Upload
ibnu-darmawanto
View
26
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Belajar dan pembelajaran : Keaktifanby : Ibnu Darmawanto (06111010008)FKIP Kimia Universitas Sriwijaya
Citation preview
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah di atas bumi dilengkapi
dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia selalu tanya atau
mempertanyakan sesuatu, mulia dari hal-hal yang sangat sederhana sampai
kepada hal-hal yang sangat rumit. Manusia belajar karena ia ingin mengetahui
atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Manusia belajar
juga karena mempunyai bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahun
dan didukung oleh kemampuan untuk mengetahui. Kemampuan manusia untuk
belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan
hewan. Kelakuan dan kemampuan melakukan sesuatu pada hewan tidak
diperoleh melalui proses belajar, tetapi melalui mekanisme naluri yang
berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat meningkat karena dibatasi oleh
suatu pola yang sudah tertentu.
Dalam proses pembelajaran, agar aktivitas yang dilakukan dalam proses
pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara
komperehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-
prinsip belajar yang benar. Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum
berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta
perbedaan individual. Oleh karena itu, latar belakang dalam penyusunan makalah
ini yakni mengetahui tentang prinsip keaktifan yang merupakan salah satu
prinsip-prinsip belajar dan aplikasinya dalam kelas kimia.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana implikasi prinsip keaktifan yang merupakan salah satu
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru?
Bagaimana pengaplikasian implikasi prinsip-prinsip belajar mengenai
keaktifan guru dan siswa pada pelajaran Kimia dalam kelas?
1.3 Tujuan
Mengetahui implikasi prinsip keaktifan yang merupakan salah satu
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru.
Mengetahui pengaplikasian implikasi prinsip-prinsip belajar mengenai
keaktifan guru dan siswa pada pelajaran Kimia dalam kelas?
BAB II
Pembahasan
1. Implikasi Prinsip Belajar : Prinsip Keaktifan
Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting yang mendasar
yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam
proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa
dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang
lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan
bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya
sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan
pengarah.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu
proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses
pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif,
maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari
siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang
mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Partisipasi aktif siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar
yang harus dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam
proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa partisipasi aktif ini harus dapat
diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar
ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan
fisik juga dibutuhkan.
Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka berfikir setiap guru
adalah bahwa pada prinsipnya siswa adalah makhluk yang aktif. Individu
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang
dimiliki siswa secara kodrati itu akan berkembang kearah yang positif bilamana
lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan
tersebut. Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali potensi-potensi
keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka aktualisasikan dan selanjutnya
mengarahkan aktifitas mereka kearah tujuan yang positif atau tujuan
pembelajaran. Hal ini pula yang mendasari pemikiran bahwa kegiatan
pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya partisipasi
aktif siswa. Ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat
memungkinkan partisipasi aktif siswa menjadi tidak subur, bahkan mungkin justru
menjadi kehilangan keaktifannya. Contoh penerapan prinsip partisipasi Aktif
dalam Pembelajaran Kemampuan Guru Kegiatan Pembelajaran. Guru merancang/
mendesain pesan pembelajaran dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk
berperan aktif dalam pembelajaran.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran , Guru menegaskan siswa
dengan kegiatan yang beragam , misalnya: Percobaan, Diskusi kelompok,
Memecahkan masalah. Mencari informasi, Menulis laporan/cerita/puisi,
Berkunjung keluar kelas.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat
aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa
mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif
dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu
mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa
berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan
sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan
dan kegiatan psikis yang lain.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap
kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar : Prinsip Keaktifan bagi Siswa
Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan
belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara
efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti
mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin
tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan
perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut
menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
b. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar : Prinsip Keaktifan bagi Guru
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing
siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat
mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan
dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti
pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu
aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat
melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
• Menggunakan multimetode dan multimedia
• Memberikan tugas secara individual dan kelompok
• Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam
kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
• Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang
kurang jelas
• Mengadakan tanya jawab dan diskusi.
2. Aplikasi Prinsip Keaktifan dalam Kelas Kimia
Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang
diperoleh siswa seharusnya tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar siswa
di sekolah saja, tetapi juga dapat melatih cara berfikir siswa untuk memecahkan
masalah secara ilmiah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia .
Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan
proses sains seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan,
menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan.
Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan
pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS bertujuan mengembangkan
kemampuan siswa. Guru perlu melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat
membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains
untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam
kehidupannya sehari-hari.
Agar pembelajaran kimia menjadi pelajaran yang disukai dan siswa
terlibat aktif dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan
indikator pembelajaran yang telah direncanakan, maka seorang pendidik perlu
mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan inovatif, yang
mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa khususnya penguasaan konsep
materi sesuai dengan indikator pembelajaran serta kondisi siswa dan sekolah yang
bersangkutan.
Materi Sistem Koloid merupakan suatu materi yang memuat konsep yang
erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa
dapat diajak berfikir aktif melalui sains dalam kehidupannya yang disebut
dengan pembelajaran dengan keterampilan proses sains. Sebagai contoh,
mengapa tawas dapat menjernihkan air kotor? mengapa sabun dapat
membersihkan piring kotor? dan mengapa batu apung tidak tenggelam dalam
air?. Masalah-masalah tersebut akan diselesaikan oleh siswa dengan kemampuan
berfikir melalui sains apabila dalam proses pembelajaran guru melatihkan KPS
kepada siswa.
Dalam hal ini siswa diharapkan untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan mampu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari, mampu mendefinisikan suspense kasar, larutan sejati dan koloid .mampu mengklasifikasikan suspense kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (Efek Tyndall, Homogen Heterogen, dan Penyaringan). Siswa diharapkan mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif dan sungguh-sungguh yang merupakan salah satu aspek yang ada dalam proses pembelajaran yaitu aspek efektif. Siswa melakukan percobaan dengan terampil.
1. Guru mengapersepsikan dengan menampilkan 3 gambar contoh larutan,
koloid dan suspensi kasar dalam kehidupan sehari-hari.
2. Guru menarik perhatian dan memotifasi siswa untuk belajar.
3. Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang akan di pelajari, yaitu
tentang apa perbedaan larutan, koloid, dan suspense.
4. Guru meminta peserta didik untuk berpikir secara individu untuk
menjawab pertanyaan tadi.
5. Guru meminta peserta didik untuk membentuk kelompok maksimal 5
menit.
6. Siswa berdiskusi dalam menjawab pertanyaan yang telah di ajukan guru
tentang berbagai macam perbedaan larutan, koloid, dan suspensi kasar
yang ditulis pada lembar yang telah disediakan.
7. Siswa membuat hipotesis terhadap masalah yang diberikan.
8. Siswa melakukan pengujian terhadap hipotesis yang mereka ajukan
dengan melakukan percobaan pengklasifikasian suspense kasar, larutan
sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (Efek Tyndall,
Homogen Heterogen, dan Penyaringan).
9. Siswa melakukan pengamatan dan mencatat dengan cermat dan teliti hasil
observasi percobaan mereka.
10. Siswa menganalisis data hasil percobaan, membuat pembahasan atas hasil
yang mereka peroleh dengan membandingkan pada literatur yang ada
untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang mereka buat, dan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS.
11. Meminta siswa untuk melaporkan hasil percobaan mereka dengan
mempresentasikannya (pada kegiatan ini dibuka forum tanya jawab
terhadap hasil percobaan), kemudian diskusi diarahkan oleh guru agar
siswa mendapatkan konsep-konsep berikut:
a.) Apabila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi
penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut
sistem dispersi
b.) Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang
digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.
Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu suspensi, koloid,dan larutan
c.) Suspensi merupakan sistem dispersi dengan ukuran relatif besar. Pada
umumnya suspensi merupakan campuran heterogen
d.) Dalam sistem koloid, zat yang tersebar dalam medium koloid dinamakan
fasa terdispersi dan medium untuk mendispersikan partikel-partikel koloid
disebut pendispersi.
12. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
13. Guru meminta siswa untuk menyusun laporan tertulis sebagai tugas.
Dari contoh tersebut, diharapkan siswa dan guru dapat aktif dalam proses
pembelajaran yang dilakukan. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip
belajar dalam proses pembelajaran akan dapaat membantu terwujudnya tujuan
pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi
siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang
diharapkan.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam prinsip siswa aktif
ini harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar.
Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik
intelektual, emosional, dan fisik juga dibutuhkan. Dan guru juga menerapkan
kepada siswa prinsip psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,
proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu
pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung
dengan cara mengetes peserta didik sejauh mana peserta didik sudah memahami
pelajaran yang kita terapkan.
B. Saran
Demikian yang dapa kami jelaskan semonga bemanfaat bagi pembaca dan
kami sangat membutuhkan kritik dan saran demi untuk kesempurnaan makalah
ini. Dan sebagai calon guru, kita harus mempelajari dan mengimplikasikan
prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktifitas seorang guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan teori dan
prinsip-prinsip belajar, guru memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan
untuk menunjang peningkatan belajar siswa.