Upload
ely-savitri
View
27
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bentuk pemerintahan
Citation preview
Bentuk Pemerintahan
Posted on 9 November 2008 by Ruhcitra
Menurut ajaran klasik, bentuk pemerintahan dapat dibedakan atas jumlah orang yang
memerintah dan sifat pemerintahannya (baca keterangan berikut), yaitu:
Monarkhi, akan menimbulkan Tirani
Aristokrasi, akan menimbulkan Oligarkhi
Demokrasi, akan menimbulkan Anarkhi
1. Plato
Bentuk pemerintahan pada zaman Yunani Kuno mengutamakan peninjauan ideal (filsafat). Plato
mengemukakan bahwa bentuk pemerintahan dapat dibagi menjadi lima, sesuai dengan sifat
tertentu manusia, yaitu:
Aristokrasi: kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh aristokrat (cendekiawan), sesuai
dengan pikiran keadilan.
Timokrasi: kekuasaan pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang-orang yang ingin mencapai
kemasyhuran dan kehormatan.
Oligarkhi: kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang atau golongan hartawan.
Keadaan ini melahirkan milik partikelir (swasta), sehingga orang-orang miskin pun akhirnya
bersatu melawan kaum hartawan dan lahirlah demokrasi.
Demokrasi: kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh rakyat miskin (jelata); namun
kesalahan pelaksanaannya berakhir dengan anarkhi.
Tirani: pemerintahan oleh seorang penguasa yang sewenang-wenang. Bentuk inilah yang paling
jauh dari cita-cita keadilan.
Telah dibuktikan melalui dialektika, aristokrasi merupakan bentuk pemerintahan terbaik dan
bahwa prinsip keadilan yang dijalankan oleh orang-orang merdekalah yang membawa
kebahagiaan.
2. Aristoteles
Menurut dia pembedaan bentuk pemerintahan dapat dilakukan dengan kriteria kuantitatif, yaitu
dilihat dari jumlah orang yang memerintah:
Monarkhi: kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh satu orang (raja/ kaisar).
Aristokrasi: kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh beberapa orang (cerdik pandai)
Polity: kekuasaan pemerintahan yang dipegang oleh banyak orang dengan tujuan untuk
kepentingan umum.
Aristoteles yang mengembangkan teori tersebut dari pendapat Herodotus (484-425 SM),
menyatakan bahwa ketiga bentuk pemerintahan itu bersifat ideal dan bentuk metamorfosis
masing-masing berturut-turut sebagai berikut: Tirani/ Diktator, Oligarkhi/ Plutokrasi, dan
Okhlorasi. Pendapatnya berbeda dengan Plato. Menurut Plato, demokrasi adalah bentuk
pemerintahan yang ideal dan pemerosotannya berupa mobokrasi/ okhlorasi. Sedangkan
Aristoteles justru menyatakan bahwa demokrasi merupakan bentuk kemerosotan polity.
Keterangan:
Monarkhi berasal dari kata mono yang berarti satu dan archien yang berarti memerintah. Jadi,
monarkhi adalah pemerintahan oleh satu orang, yaitu raja/ kaisar.
Tirani adalah pemerintahan oleh seseorang untuk kepentingan dirinya sendiri.
Aristokrasi berasal dari kata aristoi yang berarti cerdik pandai atau bangsawan dan archien. Jadi,
aristokrasi adalah pemerintahan oleh kaum cerdik pandai demi kepentingan umum.
Oligarkhi berasal dari kata oligoi yang berarti sedikit atau beberapa dan archien. Jadi, oligarkhi
adalah pemerintahan oleh beberapa orang untuk kepentingan mereka sendiri.
Plutokrasi berasal dari kata plutos yang berarti kekayaan dan archien atau kratein. Jadi,
plutokrasi adalah pemerintahan oleh orang-orang kaya atau untuk mencari kekayaan.
Polity adalah pemerintahan oleh orang banyak dengan tujuan untuk kepentingan umum. Bentuk
pemerintahan ini menurut Aristoteles bisa merosot menjadi demokrasi, yaitu pemerintahan yang
diselenggarakan oleh orang banyak tetapi tidak bertujuan demi kesejahteraan seluruh rakyat.
Mobokrasi adalah pemerintahan yang diselenggarakan oleh rakyat yang sesungguhnya tidak tahu
apa-apa atau tidak memahami pemerintahan.
Okhlorasi berasal dari kata okhloh yang berarti orang biadab, tanpa pendidikan, atau rakyat hina
dan kratein. Jadi okhlorasi adalah pemerintahan yang dilaksanakan oleh orang yang biadab,
tanpa pendidikan atau rakyat hina.
Anarkhi berasal dari kata an yang berarti tidak atau bukan dan archien. Jadi, anarkhi berarti tanpa
pemerintahan/ kekuasaan. Seseorang atau sekelompok orang disebut bertindak anarkhis apabila
ia atau mereka berlaku seolah-olah ia atau mereka sendirilah yang berkuasa atau menganggap
kekuasaan pemerintahan yang sah tidak ada.
3. Polybios
Polybios (204-122 SM) adalah murid Aristoteles. Ia menyatakan bahwa bentuk pemerintahan
monarkhi, oligarkhi dan demokrasi berlangsung silih berganti serupa siklus, berputar dan pada
gilirannya akan kembali ke asal. Teorinya ini dikenal dengan nama Siklus Polybios.
Pembagian bentuk pemerintahan seperti dianut oleh Plato, Aristoteles dan Polybios itu pada
masa modern – dipelopori oleh Niccolo Machiavelli – diganti menjadi monarkhi dan republik
(berasal dari kata res yang berarti hal, benda, kepentingan dan publica yang berarti publik,
umum, rakyat).
4. Georg Jellinek
Dalam bukunya yang sangat terkenal, “Allgemeine Staatslehre”, Jellinek membagi bentuk
pemerintahan menjadi dua, yaitu: monarkhi dan republik. Ukuran untuk membedakan keduanya
adalah dilihat dari cara pembentukan kemauan negara (staats will). Apabila terjadinya secara
psikologis atau karena kemauan seseorang, maka bentuk pemerintahannya adalah monarkhi.
Sedangkan apabila terjadinya secara yuridis atau kemauan rakyat atau suatu dewan, maka bentuk
pemerintahannya adalah republik.
5. Leon Duguit
Pendapat Jellinek tidak disetujui oleh Leon Duguit karena kriteria pembeda cara pembentukan
kemauan negara tidak sesuai dengan kenyataan. Menurut Duguit, bentuk pemerintahan
ditentukan berdasarkan:
Jumlah orang yang memegang kekuasaan untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dalam
negara;
Cara penunjukan kepala negara.
Pemerintahan disebut monarkhi apabila diselenggarakan oleh satu orang raja/ kaisar; disebut
oligarkhi apabila diselenggarakan oleh beberapa (sedikit) orang; dan demokrasi (berasal dari kata
demos yang berarti rakyat dan kratein) apabila diselenggarakan oleh banyak orang.
Dalam bukunya yang berjudul “Traite de Droit Constitutionale”, Duguit membedakan bentuk
pemerintahan menjadi monarkhi dan republik dengan cara atau sistem penunjukan kepala negara
sebagai kriteria pembeda.
Monarkhi adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya diangkat berdasarkan waris atau
keturunan (herediter) dan menjabat seumur hidup. Dalam pemerintahan monarkhi tidak terjadi
pemilihan kepala negara oleh rakyat atau parlemen. Maka, monarkhi melahirkan wangsa atau
dinasti, keluarga pewaris tahta kerajaan.
Republik adalah bentuk pemerintahan yang kepala negaranya dipilih oleh rakyat (secara
langsung maupun melalui perwakilan). Masa jabatan kepala negaranya dibatasi (misalnya: empat
tahun seperti di Amerika Serikat; atau lima tahun seperti di Indonesia).
Otto Koellreutter sependapat dengan Leon Duguit, tetapi kriteria pembeda yang menurutnya
lebih tepat adalah kesamaan dan ketidaksamaan. Monarkhi merupakan bentuk pemerintahan
yang didasarkan atas ukuran ketidaksamaan, karena tidak setiap orang dapat menjadi kepala
negara (raja). Sedangkan republik merupakan bentuk pemerintahan yang didasarkan atas ukuran
kesamaan karena kepala negaranya dipilih dan diangkat berdasarkan kemauan dewan atau orang
banyak, dan setiap orang dianggap memiliki hak yang sama untuk menjadi kepala negara. Selain
bentuk pemerintahan monarkhi dan republik, Koellreutter menambahkan bentuk pemerintahan
otoriter (Autoritarien Fuhrerstaat), yaitu pemerintahan oleh satu orang yang bersifat mutlak.
Duguit membagi monarkhi menjadi:
Monarkhi absolut, yaitu monarkhi yang seluruh kekuasaan negaranya berada di tangan raja
sehingga raja berkuasa secara mutlak, tak terbatas. Raja memegang kekuasaan secara luar biasa
sehingga mudah bertindak sewenang-wenang. Perintahnya adalah hukum yang harus
dilaksanakan tanpa reserve. Dalam negara monarkhi absolut berlaku semboyan Princep legibus
solutus est, salus publica suprema lex yang maksudnya adalah: yang berhak membentuk undang-
undang adalah raja, kesejahteraan umum adalah hukum yang tertinggi.
Monarkhi konstitusional, yaitu monarkhi terbatas (kekuasaan rajanya dibatasi oleh konstitusi)
Monarkhi parlementer, yaitu monarkhi yang kekuasaan pemerintahannya ada di tangan para
menteri (baik sendiri maupun bersama-sama) yang bertanggung jawab kepada parlemen. Raja
berkedudukan sebagai kepala negara, lambang keutuhan dan kesatuan negara. Karena itu raja
tidak dapat diminta bertanggung jawab (The king can do no wrong).
Menurut Duguit, bentuk pemerintahan republik pun dapat dibagi tiga seperti berikut:
Republik absolut (kadang-kadang disebut otoriter), yaitu suatu negara yang seluruh
kekuasaannya berada di tangan presiden.
Republik terbatas, yaitu suatu republik yang kekuasaaan presidennya dibatasi konstitusi.
Republik parlementer, yaitu suatu republik yang kekuasaan menjalankan pemerintahannya ada di
tangan para menteri dan harus bertanggung jawab kepada parlemen. Menteri-menteri merupakan
pelaksana pemerintahan dan mereka sendirilah yang mesti bertanggung jawab.
Ruhcita. 2008. Bentuk Pemerintahan. (online).
(http://ruhcitra.wordpress.com/2008/11/09/bentuk-pemerintahan/, diakses tanggal 20 oktober
2013).