Upload
amin-no-hitori
View
1.118
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS SEKOLAHTUGAS SEKOLAH
BENCANA KABUT ASAPBENCANA KABUT ASAP
OLEH :OLEH :
ARCELLIA AFIFAHARCELLIA AFIFAH
SD AL-FALAH JAMBISD AL-FALAH JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap musim kemarau kita selalu diganggu asap. Sejumlah kota di Riau
maupun Kalimantan disergap asap. Jarak pandang terganggu, aktivitas sosial dan
ekonomi pun terganggu. Di laut lepas, di Selat Malaka, maupun di sejumlah
sungai yang padat transportasi air menjadi sangat rawan kecelakaan. Sejumlah
bandara sesekali tutup karena jarak pandang tak mencukupi untuk keselamatan
penerbangan. Dua negara tetangga kita–Malaysia dan Singapura–terkena dampak
yang sama.
Masalah itu selalu berulang, tak kunjung ada penyelesaian yang permanen.
Padahal penyebabnya sudah jelas: Kebakaran hutan. Hal itu dilakukan oleh
pemilik hak pengusahaan hutan (HPH) maupun oleh petani tradisional. Motifnya
adalah untuk membuka lahan perkebunan baru maupun untuk lahan pertanian
baru. Membuka lahan baru dengan membakar adalah cara yang paling hemat dan
cepat. Berdasarkan foto satelit, juga bisa diketahui di mana saja ada titik-titik api
yang menjadi pusat kebakaran tersebut. Namun, semua kemajuan teknologi itu
sama sekali tak berpengaruh terhadap penanggulangan kebakaran hutan.
Kita seolah sudah kebal dan bebal terhadap semua persoalan. Apalagi masalahnya
akan selesai dengan sendirinya begitu musim penghujan datang. Kita tak cukup
punya kepedulian terhadap dampak kerusakan alam, hilangnya habitat flora dan
flauna, maupun punahnya sejumlah spesies tumbuhan maupun binatang. Secara
ekonomi juga sangat merugikan karena terganggunya aktivitas sosial dan ekonomi
maupun akibat kerusakan alamnya. Kesehatan warga yang terganggu tak pernah
masuk dalam hitungan. Kita hanya resah setelah negara-negara tetangga
menyampaikan protes.
Musibah asap ini terus berulang setiap musim kemarau. Hingga saat ini
seperti tidak ada jalan keluar yang bisa mengatasi musibah rutin tersebut. Tiap
tahun banjir titik api kebakaran hutan. Data Walhi mengungkapkan bahwa setiap
tahun Indonesia memproduksi lebih dari 40 ribu titik api. Angka ini menurun pada
tahun 2006 menjadi 39 ribuan karena tingginya angka curah hujan.
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 1
Awal Oktober 2006 asap akibat pembakaran lahan di Sumsel, Jambi, dan
Lampung bergeser ke wilayah Riau, kemudian menutupi Kota Batam, Kabupaten
Bintan, dan Karimun. Kabut asap terus bergeser, menyelimuti udara Singapura
dan Malaysia
Di Kalimantan Barat sendiri Laporan menebalnya kabut asap datang dari
Singkawang, Sambas, Ketapang, dan Kabupaten Pontianak. Kepala Bidang
Perlindungan Hutan, Dinas Kehutanan Kalbar, Sunarno, menginformasikan titik
api (hotspot) di Kalbar, Selasa lalu berjumlah 127 titik. Titik api terbanyak berada
di Kabupaten Ketapang sebanyak 95 buah.
Dampak yang ditimbulkan dari kabut asap ini sangat besar dan meliputi
berbagai aspek kehidupan. Mulai dari social, ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Untuk itu perlu dilakukan penanganan yang lebih optimal agar bencana ini tidak
terulang dikemudian hari. Oleh karena itu penulis akan mencoba untuk membahas
beberapa aspek dari kabut asap yang terjadi selama ini. Agar kita semua dapat
memahami atau setidaknya mengetahui apa dan bagaimana sebaiknya kita dalam
menghadapai bahaya kabut asap.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa pemahaman
yang baik mengenai aspek-aspek dari kabut asap yang terjadi di Indonesia
maupun di Kalimantan Barat khususnya.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana bencana kabut asap yang
terjadi di Indonesia
b. Agar mahasiswa mengetahu penyebab dan proses terjadinya kabut asap
c. Agar mahasiswa mengetahui Indeks Standar Pencemaran Udara yang
memenuhi syarat kesehatan
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui dampak dari bencana kabut asap
e. Agar mahasiswa dapat mengetahui upaya penanggulangan kabut asap
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pencemaran Udara
Secara sadar atau tidak sadar manusia dalam beraktivitas menghasilkan
emisi pencemar yang dilepas ke udara. Semakin meningkat jumlah aktivitas yang
dilakukan serta waktu yang dipakai untuk melakukan aktivitas tersebut, maka
jumlah emisi pencemar yang dikeluarkan ke udara pun semakin meningkat.
Udara sebagai kebutuhan pokok manusia dan makhluk hidup lainnya sangat
berbahaya jika sudah tercemar oleh berbagai zat berbahaya. Akibat yang
ditimbulkan bermacam-macam mulai dari gangguan pernapasan sampai kanker
jika menghirup zat-zat tertentu dalam jangka waktu lama.
Secara umum, sumber pencemaran udara dibedakan atas :
1) Sumber Bergerak
Kegiatan transportasi, baik di darat, air maupun udara, selama
menggunakan bahan baker sebagai tenaga penggerak, sudah pasti akan
menghasilkan pencemaran udara. Transportasi darat, khususnya penggunaan
kendaraan bermotor, merupakan sumber utama polusi di kota-kota besar. Hampir
seluruh jenis zat pencemar yang beredar di udara dihasilkan dari gas buang
kendaraan bermotor, yaitu partikel debu halus (PM10), karbon monoksida (CO),
hidrokarbon (HC), timbal (Pb), nitrogen oksida (NOx), sulfur oksida(SOx).
Di Jakarta, pencemaran udara berupa PM10 dan oksida nitrogen (NOx) 70%
dihasilkan oleh kendaraan bermotor pada tahun 1998.
2) Sumber Tidak Bergerak
a. Industri
Pada kegiatan ini, polusi udara dikeluarkan terutama pada proses produksi.
Selain itu penggunaan peralatan seperti mesin manufaktur umumnya juga
menyebabkan polusi. Jenis zat pencemar utama yang dihasilkan oleh industri
adalah PM10 dan Sox.
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 3
b. Pembangkitan tenaga listrik
Kegiatan pembangkitan tenaga listrik di Indonesia umumnya masih
menggunakan batu bara, bahan bakar yang menghasilkan polusi paling besar
dibandingkan minyak dan gas. Penggunaan listrik yang boros secara tidak
langsung menghasilkan polusi yang cukup berarti. Jenis pencemar utama yang
dihasilkan antara lain N0x dan S0x.
c. Kebakaran hutan
Musim kemarau panjang seringkali menyebabkan terjadinya kebakaran
hutan akibat gesekan ranting-ranting pohon yang kering. Namun pada dekade
terakhir ini, kebakaran hutan seringkali disebabkan oleh ulah manusia yang tidak
bertanggung jawab, dengan alasan untuk membuka lahan hutan. Jenis pencemar
yang dominan yang dihasilkan yaitu CO.
d. Pembakaran sampah
Hidrokarbon (HC) dalam bentuk metana (CH4) kurangnya sistem
penanganan sampah yang baik, menyebabkan masyarakat berinisiatif untuk
menangani sampah sendiri dengan membakarnya. Proses pembakaran walaupun
skalanya kecil namun sangat berperan dalam meningkatkan polusi di udara.
Jenis pencemar yang dihasilkan ketika sampah tidak dibakar adalah
hidrokarbon (HC) dalam bentuk metana (CH4). Ketika sampah dibakar, maka zat
pencemar yang dikeluarkan terutama adalah partikel debu halus (PM10).
Sementara, jika terjadi pembakaran sampah plastic, maka akan dihasilkan dioksin,
zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
3) Sumber dalam ruangan (Indoor Pollution)
a. Kegiatan rumah tangga
Kegiatan masak-memasak yang dilakukan di dalam rumah menghasilkan
polusi udara yang cukup membahayakan para penghuni rumah. Terutama jika
kegiatan masak-memasak masih menggunakan tungku dan kayu bakar. Ini
dikarenakan buruknya sistem sirkulasi udara, sehingga asap hasil pembakaran
terkurung di dalam rumah.
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 4
b. Asap Rokok
Kita tahu bahwa asap rokok mencemari udara disekitar dan
membahayakan kesehatan orang-orang di sekitar yang terpaksa harus
menghirupnya. Kegiatan merokok menjadi lebih membahayakan bagi orang-orang
disekitar ketika dilakukan di ruang tertutup seperti di dalam rumah, ruang kelas,
restoran, di dalam angkutan umum dan juga di ruang yang ber-AC. Ini
dikarenakan tidak adanya sirkulasi udara membuat asap rokok terkurung di ruang
tertutup.
Alhasil semua orang yang berada di dalam ruangan tersebut dipaksa untuk
menghirup udara yang pastinya menyesakkan nafas dan membuat iritasi mata.
Belum lagi jika kegiatan merokok dilakukan oleh banyak orang dan secara terus
menerus, sehingga konsentrasi asap rokok di dalam ruangan tersebut semakin
tinggi.
Selain sumber pencemaran udara di atas, juga dikenal sumber pencemaran
alami yang tidak berhubungan dengan aktivitas manusia, yaitu:
Meletusnya gunung berapi
Spora tumbuhan
Proses pembusukan mahluk hidup
B. Kabut Asap dan Kebakaran Hutan
Kabut asap yang terjadi di Indoensia disebabkan oleh banyak faktor antara
lain kebakaran hutan, polusi kendaraan bermotor, pabrik, letusan gunung berapi,
pembakaran sampah rumah tangga, dan lain sebagainya. Akan tetapi yang paling
dominan dalam menyebabkan kabut asap adalah kebakaran hutan.
Seperti yang kita ketahui, penyebab bencana asap ini adalah pembukaan semak
belukar dan lahan gambut untuk pertanian dengan cara pembakaran. Sebagian
lagi, seperti yang juga terjadi di beberapa wilayah di Sumatera, pembakaran lahan
dilakukan oleh perusahaan yang membersihkan lahan untuk perkebunan.
Membersihkan lahan dengan cara membakar memang gampang dan murah.
Untuk mendeteksi luasnya kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia, biasanya
digunakan sistem pemantauan lewat satelit North Oceanic Atmospheric and
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 5
Administration (NOAA). Kebakaran hutan dan lahan yang terdeteksi oleh satelit
dinamai Hot Spot (titik panas).
Berdasarkan laporan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) pada bulan
November 2006 terdapat sejumlah Hot Spot di Kalimantan dan Sumatera. Untuk
di Kalimantan tersebar di beberapa propinsi antara lain Kalimantan Barat terdapat
929 titik api ( hotspot ), Kalsel tercatat 5.351 titik, Kalteng bahkan lebih
spektakuler, 42.000 titik api. Di Sumatera data satelit NOAA 18, tanggal 3
Oktober terdapat 304 titik api di Pulau Sumatera. Paling banyak di Sumsel 140
titik api, Riau 64 titik api, Jambi 49 titik api, Sumbar dan Lampung masing-
masing 22 titik api, dan Bangka Belitung 6 titik api.
Menurut data Dinas Kuhutanan Kalimantan Barat di wilayah ini terdapat
sebanyak 929. Jumlah itu tersebar di 11 kabupaten/kota. Sintang 6 titik, Sekadau 1
titik, Sanggau 69 titik, Sambas 209 titik, Kabupaten Pontianak 210 titik, Melawi
19 titik, Landak 46 titik, Ketapang 215 titik, Kapuas Hulu 63 titik, Singkawang 1
titik, dan Bengkayang 26. Hotspot juga tampak di Kalteng sebanyak 302, dan
Sarawak sebanyak 59 titik.
Banyaknya Hot Spot tersebut menyebabkan kabut asap semaikin tebal
sehingga menyebabkan jarak pandang sangat terbatas. Hal ini sangat mengganggu
segala aktifitas sekita sehari-hari. Selain mengganggu di negara sendiri, kabut
asap juga mengganggu negar tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Bahkan
presiden sampai menyampaikan permintaan maaf secara resmi atas gangguan
kabut asap yang berasal dari Indonesia ini.
C. Penyebab Kebakaran Hutan
Kalau ditelusuri, banyak sekali alasan kompleks yang telah dikemukakan
oleh para pakar, tapi secara kasar, ada dua alasan utama yang palin masuk akal
untuk diungkapkan. Pertama, ada budaya instan di tengah masyarakat yang serba
mau cepat. Budaya instan di kawasan pedesaan biasanya menginginkan
pembersihan perkebunan dan ladang yang serba cepat, membuka lahan yang ingin
segera luas, dan seterusnya. Kultur ini sebenarnya kultur lama yang dilakukan
oleh suku-suku pedalaman yang dicontoh juga oleh pengusaha perkebunan yang
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 6
mengambil sikap tak mau menunggu untuk membersihkan lahan hutan bagi
perkebunan mereka.
Kedua, sikap tidak pernah mau belajar dalam mengambil kebijakan.
Walaupun telah terjadi kebakaran hebat yang mengakibatkan bencana sehingga
tahun 2000 terjadi kebakaran hutan paling luas di dunia, saat datang hujan dan
kebakaran padam, semuanya lalu lupa sehingga kebakaran hutan teruis terjadi dan
berkelanjutan di tahun-tahun berikutnya tanpa ada upaya-upaya untuk
mencegahnya.
Selain itu dukungan cuaca yang pada bulan-bulan tertentu kelembaban
udara yang rendah sehingga cenderung kering menyebabkan hutan mudah
terbakar. Faktor angin yang meniup kencang juga menyebabkan jumlah titik api
dengan cepat menyebar dan sulit untuk dipadamkan. Pada saat hujan turun maka
kualitas udara semakin memburuk karena asap dan debu sisa pembakaran akan
naik keudara dan terhirup oleh kita.
D. ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara)
Kualitas udara disampaikan ke masyarakat dalam bentuk indeks standar
pencemar udara atau disingkat ISPU. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada
masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara
kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara
tersebut selama beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan
tingkat mutu udara terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan
nilai estetika. Berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997, penyampaian ISPU kepada
masyarakat dapat dilakukan melalui media massa dan elektronika serta papan
peraga di tempat-tempat umum.
ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: CO, SO2, NO2,
Ozon permukaan (O3), dan partikel debu (PM10).
PM 10
PM merupakan kependekan dari particulate matter atau partikulat. Partikulat
merupakan zat pencemar padat maupun cair yang terdispersi di udara.
Partikulat ini dapat berupa debu, abu, jelaga, asap, uap, kabut, atau aerosol.
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 7
Jenis-jenis partikulat dibedakan berdasarkan ukurannya. Partikel yang sangat
kecil dapat bergabung satu sama lain membentuk partikel yang lebih besar.
Partikulat dalam emisi gas buang dapat terdiri atas bermacam-macam
komponen. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon (dari
pembakaran tidak sempurna) dan logam timbel (dari pembakaran bensin
bertimbel). Sebagian partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam
tebal. Tetapi, yang paling berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga
dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Jika ini yang terjadi, organ
pernapasan akan terganggu. Standar baku mutu yang diperbolehkan adalah
150 ug/Nm3
SO2
SO2 merupakan rumus kimia untuk gas sulfur dioksida. Gas ini berasal dari
hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur. Selain dari bahan
bakar, sulfur juga terkandung dalam pelumas. Gas sulfur dioksida sukar
dideteksi karena merupakan gas tidak berwarna. Sulfur dioksida dapat
menyebabkan gangguan pernapasan, pencernaan, sakit kepala, sakit dada, dan
saraf. Pada kadar di bawah batas ambang, dapat menyebabkan kematian.
Korban sulfur dioksida bukan hanya manusia, tetapi juga bangunan dan
tumbuhan. Keberadaan gas ini di udara dapat menimbulkan hujan asam yang
merusakkan bahan bangunan dan menghambat pertumbuhan tanaman.
Standara baku mutu yang diperbolehkan adalah 365 ug/Nm3
CO
CO merupakan rumus kimia untuk gas karbon monoksida. Gas ini dihasilkan
dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna. Pembakaran tidak
sempurna, salah satu sebabnya adalah kurangnya jumlah oksigen. Bisa karena
saring udara yang tersumbat, bisa juga karena karburator kotor dan setelannya
tidak tepat. Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida
di berbagai perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60 persen pencemaran
udara di kota-kota besar disumbang oleh transportasi umum. Karbon
monoksida bersifat racun, mengakibatkan turunnya berat janin, meningkatkan
jumlah kematian bayi, serta menimbulkan kerusakan otak. Standar baku mutu
yang diperbolehkan adalah 10.000 ug/Nm3
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 8
O3
O3 merupakan lambang dari ozon. Senyawa kimia ini tersusun atas tiga atom
oksigen. Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sangit. Ozon
terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya ozon dapat
dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga
listrik. Secara kimiawi, ozon lebih aktif ketimbang oksigen biasa dan juga
merupakan zat pengoksidasi yang lebih baik. Biasanya, ozon digunakan dalam
proses pemurnian (purifikasi) air, sterilisasi udara, dan pemutihan jenis
makanan tertentu. Di atmosfer, terjadinya ozon berasal dari nitrogen oksida
dan gas organik yang dihasilkan oleh emisi kendaraan maupun industri. Di
samping dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman, ozon berbahaya
bagi kesehatan, terutama penyakit pernafasan seperti bronkitis maupun asma.
Standar baku mutu yang diperbolehkan adalah 235 ug/Nm3 pada pengukuran
selama 1 jam.
NO2
NO2 singkatan dari nitrogen dioksida. Zat nitrogen dioksida sangat beracun
sehingga dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, dan saluran
pernapasan serta menimbulkan kerusakan paru-paru. Gas ini terbentuk dari
hasil pembakaran tidak sempurna. Setelah bereaksi di atmosfer, zat ini
membentuk partikel-partikel nitrat sangat halus sehingga dapat menembus
bagian terdalam paru-paru. Partikel-partikel nitrat ini pula, jika bergabung
dengan air baik air di paru-paru atau uap air di awan akan membentuk asam.
Asam ini dapat merusakan tembok bangunan dan menghambat pertumbuhan
tanaman. Jika bereaksi dengan sisa hidrokarbon yang tidak terbakar, akan
membentuk smog atau kabut berwarna cokelat kemerahan. Standar baku mutu
yang diperbolehkan adalah 150 ug/Nm3. Agar lebih mudah dipahami ISPU
dapat dibayangkan seperti penggaris angka 1 hingga 1000. Semakin tinggi
nilai ISPU maka semakin tinggi tingkat pencemaran dan semakin berbahaya
dampaknya terhadap kesehatan. Sebagai contoh, ISPU 30 menunjukkan
kualitas udara baik dan tidak ada dampak yang berbahaya terhadap kesehatan.
Ketika kondisi ISPU di bawah 100 dipandang tidak berbahaya terhadap
masyarakat secara umum. Namun ketika ISPU beranjak melebihi 100 maka
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 9
pertama-tama kelompok masyarakat yang sensitif seperti penderita asma dan
anak-anak serta orang dewasa yang aktif di luar ruangan, akan paling awal
merasakan dampak kualitas udara yang tidak sehat. Sejalan dengan
meningkatnya ISPU maka akan semakin banyak yang merasakan dampak,
hingga akhirnya seluruh masyarakat akan menderita karena dampak kesehatan
yang terjadi.
KATEGORI RENTANG WARNA PENJELASAN
Baik 0 - 50 Hijau Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi
kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan
ataupun nilai estetika. Sedang 51 - 100 Biru Tingkat kualitas udara yang tidak
berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitive dan nilai estetika. Tidak Sehat 101 - 199 Merah Tingkat
kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan
yang sensitive atau bias menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai
estetika.
Sangat Tidak Sehat 200 - 299 Kuning Tingkat kualitas udara yang dapat
merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar
Berbahaya 300 - lebih Hitam Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum
dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
E. Dampak Kabut Asap
1. Kesehatan
Secara umum, asap akibat kebakaran hutan telah meningkatkan kasus
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di daerah yang tingkat pencemaran
udaranya tinggi. Sebagai gambaran di Kalimantan dan Sumatera nilai ISPU rata-
rata melebihi 300 padahal batas normalnya di bawah 100 sehingga dampak
kesehatanya begitu terasa, terutama mereka yang rentan seperti anak-anak, para
manula dan mereka yang aktif liluar ruangan. Data dari Pusat Penanggulangan
Masalah Kesehatan Departemen Kesehatan membuktikannya. Akibat adanya
kabut asap, jumlah kasus ISPA di Pontianak meningkat dari 1.286 kasus pada
akhir Agustus 2006 menjadi 1.928 kasus pada awal September 2006.
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 10
Data yang sama juga menyebutkan bahwa di Kalimantan Timur jumlah kasus
mingguan ISPA antara 1.500 kasus hingga 2.000 kasus, lebih tinggi dari kisaran
normal yang banyaknya antara 1.000 kasus hingga 1.500 kasus. Beberapa Dinas
Kesehatan di Sumatra dan Kalimantan juga melaporkan bahwa masyarakat di
wilayahnya mulai mengalami gangguan penyakit ISPA, pneumonia, dan sakit
mata.
2. Ekonomi
Kabut asap juga dapat mengganggu sektor ekonomi. Jarak pandang yang
terbatas (jarak pandang normal 1000 meter) dapat menganggu aktivitas
penerbangan dan pelayaran. Hal ini tentu akan berdampak transportasi akan
terganggu yang akan menyebabkan terhambatnya lalu lintas barang dan jasa.
Untuk di wilayah yang mengandalkan transportasi laut dan sungai hal ini akan
sangat menganggu. Barang-barang kebutuha pokok yang seharusnya sampai di
daerah pada waktunya akan terlambat sehingga menyebabkan harga barang akan
naik yang menyebabkan keresahan di kalangan masyarakat.
Masyarakat dengan mata pencaharian nelayan juga mengalami hal yang sama.
Tebalnya kabut asap di sungai atau laut menyebabkan nelayan tidak berani melaut
karena takut tersesat atau berisiko untuk bertabrakan.
3. Hubungan Internasional
Seperti kita ketahui, kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan di
Sumatera dan Kalimantan tidak hanya melanda wilayah kita sendiri tetapi juga
melanda negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Negara-negara tersebut
melayangkan protes ke negara kita atas kabut asap yang mereka terima. Jika hal
ini terus dibiarkan maka hubungan baik dengan negara tetangga bisa terganggu.
4. Pertanian
Di wilayah Kalimantan Barat, asap tebal mulai mengancam sektor
pertanian. Tebalnya kabut asap dikhawatirkan yang berlangsung secara terus-
menerus dapat mengganggu produktivitas tanaman padi dan jagung. Dua jenis
tanaman ini paling rentan. Kalau cuaca sampai tertutup asap sehingga tanaman
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 11
tidak mendapat sinar matahari dalam jangka waktu lama, produksinya dapat
menurun. Pada saat tanaman akan berfotosintesis tentu memerlukan sinar mathari
yang cukup. Karena kabut yang tebak menyebabkan sinar matahari terhambat
untuk menyinari bumi sehingga produksi terhambat.
5. Sosial Budaya
Aktivitas sehari sehari yang terganggu akibat kabut asap bisa
menyebabkanhubungan sosial menjadi terganggu. Seperti pada bulan Ramadhan
dimana ummat muslim biasanya melakukan shalat berjamaah di masjid menjadi
terganggu oleh asap yang membuat mereka enggan keluar rumah. Aktivitas anak-
anak yang bermain juga terganggi sehingga mereka lebih memilih berdiam diri di
rumah. Sekolah-sekolah juga banyak yang diliburkan karena khawatir siswa
mereka terkena dampak asap berupa ISPA dan sakit mata.
6. Penanggulangan Kabut Asap
Besarnya dampak yang ditimbulkan akibat bencana kabut asap yang
terjadi perlu penanganan yang serius. Hal ini dilakukan agar bencana ini tidak
terulang dikemudian hari. Sehingga dampak yang ditimbulkan tidak lagi menimpa
kita semua. Beberapa langakah penanggulangan kabut asap yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Komitmen dari pemerintah
Masalah kabut asap tak terlepas dari masalah kebakaran hutan. Kebakaran
hutan yang terjadi merupakan dampak dari izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
yang diberikan kepada pengusaha. Pemerintah diharapkan dapat lebih selektif
dalam memberikan izin HPH kepada pengusaha. Pengusaha yang diberikan izin
diwajibkan untuk tidak membuka lahan dengan membakar hutan.
Komitmen pemerintah dapat dilihat dari adanya alokasi dana yang jelas untuk
penanggulangan kabut asap ini. Selain itu kebijakan atas pelanggaran pembakaran
hutan harus lebih tegas. Undang-undang tentang sanksi bagi pembakar lahan
harus lebih tegas dan konsisiten untuk dijalankan. Jangan hanya karena takut
kehilangan devisa pemerintah takut menindak pengusaha nakal yang masih
membakar hutan sehingga masyarakat yang jadi korban.
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 12
Jika sudah ada komitmen yang kuat dari pemerintah dalam menaggulangi
bencana kabut asap yang disebabkan dari pembakaran hutan ini maka kabut asap
yang selama ini menjadi agenda tahunan di negara kita akan segara teratasi.
2. Kesadaran masyarakat
Masyarakat yang tinggal dipinggiran hutan hendaknya memiliki kesadaran
yang kuat untuk tidak membuka lahan pertanian dengan membakar hutan.
Masyarakat petani berpindah memiliki kebiasaan untuk membakar hutan setiap
kali hendak memulai musim tanam. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
ini perlu dilakukan penyuluhan tentang bahaya kebakaran hutan kepada
masyarakat. Masyarakat yang membakar hutan hendaknya diingatkan untuk
menjaga lahan yang dibakarnya agar tidak merambat ke hutan yang berada
disekitarnya.
Kesadaran masyarakat juga diharapkan dalam hal melaporkan jika terjadi
kebakaran hutan. Jika segera dilaporkan diharapkan kebakaran tidak meluas dan
dapat dipadamkan.
3. Pengawasan Bersama
Pengawasan bersama perlu dilakukan antara pemerintah dengan
masyarakat. Perlu bentuk sistem kewaspadaan kebakaran hutan yang selalau siap
mengawasi setiap hutan yang terbakar. Pemerintah dapat mengoptimalkan peran
polisi kehutanan dalam mengawasi hutan.
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bencana kebakaran kabut asap yang terjadi sungguh meresahkan kita
semua. Bencana kabut asap disebabkan oleh berbagai faktor antara lain kebakaran
hutan, asap kendaraan bermotor, polusi pabrik, asap rokok dan lain sebagainya.
Dampak yang ditimbulkan dari kabut asap ini sangat luas mulai dari aspek
kesehatan, ekonomi, sosial budaya, hubungan internasional dan lain sebagainya.
Kandungan yang terdapat pada kabut asap yang berasal dari pembakaran huta
sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena besarnya dampak yang ditimbulkan
tersebut maka perlu langkah yang serius dalam penanganan masalah kabut asap
ini.
Penanganan bencana kabut asap ini perlu komitmen yang kuat dari semua
pihak. Penanganan meliputi aspek kebijakan, kesadaran masyarakat, sistem
pengawasan dan dana yang memadai. Sehingga diharapkan dikedian hari bencana
ini tidak terulang.
B. Saran
Dari uraian makalah ini penulis perlu memberikan beberapa saran. Adapun
saran-saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Masyarakat pengguna lahan sebaiknya lebih menjaga kelestarian hutan agar
tidak tejadi kebakaran yang dapat menyebabkan kabut asap.
2. Sebagai masyarakat yang akan kesehatan sebaiknya kita memberikan
pengertian kepada masyarakat dalam menanggulangi dampak kesehatan dari
kabut asap ini.
3. Pemerintah sebaiknya mengeluarkan kebijakan yang jelas mengenai
penanganan kabut asap.
4. Masyarakat sebaiknya memberikan dukungan kepada pemerintah dalam upaya
penaggulangan kabut asap
Sumber : http://nanangsyah.blogspot.com/2007/09/bencana-kabut-asap.html 14