23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor kesehatan. Kesehatan dapat dicapai apabila terjadi keseimbangan antara lingkungan, perilaku dan budaya hidup dari setiap manusia. Faktor perilaku yang mempengaruhi diantaranya adalah pola eliminasi dari setiap individu dan aktivitasnya. Pola eliminasi yang tidak baik dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada sitem perkemihan. Salah satu diantaranya adalah batu ginjal. Batu ginjal dapat terjadi karena kebiasaan pasien dalam menahan buang air kecil yang lama sehingga urine tertahan dan juga dari aktivitas pasien. Angka kejadian batu ginjal lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan usia 30 - 50 tahun dan juga pada pasien yang sebelumnya pernah menderita batu ginjal. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium tinggi dan asam urat bisa mendorong terjadi batu diantaranya batu ginjal. Dengan melihat hal-hal tersebut maka perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan baik dalam rangka meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, penanganan penyakit dan pengembalian fungsi optimal pasien tersebut. 1

Batu Ginjal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

Citation preview

Page 1: Batu Ginjal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia, salah satu

faktor yang mempengaruhi adalah faktor kesehatan. Kesehatan dapat dicapai

apabila terjadi keseimbangan antara lingkungan, perilaku dan budaya hidup

dari setiap manusia.

Faktor perilaku yang mempengaruhi diantaranya adalah pola eliminasi dari

setiap individu dan aktivitasnya. Pola eliminasi yang tidak baik dapat

mengakibatkan terjadinya gangguan pada sitem perkemihan. Salah satu

diantaranya adalah batu ginjal. Batu ginjal dapat terjadi karena kebiasaan

pasien dalam menahan buang air kecil yang lama sehingga urine tertahan dan

juga dari aktivitas pasien. Angka kejadian batu ginjal lebih banyak ditemukan

pada laki-laki dengan usia 30 - 50 tahun dan juga pada pasien yang

sebelumnya pernah menderita batu ginjal.

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium tinggi dan

asam urat bisa mendorong terjadi batu diantaranya batu ginjal.

Dengan melihat hal-hal tersebut maka perawat mempunyai peran yang sangat

penting dalam memberikan asuhan keperawatan baik dalam rangka

meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya penyakit, penanganan penyakit

dan pengembalian fungsi optimal pasien tersebut.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah agar :

1. Perawat senantiasa mengenal tanda dan gejala serta cara mencegah dan

mengobati penyakit batu ginjal sehingga dapat menerapkan asuhan

keperawatan secara langsung kepada penderita batu ginjal.

2. Perawat semakin menambah wawasannya secara jelas mengenai penyakit

batu ginjal, cara pencegahan dan penanggulangannya sehingga dapat

berguna bagi masyarakat.

3. Perawat dapat melakukan studi asuhan keperawatan pada penderita batu

ginjal.

1

Page 2: Batu Ginjal

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Melalui berbagai studi kepustakaan .

2. Mengadakan pengamatan langsung pada pasien di unit Xaverius yang

meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan sistematika sebagai

berikut:

Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan. Bab II merupakan tinjauan teorits yang

menerangkan tenteng teori terjadinya penyakit batu ginjal ditinjau dari konsep

dasar medik dan konsep dasar keperawatan. Bab III berupa pengamatan

kasus. Bab IV merupakan pembahasan kasus yang membandingkan antara

konsep dasar keperawatan dengan kasus penyakit batu ginjal yang terdapat di

unit Xaverius. Bab V berisi kesimpulan berdasarkan pada bab-bab terdahulu .

2

Page 3: Batu Ginjal

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik

1. Definisi

Batu ginjal adalah pembentukan batu di ginjal ( luckman sorensen. Medical

Surgical a Psychophysiologic Approuch, 1993. )

2. Anatomi fisiologi

a. Anatomi ginjal

Ginjal adalah bagian utama dari sitem perkemihan yang juga

termasuk didalamnya ureter, kandung kemih dan uretra. Ginjal terletak

pada rongga abdomen posterior, dibelakang peritoneum di area kanan

dan kiri dari kolumna vertebralis. Ginjal dipertahankan dalam posisi

tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Pada orang dewasa normal

panjangnya 12-13 cm, lebar 6 cm dan beratnya antara 120 -150 gram.

Setiap ginjal memiliki korteks di bagian luar dan medula di bagian

dalam yang terbagi menjadi piramid-piramid. Papila dari tiap piramid

membentuk duktus papilaris bertini yang selanjutnya menjadi kaliks

minor, kaliks mayor dan bersatu membentuk pelvis ginjal tempat

terkumpulnya urine. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan

kandung kemih.

b. Pembuluh darah ginjal

Ginjal dilalui oleh sekitar 1200 ml darah per menit. Lebih dari

90 % darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks, sedangkan

sisanya dialirkan ke medula. Arteri renalis dicabangkan dari aorta

abdominalis dan bercabang menjadi arteri interlobaris yang berjalan

diantara piramid yang selanjutnya membentuk arteria arkuata yang

melengkung melintasi batas piramid-piramid tersebut. Arteri arkuata

kemudian membentuk arteriola-arteriola interlobularis yang tersusun

paralel dalam korteks. Arteriola interlobularis ini selanjutnya

membentuk arteriola eferen yang yang berahir di gomelurus. Selnjutnya

glomerulus membentuk arterioa eferen yang kemudian bercabang-

cabang membentuk sistem portal ini akan dialirkan kedalam jalinan

3

Page 4: Batu Ginjal

vena. Selanjutnya menuju vena arkuata, vena interlobaris dan vena

renalis dan akhirnya mencapai vena cava inferior.

c. Struktur miskroskopik ginjal

Nefron adalah unit fungsional dari ginjal. Setiap nefron terdiri dari

glomelurus dengan arteriola aferen dan eferen, kapsula bowmans,

tubulus proksimal, ansa henle, tubulus distal dan duktus pengumpul.

Fungsi utama dari komponoen nefron adalah : Glomerulus untuk

filtrasi, tubulus proksimal mereabsorbsi Na, K ,H, ADH, glukose, K,

asam amino, CL, HCO3, po4, urea, mensekresi H dan subtabsi asing.

Ansa henle untuk mengantisipasi arus aliran konsentrasi urine, Na

direabsorbsi secara pasif dan Cl direabsorsi secara aktif.

d. Fungsi Ginjal

1) Fungsi ekskresi

Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 m osmol

dengan mengubah ekskresi air

Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam

rentang normal.

Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan

kelebihan dan membentuk kembali HCO3

Mengekskresikan produk akhir nitrogen dan metabolisme protein

terutama urea, asam urat dan kreatinin.

2) Fungsi non ekskresi

Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah

Menghasilkan eritropoietin, faktor penting dalam stimulasi

produksi sel darah merah oleh sumsum tulang

Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktif nya

Degradasi insulin

Menghasilkan prostaglandin

4

Page 5: Batu Ginjal

GAMBAR

5

Page 6: Batu Ginjal

3 Etiologi

Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu :

Urine stasis

UTI ( urinary tract infektion )

Diit tinggi kalsium

Dehidrasi

Immobilisasi

Heriditer

4 Pathopisiologi

Batu ginjal terbentuk dari kelebihan kalsium, magnesium, asam urat,

sistin di dalam urine. Mekanisme pasti terbentuknya batu tidak diketahui

secara pasti. Faktor utama dalam terbentuknya batu adalah kejenuhan urine

oleh elemen seperti kalsium, fosfat, dan oxalat. Selain itu yang mempengaruhi

adalah pH urine dan jumlah zat terlarut dalam urine. Asam urat dan sistin

akan mengendap pada urine yang bersifat asam. Kalsium, fosfat akan

mengendap pada urine yang bersifat basa .

Immobilisasi yang lama menyebabkan stasis urine dan terjadi

perpindahan kalsium dari tulang. Apabila masukan cairan kurang tidak

adekuat maka terjadi penggumpalan kalsium dalam urine dan membentuk

batu.

5 Tanda dan gejala

Rasa tidak nyaman di daerah suprapubika

Penurunan output urine

Gejala UTI : nyeri ,urgency , frekuensi

Mual dan muntah

6 Test diagnostik

a. Laboratorium

Urinalysis : Terdapat sel darah merah, sel darah putih, kristal,

mineral, perubahan pH

Urine kultur : Terdapat bakteri

Urine tampung (24 jam) : menunjukan peningkatan kalsium,

phospor, asam urat kreatinin, oxalat dan sistin

Tes kreatinin dalam serum urine : kadar kreatinin dalam darah

meningkat, kadar kreatinin dalam urine menurun

6

Page 7: Batu Ginjal

a. X - ray : menunjukan kehadiran batu kalsium dan perubahan anatomi

seperti pembesaran

b. IVP (Intravenous Pyelografi) : Menunjukan struktur yang abnormal,

lokasi obstruksi

c. CT Scan : menunjukan adanya batu ,masa atau kelainan lainnya

d. Cystoscopy : menunjukan obstruksi batu

7 Therapy

a. Obat

Allopurinol

Narcotik

Antispasmodik

a. Diet

Diet rendah kalsium dan oxalate.

a. Pembedahan

8 Komplikasi

Perdarahan

Sepsis

Perforasi piala ginjal

Gagal ginjal

B Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Sebelum operasi

a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Nyeri sesuai dengan lokasi batu.

Riwayat UTI

Riwayat pembentukan batu yang terdahulu

a. Pola nutrisi metabolik

Mual dan muntah

Diare

Rasa tidak enak pada abdomen

Diit tinggi kalsium

Penurunan intake cairan

a. Pola elimnisai

7

Page 8: Batu Ginjal

Hematuria

Nyeri saat berkemih

Urgency

Frekuensi

Penurunan output urine

a. Pola aktivitas dan latihan

Banyak duduk

immobilisasi

a. Pola persepsi sensorik dan kognitif

Tidak mengerti tentang penyebab penyakit dan pengobatannya

a. Pola reproduksi seksualitas

Gangguan berhubungan seksual berhubungan dengan nyeri

a. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress

- Cemas

Sesudah operasi. :

a. Pola nutrisi metabolik

Klien mengalami mual dan muntah

Demam

b. Pola elimnisai

Penggunaan kateter

Urine berwarna merah sampai 1-2 pos op.

c. Pola aktivitas dan latihan

Istirahat baring dalam 24 jam pertama, terutama pada passien

dengan bius total dan spinal.

Aktivitas terbatas karen adanya nyeri pada luka, operasi.

d. Pola persepsi kognitif

Keluhan nyeri pada daerah pepbedahan.

2. Diagnosa Keperawatan

Sebelum operasi

1) Nyeri b.d iritasi akibat perpindahan batu

2) Perubahan pola eliminasi : dysuria, oliguria, pyuria b.d perjalanan batu,

obstruksi hematuria, infeksi.

3) Kurang pengetahuan b.d kuang informas

Sesudah operasi

1) Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik

8

Page 9: Batu Ginjal

2) Nyeri b.d insisi bedah

3) Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter

4) Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

3 Rencana Keperawatan.

Sebelum operasi

1. Nyeri b.d iritasi akibat perpindahan batu

HYD : - Nyeri berkurang

- Expresi wajah relax

Rencana Tindakan :

1) Kaji tingkat nyeri pasien dan waktu terjadinya nyeri

R/ Nyeri timbul karena perubahan batu, nyeri yang menetap karena

obstruksi atau perforasi, nyeri yang hilang timbul karena perjalanan

batu

2) Obsevasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam

R/ Perubahan tanda-tanda vital mengindetifikasikan infeksi atau

komplikasi

3) Beri kompres hangat pada area nyeri 15-20 menit tiap 2 jam

R/ Kompres hangat merelaksasikan otot dan mengurangi kram

4) Anjurkan untuk tarik napas dalam

R/ Tarik napas dalam dapat merelaksasikan otot dan mengurangi nyeri

5) Anjurkan untuk beraktivitas sesuai dengan kemampuan pasien

R/ Aktifitas mencegah stasis urin, membantu memperlambat

pembentukan batu, mencegah kembalinya batu ke saluran kemih.

6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anagetik dan

antispasmodik

R/ Analgetik dan anti spamodik mengurangi nyeri dan merelaksasikan

otot dan mengurangi kram

2. Perubahan pola eliminasi : dysuria, oliguri,pyuria b.d perjalanan batu,

obstruksi, hematuri atau infeksi .

HYD :

Infeksi tidak terjadi

Hematuri tidak terjadi

Kembali ke fungsi eliminasi yang normal

Rencana Tindakan:

9

Page 10: Batu Ginjal

1) Monitor intake out put tiap 4 - 8 jam

R/ Intake yang adekuat sangat diperlukan untuk mendorong

batu keluar dari ginjal, Mencegah kerusakan jaringan .

2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam

R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat mengidentifikasikan

infeksi atau komplikasi.

3) Observasi tanda-tanda obstruksi ureter (peningkatan nyeri,

oliguri ) Atau obstruksi uretra ( ketegangan vesika urinaria , nyeri

disuprapubika).

R/ Perpindahan batu ke saluran kemih lebih sering tersumbat

diureter atau uretra

4) Observasi tanda-tanda dehidrasi seperti kulit seperti kulit kering,

membran mukosa kering, haus, turgor kulit kering, output urina

turun, penurunan takanan darah, tachycardia, kehilangan berat

badan.

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan konsentrasi urine sehingga

meningkatkan resiko pembentukan batu dan infeksi

5) Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan 3-4 liter per hari

R/ Cairan yang adekuat mencegah terjadinya pembentukan

batu dan mencegah obstruksi dan infeksi

6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotok

R/ Antibiotik untuk mencegah infeksi

3. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi

HYD: Pengetahuan pasien bertambah tentang penyakit selam masa

perawatan

Rencana Tindakan :

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit batu ginjal

R/ Penjelasan klien yang keliru dapat dibenarkan oleh perawat

2) Jelaskan tetang proses penyakit dan pengobatan yang diberikan pada

pasien

R/ Memberikan pengetahuan berdasrkan tingkat kebutuhan pasien .

3) Anjurkan pasien untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan

R/ Menentukan intensitas pengetahuan yang dimiliki pasien .

4) Beri kesempatan kepada klien untuk bertanya

R/ Mengetahui kebutuhan kognitif pasien tentang penyakitnya

10

Page 11: Batu Ginjal

5) Bila perlu anjurkan klien untuk follw up secara teratur

R/ Memonitor keadaan fungsi ginjal serta pengobatan yang diperlukan .

Sesudah operasi

1. Resiko kekurangan volume cairan b.d. haemoregik / hipovolemik

HYD : - tanda tanda vital stabil

- kulit kering dan elastis

- intake output seimbang

- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang

Rencana tindakan :

1) Kaji balutan selang kateter terhadap perdarahan setiap jam dan lapor

dokter

R/ mengetahui adanya perdarahan.

2) Anjurkan pasien untuk mengubah posisi selang atau kateter saat

mengubah posisi.

R/ mencegah perdarahan pada luka insisi

3) Pantau dan catat intake output tiap 4 jam, dan laporan ketidak

seimbangan.

R/ mengetahui kesimbangan dalam tubuh.

4) Kaji tanda vital dan turgor kulit, suhu tiap 4-8 jam.

R/ dapat menunjukan adanya dehidrasi / kurangnya volume cairan

2. Nyeri b.d. insisi bedah

HYD : - pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang

ditandai dengan mudah untuk bergertak, menunjukkan

ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.

Rencana tindakan :

1) Kaji intensitas,ifat, lokasi pencetus daan penghalang factor nyeri.

R/ menentukan tindakan selanjutnya

2) Berikan tindakan kenyamanan non farmakologis, anjarkan tehnik

relaksasi, bantu pasien memilih posisi yang nyaman.

R/ dengan otot relkas posisi dan kenyamanan dapat mengurangi nyeri.

3) Kaji nyeri tekan, bengkak dan kemerahan.

R/ peradangan dapat menimbulkan nyeri.

4) Anjurkan pasien untuk menahan daerah insisi dengan kedua tangan

bila sedang batuk.

R/ untuk mengurangi rasa nyeri.

11

Page 12: Batu Ginjal

5) Kolaaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.

R/ obat analgetik dapat mengurangi nyeri.

3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d pemasangan alat medik ( kateter).

HYD : - pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan

dapat berkemih spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.

Rencana tindakan :

1) Kaji pola berkemih normal pasien.

R/ untuk membandingkan apakah ada perubahan pola berkemih.

2) Kaji keluhan distensi kandung kemih tiap 4 jam

R/ kandung kemih yang tegang disebabkan kaarena sumbatan

kateter.

3) .Ukur intake output cairan.

R/ untuk mengetahui keseimbangan caira.n

4) Kaji warna dan bau urine dan nyeri.

R/ untuk mengetahui fungsi ginjal.

5) Anjurkan klien untuk minum air putih 2 -3. Lt /sehari , bila tidak ada

kontra indikasi.

R/ untuk melancarkan urineren

4. Resiko infeksi b.d. insisi bedah dan pemasangan kateter.

HYD : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.

- Drainase dan selang kateter bersih.

Rencana tindakan :

1) Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi luka (demam, kemerahan,

bengkak, nyeri tekan dan pus)

R/ mengintervensi tindakan selanjutnya.

2) Kaji suhu tiap 4 jam.

R/ peningkatan suhu menandakan adanya infeksi.

3) Anjurkan klien untuk menghindari atau menyentuk insisi.

R/ menghindarkan infeksi.

4) Pertahankan tehnik steril untuk mengganti balutan dan perawatan

luka.

R/ menghindari infeksi silang.

4. DISCHARGE PLANNING

Penyuluhan pada pasien dan keluarganya :

- Perlunya untuk memenuhi diit, terutama kalsium dan protein.

12

Page 13: Batu Ginjal

- Menghindari makanan yang mengandung kalsium tinggi dan asam urat.

- Mengan jurkan klien untuk berolah raga.

- Menganjurkan pasien untuk minum air putih 2 –3 lt/sehari, diluar waktu

makan.

- Menjelaskan hygiene perseorangan yang benar, contohnya perawatan dan

kebersihan daerah genitalia.

- Hindari peningkatan suhu lingkungan yang mendadak yang dapat

menyebabkan keringat berlebih dan dehidrasi.

PATOFLOW DIAGRAM

BATU GINJAL

13

Page 14: Batu Ginjal

Heriditer Lingkungan Super Saturasi Inhibitor kristal Pekerjaan Ph UrineDiet tinggi kalsiumJumlah Minum Meningkatnya Zat Ca. Mg, F Dari ginjal

Kelainan Biokimia Urine Kristalisasi

Membentuk batu

Batu kecil Batu besar

Lolos kedalam Tinggal di Pelvis Ureter melalui urine

Obstruksi

Ph Urine Retensi Urine Mengiritasi

Infeksi / UTI Refluk urine Perforasi

ginjal

Uritritis Hydronefrosis Perdarahan

Panas / Nyeri Gagal ginjal Hematuria

Ureum meningkat

Koma

+

BAB III

PENGAMATAN KASUS

14

Page 15: Batu Ginjal

Pengamatan kasus dilakukan pada TN. K usia 54 th. Dirawat di unit

Xaverius, PK Sint. Carolus, pada tanggal 4 Februari 2004 dengan diagnosa medik

batu ginjal. Pasien masuk dikirim melalui URJSU ( Poli Dokter).

Alasan pasien masuk rumah sakit karena hasil check-up pada bulan Januari

2004 , ditemukan banyak endapan pada pemeriksaan urine. Kemudian dari dokter

Perusahaan pasien dirujuk ke dokter urologi di PK. Sint Carolus.

Pasien pernah dilakukan tindakan operasi yang pertama pada tahun 1987 operasi

ginjal kanan karena ada batu. K di R S C M. Pada tahun 1997 operasi ginjal kiri

karena ada batu di PK Sint Carolus. Menurut pasien walaupun ia telah melakukan

diit tetapi pada tahun 1999 dilakukan ESWL pada ginjal kanan karena batu dan

dilakukan di R S C M, tetapi pasien dirawat di PK Sint Carolus.

Pada hasil pemeriksaan BNO / IVP tanggal 30 Januari 2004

kesan : - Hidroneprosis bilateral dengan nephrolitiasis bilatera..

- Suspek Uretritis bilateral.

- Buli buli baik.

Pada pemeriksaan thorax foto tanggal 4 Februari 2004

diketemukan hasil : Dextra cardia besar dan tampak cor dalam batas-batas normal

tidak tampak kelainan di paru-paru. Sinus-sinus dan diafragma

baik.

Pemeriksaan. EKG : gambaran EKG normal.

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan :

Kimia - SGOT 50 u/l

- SGPT 95 u/l

- Asam urat 8.2 mgr/dl

Urine - Leukosit 2-4

- Erythrosit 35 - 40

Setelah makan pagi pasien sedang dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operasi

Extended phyolonephrolitotomi tanggal 5 Februari 2004 jam 16.00.

Dilakukan pencukuran didaerah operasi dan lavamen berhasil, pasien dapat

buang air besar di kamar mandi, kemudian pasien dipuasakan.

Perawat menjelaskan kepada pasien hal-hal yang akan dialam sebelum dan sesudah

pembedahan, termasuk. Perawatan di Unit Intensif.

15

Page 16: Batu Ginjal

Untuk persiapan operasi disiapkan darah P.C.. 360 cc /unit golongan O. Kemudian

dilakukan pengetesan terapi antibiotika TRICEFIN di tangan kanan, pasien tahan.

Obat akan diberikan 1g sebelum pasien operasi.

16