5
 Batasan aurat wanita Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslimah haruslah memenuhi syarat tertentu, yakni: 1. Menutup aurat. 2. Menutupkan khumur(jilbab) ke dada. 3. Tidak Tipis. 4. Tidak membentuk lekuk tubuh. Menutup aurat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya….” (QS. An Nuur [24] : 31).  Menurut Ibnu Umar RA. yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan. Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasululloh SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh SAW berpaling darinya dan berkata : “Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi). Menutupkan khumur(jilbab) ke dada.  “…. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan   perhiasannya, kecuali kepada…” (QS. An Nuur [24] : 31).  Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59). Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasa kita disebut jilbab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Tidak Tipis. Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasululloh SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh SAW berpaling darinya dan berkata : “Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu Daud dan Baihaqi). Batasan Aurat Laki-Laki  Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslim haruslah memenuhi syarat tertentu, yakni: 1. Menutup aurat. 2. Tidak terbuat dari emas atau sutera. 3. Tidak menyerupai pakaian wanita. 4. Tidak menyerupai orang-orang kafir. Menutup Aurat Rasulullah Saw bersabda: “Aurat laki -laki ialah antara pusat sampai dua lutut”. [HR. ad  

Batasan aurat wanita

Embed Size (px)

Citation preview

5/17/2018 Batasan aurat wanita - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/batasan-aurat-wanita 1/5

Batasan aurat wanita Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslimah haruslah memenuhi syarat tertentu, yakni:1. Menutup aurat.

2. Menutupkan khumur(jilbab) ke dada.

3. Tidak Tipis.

4. Tidak membentuk lekuk tubuh.

Menutup aurat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, danmemelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang

(biasa) nampak daripadanya….” (QS. An Nuur [24] : 31). Menurut Ibnu Umar RA. yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan.Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasululloh

SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh SAW berpaling darinya dan berkata : “HaiAsma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada

yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. Abu

Daud dan Baihaqi).

Menutupkan khumur(jilbab) ke dada. “…. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan  

 perhiasannya, kecuali kepada…” (QS. An Nuur [24] : 31). Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin:

“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supayamereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha

pengampun lagi Maha penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59).

Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau dalam bahasakita disebut jilbab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang

harus ditutup.

Tidak Tipis. Hadis riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasululloh

SAW dengan pakaian yang tipis, lantas Rasululloh SAW berpaling darinya dan berkata : “HaiAsma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil baligh) maka tak ada

yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR. AbuDaud dan Baihaqi).

Batasan Aurat Laki-Laki 

Pakaian yang dikenakan oleh seorang muslim haruslah memenuhi syarat tertentu, yakni:1. Menutup aurat.2. Tidak terbuat dari emas atau sutera.

3. Tidak menyerupai pakaian wanita.

4. Tidak menyerupai orang-orang kafir.

Menutup Aurat

Rasulullah Saw bersabda: “Aurat laki-laki ialah antara pusat sampai dua lutut”. [HR. ad 

5/17/2018 Batasan aurat wanita - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/batasan-aurat-wanita 2/5

Daruquthni dan al-Baihaqi, lihat Fiqh Islam, Sulaiman Rasyid].

Dari Muhammad bin Jahsyi, ia berkata: Rasulullah Saw melewati Ma‟mar, sedang kedua pahanya dalam keadaan terbuka. Lalu Nabi bersabda: “Wahai Ma‟mar, tutuplah kedua pahamu

itu, karena sesungguhnya kedua paha itu aurat.” [HR. Ahmad dan Bukhari, lihat Ahkamush

Sholat, Ali Raghib].

Rasulullah Saw pernah berkata kepada Ali ra: “Janganlah engkau menampakkan pahamu dan janganlah engkau melihat paha orang yang masih hidup atau yang sudah mati.” [HR. AbuDawud dan Ibnu Majah, lihat Shafwât at-Tafâsir, Muhammad Ali ash-Shabuni].

Sumber: Batasan Aurat Laki-Laki dan Perempuan - IndoForum http://www.indoforum.org/t107344/#ixzz1vnGCiBhk  

Hak Cipta: www.indoforum.org

Aurat laki-laki bagi laki-laki

Menurut mayoritas ulama, batasan aurat laki-laki bagi laki -laki adalah

antara

pusar dan lutut, sebagaimana sabda Nabi Saw. Ketika duduk-duduk bersama para

sahabatnya dan salah seorang sahabat ada yang terbuka pahanya lalu Rasulullah

bersabda :"Yang aku tahu paha itu adalah aurat".

Dengan demikian maka seorang laki-laki dilarang melihat aurat laki-laki,

sebagaimana sabda Nabi Saw: "Tidak boleh seorang laki-laki melihat aurat

laki-laki yang lain, dan wanita melihat aurat wanita lainnya."

Aurat laki-laki bagi wanita

Muhammad Ali Ash Shabuni menggatakan bahwa aurat laki-laki bagi wanita ialah

antara pusar dan lutut baik yang muhrim maupun yang tidak muhrim. Adapun bagi

para istri maka tidak ada batasan aurat, sebagaimana Firman-Nya:". Kecuali

bagi

istri-istri mereka."

Pertama kalinya, kita semua sepakat akan haramnya shalat di dalam masjid yang di dalamnyaterdapat satu kuburan, atau pekuburan di arah qiblat dalam masjid tersebut terdapat kuburan.Tidak akan mengucapkan selain ini kecuali orang yang telah menyimpang aqidahnya, rusak 

fitrahnya dan orang yang menyelisihi wasiat Nabi shalallahu „alaihi wassalam yang telahbersabda:

                        

‟‟Janganlah kamu shalat (menghadap ke arah) kuburan, dan janganlah kalian duduk di ataskuburan.‟‟ (HR. Muslim (2295)

5/17/2018 Batasan aurat wanita - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/batasan-aurat-wanita 3/5

Dan Nabi shalallahu „alaihi wassalam bersabda: 

                      

‟‟Janganlah kalian shalat menghadap ke kubur, dan jangan shalat diatas kuburan.‟‟ (HR. At-

Thabaraniy, al-kabir [12051], dishahihkan oleh al-Baniy, silsilah as- Shahihah {3/13-1016}

Imam as-Syafi‟i rahimahullah berkata: 

                                           

‟Aku benci masjid dibangun diatas kuburan, kuburan diratakan (karena Imam Syafi‟i

menganjurkan ditinggikan sejengkal dari permukaan tanah, pent), atau sholat di atas kuburan,

sedang ia (kuburan itu) tidak diratakan, atau shalat menghadap kuburan. (al-umm, bab Ma

 yakunu Ba‟da al -Dafn:1/246, untuk cetakan darul fikr cet 1/1422,hal 306).

Makruh yang dimaksud oleh Imam Syafii rahimahullah disini adalah makruh tahrim, dan bukanmakruh tanzih sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang yang meremehkan hukum-

hukum. Makanya Imam Syafi‟i kemudian mengatakan : “Jika ia shalat menghadap kepadanya

(kuburan) maka shalatnya sah dan ia telah berbuat sayyiat (buruk, dosa).” Kemudian Imam

Syafi‟i meriwayatkan hadits dari Imam Malik tentang pelaknatan Yahudi dan Nashrani karenamenjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah) (Ibid).

Hanya saja yang wajib dipahami oleh saudaraku para da‟i, terutama yang memperlakukanmasalah ini dengan keras, lagi berlebih-lebihan di dalamnya bahwa pengharaman ini tidaklahmutlak tanpa pengecualian. Terdapat beberapa keadaan yang menjadikan sah shalat di dalam

masjid-masjid yang disekitarnya, atau di hadapannya ada pekuburan atau kuburan.

Syaikh bin Baz rahimahullah berkata, „adapun tentang keabsahan shalat di dalam masjid yang 

disebelahnya terdapat kuburan, dan kuburan tersebut terpisah dari masjid dengan tembok dan

semacamnya, hingga kuburan tersebut berada di luar masjid, maka perkara ini boleh. Dan kita

tidak mengetahui satu dalilpun bagi orang yang mengharamkannya kecuali hanya sebagai

 saddudz dzari‟ah (penghalang dari sesuatu yang membahayakan). Terutama jika kubur tersebut 

berada di kanan, kiri atau belakang masjid dan tidak ada dihadapan masjid. Maka tidak 

mengapa shalat di dalamnya, karena tidak adanya syubhat shalat menghadap kearah kubur.

 Dikarenakan Nabi shalallahu „alaihi wassalam melarang shalat  menghadap kearah kubur…‟  

( Majmu‟ Fatawa wa Rasa‟il as-Syaikh Bin Baz juz 10)

Dari ucapan Syaikh bin Baz tersebut tampak bolehnya shalat di dalam masjid jika terpisahdengan tembok lain dari pekuburan. Dan masalah ini akan semakin menjadi jelas dengan

 jawaban beliau berikut ini:

„jika di kiblat masjid terdapat sesuatu dari bagian kuburan, maka yang paling hati-hati adalah

ada tembok lain antara masjid dan pekuburan, selain tembok masjid atau jalan yang

memisahkan keduanya. Dan inilah yang paling hati-hati dan utama, agar hal itu menjadi lebih

 jauh dari menghadap kubur. Adapun jika kuburan tersebut ada di sisi kanan atau kiri masjid,

5/17/2018 Batasan aurat wanita - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/batasan-aurat-wanita 4/5

 yakni berada di kanan atau kiri orang-orang yang shalat, maka hal itu tidak mendatangkan

madharat sama sekali bagi mereka. Karena mereka tidak menghadapnya, jauh dari menghadap

kearahnya, dan jauh dari syubhat menghadap kubur. ( Majmu‟ Fatawa wa Rasa‟il as-Syaikh bin

 Baz juz 13)

Di sini, Syaikh bin Baz rahimahullah mereinci dengan rincian yang detail, cukup danmenyeluruh. Yaitu disaat ada tembok lain bagi kuburan, dan bukan tembok masjid maka hal itu

telah keluar dari syubhat. Beliau berkata ahwath „Yang paling hati-hati‟, maksud jika tanpatembok, maka boleh shalat di sana, akan tetapi agar jauh dari syubhat maka beliau berkata

ahwath „Yang paling hati-hati‟. 

Syaikh bin Baz rahimahullah juga ditanya tentang hukum shalat di dalam masjid yang di sisinya

ada sebuah kuburan, dan nash pertanyaan tersebut adalah: „ditempat kami terdapat sebuah

masjid yang digunakan untuk shalat berjamaah dan shalat jum‟at. Akan tetapi terdapat kuburan

disekitar masjid tersebut, dibagian depan atau belakang masjid. Jarak antara masjid dengan

kuburan tersebut hanya sekitar 10 meter saja. Dan perlu diketahui bahwa masjid itu dibangun

sebelum diletakkannya kuburan-kuburan tersebut. Maka apakah sah shalat di dalam masjid ini?  

Maka beliau menjawab, „Ya, sah shalat di dalamnya, sekalipun disekitarnya terdapat kuburan,

 jika masjid telah berdiri, kemudian diletakkan kuburan-kuburan disekelilingnya, di kanan, kiri,

depan atau belakang, maka ini tidak membahayakan. Dulu manusia telah menguburkan manusia

di sekitar negeri mereka karena takut, fitnah dan peperangan. Dulu mereka menguburkan

manusia di sekitar masjid-masjid mereka, diluar masjid dan menguburkan di sekitar 

masjid …yang dimaksud di sini adalah bahwa kuburan yang berada di sekitar masjid tidak menghalangi shalat di dalam masjid-masjid tersebut. Yang diharamkan adalah membangun

masjid-masjid di atas kuburan, dan menjadikan kuburan sebagai masjid, inilah yang dilarang

oleh Nabi shalallahu „alaihi wassalam[1] 

Syaikh bin Utsaimin rahimahullah ditanya tentang kuburan yang manusia membangun dan

mendirikan masjid 10 meter darinya, maka apa hukum mendirikan masjid ini? Beliau

rahimahullah menjawab, „Jika masjid itu berada di luar pemakaman, dan pemakaman itu tidak 

berada di depan orang-orang shalat, dan tidak dimaksudkan untuk bertabarruk dengan

keberadaan masjid disekitar kuburan, maka tidak mengapa shalat di sana, apakah masjid itu

dibangun di salah satu sisi pemakaman atau pemakaman itu berada di hadapan masjid. Juga

tidak karena memiliki keyakinan bahwa keberadaan masjid itu dekat pekuburan menjadi lebih

utama dan sempurna. Jika disertai keyakinan ini, maka tidak boleh.‟ ( Fatawa Nurun „ala ad - Darb, at-tauhid wal „Aqidah, Syaikh bin al-Utsaimin rahuimahullah)

Di sini, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan kapan shalat menjadi diharamkandengan keberadaan kuburan di hadapan masjid dalam bangunan yang terpisah berdiri sendiri.Beliau menjelaskan bahwa keharaman itu ada pada saat berkeyakinan bahwa shalat di dalam

masjid yang seperti ini lebih utama dan sempurna.

Sebagaimana Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang makam yang berada di

luar masjid. Jadi, di sini kita bisa memahami bahwa orang yang terlalu keras (kaku) dalam

masalah ini – disertai penghormatanku kepadanya- pada hakikatnya adalah berbicara tanpa ilmu.

5/17/2018 Batasan aurat wanita - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/batasan-aurat-wanita 5/5

Sekedar perhatian, bahwa yang dimaksud dengan tidak boleh shalat di dalam masjid yang di

dalamnya terdapat kuburan (yang ada dihadapan orang-orang shalat) adalah bahwa kuburantersebut ada di hadapan mereka secara langsung (tanpa pembatas), dan ini tidak akan terjadi jika

kuburan tersebut terpisah dari bangunan masjid. Hal ini sangat mudah di pahami dari ucapan

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, mudah-mudahan Allah meninggikan derajat beliau dan

ulama yang lainnya.

Sebagaimana aku berikan peringatan, bahwa terdapat perbedaan besar antara keberadaankuburan di depan masjid milik wali yang diagungkan manusia dengan kuburan orang-orang

awam yang tidak ada seorang pun mendatanginya untuk mengagungkan, tawasul dan

beristighatsah dengan mereka.

Untuk melengkapi 2 fatwa syaikh yang mulia tadi, berikut kami sertakan fatwa Syaikh Muqbil

bin Hadi al-Wadi‟i rahimahullah saat menjawab pertanyaan santri dari Indonesia, yang berbunyi:apa hukum shalat di masjid yang di depannya ada kuburan? . Beliau menjawab:

“ Amma ba‟du: shalat di masjid yang di depannya, terdapat kuburan di luar tembok masjid adalah sah, karena larangannya adalah shalat di masjid yang di dalamnya ada kuburannya.

Sebagaimana riwayat Abu Said al- Khudri radhiyallahu‟anhu dari Nabi shalallahu „alaihi

wassalam 

                  

“Bumi itu semuanya adalah tempat shalat kecuali kuburan dan kamar mandi.” (HR Timidzi,

ahmad, abu daud dll)

 Dalam shahih Muslim dari hadits Jundub dari Nabi shalallahu „alaihi wassalam yang artinya:

“Ingatlah, sesungguhnya orang -orang sebelum kamu menjadikan kuburan para nabi dan orangshalih mereka sebagai masjid. Ingatlah, jangan sampai kalian menjadikan kuburan sebagai

masjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari hal tersebut.” 

 Dan hadits, bahwa Nabi shalallahu „alaihi wassalam bersabda : “jangan shalat menghadap

kuburan dan jangan duduk di atasnya.” Ini apabila shalat menghadap ke kuburan tanpa tembok 

atau pagar, adapun jika ada tembok atau pagar atau kuburan itu ada di luar masjid maka

shalatnya sah insyaAllah.” (Muqbil Ibn Hadi al-Madkhali, Tuhfatul Mujib, Darul Atsar, Shan‟a,cet. 1/1421, hal. 83-83)

Kami dengan makalah ini, berharap untuk memberikan penjelasan terhadap satu hukum yang

hilang dari saudara-saudara kami para da‟i dan para pencari ilmu. Mudah-mudahan AllahSumber : Majalah Qiblati edisi 7 tahun IV hal. 82-85