Upload
wahyu-ga-bisa-gendut
View
50
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
flap otot
Citation preview
BAB 5 ■ FLAP OTOT DAN SUPLAI DARAHNYA
FLAP
Flap merupakan suatu unit jaringan yang dapat dipindahkan dari donor ke lokasi
penerima dengan mempertahankan suplai darahnya. Terdapat beberapa jenis dan
skema klasifikasi flap. Flap dapat dibagi berdasarkan bagian komponen penyusunnya
(misalnya flap kutaneus, muskulokutaneus, osseokutaneus), lokasinya terhadap defek
(lokal, regional, jauh, atau bebas), sifat suplai darahnya (acak dibandingkan aksial),
dan terakhir berdasarkan gerakan yang perlu dilakukan supaya flap dapat menutup
defek yang diinginkan (misal penarikan [advancement flap], rotasi, transposisi dan
interpolasi). Bab ini akan difokuskan pada suplai darah dan sistem klasifikasi untuk
flap otot serta penggunaannya. Suplai darah ke otot umumnya merekat erat fascia dan
kulit di atasnya. Secara umum, flap otot merupakan suatu flap dengan pola “aksial”,
dengan adanya pembuluh darah yang berjalan ke arah lingitudinal di dalam flap.
Sejumlah pembuluh darah ini akan memberikan sejumlah cabang perforatif yang
kemudian akan memberikan suplai darah pada daerah di sekitarnya termasuk kulit di
atasnya. Dengan semakin berkembangnya pengetahuan mengenai flap perforator serta
semakin bertambahnya antusiasme untuk menggunakan flap ini, pengetahuan
mengenai suplai darah otot sudah semakin dikembangkan menjadi suplai darah untuk
sejumlah area atau wilayah jaringan (Bab 4). Sejumlah wilayah ini dapat diambil
sebagai suatu flap komposit atau campuran yang meliputi semua lapisan jaringan atau
dapat diambil tiap komponen individual secara terpisah berdasarkan pada suplai
darah perforator.
SEJARAH
Jaringan kulit dan subkutan awalnya diangkat sebagai flap pola “acak” baik dari
lokasi di dekat luka atau dari lokasi yang jauh. Karena sirkulasi yang buruk dan tidak
konsisten, flap ini sering mengalami nekrosis parsial atau total. Pada saat itu, operasi
flap harus dilakukan sesuai rasio panjang dan lebar dengan harapan dapat
mempertahankan vaskularitas yang adekuat untuk menjaga kelangsungan hidup dari
flap. Teknik “delayed flap” (Bab 1) juga digunakan untuk meningkatkan suplai
pembuluh darah. Salah satu kemajuan yang penting dalam bidang ini adalah
diidentifikasinya pedikel vaskuler spesifik pada lokasi yang konsisten dan dapat
diandalkan (misalnya flap dorsalis pedis, flap selangkangan, dll). Karena beberapa
jenis flap ini bisa diambil dengan menggunakan pedikel pembuluh darah tertentu, kita
dapat memperoleh flap yang lebih lebar dari yang dapat diperoleh pada flap pola
acak. Beberapa flap aksial awal ini merupakan suatu perkembangan yang bermakna
dalam hal ukuran dan kekuatan flap, namun karena mereka masih memiliki pedikel,
penggunaan beberapa flap ini terbatas hanya pada sejumlah lokasi topografik spesifik
saja.
Mulai digunakannya flap otot sebagai sumber jaringan nampak menawarkan
fleksibilitas dan lebih banyak pilihan anatomis untuk penutupan luka dan rekonstruksi
defek. Otot tersedia di hampir semua area topografis. Saat anatomi pembuluh darah
pada sejumlah otot ini sudah diketahui, kita dapat melepaskan origo, insersio otot,
atau keduanya, dan memindahkan otot ke lokasi baru sebagai flap sembari
mempertahankan perfusi pembuluh darah. Saat memilih otot mana yang paling baik
digunakan untuk menutup suatu defek tertentu, kita perlu turut mempertimbangkan
sejumlah faktor, termasuk ukuran dan lokasi defek, kerusakan pada jaringan regional,
dan adanya struktur vital yang terpapar. Kemampuan untuk memindahkan otot telah
mengubah cara para dokter dalam menangani berbagai jenis luka kompleks.
Semakin banyaknya ketertarikan mengenai sirkulasi otot menyebabkan mulai
diketahuinya peranan sirkulasi dari flap otot terhadap kulit di atasnya. Hal ini makin
meningkatkan kemampuan kita untuk menutup defek campuran yang kompleks,
dengan memperbaiki fungsi, kosmetik, serta variabilitas lokasi donor. Masing-masing
otot superfisial memberikan sambungan pembuluh darah melalui pembuluh daraf
perforator muskulokutaneus ke kulit di atasnya. Adanya hubungan pembuluh darah
dengan kulit memungkinkan kita memasukkan satu segmen kulit bersama flap otot.
Sebelum ditemukannya wilayah kulit otot, yang memungkinkan dibuatnya desain flap
muskulokutaneus, flap otot dimasukkan ke dalam luka dan kemudian bagian yang
terbuka akan ditutup dengan skin graft. Dengan digunakannya flap campuran antara
otot dan kulit di atasnya, penutupan defek dapat dilakukan dengan otot, jaringan
subkutan, dan kulit. Kemampuan untuk mengambil sepetak kulit juga dapat
meningkatkan luas area cakupan yang dapat ditutup oleh satu flap tunggal bila
didesain secara tepat dan juga dapat meningkatkan proses pengawasan paskaoperasi
sebagai suatu flap bebas atau flap pedikel (Gambar 5.1).
Karena pengetahuan mengenai suplai darah kulit sudah semakin meningkat,
flap fasciokutaneus juga mulai digunakan. Terakhir, Ian Taylor telah menggunakan
hasil analisis injeksi tinta untuk menyusun berbagai konsep sirkulasi kulit dalam
bentuk yang jelas, yang kemudian menghasilkan konsep angiosom (Bab 4). Sejumlah
penelitian ini telah membantu menentukan pembagian wilayah pembuluh darah
(dengan rata-rata lebih dari 300 perorator kulit), sehingga dapat menjadi pedoman
untuk menentukan desain flap komposit berdasarkan pada anatomi pembuluh darah
kulit. Sejumlah konsep anatomi pembuluh darah ini telah membuka suatu era baru
dari pemindahan flap karena sudah diketahuinya anatomi perforator. Pemisahan
antara flap fasciokutaneus murni dengan flap otot juga sudah dihilangkan. Diyakini
bahwa pedikel pada flap fasciokutaneus selalu berada pada septum intermuskularis.
Dengan pengetahuan mengenai diseksi pembuluh darah perforator, flap
fasciokutaneus dapat dipisahkan dari pembuluh darah otot dan perforator.
Langkah selanjutnya dalam menggunakan pengetahuan mengenai anatomi
pembuluh darah otot ini adalah pembuatan flap kimera dengan desain khusus yang
dapat meliputi sejumlah segmen otot, kulit maupun berbagai jaringan lain sebanyak
yang dibutuhkan untuk rekonstruksi. Pengetahuan mengenai anatomi pembuluh darah
ini juga telah membantu mengembangkan konsep flap perforator bentuk bebas.
Sejumlah flap ini dapat mengandung semua zona jaringan yang memperoleh suplai
darah dari pembuluh darah perforator regional serta memungkinkan ditentukannya
ketebalan dan tekstur jaringan secara individual sesuai kebutuhan spesifik dari defek.
Gambar 5.1. Free flap mycocutaneous untuk penutupan di daerah kulit kepala. Meskpiun
masih diperlukan graft kulit pada otot, daerah kulit memberikan penutupan yang lebih banyak dan
suatu daerah untuk mempermudah pengawasan post-operative
SUPLAI DARAH
Suplai Darah: Flap Acak
Semua flap memerlukan suplai darah yang adekuat pada saat pemindahan untuk dapat
bertahan hidup. Flap kulit “acak” dibuat berdasarkan pembuluh darah berukuran kecil
yang tidak bernama. Berdasarkan pengalaman, ditemukan bahwa rasio panjang flap
terhadap lebarnya merupakan salah satu variabel yang penting untuk kelangsungan
hidup flap. Sejumlah kekurangan ini membatasi kemampuan mereka untuk dapat
menutup defek yang berukuran besar. Namun, bila digunakan dengan tepat, jenis flap
acak merupakan pilihan pertama yang cukup dapat diandalkan untuk menutup defek
yang berukuran lebih kecil di seluruh tubuh. Istilah “acak” sebenarnya berarti bahwa
dokter bedah tidak tahu pasti apakah ada cukup pembuluh darah dengan arah
longitudinal (aksial) untuk mempertahankan kelangsungan hidup flap.
Suplai Darah: Flap Aksial
Berbeda dengan flap pola acak, flap pola aksial dibuat berdasarkan pembuluh darah
dengan wilayah anatomis yang jelas dan dapat diandalkan, yang berjalan pada arah
longitudinal di dalam flap dan membentang sampai lebih dari dasar flap. Sejak
pertama kali dilaporkannya penggunaan flap aksial (flap deltopektoralis) pertama
hampir 40 tahun lalu, pengetahuan mengenai berbagai angiosom kulit dan
penggunaan flap aksial sudah berkembang pesat. Kemajuan dalam ilmu anatomi
pembuluh darah telah meningkatkan tipe dan kualitas flap pola aksial dan kemudian
menjadi dasar dikembangkannya pemindahan flap bebas dengan bedah mikro. Karena
memiliki kualitas yang lebih baik secara bermakna, flap aksial (flap dengan suplai
darah yang diketahui dengan jelas) umumnya lebih dipilih untuk menutup defek
sedang sampai besar.
Kualitas dan volume jaringan yang dapat dipasang pada suatu defek nampak
lebih besar secara berrmakna dibandingkan flap yang dibuat berdasarkan sirkulasi
acak. Karena adanya sirkulasi dengan arah aksial, umumnya tidak diperlukan
prosedur penundaan saat melakukan mobilisasi jaringan dengan volume besar pada
satu prosedur yang dilakukan berdasarkan pada sirkulasi langsung ini. Satu-satunya
kekurangan jenis flap aksial, bila menggunakan pedikel, adalah keterbatasan
lengkung topografik untuk rotasi. Kekurangan ini pada dasarnya dapat diatasi
menggunakan teknik pemindahan jaringan bebas mikrovaskuler (Bab 8), yang hanya
dibatasi oleh ketersediaan pembuluh darah di lokasi penerima.
Suplai Darah: Fenomena Penundaan
Untuk memperluas flap acak yang ukurannya terbatas, dokter bedah sering
mengandalkan fenomena penundaan. Penundaan vaskuler ini paling sering dilakukan
dengan memotong sebagian suplai darah normal menuju flap tanpa memindahkan
flap dari posisi aslinya. Iskemia sublethal yang terjadi akan menyebabkan (1)
terbukanya pembuluh darah “sempit” yang normalnya tertutup, sehingga
memungkinkan terjadinya aliran darah ke daerah yang iskemik dari flap, (2)
penyesuaian arah pembuluh darah di dalam flap menjadi pola yang lebih ke arah
longitudinal, dan (1) tumbuhnya pembuluh darah baru di dalam flap melalui proses
angiogenesis dan, mungkin, melalui vaskulogenesis.
Pembuluh darah di dalam flap juga merespon pada stress penundaan ini
dengan meningkatkan diameternya. Sebagian besar dokter bedah merasa perlu
menunda flap sekurangnya 7 hari sampai 3 minggu sebelum melakukan pemindahan
akhir, sehingga memungkinkan maturasi proses neovaskularisasi.
Penundaan terencana dapat meningkatkan kemungkinan survival dari flap
kulit pola acak berukuran besar secara bermakna pada pasien dengan gangguan
mikrosirkulasi, seperti pada pasien dengan gangguan mikrosirkulasi (misal perokok
dan penderita diabetes). Selain itu, penundaan dapat selalu dipertimbangkan bila flap
menunjukkan tanda-tanda iskemia atau kongesti vena setelah dilakukan
pengangkatan. Rekonstruksi pada kasus semacam ini sebaiknya dilakukan secara
bertahap, setelah suatu periode penundaan. Penundaan bedah terencana memerlukan
penentuan tahapan prosedur yang tepat. Pada kasus semacam ini, mungkin akan
diperlukan penutupan struktur penting untuk menjembatani jarak antar prosedur
pembedahan. Bila mungkin, reseksi atau pembukaan struktur penting seperti tulang,
tendo, saraf atau pembuluh darah perlu ditunda sampai tahap penutupan akhir siap
dilakukan. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan, terutama pada luka traumatik. Pada
sejumlah kasus ini, prosedur penundaan mungkin tidak dapat dilakukan dan akan
dipilih jenis flap lain.
Penundaan vaskuler juga dapat digunakan untuk memperluas ukuran flap
aksial. Jaringan pada flap aksial dengan pedikel dapat dimaksimalkan dengan
melakukan pre-insisi kulit dan jaringan subkutan pada flap muskulokutaneus atau
fasciokutaneus, atau dengan memotong pedikel vaskuler nondominan atau
kodominan. Contohnya adalah penundaan pada flap muskulokutaneus rektus
abdominis transversus (TRAM) dengan pedikel. Karena arteri epigastrika inferior
merupakan suplai pembuluh darah yang utama untuk TRAM, pemotongan pedikel ini
dan pembuatan flap dengan dasar pada pedikel superior serung menghasilkan daerah
iskemia pada kulit di luar wilayah kulit primer (zona satu). Dengan melakukan
pengikatan pembuluh darah epigastrika inferior profunda dengan atau tanpa insisi
flap kulit dalam waktu 1 sampai 2 minggu sebelum operasi rekonstruksi payudara,
kita dapat memindahkan flap kulit yang lebih besar dan lebih kuat.
POLA SIRKULASI OTOT
Sistem yang dapat diterima secara universal untuk suplai darah flap otot
dikembangkan oleh Mathes dan Nahai. Tiap otot, sebagian atau secara keseluruhan,
berpotensi untuk digunakan sebagai flap otot. Sirkulasi otot diperoleh dari satu
pedikel spesifik yang memasuki otot diantara origo dan insersionya serta terdiri atas
satu arteri dan satu atau sepasang vena comitantes. Posisi, jumlah dan ukuran pedikel
vaskuler mempengaruhi kemungkinan flap untuk bertahan hidup dan desain flap.
Peranan relatif dari masing-masing pedikel vaskuler terhadap sirkulasi otot ditentukan
pada cadaver menggunakan injeksi lateks berwarna dan barium, sehingga kita dapat
memeriksa masing-masing pedikel vaskuler dalam kaitannya dengan panjang,
diameter, lokasi, serta sumber regionalnya. Penggunaan otot sebagai flap
membuktikan pentingnya masing-masing pedikel untuk kelangsungan hidup otot dan
potensi untuk melakukan berbagai modifikasi flap. Bila pedikel dari otot dianggap
penting untuk kelangsungan hidup otot berdasarkan pada ukuran dan distribusiya ke
susunan pembuluh darah internal otot, maka pedikel disebut sebagai pedikel dominan
(dimana ditemukan lebih dari satu pedikel) atau mayor (bila terdapat lebih dari satu
pedikel dominan). Pedikel nondominan disebut dengan pedikel minor. Saat
ditemukan adanya serangkaian pembuluh darah segmental kecil yang dapat
menyokong kelangsungan hodup flap otot meskipun pedikel dominan atau mayor
sudah diligasi, pedikel minor ini dianggap sebagai pedikel sekunder. Jarang
ditemukan adanya variasi anatomi pada pedikel mayor dan dominan, walaupun lokasi
dan jumlah pedikel minor dapat cukup bervariasi.
Telah ditemukan adanya lima pola sirkulasi ke otot dan ini merupakan dasar
dari sistem klasifikasi yang menggunakan pola anatomi vaskuler (Gambar 5.2): tipe I
sampai V.
Sebagaimana yang dipaparkan di atas, Taylor dkk. melakukan penelitian
injeksi yang membantu memahami konsep angiosom pada tubuh. Mereka
menemukan bahwa pembuluh darah sering berjalan bersama saraf dan membuat suatu
sistem klasifikasi berdasarkan hasil pengamatan ini. Sejumlah penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar flap yang digunakan saat ini dapat dianggap
sebagai flap neurovaskuler. Otot diklasifikasikan menjadi empat tipe menurut suplai
neurovaskuler ekstrinsik dan intrinsiknya. Otot Tipe I memperoleh persarafan dari
satu saraf tunggal yang tidak bercabang. Pada otot Tipe II, saraf akan bercabang
sebelum memasuki otot. Otot Tipe III memperoleh sejumlah saraf motorik dari satu
trunkus saraf yang sama, dan otot Tipe IV memperoleh persarafan dari beberapa
trunkus saraf yang berbeda. Sistem ini memberikan informasi klinis yang dibutuhkan
untuk membagi otot menjadi unit neurovaskuler fungsional untuk transfer lokal dan
jauh.
KLASIFIKASI MATHES DAN NAHAI
Tipe I: Pedikel Vaskuler Tunggal
Pedikel vaskuler tunggal akan masuk ke otot. Otot dapat diangkat dengan aman pada
pedikel ini.
Otot yang diidentifikasi menggunakan pola sirkulasi ini meliputi abductor
digiti minimi (tangan), abductor pollicis brevis, anconeus, interosseous dorsalis
pertama, gastrocnemius, genioglossus, hyoglossus, longitudinalis linguae,
styloglossus, tensor fascia lata, transversus dan verticalis linguae, serta vastus
lateralis.
Gambar 5.2. Pola anatomi vaskuler: tipe I, satu tangkai vaskuler ; Tipe II, tangkai dominan dan
tangkai minor; Tipe III, dua tangkai dominan; Tipe IV’ tangkai vaskuler segmental; Tipe V, satu
tangkai dominan dan tangkai segmental sekunder
Tipe II: Pedikel Vaskuler Dominan dan Pedikel Vaskuler Minor
Penggunaan flap tipe II umumnya memerlukan pemotongan dari sebagian atau
seluruh pedikel minor dengan mempertahankan pdikel dominan. Otot akan bertahan
hidup saat diangkat menggunakan pedikel vaskuler yang dominan. Otot dengan pola
pembuluh darah tipe II meliputi: abductor digiti minimi (kaki), abductor hallucis,
brachioradialis, coracobrachialis, flexor carpi ulnaris, flexor digitorum brevis,
gracilis, hamstring (biceps femoris), peroneus brevis, peroneus longus, platysma,
rectus femoris, soleus, sternocleidomastoideus, trapezius, triceps, dan vastus medialis.
Tipe III: Pedikel Dominan
Otot tipe III memiliki dua pedikel vaskuler besar, yang masing-masing dapat
menyokong keseluruhan otot. Otot dengan pola pembuluh darah tipe III meliputi:
gluteus maximus, intercostalis, orbicularis oris, pectoralis minor, rectus abdominis,
serratus, dan temporalis.
Tipe IV: Pedikel Vaskuler Segmental
Kelompok otot ini mengandung serangkaian pedikel segmental—umumnya memiliki
ukuran yang sama—yang masuk ke dalam otot sepanjang perjalanannya. Masing-
masing pedikel segmental akan memberikan sirkulasi pada sebagian (segmen) otot.
Umumnya, pemotongan dua atau lebih pedikel dapat dilakukan untuk melakukan
transposisi dari sebagian otot sebagai flap. Namun, otot umumnya tidak akan
bertahan hidup bila dilakukan pemotongan pada terlalu banyak pedikel segmental
selama pengangkatan flap. Otot dengan pola pembuluh darah tipe IV meliputi:
extensor digitorum longus, extensor hallucis longus, external oblique, flexor
digitorum longus, flexor hallucis longus, sartorius, dan tibialis anterior.
Tipe V: Pedikel Vaskuler Dominan dan Pedikel Vaskuler Segmental Sekunder
Pada pola sirkulasi ini, otot memiliki pedikel vaskuler besar yang dapat memberikan
sirkulasi adekuat pada otot saat diangkat hanya menggunakan pedikel vaskuler ini.
Namun, otot memiliki pedikel vaskuler sekunder, yang umumnya memasuki otot di
sisi yang berlawanan dengan titik masuknya pedikel vaskuler dominan. Pedikel
sekunder ini juga akan menyokong otot bila pedikel vaskuler dominan dipotong.
Sehingga, otot dapat digunakan sebagai flap berdasarkan dua sumber sirkulasi yang
berbeda. Otot dengan pola tipe V meliputi: obliquus interna, latissimus dorsi, dan
pectoralis major.
LENGKUNG ROTASI
Masing-masing otot dan flap myokutaneus memiliki keterbatasan lengkung rotasi bila
digunakan sebagai flap pedikel. Keterbatasan ini dinilai berdasarkan sirkulasi dari
pedikel menuju daerah paling jauh dari otot atau kulit yang diangkat. Otot yang
memiliki pedikel vaskuler dominan dapat mencapai daerah di sekelilingnya yang
berada dalam radius yang dihasilkan oleh pedikel dan sebagian besar bagian distal
otot yang memperoleh suplai darah dari sirkulasi tersebut. Umumnya, otot dilepaskan
dari origo atau insersio-nya. Otot kemudian akan digerakkan pada pedikel mayor atau
dominan yang digunakan. Pada pengangkatan flap pedikel, pedikel biasanya tidak
akan di pisahkan dari jaringan di sekitarnya (skeletonisasi) untuk menghindari cedera
dan terlipatnya pembuluh darah. Keterbatasan rotasi ini perlu dipertimbangkan saat
membuat perencanaan operasi sehingga dapat dilakukan penutupan defek secara
maksimal. Dengan mobilisasi progresif dari pedikel, lengkung rotasi dari flap dapat
ditingkatkan. Dilepaskannya perlekatan tulang pada lokasi masuknya pedikel
vaskuler juga akan memungkinkan diangkatnya otot sebagai potongan flap yang
hanya bergantung pada pedikel vaskulernya, sehingga kemudian akan meningkakan
lengkung rotasinya (Gambar 5.3A-C).
Gambar 5.3. Lengkung rotasi. A. lengkung rotasi dengan elevasi flap untuk menunjukkan arah masuk
tangkai vaskuler pada flap. B. Lengkung rotasi yang meluas berdasarkan ketinggian flap disertai
dengan pemotongan tangkai untuk sumber setempat. C. lengkung rotasi yang meluas berdasarkan
ketinggian flap dengan pemotongan tamgkai dan pembebasan fascia proksimal dan/atau asal otot atau
insersio.
Pengetahuan spesifik mengenai pendanda anatomis, termasuk insersio dan
origo otot serta posisi dimana pedikel vaskuler memasuki otot akan membantu kita
untuk membuat perencanaan yang lebih baik. Kita dapat membuat cetakan dari defek
dan kemudian kita dapat memperkirakan posisi lengkung rotasi dari otot regional
yang menjadi kandidat flap. Beberapa defek tertentu mungkin akan memerlukan dua
atau lebih flap regional, namun pengetahuan mengenai anatomi otot memungkinkan
dokter bedah untuk merencanakan penutupan defek berdasarkan prinsip ini.
Pengangkatan flap otot berdasarkan pada pedikel yang dominan dianggap sebagai
teknik flap standar. Bila flap otot diangkat pada pedikel sekundernya, sehingga kita
perlu memotong pedikel dominan, maka flap akan diklasifikasikan sebagai reverse
flap. Contohnya adalah penggunaan flap otot pektoralis, yang normalnya diangkat
pada pedikel aksial dominan, pembuluh darah torakoakromial. Flap juga dapat
diangkat sebagai turnover flap berdasarkan pada adanya pembuluh darah sekunder
yang berasal dari sirkulasi mamaria interna, untuk menutup defek pada linea mediana
sternum.
Pada rotation advancement flap seperti flap glutea untuk menutup luka di
sakrum, lengkung rotasi ditentukan berdasarkan titik poros insisi kulit dan
pemotongan balik dan bukan berdasar pada pedikel vaskuler saja. Flap ini memiliki
keterbatasan berupa jarak, karena sebagian besar komponen kulit masih dibiarkan
melekat.
WILAYAH KULIT
Flap muskulokutaneus merupakan flap aksial komposit atau campuran yang terdiri
atas otot dan jaringan subkutan serta kulit di atasnya. Pada sebagian besar kasus, otot
pada dasar flap memperoleh nutrisi dari satu pembuluh darah dominan, yang
memberikan satu atau lebih pembuluh darah perforator untuk memberikan suplai
darah pada jaringan subkutan dan kulit di atasnya. Contoh flap muskulokutaneus
antara lain adalah flap TRAM dan flap latissimus dorsi. Secara topografik, hampir
semua otot yang terletak subkutan akan memberikan cabang perforator ke kulit baik
yang secara langsung menembus otot atau berjalan di sebelah otot. Jaringan subkutan
ini beserta kulit di atasnya dapat turut dimasukkan ke dalam suatu bentuk
rekonstruksi berlapis. Wilayah kulit dari tiap otot superfisial secara anatomis
didefinisikan sebagai segmen kulit yang membentang antara origo dan insersio otot
dan dibatasi oleh tepi-tepi otot sepanjang perjalanan otot, dan bahkan dapat diperluas
ke luar wilayah ini. Flap muskulokutaneus dengan pedikel dapat didesain dengan
membiarkan kulit tetap utuh (flap rotasi) di dasar flap atau dapat didesain suatu pulau
kulit (skin island) di atas flap. Umumnya, jenis otot yang lebih sempit (misalnya
muskulus gracilis) memiliki keterbatasan wilayah kulit yang lebih besar karena
berkurangnya jumlah pembuluh darah perforator ke kulit di atasnya dan
meningkatnya peranan pembuluh darah septokutaneus pada wilayah kulit di dekat
otot.
MODIFIKASI FLAP
Tujuan bedah rekonstruksi meliputi keamanan dan pengembalian bentuk serta fungsi.
Lokasi donor juga perlu dipertimbangkan saat merencanakan suatu rekonstruksi.
Perbaikan dari suatu defek di satu daerah dengan membuat defek lain yang kemudian
menimbulkan masalah baru di lokasi donor dianggap sebagai pertukaran yang tidak
memuaskan. Pengetahuan mengenai wilayah pembuluh darah otot donor berdasarkan
pada suplai darah dominan atau segmental dapat membantu menentukan bagian mana
dari otot yang dapat berhasil dipindahkan atau bertahan hidup setelah menjalani
mobilisasi regional. Membatasi jumlah fascia yang diambil dan otot yang dipotong
dapat memberikan suatu manfaat fungsional pada daerah donor tertentu. Salah satu
contoh klasik dari hal ini adalah penambilan otot and fascia untuk flap TRAM dan
adanya risiko terjadinya kelemahan dan kelenturan dari dinding abdomen. Walaupun
desain standar untuk flap otot umumnya merupakan metode yang paling tepat untuk
mencapai tujuan ini, perubahan desain flap dapat membantu menghindari masalah di
lokasi donor. Pendekatan yang mempertahankan otot dan perforator dapat membantu
mengurangi morbiditas dinding abdomen terlkait pengambilan tipe flap ini, serta
meminimalkan kebutuhan akan rekonstruksi aloplastik (mesh) di lokasi donor. Saat
mengambil flap bilateral untuk rekonstruksi payudara, pemotongan perforator akan
meminimalkan kehilangan jaringan secara keseluruhan di lokasi donor dan
memungkinkan dilakukannya penjahitan primer yang lebih mudah pada dinding
abdomen.
Flap Segmental
Sebagaimana yang dibahas di atas, penggunaan sebagian otot saja berpotensi untuk
memberikan sejumlah keuntungan, termasuk mempertahankan fungsi, mengurangi
penumpukan jaringan di lokasi penerima, dan potensi untuk menggunakan sisa otot
sebagai flap sekunder. Otot Tipe III, terutama gluteus maximus, dianggap ideal untuk
desain segmental karena beberapa otot ini memiliki suplai darah ganda. Sehingga,
kita dapat membelah otot ini, menyisakan separuh otot dan membiarkannya melekat
pada origo, insersio, dan saraf motoriknya. Separuh bagian lain dari otot dapat
diangkat sebagai flap transposisi. Tipe modifikasi flap otot ini dapat digunakan untuk
otot Tipe I dan Tipe II karena otot dipotong berdasarkan pada cabang pedikel
vaskuler yang dominan. Otot Tipe V, karena bentuk suplai darahnya, memiliki
kemampuan untuk dibelah dan diambil sebagai flap yang berukuran lebih kecil
berdasarkan pada sirkulasi utama atau sekunder (Gambar 5.4).
Gambar 5.4. Latissimus split, bersama dengan flap otot lainnya sering digunakan untuk menyatukan
fistula bronkopleural dengan rongga empiema. Latissimus dilipat dan digunakan secara superior-
inferior untuk membantu mengisi kekosongan pada rongga.
Otot tipe IV memerlukan pengangkatan sebagai flap segmental, karena
keseluruhan flap umumnya tidak dapat bertahan hidup berdasarkan pada satu pedikel
vaskuler segmental. Hanya sebagian dari otot yang dapat dipotong dan digunakan
sebagai flap transposisi. Penggunaan bagian superior muskulus sartorius untuk
menutup pembuluh darah selangkangan merupakan contoh dari desain flap otot
segmental. Sartorius kemudian diangkat dengan mengikat satu sampai dua (sebanyak
yang dibutuhkan) perforator dan merotasikan otot proksimal ke medial untuk
menutup pembuluh darah femoralis. Lebih banyak ligasi pada perforator distal dapat
mengganggu suplai darah menuju flap proksimal, yang umumnya diperlukan untuk
mempertahankan cakupan suplai pembuluh darah.
Flap dengan Dasar di bagian Distal
Desain flap menggunakan pedikel minor yang terletak berlawanan arah dengan dasar
dari flap standar diklasifikasikan sebagai flap dengan dasar di bagian distal. Secara
umum, seluruh otot tidak dapat bertahan hidup bila pedikel dominan dipotong,
sehingga, hanya sebagian kecil otot yang diangkat menggunakan pedikel minor
spesifik. Penundaan pembedahan pedikel dominant dengan melakukan ligasi sebelum
pengangkatan flap dapat membantu keberhasilan flap dengan dasar di bagian distal,
termasuk otot proksimal. Masalah utama untuk flap dengan dasar di bagian distal
adalah drainase vena, terutama di ekstremitas bawah. Pengangkatan ekstremitas
supaya terjadi drainase postural dan penundaan pembedahan, seperti yang disebutkan
di atas, akan membantu sirkulasi vena pada flap dengan dasar di bagian distal untuk
beradaptasi dengan jalur sirkulasi yang baru. Salah satu contohnya adalah
penggunaan hemisoleus medial sebagai reverse flap berdasarkan pada perforator
tibialis posterior distal untuk suplai darah pada defek di pergelangan kaki dan
sepertiga distal ekstremitas bawah.
Flap Otot Neurotisasi-Fungsional
Flap otot dapat digunakan untuk memberikan fungsi motorik pada lokasi
rekonstruksi. Desain flap memerlukan dipertahankannya pedikel vaskuler dominan
maupun saraf motorik (contohnya termasuk muskulus latissimus dan gracilis). Untuk
mempertahankan fungsi otot yang efektif, otot harus disisipkan di dalam sehingga
panjang dan tegangan istirahatnya akan sama dengan di lokasi donor. Otot dapat
didesain untuk menutup defek serta mengembalikan fungsi di lokasi defek. Salah satu
contohnya adalah penggunaan muskulus latissimus dorsi di regio biceps. Otot ini
dapat digunakan sebagai flap pedikel pada saraf motoriknya (saraf thoracodorsal)
atau dapat dilakukan neurorafi pada saraf muskulokutaneus. Di lengan bawah, otot ini
dapat digunakan sebagai flap bebas (Gambar 5.5A-E).
Gambar 5.5. Flap chimeric untuk rekonstruksi di daerah paha. A. Sarkoma massif pada daerah paha
selama pembedahan, memindahkan sebagian besar otot pada daerah paha anterior dan kulit. B. Flap
chimeric pada kontralateral paha meliputi vastus lateralis, tensor fascia lata, dan jaringan anterior
paha sepanjang persarafan sensorik dan motorik yang menyertai. C. Tampak tangkai dan saraf yang
berhubungan. D. Penempatan flap pada defek dan neurororaphy di antara cabang saraf otot untuk
neurotisasi sementara. E. 6 bulan post-operasi dengan fungsi saraf yang membaik dan adanya
perbaikan pada ekstensi lutut.
Flap Sensorik
Reinervasi sensorik pada potongan kulit setelah dipindahkan nampak tidak dapat
diprediksi. Sebuah flap muskulokutaneus dapat didesain untuk turut memasukkan
saraf sensorik ke bagian kulit dari flap. Bila saraf sensorik tidak memasuki wilayah
kulit dari flap yang terletak di dekat pedikel vaskuler dominan atau mayor, saraf
mungkin perlu dipotong saat mengangkat flap pedikel atau flap bebas. Bila dipotong,
dapat dilakukan neurorafi pada saraf sensorik lain di lokasi penerima. Contoh dari
kasus ini adalah pada rekonstruksi payudara. Neurorafi dapat dilakukan antara saraf
interkostal ke 11, yang terlibat pada proses sensorik di flap rektus, atau cabang
kutaneus dari saraf thorakalis ke 7, yang memberikan kemampuan sensorik pada
komponen kutaneus flap latissimus, dapat disambungkan dengan cabang kutaneus
lateral dari saraf interkostal ke empat, yang memberikan kontribusi besar pada sensasi
di payudara. Penelitian klinis dan ilmiah telah menunjukkan kembalinya kemampuan
sensorik secara konsisten di lokasi penerima bila dilakukan neurorafi sensorik.
Masalah yang ditemui pada pendekatan ini adalah kembalinya kemampuan sensorik
bukan merupakan kebutuhan fungsional di semua bagian tubuh. Bahkan di area
seperti bagian plantar kaki, dimana kemampuan sensorik sangat penting untuk
perlindungan dan propriosepsi, fungsi dapat dipertahankan tanpa rekonstruksi saraf
sensorik. Banyak pasien yang memperoleh kembali sensasi profunda dari
pertumbuhan saraf lokal ke jaringan yang ditransplantasikan. Selain itu, saraf
sensorik yang memberikan persarafan pada suatu wilayah kulit tertentu mungkin
tidak nampak jelas atau konsisten saat dilakukan pemotongan. Indikasi untuk
rekonstruksi sensorik pada sejumlah flap ini perlu ditentukan secara individual dan
perlu direncanakan untuk membantu mengarahkan pemotongan flap dan harapan dari
pasien. Pemotongan saraf sensorik harus dilakukan dengan benar guna menghindari
terbentuknya neuroma. Disestesia regional merupakan akibat potensial yang terjadi
pada cedera, atau pengambilan, saraf sensorik yang memberikan persarafan pada satu
daerah kulit tertentu.
Tulang yang Memperoleh Vaskularisasi
Hubungan pembuluh darah antara otot dan bone umumnya ditemui pada pertemuan
antara otot dengan tulang. Bila hubungan pembuluh darah ini dipertahankan, kita
dapat mengangkat satu segmen tulang yang memperoleh vaskularisasi bersama
dengan flap. Segmen tulang rusuk ke 6 dengan otot pectoralis major serta segmen
tulang iliaka dengan otot obliquus interna (flap arteri iliaka sirkumfleksa profunda)
merupakan contoh dari flap otot yang disertai dengan tulang. Pada flap fibula bebas,
flexor hallucis longus memperoleh perdarahan dari pembuluh darah peroneal dan
terhubung dengan tulang fibula melalui pembuluh darah ini (Gambar 5.6A-C).
meskipun pemotongan otot selama pengambilan flap mungkin akan terbatas, hal ini
sering dilakukan untuk memberikan cakupan persarafan internal atau kutaneus
tambahan, menambah volume dan memberikan suplai pembuluh darah.
Gambar 5.6. A. tandur fibula untuk rekonstruksi mandibula meliputi suatu bagian pada muskulus fleksor hallucis longus, yang mendapat suplai oleh pembuluh darah peroneal. B. pembuatan lubang pada fibula dan pemasangan lempeng bersamaan dengan pemindahan pada tangkai in situ. C. Fibula dipindah dan mendapatkan revaskularisasi.
Ekspansi Jaringan
Walaupun jarang digunakan karena kesulitan dalam melakukan pembedahan bertahap
dan risiko komplikasi, pemasangan ekspander jaringan di bawah suatu flap muskulo-
kutaneus memungkinkan kita untuk meningkatkan luas permukaan kulit serta
membantu menutup lokasi donor (Bab 10). Pada pembedahan untuk menutup defek
dengan flap, ekspansi jaringan lebih sering digunakan untuk mempersiapkan
advancement flap fasciokutaneus. Ekspansi jaringan dapat digunakan untuk
meningkatkan luas potongan kulit pada flap muskulokutaneus latissimus dan
memungkinkan dilakukannya penutupan primer dari defek. Saat digunakan untuk
rekonstruksi payudara, ekspande jaringan akan meningkatkan luas lapisan kulit yang
tersisa dan otot pectoralis major di atasnya.
Flap Bebas
Flap bebas merupakan perluasan alamiah dari flap aksial muskulokutaneus
dan flap otot serta dapat memperluas pilihan rekonstruksi yang dapat kita tawarkan.
Flap pedikel memiliki keterbatasan regional karena lengkung rotasinya. Pemindahan
jaringan bebas mikrovaskuler akan memperluas penggunaan flap ke seluruh bagian
tubuh. Pemindahan jaringan bebas, seperti semua teknik rekonstruksi lain, harus
dilakukan secara terencana dan tidak boleh dilakukan bila memang terdapat pilihan
regional yang dapat diterima. Ada empat alasan digunakannya otot sebagai flap
bebas. Pertama, untuk mengatasi masalah keterbatasan pilihan regional seperti defek
pada sepertiga distal tibia dan kaki. Kedua, volume defek lebih besar dari jumlah
yang dapat direkonstruksi menggunakan jaringan lokal. Transplantasi mikrovaskuler
sering digunakan di daerah kepala dan leher dimana tidak tersedia ototregional yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan rekonstruksi pada defek fasial, oral, dan cavum
nasi. Ketiga, saat defisit fungsional akibat penggunaan suplai otot regional dapat
membatasi hasil yang diperoleh, maka dapat digunakan otot yang nonesensial dari
lokasi yang jauh untuk memberikan hasil fungsional. Ke empat, untuk infeksi atau
menutupi prostetik saat dapat dilakukan pengangkatan kembali dari flap, bahkan saat
dapat dilakukan penutupan fasciokutaneus lokal.
Desain flap untuk transposisi regional maupun transplantasi mikrovaskuler
dari otot dan flap muskulokutaneus pada dasarnya sama. Kebutuhan rekonstruksi
akan dianalisis dan ditangani secara komprehensif. Jaringan akan dipilih untuk
melakukan rekonstruksi defek baik untuk tujuan fungsional maupun estetik. Pedikel
vaskuler panjang yang konsisten pada sebagian besar otot Tipe I, II, dan V
memungkinkan dilakukannya pengangkatan dari otot serta pedikel vaskuler secara
cepat untuk transplantasi mikrovaskuler (Gambar 5.7A-E).
Gambar 5.7. A. Defek terbuka pada pergelangan kaki setelah trauma pada tulang. Terlihat tulang
setelah dilakukan debridemen. B. Desain pada flap gracilis pada lutut yang sama yang didekatkan pada
ukuran defek secara baik dan dengan sisi donor yang mempunyai keterbatasan. C. tandur pada gracilis
(flap tipe II). D. Penutupan intraoperatif pada defek kecil tersebut dengan otot yang mempunyai
vaskularisasi yang baik. E. gambar 6 bulan postoperative menunjukkan perbaikan yang sempurna dan
bentuk yang lebih baik.
Flap Perforator
Pembuluh darah aksial otot memberikan cabang perforator yang memberikan suplai
darah pada otot lalu berjalan ke superfisial untuk memberikan suplai darah pada kulit
dan jaringan subkutan di atasnya. Pembuluh darah ini dapat dilepaskan dari otot
disekelilingnya untuk membuat flap perforator kutaneus direk (Gambar 5.8). Flap
perforator ini merupakan flap kulit, yang dibuat menggunakan pembuluh darah yang
berjalan menembus berbagai flap otot seperti pembuluh darah epigastrika inferior
profunda, thoracodorsal, dan glutea superior. Beberapa flap ini menunjukkan bahwa
terdapat pembuluh darah perforator/kulit yang tidak bernama yang berasal dari
pembuluh darah bernama yang lebih besar dan berjalan melalui otot atau septum otot
untuk kemudian mendarahi wilayah kulit yang luas. Efektivitas dari sejumlah flap ini
jelas lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya. Masalah variabilitas anatomis
dari beberapa pembuluh darah perorator kulit ini akan lebih besar bila kita tidak
mengikuti wilayah otot yang sudah diketahui. Flap perforator, walaupun secara teknik
cukup sulit dilakukan, dapat mengurangi morbiditas fungsional terkait pengambilan
otot dan fascia muskularis pada pengambilan flap miokutaneus. Beberapa jenis flap
ini banyak digunakan untuk rekonstruksi payudara namun dapat digunakan di seluruh
tubuh.
Gambar 5.8. Anastomosis TRAM (transverse rectus abdominis mycocutaneous)
perforator pada pembuluh darah mammaria interna.
Flap Prefabrikasi
Prefabrikasi merupakan masa depan dari rekonstruksi flap dan teknologi jaringan
buatan in vivo. Tujuan dari jenis rekonstruksi ini adalah memberikan semua
komponen yang hilang dari suatu defek dengan memasang jaringan penyokong,
pelapis dan penutup pada posisi yang sudah direncanakan sebelumnya sehingga
mereka dapat mengalami vaskularisasi sebelum pemindahan, dan meminimalkan
morbiditas dari lokasi donor. Deskripsi prefabrikasi terutama difokuskan pada daerah
kepala dan leher, namun dapat digunakan juga untuk semua bagian tubuh lain. Defek
di daerah kepala dan leher mungkin akan sangat kompleks dan melibatkan kehilangan
mukosa dari rongga mulut, hidung, dan faring; kehilangan struktur tulang atau tulang
rawan; dan kehilangan kulit. Untuk defek yang lebih besar, tidak ada satu jenis flap
tertentu yang dapat merekonstruksi semua lapisan yang hilang. Rekonstruksi pada
defek ini dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa flap (misalnya
flap bebas osteokutaneus fibula dan flap miokutaneus pektoralis dengan pedikel
untuk menutup defek kompleks berlapis pada mandibula) atau menggunakan flap
prefabrikasi yang direncanakan secara tepat. Literatur sudah banyak melaporkan
penggunaan flap yang sudah ditipiskan dengan pemasangan graft pendahuluan berupa
elemen struktural autologus atau elemen biologis buatan seperti tulang dan tulang
rawan serta pembuatan rangkaian vaskuler baru di lokasi donor yang diinginkan.
Perkembangan dalam bidang pembuatan jaringan secara in vivo maupun ex vivo,
dengan, dan pada akhirnya tanpa, modulasi imunitas, merupakan salah satu ujung
tombak untuk bidang bedah rekonstruksi di masa mendatang.
Flap Kombinasi
Flap kombinasi akan digunakan saat dibutuhkan jaringan dengan volume besar, lebih
dari yang dapat diberikan oleh satu flap saja, atau saat dibutuhkan beberapa jenis
jaringan di posisi atau arah yang kompleks. Dibandingkan dengan mengambil
beberapa flap pedikel atau bebas untuk melakukan suatu bentuk rekonstruksi tertentu,
dapat digunakan flap gabungan atau kimera. Tiap kelompok ini memiliki subkategori
dan terminologi tersendiri, namun prinsip dasarnya tetap sama. Flap pada kelompok
ini terhubung oleh suplai pembuluh darah yang sama atau memang digabungkan
secara langsung sementara masing-masing flap memiliki suplai pembuluh darah
sendiri. Flap gabungan merupakan flap individual yang memiliki wilayah vaskuler
sendiri namun dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan lunak untuk kemudian
membentuk sebuah flap yang lebih besar dengan penggabungan beberapa wilayah
vaskuler. Salah satu contohnya adalah penggabungan flap latissimus miokutaneus
luas dengan flap epigastrik inferior superfisialis, yang pertama kali dilaporkan oleh
Harii dkk. di tahun 1981. Sejumlah flap ini dapat dirotasikan pada salah satu pedikel,
dimana pedikel lainnya akan ditempelkan dengan bedah mikro untuk meningkatkan
suplai darah dan menghasilkan suatu flap berukuran sangat besar untuk menutup
kulit. Sejumlah flap yang sangat besar ini juga dapat digunakan lebih lanjut sebagai
flap bebas murni dengan anastomosis mikrovaskuler ganda. Penggunaan sejumlah
flap ini bergantung pada defek yang ada. Suatu flap dapat dianggap sebagai gabungan
dari beberapa perforator individual karena masing-masing wilayah ini dapat
dipisahkan dan dapat berperan sebagai unit flap individual.
Flap kimera adalah flap individual yang benar-benar terpisah satu sama lain
namun dihubungkan oleh satu sumber pembuluh darah yang sama. Salah satu contoh
klasik untuk flap ini dapat diperoleh dari sistem subkapsularis dan dari sistem
femoralis sirkumfleksa lateralis. Sistem subkapsularis memiliki beberapa tipe
jaringan dari tulang sampai kulit yang semuanya dapat diambil sebagai flap terpisah
atau dalam berbagai kombinasi (Gambar 5.9A-E). Suplai pembuluh darah untuk
sejumlah flap ini berasal dari pembuluh darah subfascial independen yang
berhubungan dengan sumber pembuluh darah yang sama. Flap kimera di paha
anterolateral dibuat menggunakan perforator karena dapat dibuat potongan jaringan
pada tiap cabang perforator yang berasal dari sumber pembuluh darah femoralis
sirkumfleksa lateralis. Subtipe terakhir dari flap kimera adalah flap kimera buatan. Ini
merupakan flap yang ditempelkan satu sama lain menggunakan mikroanastomosis di
titik percabangan atau di ujung distal (flow-through) untuk membuat suatu flap
kombinasi atau hibrida.
Gambar 5.9. Rekonstruksi flap chimeric pada kepala dan leher. A. Plate mandibula yang terlihat di
sepanjang defek mandibular. B. Desain flap chimeric dari sistem subscapular meliputi tulang, otot, dan
jaringan fasciocutaneous. C. Penanaman flap dengan komponen terpisah yang terlihat, semuanya
diletakkan pada sistem subscapular utama. D. Flap ditempatkan pada tulang dan defek jaringan lunak
pada reanastomosis mikrovaskuler. E. Penutupan pada defek kulit pada akhir prosedur.
PENANGANAN LUKA KOMPLEKS
Otot dan flap muskulokutaneus dianggap ideal untuk penanganan infeksi jaringan
lunak dan tulang atau prostetik. Walaupun diperlukan terapi untuk mengurangi
inokulum bakteri sampai kurang dari 105 per gram jaringan, penutupan dengan otot
yang memiliki vaskularisasi adekuat nampak dapat semakin mengurangi jumlah
bakteri, melindungi dari terjadinya kekambuhan infeksi, dan mempertahankan
penutupan luka. Terapi terencana untuk luka kompleks dengan debridemen bertahap
dilanjutkan dengan penutupan menggunakan jaringan yang memiliki vaskularisasi
adekuat serta terapi antibiotik sudah banyak merubah metode penanganan luka dan
dianggap sebagai metode perawatan standar pada sebagian besar situasi. Penelitian
eksperimental yang membandingkan resistensi bakteri pada flap muskulokutaneus
dengan flap kutaneus dan fasciokutaneus menunjukkan resistensi yang lebih baik
terhadap infeksi bakteri serta nekrosis flap pada jenis flap otot dan flap
muskulokutaneus. Karena flap otot nampak dapat memberikan perlindungan dari
cedera bakterial di jaringan lunak dan meningkatkan vaskularisasi jaringan, flap otot
memungkinkan dilakukannya penanganan luka kompleks yang dulunya tidak
merespon dengan baik pada perawatan luka lokal. Juga telah dilakukan penelitian
yang tidak menemukan adanya perbedaan antara flap otot dan fasciokutaneus di luka
yang terinfeksi. Namun, sampai saat ini masih diyakini bahwa flap otot dapat menjadi
pilihan yang sangat baik untuk penutupan luka. Selain itu, saat membandingkan
penggunaan flap bebas otot dan fasciokutaneus pada luka traumatik, tidak ditemukan
adanya peningkatan kejadian infeksi paskaoperasi jangka panjang bila dilakukan
debridemen secara tepat dan adekuat. Flap otot sangat bermanfaat untuk defek
berbentuk tiga dimensi, yang memerlukan flap untuk memperbaiki kontur topografi
yang ireguler atau kompleks.
Osteomielitis
Setelah melakukan debridemen dari tulang yang terinfeksi pada osteomielitis kronik,
flap otot akan ditransposisikan sebagai flap refional atau ditransplantasikan pada
defek menggunakan teknik mikrovaskuler. Flap akan mengisi area debridemen tulang
dengan jaringan yang memiliki vaskularisasi adekuat dan memberikan penutupan
luka yang stabil (Gambar 5.10A-D). Sebagaimana yang dipaparkan di atas, akan
diberikan terapi antibiotik jangka pendek sesuai hasil kultur di waktu yang
bersamaan. Pendekatan ini berhasil menangani infeksi kronik pada lokasi cedera
tulang atau tulang rawan. Debridemen dapat dilakukan secara bertahap bergantung
pada jumlah infeksi dan stabilitas pasien. Penutupan menggunakan flap otot perlu
direncanakan segera setelah dilakukan debridemen terakhir. Luka pada sternum
merupakan contoh kasus osteomielitis yang bermasalah (Gambar 5.11A dan B).
Diperlukan terapi antibiotik, debridemen serial, dan penutupan menggunakan flap
otot seperti pectoralis dan/atau rectus abdominis untuk menutup luka, stabilisasi
dinding dada, dan kelangsungan hidup pasien.
Gambar 5.10. Rekonstruksi osteomielitis pada tumit. A. Draining kronik pada luka tumit dengan
ostemielitis kalkaneal refraktori. Dilakukan debridemen awal. B. Tumit dibuka secara transversal
sepanjang permukaan lateral untuk melihat luka pada kalkaneus secara keseluruhan dan mempermudah
debridement dan penutupan subsekuen. Dilakukan insisi pada pembuluh darah tiba posterior dimana
flap otot dianastomosikan kemudian diletakkan didalam tumit untuk penutupan secara lengkap dan
membersihkan rongga osteomielitik. C. Otot setelah diletakkan pada tempatnya dan dekat dengan
peletakan graft kulit . D. 6 bulan post-operatif dengan perbaikan luka dan rekonstruksi luka.
Gambar 5.11. Rekonstruksi osteomielitis sternum. A. Osteomielitis sternum setelah pelepasan wire
dan debridemen awal. Dilakukan debridemen secara signifikan pada otot pectoralis. B. peletakan flap
rectus abdominis bertangkai
Insufisiensi Vaskuler
Luka yang tidak sembuh akibat insufisiensi vaskuler kadang dapat sampai
memerlukan amputasi ekstremitas. Revaskularisasi kaki dapat menyelamatkan
ekstremitas, namun penanganan luka masih memerlukan penutupan menggunakan
flap. Walaupun revaskularisasi memberikan aliran darah makroskopik ke ekstremitas,
area luka spesifik mungkin belum memperoleh perfusi jaringan mikrovaskuler yang
cukup atau mungkin merupakan defek yang terlalu besar untuk dapat sembuh sendiri.
Pemasangan flap otot memberikan mikrosirkulasi dan jaringan yang memungkinkan
sejumlah luka ini untuk mengalami penyembuhan fungsional dan, pada akhirnya,
akan membantu menyelamatkan ekstremitas. Transplantasi flap otot yang dilakukan
bersama atau ditunda akan memungkinkan dipertahankannya ekstremitas yang
fungsional meskipun pada luka kompleks. Pada beberapa kondisi tertentu, dapat
dipilih jenis flap yang dapat dilalui aliran darah (flow-through). Menggunakan tipe
desain flap ini, suplai vaskuler, terutama dari cedera traumatik atau penyakit
aterosklerotik dapat ditingkatkan dan jaringan flap akan dipasang untuk menutupi
defek yang ada. Tipe rekonstruksi semacam ini memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan secara tepat.
Luka Radiasi
Luka terkait cedera akibat radiasi tidak merespon pada perawatan luka lokal dan
dapat menjadi beberapa bentuk luka yang paling sulit untuk ditangani (Bab 3 dan 17).
Jaringan yang telah menjalani terapi radiasi pengion dosis tinggi memiliki
kemampuan resistensi terhadap cedera dan regenerasi yang terbatas. Efek tipe radiasi
ini bersifat jangka panjang. Jaringan yang mengalami radiasi akan tetap utuh selama
beberapa dekade, namun adanya stress atau cedera jaringan dapat menyebabkan
terjadinya luka kronik, dimana sejumlah struktur penting pada akhirnya dapat
terpapar. Terapi untuk sejumlah luka ini biasanya memerlukan debridemen luas pada
kulit nekrotik, jaringan lunak yang terkena, dan tulang yang sklerotik atau terinfeksi,
dan biasanya akan menghasilkan luka kompleks yang dapat menyebabkan
terpaparnya beberapa struktur yang vital. Bila unit otot di dekatnya memiliki pedikel
vaskuler yang terletak jauh dengan lokasi radiasi, flap otot regional umumnya
bermanfaat dan dapat digunakan untuk melakukan penutupan dengan vaskularisasi
yang adekuat (Gambar 5.12A-C). Di daerah yang tidak tersedia otot lokal, seperti di
kepala dan leher, terutama tengkorak, maka umumnya diperlukan transplantasi
mikrovaskuler flap otot untuk melakukan penutupan.
Gambar 5.12. Rekonstruksi pada luka bokong radier. A. Eksisi pada luka terbuka tumor pada bokong
di sepanjang diseksi limfonodi dan pemindahan jaringan sekitar kulit. B. Flap elevasi pada
mycocutaneous rectus abdominalis vertical. C. Peletakan flap melalui terowongan subkutaneus dengan
penutupan yang sempurna pada defek meliputi otot di seluruh dasar luka dan penutupan luka kulit
yang sempurna pada jaringan kulit yang mendasari.
Prostesis yang Terpapar atau Terinfeksi
Saat penutupan luka di atas lokasi pemasangan prostetik vaskuler atau ortopedik
mengalami kegagalan, debridemen luka dini, penutupan dengan flap otot, dan terapi
antibiotik sesuai hasil kultur dapat menyelamatkan prostesis sembari melakukan
stabilisasi pada penutup defek. Namun, saat infeksi sudah terjadi pada prostesis,
biasanya prostesis perlu dilepas. Daerah pemasangan vascular graft yang sering
terpapar adalah selangkangan dan ekstremitas bawah. Penutupan daerah
selangkangan biasanya dapat dilakukan dengan flap otot sartorius, tapi dapat
dilakukan mobilisasi flap yang lebih lebar bila dianggap perlu. Peralatan ortopedi
lebih sering terpapar di linea mediana akibat operasi vertebra atau pada sendi dengan
penutupan yang terbatas, seperti lutut. Peralatan ortopedi di tulang belakang dapat
ditutup dengan advancement flap miokutaneus, sementara sendi dapat ditutup dengan
flap rotasi, seperti dari otot gastrocnemius. Terakhir, paparan peralatan ortopedi dapat
terjadi bersama trauma seperti cedera eksremitas bawah atau setelah cedera akibat
radiasi yang menyebabkan terpaparnya prostesis tulang atau pembuluh darah di
bawahnya. Pada semua kasus ini, diperlukan rekonstruksi dengan flap lokal atau flap
otot bebas.
KESIMPULAN
Flap otot dan muskulokutaneus dapat diperoleh dari semua bagian tubuh. Dengan
memilih otot yang memiliki pedikel vaskuler yang adekuat, otot dapat dengan aman
diangkat untuk melakukan penutupan dan mengembalikan bentuk serta fungsi secara
bersamaan. Diperlukan pengetahuan mengenai anatomi otot, sirkulasi pembuluh
darah, dan lengkung rotasi untuk dapat memilih unit otot yang optimal untuk
penanganan dari setiap defek spesifik pada tubuh. Saat tidak tersedia atau tidak ingin
digunakan flap otot regional, dokter bedah dapat memilih untuk memindahkan flap
otot atau muskulokutaneus jauh menggunakan bedah mikro. Flap otot dan muskulo-
kutaneus juga merupakan suatu metode untuk menangani luka yang kompleks—
seperti osteomielitis dan nekrosis akibat radiasi—yang di masa lalu nampak tidak
dapat ditangani menggunakan perawatan luka biasa. Penggunaan flap otot dan
muskulokutaneus telah menyebabkan perkembangan pesat pada bidang bedah plastik.
Penggunaan flap ini memungkinkan dilakukannya reseksi onkologis yang lebih
efektif dan berani, menyelamatkan ekstremitas pada kondisi yang sebelumnya tidak
tertangani, meningkatkan perbaikan fungsional dengan kehilangan unit motorik,
melepaskan kontraktur pada kontraktur yang sudah mengalami penyembuhan
sekunder dan parut pada sendi serta kontraktur jaringan lunak, dan dapat
memperbaiki hasil estetika untuk defek kontur termasuk pada rekonstruksi payudara.
Hampir semua defek dapat ditutup dengan melakukan analisis dan pendekatan
rekonstruksi yang sudah direncanakan dengan baik. Penggunaan flap otot dan
muskulokutaneus semakin memperluas pilihan untuk digunakan menutup defek pada
semua bagian tubuh. Rekonstruksi flap di masa mendatang juga akan semakin
berkembang dan menjadi lebih baik dengan digunakannya flap perforator, flap
prefabrikasi, dan flap kimera untuk merekonstruksi berbagai jenis defek secara tepat.
Semua modifikasi dan kemajuan dalam bidang operasi flap ini telah menempatkan
dokter spesialis bedah rekonstruksi sebagai ujung tombak di bidang rekayasa jaringan
klinik dan alotransplantasi komposit dengan vaskularisasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. McGregor IA, Mo~ G. Al!ial. and random pattern tlaps. Br J Pltut S11rg.
1973;2.6(3):2()2..213.
2. MathesSJ,Nahai F. CliniaJ A/JpliCiltiom for Mluckmul MJuado~ f/4p$. St. Louis,
MO: C.V. Mosby; 1982.
3. McCraw .JB, Dibbell DG, Carraway JH. Clinical definition of independent
m~utaneo111 va.scu.lar territories. Pltut RI!C01Utr S11rg. 1977;60(3): 341-352.
4. Tolhurst DE. Surgical indicatioDS for Wciocutaneo1U flaps. Ann Pltut S11rg.
1984;13(6):495-503.
5. Tllylor G[, Palmer .JH. The va.scular territories (angiosomes) of the body:
experimental $tudy and clinical applicatioiiS. Br J Pltut S•rg. 1987; 40(2):113-141.
6. Wei FC, Mardini S. Free-style &ee flaps. Pltut Reconm SNrg. 2004;
114(4):910-916.
7. Bakamjian VY, LoDg M, Rjgg B. Experience with the medially ba.sed
deltopeaoral flap in reconstructll'f'e surgery of the bead and neck. Br J Pltut S11rg.
1971;2.4(2):174-183.
8. Ghali S, Butler PE, Tepper OM, Gurtner GC. Vascular delay revisited. Pltut
R«.omtr Surg. 2007;119(6):1735-1744.
9. AtishaD,AldermanAK,JanJ&ll T,SiDgai.B, WilkinsEG. The efficacy of the
surgical delay prooedure in pedicle TRAM brea.st recolllltl'lll:tion. Ann Pltut Surg.
2009;63(4):383-388.
10. Mathes SJ, Nahai F. Clauifir:lltion of the vascular anatomy of muscles:
experimm.tal and clinical com!ation. P£1# Reconstr S~~rg. 1981;67(2):177-187.
11. Tllylor Gl, Gianouts08 MP, Morris SF. The neurova~ territories of the skin and
muscles: anatomic study md clinical implications. Plast Rlft:OtJStr Surg.
1994;94(1):1-36.
12. M.tuhes SJ, Vuoonez LO. Myocutaneous free-flap ti'IU1Sfer. An.atxlmicaltmd
experimental oonsidetations. Plast R«.onstr ~~~. 1978;62{2}:162-166.
13. Mathes SJ, Na!W. F. Reamst~Wetivtt Surgilf'Y: Priru:iples, .1\Mtomy tuUJ
T«hniqtltt. New York, NY: Churclilll. Livingatone; 1997.
14. PuLL The reversed medW. hemitoleus muscle flap and its role iD
teCODSU'uction of m open tibial wound iD the lower third of the lq:. AM Plast Sllrg.
2006;.56(1):59-63; discussion 63-64.
15. Terzit JK. Sweet RC, Dykes RW, Williams l-IB. Recoyery of function Id free
muscle traDSplants using microneuroviiBCUI.ru .rm.atU>moset. J HAnd S..rg Am.
1978;3(1):37-59.
16. YAp UI, Whiten SC, ForiSter A. Stntn.SOil HJ. Senrory recovery iD the sensate
free tri~JlS'f'e1'8e rectus abdominis myocutaneous flap. Plast RJieonstr Sttrg.
2005;115{5): 1280-1288.
17. ~do..an C. Tissue expansion iD soft-tissue recoD.Struction. Plast R~eonstr s.trg.
1984;74(4):482-492.
18. Geddeos CR. Morris SF, Neligan PC. PetforaiXlr flaps: nolutioo., da§ification,
and applicatioDS. Ann Plast S..rg. 2003;50{1)~0-99.
19. Gufein ES, Orgill DP, Pnb:u ll· Clio.ical applications of ti11ue engineered
CODStructs. CJilt PlastSttrg. 2003;30(4):485-498.
20. Pribu JJ, FiDe NA. Prefabricated and prelamiwlted flaps for head and neck
recollttl'llction. Clin Pltut Sftrg. 2001;.28{2):261-272, 1'ii.
21. lW1ock GG. Further clarification of the nomenclature for compouo.d flaps. Plast
R.ecomtr Surg. 2006;117{7): 15 1e-160e.
22. Huii K,. lwaya T, Kawaguchi N. Combio.ation myocutaneous flap and
mictOYUcular free flap. Plast R~«»Wr S..rg. 1981;68{5):700-711.
23. Calderon W, Clw!:g N, Mathes SJ. Comparison of the effect of bacterial
inoculation iD musc:ulo<:utaneou.s and fasciocutaneous flaps. PJIISt R~eonstr SMrg.
1986;77{5):785-794.
24. Gosain A, Chang N, Mathes S. H1111t TK,. v-LA study of the R!alicmhip
between Nood tlaw and Ita~ ~tion in musculcxutaneoi&S and fasci~> cu.tanecus
flaps. PIMI Rt!IWriSir Sltfl. 1990;86{6):1152-1162; disc:ussion1163.
25. Salpdo CJ, M.tl.rdini S.Jamali. AA, Ortiz J, GoiiU!es R. Chen HC. Muscle versus
nonmuscle tlllps in the re'oiiStru,tion of <:hronic osteomyelitis defects. Plmt
Reeol'liltr S~~rg. 2006;118{6):1401-1411.
26. Yazar S. LiD. CH, Lin YT, Ulusa.l AE. Wei PC. Outcome comparison between
free muscle and {1ft fasciocutaneous tlaps for reconstruction of di$tal third and ankle
traumati<: open tibial fractures. Pwt Reeol'liltr S~~rg.
2006;117(7):2468-2475; discussion 2476-2477.
27. Mathes SJ, Alpert :SS. Chaug N. Use of the muscle flap in chroni<:
O$teomyelitis: experimental and clini<:al correlation. Pltut Reeomtr S•rg.
1982;69(5):815-829.
28. McCarthy WJ 3rd, Matsumura JS. Fine NA. DIIDWiian GA, Pearce WH.
Combined arterial m:onstruction and free tissue transfer for limb salvage. J Vtuc
SNrg. 1999;29(5):814-818; diSCUSIIion 818-820.
29. Mathes SJ, Alexander J. Radiation inillrY· S~~rg Oneal Clin N Am. 1996;
5(4):809-824.
30. Greenberg B, LaRoua D, Lotke PA, Murphy .JB, Noone RB. Salvage of
jeopardized total-kme prosthesis: the role o{ the pstro~us muscle flap. Pltut Recomtr
SNrg. 1989;83{1):85-89, 97-99.