Upload
dewi-mustika
View
749
Download
27
Embed Size (px)
Citation preview
50
BAB 4
ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
Dalam penilaian peluang ekspansi usaha industri batako press mesin ini di Perigi Lama
digunakkan asumsi banyaknya permintaaan dan penawaran batako yang cukup tinggi yang
menimbulkan prospek usaha yang begitu menjanjikan dimasa yang akan datang. Yang hal ini
ditunjukkan dengan adanya penjualan bagi perusahaan sehingga menghasilkan laba yang cukup
signifikan bagi kegiatan operasional perusahaan selanjutnya. Dan dalam penilaian kelayakan
rencana usaha produksi batako ini digunakan beberapa aspek-aspek yang relevan yang dikaji
untuk menentukan suatu rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak. Hal ini dilakukan
untuk menghindari kerugian biaya yang lebih besar karena menjalankan usaha yang belum tentu
layak untuk dijalankan.
Dalam penilaian ini aspek-aspek yang cukup relevan untuk dikaji dalam rencana usaha
produksi batako adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
lingkungan, dan aspek keuangan.
4.1 Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
4.1.1 Analisis Aspek Pasar
Sebelum membahas lebih dalam dari berbagai aspek dalam kelayakan suatu usaha,
terlebih dahulu akan dilakukan analisis terhadap aspek pasar. Analisis ini ditujukan untuk melihat
besarnya potensi permintaan dan menentukan target penjualan perusahaan. Oleh karena itu,
dibuat proyeksi penjualan secara kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode perkiraan
kualitatif, berdasarkan observasi dilapangan terhadap permintaan batako dari tahun sebelumnya.
51
Tabel 4.1 Proyeksi permintaan batako tahun 2007 (dalam buah)
Sumber: Data dari perusahaan
Bulan Permintaan Bulan Permintaan Januari 1.045.000 Juli 1.045.000 X 0.688 = 60.000 X 1.090 = 95.000 12 12 Februari 1.045.000 Agustus 1.045.000 X 0.803 = 70.000 X 1.148 = 100.000 12 12 Maret 1.045.000 September 1.045.000 X 0.861 = 75.000 X 1.148 = 100.000 12 12 April 1.045.000 Oktober 1.045.000 X 0.918 = 80.000 X 1.033 = 90.000 12 12 Mei 1.045.000 November 1.045.000 X 0.976 = 85.000 X 1.148 = 100.000 12 12 Juni 1.045.000 Desember 1.045.000 X 1.033 = 90.000 X 1.148 = 100.000 12 12
Sehingga didapat perincian total perkiraan penjualan batako ditahun 2007 adalah
sebesar 1.045.000 buah batako dengan asumsi penjualan sebagai berikut:
Permintaan penjualan
Bulan
2004 2005
Permintaan rata-rata
2004-2005
Rata-rata permintaan
Bulanan
Rata-rata indeks
musiman January 20000 36000 28000 40000 0.688 February 30000 34000 32000 40000 0.803 Maret 30000 38000 34000 40000 0.861 April 32000 40000 36000 40000 0.918 Mei 35000 43000 39000 40000 0.976 Juni 40000 42000 41000 40000 1.033 Juli 38000 50000 44000 40000 1.090 Agustus 45000 47000 46000 40000 1.148 September 40000 52000 46000 40000 1.148 Oktober 35000 47000 41000 40000 1.033 November 45000 47000 46000 40000 1.148 Desember 35000 57000 46000 40000 1.148 Total 425000 533000 479000 480000 11.994
52
1. Januari 2007
Perkiraan penjualan pada awal usaha dibulan Januari ini diasumsikan sebanyak 60.000 buah.
Pada awal bulan ini direncanakan penjualan akan dilakukan langsung oleh perusahaan
dengan terjun ke pasar-pasar atau toko-toko material untuk memperkenalkan produk.
Asumsi penjualannya ke pasar-pasar:
a. Batako ukuran 38 cm terjual sebanyak 30.000 buah
b. Batako ukuran 36 cm terjual sebanyak 30.000 buah
2. Februari 2007
Perkiraan penjualan bulan Februari adalah sebanyak 70.000 buah. Pada bulan ini
diperkirakan perusahan akan mendapatkan 1 toko material. Perkiraan penjualan untuk 1 toko
material mampu menjual sebesar 80.000 buah dalam waktu 1 bulan. Perusahaan
memperkirakan toko material dapat menjual produk sebanyak 50% nya dari total penjualan
toko material dalam 1 bulan. Pada bulan ini juga diasumsikan perusahan masih menjual ke
pasar-pasar sebanyak 30.000 buah.
Asumsi penjualan:
a. Toko material terjual batako ukuran 38 cm = 40.000 buah
b. Pasar terjual batako ukuran 36 cm = 30.000 buah
3. Maret 2007
Perkiraan penjualan bulan Maret diasumsikan sebanyak 75.000 buah. Dengan
memperkirakan perusahaan masih mempunyai 1 toko material, tetapi penjualan toko
material tersebut meningkat. Diperkirakan perusahaan juga masih menjual produknya
kepasar-pasar sebanyak 30.000 buah untuk lebih cepat merangsang pasar dan dapat melirik
toko material-material lain.
Asumsi penjualan:
a. Toko material terjual batako ukuran 36 cm = 25.000 buah
b. Toko material terjual batako ukuran 38 cm = 20.000 buah
c. Pasar terjual batako ukuran 36 cm = 12.500 buah
53
d. Pasar terjual batako ukuran 38 cm = 17.500 buah
4. April 2007
Diperkirakan penjualan bulan ini adalah sebanyak 80.000 buah. Dengan perkiraan
perusahaan mendapatkan penambahan 1 toko material sehingga bulan ini menjadi 2 toko
material. Diperkirakan penjualan toko material A dapat menjual sebanyak 35.000 buah untuk
batako ukuran 38 cm dan toko material B mampu menjual sebanyak 10.000 buah untuk
batako ukuran 36 cm. Dan perusahaan tetap menjual ke pasar-pasar sebanyak 35.000 buah.
Asumsi penjualan:
a. Toko material A terjual batako ukuran 38 cm dan batako ukuran 36 cm =
35.000 buah (25.000 buah dan 10.000 buah)
b. Toko material B menjual batako ukuran 36 cm = 10.000 buah
c. Pasar 25.000 buah ukuran 38 cm dan 10.000 buah ukuran 36 cm = 35.000
buah
5. Mei 2007
Diperkirakan penjualan bulan Mei sebanyak 85.000 buah. Pada bulan ini diasumsikan
perusahaan tetap masih mempunyai 2 toko material. Toko material A diperkirakan dapat
menjual sebanyak 45.000 buah dan toko material B sebanyak 30.000 buah. Sedangkan
penjualan pasar diasumsikan sebanyak 10.000 buah.
Asumsi Penjualan:
a. Toko material A batako ukuran 38 cm = 25.000 buah
b. Toko material A dapat menjual ukuran 36 cm sebanyak 20.000 buah
c. Toko Material B ukuran 38 cm dan ukuran 36 cm = 30.000 buah (15.000 dan
15.000)
d. Pasar terjual ukuran 38 cm = 10.000 buah
6. Juni 2007
Perkiraan penjualan pada bulan Juni adalah 90.000 buah. Pada bulan ini diperkirakan
perusahan dapat menambah 1 toko material lagi. Tetapi di bulan ini perusahaan tidak
54
menjual produk kepasar-pasar. Para toko material diperkirakan mampu menjual sebanyak
ketersediaan barang ditoko.
Asumsi penjualan:
a. Toko material A terjual sebanyak 40.000 buah. (Untuk ukuran 36 cm 15.000
dan 25.000 buah untuk ukuran 38 cm)
b. Toko material B terjual = 40.000 buah (ukuran 38 cm 25.000 buah dan
ukuran 36 cm 15.000 buah)
c. Toko material C terjual ukuran 36 cm 10.000 buah
7. Juli 2007
Perkiraan penjualan pada bulan Juli 2006 sebesar 95.000 buah. Pada bulan ini diperkirakan
perusahaan masih tetap mempunyai 3 toko material. Tetapi, diantara ke tiga toko material
tersebut diantaranya ada yang mengalami peningkatan penjualan.
Asumsi penjualan:
a. Toko material A terjual batako ukuran 36 cm = 20.000 buah
b. Toko material B terjual sebanyak 37.500 buah (22.500 ukuran 38 cm dan
15.000 untuk ukuran 36 cm)
c. Toko material C terjual ukuran 36 cm = 15.000 buah
d. Toko material C terjual ukuran 38 cm = 22.500 buah
8. Agustus 2007
Diperkirakan pada bulan Agustus ini penjualan mengalami peningkatan menjadi sebesar
100.000 buah. Pada bulan ini di asumsikan perusahaan masih memiliki 3 toko material.
Asumsi penjualan:
a. Toko material A ukuran 38 cm = 20.000 buah
b. Toko material B terjual = 40.000 buah (20.000 ukuran 38 cm dan 20.000
ukuran 36 cm)
c. Toko material C terjual = 40.000 buah (20.000 ukuran 38 cm dan 20.000
ukuran 36 cm)
55
9. September 2007
Di asumsikan pada bulan ini penjualan tetap sebesar 100.000 buah. Di asumsikan
perusahaan masih tetap memiliki 3 toko material. Pada bulan ini penjualan meningkat
dikarenakan penggunaan akan batako semakin diperlukan, dan juga dikarenakan bahan baku
batako semakin mudah untuk diperoleh.
Asumsi Penjualan:
a. Toko material A terjual 35.000 buah (15.000 ukuran 38 cm dan 20.000
ukuran 36 cm)
b. Toko material B terjual 35.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 25.000
ukuran 36 cm)
c. Toko material C terjual 30.000 buah (15.000 ukuran 38 cm dan 15.000
ukuran 36 cm)
10. Oktober 2007
Di perkirakan penjualan pada bulan ini turun sebanyak 90.000 buah, karena menyambut hari
raya Idul Fitri. Namun diasumsikan pada bulan oktober perusahaan tetap menambah 1 toko
material sehingga memiliki 4 toko material.
Asumsi Penjualan:
a. Toko material A terjual 25.000 buah (12.000 ukuran 38 cm dan 13.000
ukuran 36 cm)
b. Toko material B terjual 23.250 buah(11.250 ukuran 38 cm dan 12.000
ukuran 36 cm)
c. Toko material C terjual 20.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 10.000
ukuran 36 cm)
d. Toko material D terjual 21.750 buah (11.750 ukuran 38 cm dan 10.000
ukuran 36 cm)
56
11. November 2007
Perkiraan penjualan bulan ini naik lagi sebanyak 100.000 buah. Penjualan pada bulan ini
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dikarenakan, kebutuhan akan batako
meningkat seiring dengan lewatnya hari raya Idul Fitri. Dan juga di perkirakan perusahaan
akan menambah 1 toko material lagi sehingga menjadi 5 toko material.
Asumsi Penjualan:
a. Toko material A terjual 22.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 12.000
ukuran 36 cm)
b. Toko material B terjual 23.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 13.000
ukuran 36 cm)
c. Toko material C terjual 25.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 15.000
ukuran 36 cm)
d. Toko material D terjual ukuran 38 cm sebanyak 10.000 buah
e. Toko material E terjual 20.000 buah (10.000 ukuran 38 cm dan 10.000
ukuran 36 cm)
12. Desember 2007
Perkiraan penjualan pada bulan ini tetap sebanyak 100.000 buah. Dikarenakan kebutuhan
akan batako pada bulan ini mengalami stagnan. Dan juga di asumsikan pada bulan ini
perusahaan mengalami penambahan toko material baru, sehingga menjadi 6 toko material
langganan.
Asumsi Penjualan:
a. Toko material A terjual 19.000 buah (12.000 ukuran 38 cm dan 7.000 ukuran
36 cm)
b. Toko material B terjual 23.000 buah (14.000 ukuran 38 cm dan 9.000 ukuran
36 cm)
c. Toko material C terjual 20.000 buah (15.000 ukuran 38 cm dan 5.000 ukuran
36 cm)
57
d. Toko material D terjual 17.000 buah (9.000 ukuran 38 cm dan 8.000 ukuran
36 cm)
e. Toko material E terjual 10.500 buah (5.000 ukuran 38 cm dan 5.500 ukuran
36 cm)
f. Toko material F terjual 10.500 buah (5.000 ukuran 38 cm dan 5.500 ukuran
36 cm)
Tabel 4.2 Perkiraan Penjualan Tahun Pertama (2007)
Bulan Penjualan/buahJanuari 60.000 Februari 70.000 Maret 75.000 April 80.000 Mei 85.000 Juni 90.000
Juli 95.000 Agustus 100.000
September 100.000 Oktober 90.000
November 100.000 Desember 100.000
Total 1.045.000 Sumber : Data diolah bulanan
Tabel 4.3 Perkiraan Penjualan (Dalam buah)
Asumsi Moderat
Sumber : Data diolah tahunan
No Tahun Persentase kenaikan
Total Penjualan
1 2007 -- 1.045.000 2 2008 10% 1.149.500 3 2009 15% 1.321.925 4 2010 20% 1.586.310 5 2011 15% 1.824.257
58
Tabel 4.4 Perkiraan Penjualan (Dalam buah)
Asumsi Optimis
Sumber : Data diolah tahunan
Tabel 4.5 Perkiraan Penjualan (Dalam buah)
Asumsi Pesimis
Sumber : Data diolah tahunan
A. Asumsi Moderat
1. Tahun 2007
Berdasarkan keterangan perkiraan penjualan yang terdapat dalam table 4.1 perkiraaan
penjualan tahun 1.
2. Tahun 2008
Diasumsikan pada tahun ini kenaikan penjualan 10% dari penjualan tahun pertama.
Perhitungannya
a. Kenaikan penjualan pertahun
= (10% X 1.045.000)
= 104.500
b. Kenaikan rata-rata perbulannya
No Tahun Persentase kenaikan
Total Penjualan
1 2007 -- 1.045.000 2 2008 15% 1.201.750 3 2009 20% 1.442.100 4 2010 20% 1.730.520 5 2011 15% 1.990.098
No Tahun Persentase kenaikan
Total Penjualan
1 2007 -- 1.045.000 2 2008 10% 1.149.500 3 2009 10% 1.264.450 4 2010 5% 1.327.673 5 2011 0% 1.327.673
59
= 104.500 per 12 bulan
= 8708.3 per bulan
= 1.045.000 + 104.500
= 1.149.500
3. Tahun 2009
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 15% dari total penjualan tahun
ke 2.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 3
= (15% X 1.149.500)
= 172.425
b. Total penjualan tahun ke 3
= 1.149.500 + 172.425
= 1.321.925
4. Tahun 2010
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 20% dari total penjualan tahun
ke 3.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 4
= (20% X 1.321.925)
= 264.385
b. Total penjualan tahun ke4
= 1.321.925 + 264.385
= 1.586.310
5. Tahun 2011
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan 15% dari total penjualan tahun ke 4. Karena
perusahaan menggunakan 2 mesin dengan kapasitas produksi maksimum 1 mesin 4000 batako
sehingga 1.200.000 batako pertahun/1 mesin.
Di asumsikan:
60
- Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
- Kapasitas maksimum 1 mesin 4000 batako per hari
- Produksi maksimum perbulan:
= 4000 X 25 hari kerja
= 100.000 per bulan
- Produksi maksimum per tahun:
= 100.000 X 12 bulan
= 1.200.000
- Sehingga kapasitas maksimal produksi tidak boleh lebih dari 2.400.000 buah batako.
Perinciannya sebagai berikut:
= 1 mesin/tahun 1.200.000 *2(pabrik ada 2 mesin)
= 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000 buah
B. Asumsi Optimis
1. Tahun 2007
Berdasarkan keterangan perkiraan penjualan yang terdapat dalam table 4.1 perkiraaan
penjualan tahun 1.
2. Tahun 2008
Diasumsikan pada tahun ini kenaikan penjualan 15% dari penjualan tahun pertama.
Perhitungannya
a. Kenaikan penjualan pertahun
= (15% X 1.045.000)
= 156.750
b. Kenaikan rata-rata perbulannya
= 156.750 per 12 bulan
= 13062.5 per bulan
= 1.045.000 + 156.750
61
= 1.201.750
3. Tahun 2009
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 20% dari total penjualan tahun
ke 2.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 3
= (20% X 1.201.750)
= 240.350
b. Total penjualan tahun ke 3
= 1.201.750 + 240.350
= 1.442.100
4. Tahun 2010
Diperkirakan pada tahun ini penjualan naik sebesar 20% dari total penjualan tahun ke 3.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 4
= (20% X 1.442.100)
= 288.420
b. Total penjualan tahun ke4
= 1.442.100 + 288.420
= 1.730.520
5. Tahun 2011
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan 15% dari total penjualan tahun ke 4. Karena
perusahaan menggunakan 2 mesin dengan kapasitas produksi maksimum 1 mesin 4000 batako
sehingga 1.200.000 batako pertahun/1 mesin.
Di asumsikan:
- Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
- Kapasitas maksimum 1 mesin 4000 batako per hari
- Produksi maksimum perbulan:
= 4000 X 25 hari kerja
62
= 100.000 per bulan
- Produksi maksimum per tahun:
= 100.000 X 12 bulan
= 1.200.000
- Sehingga kapasitas maksimal produksi tidak boleh lebih dari 2.400.000 buah batako.
Perinciannya sebagai berikut:
= 1 mesin/tahun 1.200.000 *2(pabrik ada 2 mesin)
= 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000 buah
C. Asumsi Pesimis
1. Tahun 2007
Berdasarkan keterangan perkiraan penjualan yang terdapat dalam table 4.1 perkiraaan
penjualan tahun 1.
2. Tahun 2008
Diasumsikan pada tahun ini kenaikan penjualan 10% dari penjualan tahun pertama.
Perhitungannya
a. Kenaikan penjualan pertahun
= (10% X 1.045.000)
= 104.500
b. Kenaikan rata-rata perbulannya
= 104.500 per 12 bulan
= 8708.3 per bulan
= 1.045.000 + 104.500
= 1.149.500
3. Tahun 2009
Diperkirakan pada tahun ini penjualan naik sebesar 10% dari total penjualan tahun ke 2.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 3
63
= (10% X 1.149.500)
= 114.950
b. Total penjualan tahun ke 3
= 1.149.500+ 114.950
= 1.264.450
4. Tahun 2010
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan penjualan sebesar 5% dari total penjualan tahun
ke 3.
a. Kenaikan Penjualan tahun ke 4
= (5% X 1.264.450)
= 63222.5
b. Total penjualan tahun ke4
= 1.264.450+ 63222.5
= 1.327.673
5. Tahun 2011
Diperkirakan pada tahun ini terjadi kenaikan 0% dari total penjualan tahun ke 4. Karena
perusahaan menggunakan 2 mesin dengan kapasitas produksi maksimum 1 mesin 4000 batako
sehingga 1.200.000 batako pertahun/1 mesin.
Di asumsikan:
- Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
- Kapasitas maksimum 1 mesin 4000 batako per hari
- Produksi maksimum perbulan:
= 4000 X 25 hari kerja
= 100.000 per bulan
- Produksi maksimum per tahun:
= 100.000 X 12 bulan
= 1.200.000
64
- Sehingga kapasitas maksimal produksi tidak boleh lebih dari 2.400.000 buah batako.
Perinciannya sebagai berikut:
= 1 mesin/tahun 1.200.000 *2(pabrik ada 2 mesin)
= 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000 buah
4.1.2 Analisis Aspek Pemasaran
Dalam rencana usaha produksi batako, aspek pemasaran merupakan salah satu aspek
yang penting untuk dikaji lebih mendalam. Agar dapat meningkatkan penjualan, perusahaan
diharuskan memilih strategi pemasaran yang tepat. Berbicara mengenai strategi pemasaran tidak
terlepas dari bagaimana perusahaan menentukan Segmen, Target, dan Position yang tepat bagi
calon pelanggannya, serta salah satu cara cepat untuk mempercepat penetrasi pasar.
1. Segmentasi pasar
a. Aspek Geografis
Dalam rencana usaha perluasan industri batako press ini, perusahaan secara cermat dan
teliti memilih daerah lokasi sehingga didapat didaerah Tangerang- Banten tepatnya di desa
Perigi Lama. Pertimbangan memilih lokasi tersebut karena pertumbuhan pembangunan
perumahan diderah ini cukup tinggi yang rata-rata dalam 1(satu) bulan terjadi pembangunan
5-6 rumah. Untuk itu perusahaan melihat prospek usaha batako ini sangat menjanjikan
dimasa mendatang dan juga karena jarak pengambilan bahan baku yang tidak terlalu jauh
yang hal ini berdampak pada biaya produksi yang akan dibebankan kepada calon konsumen.
b. Aspek Demografis
Dalam usaha ini tidak memandang istilah gender serta usia tetapi pada umumnya adalah
seseorang yang sudah mapan untuk membangun rumah, karena setiap orang pasti
membutuhkan batako untuk pembangunan rumahnya disamping bata merah. Ditambah
dengan perekonomian Indonesia yang semakin membaik perusahaan optimis bahwa
pendapatan penduduk disetiap daerah otomatis meningkat yang hal ini berdampak pada
tingginya permintaan akan batako.
65
c. Aspek Psikografis
Di Perigi Lama perusahaan melihat karakter(kepribadian) dan sikap penduduk sekitar cukup
mendukung usaha batako secara kondusif. Gaya hidup masyarakat sekitar masih standar
dengan yang ada didaerah lainnya yaitu pekerja/karyawan, usahawan serta petani.
d. Aspek Perilaku
Secara perilaku bakal calon pelanggan dari produk usaha batako ini cukup tinggi hal itu
dapat dilihat dari jumlah kepala keluarga yang berjumlah 15 orang dalam jarak + 100 meter.
Sikap orang disekitar lokasi cenderung konsumtif terhadap apa yang terjadi dipasar.
2. Target pasar
Perusahaan mencanangkan dalam 5 tahun kedepan usaha ini terus dapat berkembang sebesar
6-7% pertahun. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi ekonomi termasuk didalamnya tingkat
pendapatan penduduk, dan laju pertambahan penduduk yang berdampak pada kenaikkan akan
permintaan batako.
3. Posisi pasar
Perusahaan berkesinambungan secara rutin selalu memperbaiki kualitas produk batakonya
dalam menghadapi kerasnya persaingan dalam industri ini. Perusahaan menempatkan
produknya pada kualitas bahan serta kecepatan pengiriman. Dan perusahaan berusaha
membangun citra/image yang baik bagi konsumennya.
Dalam suatu rencana pemasaran pastinya ada hal-hal lain yang penting untuk dibahas
salah satunya adalah bauran pemasaran atau yang lebih dikenal dengan nama marketting mix.
Adapun kombinasi dari keempat bauran pemasaran tersebut antara lain:
1. Produk
Produk yang di perdagangkan perusahaan ini adalah merupakan produk batako lubang
2(dua). Produk batako digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan pembangunan rumah
kontrakkan dan rumah sederhana disamping penggunaan bata merah. Produk yang di
produksi terdiri dari 2 jenis antara lain:
66
a. Batako ukuran 38 cm
Perinciannya sebagai berikut:
- Panjang Lebar tinggi = 38cm, 8cm, 18cm.
- Berat 1 buah batako = 1.2 kg
- Kedalaman lubang
- Panjang = 16cm
- Lebar = 4 cm
b. Batako ukuran 36 cm
Perinciannya sebagai berikut:
- Panjang Lebar Tinggi = 36cm, 8cm, 17cm
- Berat 1 buah batako = 1 kg
- Kedalaman lubang
- Panjang = 13cm
- Lebar = 3.5cm
Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, maka dalam rencana usaha ini juga
mengalami perkembangan produk di masa yang akan datang, misalnya dengan melakukan
terobosan inovatif produk, yaitu dengan perubahan bentuk ukuran dan bahan yang
digunakan agar mutu lebih baik. Perkembangan produk tersebut juga dilihat dari kondisi
eksternal dan internal perusahan itu sendiri.
2. Harga
Dalam penentuan harga, merupakan salah satu keputusan yang cukup penting bagi
perusahaan. Dimana harga yang ditetapkan oleh perusahaan harus dapat memenuhi semua
biaya-biaya yang dikeluarkan, atau bahkan lebih dari itu, yaitu untuk memperoleh laba
semaksimal mungkin. Perusahaan dalam hal ini menggunakan sistem pengawasan mutu dan
standar perusahaan dimana keseluruhan harga yang ditetapkan disesuaikan dengan tingkat
pasar yang dituju. Pada rencana usaha produksi batako harga ditetapkan sebesar untuk
ukuran 38cm Rp 1.200 dan untuk ukuran 36cm Rp 1.050. Tetapi, seiring dengan
67
perkembangan perekonomian indonesia di masa yang akan datang, harga pun diasumsikan
dapat meningkat.
3. Distribusi
Rantai distribusi yang digunakan dalam rencana perusahaan ini hanya terdapat 1 jenis
saluran distribusi yaitu saluran distribusi langsung dimana perusahan secara langsung
menawarkan produknya ke toko-toko material atau langsung ke tangan konsumen rumah
tangga (saluran I tingkat). Berikut ini gambar saluran distribusi yang digunakan dalam
rencana usaha ini:
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.1
Rantai Distribusi Langsung
4. Promosi
Kegiatan promosi yang dilakukan dalam rencana usaha batako ini umumnya
menggunakan jasa perorangan dalam pelaksanaannya. Individu-individu yang melaksanakan
kegiatan personal selling disebut dengan tenaga penjual (Salesman). Tenaga penjual
(Salesman) tersebut dibekali dengan ilmu pendidikan tentang pengertian mengenai produk
yang akan dijual, pasar yang dituju sesuai target perusahaan, dan teknik-teknik penjualan
yang akan digunakan.
Selain dari itu, kegiatan promosi yang akan dilakukan dalam rencana usaha batako ini
adalah dengan memberikan bonus atau hadiah kepada para pelanggan (material) atau
konsumen langsung yang dapat berupa potongan harga, apabila mereka dapat menjual dan
membeli produk melebihi target penjualan yang telah ditetapkan perusahaan.
Perusahaan/ pabrik Toko bahan bangunan/ Material
Konsumen
68
Kesimpulan:
Berdasarkan analisis aspek pasar dan pemasaran bahwa rencana usaha ini dinyatakan
layak. Aspek pasar dalam usaha ini adalah bahwa kebutuhan akan batako diperkirakan akan
terus meningkat sehingga terjadi over demand sedangkan aspek pemasaran hanya ditekankan
pada kemampuan perusahaan untuk menjalin kerja sama yang baik dengan toko material-
material maupun konsumen langsung. Karena pemasaran dalam usaha ini terfokus pada kerja
sama dengan para pelanggannya.
4.2 Analisis Aspek Teknis
Setelah dilakukan analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, selanjutnya analisis
terhadap aspek teknis segera dilakukan. Analisis terhadap aspek teknis ini meliputi penilaian
alternatif lokasi bisnis, proses produksi, kapasitas produksi, dan lay out / tata letak pabrik.
4.2.1 Penilaian Alternatif Lokasi Usaha
Penentuan lokasi proyek merupakan hal yang cukup penting untuk dipertimbangkan,
karena penentuan lokasi yang tidak tepat akan menimbulkan kendala yang menyebabkan
gagalnya suatu proyek bisnis maupun perkembangan penjualan perusahaan.
Pada rencana usaha produksi batako ini sudah terdapat lokasi yang akan dipilih yaitu di
Perigi Lama. Untuk pemilihan lokasi menggunakan metode kualitatif “subyektif”. Dalam penilaian
alternatif lokasi metode kualitatif subyektif ini tidak dapat tentukan secara pasti maka
menggunakan faktor–faktor yang akan dipertimbangkan dalam penentuan lokasi pabrik. Faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah:
1. Sarana Transportasi, yaitu memperhitungkan bagaimana akses dari/ke material maupun
konsumen langsung. Dan untuk kemudahan akses bahan baku produksi.
2. Kondisi Geografis, yaitu memperhitungkan kondisi iklim dan kelembaban masing-masing
daerah yang dalam produksi batako sangat berpengaruh misal hujan.
69
3. Ketersediaan Tenaga kerja, yaitu memperhitungkan tersedianya tenaga kerja terlatih dan
terdidik.
4. Ketersediaan bahan bakar minyak(solar), yaitu Menjamin dan memperhitungkan ketersediaan
bahan bakar untuk kelancaran proses produksi selama proses operasonal perusahaan
berlangsung.
5. Air dan listrik, yaitu memperhitungkan ketersediaan air dan listrik untuk keperluan dan
kebutuhan dalam kelancaran proses produksi perusahaan.
4.2.2 Produksi
4.2.2.1 Proses Produksi
Dalam rencana usaha batako ini, perusahaan memproduksi 2 jenis produk batako yaitu
batako dengan ukuran 38cm dan batako dengan ukuran 36cm. Perusahaan memilih
memproduksi batako dengan dua ukuran tersebut karena permintaan batako dengan ukuran
38cm dan ukuran 36cm relatif tinggi. Berikut ini proses produksi ke-2(dua) batako tersebut.
Berhubung proses kedua batako tersebut sama, maka dibuat 1(satu) diagram proses produksi
batako tersebut.
1. Tahapan proses produksi untuk batako baik untuk ukuran 38cm maupun 36cm adalah tahap
pertama bahan baku berupa teras diproses kedalam mesin molen bersama semen dan
hancuran batako, kemudian tahap kedua, proses pemberian zat kimia oker yaitu penghitam
batako dengan cara menuangkan sebanyak 3 centong. Tahap ketiga, bahan tersebut
didorong dan dicetak didalam mesin press batako. Tahap keempat batako jadi tersebut
dibawa ketempatnya diatas besi siku. Kemudian tahap terakhir proses pengeringan, yaitu
memindahakan batako ketanah untuk terkena sinar matahari untuk mempercepat proses
pengeringan yang biasanya memakan waktu + 4 hari. Proses produksi batako tersaji dalam
gambar 4.6.
70
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.2 Proses Produksi Batako
4.2.2.2 Bahan baku
Bahan baku dalam produksi batako ini adalah berupa Teras gunung. Teras ini diperoleh
didaerah pegunungan diBogor. Atau dari teras-teras yang ada dipinggir jalan disepanjang jalan
kelokasi pengambilan bahan(gunung). tetapi tidak semua daerah yang dekat dengan gunung
terdapat teras, tapi ada juga gunung yang menghasilkan pasir hitam. Dan setiap daerah yang
dekat dengan gunung terasnya berbeda-beda satu dengan daerah yang lainnya. Teras yang
memiliki kualitas yang baik adalah teras yang jarang ada batunya serta tidak terlalu basah. Teras
yang baik terdapat didaerah jawa yaitu Bogor dan Tangerang .
Dalam pembuatan batako, teras yang baik didapat pada musim kemarau. Musim
kemarau bagi para pengusaha bahan maupun pengusaha batako terjadi antara bulan Juli (Ke 7)
sampai bulan Oktober (ke 10), sehingga musim panen untuk mencetak batako berlangsung
selama 3 bulan dalam setahun.
Selama musim panen berlangsung, umumnya harga batako mengalami penurunan,
dikarenakan batako yang dihasilkan oleh para pengusaha batako meningkat, oleh karena itu
harga persaingan antar perusahaan batako menjadi naik tinggi dan umumnya berkisar antara Rp
950,-/buah sampai Rp 1000,-/buah. Tetapi, selama tidak musim panen harga batako mengalami
peningkatan sampai Rp 1.200,-/buah.
Bahan baku Proses Pengadukan
Proses Pemberian Zat Kimia/oker
Proses Pencetakan
Proses Penempatan
Proses Pengeringan
Produk Batako
71
Permintaan akan teras gunung sebagai bahan baku produksi batako tidak akan
kekurangan pada saat musim tidak panen serta bahan baku yang sekarang diambil masih cukup
untuk 20 tahun kedepan untuk satu lokasi. Jadi stok bahan baku batako mencukupi untuk bulan-
bulan pada saat tidak musim panen.
4.2.2.3 Peralatan Produksi
Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah:
1. Mesin Penggilingan batako
Mesin penggiling terbuat dari bahan besi plat, yang dapat digunakan dalam jangka waktu
yang cukup lama dengan harga Rp 1.000.000,-. Untuk menunjang mesin itu dipakai mesin
genset yang berkekuatan 30KVA.
2. Mesin Diesel(genset)
Mesin diesel yang dipakai dipabrik adalah mesin truck fuso dengan tenaga 140 daya kuda
dengan harga Rp 30.000.000,-. Jangka waktu pemakaian mesin ini 10 tahun. Mesin ini
memegang peranan penting dalam operasional perusahaan, karena tanpa mesin ini proses
produksi tidak bisa berjalan dengan lancar.
3. Mesin Molen
Mesin molen ini digunakan untuk proses pengadukan batako antara semen, bahan baku dan
zat kimia yang disebut dengan oker. Berbentuk bulat dan terbuat dari besi plat, mesin ini di
gerakan dengan mesin genset berkekuatan 30KVA. Diperkirakan harga mesin molen ini
adalah Rp 1.000.000,-.
4. Alat cetak
Alat pencetak batako terbuat dari besi baja dan plat. Dalam pembuatan cetakan harus
dipesan 3 bulan sebelumnya, dengan jumlah minimal 4 - 5 cetakan @Rp 800.000, jadi Rp
3.200.000.
72
5. Mesin Pres
Mesin pres digunakan untuk mencetak batako secara presisi. Dan memastikan bahwa hasil
batako dalam kondisi baik. Untuk mencetak batako digunakan 1 unit mesin, masing-masing
berharga Rp 900.000, jadi Rp 1.800.000.
6. Papan kayu
Papan yang digunakan terbuat dari bahan triplek dengan lapisan sebanyak 7 lapis untuk
menahan getaran mesin press batako selama proses pencetakan. Untuk pemesanan
diharapkan 3 bulan sebelum operasional pabrik, dengan jumlah pemesanan minimal
sebanyak 6000 buah dengan harga @Rp 2.000, jadi Rp 12.000.000.
7. Besi Siku
Besi siku terdiri dari sebuah besi panjang dengan panjang + 5 meter. Berdiameter 15cm.
Besi ini digunakan untuk menunjang hasil cetakan batako yang sudah jadi, untuk hasil
batako sebanyak 1000 buah dibutuhkan besi siku sebanyak 10 buah dengan harga @Rp
7.000.-, pemesanan dilakukan sebanyak 60 buah jadi Rp 420.000.
8. Peralatan lainnya (Handdle, Contacteur, MCB)
Peralatan ini digunakan untuk memperlancar proses produksi dan sebagai penahan arus
listrik yang dihasilkan oleh mesin diesel. Rata-rata peralatan yang digunakan berdaya 30-60A
yang didalamnya terbuat dari kawat timah penahan arus listrik dengan harga:
Handdle @Rp 60.000 = 3 buah 30A Rp 180.000
Contacteur @Rp 200.000 = 3 buah 60A Rp 600.000
MCB (Mini Circuit Breaker) @Rp 100.000 = 3 buah 30A Rp 300.000
4.2.3 Kapasitas Produksi
Dikarenakan permintaan akan produk batako terus meningkat, sampai over demand
maka kapasitas produksi ditentukan oleh kemampuan mesin berproduksi (dalam satuan tahun).
Pada rencana usaha produksi batako ini kemampuan 1 mesin press batako secara normal = 2000
73
batako per hari dan per tahunnya sebanyak 600.000/1mesin kalau 2(dua) mesin sebanyak
1.200.000 batako.
Tetapi masih dapat di maksimalkan sebanyak 100% dari produksi per tahunnya.
Sehingga menjadi: 1 mesin secara maksimal 4000 batako sehingga perbulan 200.000 dan
pertahun adalah sebanyak 2.400.000 buah batako.
Kapasitas maksimum produksi sebesar 1.200.000 + 1.200.000 = 2.400.000/tahun.
4.2.4 Layout Pabrik
Karena tempat yang terbatas maka perusahaan harus memikirkan bagaimana
seharusnya penentuan tata letak pabrik yang akan didirikan secara efektif dan efisien untuk
digunakan dalam kegiatan operasioanal pruduksi batako ini. dalam rencana usaha batako ini
harus dilakukan secara cermat dan tepat, sehingga lahan pabrik dapat menjadi efisien. Dengan
memperhatikan bagian-bagian mulai dari proses pengolahan bahan baku, proses pengadukan,
proses pemberian zat kimia atau Oker, proses pencetakan, proses penempatan, proses
pengeringan, hingga pada proses barang jadi. Mesin yang digunakan dalam kegiatan pencetakan
batako ini tidak terlalu banyak, tetapi mengunakan tenaga kerja yang cukup banyak yaitu untuk
satu mesin menggunkan 4 orang dan 1 orang yang memindahkannya ketanah lapang untuk
terkena sinar matahari langsung. Dengan pengawasan membuat proses produksi akan berjalan
lancar dan efisien. Pada proses ini semua bagian mempunyai peran penting untuk terbentuknya
suatu produk.
74
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.3 Rencana Layout Pabrik
Keterangan:
1. Pintu depan utama
2. Kantor perusahaan dan ruang tunggu tamu/calon konsumen
3. Gedung atau bangunan tempat proses pengolahan dan pencetakan bahan baku hingga menjadi barang jadi.
4. Rumah tempat tinggal para karyawan yang umumnya dibuat tinggi sekitar 5 meter dari bawah tanah.
5. Gedung tempat penyimpanan mesin diesel atau genset untuk keperluan operasional perusahaan.
6. Gedung tempat penyimpanan batako untuk proses pengeringan jikalau hujan atau ditaruh ditanah agar terkena sinar
matahari.
7. Mesin penggilingan batako untuk menggiling hancuran batako dan dicampur kembali pada proses pencetakan batako
baru.
8. Toilet
1
2
3
4
5
6
7a
7b
8
75
4.3 Analisis Aspek Manajemen
Selanjutnya aspek yang dianalisis adalah aspek manajemen. Rencana manajemen yang
dibahas disini adalah manajemen dalam kegiatan operasional perusahaan yang meliputi:
4.3.1 Jenis pekerjaan dan persyaratan jabatan
a. Jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan.
Jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
manajerial dan kelompok operasional. Kelompok manajerial terdiri dari pemilik, direktur dan
keuangan, sedangkan kelompok operasional terdiri dari pemasaran, kepala produksi, dan
staff pekerja.
b. Persyaratan kemampuan untuk menduduki bagian kunci.
Untuk mengisi jabatan kunci, dalam hal ini yang dimaksud adalah Direktur diperlukan
persyaratan sebagai berikut:
Pendidikan minimal : S1 atau D3
Pengalaman : minimal 3 tahun dibidang yang bersangkutan
Mampu memberi motivasi, tegas dan disiplin
Menguasai daerah Tangerang dan sekitarnya
Untuk Keuangan persyaratan sebagai berikut:
Pendidikan minimal : S1 atau D3 accounting
Pengalaman : minimal 2 tahun dibidang yang bersangkutan
Mampu mengoperasikan komputer ( MS Office)
Tinggal di daerah Tangerang
c. Struktur organisasi dan uraian pekerjaan
Uraian pekerjaan atau deskripsi pekerjaan adalah suatu daftar tugas-tugas, tanggung jawab,
hubungan laporan, kondisi kerja, tanggung jawab ke penyelia suatu jabatan.
76
Sumber: Gambar diolah
Gambar 4.4 Rencana Struktur Organisasi
Tugas dan tanggung awab dari struktur organisasi adalah sebagai berikut:
a. Sebagai Pemilik
Tugas dan wewenangnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan secara menyeluruh atas semua kegiatan produksi dan non
produksi yang terjadi di pabrik.
2. Memeriksa laporan keuangan dan membuat keputusan taktis dan strategis untuk
pengembangan usaha dimasa yang akan datang.
3. Bertanggung jawab sepenuhnya terhadap jalannya operasional dan memperhatikan
kondisi baik material maupun tenaga kerja.
b. Sebagai Direktur
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan rencana tujuan, sasaran, dan kebijakan umum perusahaan secara
keseluruhan.
2. Mengawasi, mengkoordinasi dan memimpin jalannya aktifitas perusahaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pemilik
Direktur
Pemasaran Keuangan Produksi
Distribusi Salesman Administrasi & Umum Akuntansi Kepala Produksi Staff Pekerja
77
3. Bertanggung jawab dan membeli laporan kepada pemilik
c. Bagian Pemasaran
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan kebijaksanaan dibidang pemasaran dan mengawasi pelaksanaannya.
2. Melakukan promosi untuk meningkatkan volume penjualan.
3. Menyampaikan laporan bulanan atau tahunan tentang hasil penjualan.
4. Melaksanakan kebijaksanaan harga yang ditetapkan perusahaan.
d. Bagian Keuangan
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pencatatan atas seluruh kegiatan keluar masuknya arus keuangan.
2. Mengevaluasi kerja karyawan menurut tata cara yang telah disepakati.
3. Mempertanggung jawabkan tugas yang diberikan oleh pimpinan dan menyampaikan
laporan secara periodik kepada pimpinan.
e. Bagian produksi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan motivasi kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.
2. Mengarahkan karyawan bila menyimpang dari pekerjaannya.
3. Melaksanakan tugas dari pimpinan untuk menyelesaikan produksi yang ditargetkan.
4. Bertanggung jawab atas laporan yang diberikan secara periodik kepada pimpinan.
f. Bagian Distribusi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Menyusun, mengatur dan mengawasi pengiriman barang hingga tujuan.
2. Bertanggung jawab atas ketepatan waktu dan kondisi barang agar tetap terjaga.
3. Memperluas pemasaran dengan mencari koneksi distributor baru.
g. Bagian Salesman
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Memasarkan produk kepada pelanggan dan berusaha mencari pelanggan baru.
78
2. Bertanggung jawab atas target penjualan yang telah diberikan oleh perusahaan.
3. Memberikan laporan kepada bagian pemasaran mengenai tingkat penjualan yang telah
dicapai.
h. Bagian Administrasi dan umum
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Memantau perkembangan organisasi dan keamanan perusahaan.
2. Memperhatikan peningkatan kesejahteraan dan pembinaan karyawan.
3. Melakukan perekrutan dan seleksi karyawan baru.
i. Bagian Akuntansi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Membuat laporan laba rugi bulanan maupun tahunan.
2. Membuat jurnal penerimaan dan pengeluaran kas.
3. Bertanggung jawab atas laporan keuangan yang telah dibuat.
j. Kepala Produksi
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pencatatan atas pekerjaan yang telah diproduksi oleh karyawan.
2. Mengawasi jalannya proses produksi dari input menjadi output.
3. Memotivasi karyawan untuk meningkatkan produksi dan kebersihan produk.
k. Staff Pekerja
Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Bertanggung jawab dan bertugas untuk melaksanakan tugas sehari-hari.
2. Memberikan laporan kepada bagian produksi atas kondisi barang yang dihasilkan
4.3.2 Jumlah dan biaya Gaji yang direncanakan
Jumlah tenaga kerja dan biaya yang direncanakan:
79
Tabel 4.6 Proyeksi Jumlah dan Biaya Tenaga Kerja Perusahaan
No Jabatan Jumlah Gaji per bulan Gaji pertahun 1 Direktur 1 orang Rp 1.000.000 * Rp 12.000.000 2 Kepala produksi 1 orang Rp 800.000 Rp 9.600.000 3 Keuangan 1 orang Rp 900.000 Rp 10.800.000 4 Pemasaran 2 orang Rp 1.500.000 Rp 18.000.000
Total Rp 50.400.000 Sumber : Data diolah
Keterangan:
Khusus Untuk Gaji Direktur tidak mengikuti kenaikan biaya-biaya pertahunnya pada
setiap skenario. Berikut ini tabel gaji direktur dalam rencana usaha ini:
Table 4.7 Proyeksi Gaji Direktur
Tahun Gaji Bulan Gaji Per Tahun 2007 Rp 1.000.000,- Rp 12.000.000,- 2008 Rp 1.500.000,- Rp 18.000.000,- 2009 Rp 2.000.000,- Rp 24.000.000,- 2010 Rp 2.500.000,- Rp 30.000.000,- 2011 Rp 2.500.000,- Rp 30.000.000,-
Total Rp 93.000.000 Sumber : Data diolah
Pada rencana usaha produksi batako ini menggunakan 2 jenis tenaga kerja, yaitu tenaga
kerja tetap dan tenaga kerja borongan. Untuk tenaga kerja tetap terdapat 4 orang, dan tenaga
kerja borongan 12 orang, untuk biaya tenaga kerja borongan sudah termasuk pada biaya
produksi.
4.4 Analisis Aspek Lingkungan, Sosial dan Ekonomi
Dalam menjalankan usaha tentunya perusahaan tidak hanya menggunakan tenaga mesin
saja, melainkan juga menggunakan sumber daya manusia. Hal ini membuat perusahaan secara
tidak langsung telah menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf hidup bagi
masyarakat di sekitarnya. Selain itu pula perusahaan juga membantu terciptanya sarana-sarana
umum seperti, sarana jalan, tenaga listrik, dan sarana pelatihan dalam pembinaan usaha kecil
menengah.
80
Sedangkan ditinjau dari aspek lingkungan, Limbah dari sisa produksi batako dalam
rencana proyek ini tidak berdampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, misalnya tidak
menimbulkan pencemaran air dan tanah, tetapi untuk udara perusahaan sudah semaksimal
mungkin untuk mengurangi asap mesin diesel dengan membuat sekat pada knalpot dan
membuat tabung pada asap atau membuat ruang khusus untuk asap knalpot.
Dari aspek ekonomi, proyek ini memberikan pendapatan domestik termasuk pajak bagi
pemerintah setempat dan kebutuhan akan batako dalam pembangunan perumahan sederhana
dengan menambah produksi batako dalam negeri dan menyerap tenaga kerja didaerah sekitar
proyek ini.
4.5 Analisis Aspek Keuangan
4.5.1 Sumber Dana dan Biaya Modal
1. Kebutuhan dana untuk aktiva tetap
Aktiva Tetap Berwujud dianggarkan sebesar Rp 306.500.000,-. Aktiva tetap berwujud
Meliputi:
a. Bangunan dan perlengkapannya Rp 75.000.000,-
- Bangunan dan Pabrik Rp 34.000.000,-
Perlengkapan
- Listrik dan Instalasi Rp 2.000.000,-
- Air dan Instalasi Rp 2.000.000,-
b. Pembelian tanah seluas 1000 M2 @Rp100.000 (20M *500M) Rp 100.000.000
c. Aktiva Tetap lainnya dianggarkan sebesar Rp 172.500.000,-
Meliputi:
1. Mesin Gilingan batako Rp 1.000.000,-
2. Mesin Diesel (Genset) Rp 30.000.000,-
3. Mesin Molen Rp 1.000.000,-
81
4. Biaya peralatan produksi dianggarkan sebesar Rp 18.500.000,-. Dimana biaya-biaya
tersebut meliputi:
a. Alat press batako 2 unit @ Rp 900.000 = Rp 1.800.000,-
b. Cetakan batako 4 unit @ Rp 800.000 = Rp 3.200.000,-
c. Papan kayu 6000 unit @Rp 2.000 = Rp 12.000.000,-
d. Besi siku 60 buah @ Rp 7.000 = Rp 420.000,-
e. Biaya peralatan lainnya sebesar Rp 1.080.000
- Handdle 30A 3 buah @Rp 60.000 = Rp 180.000,-
- Contacteur 60A 3 buah @Rp 200.000 = Rp 600.000,-
- MCB (Mini Circuit Breaker) 30A 3 buah @Rp 100.000 = Rp 300.000
5. Inventaris Kantor, biaya inventaris kantor yang dianggarkan sebesar Rp 2.000.000,-
Dimana biaya tersebut meliputi:
a. Perlengkapan kantor (bulpein, buku bon,map, dsb) Rp 300.000,-
b. Meja dan kursi Rp 800.000,-
c. Telepon dan instalasi Rp 900.000,-
6. Pembelian kendaraaan dianggarkan sebesar Rp 120.000.000,-
Meliputi:
a. Mobil truck 1 unit @Rp 70.000.000 = Rp 70.000.000,-
b. Mobil engkel 1 unit @Rp 50.000.000 = Rp 50.000.000,-
2. Kebutuhan dana Modal Kerja
Kebutuhan dana modal kerja terdiri dari:
Tabel 4.8 Modal Kerja
Keterangan Modal Kerja Biaya Produksi Rp. 750.255.000,-
Biaya gaji karyawan tetap Rp. 50.400.000,- Biaya umum dan administrasi Rp. 15.000.000,-
Cadangan kas minimum Rp. 5.000.000,-
Total Rp. 820.655.000,- Sumber : Data diolah
82
3. Jumlah dana investasi
Dengan demikian jumlah keseluruhan dana investasi untuk rencana usaha produksi batako ini
adalah:
Jumlah dana investasi = dana modal aktiva tetap + dana modal kerja
Jumlah dana investasi = Rp 306.500.000,- + Rp 820.655.000,-
= Rp 1.127.155.000,-
4.5.2 Sumber dana
Untuk merealisasikan suatu proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi, yang
diklasifikasikan atas dasar aktiva berwujud, aktiva tidak berwujud. Dan juga dana dibutuhkan
untuk modal kerja yang diartikan sebagai modal kerja bruto (investasi yang diperlukan untuk
aktiva lancar). Menghitung modal kerja dapat menggunakkan metode yang didasarkan pada
waktu yang diperlukan dana sejak keluar dari kas sampai kembali menjadi kas. Dalam proyek ini
untuk mengetahui biaya modal atas dana yang digunakan yaitu dana yang berasal dari modal
sendiri, maka perhitungan biaya modal atas modal sendiri berdasarkan penilaian internal
perusahaan.
Menurut pihak internal perusahaan, biaya modal yang dibebankan atas pemanfaatan
modal sendiri berdasarkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Dimana perusahaan dalam
menentukan tingkat pengembalian investasi yang diharapkan berdasarkan tingkat pengembalian
resiko, dalam hal ini adalah suku bunga deposito sebesar 9.5% di tambah resiko atas jenis
proyek batako ini yaitu sebesar 9% (data diperoleh secara rata-rata dari 3 perusahaan sejenis),
sehingga biaya modal atas modal sendiri yang diperhitungkan dalam rencana usaha ini adalah
sebesar 18.5%.
4.5.3 Skenario Moderat
4.5.3.1 Analisis Penjualan
83
Tabel 4.9 Proyeksi Penjualan Tahun Pertama (2007)
Unit Penjualan Penjualan
Bulan Ukuran (38cm)
Ukuran (36cm)
Rp 1.100,-
Rp 1.050,-
Total (Rp) January 30.000 30.000 33000000 31500000 64500000 February 40.000 30.000 44000000 31500000 75500000
Maret 37.500 37.500 41250000 39375000 80625000 April 50.000 30.000 55000000 31500000 86500000 Mei 50.000 35.000 55000000 36750000 91750000 Juni 50.000 50.000 55000000 42000000 97000000 Juli 45.000 50.000 49500000 52500000 102000000
Agustus 60.000 40.000 66000000 42000000 108000000 September 40.000 60.000 44000000 63000000 107000000
Oktober 45.000 45.000 49500000 47250000 96750000 November 50.000 50.000 55000000 52500000 107500000 Desember 60.000 40.000 66000000 42000000 108000000
Total 557500 487500 613250000 511875000 1.125.125.000,- Sumber : Data diolah bulanan
Tabel 4.10 Proyeksi Penjualan (dalam buah)
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan (Unit Penjualan) (Rp) 1 2007 -- Rp 1.125.125.000,- 2 2008 10% Rp 1.237.637.500,- 3 2009 15% Rp 1.423.283.125,- 4 2010 20% Rp 1.707.939.750,- 5 2011 15% Rp 1.964.130.713,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan penjualan per tahun di asumsikan berdasarkan kapasitas normal produksi yaitu
sebesar 1.200.000,-.
- Hari kerja dalam 1 bulan 25 hari
- Kapasitas normal 1 mesin 2000 batako per hari
- Produksi normal perbulan:
= 2000 X 25 hari kerja
= 50.000 per bulan
- Produksi normal per tahun:
84
= 50.000 X 12 bulan
= 600.000/1mesin
= 2 mesin = 1.200.000 buah batako
Tabel 4.11 Proyeksi Penjualan Setelah Terjadi Kenaikan Harga Jual
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan Harga (10%) (Rp)
1 2007 --- Rp 1.125.125.000,-
2 2008 --- Rp 1.237.637.500,- 3 2009 Rp 142.328.313,- Rp 1.565.611.438,- 4 2010 --- Rp 1.878.733.726,- 5 2011 --- Rp 2.160.543.785,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2009, dikarenakan pada tahun
sebelumnya terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 7%, oleh karena itu untuk menutupi kenaikan
biaya operasional tersebut maka pada tahun 2009 perusahaan menaikan harga yang di
asumsikan sebesar 10% dari penjualan sebelumnya.
4.5.3.2 Analisis Biaya Operasional
Biaya yang termasuk biaya operasional disini adalah biaya produksi, biaya gaji untuk
karyawan tetap, biaya perawatan mesin serta biaya umum dan administrasi. Sedangkan biaya-
biaya tersebut di asumsikan mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu
sebesar 7%.
Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut:
1. Proyeksi Biaya Produksi
Biaya produksi untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp.750.255.000,- . Berikut ini akan
diuraikan proyeksi biaya produksi setiap tahunnya sebagai berikut:
85
Tabel 4.12 Biaya Produksi batako ukuran 38 cm
Bahan Baku 480 Tenaga kerja 80 B. Bahan Bakar minyak (solar) 60 B. Transport 70
Total 690 B. Overhead 10 % 69
Total Biaya Produksi 759 Sumber : Data dari perusahaan sejenis
Keterangan :
- Bahan Baku = 1 batako berat 1,2 kg
1 kg bahan baku = Rp 400,-
Jadi 1 buah batako = 1,2 X Rp 400 = Rp.480,-
Tabel 4.13 Biaya Produksi batako ukuran 36 cm
Bahan Baku 400 Tenaga kerja 80 B. Bahan Bakar Minyak (solar) 60 B. Transport 70
Total 610 B. Overhead 10 % 61
Total Biaya Produksi 671 Sumber : Data dari perusahaan sejenis
Keterangan:
- Bahan Baku = 1 batako berat 1 kg
1 kg bahan baku = Rp 400,-
Jadi 1 buah batako = 1 X Rp 400 = Rp 400,-
86
Tabel 4.14 Proyeksi Biaya Produksi tahun 2007 (dalam bulanan)
Unit Produksi Biaya Produksi Ukuran Ukuran
Bulan (38cm) (36cm) Rp. 759 Rp. 671 Total (Rp) January 30.000 30.000 22770000 20130000 1639000 February 40.000 30.000 30360000 20130000 3256000
Maret 37.500 37.500 28462500 25162500 4345000 April 50.000 30.000 37950000 20130000 6550500 Mei 50.000 35.000 37950000 23485000 8151000 Juni 50.000 40.000 37950000 26840000 9812000 Juli 45.000 50.000 34155000 33550000 10928500
Agustus 60.000 40.000 45540000 26840000 13612500 September 40.000 60.000 30360000 40260000 16362500 Oktober 45.000 45.000 34155000 30195000 23430000
November 50.000 50.000 37950000 33550000 32697500 Desember 60.000 40.000 45540000 26840000 43642500
Total 557500 487500 423142500 327112500 Rp 750.255.000 Sumber : Data diolah bulanan
Tabel 4.15 Proyeksi Biaya Produksi per tahun
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Produksi
1 2007 -- Rp 750.255.000
2 2008 7% Rp 802.772.850
3 2009 7% Rp 858.966.950
4 2010 7% Rp 919.094.637
5 2011 7% Rp 983.431.262
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan biaya produksi per tahun berdasarkan kenaikan rata-rata inflasi sebesar 7%.
Diperkirakan kenaikan inflasi dari tahun 2007 sampai 2011 adalah 5% sampai 9% jadi rata-
ratanya sebesar 7%.
87
2. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap
Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 50.400.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap sebagai berikut:
Tabel 4.16 Proyeksi Biaya Gaji karyawan
No. Tahun Persentase Kenaikan Biaya Gaji Direktur Total Biaya Gaji Gaji Karyawan Gaji Karyawan 1 2007 -- Rp 38.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 50.400.000,-2 2008 7% Rp 41.088.000,- Rp 18.000.000,- Rp 59.088.000,-3 2009 7% Rp 43.964.160,- Rp 24.000.000,- Rp 67.964.160,-4 2010 7% Rp 47.041.651,- Rp 30.000.000,- Rp 77.041.651,-5 2011 7% Rp 50.334.567,- Rp 30.000.000,- Rp 80.334.567,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Tenaga Kerja Tetap (tahun 2007)
1. Kepala Produksi 1 orang
Gaji = Rp. 800.000,- per bulan
Gaji per tahun = 800.000 X 12 = Rp 9.600.000,-
2. Bagian Keuangan 1 orang
Gaji = Rp. 900.000,- per bulan
Gaji per tahun = 900.000 X 12 = Rp 10.800.000,-
3. Bagian Pemasaran 2 orang
Gaji per orang = Rp. 750.000,- per bulan
Gaji 2 orang = Rp 750.000 * 2 = Rp 1.500.000
Gaji per tahun = 1.500.000 X 12 = Rp 18.000.000,-
Total biaya gaji karyawan adalah sebesar Rp. 38.400.000,-
Keterangan:
88
Untuk Gaji Direktur pada rencana usaha produksi batako ini, diperkirakan tidak mengikuti
kenaikan persentasi karyawan lainnya. Perincian mengenai gaji direktur sebagai berikut:
Tahun 2007
Gaji Per bulan 1.000.000
Gaji Per tahun 1.000.000 X 12 bulan = Rp 12.000.000,-
Tahun 2008
Gaji Per bulan diperkirakan mengalami kenaikan sebesar Rp 500.000 sehingga menjadi Rp
1.500.000,-
Gaji Per tahun 1.500.000,- X 12 bulan = Rp 18.000.000,-
Tahun 2009
Diasumsikan gaji per bulan mengalami kenaikan sebesar Rp 500.000 sehingga menjadi Rp
2.000.000,-
Gaji per tahun 2.000.000 x 12 bulan = Rp 24.000.000,-
Tahun 2010
Pada tahun ini diperkirakan gaji direktur mengalami kenaikan sebesar 500.000 sehingga
menjadi Rp 2.500.000,- per bulan.
Gaji per tahun 2.500.000,- X 12 bulan = Rp 30.000.000,-
Tahun 2011
Tahun ini gaji direktur per bulannya tetap, tidak mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp
2.500.000,-
Gaji per tahun 2.500.000 x 12 bulan = Rp 30.000.000,-
3. Proyeksi Biaya Perawatan Mesin
Biaya perawatan mesin untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya perawatan mesin sebagai berikut:
89
Tabel 4.17 Proyeksi Biaya Perawatan Mesin
No Tahun Persentase kenaikan
Total biaya perawatan mesin
1 2007 -- Rp 12.000.000,- 2 2008 7% Rp 12.840.000,- 3 2009 7% Rp 13.738.800,- 4 2010 7% Rp 14.700.516,- 5 2011 7% Rp 15.729.552,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2007 biaya perawatan mesin sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut
ini uraian biaya perawatan mesin adalah:
Biaya perawatan mesin per bulan = Rp 1.000.000,-
Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,-
4. Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut
ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut:
Tabel 4.18 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
No Tahun Persentase kenaikan
Total Biaya Adm & umum
1 2007 -- Rp 15.000.000,- 2 2008 7% Rp 16.050.000,- 3 20089 7% Rp 17.173.500,- 4 2010 7% Rp 18.375.645,- 5 2011 7% Rp 19.661.940,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2007 biaya administrasi dan umum sebesar Rp 15.000.000,-.
Berikut ini uraian biaya adm dan umum adalah:
Biaya adm & umum per bulan = Rp 1.250.000,-
Per tahun = 1.250.000 X 12 bln = Rp 15.000.000,-
90
Tabel 4.19 Total Biaya Operasional Per tahun
Tahun Total Biaya
Produksi
Total Biaya Gaji
Total Biaya Perawatan
Mesin Total Biaya
Adm&umum Total Biaya Operasional
2007 Rp750.255.000 Rp50.400.000 Rp12.000.000 Rp15.000.000 Rp827.655.000 2008 Rp802.772.850 Rp59.088.000 Rp12.840.000 Rp16.050.000 Rp890.750.850 2009 Rp858.966.950 Rp67.964.160 Rp13.738.800 Rp17.173.500 Rp957.843.410 2010 Rp919.094.637 Rp77.041.651 Rp14.700.516 Rp18.375.645 Rp1.029.212.449 2011 Rp983.431.262 Rp80.334.567 Rp15.729.552 Rp19.661.940 Rp1.099.157.321
Sumber: Data diolah tahunan
4.5.3.3 Analisis Biaya penyusutan
Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya penyusutan adalah penyusutan gedung atau
bangunan, penyusutan mesin-mesin produksi, penyusutan peralatan produksi, perlengkapan
kantor, dan penyusutan kendaraan. Perincian mengenai biaya penyusutan sebagai berikut:
Tabel 4.20 Proyeksi Biaya Penyusutan
Jenis Mesin Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Nilai Buku Mesin Diesel 2.980.000 2.980.000 2.980.000 2.980.000 2.980.000 15.100.000Mesin Molen 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 0
Mesin Gilingan 190.000 190.000 190.000 190.000 190.000 50.000Peralatan 3.660.000 3.660.000 3.660.000 3.660.000 3.660.000 200.000
Perlengkapan 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 0Gedung 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 1.700.000 25.500.000
Kendaraan 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000 20.000.000Total
Penyusutan 29.130.000 29.130.000 29.130.000 29.130.000 29.130.000 60.850.000Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
1. Mesin Diesel(Genset)
a. Nilai sisa : Rp 200.000,-
b. Umur ekonomis 10 tahun
c. Nilai mesin Rp 30.000.000,-
91
Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa
Umur ekonomis
= 30.000.000 – 200.000
10
= Rp 2.980.000,- per tahun
2. Mesin molen
a. Nilai sisa : Rp 0,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Nilai mesin Rp 1.000.000,-
Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa
Umur ekonomis
= 1.000.000 – 0
5
= Rp 200.000,- per tahun
3. Mesin Gilingan
a. Nilai sisa : Rp 50.000,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Nilai mesin Rp 1.000.000,-
Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa
Umur ekonomis
= 1.000.000 – 50.000
5
= Rp 190.000,- per tahun
4. Mesin-mesin dan Peralatan Produksi
a. Nilai sisa : Rp 200.000,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Nilai mesin Rp 18.500.000,-
92
Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa
Umur ekonomis
= 18.500.000 – 200.000
5
= Rp 3.660.000,- per tahun
5. Perlengkapan Kantor
a. Nilai sisa : Rp 0,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Total aktiva tetap Rp 2.000.000,-
Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa
Umur ekonomis
= 2.000.000 – 0
5
= Rp 400.000,- per tahun
6. Gedung atau bangunan
a. Nilai sisa : Rp 0,-
b. Umur ekonomis 20 tahun
c. Nilai Gedung Rp 34.000.000,-
Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa
Umur ekonomis
= 34.000.000 – 0
20
= Rp 1.700.000,- per tahun
7. Kendaraan
a. Nilai sisa : Rp 20.000.000,-
b. Umur ekonomis 5 tahun
c. Nilai mesin Rp 120.000.000,-
93
Penyusutan = Aktiva tetap – Nilai sisa
Umur ekonomis
= 120.000.000 – 20.000.000
5
= Rp 20.000.000,- per tahun
4.5.3.4 Biaya Pajak
Biaya pajak merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun yang besarnya ditentukan
oleh pemerintah melalui Dirjen Pajak. Adapun besarnya tarif pajak yang berlaku di Indonesia
berdasarkan UU no 17 tahun 2000 sebagai berikut:
Tabel 4.21 Biaya Pajak
Sumber: Data diolah tahunan
4.5.3.5 Penyusunan Proyeksi rugi atau laba
Proyeksi rugi laba dalam pengembangan rencana usaha ini merupakan selisih antara
jumlah pendapatan yang diperoleh selama proses operasional perusahaan, dengan jumlah biaya-
biaya yang harus dikeluarkan selama kegiatan operasional perusahaan. Hasil yang diperoleh
nantinya akan dipergunakan untuk menentukan penilaian atas kelayakan proyek yang akan
dijalankan.
Oleh karena itu perusahaan merasa perlu untuk membuat suatu perhitungan pendapatan
dan pengeluaran atau disebut dengan perhitungan rugi laba yang akan terlampir pada lampiran
I.
Pendapatan per tahun Tarif Rp 0 --- Rp 50.000.000,- 10%
Rp 50.000.000,- --- Rp 100.000.000,- 15%
Rp 100.000.000,- ke atas 30%
94
4.5.3.6 Proyeksi Cash Flow
Cash flow merupakan aliran kas yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Terdapat tiga jenis aliran kas yaitu : Initial Cash Flow yang merupakan
aliran kas keluar pada saat perusahaan baru berdiri, Operational Cash Flow yang merupakan
aliran kas keluar untuk biaya operasional perusahaan dan Terminal Cash Flow merupakan aliran
kas akhir selama kegiatan operasional perusahaan.
1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow)
Merupakan dana yang dikeluarkan dalam rencana usaha ini untuk pembiayaan kebutuhan
modal aktiva tetap dan modal kerja awal perusahaan. Jumlah investasi awal dalam
pembiayaan ini adalah sebesar Rp 1.127.155.000,- yang diperinci sebagai berikut:
- Dana pembiayaan aktiva tetap Rp 306.500.000,-
- Dana pembiayaan modal kerja Rp 820.655.000,-
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow )
Aliran kas ini berasal dari selama kegiatan operasi perusahaan. Aliran operasional di peroleh
dengan rumus:
EAT = Laba bersih setelah pajak
Dengan demikian maka besarnya aliran kas operasional bersih adalah sebagai berikut:
Tabel 4.22 Proyeksi Operational Cash Flow
Tahun EAT Penyusutan OCF 2007 Rp205.338.000 Rp29.130.000 Rp234.468.000 2008 Rp239.929.655 Rp29.130.000 Rp269.059.625 2009 Rp451.676.620 Rp29.130.000 Rp451.676.620 2010 Rp591.773.894 Rp29.130.000 Rp620.903.894 2011 Rp740.079.525 Rp29.130.000 Rp769.209.525
Sumber : Data diolah tahunan
OCF = EAT + Penyusutan
95
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow)
Terminal cash flow merupakan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek, biasanya berasal
dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap atau nilai sisa aktiva tetap yang sudah habis
umur ekonomisnya. Jumlah terminal cash flow dapat dihitung berdasarkan rumus:
Dengan demikian maka taksiran aliran kas rencana usaha ini adalah:
Tabel 4.23 Proyeksi Aliran Kas Perusahaan
Tahun ICF OCF TCF CF 0 (Rp1.127.155.000) - - (1.127.155.000)
2007 - Rp234.468.000 - Rp234.468.0002008 - Rp269.059.655 - Rp269.059.6552009 - Rp451.676.620 - Rp451.676.6202010 - Rp620.903.894 - Rp620.903.8942011 - Rp769.209.525 Rp717.374.000 Rp1.486.583.525
Sumber : data diolah tahunan
Sehingga didapat aliran kas akhirnya yaitu:
TCF = Modal Kerja + Nilai Sisa
= (80%x Rp820.655.000) + Rp60.850.000
= Rp656.524.000 + Rp60.850.000
= Rp 717.374.000
4.5.3.7 Metode Penilaian Investasi
Ada beberapa macam metode dalam menghitung kelayakan suatu investasi, tetapi dalam
penilaian kelayakan usaha batako akan digunakan beberapa metode diantaranya yang akan
dijalankan dalam penilaian investasi ini yaitu metode Pay Back Period, Net Present Value (NPV),
Internal Rate Of Return (IRR), serta Profitability Index (PI). Berikut ini perincian penilaian
investasi sebagai berikut:
TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
96
1. Payback Period
Untuk mengetahui atau mengukur seberapa cepat suatu rencana investasi usaha
produksi batako bisa kembali atau seberapa cepat suatu proyek dalam mengembalikan
modal yang telah kita tanamkan. Maka dasar yang dipergunakan adalah aliran kas.
Perhitungan payback period dalam rencana usaha ini adalah sebagai berikut:
Investasi ( Rp 1.127.155.000,-)
Cash Flow thn ke I Rp 234.468.000
( Rp 892.687.000,-)
Cash Flow thn ke II Rp 269.059.655,-
(Rp 623.627.345,-)
Cash Flow thn ke III Rp 451.676.620,-
(Rp 171.950.725,-)
Cash Flow thn Ke IV Rp 620.903.894,-
Cash Flow thn ke V Rp 1.486.583.525,-
Pay Back Period = 3 tahun + Rp 171.950.725,- X 12 bulan
Rp 620.903.894,-
= 3 tahun 3 bulan
Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha
produksi batako akan kembali pada tahun ke 3 bulan ke 3.
2. Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai investasi sekarang dengan nilai sekarang
penerimaan–penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan
datang. Adapun perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah:
97
Tabel 4.24 Proyeksi Net Present Value
Periode Tahun CF 18.5% NPV 0 0 (Rp1.127.155.000) 1 (Rp1.127.155.000) 1 2007 Rp234.468.000 0.843881857 Rp197.863.291 2 2008 Rp269.059.655 0.712136588 Rp191.607.225 3 2009 Rp451.676.620 0.600959146 Rp271.439.196 4 2010 Rp620.903.894 0.50713852 Rp314.884.282 5 2011 Rp1.486.583.525 0.427964996 Rp636.205.712
NPV Rp484.844.705 Sumber : Data diolah tahunan
Diperoleh hasil dari perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah
sebesar Rp 484.844.705,- yang menunjukan hasil positif, yang berarti investasi usaha batako
ini dinyatakan layak.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Metode ini digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari
arus kas yang diharapkan dimasa mendatang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar dari tingkat
bungan relevan (tingkat keuntungan yang diisyaratkan), maka investasi dikatakan layak untuk
dijalankan, kalau lebih kecil dikatakan tidak layak.
Untuk memperoleh nilai IRR digunakan metode uji coba dengan dengan menggunakan
suku bunga yang relevan lalu dibandingkan dengan biaya investasi. Setelah dilakukan uji coba
maka ditemukan tingkat suku bunga yang relevan yaitu sebesar 31% dan 32%. Uraiannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.25 Perhitungan NPV dengan Faktor Diskonto 31% dan 32%
Periode Df (31%) CF NPV Df (32%) NPV 0 1 (Rp1.127.155.000) (Rp1.127.155.000) 1 (Rp1.127.155.000) 1 0.763358779 Rp234.468.000 Rp178.983.206 0.757575758 Rp177.627.273 2 0.582716625 Rp269.059.655 Rp156.785.534 0.573921028 Rp154.418.994 3 0.444821851 Rp451.676.620 Rp200.915.630 0.434788658 Rp196.383.871 4 0.339558665 Rp620.903.894 Rp210.833.297 0.329385347 Rp204.516.645 5 0.259205088 Rp1.486.583.525 Rp385.330.013 0.249534354 Rp370.953.659
Total Rp5.692.681 -Rp23.254.558 Sumber : Data diolah tahunan
98
Interpolasi
Df NPV
32% -23.254.558
31% 5.692.681
28.947.239
IRR = 32% + -23.254.558 (1%)
28.947.239
= 32% - 0.80%
= 31.2%
Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih besar dari tingkat keuntungan
yang diisyaratkat, yaitu sebesar 18.5%, maka rencana usaha batako ini layak.
4. Profitability Index (PI)
Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang dari rencana penerimaan kas
bersih dimasa yang akan datang dengan nilai sekarang dari investasi yang telah dilaksanakan.
Jika PI lebih besar dari 1 maka proyek dikatakan menguntungkan, tapi jika kurang dari 1
dikatakan merugikan.Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah:
PI = 1.611.999.705
1.127.155.000
= 1.43
Karena PI hasilnya lebih dari 1, yaitu 1.43 maka usulan proyek diterima.
Pada tabel 4.26 menunjukan tabel perincian hasil perhitungan keempat metode penilaian
investasi yang telah dilakukan.
Tabel 4.26 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi (Moderat)
No. Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan 1 Payback Period 5 tahun 3 tahun 3 bulan Diterima 2 NPV Positif Rp484.844.705 Diterima 3 IRR 18.5% 31.2% Diterima 4 PI 1 1.43 Diterima
Sumber : Data diolah
99
4.5.4 Skenario Optimis
Pada skenario optimis ini, diperkirakan perekonomian Indonesia di masa mendatang
akan membaik, bahkan mengalami peningkatan. Biaya-biaya operasional dapat ditekan serendah
mungkin dan harga-harga pun stabil, adapun jika ada yang naik, tidak terlalu besar. Pada
rencana skenario optimis penjualan dalam unit meningkat, sedangkan biaya operasional dapat
ditekan menjadi 5% kenaikannya. Berikut ini perincian perhitungannya adalah sebagai berikut:
4.5.4.1 Analisis Penjualan
Tabel 4.27 Proyeksi Penjualan
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan (Unit Penjualan) (Rp) 1 2007 -- Rp 1.125.125.000 2 2008 15% Rp 1.293.893.750 3 2009 20% Rp 1.552.672.500 4 2010 20% Rp 1.863.207.000 5 2011 15% Rp 2.142.688.050
Sumber : Data diolah tahunan
Tabel 4.28 Proyeksi Penjualan setelah terjadi Kenaikan Harga Jual
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan
Harga (10 %) (Rp) 1 2007 --- Rp 1.125.125.000,- 2 2008 --- Rp 1.293.893.750,- 3 2009 Rp 155.267.250,- Rp 1.707.939.750,- 4 2010 --- Rp 2.049.527.700,- 5 2011 --- Rp 2.356.956.855,-
Sumber : data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan harga direncanakan terjadi pada tahun 2009, dikarenakan pada tahun
sebelumnya terjadi kenaikan biaya-biaya sebesar 5%, oleh karena itu untuk menutupi kenaikan
100
biaya operasional tersebut maka pada tahun 2009 perusahaan menaikkan harga jual yang di
asumsikan sebesar 10% dari penjualan sebelumnya
4.5.4.2 Analisis Biaya Operasional
Biaya yang termasuk biaya operasional dalam usaha batako ini adalah biaya produksi,
biaya gaji untuk karyawan tetap,biaya perawatan mesin, dan biaya administrasi dan umum. Pada
skenario optimis biaya-biaya tersebut di asumsikan mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan
rata-rata inflasi, yaitu sebesar 5%. Inflasi terjadi sampai sebesar 5% dikarenakan pada skenario
optimis perekonomian Indonesia dari tahun 2007 sampai 2011 cukup baik bahkan cenderung
diperkirakan akan meningkat, sehingga harga-harga mengalami penurunan. Dan tingkat suku
bunga menurun, sehingga diperkirakan sebesar 16% (Suku bunga 8% dan resiko usaha 8%).
Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi Biaya Produksi
Biaya produksi untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 750.255.000,-. Berikut ini akan
diuraikan proyeksikan biaya produksi setiap tahun sebagai berikut:
Tabel 4.29 Proyeksi Biaya Produksi per tahun
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Produksi 1 2007 -- Rp 750.255.000,- 2 2008 5% Rp 787.767.750.,- 3 2009 5% Rp 827.156.138,- 4 2010 5% Rp 868.513.945,- 5 2011 5% Rp 911.939.642,-
Sumber : data diolah tahunan
b. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap
Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 50.400.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap setiap tahun sebagai berikut:
101
Tabel 4.30 Proyeksi Biaya Gaji karyawan
No. Tahun Persentase Kenaikan Biaya Gaji Direktur Total Biaya Gaji Gaji Karyawan Gaji Karyawan 1 2007 -- Rp 38.400.000,- Rp 12.000.000,- Rp 50.400.000,-2 2008 5% Rp 40.320.000,- Rp 18.000.000,- Rp 58.320.000,-3 2009 5% Rp 42.336.000,- Rp 24.000.000,- Rp 66.336.000,-4 2010 5% Rp 44.452.800,- Rp 30.000.000,- Rp 74.452.800,-5 2011 5% Rp 46.675.440,- Rp 30.000.000,- Rp 76.675.440,-
Sumber : Data diolah tahunan
c. Proyeksi Biaya Perawatan Mesin/tahun
Biaya perawatan mesin untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya perawatan mesin sebagai berikut:
Tabel 4.31 Proyeksi Biaya Perawatan Mesin
No Tahun Persentase kenaikan
Total biaya perawatan mesin
1 2007 -- Rp 12.000.000,- 2 2008 5% Rp 12.600.000,- 3 2009 5% Rp 13.230.000,- 4 2010 5% Rp 13.891.500,- 5 2011 5% Rp 14.586.075,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2007 biaya perawatan mesin sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini
uraian biaya perawatan mesin adalah:
Biaya perawatan mesin per hari = Rp 40.000,- (Asumsi 1 bulan 25 hari)
Biaya perawatan mesin per bulan = Rp 1.000.000,-
Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,-
d. Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut
ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut:
102
Tabel 4.32 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
No Tahun Persentase kenaikan
Total Biaya Adm & umum
1 2007 -- Rp 15.000.000,- 2 2008 5% Rp 15.750.000,- 3 20089 5% Rp 16.537.500,- 4 2010 5% Rp 17.364.375,- 5 2011 5% Rp 18.232.594,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2007 biaya administrasi dan umum sebesar Rp 15.000.000,-.
Berikut ini uraian biaya adm dan umum adalah:
Biaya adm & umum per bulan = Rp 1.250.000,-
Per tahun = 1.250.000 X 12 bln = Rp 15.000.000,-
Tabel 4.33 Total Biaya Operasional Per tahun
Tahun Total Biaya
Produksi
Total Biaya Perawatan
Mesin
Total Biaya Gaji Total Biaya
Adm&umum Total Biaya Operasional
2007 Rp750.255.000,- Rp12.000.000,- Rp50.400.000,- Rp15.000.000,- Rp827.655.000 2008 Rp787.767.750.,- Rp12.600.000,- Rp58.320.000,- Rp15.750.000,- Rp874.737.750 2009 Rp827.156.138,- Rp13.230.000,- Rp66.336.000,- Rp16.537.500,- Rp923.259.638 2010 Rp868.513.945,- Rp13.891.500,- Rp74.452.800,- Rp17.364.375,- Rp974.222.620 2011 Rp911.939.642,- Rp14.586.075,- Rp76.675.440,- Rp18.232.594,- Rp1.021.433.751
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.4.3 Penyusunan Proyeksi Rugi atau Laba
Proyeksi rugi laba dalam pengembangan rencana usaha ini merupakan selisih antara
jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan jumlah biaya-biaya yang harus
dikeluarkan selama kegiatan operasional perusahaan. Hasil yang diperoleh akan dipergunakan
untuk menentukan penilaian atas kelayakan proyek yang akan dijalankan.
Adapun uraian perhitungan rugi laba dalam rencana usaha ini akan terlampir pada
lampiran II.
103
4.5.4.4 Proyeksi Cash Flow
Cash flow merupakan aliran kas yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Terdapat tiga jenis aliran kas yaitu : Initial Cash Flow yang merupakan
aliran kas awal perusahaan baru berdiri, Operational Cash Flow yang merupakan aliran kas untuk
biaya operasional perusahaan dan Terminal Cash Flow merupakan aliran kas akhir selama
kegiatan operasional perusahaan.
1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow)
Merupakan dana yang dikeluarkan dalam rencana usaha ini untuk pembiayaan kebutuhan
modal aktiva tetap dan modal kerja awal perusahaan. Jumlah investasi awal dalam
pembiayaan ini adalah sebesar Rp 1.127.155.000,- yang diperinci sebagai berikut:
- Dana pembiayaan aktiva tetap Rp 306.500.000,-
- Dana pembiayaan modal kerja Rp 820.655.000,-
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow )
Aliran kas ini berasal dari selama kegiatan operasi perusahaan. Aliran operasional di peroleh
dengan rumus:
EAT = Laba bersih setelah pajak
Dengan demikian maka besarnya aliran kas operasional bersih adalah sebagai berikut:
Tabel 4.34 Proyeksi Operational Cash Flow
Tahun EAT Penyusutan OCF 2007 Rp205.338.000 Rp29.130.000 Rp234.468.000 2008 Rp290.728.200 Rp29.130.000 Rp319.858.200 2009 Rp546.385.078 Rp29.130.000 Rp575.515.078 2010 Rp749.822.556 Rp29.130.000 Rp778.952.556 2011 Rp931.975.173 Rp29.130.000 Rp961.105.173
Sumber : Data diolah tahunan
OCF = EAT + Penyusutan
104
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow)
Terminal cash flow merupakan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek, Yang biasanya
terdapat sisa modal kerja yang dinyatakan dengan persentase berapa modal kerja yang akan
kembali bila usaha tersebut mencapai periode yang telah ditetapkan sebelumnya. Aliran kas
akhir biasanya berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap atau nilai sisa aktiva tetap
yang sudah habis umur ekonomisnya. Jumlah terminal cash flow dapat dihitung berdasarkan
rumus:
Dengan demikian maka taksiran aliran kas rencana usaha ini adalah:
Tabel 4.35 Proyeksi Terminal Cash Flow
Tahun ICF OCF TCF CF 0 (Rp1.127.155.000) - - (1.127.155.000)
2007 - Rp234.468.000 - Rp234.468.0002008 - Rp319.858.200 - Rp319.858.2002009 - Rp575.515.078 - Rp575.515.0782010 - Rp778.952.556 - Rp778.952.5562011 - Rp961.105.173 Rp881.505.000 Rp1.842.610.173
Sumber : Data diolah tahunan
Sehingga didapat aliran kas akhirnya yaitu:
TCF = Modal Kerja + Nilai Sisa
= (100%x Rp820.655.000) + Rp60.850.000
= Rp820.655.000 + Rp 60.850.000
= Rp881.505.000
4.5.4.5 Metode Penilaian Investasi Optimis
Berikut ini perincian penilaian investasi sebagai berikut:
1. Payback Period
Perhitungan payback period dalam rencana usaha ini adalah sebagai berikut:
Investasi ( Rp 1.127.155.000,-)
Cash Flow thn ke I Rp 234.468.000
TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
105
( Rp 892.687.000,-)
Cash Flow thn ke II Rp 319.858.200,-
(Rp 572.828.800,-)
Cash Flow thn ke III Rp 575.515.078,-
Cash Flow thn Ke IV Rp 778.952.556,- Cash Flow thn ke V Rp 1.842.610.173,-
Pay Back Period = 2 tahun + Rp 572.828.800,- X 12 bulan
Rp 575.515.078,-
= 2 tahun 11 bulan
Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha
produksi batako akan kembali pada tahun ke 2 bulan ke 11.
2. NPV
Pada proyeksi optimis ini tingkat suku bunga mengalami penurunan menjadi 16%.
Adapun perhitungan NPV pada skenario optimis rencana usaha produksi batako ini adalah:
Tabel 4.36 Proyeksi Net Present Value
Periode Tahun CF 16% NPV 0 0 (Rp1.127.155.000) 1 (Rp1.127.155.000) 1 2007 Rp234.468.000 0.862068966 Rp202.127.586 2 2008 Rp319.858.200 0.743162901 Rp237.706.748 3 2009 Rp575.515.078 0.640657674 Rp368.708.151 4 2010 Rp778.952.556 0.552291098 Rp430.208.562 5 2011 Rp1.842.610.173 0.476113015 Rp877.290.686
NPV Rp988.886.733 Sumber : Data diolah tahunan
Diperoleh hasil dari perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah
sebesar Rp 988.886.733,- yang menunjukan hasil positif, yang berarti investasi usaha
batako ini dinyatakan layak.
106
3. IRR
Tabel 4.37 Perhitungan NPV dengan Faktor Diskonto 38% dan 39%
Periode Df (38%) CF NPV Df (39%) NPV 0 1 (Rp1.127.155.000) (Rp1.127.155.000) 1 (Rp1.127.155.000) 1 0.724637681 Rp234.468.000 Rp169.904.348 0.71942446 Rp168.682.014 2 0.525099769 Rp319.858.200 Rp167.957.467 0.517571554 Rp165.549.506 3 0.380507079 Rp575.515.078 Rp218.987.561 0.372353636 Rp214.295.132 4 0.275729767 Rp778.952.556 Rp214.780.407 0.267880314 Rp208.666.055 5 0.199804179 Rp1.842.610.173 Rp368.161.213 0.19271965 Rp355.107.188
Total Rp12.635.996 -Rp14.855.105 Sumber : Data diolah tahunan
Interpolasi
Df NPV
39% -14.855.105
38% 12.635.996
27.491.101
IRR = 39% + -14.855.105 (1%)
27.491.101
= 39% - 0.54%
= 38.46%
Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih besar dari tingkat keuntungan
yang diisyaratkat, yaitu sebesar 16%, maka rencana usaha batako ini dapat diterima.
4. PI
Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah :
PI = 2.116.041.733
1.127.155.000
= 1.87
Karena PI hasilnya lebih dari 1, yaitu 1.87 maka usulan proyek diterima.
Pada tabel 4.38 dibawah ini adalah tabel perincian hasil perhitungan keempat metode
penilaian investasi yang telah dilakukan.
107
Tabel 4.38 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi Optimis
No. Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan 1 Payback Period 5 tahun 2 tahun 11 bulan Diterima 2 NPV Positif Rp988.886.733 Diterima 3 IRR 16% 38.46% Diterima 4 PI 1 1.87 Diterima
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.5 Skenario Pesimis
Skenario pesimis, diperkirakan perekonomian Indonesia di masa mendatang semakin
memburuk, lapangan pekerjaan yang semakin sulit yang menyebabkan pengangguran,
kemiskinan, inflasi meningkat cukup tinggi, dan suku bunga juga tinggi sehingga berdampak
pada kenaikan harga-harga yang dibeli untuk kelancaran operasional proses produksi. Tapi dalam
rencana skenario pesimis ini kegiatan operasional tetap berjalan dengan baik bahkan
diasumsikan penjualan dalam unit tetap meningkat, tapi tidak terlalu mengalami peningkatan
yang cukup drastis. Biaya operasional mengalami peningkatan sebesar 10%. Berikut ini
perincian perhitungan skenario pasimis pada rencana usaha ini adalah:
4.5.5.1 Analisis Penjualan Pesimis
Tabel 4.39 Proyeksi Penjualan Pesimis
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan
(Unit Penjualan) (Rp) 1 2007 -- Rp 1.125.125.000 2 2008 10% Rp 1.237.637.500 3 2009 10% Rp 1.361.401.250 4 2010 5% Rp 1.429.471.313 5 2011 0% Rp 1.429.471.313
Sumber : Data diolah tahunan
108
Tabel 4.40 Proyeksi Penjualan setelah terjadi kenaikan harga jual
No. Tahun Persentase kenaikan Penjualan
Harga ( 10% ) ( Rp ) 1 2007 --- Rp 1.125.125.000 2 2008 --- Rp 1.237.637.500 3 2009 Rp136.140.125 Rp 1.497.541.375 4 2010 --- Rp 1.572.418.444 5 2011 --- Rp 1.572.418.444
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Pada asumsi pesimis kenaikan jumlah persentase unit penjualan setiap tahun mengalami
penurunan dibandingkan dengan asumsi moderat maupun optimis. Kenaikan harga
direncanakan terjadi pada tahun 2009, dikarenakan pada tahun sebelumnya terjadi
kenaikan biaya-biaya sebesar 10% oleh karena itu untuk menutupi kenaikan biaya
operasional tersebut maka perusahaan pada tahun 2009 menaikan harga yang di
asumsikan sebesar 10% dari penjualan sebelumnya.
4.5.5.2 Analisis Biaya Operasional
Biaya yang termasuk biaya operasional adalah biaya produksi, biaya gaji untuk karyawan
tetap,biaya perawatan mesin, dan biaya administrasi dan umum. Pada skenario pesimis biaya-
biaya tersebut di asumsikan mengalami kenaikan sesuai dengan kenaikan rata-rata inflasi, yaitu
sebesar 10%. Dikarenakan pada skenario pesimis perekonomian dari tahun 2007 sampai 2011
buruk, bahkan diperkirakan harga-harga kebutuhan hidup masyarakat meningkat. Dan tingkat
suku bunga juga mengalami peningkatan, sehingga diperkirakan mencapai sebesar 25% (Suku
bunga 13% dan resiko usaha 12%).
Adapun proyeksi dari masing-masing biaya adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi Biaya Produksi
109
Biaya produksi untuk tahun 2007 didapat sebesar Rp 750.255.000,-. Berikut ini akan
diuraikan proyeksi biaya produksi setiap tahun sebagai berikut:
Tabel 4.41 Proyeksi Biaya Produksi per tahun
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Kenaikan biaya produksi per tahun berdasarkan kenaikan rata-rata inflasi yaitu sebesar 10%.
b. Proyeksi Biaya Gaji Karyawan Tetap
Biaya gaji karyawan tetap untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 50.400.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya gaji karyawan tetap sebagai berikut:
Tabel 4.42 Proyeksi Biaya Gaji karyawan
No. Tahun Persentase Kenaikan Biaya Gaji Direktur Total Biaya Gaji
Gaji Karyawan Gaji Karyawan 1 2007 -- Rp38,400,000 Rp12,000,000 Rp50.400,0002 2008 10% Rp42.240.000 Rp18.000.000 Rp60.240.0003 2009 10% Rp46.464.000 Rp24,000,000 Rp70.464.0004 2010 10% Rp51.110.400 Rp30,000,000 Rp81.110.4005 2011 10% Rp56.221.440 Rp30,000,000 Rp86.221.440
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Pada skenario pesimis biaya untuk tenaga kerja mengalami peningkatan sebesar 10%.
c. Proyeksi Biaya Perawatan Mesin/tahun
Biaya perawatan mesin untuk tahun 2007 didapatkan sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut ini
akan diuraikan proyeksi biaya perawatan mesin sebagai berikut:
No Tahun Persentase kenaikan Total Biaya Produksi 1 2007 -- Rp 750.255.000,- 2 2008 10% Rp 825.280.500,- 3 2009 10% Rp 907.808.550,- 4 2010 10% Rp 998.589.405,- 5 2011 10% Rp 1.098.448.346,-
110
Tabel 4.43 Proyeksi Biaya Perawatan Mesin
No Tahun Persentase kenaikan
Total biaya perawatan mesin
1 2007 -- Rp 12.000.000,- 2 2008 10% Rp 13.200.000,- 3 2009 10% Rp 14.520.000,- 4 2010 10% Rp 15.972.000,- 5 2011 10% Rp 17.569.200,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2007 biaya perawatan mesin sebesar Rp 12.000.000,-. Berikut
ini uraian biaya perawatan mesin adalah:
Biaya perawatan mesin per bulan = Rp 1.000.000,-
Per tahun = 1.000.000 X 12 bln = Rp 12.000.000,-
d. Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum untuk tahun 2007 ditetapkan sebesar Rp 15.000.000,-. Berikut
ini akan diuraikan proyeksi biaya administrasi dan umum sebagai berikut:
Tabel 4.44 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
No Tahun Persentase kenaikan
Total Biaya Adm & umum
1 2007 -- Rp 15.000.000,- 2 2008 10% Rp 16.500.000,- 3 20089 10% Rp 18.150.000,- 4 2010 10% Rp 19.965.000,- 5 2011 10% Rp 21.961.500,-
Sumber : Data diolah tahunan
Keterangan:
Diasumsikan pada tahun 2007 biaya administrasi dan umum sebesar Rp 15.000.000,-.
Berikut ini uraian biaya adm dan umum adalah:
Biaya adm & umum per bulan = Rp 1.250.000,-
111
Per tahun = 1.250.000 X 12 bln = Rp 15.000.000,-
Tabel 4.45 Total Biaya Operasional Per tahun
Tahun Total Biaya
Produksi Total Biaya
Perawatan MesinTotal Biaya
Gaji Total Biaya
Adm&umum Total Biaya Operasional
2007 Rp750.255.000,- Rp12.000.000,- Rp50.400.000,- Rp15.000.000,- Rp827.655.000 2008 Rp 825.280.500,- Rp 13.200.000,- Rp60.240.000 Rp 16.500.000,- Rp915.220.500 2009 Rp 907.808.550,- Rp 14.520.000,- Rp70.464.000 Rp 18.150.000,- Rp1.010.942.5502010 Rp 998.589.405,- Rp 15.972.000,- Rp81.110.400 Rp 19.965.000,- Rp1.115.636.8052011 Rp 1.098.448.346,- Rp 17.569.200,- Rp86.221.440 Rp 21.961.500,- Rp1.224.200.486
Sumber : Data diolah tahunan
4.5.5.3 Penyusunan Proyeksi Rugi atau Laba
Proyeksi rugi laba dalam pengembangan rencana usaha ini merupakan selisih antara
jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan dengan jumlah biaya-biaya yang harus
dikeluarkan selama kegiatan operasional perusahaan. Hasil yang diperoleh akan dipergunakan
untuk menentukan penilaian atas kelayakan proyek yang akan dijalankan.
Adapun uraian perhitungan rugi laba dalam rencana usaha ini akan terlampir pada
lampiran III.
4.5.5.4 Proyeksi Cash Flow
Cash flow merupakan aliran kas yang dikeluarkan dan diterima oleh perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Terdapat tiga jenis aliran kas yaitu : Initial Cash Flow yang merupakan
aliran kas awal perusahaan baru berdiri, Operational Cash Flow yang merupakan aliran kas untuk
biaya operasional perusahaan dan Terminal Cash Flow merupakan aliran kas akhir selama
kegiatan operasional perusahaan.
1. Aliran kas awal (Initial Cash Flow)
Jumlah investasi awal dalam pembiayaan ini adalah sebesar Rp 1.127.155.000,- yang
diperinci sebagai berikut:
- Dana pembiayaan aktiva tetap Rp 306.500.000,-
- Dana pembiayaan modal kerja Rp 820.655.000,-
112
2. Aliran kas operasional (Operational Cash Flow )
Aliran kas ini berasal dari selama kegiatan operasi perusahaan. Aliran operasional di peroleh
dengan rumus:
EAT = Laba bersih setelah pajak
Dengan demikian maka besarnya aliran kas operasional bersih adalah sebagai berikut:
Tabel 4.46 Proyeksi Operational Cash Flow
Tahun EAT Penyusutan OCF 2007 Rp205.338.000 Rp29.130.000 Rp234.468.000 2008 Rp222.800.900 Rp29.130.000 Rp251.930.900 2009 Rp337.728.177 Rp29.130.000 Rp366.858.177 2010 Rp316.856.147 Rp29.130.000 Rp345.986.147 2011 Rp240.861.571 Rp29.130.000 Rp269.991.571
Sumber : Data diolah tahunan
3. Aliran kas akhir (Terminal Cash Flow)
Jumlah terminal cash flow dapat dihitung berdasarkan rumus:
Dengan demikian maka taksiran aliran kas rencana usaha ini adalah:
Tabel 4.47 Proyeksi Terminal Cash Flow
Tahun ICF OCF TCF CF 0 (Rp1.127.155.000) - - (1.127.155.000)
2007 - Rp234.468.000 - Rp234.468.0002008 - Rp251.930.900 - Rp251.930.9002009 - Rp366.858.177 - Rp366.858.1772010 - Rp345.986.147 - Rp345.986.1472011 - Rp269.991.571 Rp471.177.500 Rp741.169.071
Sumber : data diolah tahunan
Sehingga didapat aliran kas akhirnya yaitu:
OCF = EAT + Penyusutan
TCF = Pengembalian Modal Kerja + Nilai Sisa
113
TCF = Modal Kerja + Nilai Sisa
= (50%x Rp820.655.000) + Rp60.850.000
= Rp410.327.500 + Rp 60.850.000
= Rp471.177.500
4.5.5.5 Metode Penilaian Investasi pesimis
Berikut ini perincian penilaian investasi sebagai berikut:
1. Payback Period
Metode ini untuk menghitung seberapa cepat modal kita kembali atau berapa
kemampuan suatu proyek dalam mengembalikan modal yang telah kita tanamkan. Perhitungan
payback period dalam rencana usaha ini adalah sebagai berikut:
Investasi ( Rp 1.127.155.000,-)
Cash Flow thn ke I Rp 234.468.000
( Rp 892.687.000,-)
Cash Flow thn ke II Rp 251.930.900,-
(Rp 640.756.100,-)
Cash Flow thn ke III Rp 366.858.177,-
(Rp 273.897.923,-)
Cash Flow thn Ke IV Rp 345.986.147,- Cash Flow thn ke V Rp 741.169.071,-
Pay Back Period = 3 tahun + Rp 273.897.923,- X 12 bulan
Rp 345.986.147,-
= 3 tahun 9 bulan
Kesimpulan dari perhitungan ini adalah bahwa modal investasi pada rencana usaha
produksi batako akan kembali pada tahun ke 3 bulan ke 9.
2. NPV
Pada proyeksi pesimis ini tingkat suku bunga mengalami peningkatan menjadi 25%.
Adapun perhitungan NPV pada skenario pesimis rencana usaha produksi batako ini adalah:
114
Tabel 4.48 Proyeksi Net Present Value
Periode Tahun CF 25% NPV 0 0 (Rp1.127.155.000) 1 (Rp1.127.155.000) 1 2007 Rp234.468.000 0,8 Rp187.574.400 2 2008 Rp251.930.900 0,64 Rp161.235.776 3 2009 Rp366.858.177 0,512 Rp187.831.387 4 2010 Rp345.986.147 0,4096 Rp141.715.926 5 2011 Rp741.169.071 0,32768 Rp242.866.281
NPV -Rp205.931.230 Sumber : Data diolah tahunan
Diperoleh hasil dari perhitungan NPV pada rencana usaha produksi batako ini adalah
sebesar -Rp 205.931.230,- yang menunjukan hasil negatif, yang berarti investasi usaha
batako ini dinyatakan tidak layak.
3. IRR
Tabel 4.49 Perhitungan NPV dengan Faktor Diskonto 17% dan 18%
Periode Df (17%) CF NPV Df (18%) NPV 0 1 (Rp1.127.155.000) (Rp1.127.155.000) 1 (Rp1.127.155.000) 1 0.854700855 Rp234.468.000 Rp200.400.000 0.847457627 Rp198.701.695 2 0.730513551 Rp251.930.900 Rp184.038.936 0.71818443 Rp180.932.850 3 0.624370556 Rp366.858.177 Rp229.055.444 0.608630873 Rp223.281.212 4 0.533650048 Rp345.986.147 Rp184.635.524 0.515788875 Rp178.455.806 5 0.456111152 Rp741.169.071 Rp338.055.479 0.437109216 Rp323.971.832
Total Rp9.030.384 -Rp21.811.606 Sumber : Data diolah tahunan
Interpolasi
Df NPV
18% -21.811.606
17% 9.030.384
30.841.990
IRR = 18% + -21.811.606 (1%)
30.841.990
= 18% - 0,70%
= 17.3%
Karena IRR yang dihasilkan pada rencana usaha ini lebih rendah dari tingkat keuntungan
yang disyaratkan, yaitu sebesar 25%, maka rencana usaha batako ini tidak layak.
115
4. PI
Perhitungan PI pada rencana usaha ini adalah :
PI = 921.223.770
1.127.155.000
= 0.82
Karena PI hasilnya kurang dari 1, yaitu 0.82 maka usulan proyek ini ditolak.
Pada tabel 4.49 dibawah ini adalah tabel perincian hasil perhitungan keempat metode
penilaian investasi yang telah dilakukan.
Tabel 4.50 Hasil Perhitungan Metode Penilaian Investasi pesimis
No. Metode Kriteria Penilaian Hasil Keputusan 1 Payback Period 5 tahun 3 tahun 9 bulan Diterima 2 NPV Positif - Rp205.931.230 Ditolak 3 IRR 25% 17.3% Ditolak 4 PI 1 0.82 Ditolak
Sumber : Data diolah
4.5.6 Hasil Penelitian
Berikut ini hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode analisis
sensitifitas, yaitu menggunakan tiga skenario yaitu skenario moderat, skenario optimis, dan
skenario pesimis sebagai berikut:
Tabel 4.51 Hasil Analisis Sensitivitas
Skenario No. Metode Moderat Optimis Pesimis 1 Payback Period 3 tahun 3 bulan 2 tahun 11 bulan 3 tahun 9 bulan 2 NPV Rp484.844.705 Rp988.886.733 -Rp205.931.230 3 IRR 31.2% 38.46% 17.3% 4 PI 1.43 1.87 0.82
Sumber : Data diolah
116
Tabel 4.52 Hasil analisis setiap aspek
Keterangan Hasil Kesimpulan
Aspek pasar Permintaan batako perhari mencapai 17000 batako dengan
pertumbuhan 6-7% pertahun. Perusahaan baru menyanggupi
permintaan sebanyak 8000 batako perhari sehingga terjadi
overdemand
Layak
Aspek Pemasaran Perusahaan menekankan pada bauran pemasaran dalam
memasarkan produknya yaitu:
1. Produk
Produk batako lubang 2(dua) dengan ukuran 38 cm dan 36 cm
kekuatan ditentukan oleh proses pengadukan dan
pengeringan.
2. Harga
Harga batako ukuran 38 cm Rp 1.200 dan Rp 1.050. Seiring
perkembangan perekonomian harga akan mengalami kenaikan
3. Place atau distribusi
Pemasaran dilakukan dengan titip barang serta distribusi yang
dilakukan secara langsung baik ke toko material maupun ke
konsumen langsung.
4. Promosi
Dilakukan dengan Personal selling dan pemberian potongan
harga serta bonus dalam pembelian batako dengan jumlah
banyak
Layak
Aspek Teknis 1. Penilaian lokasi
Lokasi yang dipilih adalah Pergi Lama dengan alasan utama
Layak
117
jarak pengambillan bahan baku yang tidak terlalu jauh, serta
ketersediaan tenaga kerja yang lumayan banyak.
2. Produksi
Proses produksi menggunakan alat press batako yang terbuat
dari besi baja dan plat, bahan baku yang digunakan semen,
teras, dan Oker, Kapasitas produksi 1 mesin secara maksimal
mencapai 4000 batako/hari,
3. Layout pabrik
perusahaan menggunakan lahan secara efekif dan seefisien
mungkin untuk memaksimalkan lahan yang tersedia.
Aspek
Manajemen
Perusahaan mendeskripsikan pekerjaan sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan membuat tugas, tanggung jawab serta
wewenang yang jelas.serta rencana gaji yang layak.
Layak
Aspek
Lingkungan,
Sosial dan
Ekonomi
1.Lingkungan
Perusahaan tidak memiliki limbah yang berbahaya bagi
masyaraka sekitar.
2. Sosial
Usaha batako ini bermanfaat bagi masyarakat sekitar dalam
mencari pekerjaan.
3. Ekonomi
Usaha batako ini memberikan pendapatan bagi pemerintah
setempat berupa pajak serta untuk mencukupi permintaan
akan kebutuhan batako khusunya daerah Tangerang.
Aspek Keuangan Usaha ini didapat dari modal sendiri dengan perhitungan
berbagai asumsi yaitu:
Layak
118
Sumber: Data Diolah
Untuk rencana usaha produksi batako ini, berdasarkan tabel diatas jika rencana usaha
menggunakan skenario moderat maka rencana usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan, dan
jika menggunakan skenario optimis proyek ini dikatakan lebih layak untuk dijalankan. Dan jika
menggunakan skenario pesimis maka rencana usaha ini dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.
Tetapi, dengan peluang pasar dan prospek usaha yang cukup besar yang dilihat dari laju
pertambahan penduduk, pembangunan properti dan juga batako merupakan kebutuhan
penduduk untuk membangun suatu rumah yang termasuk kebutuhan primer, dengan harga yang
relatif terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Maka dari itu skenario moderat maupun
optimis sangat mungkin terjadi dalam setiap usaha batako ini yang selalu bergerak mengikuti
permintaan pasar, iklim dunia usaha dan perkembangan jumlah penduduk. Dan skenario pesimis
tidak mungkin terjadi.
1. Skenario Moderat: dengan payback period 3 tahun 3 bulan,
NPV positif sebesar Rp484.844.705, IRR sebesar 31.2%, dan
PI sebesar 1.43.
2. Skenario Optimis: payback Period 2 tahun 11 bulan, NPV
positif sebesar Rp988.886.733, IRR sebesar 38.46%, dan PI
sebesar 1.87
3. Skenario Pesimis: payback Period 3 tahun 9 bulan, NPV
negatif sebesar -Rp205.931.230, IRR sebesar 17.3%, dan PI
sebesar 0.82