.

Tidak hanya transaksi berkaitan dengan uang yang dapat dilakukan dengan mudah di ATM. Fasilitas ATM air kini telah tersedia di Bengaluru. Dengan Re 1 (1 Rupee) maka seseorang bisa membawa pulang 10 liter air bersih dari ATM tersebut. Sebenarnya proyek Water ATM ini merupakan program yang diusung oleh salah seorang politisi India. Namun akhirnya Pemerintah menyetujui untuk membantu realisasi

14

program tersebut sehubungan dengan blueprint pengelolaan air menuju smart city. Harga yang dibanderol untuk 10 liter tersebut jauh lebih murah dibanding warga harus membayar Rs 15 hingga 20 untuk satu liter botol minuman kemasan (Rakesh, K.M. 2013. Forget Rice, Cash in on Water ATM. TelegraphIndia.com, diakses pada 5 April 2015).

Kenyataannya,penyediaan air bersih dalam bentuk Water ATM di India telah berkembang sejak 2008. Pengembangnya adalah sebuah perusahaan air minum dalam kemasan domestik, Sarvajal. Untuk mendapatkan air bersih dari water ATM milik Sarvajal adalah dengan sebuah smart card.

Bagaimana cara kerja Water ATM sehingga bisa menghasilkan air minum yang higienis? Water ATM diinstalasi pada sumur bor dengan tingkat rendah untuk air yang tidak dapat diminum. Air mengalir melalui suatu tumbuhan yang diperlakukan khusus selama ultrafiltrasi, nano-filtrasi, dan ozonisasi terjadi, sehingga membuat air aman untuk diminum (Aiyyapa, 2014)

2) Smart TrafficBTP-Bangalore Traffic Info adalah salah satu aplikasi penyedia layanan smart traffic berkaitan dengan pemberian informasi jalan Kota Bengaluru yang terhubung dengan polisi lalu lintas Bengaluru.

Beberapa fitur yang sangat membantu di aplikasi tersebut adalah pengguna bisa mendapatkan info lalu lintas yang sedang terjadi. Kemudian informasi tersebut dimunculkan pada peta. Selain itu pengguna juga mendapatkan laporan permasalahan lalu lintas.

Gambar 7. Aplikasi smart traffic yang terintegrasi dengan Bangalore City Traffic Police mempermudah pengguna smartphone terkait informasi lalu lintas.

15

Sumber: Playstore

Gambar 8. Kemacetan di Bengaluru yang menjadi hambatan yang harus diselesaikan demi terwujudnya Smart City. “Bangalore Can Look Better”

Sumber: Rediff Business (Internet), diakses pada 5 April 2015

3) Smart Parking

Program smart parking untuk Kota Bengaluru telah direalisasikan. Terdapat beberapa aplikasi di ponsel pintar yang dapat diunduh untuk memperlancar parkir. Beberapa diantaranya adalah aplikasi Pparke dan Parkitekt Bangalore.

16

17

18

Gambar 9. Aplikasi penunjang smart parking di ponsel pintar

Sumber: Playstore (Android)

Aplikasi Parkitekt dan Pparke merupakan aplikasi yang membantu pengguna smartphone dalam menemukan ruang parkir yang tersedia di kota—restoran, tempat-tempat hiburan, distrik-distrik bisnis, dan titik-titik lainnya. Selain membantu menemukan slot parkir, aplikasi Pparke terintegrasi dengan PayTM sehingga para pengguna aplikasi bisa melakukan reservasi dan membayarnya secara mobile.

4) Smart Building

Gambar 10. Bangunan Pintar ala Cisco

19

Sumber: Dokumen Publik Cisco

5) Smart Work Space

Gambar 11. Interior Smart Work Space di Bengaluru

Sumber:Cisco

20

Sumber: Dokumen Publik Cisco

6) Smart AirportPemerintah bekerja sama dengan IBM dalam rangka mewujudkan smarter airport di Bengaluru. IBM berperan sebagai penyedia data penerbangan yang mengatur pertukaran informasi penerbangan antar maskapai.

Gambar 12. Bandara Internasional Bengaluru

Sumber: IndianExpress.com, diakses pada 5 April 2015

21

Sumber: CouponDunia.in, diakses pada 5 April 2015.

7) Mobile WalletBengaluru memproduksi mobile wallet domestik melalui Y-Cash dn Momoe. Tak hanya Y-Cash dan Momoe, VivoTech juga berpartisipasi dalam pasar mobile wallet. Keduanya memfasilitasi pengguna untuk cashless dalam bertransaksi. Pengguna smartphone hanya tinggal meletakkan perangkat gadgetnya yang telah terinstal dengan perangkat lunak dari para penyedia layanan di mesin-mesin yang tersedia di toko ritel atau di tempat yang telah tersedia mesin tap nya. Selain menggunakan mesin-mesin tertentu, untuk mewujudkan komunitas cashless, penyedia layanan juga masih menyediakan transaksi via SMS. Namun untuk aplikasi Momoe, saat ini fiturnya terbatas hanya untuk menangani pengguna cashless di restoran.

Gambar 13. Aplikasi Momoe: Pay at Restaurants.

22

Sumber: Playstore

Menurut Kolhe (2014), dasar diperkenalkannya aplikasi-aplikasi pendukung mobile wallet adalah fakta bahwa India merupakan tempat transaksi besar terkait bisnis usaha terjadi. Kemudian konektivitas internet semakin membaik dan terjangkau. Selain itu riset menunjukkan bahwa dengan meningkatnya faktor-faktor tadi, tren konsumerisasi berupa daya perorangan mengkonsumsi, telah turut meningkat.

Gambar 14. A Cashless Society.

Sumber: www.livemint.com, diakses pada 5 April 2015.

23

Analisis Penerapan Teori-teori Manajemen

India, khususnya dalam pembahasan paper ini adalah Kota Bengaluru, telah menyadari pentingnya lingkungan internal dan eksternal negaranya. Pemerintah terdahulu fokus menginvestasikan sumber daya manusianya ke bidang pendidikan. Keuntungan investasi di bidang pendidikan tersebut akhirnya membuahkan hasil gemilang dan dapat dinikmati di era milenium kini. Investasi tersebut banyak mencetak para ahli di bidang teknologi informasi dan menjadi tenaga kerja terampil yang juga mendorong suksesnya bisnis outsourcing India.

India juga memperhatikan lingkungan mikro dan makro di luar negara tersebut saat mulai terbukanya negara tersebut terhadap pasar internasional. Di berbagai kota di India, termasuk Bengaluru, Pemerintah terus mengembangkan infrastruktur publik. Tenaga kerja terampil dan sewa tanah dengan harga yang jauh lebih rendah dibanding negara-negara lain di Asia juga merupakan sesuatu yang menggiurkan untuk ditawarkan kepada investor.

Sebelumnya warga India sangat kesulitan mendapatkan barang dan jasa yang berkualitas. Perubahan dari sistem pasar India yang tertutup menjadi terbuka merupakan keputusan yang tepat. Perubahan tersebut tidak instan, melainkan direncanakan untuk memperbaiki efektivitas, peningkatan sumber daya manusia, hingga peningkatan kapabilitas teknologi dan pemerintahan. Penerapan program smart city merupakan salah satu bentuk peningkatan pelayanan publik yang merupakan dampak dari peningkatan kapabilitas teknologi.

Dalam perkembangannya, Pemerintah India telah mempelajari dan menerapkan manajemen dengan baik. Hal tersebut ditandai dengan pengambilan keputusan yang tepat saat membuka kembali pasar yang sempat ditutup rapat-rapat karena pengaruh fanatis paham sosialis-nasionalis. Keputusan tersebut membantu meningkatkan kesejahteraan khususnya pada Kota Bengaluru, yang menyumbangkan jumlah proporsi yang cukup besar pada PDB, dan menandakan bahwa Pemerintah telah cukup baik mengelola sumber-sumber yang dimiliki secara efisien dan efektif.

24

BAB IV

KESIMPULAN

India tempo dulu yang pemerintahannya menganut sistem tertutup membuat salah satu negara di selatan Asia tersebut mengalami perlambatan pertumbuhan. Atas sikap konservatif tersebut, kesejahteraan warganya-lah yang menjadi taruhan. Namun Bengaluru merupakan salah satu kota di India yang sangat istimewa secara geografis dan historis. Pertumbuhan pada berbagai aspek di kota ini sangat cepat (bahkan tercepat di Asia).

Hal tersebut tidaklah instan. Jauh sebelum yang kita lihat sekarang, para the founding father telah fokus menginvestasikan sumber dayanya pada bidang pendidikan. Sehingga terciptalah kondisi di era milenium kini: India sukses dengan bisnis outsourcing nya karena tenaga kerja India yang berkualitas, terampil, dan berkualifikasi tinggi namun tetap low cost di berbagai bidang termasuk teknologi informasi. Dan banyak ahli teknologi informasi yang mengharumkan nama India berasal dari Bengaluru. Kondisi sosial dan budaya yang stabil di Bengaluru juga menjadi nilai tambah sehingga kota tersebut layak dijadikan smart city di India.

Pemerintah mengadopsi teori-teori manajemen yang baik, menerapkan hal-hal positif dan menghindari atau menyingkirkan hal-hal yang dapat berpotensi merugikan Kota Bengaluru.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Stiglitz, Joseph E. (2006). Making Globalization Work: Menyiasati Globalisasi Menuju Dunia yang Lebih Adil (A. Edrijani, Terj.). Bandung: Penerbit Mizan PT Mizan Pustaka.

2. Suhanda, Irwan (Ed.) (2007). India: Bangkitnya Raksasa Baru Asia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas PT Kompas Media Nusantara.

3. Tenhunen, Sirpa Säävälä, Minna (2012). Anthem South Asian Studies: Introduction to Changing India: Culture, Politics and Development. London: Anthem Press.

4. Srinivas, Smriti. (2001). Landscape of Urban Memory. Minneapolis: University of Minnesota Press.

5. Yahya, Fazial bin. (2008). Social Sciences in Asia: New Temples of India: Singapore and India Collaboration in Information Technology Parks. Boston: BRILL. 

6. Cisco Unveils 'Smart City' Model for Digital India. (2014). Express Computer, Retrieved from Proquest.

7. Mani, Sunil Romijn, dan Henny. (2004). Innovation, Learning, and Technological Dynamism of Developing Countries. Tokyo: United Nations University Press.

26