Upload
lamtuong
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat no.02/PRT/M/2015 tentang
BANGUNAN GEDUNG HIJAU
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYATDIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYADIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN
Latar Belakang
30%
Pembangunan gedung menghabiskan lebih dari 1/3 sumber daya di dunia untuk konstruksinya
menggunakan 40% dari total energi global40%
Menggunakan 12% dari total persediaan air bersih
menghasilkan 40% dari total emisi gas rumah kaca
12%
40%
“Pada tahun 2030, diperkirakan 1/3 total emisi CO2
Dunia berasal dari bangunan gedung, dengan penyumbang terbesar dari negara-negara di Asia”
AKTIVITAS MANUSIAHunian, tempat kerja, aktivitas penunjang
BANGUNAN GEDUNG VERTIKAL
KETERSEDIAAN LAHAN
PROSENTASE POPULASI GLOBAL TINGGAL DI PERKOTAAN
The Department of Economic and Social Affairs of the United Nations Secretariat, 2014
1950 2014 2050
30%
54%66%
Sumber: IPCC Fourth Assessment Report on Climate Change 2007
Konsumsi energi yang kian
meningkat, dari sektor residensial
5%/tahun (2005)
, dan sektor komersial
6,7%/tahun.
Meningkatnya
konsumsi energi
berimplikasi pada
peningkatan emisi CO2
Konsumsi energi di Indonesia: BG
Sumber:
Global Insight, RISI, WMM, PLN, IEA: Indonesia GHG Abatement Cost Curve
Latar Belakang
Sumber : IPCC, 2014: Summary for Policymakers. In: Climate Change 2014: Mitigation of Climate Change. Contribution of Working Group III to the Fifth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change
Sektor BangunanPeraturan bangunan dan standar
penerapan, jika dirancang dengan baik dan dilaksanakan, akan menjadi
salah satu instrumen pengurangan emisi yang ramah lingkungan dan
hemat biaya
• Kemajuan teknologi , pengetahuan dan kebijakan berpeluang untuk menstabilkan atau mengurangi penggunaan energi global oleh sektor bangunan.
• Untuk bangunan baru, penerapan Peraturan Bangunan Hemat Energi merupakan faktor penting untuk pengurangan konsumsi energi.
• Retrofit Bangunan menjadi bagian penting dari strategi pengurangan untuk bangunan yang telah ada, dan pengurangan konsumsi energi (sebesar 50 - 90% pada bangunan individu).
• Perbaikan dalam kinerja dan pembiayaan menjadikan pembangunan bangunan hemat energi dan retrofit bangunan menarik secara ekonomi
Gambar Emisi gas CO2 berdasarkan sektor ekonomi
1. Komitmen Indonesia secara sukarela menurunkan emisi GRKsebesar 26% pada tahun 2020 dari kondisi Business as Usual/BAU,dan menjadi 41% apabila ada dukungan pendanaan internasional;
2. Dalam sektor energi dan transportasi, terdapat potensi efisiensipenghematan energi terkait bangunan gedung, bersumber dari :sektor industri (15-30%), sektor rumah tangga (10-20%), dansektor komersial (10-20%);
3. Dilakukan dengan a.l: audit penggunaan energi dan penerapanstandar konservasi energi untuk BG,
Komitmen Pemerintah Mitigasi Dampak Perubahan Iklim
1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Ratifikasi Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim lewat,UU No. 6/1994;
3. Ratifikasi Protokol Kyoto lewat UU No. 17/2004;
4. Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Penurunan EmisiGas Rumah kaca;
5. Inpres No. 13 Tahun 2011 tentang Penghematan Energi dan Air;
KEBIJAKAN TERKAIT
RENCANA AKSI PENURUNAN
GRK
pasal 3:Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk mewujudkan
bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan
gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya
Undang-undang no.28 Tahun 2002 Tentang
BANGUNAN GEDUNG
BANGUNAN
BERKELANJUTAN
Bangunan Gedung Hijau adalah:
“bangunan gedung yang memenuhi persyaratan bangunan gedungdan memiliki kinerja terukur secara signifikan dalam penghematan
energi, air, dan sumber daya lainnya melalui penerapan prinsipbangunan gedung hijau sesuai dengan fungsi dan klasifikasi dalam
setiap tahapan penyelenggaraannya.
Definisi Bangunan Gedung Hijau
Peraturan Menteri PUPR No.02/PRT/M/2015 TentangBangunan Gedung Hijau
DISARANKAN (RECOMMENDED)
WAJIB ( MANDATORY)
SUKARELA (VOLUNTARY)
BG YANG DIKENAKAN PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG HIJAU
1. BG kelas 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengankompleksitas sederhana atau khusus, ketingianbangunan gedung tinggi atau sedang;
2. BG kelas 6, 7, 8, 9a, dan 9b dengankompleksitas gedung sampai dengan 2 lantai, luas total lantai >5000 m2.
3. BG yang mengonsumsi energi, air dan sumberdaya lain dalam jumlah sangat besar danmemiliki potensi penghematan cukupsignifikan;
4. BG yang ditetapkan pemerintah kab/kota ataupemerintah provinsi untuk DKI Jakarta berdasarkan urgensi dan kondisi di daerah.
BG kelas 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dengan kompleksitassederhana;
BG kelas 1, 2 dan 3 dengan kompleksitassederhana;
H2M dengan kompleksitas sederhana;
BG yang ditetapkan pemerintah kab/kota ataupemerintah provinsi untuk DKI Jakarta berdasarkan urgensi dan kondisi di daerah.
BG kelas 1, 2, dan 3 dengan kompleksitastidak sederhana, ketingian bangunan gedunghunian tinggi atau sedang, termasuk hunianyang memiliki besmen;
BG kelas 8, 9a, dan 9b dengan kompleksitassederhana, ketinggian sampai dengan 2 lantai, luas total lantai 500 - 5000 m2.
BG yang mengonsumsi energi, air dansumber daya lain dalam jumlah cukup besardan memiliki potensi penghematan;
BG yang ditetapkan pemerintah kab/kotaatau pemerintah provinsi untuk DKI Jakarta berdasarkan urgensi dan kondisi di daerah.
Laporan akhir yang memuat dokumentasi, rekomendasi, dan kriteria teknis
Oleh: Pemilikdan/atau penyediajasa yang kompeten
Oleh: Penyedia jasaperencana yang
kompetenDokumen perencanaan teknis
Oleh: Penyedia jasapelaksanaan konstruksi
yang kompeten
•Bangunan gedung hijau;• Laporan akhir•Dokumen perizinan;•Dokumen permohonan Kelaikan Fungsi
BGH
Oleh: Pemilik dan/ataupenyedia jasa yang
rkompeten
•Dokumen rencana pemeliharaan, pemeriksaan berkala, dan perawatan sertalaporan periodik;•Panduan praktis penggunaan BGH;•Dokumentasi kegiatan
Oleh: Penyedia jasapembongkaran yang
kompeten
Laporan akhir
Tahap Penyelenggaraan BGH
Tahap Pemrograman
Tahap Perencanaan Teknis
Tahap PelaksanaanKonstruksi
Tahap Pemanfaatan
Tahap Pembongkaran
Persyaratan Tahap Pemrograman
1. Kesesuaian tapak2. Penentuan objek BG yang akan ditetapkan3. Kinerja BGH sesuai dengan tingkat
kebutuhan4. Metode Penyelenggaraan BGH5. Kelayakan BGH
Persyaratan
Tahap Perencanaan
1. Pengelolaan Tapak
2. Efisiensi Energi
3. Efisiensi Air
4. Kualitas Udara dan Kenyamanan Dalam Ruang
5. Pengendalian Penggunaan Material
6. Pengelolaan Sampah
7. Pengelolaan air limbah
Persyaratan
Tahap Pelaksanaan Konstruksi
1. Proses Konstruksi Hijau2. Praktik Perilaku Hijau3. Rantai Pasok Hijau
Persyaratan
Tahap Pemanfaatan/
Pelestarian
1. Organisasi dan Tata Kelola pemanfaatan BGH
2. Standar operasional dan ProsedurPelaksanaan pemanfaatan
3. Penyusunan panduan penggunaan BGH untuk penghuni/ pengguna
Persyaratan
Tahap Pembongkaran1. Prosedur Pembongkaran2. Pemulihan tapak dan Peningkatan Kualitas
2
Persyaratan BG Hijau Baru
Persyaratan Teknis Perencanaan
• Pengelolaan Tapak
a. orintasi bangunan;
b. pengolahan tapak;
c. Pengelolaan lahan terkontaminasi B3
d. RTH Privat: penambahan area hijau 10% dari luas lantai dasar;
e. Penyediaan Jalur Pedestrian
f. Pengelolaan tapak basemen
g. Penyediaan lahan parkir
h. Sistem pencahayaan ruang luar atauhalaman
i. Pembangunan BG di atas dan/ataudibawah tanah, air dan/atauprasarana/sarana umum
• Efisiensi Energi
a. Selubung bangunan: OTTV dan RTTV = 35 W/m2
b. Penyediaan Sistem Ventilasi dan
c. Pengkondisian Udara
d. Sistem Pencahayaan
e. Sistem Transportasi dalam ruang
f. Sistem Kelistrikan
• Efisiensi Air
a. Sumber Air: menghindari pemakaian air tanah, penyediaan air mandiri dan penampungan air hujan;
b. Pemakaian Air: Kompoisisi 90% dari sumber primer dan 10 % mandiri;
c. Water Fixtures: maksimun sesuai tabel;
• Kualitas Udara dan Kenyamanan Dalam Ruang
a. Pelarangan merokok;
b. Pengendalian CO2 dan CO: ventilasi mekanis dan pemasangan alat monitor
c. Pengendalian Refrigran
• PengendalianPenggunaan Material
a. Pengendalian material berbahaya
b. penggunaan material bersertifikat ramahlingkungan (eco labelling);
• Pengelolaan Sampah
a. Penerapan prinsip 3R
b. sistem pengelolaan danpengolahan sampahterpadu
c. sistem Pencatatan timbulan sampah;
• Pengelolaan air limbah
a. penyediaan fasiitas pengelolaan limbah padat dan limbah cairsebelum dibuang ke saluran pembuangan kota;
b. daur ulang air yang berasal dari air limbah;
1
Pengelolaan Tapak : Pengelolaan tapak ditujukan untuk mengurangi dampak negatif penggunaanlahan dalam proses pelaksanaan konstruksi bangunan gedung hijau terhadaplingkungan disekitarnya.
Orientasi Bangunan- Perancangan dengan memaksimalkan pencahayaan alami,
dan meminimalkan rambatan radiasi panas ke bangunan- Orientasi dan bentuk massa bangunan disesuaikan dengan
bentuk lahan, jalan, bangunan sekitar, dan pergerakanmatahari tiap tahun.
Pemilihan Tapak- Menghindari pembangunan pada tapak yang tidak semestinya- Pembangunan harus sesuai dengan peruntukan lahan yang diatur dalam
ketentuan tata ruang dan tata bangunan yang berlaku.
Pengelolaan Lahan Terkontaminasi Limbah B3- Memperbaiki lahan terkontaminasi dan mengurangi tekanan
kebutuhan lahan.
“Peraturan menteri lingkungan hidup no 33 Tahun 2009 tentang tata cara mengenai pemulihan lahan terkontaminasilimbah bahan berbahaya dan beracun ”
“Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentangpengelolaan limbah berbahaya dan beracun ”
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat- Penambahan luasan RTH yang ditambah minimal 10 % dari luas lantai dasar
yang dipersyaratkan.- Penambahan RTH dapat berupa taman pada atap bangunan (roof garden) ,
taman di teras bangunan, dan/atau taman vertikal.
Penyediaan Jalur PedestrianPenyediaan jalur pedestrian dilakukan untuk mencapai jaringantransportasi umum, menuju ruang publik, dan menujupersil/kaplingnya sesuai dengan tata cara, persyaratan, ukurandan detail peraturan terkait“Peraturan Menteri PU No.30 Tahun 2006 tentang persyaratanteknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung danlingkungannya ”“Peraturan Menteri PU No.36 Taun 2008 tentang PersyaratanTeknis Sistem Proteksi kebakaran pada bangunan gedung danlingkungannya”“Peraturan Menteri PU No. 03/PRT/M/2014 tentang PedomanPerencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Sarana danPrasarana jaringan pejalan kaki di kawasan perkotaan”
PERSYARATAN PENGELOLAAN TAPAK
Efisiensi Penggunaan Energi : Efisiensi penggunaan energi ditujukan untuk mencapai tingkatenergi yang optimal sesuai fungsi bangunan gedung danmengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sertamengurangi biaya-biaya yang terkait penggunaan energi yang berlebihan.
Seluibung BangunanEfisiensi penggunaan energi dengan pertimbangan nilai akumulasi RTTV dan OTTV maksimal 35 Watt/m2
“SNI 6389 tentang Konservasi Energi untuk Selubung Bangunan”
Sistem VentilasiSistem ventilasi pada bangunan harus sesuai dengan luasan ventilasi minimum yang dipersyaratkan“SNI 6572 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian udara”
Sistem Pengkondisian UdaraSistem pengkondisian udara harus memenuhi nilai efisiensi minimum dari peralatantata udara yang dipersyaratkan
“SNI 6390 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara”
Sistem Pencahayaan- Pemanfaatan pencahayaan alami semaksimal mungkin- Perencanaan sistem pencahayaan buatan tidak boleh melebihi daya listrik
maksimum/m2- Penggunaan dimmer dan/atau sensor photoelectric - Luas area maksimum 30 m2 untuk satu sakelar.
“SNI 2396 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami”“SNI 6197 tentang Konservasi Energi Sistem Pencahayaan Buatan”
Sistem Transportasi dalam GedungSistem transportasi dalam gedung harus memperhatikan konsumsi energi yang dibutuhkan, sistem manajemen lalu lintas vertikal, daya tampung penumpang danwaktu tempuh yang diperlukan
“SNI 6573 tentang Tata Cara Penerapan Sistem Transportasi Vertikal Gedung”
Sistem KelistrikanPerencanaan sistem kelistrikan untuk menghindari potensi pemborosan energimelalui:- Pengelompokan beban listrik- Pemasangan alat ukur energi listrik atau kWh meter
“SNI 6573 tentang Tata Cara Penerapan Sistem Transportasi Vertikal Gedung”
PERSYARATAN EFISIENSI ENERGI
1
Efisiensi Penggunaan Air: Efisiensi penggunaan air dimaksudkan untuk mengurangikebutuhan air bersih pada bangunan gedung dan beban air limbah yang dihasilkan dari bangunan gedung terhadaplingkungan.
Sumber Air- Menghindari pemakaiaan air tanah- Penyediaan air secara mandiri untuk kebutuhan sekunder melalui air daur ulang,
air hujan, dan air kondensasi dari unit pengkondisian udara- Volume sistem penampungan air hujan paling sedikit 0.05 x luas lantai dasar
“SNI 7065 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing”
Pemakaiaan Air- Pemasangan alat ukur penggunaan air (submeter) untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan air- Pemakaiaan sumber air primer yang berasal dari penyedia jasa dan air tanah
maksimum 90% dari total kebutuhan air.
Penggunaan Water Fixture- Penggunaan water fixture harus memiliki kapasitas penghematan air yang
diperhitungkan minimum sesuai ketentuan.“SNI 7065 tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing (perlu update)”
Pengelolaan Air Limbah- Air limbah domestik harus diolah dengan instalasi pengolahan air limbah sebelum
dibuang ke saluran pembuangan kota- Air limbah (grey water) dapat digunakan kembali dengan sistem daur ulang air- Air limbah yang hendak dibuang ke saluran pembuangan kota harus memenuhi
standar baku mutu yang berlaku;“Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik”
PERSYARATAN EFISIENSI AIR
1
Kualitas Udara Dalam Ruang: Perencanaan kualitas udara dalam ruang pada bangunangedung hijau dimaksudkan untuk meningkatkan kualitasudara dalam ruang yang mendukung kenyamanan dankesehatan pengguna bangunan gedung hijau.
Pelarangan Merokok- Larangan merokok pada seluruh bangunan gedung dilakukan dengan cara
menyediakan rambu dilarang merokok untuk untuk seluruh bagian bangunangedung termasuk area pintu masuk, jendela hidup dan area area masuknya udarasegar dari luar ke dalam bangunan gedung dengan radius minimum 10 m
Pengendalian Karbondioksida (CO2) dan Karbonmonoksida (CO)- Melengkapi setiap ruangan yang berpotensi menerima akumulasi konsentrasi CO2
dan/atau CO dengan alarm dan sistem ventilasi mekanis yang beroperasi otomatisapabila nilai konsentrasi CO2 dan CO melewati ambang batas aman, yaitu 5000 ppm untuk CO2 dan 26 ppm untuk CO
“SNI 0232 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Zar Kimia d Udara Tempat Kerja”
Pengendalian Penggunaan Refrigran- Penggunaan refrigran tata udara yang digunakan harus mengandung material
aman dan tidak berbahaya dan tidak mengandung Chloro Fluoro Carbon (CFC)
Pengendalian Penggunaan Material- Pengendalian penggunaan material untuk mengurangi jumlah zat pencemar yang
menimbulkan bau, iritasi, dan berbahaya terhadap kenyamanan penggunabangunan.
- Zat pencemar sebagaimana dimaksud biasa ditemukan pada pewarna, pelapis, perekat, kayu olahan, furnitur, kertas pelapis dinding, penutup atap sepertimethilene chloride, arsenick, asbestos, hexavalent chromium, N-hexane, trichloroethylene, formaldehyde, TDCP/TCEP, phthalates
PERSYARATAN KUALITAS UDARA RUANGAN
1
Pengendalian Penggunan Material :Pengendalian penggunan material dimaksudkanuntuk mengurangi jumlah zat pencemar yang menimbulkan bau, iritasi, dan berbahaya terhadapkesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan.
Pengendalian Penggunaan Material BerbahayaPengendalian terhadap pemakaian material yang mengandung bahan berbahaya yang biasaditemukan pada pewarna, pelapis, perekat, kayuolahan, furnitur, kertas pelapis dinding, penutupatap.
Penggunaan Material Bersertifikat Ramah Lingkungan (eco labeling)• Penggunaan material bersertifikat eco-label;
atau• Penggunaan material bangunan lokal
PERSYARATAN PENGENDALIAN PENGGUNAAN MATERIAL
Pengelolaan Sampah: Pengelolaan sampah dimaksudkan untuk meningkatkan kesehatanpengguna, aman bagi lingkungan dan perubahan perilaku penggunabangunan gedung hijau serta mengurangi beban timbulan sampah kota.
Penerapan prinsip 3R- Penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) ;
- Penerapan Sistem Penanganan Sampah:
• Penyediaan fasilitas pemilahan sampah;
• penyediaan fasilitas pengumpulan sampah; dan
• Penyediaan fasilitas pengolahan sampah
- Penerapan sistem pencatatan timbulan sampah
“Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang PengelolaanSampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga”
“Permen PU Nomor 03/PRT/M/2013 tentang PenyelenggaraanPrasaranan dan saranana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga”
PERSYARATAN PENGELOLAAN SAMPAH
1
Penyediaan Fasilitas Pengelolaan Libah Padat dan Limbah CairSebelum dibuang ke Saluran Pembuangan Kota• BG yang terletak di daerah pelayanan sistem jaringan air limbah
kota wajib memanfaatkan jaringan tersebut.• BG yang tidak terletak di daerah pelayanan sistem jaringan air
limbah wajib memiliki fasilitas pengelolaan limbah padat danlimbah cair.
• Fasilitas pengelolaan air limbah dilakukan untuk air limbahdomestik (black water) sebelum dibuang ke saluranpembuangan kota.
Daur Ulang Air yang Berasal dari Air Limbah (Grey Water)- Daur ulang air limbah hingga mencapai baku mutu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dan pemanfaatan kembali sebagaiair sekunder.
PERSYARATAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH
Pengelolaan Air LimbahPengelolaan air Limbah dimaksudkan untuk mengurangi bebanair limbah yang dihasilkan dari bangunan gedung terhadaplingkungan dan mencegah timbulnya penurunan kualitaslingkungan di sekitar bangunan gedung hijau.
Persyaratan Tahap Pelaksanaan Konstruksi
1Proses Konstruksi Hijau2Praktik Perilaku Hijau3Rantai Pasok Hijau
Persyaratan Tahap Pemanfaatan/Pelestarian
1Organisasi dan Tata Kelola pemanfaatan BGH
2Standar operasional dan Prosedur Pelaksanaanpemanfaatan
3Penyusunan panduan penggunaan BGH untuk penghuni/ pengguna
Bangunan Gedung Perencanaan Pelaksanaan Pemanfaatan Pembongkaran
Desain = Syarat
teknis/ syarat
administratif
IMB SLF1 SLFn
Bangunan Gedung
HIjau
Syarat
BGHBGH
BGH
Sertifikat
Syarat
BGH
BGHnSertifikat
Eksisting
Desain
Bagan Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau
Strategi Implementasi Penyelenggaraan Bangunan Gedung Hijau
2015-2019
STRATEGI UTAMA
Penguatan Kapasitas danKelembagaan PenyelenggaraanBangunan Gedung Hijau
SUB STRATEGI1. Penyusunan Peraturan dan Instrumen
Pendukungnya2. Pengembangan kelembagaan di daerah3. Pemberdayaan Masyarakat4. Pengembangan jejaring kerjasama dengan
institusi terkait
Timeline Strategi Pembinaan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Hijau
2015
2016
2017
2018
2019
• Permen PUPR TTG Bangunan Gedung Hijau• Penyiapan Kerjasama Implementasi dengan pihak terkait
(Pemda, PHLN, dan institusi lain yang memiliki platform dan minat yang sama)
• Koordinasi Kebijakan Implementasi Bangunan Gedung Hijau Nasional;
• Pendampingan Penyusunan Peraturan Bangunan Gedung Hijau di 7 Kota Metropolitan prioritas;
• Pengembangan manual/toolkit, software audit hunianhijau masyarakat, dan standar teknis, panduan sistemsertifiksi BGH;
• Pengembangan Forum Konsultasi Bangunan Gedung Hijau.
• Koordinasi Kebijakan Implementasi Bangunan Gedung HijauNasional
• Sosialisasi awal dalam pengembangan kapasitas SDM di daerah• Pengembangan Kapasitas Pemda dalam Penilaian dokumen
Bangunan Gedung Hijau• Pembentukan Forum Kerjasama dengan pemangku kepantingan
terkait• Pendampingan Penyusunan Peraturan Bangunan Gedung Hijau KSN
lain• Pendampingan Implementasi Sertifikasi Bangunan Gedung Hijau• Pengembangan Model SIM Bangunan Gedung Hijau
• Koordinasi Kebijakan ImplementasiBangunan Gedung Hijau Nasional
• Pengembangan Kapasitas Pemda dalamPenilaian dokumen Bangunan Gedung Hijau
• Pendampingan Penyusunan PeraturanBangunan Gedung Hijau KSN lain
• Pendampingan Implementasi SertifikasiBangunan Gedung Hijau
• Pendampingan Penyusunan RKH2M padaKota/Kab berkomitmen H2M
• Koordinasi Kebijakan Implementasi BangunanGedung Hijau Nasional
• Pengembangan Kapasitas Pemda dalam Penilaiandokumen Bangunan Gedung Hijau
• Pendampingan Penyusunan Peraturan BangunanGedung Hijau KSN lain
• Pendampingan Implementasi Sertifikasi BangunanGedung Hijau
• Pendampingan Penyusunan RKH2M padaKota/Kab berkomitmen H2M
• KoordinasiKebijakanImplementasiBangunan GedungHijau Nasional
• Baseline Data Bangunan GedungHijau Nasional
• Integrasi SIM Bangunan GedungHijau Nasional
Strategi Kegiatan Implementasi BGH (2015)
Bangunan Gedung Eksisting Audit Energi dan Air
Penetapan baseline berdasarkan hasil audit
energi dan air menggunakansoftware
PersiapanPerencanaan
PengubahsuaianBG
Ubahsuai BGH
Modul Audit Energi
Audit Energi:
Teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energipada bangunan gedung dan mengenali cara-cara untukpenghematannya.
SNI 03- 6196- 2000 Prosedur Audit Energi Pada BangunanGedung
B A G A N S E R T I F I K A S IBANGUNAN GEDUNG HIJAU (WAJIB)
PerencanaanPelaksanaan dan
PemanfaatanPertama Kali
Pemanfaatan n Pembongkaran
Desain = Syarat teknis/
syaratadministratif
PenerbitanIMB
SLFn
Penerbitanpenilaian
BGH
Penilaianaudit BGH
SertifikatSertifikat
dan plakatDesain
MR
SLF1
Penilaianaudit BGH
Plakat
K
Persetujuanrencana teknispembongkaran
(RTB)
PermohonanIMB
PenyediaJasa
Perencana
Dokumen/Laporan BGH
PemeriksaanSyarat BGH
PemeriksaanSLF
Pendataan(BGH)
Dilakukan evaluasi per
5 tahun
Laporanpembongkaran
BGH
Pemilik/ Pengelola
PermohonanIMB
Pemilik/ Pengelola
PenyediaJasa
Perencana
Pemda+ TABGH
Dokumen/Laporan BGH
Penerbitan sertifikat BGH
Validasidokumen
pemeriksaanoleh Pemda
R
• Pemeriksaan BGH yang wajib dan disarankan dilaksanakan bersamaan dengan pemeriksaan permohonan IMB
• Untuk yang wajib, disarankan, dan sukarela harus ada IMB
• Yang sukarela/disarankan mekanisme sertifikasi cukup dapat diterbitkan oleh pihak ketiga, namun dilaporkan sebagai BGH dalam pendataan
PENDATAAN
* Untuk bangunan gedung yang disarankanpemeriksaan bangunan gedung hijaudilakukan oleh Pemda pada kasus tertentuseperti : Bangunan khusus, di kawasanstrategis, bangunan gedung negara
** Keterangan : Untuk sertifikasi pihak ketigayang kompeten tetapi tidak kerjasama denganPemda, maka pelaporan BGH tidak dapatdiakui
*** Pihak ketiga terakreditasi oleh KAN (sementara diusulkan Puskim dan GBCI)
Pihak Ketiga***
B A G A N S E R T I F I K A S ITAHAP PEMROGRAMAN DAN PERENCANAAN
Pemda+ TABGH K
• Untuk yang wajib dan disarankan tidak diberikan plakat BGH jika tidak ada SLF1 diterbitkan Pemda
• Yang sukarela tidak terbit sertifikat/plakat dari Pemda. Dapat diterbitkan sertifikat BGH melalui pihak ketiga
PENDATAAN
* Untuk bangunan gedung yang disarankanpemeriksaan bangunan gedung hijaudilakukan oleh Pemda pada kasus tertentuseperti : Bangunan khusus, di kawasanstrategis, bangunan gedung negara
** Keterangan : Untuk sertifikasi pihak ketigayang kompeten tetapi tidak kerjasama denganPemda, maka pelaporan BGH tidak dapatdiakui
*** Pihak ketiga terakreditasi oleh KAN (sementara diusulkan Puskim dan GBCI)
PermohonanSLF1
Dokumen/Laporan BGH
Pemberian Plakat BGH
PihakKetiga***
Kontraktor
Validasidokumen
pemeriksaanoleh Pemda
B A G A N S E R T I F I K A S ITAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PermohonanSLFn
Dokumen/Laporan BGH
Pemda+ TABGH M
• Untuk yang wajib dan disarankan tidak terbit sertifikat BGH jika tidak ada SLFn
diterbitkan Pemda• Yang sukarela tidak terbit
sertifikat Pemda. Dapat diterbitkan sertifikat BGH melalui pihak ketiga
• BGH akan dievaluasi per 5 tahun. Sertifikat BGH digunakan sebagai perpanjang SLF
PENDATAAN
Validasidokumen
pemeriksaanoleh Pemda
* Untuk bangunan gedung yang disarankanpemeriksaan bangunan gedung hijaudilakukan oleh Pemda pada kasus tertentuseperti : Bangunan khusus, di kawasanstrategis, bangunan gedung negara
** Keterangan : Untuk sertifikasi pihak ketigayang kompeten tetapi tidak kerjasama denganPemda, maka pelaporan BGH tidak dapatdiakui
*** Pihak ketiga terakreditasi oleh KAN (sementara diusulkan Puskim dan GBCI)
Penerbitan sertifikat BGH
PihakKetiga***
Kontraktor
B A G A N S E R T I F I K A S ITAHAP PEMANFAATAN
PLATINUM untukDesain dari Green
Building Council Indonesia (GBCI)
Maret 2013
Memenangkan penghargaanAsean Best Practice Award
untuk kategori Efisiensi Energiuntuk Bangunan Gedung Baru
dan Eksisting
OTTV: 28 W/m2Indek Konsumsi Energi 155 kWh/m2.th
Estimasi penghematan energi250 – 155 = 95 kWh/m.th (35%)
Penghematan karbon = 1 650* ton/th.
Penghematan air 83% saat musim hujan61% saat musim kemarau
CO2 diserap oleh pohon:
Buni (Antidesma Bunius)= 31 ton/th
Angsana (Pterocarpus Indicus) = 0.71 ton/th
Beringin (Ficus Benjamamina) = 7.08 ton/th
*)1 kWh = 0.54522 kg e CO2
PERCONTOHAN
GEDUNG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT