14
BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah di atas bumi dilengkapi dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia selalu tanya atau mempertanyakan sesuatu, mulia dari hal-hal yang sangat sederhana sampai kepada hal-hal yang sangat rumit. Manusia belajar karena ia ingin mengetahui atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Manusia belajar juga karena mempunyai bakat untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahun dan didukung oleh kemampuan untuk mengetahui. Kemampuan manusia untuk belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan hewan. Kelakuan dan kemampuan melakukan sesuatu pada hewan tidak diperoleh melalui proses belajar, tetapi melalui mekanisme naluri yang berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat meningkat karena dibatasi oleh suatu pola yang sudah tertentu. Dalam proses pembelajaran, agar aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komperehensip, maka

bdp keaktifan.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Belajar dan pembelajaran : Keaktifanby : Ibnu Darmawanto (06111010008)FKIP Kimia Universitas Sriwijaya

Citation preview

Page 1: bdp keaktifan.docx

BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai khalifah di atas bumi dilengkapi

dengan akal sehat serta hasrat ingin tahu, sehingga ia selalu tanya atau

mempertanyakan sesuatu, mulia dari hal-hal yang sangat sederhana sampai

kepada hal-hal yang sangat rumit. Manusia belajar karena ia ingin mengetahui

atau memperoleh pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Manusia belajar

juga karena mempunyai bakat  untuk belajar, yang dipacu oleh sikap ingin tahun

dan didukung oleh kemampuan untuk mengetahui. Kemampuan manusia untuk 

belajar adalah ciri yang sangat penting yang membedakan manusia dengan

hewan. Kelakuan dan kemampuan melakukan sesuatu pada hewan tidak

diperoleh melalui proses belajar, tetapi melalui mekanisme naluri yang

berkembang dengan sendirinya, dan tidak dapat meningkat karena dibatasi oleh

suatu pola yang  sudah tertentu.

Dalam proses pembelajaran, agar aktivitas yang dilakukan dalam proses

pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara

komperehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-

prinsip belajar yang benar. Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum

berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan

langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta

perbedaan individual. Oleh karena itu, latar belakang dalam penyusunan makalah

ini yakni mengetahui  tentang prinsip keaktifan yang merupakan salah satu

prinsip-prinsip belajar dan aplikasinya dalam kelas kimia.

1.2 Rumusan Masalah

Page 2: bdp keaktifan.docx

Bagaimana implikasi prinsip keaktifan yang merupakan salah satu

prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru?

Bagaimana pengaplikasian implikasi prinsip-prinsip belajar mengenai

keaktifan guru dan siswa pada pelajaran Kimia dalam kelas?

1.3 Tujuan

Mengetahui implikasi prinsip keaktifan yang merupakan salah satu

prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru.

Mengetahui pengaplikasian implikasi prinsip-prinsip belajar mengenai

keaktifan guru dan siswa pada pelajaran Kimia dalam kelas?

Page 3: bdp keaktifan.docx

BAB II

Pembahasan

1. Implikasi Prinsip Belajar : Prinsip Keaktifan

Keaktifan anak dalam belajar merupakan persoalan penting yang mendasar

yang harus dipahami, didasari dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam

proses pembelajaran. Demikian pula berarti harus dapat diterapkan oleh siswa

dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang

lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin

terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan

bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya

sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan

pengarah.

Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu

proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses

pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika

pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif,

maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari

siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang

mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Partisipasi aktif siswa dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar

yang harus dipahami, disadari, dan dikembangkan oleh setiap guru di dalam

proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa partisipasi aktif ini harus dapat

diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar

ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosional, dan

fisik juga dibutuhkan.

Page 4: bdp keaktifan.docx

Pandangan mendasar yang perlu menjadi kerangka berfikir setiap guru

adalah bahwa pada prinsipnya siswa adalah makhluk yang aktif. Individu

merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan yang

dimiliki siswa secara kodrati itu akan berkembang kearah yang positif bilamana

lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan

tersebut. Keadaan ini menyebabkan setiap guru perlu menggali potensi-potensi

keberagaman siswa melalui keaktifan yang mereka aktualisasikan dan selanjutnya

mengarahkan aktifitas mereka kearah tujuan yang positif atau tujuan

pembelajaran. Hal ini pula yang mendasari pemikiran bahwa kegiatan

pembelajaran harus dapat memberikan dan mendorong seluas-luasnya partisipasi

aktif siswa. Ketidaktepatan pemilihan pendekatan pembelajaran sangat

memungkinkan partisipasi aktif siswa menjadi tidak subur, bahkan mungkin justru

menjadi kehilangan keaktifannya. Contoh penerapan prinsip partisipasi Aktif

dalam Pembelajaran Kemampuan Guru Kegiatan Pembelajaran. Guru merancang/

mendesain pesan pembelajaran dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk

berperan aktif dalam pembelajaran.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran , Guru menegaskan siswa

dengan kegiatan yang beragam , misalnya: Percobaan, Diskusi kelompok,

Memecahkan masalah. Mencari informasi, Menulis laporan/cerita/puisi,

Berkunjung keluar kelas.

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat

aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa

mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif

dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu

mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,

menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.

Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan.

Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa

berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan

sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah

Page 5: bdp keaktifan.docx

pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,

membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan

dan kegiatan psikis yang lain.

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap

kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar : Prinsip Keaktifan bagi Siswa

Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan

belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan

belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara

efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.

Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti

mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin

tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan

perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut

menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

b. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar : Prinsip Keaktifan bagi Guru

Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing

siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat

mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan

dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti

pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu

aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat

menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat

melaksanakan perilaku-perilaku berikut:

• Menggunakan multimetode dan multimedia

• Memberikan tugas secara individual dan kelompok

• Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam

kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)

Page 6: bdp keaktifan.docx

• Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang

kurang jelas

• Mengadakan tanya jawab dan diskusi.

2. Aplikasi Prinsip Keaktifan dalam Kelas Kimia

Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat

kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang

diperoleh siswa seharusnya tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar siswa

di sekolah saja, tetapi juga dapat melatih cara berfikir siswa untuk memecahkan

masalah secara ilmiah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia .

Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan

proses sains seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan,

menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), dan mengkomunikasikan.

Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan

pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan

mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS bertujuan mengembangkan

kemampuan siswa. Guru perlu melatihkan KPS kepada siswa, karena dapat

membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains

untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena yang ada dalam

kehidupannya sehari-hari.

Agar pembelajaran kimia menjadi pelajaran yang disukai dan siswa

terlibat aktif dalam belajar sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan

indikator pembelajaran yang telah direncanakan, maka seorang pendidik perlu

mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan inovatif, yang

mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa khususnya penguasaan konsep

materi sesuai dengan indikator pembelajaran serta kondisi siswa dan sekolah yang

bersangkutan.

Materi Sistem Koloid merupakan suatu materi yang memuat konsep yang

erat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga dalam proses pembelajarannya siswa

Page 7: bdp keaktifan.docx

dapat diajak berfikir aktif melalui sains dalam kehidupannya yang disebut

dengan pembelajaran dengan keterampilan proses sains. Sebagai contoh,

mengapa tawas dapat menjernihkan air kotor? mengapa sabun dapat

membersihkan piring kotor? dan mengapa batu apung tidak tenggelam dalam

air?. Masalah-masalah tersebut akan diselesaikan oleh siswa dengan kemampuan

berfikir melalui sains apabila dalam proses pembelajaran guru melatihkan KPS

kepada siswa.

Dalam hal ini siswa diharapkan untuk aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan mampu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari, mampu mendefinisikan suspense kasar, larutan sejati dan koloid .mampu mengklasifikasikan suspense kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (Efek Tyndall, Homogen Heterogen, dan Penyaringan). Siswa diharapkan mengikuti kegiatan pembelajaran secara aktif dan sungguh-sungguh yang merupakan salah satu aspek yang ada dalam proses pembelajaran yaitu aspek efektif. Siswa melakukan percobaan dengan terampil.

1. Guru mengapersepsikan dengan menampilkan 3 gambar contoh larutan,

koloid dan suspensi kasar dalam kehidupan sehari-hari.

2. Guru menarik perhatian dan memotifasi siswa untuk belajar.

3. Guru memberikan pertanyaan tentang materi yang akan di pelajari, yaitu

tentang apa perbedaan larutan, koloid, dan suspense.

4. Guru meminta peserta didik untuk berpikir secara individu untuk

menjawab pertanyaan tadi.

5. Guru meminta peserta didik untuk membentuk kelompok maksimal 5

menit.

6. Siswa berdiskusi dalam menjawab pertanyaan yang telah di ajukan guru

tentang berbagai macam perbedaan larutan, koloid, dan suspensi kasar

yang ditulis pada lembar yang telah disediakan.

7. Siswa membuat hipotesis terhadap masalah yang diberikan.

8. Siswa melakukan pengujian terhadap hipotesis yang mereka ajukan

dengan melakukan percobaan pengklasifikasian suspense kasar, larutan

sejati dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan (Efek Tyndall,

Homogen Heterogen, dan Penyaringan).

Page 8: bdp keaktifan.docx

9. Siswa melakukan pengamatan dan mencatat dengan cermat dan teliti hasil

observasi percobaan mereka.

10. Siswa menganalisis data hasil percobaan, membuat pembahasan atas hasil

yang mereka peroleh dengan membandingkan pada literatur yang ada

untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang mereka buat, dan menjawab

pertanyaan yang ada di LKS.

11. Meminta siswa untuk melaporkan hasil percobaan mereka dengan

mempresentasikannya (pada kegiatan ini dibuka forum tanya jawab

terhadap hasil percobaan), kemudian diskusi diarahkan oleh guru agar

siswa mendapatkan konsep-konsep berikut:

a.)    Apabila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi

penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut

sistem dispersi

b.)    Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang

digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi.

Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga

kelompok, yaitu suspensi, koloid,dan larutan

c.)     Suspensi merupakan sistem dispersi dengan ukuran relatif besar. Pada

umumnya suspensi merupakan campuran heterogen

d.)   Dalam sistem koloid, zat yang tersebar dalam medium koloid dinamakan

fasa terdispersi dan medium untuk mendispersikan partikel-partikel koloid

disebut pendispersi.

12. Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

13. Guru meminta siswa untuk menyusun laporan tertulis sebagai tugas.

Dari contoh tersebut, diharapkan siswa dan guru dapat aktif dalam proses

pembelajaran yang dilakukan. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip

belajar dalam proses pembelajaran akan dapaat membantu terwujudnya tujuan

pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi

siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang

diharapkan.

Page 9: bdp keaktifan.docx

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam   prinsip siswa  aktif

ini harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar.

Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik

intelektual, emosional, dan fisik juga dibutuhkan. Dan guru juga menerapkan

kepada siswa prinsip  psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,

proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu

pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses berlangsung

dengan cara mengetes peserta didik sejauh mana peserta didik sudah memahami

pelajaran yang kita terapkan.

B.     Saran

Demikian yang dapa kami jelaskan semonga bemanfaat bagi pembaca dan

kami sangat membutuhkan kritik dan saran demi untuk kesempurnaan makalah

ini. Dan sebagai calon guru, kita harus mempelajari dan mengimplikasikan

prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktifitas seorang guru dalam

merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan teori dan

prinsip-prinsip belajar, guru memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan

untuk menunjang peningkatan belajar siswa.