47
BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester Ganjil, Tahun Akademik 2016/2017 Disusun oleh: Nama : Muhammad Nur Jamaluddin NPM : 151000126 Kelas : C Di bawah Bimbingan: Drs. Ahmad Abdul Gani, S.H.,MA. UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG FAKULTAS HUKUM 2017 M / 1439 H

BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

BANK PENGKREDITAN RAKYAT

SYARIAH (BPRS)

RANGKUMAN MATERI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah

Hukum Islam II, Semester Ganjil, Tahun Akademik 2016/2017

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Nur Jamaluddin

NPM : 151000126

Kelas : C

Di bawah Bimbingan:

Drs. Ahmad Abdul Gani, S.H.,MA.

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

FAKULTAS HUKUM

2017 M / 1439 H

Page 2: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

rangkuman materi ini yang berjudul “Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)”.

Sesuai dengan namanya, sebuah rangkuman materi memang tidak dimaksudkan

sebagai buku materi atau buku panduan, melainkan didalamnya terdapat

pembahasan dan rincian-rincian mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah

penulis dapatkan.

Penyusunan rangkuman materi ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan,

baik dalam penyusunan, pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan

tetapi, berkat pertolonganNyalah akhirnya rangkuman materi ini dapat penulis

selesaikan sesuai yang diharapkan. Adapun penyusunan rangkuman materi ini

berdasarkan pada rincian-rincian data yang telah penulis dapatkan dari berbagai

sumber.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Ahmad Abdul Gani, S.H.,MA. sebagai dosen matakuliah Hukum Islam

II yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

2. Orangtua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan,

serta memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya rangkuman

materi ini.

3. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan

support semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan rangkuman

materi ini.

Penulis memahami dan menyadari bahwa rangkuman materi ini jauh dari

sempurna. Namun, penulis telah berusaha menyusun rangkuman materi dengan

usaha terbaik yang penulis miliki. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih

kepada segenap yang telah mendukung terselesaikannya rangkuman materi ini.

Mudah-mudahan rangkuman materi ini sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya

Allah Ya Rabbal Alamiin Ya Mujibas Sailin.

Bandung, 9 Januari 2017

Penulis

Page 3: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH ............................. 1

A. Pengertian Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ............ 1

B. Sejarah Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ................. 2

C. Tujuan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) .................. 5

D. Pendirian Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) .............. 7

E. Organisasi atau Manajemen Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) .......................................................................... 13

F. Kendala Pengembangan Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) .......................................................................... 15

G. Stratergi Pengembangan Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) .......................................................................... 16

H. Konsep Dasar dan Kegiatan Operasional Bank Pengkreditan

Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ......................................... 17

I. Usaha-usaha Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) ......... 18

J. Kegiatan dan Produk-produk Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) .......................................................................... 23

K. Badan-badan Pengembang Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) .......................................................................... 27

L. Laporan Yang Wajib Dilaporkan Bank Pengkreditan

Rakyat Syariah (BPRS) .............................................................. 30

M. Evaluasi Kegiatan Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) .......................................................................... 33

N. Harapan Pengembangan Usaha Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) di Masa Mendatang ......................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... iii

A. Buku .......................................................................................... iii

B. Peraturan Perundang-undangan ................................................. iii

Page 4: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

1

RANGKUMAN MATERI

BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)

A. Pengertian Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRSyariah) adalah salah satu

lembaga keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti

prinsip-prinsip syariah ataupun muamalah Islam.1

BPR Syariah didirikan berdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun 1992

tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang

Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil Pasal 1 (butir 4) Undang-undang No. 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang

Perbankan, disebutkan bahwa BPR Syariah adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.2

BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

selanjutnya diatur menurut Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.

32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat

Berdasarkan Prinsip Syariah.3

1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonesia, 2005), hlm. 1. 2 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No.

72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil Pasal 1 (butir 4) Undang-undang No.

10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 3 Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999

tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Page 5: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

2

Secara teknis BPR Syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan

sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip

syariah.

B. Sejarah Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dikenalkan pertama kali oleh Bank

Rakyat Indonesia (BRI) pada akhir tahun 1977, BRI yang mempunyai tugas

sebagai Bank Pembina lembaga-lembaga keuangan lokal (dalam lingkup

tertentu) seperti , Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Desa, Bank Pegawai dan

bank-bank lain yang sejenisnya. Pada masa pembinaan yang dilakukan oleh

BRI, seluruh bank tersebut diberi nama Bank Perkreditan Rakyat

(BPR). Menurut Keppres No. 38 tahun 1988 yang dimaksud dengan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) adalah jenis bank yang tercantum dalam ayat (1)

pasal 4 Undang-undang Nomor 14 tahun 1967 yang meliputi bank desa,

lumbung desa, bank pasar, bank pegawai dan bank lainnya.4

Dalam pakta tanggal 27 oktober 1988 Status hukum Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) pertama kali diakui, sebagai bagian dari Paket Kebijakan

Keuangan, Moneter, dan perbankan. BPR adalah perwujudan dari beberapa

lembaga keuangan, seperti Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank

Pegawai Lumbung Pilih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD),

Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha

Rakyat Kecil (KURK), Lembaga perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya

4 Keppres No. 38 tahun 1988 tentang Bank Pengkreditan Rakyat.

Page 6: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

3

Desa (BKEPADA) dan atau lembaga lain yang semacamnya. Sejak

dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Pokok Perbankan,

keberadaan lembaga-lembaga keuangan tersebut status hukumnya diperjelas

melalui ijin dari Menteri Keuangan.

Dalam perkembangannya muncul BPR yang berprinsip pada hukum

islam. BPR tersebut di beri nama Bank Perkreditan Rakyat Syariah(BPRS).

BPR Syariah yang pertama kali berdiri adalah adalah PT. BPR Dana

Mardhatillah, kec. Margahayu, Bandung, PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, kec.

Padalarang, Bandung dan PT. BPR Amanah Rabbaniyah, kec. Banjaran,

Bandung. Pada tanggal 8 Oktober 1990, ketiga BPR Syariah tersebut telah

mendapat ijin prinsip dari Menteri Keuangan RI dan mulai beroperasi pada

tanggal 19 Agustus 1991. Selain itu, latar belakang didirikannya BPR Syariah

adalah sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturasi perekonomian

Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijakan keuangan, moneter,

dan perbankan secara umum.Secara khusus mengisi peluang terhadap kebijakan

bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest) yang selanjutnya

secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan

Islam dalam skala outlet retail banking (rural bank).

Page 7: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

4

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merubah Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan nampak lebih jelas dan tegas mengenal

status perbankan syariah, sebagaimana disebutkan dalam pasal 13, Usaha Bank

Perkreditan Rakyat. Pasal 13 huruf C berbunyi: “Menyediakan pembiayaan dan

penempatan dana berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh BI.”5

Keberadaan BPRS secara khusus dijabarkan dalam bentuk SK Direksi

BI No. 32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan

Prinsip Syariah dan SK Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999

dan Surat Edaran BI No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bamk

Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.6

Perkembangan bank syariah dari awal keberadaannya hingga November

2001 terdapat 81 BPRS. BPRS tersebut distribusi jaringan kantor tersebar pada

18 provinsi yang berada di Indonesia.

5 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merubah Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan. 6 SK Direksi BI No. 32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum berdasarkan

Prinsip Syariah dan SK Direksi BI No. 32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat Edaran BI

No. 32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bamk Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Page 8: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

5

C. Tujuan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Terdapat beberapa tujuan yang dikehendaki dari berdirinya Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Di bawah ini disampaikan tujuan-tujuan

tersebut, yaitu:7

1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama kelompok

masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada di daerah

pedesaan. Sasaran utama dari BPRS adalah umat Islam yang berada di

pedesaan dan di tingkat kecamatan. Masyarakat yang berada di kawasan

tersebut pada umumnya ternasuk pada masyarakat golongan ekonomi

lemah.

2. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber permodalan bagi pengembangan

usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga pada

gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahtertaan mereka.

3. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan, sehingga

dapat mengurangi arus urbanisasi. Kehadiran BPRS di kecamatan-

kecamatan ikut memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat yang

memiliki potensi perbankan, baik dalam permodalan maupun dalam hal

tenaga ahli. Sehingga semakin banyaknya BPRS di kecamatan-

kecamatan maka akan semakin banyak pula tenaga yang terserap

disektor perbankan.

7 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonesia, 2005), hlm. 5.

Page 9: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

6

Selain itu, pembiayaan-pembiayaan yang disalurkan BPRS bagi

masyarakat membuka peluang usaha dan kerja yang semakin luas, maka

pada gilirannya kehadiran BPRS akan menjadi penghambat bagi lajunya

urbanisasi.

4. Membina ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka

peningkatan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang

memadai. Hal ini mengandung makna bahwa dalam BPRS ditumbuhkan

nilai ta’awun (saling membantu) antara pemilik modal dengan pemilik

pekerjaan. Dengan nilai ta’awun inilah akan tumbuh kebersamaan

antara bank dan nasabah yang merupakan faktor terpenting dalam

mewujudkan Ukhuwah Islamiyah. Melalui kebersamaan tersebut usaha-

usaha yang yang dilakukan masyarakat dengan modal yang diberikan

oleh BPRS bisa meningkatkan pendapatan masyarakat, maka pada

tingkat yang lebih tinggi akan pula meningkatkan perkapita baik lokal

maupun nasional.

Page 10: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

7

D. Pendirian Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Adapun beberapa hal yang harus di ketahui dalam pendirian BPRS,

yaitu:

1. Persyaratan Pendirian

Dalam mendirikan BPRS syariah harus mengacu dalam bentuk

hukum BPR Syariah yang telah ditentukan dalam Undang-undang Nomor

10 tahun 1999 pasal 2 tentang Perbankan. Sebagaimana dalam Undang-

undang Perbankan Nmor 10 tahun 1999 pasal 2, bentuk suatu hukum BPR

syariah dalam berupa8:

a. Pemberin izin pendirian BPR Syariah, sebagaimana dimaksud diatas

dapat dilakukan dua tahap:

1) Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan

pendirian BPR syariah.

2) Izin usaha, yaitu izin yang dibrikan untuk melakukan kegiatan usaha

BPR syaria setelah persiapan persetujuan prinsip dilakukan.

b. SK DIR BI NO. 32/36/1999 tidak memberikan kemungkinan bagi pihak

asing untuk mendirikan BPR syariah. Menurut ketentuan pasal 15 SK

DIR BI tersebut, yang dapat menjadi pemilik BPR syariah adalah pihak-

pihak yang9:

1) Tidak termasuk dalam dafar orang tercela dibidang perbankan sesuai

ang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

8 Undang-undang Nomor 10 tahun 1999 tentang Perbankan. 9 SK DIR BI NO. 32/36/1999.

Page 11: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

8

2) Menurut penilayan Bank Indnesia yang bersangkutan memiliki

integritas yang baik, antara lain:

3) Memiliki akhlah an moral yang baik.

4) Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5) Bersedia mengembangkan BPR syariah yang sehat.

Adapun syara-syarat lan untuk pendirian BPR syariah adalah

sebagai berkut:

1) BPR syariah hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah dengan ijin Direktur Bank Indonesia.

2) BPR syariah hanya didirikan dan dimiliki oleh:

a) Warga Negara Indonesia.

b) Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya oleh warga

negara Indonsia.

c) Pemerinta Daerah.

d) Dua pihak atau lebih sebagaimana dimakud dalam huruf a, huruf

b, dan huruf c.

Selain dari persyaran diatas, khusus untuk menjadi anggota

Dewan Kmisaris BPR syariah ditentukan pula bahwa yang besangkutan

wajib memiliki pengetahuan dan atau pengalaman di bidang perbankan.

Ketentuan ini tidak mengharuskan yang bersyangkutan memiliki

pengetahuan dan atau pengalaman diperbankan syariah.

Page 12: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

9

Kemudian Anggota Direksi sekurang-kurangnya berpendidikan

formal setingkat Diplomat 111 atau Sarjana Muda.10 Berbeda dengan

persyaratan anggota Dewan Komisaris dalam hal persyartan bagi

Anggota Direksi ditegaskan bahwa yang bersangktan harus memiliki

pengalaman dibidan perbankan syariah. Bahkan ditentukan

pengalaannya sekurang-kurangnya 2 (dua ) tahun dan harus dibidang

pendanaan dan atau pembiayaan. Bagi Anggota Direksi yang beum

berpengalaman operasional dibidang perbankan syariah wajib

mengikuti pelatihan perbankan syariah.

Direksi BPR syariah dilarang untuk merangkap jabatn sebagai

Anggota Direksi atau pejabat eksikutif pada lembaga perbankan,

perusahaan atau lembaga lain. Hal ini untuk menghindari agar jangan

smpai tugas Anggota Direksi yang besangkutan tidak efektif sebagai

anggota Dewan Komisaris BPR syariah yang bersangkutan, karena

terlalu banyaknya melakukan perangkapan jabatan sebagai anggoa

Dewan Komisaris ditempat lain. Anggota Dewan Komisaris BPR

syariah tidak dilarang merangkap jabatan lain, namun membtasi

perangkapan itu sebagaimana ditentukan dalam asal 22 ayat 3 (tiga)

BPR syariah. Anggo Dewn Komisaris dilarang BPR syariah dilarang

menjaba sebagai anggota Direksi Bank Umum. Anggota Dwan

Komisaris BPR syariah tidak dilarang untuk dapa menjadi Anggota

10 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonesia, 2005), hlm. 10.

Page 13: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

10

Dereksi BPR syariah yang lain. Dalam hal terjdi pergantaian anggota

Dewan Komisaris dan atau Direksi BPR syariah, calon pengganti

jabatan tersebut wajib memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia

sebelum diangkat dan menduduki jabatannya. Demikian juga kalau ada

penggantian atau penambahan pemilik BPR syariah wajib terdahulu

memperoleh perstujun dari Bank Indonesia.11

Modal yang harus disetor untuk mendirikan BPR syariah

ditetapakan sekurang-kurangnya sebesar:12

1) Rp2.000.000.000,- (dua miliar rupiah)huntk BPR syariahyang

didirikan di wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Raya dan

Kabupaten/ Kotamadya Tangerang, Bogor, Bekasi dan Karawang.

2) Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk BPR syariah yang

didirikan di Wilayah Ibu kota Propinsi diluar wilayah seperti

tersebut pada butir a diatas.

3) Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk BPR syariah yang

yang didirikan diluar wilayah yang disebu dibutir a diatas.

Modal yang disetor tersebut, yang digunakan utuk modal kerja

bagi BPR syariah, wajb sekurang-kurangnya berjumlah 50% (lima

puluh persen).

11 Ibid. hlm. 11. 12 Ibid. hlm. 12.

Page 14: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

11

Dengan kata lain, biaya invetasi dalm rangka pendirian BPR

syariah itu tidak boleh melebihi 50% dari modal yang disetor leh

pendirinya. Sumber dana yang digunakan dlam rangka kepemilikan

dilarang:

1) Berasal dari pinjaman tau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun

dari bank dan atau pihak lain di Indnesia.

2) Berasal dari sumber yang diharamkan menurut prinsip syarih,

termasuk kegiata-kegiatan yang melanggar hukum.

Persyaratan pendirian secara umum, yaitu:

a. Mendapat izin dari Menkeu RI dengan pertimbangan BI.

b. Bentuk badan hukum BPRS, perusahaan daerah, koperasi dan PT.

c. Didirikan dan dimiliki oleh Pemda, koperasi dan PT.

d. Usaha meliputi tabungan dan deposito berjangka.

e. Memberikan kredit pengusaha kecil.

f. Penanaman modal aktiva tidak boleh melebihi 50% dari modal

sendiri/

g. BPRS hanya dapat didirikan melakukan kegiatan dengan

berdasarkan prinsip syariah.

h. Didirikan dan dimiliki oleh Warga negara Indonesia.

i. Perseroan terbatas,Koperasi atau Perusahaan daerah.

Page 15: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

12

2. Permohonan Izin Arsip

Mengajukan permohonan tertulis ke Menkeu RI dengan

melampirkan13:

a. Rencana akte pendirian dan AD BPRS.

b. Rencana kerja BPRS pada tahun pertama.

c. Daftar calon direksi, dewan komisaris dan pengawas Syariah.

d. Photocopy bukti setoran sebesar Rp 15.000.000,- pada rekening

Menkeu pada bank pemerintah.

3. Permohonan Izin Usaha

Mengajukan permohonan izin usaha dan diajukan ke Menkeu RI

dengan melampirkan:14

a. Photocopy bukti setoran sebesar Rp 35.000.000,- pada rekening

Menkeu pada bank pemerintah.

b. Copy AD BPRS yang telah disahkan Menteri Kehakiman RI.

c. Photocopy NPWP BPRS.

d. Menyampaikan prosedur dan sisitem tata kerja BPRS disertai warkat

yang akan digunakan.

e. Mengirimkan data pengurus BPRS.

f. Photocopy situasi dan kondisi perkantoran dan peralatan BPRS.

13 Ibid. Hlm. 13. 14 Ibid. Hlm. 14.

Page 16: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

13

E. Organisasi atau Manajemen Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

1. Kepengurusan

Menurut ketentuan pasal 19 SK DIR BI 32/36/1999, kepengurusan

BPR syariah terdiri dari Dewan Komisaris dan Direksi dan juga wajib

mempunyai Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi kegiatan

BPR syariah. Jumlah anggota Dewan Komisaris BPR syariah sekurang-

kurangnya harus berjumlah 2 (dua) orang. Anggota direksi dilarang

mempunyai hubungan keluarga dengan15:

a. Anggota Direksi lainnya dalam hubungan sebagai orang tua, termasuk

mertua, anak termasuk menantu, saudara kandung termasuk ipar,

suami/istri.

b. Dewan Komisaris dalam hubungan sebagai orang tua, anak, dan

suami/istri.

Dalam rangka menjaga konsistensi dan kelangsungan usaha BPR

Syariah ditentukan bahwa16:

a. BPR Syariah dilarang melakukan kegiatan usahasecara konvensional.

b. BPR Syariah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya

menjadi BPR Konvensional

c. BPR Syariah yang semula izin usahanya sebagai BPR Konvensional

tidak diperkenankan untuk mengubah status menjadi BPR

Konvensional kembali.

15 SK DIR BI 32/36/1999. 16 SK DIR BI 32/36/1999.

Page 17: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

14

Dilihat dari segi kepemilikannya BPR dapat dibedakan menjadi

dalam 3 (tiga) golongan yakni17:

a. Milik Pemerintah Daerah (PD).

b. Pengawasan dilakukan oleh Dewan Pengawas yang di tetapkan

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah/Peraturan Daerah.

c. Milik Swasta (PT).

d. Pengawasan dilakukan oleh Dewan Komisaris yang di tetapkan

berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham/Anggaran Dasar.

e. Milik Anggota Koperasi (Koperasi).

f. Pengawasan dilakukan oleh badan Pemeriksa yang ditetapkan

berdasarkan hasil rapat anggota / Anggaran Dasar.

Untuk menjaga konsistenssi dan kelangsungan usaha BPR syariah,

ditentukan bahwa18:

a. BPR syariah dilarang melakukan kegiatan usaha secara konvensional.

b. BPR syarah tidak diperkenankan untuk mengubah kegiatan usahanya

menjadi BPR konvensional.

c. BPR syariah yang semula memiliki ijin usahanya sebagai BPR

konvensional dan telh memiliki ijin perubahan kegiatan usaha menjadi

berdasarkan prinsip syariah, tidak diperkenankan mengubah status

menjadi BPR konvensional.

17 SK DIR BI 32/36/1999. 18 SK DIR BI 32/36/1999.

Page 18: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

15

2. Pembukaan Kantor Cabang

BPR Syariah dapat membuka kantor cabang hanya dalam wilayah

propinsi yang sama dengan kantor pusatnya. Pembukaan kantor cabang

BPR Syariah dapat dilakukan hanya dengan izin Direksi Bank Indonesia.

Rencana pembukaan kantor cabang wajib dicantumkan dalam rencana kerja

tahunan BPR Syariah.

BPR Syariah yang akan membuka kantor wajib memenuhi

persyaratan tingkat kesehatan selam 12 (dua belas) bulan

terakhir tergolong sehat. Dan di dalam pembukaan kantor cabang BPR

Syariah wajib menambah modal disetor sekurang-sekursngnya sebesar

jumlah untuk mendirikan BPR Syariah untuk setiap kantor.

F. Kendala Pengembangan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Dalam praktiknya BPR syariah mengalami berbagai kendala, antara lain

adalah19:

1. Kiprah BPR syariah kurang dikenal masyarakat sebagai BPR yang

berprinsipkan syariah.

2. Upaya untuk meningkatkan profesionalitas kadang terhalang rendahnya

sumber daya yang dimiliki BPR syariah sehingga cenderung lambat dan

respon terhadap permasalahan ekonomi rendah.

3. Kurang adanya koordinasi di antara BPR syariah, demikian juga dengan

bank syariah dan BMT.

19 Antonio Muhammad Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 47.

Page 19: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

16

G. Stratergi Pengembangan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Strategi pengembangan BPR syariah yang perlu di perhatikan sebagai

adalah sebagai berikut20:

1. Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR syariah,

bukan saja produknya tapi juga sistem yang digunakan

perlu diperhatikan.Upaya ini dapat dilakukan melalui BPR syariah

sendiri dengan mengunakan pemasaran yang halal,seperti: melalui

informasi mengenai BPR syariahdi media media masa. Hal lain yang di

tempuh adalah perlunya kerja sama BPR syariah dengan lembaga

pendidikan atau non pendidikan yang mempunyai relevansi dengan visi

dan misi BPR syariah untuk mensosialisasikan BPR syariah.

2. Usaha usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM dapat

dilakukan melalui pelatihan pelatihan megenai lembaga keuangan

syariah serta lingkungan yang mempengarurihinya. Untuk itu

diperlukan kerjasama di antara BPR syariah dengan lembaga pendidikan

untuk membuka pusat pendidikan lembaga keuangan syariah atau

kursus pendek (shortcourse) lembaga keuangan syariah.

3. Tujaan di dirikan shortcourse untuk menyediakan SDM yang siap kerja

di lembaga keuangan syariah.khusus BPR syariah.

4. Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan di ketahui

berapa besar kemampuan BPR syariah dan lembaga keuangan syariah

yang lain dalam mengelola sumber sumber ekonomi yang ada.

20 Ibid. Hlm. 49.

Page 20: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

17

Dengan cara itu pula dapat dilihat kesinambungan kerja di antar BPR

syariah,demikian juga kesinambungan kerja BPRsyariah dengan bank

syariah dan BMT lainnya yang ada di Indonesa.

5. BPR syariah bertanggung jawab terhadap masalah keislaman

masyarakat dimana BPR syariah tersebut berada. Maka perlu dilakukan

kegiatan rutin keagamaan dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan

peran islam dalam bidang ekonomi. Demikian juga pola ini dapat

membantu BPR syariah dalam mengetahui gejala gejala ekonomi sosial

yang ada di masyarakat. Hal ini akan menjadikan kebijakan BPR syariah

di bidang keuangan lebih sesuai dengan kondisi masyarakat.

H. Konsep Dasar dan Kegiatan Operasional Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) di Indonesia

Konsep dasar operasional BPR Syariah, sama dengan konsep dasar

operasional pada Bank mu’amalat Indonesia yaitu21:

1. Sistem simpanan murni (al-wadiah).

2. Sistem bagi hasil.

3. Sistem jual beli dan marjin keuntungan.

4. Sistem upah (fee).

21 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum

Perbankan Islam, (Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2005), hlm. 50.

Page 21: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

18

I. Usaha-usaha Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Pada dasarnya, sebgai lembaga keuangan syariah BPR Syariah dapat

memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa denganbank-bank umum syariah.

Dalam usaha anggaran dana mayarakat, BPR syariah dapat memberikan jasa-

jasa keuangan dalam brbagai bentuk, antara lain22:

1. Simpanan Amanah

Disebut dengan simpanan amanah, sebab dalam hal bank menerima

titipan amanah (trustee account) dari nasabah. D isebut dngan

titipan amanah karena bentuk perjanjian adalah wadiah, yaitu titipan yang

idak menanggung resiko. Namun demikan, bank akan memberia bonus

dari bagi hasil keuntungan yang diperoleh bank melalui pembiayaa pada

nasabahnya.

2. Tabungan Wadiah

Dalam tabungan ini bank menerima tabungan (saving

acount) dari nasabah dalam bentuk tabungan bebas. Sedang akad yang

diikat oleh bank dengan nasabah dalam bentuk wadiah. Titipan nasabah

tersebut tidak menanggung resiko kerugian, dan bank memberikan bonus

kepada nasabah. Bonus itu diperoleh bank dari bagi hasil dan kegiatan

pembiayaan kredit kepada nasabah lainnya. Bonus tabungan wadiah itu

dapat diperhitungkan secara harian dan dibayarkan kpada nasabah setiap

bulannya.

22 Ibid. hlm. 62.

Page 22: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

19

3. Deposito Wadiah Mudharaah

Dalam produk di bank menerima deposito berjangka (time and

investmen account) dari nasabahnya. Akad yang dilakukan dapat

membentuk wadi’ah dan dapat pula berbentuk mudharabah. Lazimnya

jangka waktu deposito itu adalah 1,2,3, 6, 12 bulan dan sterusnya sebagai

bentuk pnyertaan modal (sementara). Maka nasabah/ deposan mendapat

bonus keuntungan dari bagi hasil yang diperoleh bak dari pembiayaan

/kredit yang dilakukan pada nasabah-nasabah lainnya.

Fasilitas pegerahan dana tesebut, juga dapat dipergunakan untuk

menitipkan sedekah, infak, zakat, tabungan haji, tabungan kurban,

tabungan aqiqah, tabungan keerluan pendidikan, tabungan pemilikan

kendaraan, abungan pemilikan rumah, bahkan bisa digunakan untuk sarana

penitipan dana-dana masjid, dana pesantren, yayasan dan lain sebagainya.

Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas BPR

syariah dapat pula bertindak sebagai lembaga baitul maal yaitu mnerima

dana yang berasal dari zakat, infaq, shadakah, wakaf, hibah, atau dana sosial

lainnya dan menyalurkan pada yang berhak alam bentuk santunan dan atau

pnjaman kebjikan (qarddbul basan).

Page 23: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

20

Semantara, dalam menyalurkan dana masyarakat BPR yariah dapat

memberikan jasa-jasa keuangan seperti23:

1. Pembiayaan Mudharabah

Bank menyediakan pembiayaa modal usha bagi proyek yang di

kelola oleh pngusaha. Keuntungan yang diproleh akan di bagi

(perjanjian bagi hasil) sesua dengan kesepakatan yang telah diikat oleh

bank da pengusaha tersebut.

2. Pembiayaan Musyarakah

Dalam pembiayaan muyarakah ini bank dengan pengusaha

mengadakan perjanjian. Bank dan pengusaha berjanji bersama-sama

membiyai suatau proyek yang juga dikelola secara brsama-sama.

Keuntungan yang diproleh dari usaha tersebut aa dibagi sesuai

penyertaan masing-masing pihak.

3. Pembiayaan Ba’Bithaman Ajil

Dalam bentuk pembiayaan ini, bank mengikat perjanjan denga

nasabah. Bank menyediakan dana untuk pemblian sesuatu barang/aset

yang dibutuhkan oleh nasabah guna unuk mendukung usaha atau proyek

yang sedang diusahakan.

23 Ibid. hlm. 73.

Page 24: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

21

Namun begitu, sesuai Undang-undang Perbankan Nomor 10

tahun 1998, BPR syariah hanya dapat melaksanakan usaha-usaha ebagai

berikut:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabugan dan atau bentuk lainnya yan

dipersamakan dengan itu.

b. Membrikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan

prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank

Indonesia.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk sertifikat deposito, dan atau

tabungan pada bank lainnya.

Pembiayaan usaha BPR syariah secara lebih tegas dijelaskan

dalam pasal 27 SK Derektur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999. Menurut

surat keputusan ini, kegiatan operasional BPR Syariah adalah24:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang

meliputi:

a. Tabungan bedasarkan prinsip wadiah atau mudharabah.

b. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.

c. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau

mudharabah.

24 SK Derektur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999.

Page 25: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

22

2. Melakukan penaluran dana melalui:

a. Transaksi jua-beli berdasarkan prinsip:

1) murabahah;

2) istishna;

3) ijarah;

4) salam;

5) jual-beli lainnya.

b. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip:

1) mudharabah;

2) musyarakah;

3) bagi hasil lainnya.

c. Pembiayaan lain berdasarkan prinsip:

1) ranh;

2) qard.

3. Melakukan kegiatan yng lazim dilakukan BPR syariah sepanjang

disetujui ole Dewan Syariah Nasional.

Page 26: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

23

J. Kegiatan dan Produk-produk Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

1. Kegiatan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Sebagai lembaga keuangan syariah pada dasarnya Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS) dapat memberikan jasa-jasa keuangan yang serupa

dengan bank-bank umum syariah. Namun demikian, sesuai Undang-undang

Perbankan Nomor 10 tahun 1998, BPR Syariah hanya dapat melaksanakan

usaha-usaha sebagai berikut25:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip

syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia,

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

Kegiatan yang dilarang berdasarkan pasal 14 Undang-undang

Nomor 17 tahun 1992, yaitu:

a. Menerima simpanan dalam bentuk giro dan ikut serta dalam lalu lintas

pembayaran.

b. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valuta asing.

c. Melakukan penyertaan modal.

d. Melakukan usaha perasuransian.

25 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

Page 27: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

24

e. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana disebutkan

pada kegiatan usaha yang boleh dilakukan oleh BPRS.

2. Produk-produk Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

a. Funding

Yakni bank menghimpun atau mengumpulkan dana dari nasabah

yang memiliki banyak uang dalam bentuk simpanan berdasarkan konsep

syariah.26

1) Tabungan Wadi’ah

Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha

dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan

sama yakni wadi’ah. Bank akan memberikan kadar profit kepada

nasabah yang dihitung harian dan dibayar setiap bulan.

2) Deposito Wadi’ah / Deposito Mudharabah

Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan

usaha. Akad penerimaannya wadi’ah atau mudharabah, dimana

bank menerima dana yang digunakan sebagai penyertaan sementara

dalam jangka 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dst. Deposan yang

menggunakan akad wadi’ah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan

lebih kecil dari mudharabah bagi hasil yang diterima dalam

pembiayaan nasabah setiap bulan.

26 Ibid. hlm. 83.

Page 28: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

25

b. Penyaluran Dana

BPRS melakukan penyaluran dana yang di simpan dari

masyarakat yang surplus, agar dapat produktif atau untuk konsumtif

kepada pihak bank dengan bagi hasil atau margin yang ditentukan

dalam aqad.27

1) Pembiayaan Mudharabah

Perjanjian antara pemilik dana (pengusaha) dengan

pengelola dana (bank) yang keuntungannya dibagi menurut rasio

sesuai dengan kesepakatan. Jika mengalami kerugian maka

pengusaha menanggung kerugian dana, sedangkan bank

menanggung pelayanan materiil dan kehilangan imbalan kerja.

2) Pembiayaan Musyarakah

Perjanjian antara pengusaha dengan bank, dimana modal

kedua pihak digabungkan untuk sebuah usaha yang dikelola

bersama-sama. Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama

sesuai kesepakatan awal.

3) Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil

Proses jual beli antara bank dan nasabah, dimana bank

menalangi lebih dulu pembelian suatu barang oleh nasabah,

kemudian nasabah akan membayar harga dasar barang dan

keuntungan yang disepakati bersama.

27 Ibid. hlm. 85.

Page 29: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

26

4) Pembiayaan Murabahah

Perjanjian antara bank dan nasabah, dimana bank

menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal

kerja yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh

nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus margin

keuntungan saat jatuh tempo).

5) Pembiayaan Qardhul Hasan

Perjanjian antara bank dan nasabah yang layak menerima

pembiayaan kebajikan, dimana nasabah yang menerima hanya

membayar pokoknya dan dianjurkan untuk memberikan ZIS.

6) Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan dengan prinsip jual beli, dimana BPRS akan

membelikan barang kebutuhan nasabah sesuai kriteria yang telah

ditetapkan nasabah dan menjualnya kepada nasabah dengan harga

jual sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan jangka waktu

serta mekanisme pembayaran/pengembalian disesuaikan dengan

kemampuan/keuangan nasabah.

Page 30: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

27

7) Pembiayaan Al-Hiwalah

Penggambil alihan hutang nasabah kepada pihak ketiga yang

telah jatuh tempo oleh BPRS, dikarenakan nasabah belum mampu

untuk membayar tagihan yang seharusnya digunakan untuk

melunasi hutangnya. Pembiayaan ini menggunakan prinsip

pengambil alihan hutang, dimana BPRS dalam hal ini akan

mendapatkan ujroh/ fee dari nasabah yang besar dan cara

pembayarannya berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

3. Jasa Perbankan Lainnya

Secara bertahap bank akan menyediakan jasa untuk memperlancar

pembayaran berupa proses transfer dan inkaso, pembayaran rekening air,

listrik, telepon, angsura KPR, dan lain-lain. Bank juga mempersiapkan

bentuk pelayanan berupa dana talang berdasarkan pembiayaan bai salam.28

K. Badan-badan Pengembang Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Dalam rangka meningkatkan dan mengembankan kegiatam dan

pelaksanaan yang ada dalam badan usaha BPR syariah maka suatu badan dari

BPR syariah menyelengarakan dan membentuk suatu kegiatan yang dapat

meningkatkan BPR syariah yakni dengan memberikan pelatihan, pendidikan

dan tehnical asissistance untuk BPR syariah yang akan tumbuh.

28 MUI. Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, (Jakarta: MUI,

2006).

Page 31: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

28

Hingga saat ini minimal sudah terbentuk tiga yayasan yang turut serta

dalam pengembangan kegiatan BPR Syariah anatara lain29:

1. IESD (Institute For Syariah Economic Development)

Dalam hal ini secara bebrkesinambungan IESD akan terus

melakanakan program pendirian/ pemberian bantuan teknis kepada BPR

syariah di Indonesia khsusunya daerah potensial umat islam. Dan ada

beberapa program yang yang telah dilaksanakan yakni berupa teknis bagi

pendirian BPR syariah diberbagai tempat di Indonesia.

2. Badan yang yang membantu dalam kegiatan yayasan pendidikan dan

pengembangan bank syariah (YPBS)

Merupakan suatu bentuk kerja sama antara bank muamalat

Indonesia dengan ICMI. Yayasan ini dibentuk dalam rangka membantu

perkembangan dan mengembangkan BPR syariah di seluruh tanah air.

Kegiatan-kegiatan YPBS antara lain:

a. Pendidikan baik basik untuk para sarjana yang baru lulus dari perguruan

tinggi, maupun intermediate bagi para praktisi yang telah memiliki

minimal 2 tahun pengalaman di sektor perbankan.

b. Membantu proses pendirian.

c. Memberikan technical assistance.

29 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonesia, 2005), hlm. 91.

Page 32: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

29

Selain dari beberapa usaha yang telah dilakukan diatas ada hal lain

yang di usahakan untuk meningkatkan kegiatan operasional dalam BPR

syariah yang berkaitan dengan pendidikan yakni berupa pengembangan

inkubasi bisnis (INBIS)

3. Pengembangan Inkubasi Bisnis (INBIS)

Berdasarkan riset yang dilakukan Bank Indonesia, Pengembangan

INBIS melibatkan perguruan tinggi sebagai upaya mempersiapkan

perguruan tinggi menuju entrepreneurial university melalui pengembangan

budaya kewirausahaan dengan cara:

a. Menumbuh kembangkan budaya kewirausahaan di lingkungan

perguruan tinggi.

b. Mewujudkan sinergi potensi perguruan tinggi dengan potensi dunia

usaha sehingga dapat menumbuhkembangkan IPTEK sesuai kebutuhan.

c. Mendorong pemanfaatan potensi bisnis akademik dan nonakademik

yang bernilai komersial.

d. Meningkatkan peluang keberhasilan wirausaha baru melalui kegiatan

pelayanan konsultasi terpadu.

e. Menumbuh kembangkan kegiatan-kegiatan yang mendorong

terwujudnya unit-unit usaha sebagai sumber pendapatan (income

generating unit) di perguruan tinggi dalam mengantisipasi otonomi

perguruan tinggi.

Page 33: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

30

f. Dan Lembaga/departemen yang berperan dalam Inkubator Bisnis antara

lain Kementerian Koperasi dan UKM, Badan Penelitian dan Pengkajian

Teknologi (BPPT) Kementerian Riset dan Teknologi serta Departemen

Pendidikan Nasional.

L. Laporan Yang Wajib Dilaporkan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah

(BPRS)

Adapun laporan yang wajib dilaporkan Bank Pengkreditan Rakyat

Syariah (BPRS) adlaah sebagai berikut30:

1. Dalam Ketentuan Umum

a. BPRS Pelapor bertanggungjawab atas kebenaran dan kelengkapan

isi Laporan Bulanan serta ketepatan waktu penyampaian Laporan

Bulanan kepada Bank Indonesia.

b. BPRS wajib menyampaikan laporan BMPK kepada Bank Indonesia

yang berisi:

1) Fasilitas kredit kepada peminjam dan kelompok peminjam yang

melampaui BMPK

2) Seluruh fasilitas kredit kepada pihak-pihak yang terkait dengan BPR.

3) Laporan tersebut wajib disampaikan setiap bulan selambat-

lambatnya tanggal 14 (empat belas) setelah berakhirnya bulan

laporan yang bersangkutan.

30 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

(Yogyakarta: Ekonesia, 2005), hlm. 101.

Page 34: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

31

2. Laporan Berkala

a. Laporan bulanan adalah laporan keuangan dan hasil usaha yang terdiri

dari neraca, laba rugi, rekening-rekening administratif dan daftar rincian

pos-pos neraca dimaksud.

b. Laporan bulanan BPRS wajib disampaikan selambat-lambatnya tanggal

14 (empat belas) setelah berakhirnya bulan laporan, sementara Laporan

Bulanan Gabungan bagi BPR yang memiliki Kantor Cabang selambat-

lambatnya tanggal 16 (enam belas) setelah berakhirnya bulan laporan

yang bersangkutan.

c. Laporan bulanan BPRS yang selanjutnya disebut Laporan Bulanan

adalah laporan keuangan yang disusun oleh BPRS untuk kepentingan

Bank Indonesia, yang disajikan menurut sistematika yang ditentukan

oleh Bank Indonesia dalam format dan definisi yang seragam serta

dilaporkan dengan menggunakan sandi-sandi dan angka.

d. Laporan bulanan yang mencakup seluruh aspek keuangan dalam BPRS

antara lain:

1) Neraca.

2) Daftar Rincian Laba Rugi.

3) Rekening Administratif.

4) Daftar Rincian dari pos-pos dalam neraca dan pos-pos tertentu dari

rekening administratif serta rincian informasi penting lainnya.

Page 35: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

32

3. Rencana Kerja Tahun

Rencana kerja tahun adalah rencana kegiatan dan anggaran selama

1 (satu) tahun takwim yang disusun oleh direksi atau yang setingkat serta

disetujui oleh dewan komisaris. Rencana kerja wajib disusun secara realistis

dan sekurang-kurangnya memuat:

a. Rencana penghimpunan dana.

b. Rencana penyaluran dana.

c. Proyeksi neraca dan perhitungan laba rugi yang dirinci dalam 2 (dua)

semester.

d. Rencana pengembangan Sumber Daya Manusia.

e. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki/meningkatkan kinerja bank

dan upaya untuk menyelesaikan perrmasalahan yang ada

BPR wajib menyampaikan Rencana Kerja Tahunan kepada Bank

Indonesia, selambat-lambatnya pada akhir bulan Januari tahun yang

bersangkutan dan BPRS pelapor adalah kantor pusat BPRS.

Dalam laporan berkala ini masih ada hal lain yang harus di

parhatikan antara lain:

a. BPRS pelapor wajib memiliki sistem dan prosedur konvensi yang di

tuangkan dalam suatu pedoman tertulis dan wajib menunjuk petugas dan

penanggung jawab untuk, menyusun dan menyampaikan laporan

bulanan.

Page 36: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

33

b. BPRS dimyatakan terlambat menyampaikan laporan bulanan apabiala

melampaui batas waktu yang di tetapkan sampai dengan tanggal 21

bulan berikutnya setlah verkhirmya bulan laporan.

c. Dalam hal BPRS dibubarkan karena merger atau konsolidasi

denganBPRS lain sehingga tidak lagi menjadi BPRS Pelapor, BPRS

tetap wajib menyampaikan Laporan Bulanan untuk data akhir bulan

laporan sebelummerger atau konsolidasi.

d. Dalam hal BPRS masih dalam proses akuisisi dan sudah tidak

beroperasilagi, BPRS Pelapor tetap wajib menyampaikan Laporan

Bulanan ke BankIndonesia.

M. Evaluasi Kegiatan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, BPR Syariah harus

berdasarkan prinsip syariah Islam dalam menjalankan kegiatan operasionalnya

sebagaimana digariskan dalam Alquran dan hadits. Dalam penerapannya,

produk perbankan syariah dirumuskan dan memperoleh persetujuan dari Dewan

Syariah Nasional (DSN) sebagai lembaga yang ditetapkan pemerintah untuk

merekomendasikan produk perbankan syariah telah sesuai dengan ketentuan

syariah. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank syariah khususnya BPRS

masih memerlukan penyempurnaan, terutama dalam melaksanakan ketentuan-

ketentuan dan prinsip-prinsip syariah secara utuh.31

31 Antonio Muhammad Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 63.

Page 37: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

34

Hal ini dirasakan seperti dalam penerapan produk piutang murabahah,

dimana perjanjian antara bank dengan nasabah terkait dengan perjanjian jual

beli atas sesuatu barang untuk nasabah. Pihak bank telah mempelajari dengan

seksama pengajuan permintaan kebutuhan barang untuk mendukung kegiatan

nasabah, menyetujui permintaan nasabah untuk membeli barang dan menjual

kepada nasabah dengan harga sesuai dengan harga pokok penjualan ditambah

margim keuntungan yang diminta pihak bank.

Dalam pelaksanaannya, BPRS mengalami kesulitan dalam memenuhi

ketentuan fatwa DSN ketika dalam transaksi piutang murabahah pihak bank

masih memberikan uang bukan barang, lalu mempercayakan kepada nasabah

untuk membeli barang yang dikehendaki sesuai jenis dan spesifikasi yang telah

disepakati.

Hal ini masih terkesan bahwa BPRS memberikan pinjaman uang dan

bukan membelikan barang. Kesulitan teknis pada transaksi pembelian barang

sesuai kebutuhan nasabah yang melibatkan pihak ketiga/supplier diharapkan

dapat diminimalisir dengan terjalinnya kerjasama dengan pihak ketiga/supplier

sebagai mitra usaha BPRS dalam menyediakan barang-barang kebutuhan

nasabah. Namun, kendala dan permasalahan tersebut diharapkan dapat teratasi

manakala ada komitmen yang kuat dari stakeholders pengurus bank untuk

secara konsisten dan istiqamah menjalankan kegiatan usaha dan perjanjian

sesuai syariah Islam dan sesuai fatwa DSN.

Page 38: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

35

Pelaksanaan kegiatan usaha BPRS secara kaffah sesuai syariah Islam

mutlak dilakukan, karena justru dengan demikian kepercayaan masyarakat

kepada perbankan syariah akan semakin meningkat, bukan sebaliknya.

Menganggap pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah sama dengan kegiatan

usaha bank konvensional.

Sangat tepat jika cetak biru perkembangan perbankan syariah yang

disiapkan oleh biro Perbankan Syariah Bank Indonesia telah menggariskan

kebijakan stategis dan objektif sampai tahun 2004, yakni mendorong perbankan

syariah untuk mematuhi dan melaksanakan kegiatan operasional sesuai syariah

secara konsisten.

Dalam presefktif syariah, jika kegiatan usaha perbankan syariah

dilaksanakan semata-mata sesuai ketentuan syariah, maka diharapkan usaha

tersebut akan memperoleh rida dari Allah SWT dan memberikan kemaslahatan

bagi seluluh umat.

Selain itu dalam pertumbuhannya juga, operasionalisasi perbankan

syariah masih bertumpu pada aturan-aturan yang diterapkan dalam bank

konvensional karena industri perbankan konvensional telah berkembang selama

3 abad dan perbankan syariah baru tumbuh dalam tiga dekade terakhir.

Walaupun disadari bahwa perbankan syariah berbeda secara sistem dari bank

konvensional, baik menyangkut sistem operasional dan beberapa produk

perbankan yang sangat spesifik terkait dengan syariah Islam.

Page 39: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

36

Dalam perbankan konvensional peminjaman uang dalam bentuk kredit

dengan mengambil bunga tertentu diperbolehkan, namun untuk bank syariah

peminjaman uang tidak boleh ada nilai lebih.

Artinya jika nasabah diberi pinjaman seribu rupiah maka harus kembali

seribu rupiah, tidak boleh ada lebih, karena kelebihan pembayaran tersebut

dikategorikan riba. Hal-hal semacam ini menunjukkan perlakukan yang berbeda

sekaligus membutuhkan pemahaman atas pengawasan yang berbeda.

Regulasi sistem pengawasan atas bank syariah masih banyak

mendasarkan pada pola bank konvensional. Kondisi ini tidak dapat sepenuhnya

disalahkan karena perkembangan bank syariah tidak mulus. Bank Syariah

pertama dimulai di Mesir pada tahun 1963 dalam bentuk bank tabungan

pedesaan dan ditutup tahun 1973 karena alasan politis. Di Pakistan didirikan

bank koperasi dengan dasar syariah namun pada bulan Juni 1965 bank tersebut

ditutup disebabkan karena salah dalam pengelolaan dan kurangnya supervisi

resmi. Baru pada tahun 1975, Dubai Islamic Bank menjadi pelopor dalam

peletakan awal sendi-sendi perbankan syariah di dunia. Setelah pendirian

tersebut, tercatat sampai akhir tahun 1996 telah didirikan lebih dari 166 lembaga

keuangan syariah atas prakarsa swasta maupun pemerintah.

Page 40: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

37

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia juga tidak terlepas dari

perkembangan perbankan syariah internasional. Sejak adanya perbaikan dalam

undang-undang perbankan pasca Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

menunjukkan peningkatan yang sangat pesat. Hal tersebut ditunjukkan dengan

asset bank syariah pada tahun 1993 sebesar Rp460 miliar, tahun 1998 sebesar

Rp600 miliar dan pada September 2004 telah menjadi Rp12 triliun.32

Dibalik perkembangan aset yang menggembirakan tersebut, terdapat

kekhawatiran bahwa perkembangan perbankan syariah merupakan suatu eforia

reformasi. Eforia perkembangan yang pesat merupakan perkembangan yang

semu dan berbahaya bila tidak dilandasi kerangka kelembagaan dan pengaturan

yang memadai dari aspek best practices. Kerangka kelembagaan dan

pengaturan yang tidak memadai rentan terhadap berbagai bentuk kejahatan

yang senantiasa mengintai industri perbankan nasional.

Sejarah pengaturan dan pengawasan perbankan di Indonesia tidak

terlepas dari adanya keinginan untuk mengembangkan perbankan nasional

sekaligus untuk menanggulangi kejahatan perbankan yang menyertainya.

Pengawasan bank melalui audit terhadap bank pemerintah dilakukan

berlapis-lapis oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Kantor Akuntan Publik termasuk oleh

Bank Indonesia (BI) sendiri. Namun, mengapa dengan berbagai upaya tersebut,

pembobolan yang mencolok mata tetap terjadi.

32 Antonio Muhammad Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 69.

Page 41: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

38

Pembobolan Bank BNI melalui transaksi L/C fiktif, yang nilainya

mencapai di atas Rp1 triliun, terjadinya permainan atau pemalsuan dokumen

NCD (Negotiable Certificate Document) di Bank Mandiri, merefleksikan

pengawasan bank yang belum berjalan sebagaimana mestinya (Bisnis Indonesia,

27/10/2003).

Fakta-fakta di atas menimbulkan pertanyaan apakah Bank Indonesia

sebagai pengatur bank di Indonesia mampu melakukan pengaturan yang efektif

terhadap perbankan syariah. Kasus-kasus kejahatan perbankan seperti di atas,

bukan tidak mungkin dapat menimpa perbankan syariah. Fakta-fakta ini

menunjukkan bahwa penelitian dan kajian manajemen risiko bukan hanya untuk

BI tetapi juga untuk manajemen bank itu sendiri. Perlu usaha bersama dari

berbagai pihak agar di dapatkan model manajemen risiko yang lebih sesuai

dengan bank syariah.

Page 42: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

39

N. Harapan Pengembangan Usaha Bank Pengkreditan Rakyat Syariah

(BPRS) di Masa Mendatang

Adapun yang menjadi harapan pengembangan usaha Bank Pengkreditan

Rakyat Syariah (BPRS) di masa mendatang, yaitu:33

1. Peningkatan Kegiatan Sosialisasi Produk dan Jasa Perbankan

Syariah ke seluruh Lapisan Masyarakat

Sosialisasi produk perbankan syariah masih dirasakan sangat

kurang. Merujuk hasil penelitian kinerja industry BPRS di Indonesia

yang diselenggarakan oleh biro perbankan syariah Bank Indonesia tahun

2002, diperoleh gambaran bahwa pemahaman masyarakat terhadap

kegiatan operasional bank syariah khususnya dan konsep keuamgam

syariah pada umunya masih perlu ditingkatkan.

Media promosi produk dan kegiatan operasional perbankan

syariah pada umumnya baru sebatas penyediaan brosur, melalui

pelayanan dan pemasaran langsung petugas bank dengan pelayanan

jemput bola, dan memanfaatkan peran alim ulama serta tokoh

masyarakat dalam memasarkan produk perbankan syariah. Penggunaan

medis cetak dan elektronik tampaknya belum menjadi alternative

promosi bagi BPRS. Dana promosi yang terbatas yang dialokasikan

dalam anggaran belanja BPRS terkait dengan masih kecilnya skala

operasional BPRS itu sendiri.

33 Antonio Muhammad Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, hlm. 72.

Page 43: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

40

Perlu kiranya dipikirkan kegiatan promosi bersana yang

diselenggarakan atas partisipasi segenap unsure perbankan syariah,

industry keuangan syariah, lembaga penunjang lainnya dan semua pihak

agar perbankan syariah dan kegiatan investasi sesuai syariah lainnya

dikenal luas oleh masyarakat.

2. Teciptanya Altenatif Sumber Pendanaan dan Peningkatan

Kemampuan Permodalan BPRS

Pada tahun 1988, Bank Indonesia menyediakan fasilitas

pembiayaan likuiditas bagi BPRS dalam bentuk pembiayaan Modal

Kerja (PMK-BPRS) dan pembiayaan bagi Pengusa Kecil dan Mikro

(PPMK) dengan plafon sebesar maksimal satu kali jumlah modal disetor

BPRS untuk kategori BPRS yang berturut-turut sehat selama dua tahun

terakhir. Tetapi dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999, maka

Bank Indonesia tidak diperkenankan menyalurkan pembiayaan

likuiditas kepada perbankan, dan mengalihkannya kepada lembaga lain

yang dirujuk oleh pemerintah dan Bank Indonesia.

Fasiliatas pembiayaan modal kerja bagi perkembangan BRPS

dan fasilitas pembiayaan likuiditas Bank Indonesia tersebut betul-betul

dirasakan manfaatnya bagi BPRS, terutama untuk memenuhi

permintaan pembiayaan mudal kerja dari nasabah pengusaha kecil dan

mikro, sesuai arah dan sasaran yang hendak dicapai untuk

pengembangan usaha ekonoi produktif yang dikembangkan pengusaha

kecil dan mikro di pedesaan.

Page 44: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

41

Sejak dialihkannya penyediaan fasilitas pembiayaan tesebut dari

Bank Indonesia kepada lembaga lain, akses BPRS untuk memperoleh

sumber pendanaan selain dari penghimpunan dana dari masyarakat lebih

banyak diperoleh dari kerjasama pembiayaan dengan bank umum

syariah untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah BPRS

lemahnya sumber pendanaan BPRS juga karena kesulitan BPRS itu

sendiri untuk mengakses sumber pendanaan dari lembaga dan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) yang membatasi penempatan

investasinya hanya di bank umum atau bank pemerintah lainnya.

Sementara itu kemampuan para pemegang saham dalam

meningkatkan struktur permodalan bank terutama dalam rangka

mengimbangi peningkatan dan perkembagan usaha bank juga masih

belum diharapkan. Keadaan ini mungkin sejalan dengan keadaan

perekonomian nasional secara makro pada saat ini yang belum pulih

sesuai yang diharapkan. Kesulitan sumber pendanaan bagi BPRS ini

dapat dibantu dengan melonggarkan kewajiban investasi dari badan

usaha milik pemerintah dan swasta dan memberikan peluang

berinvestasi d BPRS, dengan tetap memperhatikan prinsp-prisip dan

kaidah investasi yang aman dan menguntungkan.

Kebijakan penyaluran pembiayaan usaha kecilm s\dari

penyisihan 5% dari laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kepada

pengusaha kecil, menengah dan koperasi dalam rangka pengembangan

usahanya, kiranya dapat disalurkan melalui BPRS sebagai dana bergulir.

Page 45: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

42

Dengan demikian efektivitas penyaluran pembiayaan tersebut

diharapkan lebih meningkat.

3. Peningkatan Kehandalan Bankir BPRS dalam Memahami Prinsip

Syariah

Keterbatasan banker syariah yang handal dan menguasai

operasional perbankan syariah serta menjalankan secra konsukeun

prinsip-prisip syariah merupakan masalah yang mendasar bagi

perbaikan BPRS dan pengembangan di masa mendatang.

Lembaga pendidikan non formal yang khusus memberikan

pelatihan (training) tentang produk dan ajsa perbankan syariah masih

terbatas. Maka diharapkan akan tumbuh lembaga-lembaga baru sebagai

pendukung pengembangan BPRS, termasuk antaranya

lembaga/konsultan perbankan syariah.

Page 46: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

iii

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

MUI. 2006. Fatwa-Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.

Jakarta: MUI.

Sjahdeini, Sutan Remy. 2005. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam

Tata Hukum Perbankan Islam. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.

Sudarsono, Heri. 2005. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan

Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonesia.

Syafi’I, Antonio Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktik.

B. Peraturan Perudang-undangan

Republik Indonesia. 1998. Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 72 Tahun 1992 tentang Bank

Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil Pasal 1 (butir 4) Undang-undang No. 10

Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992

tentang Perbankan. Lembaran Negara RI Tahun 1998 No. 10. Sekretariat

Negara. Jakarta.

Republik Indonesia. Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No.

32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan

Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah. Sekretariat Bank Indonesia. Jakarta.

Page 47: BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) · BANK PENGKREDITAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Islam II, Semester

iv

Republik Indonesia. Keppres No. 38 tahun 1988 tentang Bank Pengkreditan

Rakyat. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta.

Republik Indonesia. SK Direksi BI No. 32/34/Kep/Dir, tanggal 12 Mei 1999

tentang Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah dan SK Direksi BI No.

32/36/Kep/Dir, tertanggal 12 Mei 1999 dan Surat Edaran BI No.

32/4/KPPB tanggal 12 Mei 1999 tentang Bamk Perkreditan Rakyat

Berdasarkan Prinsip Syariah. Sekretariat Bank Indonesia. Jakarta.