banjir

BANJIR, MASALAH BANJIR DAN

UPAYA MENGATASINYA

BANJIR, MASALAH BANJIR DAN

UPAYA MENGATASINYA

MASYARAKAT MERUPAKAN DOMAIN: SWASTA PEMERINTAH

MASYARAKAT MERUPAKAN DOMAIN: SWASTA PEMERINTAH

MASYARAKATPERLU HUBUNGAN YANG SINERGIS DI ANTARA: SWASTA PEMERINTAH

MASYARAKATPERLU HUBUNGAN YANG SINERGIS DI ANTARA: SWASTA PEMERINTAH

Pembukaan

PERLU KESAMAAN PEMAHAMAN, PENGERTIAN DAN “BAHASA”

MASYARAKAT DI LINGKUNGAN: SWASTA PEMERINTAH

PERLU KESAMAAN PEMAHAMAN, PENGERTIAN DAN “BAHASA”

MASYARAKAT DI LINGKUNGAN: SWASTA PEMERINTAH

PENANGANAN MASALAH BANJIRPENANGANAN MASALAH BANJIR

BANJIR, MASALAH BANJIR DAN UPAYA MENGATASINYABANJIR, MASALAH BANJIR DAN UPAYA MENGATASINYA

I. KONSEP DASAR PENANGANAN MASALAH BANJIR 1. PENGERTIAN YANG TERKAIT DENGAN MASALAH BANJIR 2. PENGERTIAN BANJIR DAN MASALAH BANJIR 3. PROSES TERJADINYA MASALAH BANJIR 4. UPAYA PREVENTIF MENGATASI MASALAH BANJIR 5. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUH

II. PENANGANAN MASALAH BANJIR SAMPAI SAAT INI DAN BERBAGAI MASALAH YANG ADA 1. KETATALAKSANAAN 2. KELEMBAGAAN 3. PROGRAM PENANGANAN MASALAH BANJIR 4. BERBAGAI PERTANYAAN, PERNYATAAN DAN POLEMIK 5. MASALAH TEKNIS 6. MASALAH NONTEKNIS 7. ANALISIS MASALAH

III. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR KE DEPAN 1. POLA PIKIR UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR 2. GOOD GOVERNANCE DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR 3. PENANGANAN MASALAH BANJIR DI NEGARA-NEGARA LAIN 4. KEBIJAKAN MENGATASI MASALAH BANJIR 5. STRATEGI MENGATASI MASALAH BANJIR 6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS 7. UPAYA YANG BERSIFAT NONTEKNIS

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. KESIMPULAN 2. SARAN

KONSEP DASAR PENANGANAN MASALAH BANJIR

1. PENGERTIAN YANG TERKAIT DENGAN MASALAH BANJIR

2. PENGERTIAN BANJIR DAN MASALAH BANJIR

3. PROSES TERJADINYA MASALAH BANJIR

4. UPAYA PREVENTIF MENGATASI MASALAH BANJIR

5. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUH

I.1.PENGERTIAN I.1.PENGERTIAN

1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh Garis Sempadan (GS)

2. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan/atau mengalir

melalui sungai dan anak-anak sungai ybs. DPS sering disamakan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)/Catchment Area/River basin

3. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairansebagai hasil pengembangan satu atau lebih DPS

4. Bantaran Sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam

5. Garis Sempadan Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai

6. Daerah Manfaat Sungai adalah mata air, palung sungai, dan daerah sempadan yang telah dibebaskan

7. Daerah Penguasaan Sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan.

1. Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh Garis Sempadan (GS)

2. Daerah Pengaliran Sungai (DPS) adalah suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan/atau mengalir

melalui sungai dan anak-anak sungai ybs. DPS sering disamakan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)/Catchment Area/River basin

3. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairansebagai hasil pengembangan satu atau lebih DPS

4. Bantaran Sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam

5. Garis Sempadan Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai

6. Daerah Manfaat Sungai adalah mata air, palung sungai, dan daerah sempadan yang telah dibebaskan

7. Daerah Penguasaan Sungai adalah dataran banjir, daerah retensi, bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan.

I.1.PENGERTIAN I.1.PENGERTIAN

8. Dataran Banjir (“Flood Plain”) adalah lahan/dataran di kanan kiri sungai yang sewaktu-waktu bisa tergenang banjir (+/- 50% wilayah DKI Jakarta berada di dataran banjir 13sungai)

9. Pengendalian Banjir (”Flood Control”) upaya struktur untuk debit banjir sampai tingkat tertentu yang layak, dan bukan untuk debit banjir yang terbesar

10. Penanggulangan Banjir.(”Flood Fighting”): salah satu kegiatan Satkorlak/Satlak Penaggulangan Bencana.

11. ”Flood Damage Mitigation”: upaya menekan besarnya bencana akibat banjir

12. ”Flood Plain Management”: pembudidayaan dataran banjir (“flood plain”) sedemikian rupa sehingga genangan banjir yang kemungkinan terjadi menimbulkan masalah yang minimal

13. “Flood Damage Management”: pengelolaan banjir sedemikian rupa agar dampak/kerugian yang ditimbulkannya minimal

8. Dataran Banjir (“Flood Plain”) adalah lahan/dataran di kanan kiri sungai yang sewaktu-waktu bisa tergenang banjir (+/- 50% wilayah DKI Jakarta berada di dataran banjir 13sungai)

9. Pengendalian Banjir (”Flood Control”) upaya struktur untuk debit banjir sampai tingkat tertentu yang layak, dan bukan untuk debit banjir yang terbesar

10. Penanggulangan Banjir.(”Flood Fighting”): salah satu kegiatan Satkorlak/Satlak Penaggulangan Bencana.

11. ”Flood Damage Mitigation”: upaya menekan besarnya bencana akibat banjir

12. ”Flood Plain Management”: pembudidayaan dataran banjir (“flood plain”) sedemikian rupa sehingga genangan banjir yang kemungkinan terjadi menimbulkan masalah yang minimal

13. “Flood Damage Management”: pengelolaan banjir sedemikian rupa agar dampak/kerugian yang ditimbulkannya minimal

I.2. BANJIR DAN MASALAH BANJIRI.2. BANJIR DAN MASALAH BANJIR

“A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than the usual; also the inundation of low land that may result therefrom. A body of water, rising, swelling and overflowing the land not usually thus covered”

(SUMBER: Multilingual Technical Dictionary on Irrigation and Drainage, ICID)

“A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than the usual; also the inundation of low land that may result therefrom. A body of water, rising, swelling and overflowing the land not usually thus covered”

(SUMBER: Multilingual Technical Dictionary on Irrigation and Drainage, ICID)

TIDAK MENIMBULKAN MASALAH BAHKAN BISA BERMANFAAT BAGI KEHIDUPAN

TIDAK MENIMBULKAN MASALAH BAHKAN BISA BERMANFAAT BAGI KEHIDUPAN

TIMBUL MASALAH

TIMBUL MASALAH

MASALAH BANJIRMASALAH BANJIR

DEFINISI BANJIR (FLOOD)

DEFINISI BANJIR (FLOOD)

BUDI DAYA DI DATARAN BANJIR BUDI DAYA DI DATARAN BANJIR

BANJIR/FLOODBANJIR/FLOOD

SISWOKO

DAERAH PENGUASAAN SUNGAI

DATARAN BANJIR(“FLOOD PLAIN”)DATARAN BANJIR

SUNGAI

Garis Sempadan (GS)GS

GSGS

DATARAN BANJIRDATARAN BANJIR

M.A.N

M.A.B

BANJIR

MASALAH BANJIR

MASALAH BANJIR

KONDISI BANJIR

BANJIR

PALUNG SUNGAI

DEBIT/ALIRAN NORMAL

DEBIT > 50 TAHUNAN

SISWOKO

BANJIR DAN MASALAH BANJIR

TRADISIONAL“OK” NO PROBLEM

TRADISIONAL“OK” NO PROBLEM

MODERENMODEREN

I.3. PROSES TERJADINYA MASALAH BANJIRI.3. PROSES TERJADINYA MASALAH BANJIR

KONDISI ALAM (STATIS)

• Geografi• Topografi• Geometri alur sungai: kemiringan dasar meandering “bottle-neck” sedimentasi ambal alam

KONDISI ALAM (STATIS)

• Geografi• Topografi• Geometri alur sungai: kemiringan dasar meandering “bottle-neck” sedimentasi ambal alam

PERISTIWA ALAM (DINAMIS)

* curah hujan tinggi* pembendungan: dari laut/pasang dari sungai induk

* amblesan tanah* pendangkalan

PERISTIWA ALAM (DINAMIS)

* curah hujan tinggi* pembendungan: dari laut/pasang dari sungai induk

* amblesan tanah* pendangkalan

KEGIATAN MANUSIA (DINAMIS)

* PEMBUDI DAYAAN DATARAN BANJIR* tata ruang/peruntukan dataran banjir yg tdk sesuai* tata ruang/peruntukan di DAS•permukiman di bantaran•sungai* pembangunan drainase* bangunan sungai/silang* sampah padat* prasarana pengendali banjir yang terbatas* amblesan permukaan tanah* persepsi masyarakat yang keliru thd banjir * kenaikan muka air laut akibat “global warming”

KEGIATAN MANUSIA (DINAMIS)

* PEMBUDI DAYAAN DATARAN BANJIR* tata ruang/peruntukan dataran banjir yg tdk sesuai* tata ruang/peruntukan di DAS•permukiman di bantaran•sungai* pembangunan drainase* bangunan sungai/silang* sampah padat* prasarana pengendali banjir yang terbatas* amblesan permukaan tanah* persepsi masyarakat yang keliru thd banjir * kenaikan muka air laut akibat “global warming”

MASALAH BANJIR

KOTA-KOTA YANG SEBAGIAN/SELURUHNYA BERADA DIDATARAN BANJIR

KOTA-KOTA YANG SEBAGIAN/SELURUHNYA BERADA DIDATARAN BANJIR

NO KOTA SUNGAI

1JAKARTA

Kamal, Tanjungan, Angke, Pesanggrahan, Sekretaris, Grogol, Krukut, Cideng, Ciliwung, Cipinang, Sunter, Buaran, Jatikramat, Cakung

2 SEMARANG Kali Garang/Kali Semarang

3 BANDUNG SELATAN Sungai Citarum Hulu

4 SURABAYA Kali Brantas

5 PALEMBANG Sungai Musi

6 PADANG Batang Arau, Batang Kuranji, Batang Air Dingin,

7 PEKANBARU Sungai Siak

8 JAMBI Sungai Batanghari

9 MEDAN Sungai Belawan, Deli, Babura, Percut, Kera

10 BANDA ACEH Krueng Aceh

11 PONTIANAK Sungai Kapuas

12 BANJARMASIN Sungai Barito

13 SAMARINDA Sungai Mahakam

14 MAKASSAR Sungai Jeneberang

DATARAN BANJIR DI DKI JAKARTADATARAN BANJIR DI DKI JAKARTA

DATARAN BANJIR

I.4. UPAYA PREVENTIF MENGATASI MASALAH BANJIR I.4. UPAYA PREVENTIF MENGATASI MASALAH BANJIR

1. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DIUPAYAKAN SEIMBANG DENGAN BEBAN PENDUDUK2. TATA RUANG DAN PEMBUDIDAYAAN DATARAN BANJIR DIDISESUAIKAN DENGAN ADANYA KEMUNGKINAN /RESIKO TERGENANG BANJIR (FLOOD PLAIN MANAGEMENT). UNTUK ITU DIPERLUKAN PETA RESIKO BANJIR (FLOOD RISK MAP) SERTA PEMBAGIAN ZONA/KLASIFIKASI LAHAN DI DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN ZONING) YANG DISESUAIKAN DENGAN TINGKAT KERAWANANNYA THD GENANGAN BANJIR2. SEMUA KEGIATAN DAN PEMBANGUNAN FISIK YANG BERADA DI DATARAN BANJIR MENYESUAIKAN DENGAN TATA RUANG YANG TELAH MEMPERHATIKAN ADANYA RESIKO GENANGAN BANJIR. PENYESUAIAN A.L. MELIPUTI: JENIS PERUNTUKAN LAHAN, JENIS/TIPE BANGUNAN, STRUKTUR BANGUNAN, ELEVASI DASAR BANGUNAN, MATERIAL BANGUNAN, JENIS DAN VARIETAS TANAMAN, DSB3. FLOOD PROOFING YANG DILAKSANAKAN OLEH MASYARAKAT/SWASTA SECARA MANDIRI UNTUK MELINDUNGI ASET MEREKA BAIK SECARA INDIVIDUAL MAUPUN KOLEKTIF 4. TATA RUANG DAN SELURUH KEGIATAN PEMBANGUNAN DAN PEMBUDIDAYAAN DAS YANG MENUNJANG KONSERVASI AIR DAN TANAH A.L DENGAN PENGHIJAUAN DAN REBOISASI, TERASERING, SUMUR RESAPAN, WADUK/SITU/KOLAM PENAMPUNG AIR HUJAN (WADUK RETENSI MAUPUN WADUK DETENSI)4. PRAKIRAAN BANJIR DAN PERINGATAN DINI KEPADA MASYARAKAT YANG TINGGAL DI DATARAN BANJIR5. PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI YANG DIIKUTI DENGAN PENEGAKAN HUKUM DAN POLA HIDUP MASYARAKAT YANG MENCINTAI LINGKUNGAN/SUNGAI

MENGHINDARKAN TERJADINYA MASALAH BANJIRMENGHINDARKAN TERJADINYA MASALAH BANJIR

I.5. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SCR. MENYELURUH I.5. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SCR. MENYELURUH

UPAYA STRUKTUR (conventional)*)* MENCEGAH MELUAPNYA BANJIR SAMPAI KETINGGIAN TERTENTU, DENGAN TANGGUL

* MERENDAHKAN ELEVASI MUKA AIR BANJIR DENGAN: NORMALISASI, SUDETAN, BANJIR KANAL, INTERKONEKSI

* MEMPERKECIL DEBIT BANJIR DENGAN: WADUK, WADUK RETENSI BANJIR, BANJIR KANAL INTERKONEKSI,

* MENGURANGI GENANGAN DENGAN: POLDER, POMPA DAN SISTEM DRAINASE, *) berdasarkan debit banjir rencana (design flood)

UPAYA STRUKTUR (conventional)*)* MENCEGAH MELUAPNYA BANJIR SAMPAI KETINGGIAN TERTENTU, DENGAN TANGGUL

* MERENDAHKAN ELEVASI MUKA AIR BANJIR DENGAN: NORMALISASI, SUDETAN, BANJIR KANAL, INTERKONEKSI

* MEMPERKECIL DEBIT BANJIR DENGAN: WADUK, WADUK RETENSI BANJIR, BANJIR KANAL INTERKONEKSI,

* MENGURANGI GENANGAN DENGAN: POLDER, POMPA DAN SISTEM DRAINASE, *) berdasarkan debit banjir rencana (design flood)

UPAYA NONSTRUKTUR, a.l:* PRAKIRAAN BANJIR DAN PERINGATAN DINI * PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING), EVAKUASI* PEMINDAHAN/RELOKASI* PENGELOLAAN DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN / RISK MNAGEMENT), * FLOOD PROOFING THD.BANGUNAN* TATA RUANG, PENGHIJAUAN, REBOISASI DAN DAL. EROSI DAS * RETENTION & DETENTION PONDS* PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI* INFORMASI PUBLIK & PENYULUHAN* PENEGAKAN HUKUM, * PENGENTASAN KEMISKINAN* MANAJEMEN SAMPAH.

UPAYA NONSTRUKTUR, a.l:* PRAKIRAAN BANJIR DAN PERINGATAN DINI * PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING), EVAKUASI* PEMINDAHAN/RELOKASI* PENGELOLAAN DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN / RISK MNAGEMENT), * FLOOD PROOFING THD.BANGUNAN* TATA RUANG, PENGHIJAUAN, REBOISASI DAN DAL. EROSI DAS * RETENTION & DETENTION PONDS* PENETAPAN SEMPADAN SUNGAI* INFORMASI PUBLIK & PENYULUHAN* PENEGAKAN HUKUM, * PENGENTASAN KEMISKINAN* MANAJEMEN SAMPAH.

MENGURANGI BESARNYA KERUGIAN AKIBAT BANJIR (“FLOOD DAMAGE MITIGATION”)

MENGURANGI BESARNYA KERUGIAN AKIBAT BANJIR (“FLOOD DAMAGE MITIGATION”)

UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUHUPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUH

STRUCTURAL FLOOD MITIGATION MEASURES

a) LEVEES AND FLOODWALLSb) CHANNEL MODIFICATIONSc) BY-PASS FLOODWAYSd) RETARDING BASINS AND FLOOD STORAGE AREASe) FLOOD MITIGATION RESER- VOIRSf) DRAINAGE EVACUATION SYSTEMS

STRUCTURAL FLOOD MITIGATION MEASURES

a) LEVEES AND FLOODWALLSb) CHANNEL MODIFICATIONSc) BY-PASS FLOODWAYSd) RETARDING BASINS AND FLOOD STORAGE AREASe) FLOOD MITIGATION RESER- VOIRSf) DRAINAGE EVACUATION SYSTEMS

NON-STRUCTURAL FLOOD MITIGATION MEASURESa) LAND USE MANAGEMENTb) PROPERTY ACQUISITION AND FLOODWAY CLEARANCEc) MODIFICATION OF CATCHMENT CONDITIONS AND ON-SITE STORAGEd) FLOOD FORECASTING AND WARNINGe) PUBLIC INFORMATION AND EDUCATIONf) FLOOD PROOFING OF BUILDINGSg) EVACUATION FROM ENDANGERED AREASh) FLOOD FIGHTINGi) FLOOD RELIEFj) FLOOD INSURANCEk) FLOOD ADAPTATION

NON-STRUCTURAL FLOOD MITIGATION MEASURESa) LAND USE MANAGEMENTb) PROPERTY ACQUISITION AND FLOODWAY CLEARANCEc) MODIFICATION OF CATCHMENT CONDITIONS AND ON-SITE STORAGEd) FLOOD FORECASTING AND WARNINGe) PUBLIC INFORMATION AND EDUCATIONf) FLOOD PROOFING OF BUILDINGSg) EVACUATION FROM ENDANGERED AREASh) FLOOD FIGHTINGi) FLOOD RELIEFj) FLOOD INSURANCEk) FLOOD ADAPTATION

FLOOD DAMAGE MITIGATIONFLOOD DAMAGE MITIGATION

SUMBER: MANUAL ESCAP

NON-SRUCTURAL APPROACH TO FLOOD MANAGEMENT NON-SRUCTURAL APPROACH TO FLOOD MANAGEMENT

SUMBER: MANUAL ICID

PLANNING MEASURES• Hydrologic Analysis• Flood Forecasting• Control of Floodplain Development• Flood Insurance• Flood Proofing• Catchment Management• Decision Making

RESPONSE MEASURES• Flood Emergency Response Planning• Flood Fighting• Flood Warning• Evacuation• Emergency Assistance and Relief



SUNGAI

GSGS

GSGS


BANTARAN BANTARAN

TANGGULMASALAH BANJIR

M.A.N

M.A.BM.A.B


BANJIR YANG LAYAK DIKENDALIKAN

BANJIR > DARI YANG DIKENDALIKAN

PALUNG SUNGAI

DEBIT/ALIRAN NORMAL

SISWOKO

M.A.N

M.A.B

TANGGUL

PENGENDALIAN BANJIR DENGAN TANGGULPENGENDALIAN BANJIR DENGAN TANGGUL

BANTARAN BANTARAN

BUKAN KEJADIANYANG LUAR BIASA


SUNGAI

GSGS

GSGS


BANTARAN BANTARAN

TANGGULMASALAH BANJIR

M.A.N

M.A.B

MASALAH GENANGANMASALAH GENANGAN


GENANGAN

PALUNG SUNGAI

DEBIT/ALIRAN NORMAL

SISWOKO

M.A.N

TANGGUL

GENANGANGENANGAN

MASALAH GENANGANMASALAH GENANGAN

TYPICAL WORLD FLOOD STRANDARD - DESIGN FLOOD RETURN PERIOD (years)TYPICAL WORLD FLOOD STRANDARD - DESIGN FLOOD RETURN PERIOD (years)

COUNTRY COMMERCIAL INDUSTRIAL RESIDENTIAL RURAL AGRICULTUR

Australia 50-100 50-100 50-100 5-50

Bulgaria 100-500 30-100 5-10

China (2) 200 100

Czechoslova 100 50 7-10

Hong Kong 50-200 50-200 50-200 10-200 2-5

India (2) 50 25

Indonesia 5-100 5-100 5-100 5-50 5-25

Japan 10-200 10-200 10-200 10-200 10-200

Malaysia (3) 5-100 5-100 5-100 5-100 5-30

Philippines(2 100 50-70

Poland 1,000 500 100 20-100

Turkey 100-500 100-500

Thailand 25-100 25-100 25-100 50-200

UK 10-100 10-100 10-100 1-10

USA 25-100 25-100 25-100 5-25

NOTES:(1) Standards refer to river training and flood control(2) These standards are for levee design(3) Designs also check that 100-year flood line is below ground line of buildings Sumber: Manual ESCAP



SUNGAI

GSGS

GSGS


BANTARAN BANTARAN

TANGGUL

MASALAH BANJIR

M.A.N

BANJIR



BANJIR TERBESAR (PMF)

BANJIR

PALUNG SUNGAI

MAB

BEBAS BANJIRKAH ??

BANJIR TERBESAR (PMF)

TIDAK DIJAMIN MAS, TIDAK DIJAMIN MAS,

MAB

DEBIT/ALIRAN NORMAL

TIDAK LAYAK DAN LEBIH BERBAHAYA

TIDAK LAYAK DAN LEBIH BERBAHAYA

DEBIT > 50 TAHUNAN

SISWOKO

TANGGUL TIDAK BISA UNTUK MENJAMIN DATARAN BANJIR TERBEBAS DARI BANJIR DAN GENANGAN

TANGGUL TIDAK BISA UNTUK MENJAMIN DATARAN BANJIR TERBEBAS DARI BANJIR DAN GENANGAN

CATATAN UNTUK FLOOD CONTROL (STRUCTURAL MEASURES)

Various structural measures are being employed in order to controlan excess flow of water so that a flood may be prevented or, at leastIts worst effects reduced. These devices include engineering works, embankments, detention reservoirs, river channel improvement and facilities for flood diversion etc. It should be noted that structural measures tend to create a false sense of security in the population protected by the works.

Although these works can provide complete protection against flood damage up to the level of the design flood, catastrophic failure may occur if the design level is exceeded ( Whatever measures of flood protection is provided, it would be futile to expect absolute immunity from flood risk)

Therefore, special provision should be considered at the design stage to incorporate measures which will ensure that the effects of failure are minimized and that the associated damages and disruptions are made no worse than under the pre-protection situation SUMBER: MANUAL ESCAP

FLOOD(NATURAL

PHENOMENA)

LARGERDAMAGE

LARGERDAMAGE

HUMAN ACTIVITY

ST

RU

CT

UR

AL

ME

AS

UR

ES

SMALLDAMAGE

SMALLDAMAGE

COMPREHENSIVE FLOOD DAMAGE MITIGATIONCOMPREHENSIVE FLOOD DAMAGE MITIGATION

MEASURESEXCEEDED

NON-STRUCTURAL

MEASURES

HUMAN ACTIV

ITY

SMALLDAMAGE

SMALLDAMAGE

JAKARTAJAN/FEB, 2002 ?

NO MEASURE

Sumber: Manual ESCAP

DATARAN BANJIR(DAERAH PENGUASAAN SUNGAI)

TANGGUL

M.A. DEBIT BANJIR > 50 TAHUNAN

ZONA BEBAS BANJIR S/D DEBIT > 50 TAHUNAN

ZONA T

ERLARANG

*)

ZONA YANG PERUNTUKANNYA DIATUR

(

REGULATED ZONE)

GS GS

BANTARAN

RE

GU

LA

TED

ZO

NE

DATARAN BANJIR(DAERAH PENGUASAAN SUNGAI)

DAERAH SEMPADAN *)/DAERAH MANFAAT SUNGAI

SKETSA SUNGAI DAN DATARAN BANJIRSKETSA SUNGAI DAN DATARAN BANJIR

PALUNG SUNGAI

SISWOKO

SUMBER:1.PP NO.35/1991 TENTANG SUNGAI2.PERMEN PU NO.63/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

*) TERLARANG UNTUK: a. membuang sampah, limbah padat & limbah cair b. mendirikan bangunan untuk hunian dan tempat usaha

GS GS

GS GS

GSGS

GSGS

LL

LL

DPS > 500 KM2, L > 100 MDPS < 500 KM2, L > 50 M

DPS > 500 KM2, L > 100 MDPS < 500 KM2, L > 50 M

HH < 3 M, L > 10 M3 M < H < 20 M, L > 15 MH > 20 M, L > 30 M

H < 3 M, L > 10 M3 M < H < 20 M, L > 15 MH > 20 M, L > 30 M

SEMPADAN SUNGAI MENURUT PERMEN PU NO: 63/1993SEMPADAN SUNGAI MENURUT PERMEN PU NO: 63/1993

KONDISI 4KONDISI 4

KONDISI 3KONDISI 3

KONDISI 1KONDISI 1

KONDISI 2KONDISI 2

> 5M> 5M

> 3M > 3M

PERMUKIMAN/PERKOTAANPERMUKIMAN/PERKOTAAN

PERMUKIMAN/PERKOTAANPERMUKIMAN/PERKOTAAN

PENANGANAN MASALAH BANJIR S/D SAAT INI DAN BERBAGAI MASALAH YANG ADA

1. KETATALAKSANAAN

2. KELEMBAGAAN DAN SUMBER DAYA

3. BERBAGAI PERTANYAAN, PERNYATAAN DAN POLEMIKYANG SERING MUNCUL

4. BERBAGAI PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI

5. MASALAH TEKNIS

6. MASALAH NONTEKNIS

7. ANALISIS MASALAH

II.1. KETATALAKSANAANII.1. KETATALAKSANAAN 1. UU: 11/74 TENTANG PENGAIRAN

2. UU: 24/92 TENTANG PENATAAN RUANG

3. UU: 23/97 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

4. PP: 22/82 TENTANG TATA PENGATURAN AIR

5. PP: 14/87 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

6. PP: 35/91 TENTANG SUNGAI

7. KEPPRES: 32/1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

8. PERMEN PU: 39/1989 TENTANG PEMBAGIAN WILAYAH SUNGAI

9. PERMEN PU: 63/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

10. KEPMEN PU: 239/1987 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBAGIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENGATURAN, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA

11. KEPMENDAGRI: 179/1996: PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN SDA

1. UU: 11/74 TENTANG PENGAIRAN

2. UU: 24/92 TENTANG PENATAAN RUANG

3. UU: 23/97 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

4. PP: 22/82 TENTANG TATA PENGATURAN AIR

5. PP: 14/87 TENTANG PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG PEKERJAAN UMUM KEPADA DAERAH

6. PP: 35/91 TENTANG SUNGAI

7. KEPPRES: 32/1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

8. PERMEN PU: 39/1989 TENTANG PEMBAGIAN WILAYAH SUNGAI

9. PERMEN PU: 63/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

10. KEPMEN PU: 239/1987 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBAGIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PENGATURAN, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN DRAINASE KOTA

11. KEPMENDAGRI: 179/1996: PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN SDA

1. CRITERIA FOR PLANNING AND DESIGN OF RIVER FLOOD CONTROL2. GUIDELINES FOR URBAN DRAINAGE AND URBAN FLOOD CONTROL3. AN INTEGRATED PROGRAMME FOR THE DEVELOPMENT OF O&M FOR RIVERS IN INDONESIA

1. CRITERIA FOR PLANNING AND DESIGN OF RIVER FLOOD CONTROL2. GUIDELINES FOR URBAN DRAINAGE AND URBAN FLOOD CONTROL3. AN INTEGRATED PROGRAMME FOR THE DEVELOPMENT OF O&M FOR RIVERS IN INDONESIA

II.2. KELEMBAGAAN DAN SUMBER DANAII.2. KELEMBAGAAN DAN SUMBER DANA

I. PENGENDALIAN BANJIR (FLOOD CONTROL) 1. SEBELUM 1994 a. PROYEK PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN SUNGAI (PPs) DI SELURUH PROPINSI KECUALI DKI JAKARTA, DIBAWAH DINAS PU/DINAS PENGAIRAN MENURUT AZAS TUGAS PEMBANTUAN, DENGAN DANA APBN/APBD. PROYEK INI MENANGANI MASALAH BANJIR DAN PENGATURAN SUNGAI SECARA SPORADIS (SETEMPAT-SETEMPAT), BERSIFAT MENDESAK SERTA MELAKUKAN O&P PRASARANA DAN SARANA PERSUNGAIAN TERMASUK PENGENDALI BANJIR. b. PROYEK PENGATURAN DAN PEMELIHARAAN SUNGAI (PPS) DI BEBERAPA SUNGAI PRIORITAS TERMASUK MENANGANI MASALAH BANJIR DI BEBERAPA KOTA; SEPERTI PPS KRUENG ACEH, PPS BAH BOLON, PPS CITARUM HULU, PENGENDALIAN BANJIR KOTA MEDAN, PENGENDALIAN BANJIR KOTA PADANG, DSB. PROYEK INI MENANGANI MASALAH BANJIR DALAM SATU SISTEM SUNGAI, DENGAN DANA APBN MENURUT AZAS DEKONSENTRASI c. PROYEK PENGEMBANGAN WILAYAH SUNGAI (PWS) DI BEBERAPA WILAYAH SUNGAI PRIORITAS DENGAN POLA PENANGANAN MENYELURUH. PENANGANAN MASALAH BANJIR MERUPAKAN KOMPONEN DARI PENGEMBANGAN SDA DALAM SATU SISTEM WILAYAH SUNGAI. DANA BERASAL DARI APBN MENURUT AZAS DEKONSENTRASI. CONTOH: PWS BENGAWAN SOLO, PWS BRANTAS, PWS CITANDUY, PWS CIMANUK, PWS CILIWUNG-CISADANE, PWS JENEBERANG, PWS CIUJUNG- CILIMAN, PWS SEPUTIH-SEKAMPUNG

2. SETELAH 1994 PROYEK PPs DAN PPS DILEBUR KEDALAM PROYEK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DAN PENGENDALIAN BANJIR (PSAPB), DENGAN DANA APBN MENURUT AZAS DEKONSENTRASI. KEGIATAN UTAMA PROYEK ADALAH MEMBANGUN PRASARANA DAN SARANA FISIK PENGENDALI BANJIR, TERMASUK MENANGANI OPERASI DAN PEMELIHARAAN. SAAT INI NAMA PROYEK TELAH BERUBAH LAGI II. PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING) PENANGGULANGAN BANJIR MERUPAKAN BAGIAN DARI KEGIATAN SATKORLAK DAN SATLAK PENANGGULANGAN BENCANA, YANG MERUPAKAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEMDA. PERAN PROYEK ADALAH MEMBANTU/MENUNJANG PEMDA.

II.3. BERBAGAI PERTANYAAN, PERNYATAAN DAN POLEMIKYANG SERING MUNCUL DI MASYARAKAT


1. Mengapa para tukang Insinyur tidak bisa menangani masalah banjir dengan tuntas?

2. Kapankah DKI Jakarta bebas banjir? Berapa dana yang diperlukan?

3. Berbagai proyek pengendali banjir telah dilaksanakan, tetapi kenapa tetap saja ada masalah banjir, dan mengapa malah meningkat?

4. Bukankah masalah banjir itu justru“dipelihara” oleh si tukang Insinyur agar pekerjaannya tidak segera habis?

5. Pengendalian banjir dengan perioda ulang 25 tahunan, tetapi mengapa proyek baru saja selesai telah terjadi banjir lagi?

1. Mengapa para tukang Insinyur tidak bisa menangani masalah banjir dengan tuntas?

2. Kapankah DKI Jakarta bebas banjir? Berapa dana yang diperlukan?

3. Berbagai proyek pengendali banjir telah dilaksanakan, tetapi kenapa tetap saja ada masalah banjir, dan mengapa malah meningkat?

4. Bukankah masalah banjir itu justru“dipelihara” oleh si tukang Insinyur agar pekerjaannya tidak segera habis?

5. Pengendalian banjir dengan perioda ulang 25 tahunan, tetapi mengapa proyek baru saja selesai telah terjadi banjir lagi?

BINGUNG? PUSIII..NG?



6.Bangunan yang dibuat masyarakat telah mengikuti/diatas “peil banjir”, tetapi mengapa tidak bebas banjir?

7.Bukankah banjir di DKI Jakarta akibat adanya “kiriman” banjir dari Jawa Barat?

8.Pernyataan di berbagai iklan real estat yang terletak di dataran banjir, bahwa dagangannya “bebas banjir sampai tua”

9.Kebingungan para pakar banjir di Amerika Serikat dengan pernyataannya:”The floods that devastated the Mississippi and Missouri river valleys in 1993 have created two questions: Is our approach to flood control correct? And where do we go from here?”

6.Bangunan yang dibuat masyarakat telah mengikuti/diatas “peil banjir”, tetapi mengapa tidak bebas banjir?

7.Bukankah banjir di DKI Jakarta akibat adanya “kiriman” banjir dari Jawa Barat?

8.Pernyataan di berbagai iklan real estat yang terletak di dataran banjir, bahwa dagangannya “bebas banjir sampai tua”

9.Kebingungan para pakar banjir di Amerika Serikat dengan pernyataannya:”The floods that devastated the Mississippi and Missouri river valleys in 1993 have created two questions: Is our approach to flood control correct? And where do we go from here?”

BINGUNG? PUSIII..NG?

II.4. BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (1)II.4. BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (1)

1. TERMINOLOGI BEBAS BANJIR

KONDISI BEBAS BANJIR SECARA MUTLAK TIDAK MUNGKIN DICAPAI, SELAMA BANGUNAN/KEGIATAN YANG DIMAKSUD BERADA DI DATARAN BANJIR. UPAYA APAPUN YANG DILAKSANAKAN TIDAK MUNGKIN MEMBEBASKAN DATARAN BANJIR DARI RESIKO/KEMUNGKINAN TERGENANG BANJIR

2. KETENTUAN TENTANG PEIL BANJIR

AGAR AMAN/TERBEBAS DARI GENANGAN BANJIR, KONON PEMBANGUNAN RUMAH DSB. DIHARUSKAN MENGIKUTI RENCANA TATA RUANG DAN PEIL BANJIR. KETENTUAN INI DAPAT MENYESATKAN/MISLEADING BAGI MASYARAKAT KARENA TIDAK DISERTAI PENJELASAN TENTANG BESARAN BANJIR DAN RESIKO YANG MASIH ADA. MEREKA YANG TELAH MENGIKUTI KETENTUAN TSB. TENTU BERANGGAPAN BAHWA BANGUNANNYA BEBAS BANJIR SECARA MUTLAK.

51 LOKASI PROYEK REAL ESTAT DI JABOTABEK YANG DIKEMBANGKAN OLEH ANGGOTA REI DAN TERGENANG BANJIR (KOMPAS 23/02/2002), DEMIKIAN PULA KAWASAN PERKANTORAN, HOTEL, PERTOKOAN DAN PERUMAHAN DI BERBAGAI WILAYAH DI DKI JAKARTA SEPERTI DI TANJUNG DUREN, GROGOL, TOMANG, SETIABUDI, SUNTER, KELAPA GADING, PLUIT, KODAMAR, DSB. YANG TERGENANG BANJIR JANUARI/FEBRUARI 2002), TENTUNYA TELAH MENGIKUTI KETENTUAN PEIL BANJIR, NAMUN NYATANYA MASIH “KELELEB” JUGA.

DI MALAYSIA TERDAPAT KETENTUAN BAHWA LANTAI BANGUNAN HARUS LEBIH TINGGI DARI MUKA AIR BANJIR 100 TAHUNAN; BERARTI BANGUNAN AKAN TERBEBAS DARI GENANGAN SAMPAI BANJIR 100 TAHUNAN, DAN BILA TERJADI BANJIR YANG LEBIH BESAR, BANGUNAN TETAP AKAN TERGENANG.

II.4.BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (2)II.4.BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (2)

3. PENGERTIAN DATARAN BANJIR

MENURUT PERMEN PU NO: 63/PRT/1993, DATARAN BANJIR YANG MERUPAKAN DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DITETAPKAN BERDASARKAN DEBIT BANJIR SEKURANG-KURANGNYA UNTUK PERIODA ULANG 50 TAHUNAN TANPA TANGGUL.

REAL ESTAT, PERTOKOAN, PERKANTORAN, HOTEL DAN PERUMAHAN YANG “KELELEB” TERSEBUT DIATAS JELAS BERADA DI LAHAN YANG BERUPA

DATARAN BANJIR. REAL ESTAT YANG DISANGKA MENIMBULKAN MASALAH BANJIR KARENA

MEMPERKECIL RESAPAN, BILA MENGACU PADA KETENTUAN DI MALAYSIA SEBENARNYA MEMPUNYAI MASALAH YANG JAUH LEBIH SERIUS; DEMIKIAN PULA DENGAN PERKANTORAN, HOTEL, PERTOKOAN DAN PERUMAHAN YANG TERLANJUR DIDIRIKAN DIATAS PERMUKAAN TANAH YANG BERADA DI DATARAN BANJIR; KARENA MEREKA HARUS MENYESUAIKAN KETINGGIAN LANTAI BANGUNANNYA AGAR BEBAS BANJIR SAMPAI DENGAN BANJIR 50 TAHUNAN ATAU LEBIH (DISEBUT FLOOD PROOFING).

4. PENGERTIAN PERIODA ULANG BANJIR

CARA MENGGAMBARKAN BESARAN DEBIT BANJIR DENGAN PERIODA ULANG (RETURN PERIOD) SERING KALI MENYESATKAN (MISLEADING). CONTOH: DEBIT BANJIR SUNGAI X UNTUK PERIODA ULANG 25 TAHUNAN ADALAH SEBESAR 1.000 M3/DT DAN PERIODA ULANG 100 TAHUNAN SEBESAR 2.500 M3/DT. DEBIT SEBESAR 1.000 M3/DT ITU DIANGGAP AKAN TERJADI DI SUNGAI X SETIAP 25 TAHUN SEKALI. DENGAN ANGGAPAN ITU MAKA BILA TANGGUL SUNGAI X DIBANGUN DENGAN DEBIT BANJIR RENCANA SEBESAR 1.000 M3/DT, MAKA SELAMA 25 TAHUN MEREKA YANG DILINDUNGI TANGGUL MERASA AMAN/TIDAK PERLU KHAWATIR AKAN DATANGNYA DEBIT BANJIR YANG LEBIH BESAR MISALNYA BANJIR 100 TAHUNAN, KARENA DEBIT SEBESAR 2.500 M3/DT AKAN TERJADI SETIAP 100 TAHUN SEKALI. PENGERTIAN SEPERTI INI 100% SALAH.

PENGERTIAN YANG BENAR ADALAH: UNTUK SETIAP TAHUN, KEMUNGKINAN TERJADINYA DEBIT BANJIR YG SAMA ATAU LEBIH BESAR DARI 1.000 M3/DT DI SUNGAI X ADALAH SEBESAR 4 PERSEN; DAN UNTUK SETIAP TAHUN, KEMUNGKINAN TERJADINYA DEBIT BANJIR YG SAMA ATAU LEBIH BESAR DARI 2.500 M3/DT ADALAH SEBESAR 1 PERSEN. DENGAN DEMIKIAN PADA SETIAP TAHUN DEBIT BANJIR DENGAN BESARAN BERAPAPUN KEMUNGKINAN BISA TERJADI. OLEH KARENA ITU DENGAN ADANYA TANGGUL, MASYARAKAT HARUS TETAP WASPADA KARENA KAPASITAS TANGGUL YANG TERBATAS DAN SELALU TERDAPAT KEMUNGKINAN TERLAMPAUI OLEH DEBIT BANJIR YANG LEBIH BESAR. SEHUBUNGAN DENGAN ITU PULA, BANGUNAN TANGGUL TIDAK DAPAT MENGUBAH STATUS DATARAN BANJIR.

II.4 BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (3)II.4 BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (3)

5. TERMINOLOGI BANJIR KIRIMAN

ISTILAH BANJIR KIRIMAN TELAH TERLANJUR POPULER, NAMUN SECARA TEKNIS TERMINOLOGI TERSEBUT TIDAK DIKENAL . BILA DEFINISI BANJIR SEPERTI YANG DIRUMUSKAN OLEH ICID, MAKA AIR YANG MELUAP DARI PALUNG SUNGAI DAN MENIMBULKAN GENANGAN SUDAH PASTI BERASAL DARI TEMPAT LAIN DAN BUKAN DARI TEMPAT DIMANA SUNGAI TERSEBUT MELUAP; JADI TIDAK PERLU DITAMBAH KATA “KIRIMAN” SELAIN MENYESATKAN, DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL POLITIS,PENGGUNAAN ISTILAH INI DAPAT MENYULUT KONFLIK ANTAR DAERAH/ANTAR WILAYAH, KARENA DAERAH YANG DI HULU SELALU DIANGGAP MENGIRIM MASALAH BANJIR KE DAERAH YANG BERADA DI HILIRNYA. GENANGAN YANG TERJADI PADA UMUMNYA DISEBABKAN OLEH BANJIR (LUAPAN SUNGAI) DAN AKIBAT HUJAN/GENANGAN LOKAL/SETEMPAT YANG TIDAK LANCAR MENGALIR MASUK KE SALURAN.

II.4. BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (4)II.4. BEBERAPA PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI YANG PERLU DIKOREKSI (4)

DEBIT BANJIR 100 TAHUNAN

GS

MALAYSIAMALAYSIA

DATARAN BANJIR

DATARAN BANJIRGS

GS

TANGGUL

INDONESIA /JAKARTAINDONESIA /JAKARTA

DEBIT BANJIR > 50 TAHUNAN

THE “KODOK” HOTEL SETIABUDI

“AMPIBI”REAL ESTAT

KP.MELAYU, BIDARA CINA

DEBIT/ALIRAN NORMAL

DEBIT/ALIRAN BANJIR

GS

SISWOKO

DEBIT BANJIR 100 TAHUNAN

GS

MALAYSIAMALAYSIA

DATARAN BANJIR

DATARAN BANJIR

GS GS

INDONESIA / BANDUNG SELATANINDONESIA / BANDUNG SELATAN

DEBIT BANJIR > 50 TAHUNAN

BALE “KODOK” NAN ENDAH BANDUNG SELATAN

DEBIT/ALIRAN NORMAL

DEBIT/ALIRAN BANJIR

GS

SISWOKO

SUNGAI CITARUM HULU

II.5. MASALAH TEKNIS (1)II.5. MASALAH TEKNIS (1)

1. DATARAN BANJIR BERKEMBANG/DIKEMBANGKAN MENJADI KAWASAN BUDIDAYA: PERMUKIMAN/PERKOTAAN, INDUSTRI, PERTANIAN, DSB TANPA MEMPERTIMBANGKAN ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR.

2. SEHUBUNGAN DGN BUTIR 1, KAWASAN YANG MENGALAMI MASALAH BANJIR MELUAS

DARI TAHUN KE TAHUN (PELITA I: 750.000 HA, PELITA III: 1.370.000 HA, PELITA V: 1.750.000 HA); DENGAN BOBOT MASALAH YANG SEMAKIN MENINGKAT.

3. TERJADINYA PERUBAHAN WATAK BANJIR (DEBIT BANJIR SEMAKIN MEMBESAR); MENURUNKAN KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR YANG ADA (CONTOH: Q-100 TAHUNAN SUNGAI CILIWUNG DI MANGGARAI: 370 M3/DT PADA TH 1973 (NEDECO) MENJADI 570 M3/DT PADA TH 1996 (JICA)

4. UPAYA STRUKTUR/SISTEM PENGENDALI BANJIR DAN DRAINASE HANYA UNTUK MENGENDALIKAN BANJIR S/D BESARAN BANJIR TERTENTU (SISTEM PENGENDALI BANJIR DENGAN DEBIT BANJIR RENCANA 5-100 TAHUNAN, DAN SISTEM DRAINASE 2-10 TAHUNAN), DAN BUKAN BANJIR YANG TERBESAR. SISTEM YG ADA PADA UMUMNYA BELUM DISIAPKAN UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA DEBIT BANJIR YANG LEBIH

BESAR DALAM RANGKA FLOOD DAMAGE MANAGEMENT, TERMASUK SOP-NYA

5. PEMBANGUNAN BENDUNGAN DENGAN BANJIR PMF MENSYARATKAN ADANYA DAM BREAK ANALYSIS; NAMUN PERSYARATAN ITU TIDAK BERLAKU UNTUK TANGGUL, PADA HAL RESIKO TERJADINYA KERUSAKAN/BOBOL PADA TANGGUL JAUH LEBIH BESAR

II.5. MASALAH TEKNIS (2)II.5. MASALAH TEKNIS (2)

6. TERDAPATNYA KERANCUAN ANTARA SISTEM PENGENDALI BANJIR DAN SISTEM DRAINASE DI KAWASAN PERMUKIMAN/PERKOTAAN

7. PERENCANAAN DAN PENGOPERASIAN SISTEM PENGENDALI BANJIR TERMASUK PRAKIRAAN DAN PERINGATAN DINI TIDAK TEPAT DAN AKURAT AKIBAT TERBATASNYA DATA DAN INFORMASI YANG BENAR DAN BERLANJUT

8. TERBATASNYA IPTEK YANG MENUNJANG PEREKAYASAAN DI BIDANG SUNGAI

SEHINGGA SERING TERJADI KESALAHAN DAN KEGAGALAN AKIBAT PENDEKATAN YANG KELIRU. NAMUN KESALAHAN DAN KEGAGALAN (PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN O/P) PADA UMUMNYA SELALU DIANGGAP AKIBAT ALAM (BENCANA ALAM); YANG SECARA TIDAK LANGSUNG MENGHAMBAT BAHKAN MENGHENTIKAN LAJU PENGEMBANGAN TEKNIK PEREKAYASAAN DI BIDANG SUNGAI.

9. PEMBANGUNAN (PERMANEN) PRASARANA DAN SARANA PENGENDALI BANJIR SERING KALI MENGGUNAKAN MEKANISME PENANGANAN DARURAT/MENDESAK AKIBAT TERJADINYA BENCANA ALAM, SEHINGGA KUALITAS PEKERJAAN RENDAH. HAL TSB TERJADI KARENA MEKANISME PENANGANAN, KRITERIA DAN BATASAN BENCANA ALAM YANG BELUM JELAS

10. KARAKTER SUNGAI YANG SPESIFIK DAN DINAMIS SERTA TERBATASNYA LITBANG UNTUK MENUNJANG PEREKAYASAAN DI BIDANG INI MENIMBULKAN HASIL REKAYASA YANG KURANG EFEKTIF DAN EFISIEN

11. KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR SEMAKIN MENURUN AKIBAT TERBATASNYA

KEGIATAN O&P, PEMANTAUAN, SERTA TERJADINYA PERUBAHAN WATAK BANJIR

II.6. MASALAH NONTEKNIS (1)II.6. MASALAH NONTEKNIS (1)

1. BELUM TERDAPAT KESAMAAN PERSEPSI DAN PENGERTIAN DI KALANGAN STAKEHOLDERS (PEMERINTAH, MASYARAKAT/LSM, SWASTA) MENYANGKUT BANJIR,

MASALAH BANJIR DAN UPAYA MENGATASINYA SEHINGGA MENGAKIBATKAN KONTRA PRODUKTIF TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PENANGANAN MASALAH.

2. BELUM DIFAHAMINYA FENOMENA ALAM YANG DINAMIS MENIMBULKAN TERJADINYA KERANCUAN, KESALAH FAHAMAN, SIMPANG SIUR DAN MISLEADING YANG ANTARA LAIN DAPAT MEMICU TIMBULNYA CLASS ACTION.

BEBERAPA ISTILAH DAN PENGERTIAN YANG ADA DI MASYARAKAT RANCU A.L: PERIODA ULANG BANJIR, PEIL BANJIR, BEBAS BANJIR, BANJIR KIRIMAN, DSB.

3. MASYARAKAT DI DATARAN BANJIR BELUM MEMAHAMI DAN MENYADARI ADANYA RESIKO

TERGENANG BANJIR YANG BISA TERJADI KAPAN SAJA SEHINGGA TIDAK SIAP BILA SEWAKTU-WAKTU TERJADI BANJIR

4. MASYARAKAT BELUM MEMAHAMI KINERJA SISTEM PENGENDALI BANJIR DAN DRAINASE YANG TERBATAS, SEHINGGA TERJADI OVER CONFIDENCE DAN OVER INVESTMENT PEMBANGUNAN DI DATARAN BANJIR, SERTA TIDAK SIAP MENGHADAPI BENCANA YANG MASIH BISA TERJADI (PADA SAAT SISTEM TIDAK BERFUNGSI AKIBAT RUSAK DAN/ATAU LUMPUH KARENA KAPASITASNYA TERLAMPAUI), KAPAN SAJA.

5. SOP/MANUAL PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING) TERMASUK TANGGAP DARURAT(EMERGENCY ACTIONS) MASIH RANCU; DEMIKIAN PULA MEKANISME

KOORDINASI DAN PERAN SETIAP STAKEHOLDERS BELUM JELAS

II.6. MASALAH NONTEKNIS (2)II.6. MASALAH NONTEKNIS (2)

6. TERDAPAT POTENSI KONFLIK ANTAR DAERAH SEHUBUNGAN DENGAN BATAS ADMINISTRASI YANG BERBEDA DENGAN BATAS DAS/DPS ATAU WILAYAH SUNGAI. BELUM ADA PENGATURAN YANG JELAS YANG DIKAITKAN DENGAN PELAKSANAAN

OTONOMI DAERAH, TERMASUK SISTEM TRADE OFF ANTARA PEMANFAATAN DI HILIR DAN KONSERVASI DI HULU.

7. PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA FISIK PENGENDALI BANJIR BELUM DIIKUTI DENGAN PEMBENTUKAN INSTITUSI PENGELOLA YANG BERSIFAT PERMANEN DENGAN SUMBER DANA O&P YANG JELAS SEHINGGA TERJADI PROYEK YANG NEVER ENDING/MENERUS

8. PENGGALIAN DANA O&P PRASARANA DAN SARANA FISIK DARI PENERIMA MANFAAT (BENEFICIARIES) BELUM DILAKUKAN; KEMUNGKINAN AKAN MENGALAMI KESULITAN KARENA PRASARANA DAN SARANA TIDAK DAPAT MENJAMIN BEBAS BANJIR

9. MASALAH BANJIR SEMAKIN MENINGKAT, NAMUN SEBALIKNYA SUMBER DAYA MANUSIA YANG SPESIALIS DAN PROFESIONAL DI BIDANG INI SEMAKIN LANGKA

10. DOMINASI PEMERINTAH DENGAN PENANGANAN FISIKNYA TELAH MENGIKIS BUDAYA KEMANDIRIAN DAN GOTONG ROYONG DI KALANGAN MASYARAKAT, DAN SEBALIKNYA

TELAH MENIMBULKAN APATISME, KETERGANTUNGAN DAN BAHKAN SERING MUNCUL PERNYATAAN TIDAK PUAS DAN PROTES DARI MASYARAKAT

11. KESADARAN MASYARAKAT DALAM IKUT MENGATASI MASALAH BANJIR MASIH RENDAH; CONTOH: RTRW BANDUNG SELATAN, PERMUKIMAN DI BANTARAN, PERMUKIMAN YANG SEMPITKAN SUNGAI, SAMPAH, OPERASI BENDUNG GERAK SEPERTI HALNYA UNTUK

BENDUNG TETAP, PEMOTONGAN TANGGUL, TANAMAN/RUMAH DI TUBUH TANGGUL, DSB.

12. PENEGAKAN HUKUM DAN PENGAWASAN BELUM BERJALAN DENGAN BAIK

II.7. ANALISIS MASALAH (1) II.7. ANALISIS MASALAH (1)

1. MENINGKATNYA MASALAH BANJIR MERUPAKAN SALAH SATU DAMPAK NEGATIF DARI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN YANG SAMPAI SAAT INI LEBIH MEMENTINGKAN ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN PERHATIAN TERHADAP KELESTARIAN LINGKUNGAN SANGAT KURANG ( PEMBANGUNAN BERPOLA BUSINESS AS USUAL).

TERJADI KETIDAK SERASIAN (COMPATIBILITY) DAN KETIDAK SELARASAN (HARMONY) YANG MENGHASILKAN KETIDAK SEIMBANGAN EKOSISTEM DIMANA UNSUR AIR DAN MANUSIA ADA DI DALAMNYA. RENCANA TATA RUANG MASIH KURANG BERPERAN.

2. PENATAAN RUANG DALAM RANGKA PEMBUDIDAYAAN DATARAN BANJIR BELUM MEMASUKKAN AIR SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS SEHINGGA KURANG MENGANTISIPASI ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR. MASALAH BANJIR SEMAKIN MENINGKAT SEJALAN DENGAN TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA LAHAN DI DATARAN BANJIR MENJADI KAWASAN BUDIDAYA ANTARA LAIN BERUPA KOTA-KOTA BESAR.

PILOT PROJECT PENATAAN DATARAN BANJIR SUNGAI CITARUM HULU (KAWASAN BANDUNG SELATAN) BELUM DAPAT BERJALAN KARENA PIHAK PEMDA LEBIH MENGUTAMAKAN PENDAPATAN DAERAH (PAD)

3. PEMBANGUNAN NASIONAL YANG SELAMA INI DILAKSANAKAN LEBIH MENGUTAMAKAN PENCAPAIAN TARGET FISIK, TERMASUK DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR BERUPA PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA FISIK PENGENDALI BANJIR DAN SISTEM DRAINASE; ASPEK PEMBINAAN DAN PENGATURAN YANG MERUPAKAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN SANGAT KURANG MENDAPAT PERHATIAN

II.7. ANALISIS MASALAH (2)II.7. ANALISIS MASALAH (2)

4. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SAMPAI KINI MASIH MENGANDALKAN UPAYA KONVENSIONAL/TRADISIONAL YANG BERUPA REKAYASA STRUKTUR DI SUNGAI (IN-STREAM) YANG MEMPUNYAI KETERBATASAN, BERSIFAT REPRESIF DENGAN MENERAPKAN POLA “PEMADAMAN KEBAKARAN” YANG KURANG MENYENTUH AKAR PERMASALAHAN, SERTA TIDAK DIDASARKAN ATAS KONSEP PENANGANAN YANG UTUH DAN MENYELURUH.

TERBATASNYA IPTEK, LITBANG DAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG MEMAHAMI MASALAH DI BIDANG INI BERPENGARUH TERHADAP PENETAPAN KEBIJAKAN TERSEBUT

5. PEMERINTAH SANGAT KURANG DALAM MENANGANI ASPEK PENGATURAN (REGULASI) YANG MERUPAKAN TUGAS POKOKNYA, DAN LEBIH TERFOKUS PADA KEGIATAN PEMBANGUNAN FISIK

6. SUMBER TERJADINYA MASALAH BANJIR YANG DOMINAN ADALAH PENGARUH KEGIATAN MANUSIA BAIK DI DATARAN BANJIR MAUPUN DI DAS; NAMUN MASYARAKAT DAN SWASTA BELUM BANYAK TERLIBAT/DILIBATKAN. TERBATASNYA PEMAHAMAN MASYARAKAT A.L MERUPAKAN PENGHAMBAT UTAMA BAGI TUMBUHNYA KESADARAN UNTUK IKUT BERPERAN.

7. UPAYA MENGATASINYA MASALAH BANJIR SAMPAI SAAT INI TIDAK SEIMBANG DENGAN

LAJU PENINGKATAN MASALAH YANG TERUS MENINGKAT DARI TAHUN KE TAHUN. UNTUK ITU DIPERLUKAN PENYEMPURNAAN ATAS KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA

MENGATASI MASALAH BANJIR YANG TELAH ADA.

KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR KE DEPAN

1. POLA PIKIR UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR

2. GOOD GOVERNANCE DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR

3. PENANGANAN MASALAH BANJIR DI NEGARA LAIN

4. KEBIJAKAN MENGATASI MASALAH BANJIR

5. STRATEGI MENGATASI MASALAH BANJIR

6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS

7. UPAYA YANG BERSIFAT NONTEKNIS

III.1. POLA PIKIR UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR

III.1. POLA PIKIR UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR

PENANGANAN MASALAH BANJIR SAMPAI SAAT INI (raw input)

LINGKUNGAN STRATEGIS(environmental input)1.Global2.Nasional HAM, Desentralisasi Demokratisasi, Good Governance Ancaman Disintegrasi

PARADIGMA(instrumental input)1.Pancasila & UUD 452 GBHN 3.UU 11/19744.UU 22/19995.PP 25/2000,PP35/91

BANJIR YANG TIDAK BERMASALAH (output)

MASYARAKAT SEJAHTERA (outcome)

SUBYEK

MasyarakatSwastaPemerintah

OBYEK

MasalahBanjir

METODAMenyeluruh Preventif RepresifTerpaduPeran Masy dominan

III.2. GOOD GOVERNANCE DALAM MENGATASI MASALAH BANJIRIII.2. GOOD GOVERNANCE DALAM MENGATASI MASALAH BANJIR

1. GOOD GOVERNANCE, MENURUT UNDP: HUBUNGAN YANG SINERGIS DAN KONSTRUKTIF DIANTARA MASYARAKAT SWASTA PEMERINTAH

2. TERJADINYA MASALAH BANJIR DAN UPAYA MENGATASINYA TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DENGAN PERAN MASYARAKAT. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR MERUPAKAN DOMAIN BERSAMA ANTARA MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH. PERAN PEMERINTAH YANG POKOK SEBAGAI REGULATOR DAN FASILITATOR

3. PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM RANGKA MENGATASI MASALAH BANJIR• MELIBATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MULAI DARI PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN O&P (MANAGEMENT BY THE PEOPLE)• MEMPUNYAI KEPASTIAN HUKUM DALAM SETIAP ASPEK PENGATURAN (PENATAAN RUANG, SEMPADAN SUNGAI, PERIZINAN, DSB)• TERBUKA DALAM SETIAP TINDAKAN. SEGALA UPAYA DAN LANGKAH YANG DITEMPUH DIKOMUNIKASIKAN DENGAN MASYARAKAT. MASYARAKAT SEDAPAT MUNGKIN/HARUS MEMAHAMI DAN MENYADARI BAHWA MASALAH BANJIR MERUPAKAN MASALAH BERSAMA, SEHINGGA TUMBUH HASRAT DARI MASYARAKAT UNTUK BERPERAN • MENJUNJUNG TINGGI KESEPAKATAN. SIAPA MENANGANI APA HARUS JELAS, BAIK DIANTARA PEMERINTAH, MASYARAKAT DAN SWASTA; MAUPUN DIANTARA BERBAGAI INSTANSI PEMERINTAH YANG TERKAIT• MEMILIKI AZAS KEADILAN, • KEGIATAN PENANGANAN MASALAH BANJIR YANG AKAN DIKERJAKAN HARUS MELEWATI KAJIAN YANG MENDALAM SEHINGGA MERUPAKAN SOLUSI YANG EFEKTIF DAN EFISIEN• MEMILIKI AKUNTABILITAS. SEGALA UPAYA YANG DILAKSANAKAN HARUS DAPAT DIPERTANGGUNG JAWABKAN KEPADA PUBLIK

III.3. PENANGANAN MASALAH BANJIR DI BEBERAPA NEGARA LAINIII.3. PENANGANAN MASALAH BANJIR DI BEBERAPA NEGARA LAIN

JEPANGYANG LALU: PENGENDALIAN BANJIR MENGANDALKAN UPAYA STRUKTUR.

PESATNYA PEMBANGUNAN DI DATARAN BANJIR, RESIKO/BENCANA MENINGKATSAAT INI: MENYELURUH, UPAYA GABUNGAN STRUKTUR DAN NONSTRUKTUR TERMASUK LOLA DAS

MASYARAKAT IKUT BERPERAN

JEPANGYANG LALU: PENGENDALIAN BANJIR MENGANDALKAN UPAYA STRUKTUR.

PESATNYA PEMBANGUNAN DI DATARAN BANJIR, RESIKO/BENCANA MENINGKATSAAT INI: MENYELURUH, UPAYA GABUNGAN STRUKTUR DAN NONSTRUKTUR TERMASUK LOLA DAS

MASYARAKAT IKUT BERPERAN

INDIAYANG LALU: PENGEND. BANJIR DGN STRUKTUR (TANGGUL)

MASALAH BANJIR MENINGKAT AKIBAT PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN PEMBUDIDAYAAN DATARAN BANJIR YANG BELUM DISESUAIKAN DGN ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR.

SAAT INI: MENYELURUH DGN MENGUTAMAKAN NONSTRUKTUR (FLOOD-PLAIN MNGM,FLOOD PROOFING, FFWS, KAMPANYE LIVING WITH THE FLOOD)

INDIAYANG LALU: PENGEND. BANJIR DGN STRUKTUR (TANGGUL)

MASALAH BANJIR MENINGKAT AKIBAT PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN PEMBUDIDAYAAN DATARAN BANJIR YANG BELUM DISESUAIKAN DGN ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR.

SAAT INI: MENYELURUH DGN MENGUTAMAKAN NONSTRUKTUR (FLOOD-PLAIN MNGM,FLOOD PROOFING, FFWS, KAMPANYE LIVING WITH THE FLOOD)

CINAMENGANDALKAN UPAYA STRUKTUR (TANGGUL)

SUNGAI MENGALAMI AGRADASI HEBAT, M.A. BANJIR JAUH DIATAS LAHAN, TANGGUL TUMBUHBIAYA DARI PUSAT DIBANTU DAERAH, DICOBA MENDAPATKAN BIAYA DARI

MASYARAKAT PEMANFAAT, A.L LEWAT IURAN

CINAMENGANDALKAN UPAYA STRUKTUR (TANGGUL)

SUNGAI MENGALAMI AGRADASI HEBAT, M.A. BANJIR JAUH DIATAS LAHAN, TANGGUL TUMBUHBIAYA DARI PUSAT DIBANTU DAERAH, DICOBA MENDAPATKAN BIAYA DARI

MASYARAKAT PEMANFAAT, A.L LEWAT IURAN

MALAYSIASAAT INI: MASALAH BANJIR MENINGKAT TERUTAMA DI KAWASAN PERKOTAAN

UPAYA STRUKTUR TIDAK CUKUP, LEBIH EFEKTIF KOMBINASI STRUKTUR DAN NON-STRUKTURDENGAN PENDEKATAN RIVER BASIN.

MELIBATKAN BERBAGAI DISIPLIN ILMU SERTA BERBAGAI SEKTOR TERKAIT DAN MASYARAKAT.KAMPANYE MENCINTAI SUNGAI

MALAYSIASAAT INI: MASALAH BANJIR MENINGKAT TERUTAMA DI KAWASAN PERKOTAAN

UPAYA STRUKTUR TIDAK CUKUP, LEBIH EFEKTIF KOMBINASI STRUKTUR DAN NON-STRUKTURDENGAN PENDEKATAN RIVER BASIN.

MELIBATKAN BERBAGAI DISIPLIN ILMU SERTA BERBAGAI SEKTOR TERKAIT DAN MASYARAKAT.KAMPANYE MENCINTAI SUNGAI

PENANGANAN MASALAH BANJIR DI JEPANGPENANGANAN MASALAH BANJIR DI JEPANG

PENGENDALIAN BANJIR

PENGENDALIAN BANJIR UNTUK SUNGAI BESAR: JANGKA PENDEK: DEBIT BANJIR 30-40 TAHUNAN JANGKA PANJANG: DEBIT BANJIR 100-200 TAHUNANPENGENDALIAN BANJIR UNTUK SUNGAI KECIL: JANGKA PENDEK: DEBIT BANJIR 5-10 TAHUNAN JANGKA PANJANG: DEBIT BANJIR 30-100 TAHUNAN

GROWING RISK OF FLOODS

“URBANIZATION IN JAPAN HAS TAKEN PLACE MAINLY ON ALLUVIAL PLAINS PRONE TO FLOODS.

WITH THE PROGRESS OF URBANIZATION, THE RETENTION AND DETENTION FUNCTIONS OF RIVER BASINS WERE GRADUALLY LOST, WHILE AT THE SAME TIME FLOOD DISCHARGES IN RIVER CHANNELS HAVE INCREASED, THEREBY INCREASING THE RISKS OF FLOOD DAMAGE. AS HILLS AND MOUNTAINS HAVE BEEN DEVELOPED, DAMAGE POTENTIAL OF SEDIMENT FLOWS INCLUDING DEBRIS FLOWS, LANDSLIDES AND STEEP SLOPE FAILURES HAS INCREASED RAPIDLY”

“IRONICALLY, INCREASED SAFETY FROM FLOODS HAS LED TO FURTHER CONCENTRATION OF CITY FUNCTIONS AND HOUSING ON FLOODPLAINS, RESULTING IN HIGHER DAMAGE POTENTIAL. ECONOMIC DAMAGE DUE TO FLOODS, THEREFORE, REMAINS”

“SHORT TERM TARGET LEVEL OF SAFETY, PARTICULARLY IN URBAN AREAS BE ACHIEVED AS SOON AS POSSIBLE. IT IS ALSO NECESSARY TO MINIMIZE DAMAGE DUE TO FLOODS THAT ARE BEYOND THE CONTROL BY FACILITIES”. SUMBER: THE RIVER LAW (1999)

KONSEP PENANGANAN MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUH DI JEPANGKONSEP PENANGANAN MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUH DI JEPANG

PURPOSE OF THE RHINE-ATLAS

THE RESULTS OF THE EFFECTIVE FLOOD PROTECTION OF THE PAST 150 YEARS AND OF INCREASINGLY DENSE URBAN SETTLEMENTS IN THE RHINE VALLEY ARE THAT PEOPLE ARE LESS AND LESS AWARE OF LIVING IN AREAS AT RISK OF FLOODING.

THE PREVENTIVE EVACUATION MEASURES IN THE NETHERLANDS DURING THE FLOODS IN JANUARY 1995, THE NUMEROUS DIKE BREACHES ALONG THE R. ODRA IN THE SUMMER OF 1997, ALONG THE R. DANUBE IN 1999 AND THE R. VISTULA IN THE SUMMER OF 2001 HAVE AGAIN HIGHLIGHTED THAT NATURE CANNOT BE CONTROLLED AND THAT HIGHER FLOODS THAN THOSE OBSERVED SO FAR AND AN OVERTOPPING OR A FAILURE OF HYDRAULIC PROTECTION STRUCTURES CANNOT BE EXCLUDED. THE RESIDUAL RISK OF FLOODING SUBSISTS LATENTLY

THE TARGET OF THE ATLAS AT HAND IS TO DRAW THE ATTENTION OF THE CITIZENSAFFECTED ALONG THE RHINE AND IN THE RHINE VALLEY TO THIS RESIDUAL RISK. THIS ATLAS IS PART OF THE RHINE ACTION PLAN REPRESENTING MAPS OF THE INUNDATED AREAS AND AREAS OF ECOLOGICAL IMPORTANCE IN THE RHINE VALLEY

III.4. KEBIJAKAN MENGATASI MASALAH BANJIR III.4. KEBIJAKAN MENGATASI MASALAH BANJIR

YANG DIHARAPKAN:

PENANGANAN MASALAH BANJIR BENAR-BENAR DIRASAKAN MANFAATNYA BAGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.

YANG DIHARAPKAN:

PENANGANAN MASALAH BANJIR BENAR-BENAR DIRASAKAN MANFAATNYA BAGI PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.

PENANGANAN MASALAH BANJIR SAMPAI SAAT INI

MASALAH: TEKNIS, NON-TEKNIS,ANALISIS MASALAH

PENANGANAN MASALAH BANJIR SAMPAI SAAT INI

MASALAH: TEKNIS, NON-TEKNIS,ANALISIS MASALAH

KEBIJAKAN:TUJUAN: TERWUJUDNYA SLRH. AKTIV MASY DI DAS/DPS/WS YG HARMONIS DGN FENOMENA ALAM/BANJIR

ARAH: UPAYA MENYELURUH: KOMBINASI STRUKTUR DAN NONSTRUKTUR, TERPADU DENGAN PENDAYAGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DAN SUMBER AIR

DALAM SATU DAS/DPS/WILAYAH SUNGAI.LIBATKAN MASYARAKAT, SWASTA, PEMERINTAH

STRATEGI:UPAYA:

TEKNIS DAN NON-TEKNIS

KEBIJAKAN:TUJUAN: TERWUJUDNYA SLRH. AKTIV MASY DI DAS/DPS/WS YG HARMONIS DGN FENOMENA ALAM/BANJIR

ARAH: UPAYA MENYELURUH: KOMBINASI STRUKTUR DAN NONSTRUKTUR, TERPADU DENGAN PENDAYAGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DAN SUMBER AIR

DALAM SATU DAS/DPS/WILAYAH SUNGAI.LIBATKAN MASYARAKAT, SWASTA, PEMERINTAH

STRATEGI:UPAYA:

TEKNIS DAN NON-TEKNIS

LINGSTRA:DEMOKR, GOOD GOVERN,

DESENTRALISASI, HAM

LINGSTRA:DEMOKR, GOOD GOVERN,

DESENTRALISASI, HAM

PARADIGMA BARU:GBHN, UU22/99, UU25/99,

PP25/2000

PARADIGMA BARU:GBHN, UU22/99, UU25/99,

PP25/2000

III.5. STRATEGI MENGATASI MASALAH BANJIR (1)III.5. STRATEGI MENGATASI MASALAH BANJIR (1)

1. TERWUJUDNYA PEMANFAATAN RUANG UNTUK MEMENUHI BERBAGAI KEPENTINGAN MASYARAKAT SECARA HARMONIS (TERPADU, SERASI, SELARAS, SEIMBANG) SEHINGGA TERJADI HUBUNGAN YANG SERASI DAN SELARAS ANTARA MANUSIA DENGAN

LINGKUNGAN HIDUPNYA.

2. TERDAPATNYA KESERAGAMAN PEMAHAMAN YANG MENYANGKUT BANJIR, MASALAH BANJIR DAN BERBAGAI UPAYA UNTUK MENGATASINYA BAIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT

3. TERDAPATNYA RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL, PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MENJAMIN TERSELENGGARANYA PEMANFAATAN RUANG DI DATARAN BANJIR DENGAN RESIKO/KERUGIAN AKIBAT TERJADINYA GENANGAN BANJIR SEKECIL MUNGKIN; SERTA PEMANFAATAN RUANG DI DAS YANG TIDAK MENIMBULKAN PERUBAHAN WATAK BANJIR

4. TERDAPATNYA POLA PENANGANAN MASALAH BANJIR YANG SPESIFIK DAN MENYELURUH BERUPA KOMBINASI UPAYA STRUKTUR DAN UPAYA NONSTRUKTUR PADA SETIAP SUNGAI YANG MENIMBULKAN MASALAH BANJIR, YANG DIPADUKAN DENGAN POLA

PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN AIR DAN SUMBER AIR SECARA MENYELURUH DALAM SATU DPS/WILAYAH SUNGAI. POLA TERSEBUT MERUPAKAN HASIL KAJIAN YANG

MENDALAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BERBAGAI ALTERNATIF YANG LAYAK BAIK TEKNIS, EKONOMIS, SOSIAL DAN LINGKUNGAN.

III.5. STRATEGI MENGATASI MASALAH BANJIR (2)III.5. STRATEGI MENGATASI MASALAH BANJIR (2)

5. TERDAPATNYA PENYEMPURNAAN DAN PENINGKATAN MENYANGKUT ASPEK KELEMBAGAAN, KETATALAKSANAAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG TERKAIT

DENGAN PENANGANAN MASALAH BANJIR

5. TERDAPATNYA PENYEMPURNAAN PENANGANAN MASALAH BANJIR YANG TELAH ADA YANG MENYANGKUT ASPEK TEKNIS, KELEMBAGAAN/INSTITUSI PENGELOLA, SERTA

SUMBER DANA UNTUK PEMBANGUNAN DAN O&P YANG JELAS; TERMASUK PENYEMPURNAAN STRUKTUR DAN POLA PENGOPERASIAN SISTEM PENGENDALI BANJIR DALAM RANGKA FLOOD DAMAGE MANAGEMENT YANG DISEPAKATI OLEH SEMUA FIHAK YANG TERKAIT.

6. TERDAPATNYA PEMBAGIAN PERAN YANG JELAS UNTUK MASING-MASING STAKEHOLDERS

DALAM RANGKA MENGATASI MASALAH BANJIR BAIK BERUPA PENGENDALIAN BANJIR (FLOOD CONTROL), PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING), MAUPUN UPAYA NONSTRUKTUR LAINNYA

7. MENINGKATNYA KESIAPAN DAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DAN SWASTA DALAM MENGATASI DAN MENGHADAPI BENCANA BANJIR DENGAN KONSEP MANAGEMENT BY THE PEOPLE DAN BUKAN LAGI MANAGEMENT FOR THE PEOPLE ATAUPUN MANAGEMENT WITH THE PEOPLE

III.6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS (1)III.6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS (1)

1. PENYUSUNAN PEDOMAN PENANGANAN MASALAH BANJIR SECARA MENYELURUH DAN TERPADU (P)

2. PENYUSUNAN PEDOMAN PENGELOLAAN DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN MANAGEMENT) TERMASUK PEMBAGIAN ZONA DATARAN BANJIR (FLOOD PLAIN ZONING), PETA RESIKO BANJIR (FLOOD RISK MAP) SERTA PEDOMAN PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE REGULATION) DI DATARAN BANJIR (P)

3. PENYUSUNAN PEDOMAN UNTUK MELAKUKAN FLOOD PROOFING, PEMBUATAN KOLAM RETENSI (RETENTION PONDS), SUMUR RESAPAN, KOLAM DETENSI (DETENTION PONDS) BAIK KOLEKTIF MAUPUN INDIVIDUAL, LINING PADA SALURAN/SUNGAI YANG LOLOS AIR, DSB. (P)

4. PENINJAUAN KEMBALI PEDOMAN PENANGGULANGAN BANJIR (FLOOD FIGHTING) YANG DILENGKAPI DENGAN SOP (PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR)TANGGAP DARURAT, MEKANISME KERJA DAN KOORDINASI ANTAR PIHAK YANG TERLIBAT, DI TINGKAT

NASIONAL, PROPINSI MAUPUN KABUPATEN/KOTA (P)

P: PEMERINTAH; M: MASYARAKAT; S: SWASTA

III.6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS (2)III.6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS (2)

5. PENINJAUAN KEMBALI POLA PENANGANAN MASALAH BANJIR PADA SETIAP SUNGAI YANG MENIMBULKAN MASALAH BANJIR, AGAR UPAYA PENANGANAN MASALAH BANJIR MENYELURUH YANG MERUPAKAN KOMBINASI ANTARA UPAYA STRUKTUR (IN-STREAM)

DAN NONSTRUKTUR (OFF-STREAM) SERTA TERPADU DENGAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN AIR DAN SUMBER AIR DALAM SATU DAS/DPS/WS. JENIS-JENIS KEGIATAN

DITENTUKAN BERDASARKAN ANALISIS TEKNIS, EKONOMIS, SOSIAL DAN LINGKUNGAN. PENINJAUAN TERMASUK JENIS STRUKTUR DAN POLA PENGOPERASIANNYA UNTUK

MENGANTISIPASI TERJADINYA BANJIR YANG LEBIH BESAR DARI DEBIT BANJIR YANG DIKENDALIKAN, DALAM RANGKA FLOOD DAMAGE MANAGEMENT (P, S, M)

6. PENYIAPAN PETA DATARAN BANJIR PADA SUNGAI-SUNGAI YANG MENIMBULKAN MASALAH BANJIR BERIKUT PEMBAGIAN ZONA DAN POLA PEMANFAATANNYA, DISESUAIKAN DENGAN TINGKAT RESIKO/KERAWANANNYA TERHADAP GENANGAN BANJIR, UNTUK MASUKAN BAGI PENATAAN RUANG.

PEMBAGIAN ZONA A.L MELIPUTI: ZONA YANG TERLARANG BAIK UNTUK PERMUKIMAN MAUPUN UNTUK PRASARANA PENTING LAINNYA; ZONA YANG PERUNTUKANNYA DIATUR (REGULATED ZONE) SEHUBUNGAN DENGAN TERDAPATNYA RESIKO TERGENANG BANJIR; DAN ZONA BEBAS BANJIR (SAMPAI BANJIR PERIODA ULANG 50 TAHUNAN ATAU 100 TAHUNAN).

PILOT PROJECT RENCANA PENGELOLAAN DATARAN BANJIR SUNGAI CITARUM HULU DAPAT DIPAKAI SBG. REFERENSI (P)

7. PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH (NASIONAL, PROPINSI, KABUPATEN/KOTA), DISESUAIKAN DENGAN BUTIR 6 TERSEBUT DIATAS (P)

III.6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS (3)

8. PENINJAUAN KEMBALI PENATAAN RUANG DAN PENYEMPURNAAN UPAYA PENATAAN LAHAN DI DAS HULU SESUAI DENGAN KRITERIA KONSERVASI AIR DAN TANAH DENGAN CARA TEKNIK SIPIL (A.L. ON-SITE STORAGE BERUPA KOLAM DETENSI, KOLAM RETENSI, SUMUR RESAPAN) MAUPUN AGRO TEKNIK (P, S, M)

9. PEMBUATAN MODEL/PERCONTOHAN BERBAGAI REKAYASA YANG HARMONIS DGN LINGKUNGAN DAN MENUNJANG KONSERVASI AIR, SEPERTI RUMAH PANGGUNG, KOLAM DETENSI, KOLAM RETENSI, SUMUR RESAPAN, TERASERING, LINING UNTUK SALURAN DAN SUNGAI YANG TIDAK KEDAP AIR, PERMUKAAN JALAN YANG TIDAK KEDAP AIR, DSB (P)

10 PENINJAUAN KEMBALI PENATAAN RUANG DAN SELURUH AKTIVITAS PEMBUDIDAYAAN DATARAN BANJIR DI REGULATED ZONE, AGAR KERUGIAN AKIBAT GENANGAN BANJIR MENJADI MINIMAL ANTARA LAIIN DENGAN: MELAKSANAKAN FLOOD PROOFING THD BANGUNAN MINIMAL SAMPAI DENGAN BANJIR 50 TAHUNAN SEKALIGUS MENGOREKSI KETENTUAN PEIL BANJIR YANG ADA; PEMILIHAN VARITAS TANAMAN YANG TAHAN GENANGAN; PEMILIHAN MATERIAL BANGUNAN YANG TAHAN AIR; PENGATURAN KEMBALI PEMANFAATAN GEDUNG/BANGUNAN YANG ADA DISESUAIKAN DENGAN ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR; PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN, JALAN LAYANG, DSB (P, S, M)

III.6. UPAYA YANG BERSIFAT TEKNIS (4)

11. PEMASANGAN RAMBU-RAMBU/MONUMEN/PAPAN PERINGATAN (FLOOD WARNING BOARD) DI DATARAN BANJIR YANG MENUNJUKKAN KETINGGIAN GENANGAN BANJIR YANG LALU MAUPUN YANG KEMUNGKINAN BISA TERJADI UNTUK BERBAGAI TINGKAT /BESARAN BANJIR (P)

12. PENINJAUAN KEMBALI SISTEM PRAKIRAAN DAN PERINGATAN DINI YANG DIKAITKAN DENGAN PROSEDUR DAN TATA CARA TANGGAP DARURAT, TERMASUK PENYIAPAN TEMPAT DAN SARANA UNTUK EVAKUASI. (P, S, M)

13. PENGUATAN SISTEM PEMANTAUAN, PENGUMPULAN DAN EVALUASI DATA HIDROLOGI YANG MENYANGKUT SELURUH ASPEK; BAGI KEPERLUAN PERENCANAAN DAN PENGOPERASIAN SISTEM PENGENDALI BANJIR, SERTA PRAKIRAAN DAN PERINGATAN DINI (P)

14. PENGUATAN LITBANG DI BIDANG RIVER ENGINEERING YANG SANGAT LEMAH, AGAR REKAYASA PENGENDALIAN BANJIR EFEKTIF DAN TERHINDAR ADANYA REKAYASA YANG TIDAK EFISIEN (P)

15. PENETAPAN PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA PENANGANAN FISIK AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR SERTA KRITERIA PEKERJAAN YANG MENDESAK/DARURAT (P)

SURVEY &

INVESTIGATION

DATA:• Existing &• Record

SURVEY &

INVESTIGATION

DATA:• Existing &• Record

DESIGN

COMPUTATION,ANALYSIS,• Approach• Assumption• Formulas• One River System

DESIGN

COMPUTATION,ANALYSIS,• Approach• Assumption• Formulas• One River System

OPERATION&

MAINTENANCE• Preventive• Corrective• Emergency

OPERATION&

MAINTENANCE• Preventive• Corrective• Emergency

Prediction ofMorphological

Changes

Prediction ofMorphological

Changes

POSTCONSTRUCTION

• Survey• Monitoring• Evaluation

POSTCONSTRUCTION

• Survey• Monitoring• Evaluation

CO

NS

TR

UC

TIO

N

“SIDCOM” PEKERJAAN DI SUNGAI“SIDCOM” PEKERJAAN DI SUNGAISISWOKO

EVALUASI KERUSAKAN YG TERJADI PADA BANGUNAN DI SUNGAI

KERUSAKANBANGUNAN SUNGAI

KERUSAKANBANGUNAN SUNGAI

EVALUASI TERHADAP *):

• PERENCANAAN TEKNIS• PELAKSANAAN FISIK• AS BUILD DRAWING

• PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN KONDISI LINGKUNGAN ALAM DAN LINGKUNGAN BUATAN

EVALUASI TERHADAP *):

• PERENCANAAN TEKNIS• PELAKSANAAN FISIK• AS BUILD DRAWING

• PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN KONDISI LINGKUNGAN ALAM DAN LINGKUNGAN BUATAN

KESALAHAN MANUSIA(HUMAN ERROR)

KESALAHAN MANUSIA(HUMAN ERROR)

DILUAR KEMAMPUAN MANUSIA

DILUAR KEMAMPUAN MANUSIA

TINDAKAN: ADMINISTRASI

KOREKSI

TINDAKAN: ADMINISTRASI

KOREKSI

AKIBAT BENCANA ALAM/BANJIRAKIBAT BENCANA ALAM/BANJIR

*) CATATAN BELUM ADA KRITERIA YG JELAS;KERUSAKAN SELALU DIANGGAP

SEBAGAI AKIBAT BENCANA ALAMDILUAR KEMAMPUAN MANUSIA

*) CATATAN BELUM ADA KRITERIA YG JELAS;KERUSAKAN SELALU DIANGGAP

SEBAGAI AKIBAT BENCANA ALAMDILUAR KEMAMPUAN MANUSIA

SISWOKO

PENANGANAN AKIBAT

BENCANA ALAM

PENANGANAN AKIBAT

BENCANA ALAM

PENANGANAN KERUSAKAN AKIBAT BENCANA ALAM PENANGANAN KERUSAKAN AKIBAT BENCANA ALAM

KEGIATAN MENDESAKKEGIATAN MENDESAK

KEGIATAN PERMANENKEGIATAN PERMANEN

JENIS KEGIATAN: DARURAT

OLEH: PROYEK/UPR DIDUKUNG MASYARAKAT DANA:BENCANA ALAM/APBN/APBD/RUTIN/MASYARAKAT/SWASTA

PELAKSANAAN: SWAKELOLA ATAU KONTRAK (PENUNJUKAN ATAU PEMILIHAN LANGSUNG)

JENIS KEGIATAN: DARURAT

OLEH: PROYEK/UPR DIDUKUNG MASYARAKAT DANA:BENCANA ALAM/APBN/APBD/RUTIN/MASYARAKAT/SWASTA

PELAKSANAAN: SWAKELOLA ATAU KONTRAK (PENUNJUKAN ATAU PEMILIHAN LANGSUNG)

JENIS KEGIATAN: PERMANENOLEH: PROYEK

DANA: APBN/APBD/SWASTA/MASYARAKATPELAKSANAAN: DILELANGKAN

JENIS KEGIATAN: PERMANENOLEH: PROYEK

DANA: APBN/APBD/SWASTA/MASYARAKATPELAKSANAAN: DILELANGKAN

BENCANA ALAM

BENCANA ALAM

PENELITIAN DAN EVALUASIPENELITIAN DAN EVALUASI

SK. GUBERNUR/BUPATI/WALI KTSK. GUBERNUR/BUPATI/WALI KT SURVAI & INVESTIGASISURVAI & INVESTIGASI

PERENC.TEKNIS & PROGRAMPERENC.TEKNIS & PROGRAM

CATATAN:PRAKTEK YG BERJALAN(SERING MENYIMPANG),KEGIATAN PERMANEN DIPROSES LAYAKNYA

KEGIATAN YG MENDESAK

CATATAN:PRAKTEK YG BERJALAN(SERING MENYIMPANG),KEGIATAN PERMANEN DIPROSES LAYAKNYA

KEGIATAN YG MENDESAK

SISWOKO

PETA RESIKO BANJIR DI DKI JAKARTA UNTUK DEBIT BANJIR 100 TAHUNANPETA RESIKO BANJIR DI DKI JAKARTA UNTUK DEBIT BANJIR 100 TAHUNAN

GENANGAN 0 – 0.50 M GENANGAN 0.50 M – 1.00 M GENANGAN > 1.00 M

Banjir Kanal Barat

III.7. UPAYA NONTEKNIS (1)III.7. UPAYA NONTEKNIS (1)

1. MENGUBAH PARADIGMA PEMBANGUNAN NASIONAL AGAR DAPAT MEMBERIKAN TIGA JENIS MANFAAT SEKALIGUS, YAITU MANFAAT EKONOMI, SOSIAL DAN LINGKUNGAN BAGI SEBESAR-BESAR KEMAKMURAN RAKYAT; DAN TIDAK HANYA MENGUTAMAKAN ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI (P)

2. PENYIAPAN KEBIJAKAN NASIONAL DALAM RANGKA MENGATASI MASALAH BANJIR YANG DISESUAIKAN DENGAN BERBAGAI PERKEMBANGAN DAN PARADIGMA BARU TERMASUK PENYELENGGARAAN OTODA, TERMASUK PENYIAPAN NSPM DAN KRITERIA PENATAAN PERWILAYAHAN EKOSISTEM DAS (P)

3. PEMANFAATAN DAN OPERASIONALISASI KEPPRES 123/2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DALAM RANGKA KOORDINASI DAN PENYUSUNAN PROGRAM DAN PELAKSANAAN PENANGANAN MASALAH BANJIR YANG TERPADU DIANTARA SELURUH STAKEHOLDERS SESUAI DENGAN PERANNYA MASING-MASING BAIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT (P, S, M)

4. REMBUG MASYARAKAT DALAM RANGKA MENYAMAKAN PERSEPSI BAIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH (BEBERAPA INSTANSI TERKAIT DI PUSAT DAN DAERAH), SWASTA DAN MASYARAKAT YANG MENYANGKUT BANJIR, MASALAH BANJIR DAN UPAYA MENGATASINYA. PENYAMAAN PERSEPSI DAPAT JUGA LEWAT FORUM, DISKUSI PANEL, SEMINAR, DISKUSI INTERAKTIF, DSB. DENGAN MEMANFAATKAN BERBAGAI MEDIA (P,S,M)


5. PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KESADARAN MASYARAKAT YANG BERADA DI DATARAN BANJIR MENYANGKUT ADANYA RESIKO/KEMUNGKINAN TERGENANG BANJIR, SERTA PEMAHAMAN BAHWA KINERJA PRASARANA DAN SARANA PENGENDALI BANJIR DAN SISTEM DRAINASE MEMPUNYAI KETERBATASAN DAN TIDAK DAPAT MENGUBAH DATARAN BANJIR MENJADI TERBEBAS DARI BANJIR/GENANGAN SECARA MUTLAK (P, S, M)

6. PENGOSONGAN ZONA TERLARANG (DAERAH SEMPADAN SUNGAI TERMASUK BANTARAN SUNGAI) DARI HUNIAN DAN KEGIATAN MASYARAKAT LAINNYA YANG DILARANG A.L. DENGAN MELAKUKAN PENGGUSURAN, KOMPENSASI ATAU RELOKASI, SERTA PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DI ZONA YANG PERUNTUKANNYA DIATUR (REGULATED ZONE) (P, S, M)

7. PEMBENTUKAN INSTITUSI PENGELOLA DAN PEMELIHARA PRASARANA DAN SARANA PENGENDALI BANJIR YANG DIKAITKAN DENGAN INSTITUSI PENGELOLA AIR DAN SUMBER AIR DI DAS/DPS/WILAYAH SUNGAI YANG BERSIFAT PERMANEN, SEJALAN DENGAN PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DAN PERATURAN YANG BERLAKU (P, S, M)

8. PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA (MENYANGKUT KUANTITAS DAN KUALITASNYA) PADA SEMUA STRATA DAN WILAYAH, DENGAN SPESIALISASI YANG KHUSUS UNTUK MEMAHAMI DAN MENDALAMI MASALAH YANG TERKAIT DENGAN SUNGAI DAN BANJIR SERTA UPAYA MENGATASINYA (P,S,M)

III.7 UPAYA NONTEKNIS (3)III.7 UPAYA NONTEKNIS (3)

9. PEMBAGIAN KEWENANGAN YANG JELAS DIANTARA BERBAGAI PIHAK YANG TERKAIT BAIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH, SWASTA DAN MASYARAKAT, TERMASUK WEWENANG DALAM MEMBIAYAI KEGIATAN (P,S,M)

10. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGAR SECARA AKTIF DAPAT BERPERAN A.L DALAM MELAKUKAN FLOOD PROOFING TERHADAP RUMAH/BANGUNAN TEMPAT TINGGAL MEREKA YANG TERLANJUR DIBANGUN DI DATARAN BANJIR BAIK SECARA INDIVIDUAL MAUPUN KOLEKTIF; DENGAN PANDUAN DARI PEMERINTAH (P, S, M)

11. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT AGAR SECARA INDIVIDUAL MAUPUN KELOMPOK MAMPU MEMBANGUN SUMUR RESAPAN, KOLAM-KOLAM RETENSI DAN DETENSI BANJIR, DSB. DENGAN BIMBINGAN DARI PEMERINTAH (P,M,S)

12. SOSIALISASI SOP DAN GLADI BERSIH DALAM RANGKA TANGGAP DARURAT PENANGGULANGAN BANJIR YANG MENGIKUT SERTAKAN SELURUH INSTANSI TERKAIT DAN MASYARAKAT (LSM), YANG DILAKUKAN SECARA BERKALA MENJELANG MUSIM PENGHUJAN DI BERBAGAI LOKASI YANG RAWAN GENANGAN (P,M,S)


13. PEMBENTUKAN UNIT-UNIT SATKORLAK DAN SATLAK DI DAERAH YANG TERLATIH DAN SELALU SIAP MELAKSANAKAN TANGGAP DARURAT YANG DITUNJANG PERALATAN DAN SISTEM PERINGATAN DINI YANG MEMADAI (P,S,M)

14. PENETAPAN DAN PENINJAUAN KEMBALI SEMPADAN SUNGAI BERDASARKAN PADA PERMEN PU 63/93 DALAM BENTUK PERATURAN DAERAH (P)

15. PENEGAKAN HUKUM ANTARA LAIN MENYANGKUT PERIZINAN DAN PENGAWASAN, TERMASUK MANAJEMEN SAMPAH, DSB (P)

16. PENERAPAN KONSEP BENEFICIARIES PAY PRINCIPLES DALAM RANGKA MENGGALI SUMBER DANA DARI MASYARAKAT PENERIMA MANFAAT UNTUK MEMBIAYAI KEGIATAN O&P PRASARANA DAN SARANA FISIK PENGENDALI BANJIR; TERMASUK PENGEMBANGAN SISTEM TRADE OFF ANTARA PEMANFAATAN DI HILIR DAN KONSERVASI DI HULU, YANG DIKAITKAN DENGAN PENYELENGGARAAN OTODA (P,S,M)

17. KAMPANYE DAN GERAKAN MASYARAKAT AGAR PEDULI DAN MENCINTAI SUNGAI DAN LINGKUNGANNYA (P,S,M)

IV. KESIMPULAN DAN SARANIV. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN1. BANJIR MERUPAKAN FENOMENA ALAM DAN MASALAH YANG

DITIMBULKANNYA TIDAK DAPAT DIATASI/DIKENDALIKAN SECARA MUTLAK

2. MASALAH BANJIR MENINGKAT DARI TAHUN KE TAHUN SEIRING DENGAN PERTUMBUHAN DAN PEMBUDIDAYAAN LAHAN DI DATARAN BANJIR YANG KURANG MEMPERTIMBANGKAN ADANYA RESIKO TERGENANG BANJIR, SERTA PERTUMBUHAN DAN PEMBUDIDAYAAN LAHAN DI DAS YANG KURANG DIIMBANGI DENGAN UPAYA KONSERVASI AIR DAN TANAH

3. UNTUK MENGATASI MASALAH BANJIR, SAMPAI SAAT INI MASIH MENGANDALKAN PADA UPAYA STRUKTUR YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH. HASIL YANG TELAH DICAPAI TIDAK SEIMBANG DAN JAUH TERTINGGAL DIBANDING DENGAN LAJU PENINGKATAN MASALAH.

4. UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR SEHARUSNYA MERUPAKAN DOMAIN BERSAMA ANTARA MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN UPAYA MENGATASI MASALAH BANJIR

PERLU DITINJAU ULANG UNTUK MEMBERI PELUANG KEPADA SELURUH STAKEHOLDERS BERPERAN; A.L DENGAN MENERAPKAN UPAYA MENYELURUH BERUPA GABUNGAN STRUKTUR DAN NONSTRUKTUR YANG DIDUKUNG OLEH BERBAGAI DISIPLIN DI BIDANG SOSIAL, LINGKUNGAN, TEKNIS, EKONOMIS DAN HUKUM.

IV. KESIMPULAN DAN SARANIV. KESIMPULAN DAN SARAN

SARAN

1. KEBIJAKAN NASIONAL DALAM RANGKA MENGATASI MASALAH BANJIR PERLU SEGERA DISUSUN/DITINJAU KEMBALI, DISESUAIKAN DENGAN PERKEMBANGAN DAN PARADIGMA BARU TERMASUK PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH

2. BERBAGAI PROGRAM DAN KEGIATAN FISIK YANG SEDANG DAN AKAN DILAKSANAKAN PERLU DITINJAU ULANG/DISEMPURNAKAN DAN DISESUAIKAN DENGAN KEBIJAKAN BARU

3. DALAM MENANGANI MASALAH BANJIR PERLU MENERAPKAN PRINSIP -PRINSIP GOOD GOVERNANCE YANG MELIBATKAN MASYARAKAT, SWASTA DAN PEMERINTAH

DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA

1. BERBAGAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENYANGKUT SUNGAI DAN BANJIR2. JANSEN, PRINCIPLES OF RIVER ENGINEERING, PITMAN, 19793. MARGARET S PETERSON, RIVER ENGINEERING, PRENTICE-HALL, 19864. KK.FRAMJI, SECRETARY GENERAL ICID, MANUAL OF FLOOD CONTROL, METHODS AND PRACTICES, ICID, 19835. KK.FRAMJI AND B.C.GARG, FLOOD CONTROL IN THE WORLD, A GLOBAL REVIEW, ICID, 1976-19776. ESCAP/UNDP, MANUAL AND GUIDELINES FOR COMPREHENSIVE FLOOD LOSS PREVENTION AND MANAGEMENT, 19917. ICID, MANUAL ON NON-STRUCTURAL APPROACH TO FLOOD MANAGEMENT, 19998. U.S. ARMY CORPS OF ENGINEERS, ANNOTATIONS OF SELECTED LITERATURE ON NONSTRUCTURAL FLOOD PLAIN MANAGEMENT MEASURES, 19779. THE INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT INSTITUTE-JAPAN, THE RIVER LAW, 199910. DIT.SUNGAI, DITJEN PENGAIRAN, FLOOD CONTROL MANUAL, 199311. DIT.SUNGAI, DITJEN PENGAIRAN, FLOOD PLAIN MANAGEMENT PLAN FOR UPPER CITARUM BASIN, PROYEK PPS CITARUM HULU, 199312. SISWOKO, RIVER ENGINEERING AND FLOOD CONTROL, LECTURE NOTES UNTUK PENDIDIKAN PASCA SARJANA TEKNIK PENGAIRAN, BANDUNG, 198613. SISWOKO, PENGENDALIAN BANJIR, MODUL UNTUK KURSUS DI LINGKUNGAN DITJEN PENGAIRAN14. SISWOKO, LAPORAN MENGIKUTI KONGGRES KE 13 ICID, DEN HAAG, SEPTEMBER 199315. SISWOKO, FLOOD DAMAGE MITIGATION IN INDONESIA, INTERNATIONAL SYMPOSIUM ON MANAGEMENT OF RIVERS FOR THE FUTURE, KUALA LUMPUR, NOVEMBER 199316. SISWOKO, STRATEGI BARU DALAM RANGKA MENGATASI MASALAH BANJIR, DISKUSI KOLEGIAL SELURUH PEJABAT STRUKTURAL DITJEN PENGAIRAN, APRIL 1994

TERIMA KASIHTERIMA KASIH

Documents

banjir