12
1 Berita Puslitbangtan 61 Mei 2016 2 4 6 8 9 11 Berita Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan No. 61 Mei 2016 ISSN 0852-6230 Pengantar Redaksi Liputan acara lepas sambut Kepala Puslibtangtan, dari Dr Made Jana Mejaya kepada Dr Ali Jamil pada 2 Mei 2016 di Bogor mengawali Berita Puslitbangtan nomor ini. Dalam arahannya, Kepala Badan Litbang Pertanian meminta peneliti untuk lebih produktif menghasilkan dan mengembang- kan teknologi mendukung program Kementerian Pertanian. Salah satu “Teknologi terobosan yang potensial dikembangkan untuk meningkatkan produksi padi saat ini adalah jajar legowo super, khususnya di lahan sawah irigasi”, ujar Kepala Badan dengan tegas. Bukti nyata di lapangan menunjukkan pengembangan “jajar legowo super” di Indramayu, Jawa Barat, seluas 50 hektar memberikan hasil di atas 10 t/ha. Sementara hasil padi di luar petak demonstrasi tanpa sentuhan teknolog terkini hanya 6 t/ha. Hasil wawancara Tim Redaksi Berita Puslit- bangtan dengan Ir Shagir Sama di Maros, Sulawesi Selatan, mengisi kolom Tokoh Kita yang perlu dibaca oleh warga Puslitbangtan, terutama peneliti. Beliau dikenal sebagai “ahli” penyakit tungro dan memiliki segudang pengalaman dari lapang. Peneliti Dituntut Bekerja Lebih Keras Pengembangan “Jajar Legowo Super” Shagir Sama, ‘Profesor Lapang’ Berprestasi dan Bersahaja Suprihanto, Doktor Baru BB Padi Padi Toleran Kekeringan: Antisipasi Kemarau Panjang Varietas Unggul Baru Jagung dan Kedelai

Berita - pangan.litbang.pertanian.go.idpangan.litbang.pertanian.go.id/files/berita/BP-61-2016.pdf · Berita Pusat Peneaitiln dan Pengembangan Tanaman Pangan No. 61 Mei 2016 ISSN 0852-6230

Embed Size (px)

Citation preview

1Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

2

4

6

8

9

11

Berita

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

No. 61 Mei 2016 ISSN 0852-6230

Pengantar RedaksiLiputan acara lepas sambut Kepala Puslibtangtan,dari Dr Made Jana Mejaya kepada Dr Ali Jamilpada 2 Mei 2016 di Bogor mengawali BeritaPuslitbangtan nomor ini. Dalam arahannya, KepalaBadan Litbang Pertanian meminta peneliti untuklebih produktif menghasilkan dan mengembang-kan teknologi mendukung program KementerianPertanian. Salah satu “Teknologi terobosan yangpotensial dikembangkan untuk meningkatkanproduksi padi saat ini adalah jajar legowo super,khususnya di lahan sawah irigasi”, ujar KepalaBadan dengan tegas.

Bukti nyata di lapangan menunjukkanpengembangan “jajar legowo super” diIndramayu, Jawa Barat, seluas 50 hektarmemberikan hasil di atas 10 t/ha. Sementara hasilpadi di luar petak demonstrasi tanpa sentuhanteknolog terkini hanya 6 t/ha.

Hasil wawancara Tim Redaksi Berita Puslit-bangtan dengan Ir Shagir Sama di Maros, SulawesiSelatan, mengisi kolom Tokoh Kita yang perludibaca oleh warga Puslitbangtan, terutama peneliti.Beliau dikenal sebagai “ahli” penyakit tungro danmemiliki segudang pengalaman dari lapang.

Peneliti Dituntut Bekerja LebihKeras

Pengembangan “Jajar LegowoSuper”

Shagir Sama, ‘Profesor Lapang’Berprestasi dan Bersahaja

Suprihanto, Doktor BaruBB Padi

Padi Toleran Kekeringan:Antisipasi Kemarau Panjang

Varietas Unggul Baru Jagungdan Kedelai

2 Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

Penanggungjawab: Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr Ali JamilDewan Redaksi: Eko Sri Mulyani, R. Heru Praptana, Hermanto, Haryo Radianto, Nuning Argosubekti,dan M. SyamTata Letak: Edi HikmatAlamat: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Jalan Merdeka 147, Bogor, 16111Telp. (0251) 8334089, 8311432, Faks. (0251) 8312755; E-mail: puslitbangtan@litbang.pertanian.go.idwww.pangan.litbang.pertanian.go.id

ISSN 0852-6230

“Pangan bukan segalanya, tapitanpa pangan tidak dapatdibayangkan apa yang akan

terjadi”. Prof Dr Ibrahim Manwan (alm.)beberapa kali menyitir pernyataan iniyang keluar dari seorang tokoh duniaketika terjadi krisis pangan sekitar 2-3dekade lalu. Sampai akhir hayatnya,beliau tetap konsisten dengan prinsipbahwa penelitian dan pengembangantanaman pangan perlu terus mendapatperhatian serius.

Kini, di Era Pemerintahan Jokowi-JK, produksi pangan memang terus

Peneliti Dituntut Bekerja Lebih KerasMendukung Program Kementerian PertanianPeneliti Badan Litbang Pertanian tak cukup hanya melakukan penelitian di lab, kebun percobaan, ataulahan petani. Mereka juga harus langsung terjun ke lapang menyukseskan program pemerintah,khususnya dalam bidang pertanian. Sebagian besar dari kegiatan itu berkaitan dengan programpeningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai atau dikenal sebagai pajale. Mampukah penelitiberadaptasi dengan lingkungan dan tuntutan jaman yang telah berubah?

Dr Muhammad Syakir, Kepala Badan LitbangPertanian.

dipacu untuk memenuhi kebutuhansemua lapisan masyarakat. Kemen-terian Pertanian telah mencanangkanberbagai program peningkatanproduksi untuk meraih kembaliswasembada pangan. Sebagai lembagapenelitian yang bernaung di bawahKementerian Pertanian, Badan LitbangPertanian dituntut pula untuk terusbekerja keras menghasilkan danmengembangkan inovasi yang mampumeningkatkan produksi dan pendapatpetani. “Kita menjadi sorotan banyakpihak, jadi harus meningkatkan kinerjaagar seirama dengan ritme kerjapemerintah” ujar Dr Muhammad Syakir,Kepala Badan Litbang Pertanian, dalamacara lepas sambut Kepala Puslit-bangtan pada 2 Mei 2016 di Bogor, dariDr Made Jana Mejaya kepada Dr Ali Jamilyang sebelumnya memimpin BB Padi.

Di tengah komitmen swasembadapangan yang semakin kuat, Badan

Litbang Pertanian dituntut untuk terusmenjadi pionir dan leader dalam meng-hasilkan dan mengembangkan inovasi.Kepala Badan meminta peneliti dilingkungan Puslitbangtan untuk lebihproduktif menghasilkan teknologi danmembuka diri menerima teknologi daripihak mana pun. “Tapi teknologi yangdihasilkan dan dikembangkan harussesuai dengan kebutuhan petani danberkontribusi terhadap peningkatanpendapatan mereka” ujar KepalaBadan dalam pengarahannya kepadasegenap para peneliti Puslitbangtan.

Jaman telah berubah dan tuntutanjuga berubah. Kini, peneliti dituntutproaktif sebagai pendamping teknologidi lapangan bersama aparat pertanianlainnya. Di sisi lain, mereka tetap men-jalankan misi penelitian untuk meng-hasilkan teknologi yang bersentuhanlangsung dengan kebutuhan petani.“Salah satu Teknologi terobosan yang

3Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

potensial dikembangkan untukmeningkatkan produksi padi saat iniadalah jajar legowo super, khususnyadi lahan sawah irigasi”, ujar KepalaBadan dengan tegas.

BB Padi telah mengembangkanteknologi jajar legowo super bersamapetani pada lahan sawah irigasi diKabupaten Indramayu, Jawa Barat,seluas 50 ha pada musim tanam 2015/16. Hasilnya menggembirakan banyakpihak, terutama petani setempat. Diareal pengembangan teknologi jajarlegowo super, beberapa varietas unggulbaru padi mampu berproduksi 12,0-14,4 ton GKP per hektar. Sementaravarietas Ciherang yang diusahakanpetani di luar areal pengembanganhanya menghasilkan 6,0 ton per hektar.“Saya memberikan apresiasi terhadapBB Padi yang telah berkontribusi dalammerakit dan mengembangkanteknologi” ujar Kepala Badan.

Dalam arahannya, Kepala Badanjuga mengajak peneliti untuk menggalipotensi dan mengembangkan padigogo, yang sampai saat ini masih kecilkontribusinya terhadap produksi padinasional, berkisar antara 4-5%. Padigogo potensial dikembangkan dikawasan perkebunan. Dalam hal inidiperlukan varietas unggul tolerannaungan yang berdaya hasil tinggi.

Mengacu pada kinerja BB Padidalam menghasilkan dan mengem-bangkan teknologi, “Saya yakin Dr AliJamil dapat menjalankan amanahdengan sebaik-baiknya di Puslit-bangtan” harap Kepala Badan. Dalammenghasilkan teknologi melaluipenelitian, Puslitbangtan didukung olehBB Padi yang bermarkas di SukamandiJawa Barat, Balitkabi di Malang JawaTimur, Balisereal di Maros dan LolitTugro di Lanrang Sulawesi Selatan.Sebelum mengakhiri pengarahannya,

Kepada Badan menyampaikan terimakasih kepada Dr Made Jana Mejaya yangtelah bekerja dengan baik dan kembalimengabdikan diri sebagai peneliti.

Pelantikan Dr Ali Jamil sebagaiKepala Puslitbangtan sebenarnya telahberlangsung di penghujung April 2016di Kementerian Pertanian. Sebagaipemimpin, pria kelahiran Siabu,Tapanuli Selatan, Sumatera Utara initidak diragukan lagi kemampuannya.Sebelum melangkah ke Puslitbangtan,Dr Ali Jamil berturut-turut dipercayamemimpin BB Padi, Kepala BalaiPenelitian Tanah pada tahun 2013-2014,Kepala BPTP Sumatera Utara tahun2012-2013, Kepala BPTP Riau dalamperiode 2007-2012. (HMT/MS)

Dr Ali Jamil, (kiri) dan Dr Made Jana Mejayadalam acara lepas sambut KepalaPuslitbangtan di Bogor, 2 Mei 2016 .

4 Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

Hingga saat ini lahan sawah tetapmerupakan penyumbangutama pegadaan produksi

beras nasional. Lebih dari 90% produksipadi dihasilkan di lahan sawah. Dari 30negara utama penghasil beras dunia,produktivitas padi sawah Indonesiamenduduki peringkat 10 dan peringkattiga di Asia setelah China dan Vietnam.

Mengacu pada produktivitas padisawah di Indonesia yang dewasa inibaru mencapai angka 5 t/ha, BadanLitbang Pertanian melihat peluangpeningkatan produksi padi di lahansawah irigasi. Hal ini dikaitkan denganhasil penelitian yang menunjukkanproduktivitas padi di lahan sawah irigasidapat mencapai 10 t/ha dan bahkanlebih jika menerapkan teknologi yangtepat secara utuh, sebagaimana telahdibuktikan melalui pengembanganpendekatan Pengelolaan TanamanTerpadu (PTT) padi sawah. Inovasi inikemudian diadopsi dan dikembangkanoleh Direktorat Jenderal TanamanPangan dan diimplementasikan dalambentuk Sekolah Lapang PTT (SL-PTT).

Komponen teknologi penyusun PTTterus disempurnakan dari waktu kewaktu. Berbagai komponen teknologiyang dihasilkan dirakit menjadi paketteknologi, di antaranya teknologi superpadi sawah irigasi berbasis tanam jajarlegowo yang dipopulerkan sebagai“jajar legowo super”.

Ke-super-an teknologi ini dapatdilihat dari hasil padi yang diperoleh.

Melalui petak demonstrasi seluas 50 hapada lahan sawah irigasi di KabupatenIndramayu, Jawa Barat, musim tanam2016, teknologi jajar legowo supermampu menghasilkan gabah lebih dari10 t/ha GKP. Dalam penerapannya dilapangan, teknologi ini melibatkanpetani yang tergabung ke dalamGapoktan setempat. Berdasarkanpanen ubinan Tim Terpadu BPSIndramayu, peneliti Balitbangtan, BadanKetahahan Pangan dan PenyuluhanPertanian Indramayu, UPTD KecamatanBangodua, dan Gapoktan, varietasInpari-30 Ciherang Sub-1 yangdikembangkan dengan teknologi jajarlegowo super mampu berproduksi 13,9ton GKP/ha, varietas Inpari-32 HDB 14,4ton GKP/ha, dan varietas Inpari-33memberi hasil 12,4 ton GKP/ha.Sementara produktivitas varietasCiherang yang diusahakan petani di luarpetak demonstrasi hanya 6,0 ton GKP/ha.

Keunggulan Jajar LegowoSuper

Padi yang ditanam dengan jarak tidakberaturan memberikan hasil 20-30% dibawah optimal. Sistem tanam jajarlegowo adalah cara tanam padi denganpenataan letak tanaman sedemikianrupa di lapangan agar mampu mem-berikan populasi optimal, produksitinggi, dan memudahkan pemeliharaantanaman.

Jajar legowo super adalah teknologibudi daya padi berbasis tanam jajarlegowo 2:1. Komponen budi daya yangterintegrasi ke dalam teknologi super iniadalah: (1) benih bermutu dari varietasunggul baru potensi hasil tinggi, (2)biodekomposer, diberikan pada saatpengolahan tanah, (3) pupuk hayati danpemupukan berimbang, (4) pengen-dalian organisme pengganggutanaman (OPT) secara terpadu, dan (5)alat mesin pertanian, terutama untuktanam dan panen.

Penggunaan benih bermutu varietasunggul baru potensi hasil tinggi merupa-kan kunci peningkatan produktivitasdan produksi padi per satuan luas.Biodekomposer berfungsi memper-singkat waktu penguraian jerami padimenjadi kompos secara in situ(setempat), pupuk hayati sebagai seedtreatment menghasilkan fitohormon(pemacu tumbuh tanaman), penambatnitrogen dan pelarut fosfat, yang ber-fungsi memperbaiki dan meningkatkankesuburan tanah, pestisida nabatiberperan penting mengendalikan hamatanaman padi seperti wereng batangcokelat tanpa mencemari lingkungan,dan alat mesin pertanian untukmempercepat proses produksi danmenghemat biaya tenaga kerja.

Analisis Usahatani

Produktivitas padi yang dikembangkandi petak demonstrasi seluas 50 ha diIndramayu, Jawa Barat, adalah 12,4 t/

Pengembangan “Jajar Legowo Super”Jajar legowo super adalah sebutan populer teknologi padi sawah irigasi berbasis tanamjajar legowo 2:1. Pengembangan teknologi super ini di Indramayu, Jawa Barat, padalahan sawah irigasi seluas 50 hektar, musim tanam 2016, memberikan hasil gabah di atas10 t/ha. Sementara hasil padi petani tanpa sentuhan teknologi terkini hanya 6 t/ha.

5Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

ha GKG. Cek lagi dari varietas Inpari 30Ciherang Sub-1, 12,9 t/ha GKG darivarietas Inpari 32 HDB, dan 11,3 t/haGKG dari varietas Inpari 33. Pendapatanpetani dengan menerapkan teknologijajar legowo super mencapai Rp 41,01juta/ha dari varietas Inpari 32 HDB, Rp38,9 juta dari varietas Inpari 30 CiherangSub-1, dan Rp 34.13 juta dari varietasInpari 33, lebih tinggi dibandingkandengan cara petani yang hanya mem-berikan pendapatan bersih Rp17,57juta/ha. Analisis usahatani menunjuk-kan teknologi jajar legowo super mem-berikan nilai B/C ratio yang layak,berturut-turut 2,84 dari Inpari 32 HDB,2,69 dari Inpari 30 Ciherang Sub-1, dan2,36 dari Inpari 33, lebih tinggi dibandingcara petani dengan B/C ratio 1,48.

Dibandingkan dengan cara petani,nilai marginal B/C teknologi jajar legowosuper adalah 8,93 dari Inpari 32 HDB.Hal ini berarti setiap satuan biaya yangdikeluarkan dalam penerapan teknologijajar legowo super memberikantambahan keuntungan 8,93 satuan atauRp 893 pada batas pengeluaran inputtertentu. Penerapan teknologi jajarlegowo super dengan menggunakanvarietas Inpari 30 Ciherang Sub-1 danInpari 33 masing-masing memberikannilai marginal B/C berturut-turut 8,11dan 6,31.

Hasil analisis usahatani ini me-nunjukkan teknologi jajar legowo superlayak dikembangkan secara luas dilahan sawah irigasi. Untuk keperluansosialisasi pengembangan teknologi ini

secara nasional, Tim dari BB Padi danPuslitbangtan telah menuyusunPetunjuk Teknis Jajar Legowo Superyang diperuntukkan bagi penyuluhpertanian dan kelompok tani.

Dampak yang Diharapkan

Luas lahan sawah irigasi di Indonesiadewasa ini sekitar 4,8 juta ha. Kalauteknologi jajar legowo superdiimplementasikan secara utuh pada20% lahan sawah irigasi di Indonesiaakan diperoleh tambahan produksipadi sekitar 3,8 juta ton GKG per musimatau 7,6 juta ton GKG per tahun. Angkaini tentu penting artinya dalammewujudkan kembali swasembadaberas. (HMT/MS)

Pengembangan “jajar legowo super” melalui petak demonstrasi seluas 50 ha pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat,menghasilkan gabah lebih dari 10 t/ha GKP. Hasil padi yang diusahakan petani di luar petak demonstrasi tanpa sentuhan teknologi baru hanya6,0 t/ha.

6 Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

Shagir Sama, ‘Profesor Lapang’Berprestasi dan BersahajaTak ada kesan letih di wajahnya ketika kami bertemu di Balitsereal. Padahal, pria berusia 78 tahun inibaru beberapa saat yang lalu menjejakkan kaki di Maros setelah sehari sebelumnya berdiskusi denganpetani di Palopo. Ir. H. Shagir Sama (SS) yang pagi itu mengenakan baju batik merah-coklat ternyatatiba lebih awal setengah jam di tempat pertemuan, di ruang kerja Pak Rahman, Ka TU Balitsereal.

Setelah sesaat melepas nostalgia masa lalu, kamimemancing pendapatnya tentang kebijakan intensitastanam padi dewasa ini. SS memperlihatkan

kerisauannya sambil bertanya “Apakah Badan Litbang sudahtidak lagi berpegang kepada hasil penelitiannya selama ini?Bukankah PHT (pengendalian hama/penyakit terpadu) sudahjelas menekankan langkah apa yang diperlukan dalammengendalikan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dilapangan?”. Lalu secara singkat dia menjelaskan mengapaSulsel berhasil mengatasi masalah OPT sampai saat ini. Waktutanam yang tepat adalah faktor utama yang harus mendapatperhatian dari petani. Bila hal itu dikombinasikan denganpenggunaan varietas yang tepat berdasarkan tetuanya danpengelolaan tanaman lainnya, masalah OPT akan dapatditekan, bahkan tanpa pestisida.

Pria kelahiran Palopo ini tak bisa menyembunyikankekhawatirannya akan kebijakan tanam padi terus- menerusatau tiga kali per tahun yang didorong pemerintah akhir-akhirini. “Kalau dengan tanam dua kali setahun bisa menghasilkan16 ton gabah (8 ton per musim), jangan diartikan bahwa tigakali tanam akan menghasilkan 24 ton,” ujarnya dengan nadaserius. “Jangan-jangan hasilnya malah turun menjadi 12 tonper tahun akibat serangan OPT.” Tapi bukankah IRRI melaluipenelitian jangka panjang sejak lebih dari 50 tahun lalumenunjukkan bahwa tanam padi terus-menerus tidakmenurunkan hasil panen? Bahkan laporannya menegaskanbahwa penggunaan pestisida pun bisa ditekan seminimalmungkin selain jerami padi diangkut keluar dan tak adatambahan bahan organik. SS terdiam sejenak, laluberkata”Saya percaya laporan itu, tapi siapa dan bagaimanapengelolaan tanaman padinya? Apakah bisa dijamin kalauhal itu diterapkan dalam areal ribuan hektar yang melibatkanribuan petani, bisa berhasil juga?” DIa lalu mengeluarkancatatan dari tasnya yang menunjukkan bahwa tigapertanaman padi per tahun bisa menghasilkan lebih dari 20ton gabah. “Pertanyaannya apakah semua petani bisa sepertiShagir?” selorohnya.

SS yang di tahun 1980an kelihatan langsing, kini lumayangendut. Dengan tinggi tak sampai 155 cm, mungkin beratbadannya sudah lebih dari 65 kg. “Saya doyan makan,”katanya sambil tertawa. Ketika ditanya apakah dia sudahpunya kader yang akan menggantikannya sebagai “pawangOPT”. SS menggeleng,”Sulit mencari orang yang berminatuntuk mencermati dan menggeluti masalah lapang,” adanada prihatin dalam suaranya.

SS tak menyandang gelar doktor, apalagi profesor. Ijazahsarjananya pun dia raih dalam waktu 18 tahun karenakesibukannya di lapang. “Waktu itu mahasiswa harus kuliahdi Bogor karena Fakultas Pertanian Unhas masih berafiliasidengan IPB,” jelasnya setengah ketawa.”Karena itu, sayahanya rajin mendaftar setiap tahun tapi tak ikut kuliah diBogor. Kalau tidak didorong oleh dosen pembimbing,mungkin saya tak berhasil meraih gelar sarjana.”

Di tahun 1980an, dia pernah dipanggil ke Jakarta dandiminta pendapatnya oleh Menteri Pertanian Affandi tentangpelarangan sejumlah pestisida. Hal ini juga berkaitan denganhasil penelitian SS dan peneliti di Bogor tentang resurgensi(secara sederhana dapat dipersepsikan sebagai penggunaanpestisida tertentu bukan membunuh, tapi sebaliknyamemacu perkembangan OPT tertentu). “Bapak bisabayangkan posisi saya yang hanya S1 ditanya pendapatnyatentang sesuatu yang begitu penting di depan sejumlah pakarseperti Prof Sumartono dari IPB dan Pak Untung dari UGM,”katanya sambil tersenyum dan segera melanjutkan,” Untungjawaban saya sejalan dengan pendapat para ahli tersebut.”

Pria yang meraih berbagai penghargaan dari PemerintahPusat dan Pemerintah Daerah ini tetap aktif memenuhipermintaan berbagai kalangan, terutama yang berkaitandengan musyawarah tani di awal musim yang dikenal denganTudang Sipulung. “Biasanya Bupati mengundang saya secaralangsung kalau berkaitan dengan Tudang Sipulung,” sambilmenunjukkan surat undangan dari Bupati Luwu, dia lalu melirik

7Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

ke Dr Djafar Baco yang tiba belakangan,”Kalau yang ilmiahbiasanya pak Djafar yang diundang. Dia kan profesor riset.”

Dalam beberapa kesempatan, SS yang dikenal sebagaisalah seorang pelopor pergiliran varietas dalam pengendalianOPT, mengulang pentingnya arti ‘waktu’ dalam kehidupan,termasuk dalam bertanam padi. “Bukankah Tuhan jugamengingatkan kita akan pentingnya waktu. Wal ‘asri,” ujarnyaserius. “Kunci utama dalam pengendalian OPT adalah tanamdalam waktu yang tepat dan penggunaan varietasberdasarkan tetua. Karena itu, setiap ada varietas unggul baruyang dilepas, saya langsung mempelajari deskripsi yangmencantumkan tetua varietas tersebut”.

Suami Hj. St. Djumriah yang telah memberinya 6 anakdan 11 cucu ini adakalanya diundang ke berbagai daerahseperti Jawa Barat dan Sumatera Utara untuk memberikanmasukan dalam pengendalain OPT di wilayah tersebut. KetikaBalitsereal masih bernama BBPP, kemudian LPPM, dan BalittanMaros, SS menjabat sebagai Kepala Bagian Hama danPenyakit. “Waktu Pak Andi Hasanudin pulang sekolah dengangelar Master, beliau diangkat menjadi Ketua Kelti Penyakit dansaya Ketua Kelti Hama,” ujarnya sambil ketawa lepas lalumelanjutkan,” Itu cara yang elegan dari Pak Ibrahim untukmembuat suasana kerja tetap kondusif”.

SS yang terlibat langsung dalam mengembangkan konsepPWVOT (Pengelolaan Waktu, Varietas, dan OrganismeTerpadu) tetap yakin bahwa penerapan konsep ini akanberhasil mengatasi masalah lapang perpadian Sulsel danbahkan nasional. Penelitian yang dilakukan sejak 1973-1987

pada tiga wilayah iklim di Sulsel telah menjadi bukti nyatabahwa dengan menerapkan konsep ini di Sulsel, produksipadi terus meningkat hingga surplus 2 juta ton. OPT yangditangani tidak hanya wereng cokelat, tungro, dan penggerekbatang, tetapi juga kresek, blas, dan bahkan tikus. Hasil pentingdari penelitian itu adalah diketahuinya waktu/bulan ganasdan pasif OPT di masing-masing wilayah.

“Keberhasilan Sulsel dalam perpadian waktu itu telahmendorong Pak Muin Pabindru dipercaya menjadi DirjenTanaman Pangan dan Pak Farid Bahar sebagai KaKanwil,”kata SS. “Mungkin pimpinan di atas bingung mencari tempatyang cocok untuk saya. Akhirnya pada tahun 1989 sayadiangkat menjadi Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan IXSulawesi sampai tahun 1994.” Jabatan fungsional terakhir SSadalah Peneliti Madya. Pria yang telah mengikuti berbagaikegiatan ilmiah di IRRI (Filipina), Kyoto (Jepang), dan India inijuga pernah terlibat sebagai Tim Teknis BIMAS Sulsel dan Sultraserta Staf Ahli Gubernur Sulsel dan Sultra di bidang Pertanian.

Sampai saat ini, SS yang penglihatannya mulai kabur meskiindera lain masih secara kontinu masih aktif mencari informasibaru tentang perpadian. Berbagai varietas unggul baru sepertiINPARI 10, INPARI 24, IPB3, dan IPB4, serta padi hibrida telahdiuji di lahan sawah miliknya dan pengunjung yang tertarikdapat memperoleh sedikit benih untuk diperbanyak sendiri.Tampaknya bangsa ini memerlukan banyak orang seperti SSyang rajin mengamati padi di lapang dan membagi ilmupengetahuannya dengan siapa saja, terutama petani, dengantulus. (MS/HMT)

Ir H. Shagir Sama (kanan) mendapatkehormatan untuk diwawancarai oleh TimRedaksi Berita Puslitbangtan, M. Syam(kiri) tentang sepak terjangnya dalampengendalian OPT tanaman padi, terutamadi Sulawesi Selatan.

8 Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

Mendengar nama Dr Suprihanto,mengingatkan kita akan ProfBambang Suprihatno, pen-

siunan peneliti BB Padi yang sampai saatini masih diperlukan pemikirannyasebagai redaksi pada Jurnal PenelitianPertanian Tanaman Pangan. Namakeduanya serupa tapi tak samamemang, satu Suprihanto dan satu lagiSuprihatno.

Terlepas dari soal nama, DrSuprihanto kelahiran Bantul DIY 43tahun yang lalu juga peneliti di BB Padi.Ia berpenampilan sederhana dan ber-status sebagai peneliti penyakit tanam-

Suprihanto,Doktor Baru BB Padi

an padi, berbeda dengan Prof BambangSuprihatno yang dikenal sebagaipemulia tanaman padi.

Duduk di jabatan struktural sebagaiKepala Seksi Evaluasi di BB Padi sejak2008 hingga tahun 2000, peneliti mudaini kemudian memutuskan untukmenerima tawaran tugas belajarprogram S2 di IPB dan lulus pada tahun2005. Keseriusan dan dedikasinyasebagai peneliti kembali mengantarkandirinya mendapat kesempatan me-lanjutkan studi pada program S3 diUGM. Di kampus biru ini dirinya berhasilmeraih gelar doktor pada tahun 2015setelah mempertahankan disertasiberjudul “Bioekologi Penyakit Virusyang Ditularkan Wereng Batang padaTanaman Padi”.

Kini, selain sebagai peneliti penyakittanaman padi, Dr Suprihanto jugamenjabat sebagai koordinator KebunPercobaan Kuningan, Jawa Barat, yangbernaung di bawah BB Padi. Sebelum-nya, Pak Suprihanto terlibat dalampenelitian Diferensiasi Isolat Rice TungroVirus dengan Kultivar Padi Diferensialdan PCR-RFLP (2004), Studi MekanismePerubahan Daya Tular InokulumTungro (2006), Variasi Virulensi IsolatVirus Tungro dari Beberapa Daerahendemis Tungro di Indonesia (2006),dan Evaluasi Ketahanan Galur-galurPadi terhadap Penyakit Tungro (2005-2009). Beberapa hasil penelitiannyatelah dipublikasikan di jurnal nasionaldan internasional, antara lain Jurnal

Dr Suprihanto menikmati hari libuir bersamakeluarga.

Setelah menyelesaikan program S3 di UGM pada tahun 2015, DrSuprihanto kini memperkuat Kelompok Peneliti Hama Penyakit BBPadi dalam menghasilkan teknologi perpadian.

Perlindungan Tanaman Indonesia,Jurnal Fitopatologi Indonesia, danInternational Jounal of Science: Basicand Applied Research (IJSBAR).

Dikenal sebagai pria pendiam, PakSuprihanto menjatuhkan pilihanhatinya ke gadis yang juga berasal dariBantul, bernama Rahayu. Kini merekatelah dikaruniai satu putri dan satuputra. Anak pertamanya, Annisa FatmaPalupi, ternyata sudah berstatusmahasiswi dan Afnan Huda Amrullahberstatus pelajar. (HMT)

Dr Suprihanto bersama isteri, Rahayu,menikmati keindahan pantai.

9Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

Badan Litbang Pertanian padatahun 2015 telah melepas tigavarietas unggul padi yang relatif

toleran kekeringan dengan potensi hasiltinggi dan tekstur nasi pulen.Pengembangan varietas unggul baru inidiharapkan dapat menekan risikokegagalan panen akibat kekeringanpada musim kemarau panjang.

Anomali iklim yang menyebabkankemarau panjang yang dikenal denganEl Nino diperkirakan akan terjadi padatahun 2016. Kalau itu menjadikenyataan dikhawatirkan akan ber-dampak terhadap penurunan produksi

padi yang mengganggu penyediaanpangan bagi masyarakat, terutama bagipenduduk yang menggunakan berassebagai makanan pokok.

Kemarau panjang akibat per-ubahan iklim memang telah berulangkali terjadi. Pada tahun 2015 yang lalu,misalnya, kemarau panjang telah me-ngancam sebagian pertanaman padi disentra produksi di Pantai Utara Jawa.Hingga Juli 2015 tercatat 111.000 hektarareal pertanaman padi yang menderitakekeringan. Angka ini diperkirakanmeningkat hingga akhir tahun 2015karena musim kemarau masih terjadi.

Padi Toleran Kekeringan: AntisipasiKemarau PanjangBadan Litbang Pertanian pada tahun 2015 telah melepas tiga varietas unggul padi yangrelatif toleran kekeringan dengan potensi hasil tinggi. Pengembangan varietas unggulbaru ini diharapkan dapat menekan risiko kegagalan panen akibat kekeringan padamusim kemarau panjang.

Sebagian besar pertanaman padiyang terancam kekeringan pada tahun2015 adalah varietas Ciherang yangdilepas 16 tahun yang lalu. VarietasCiherang memang tidak memiliki sifattoleran kekeringan, tetapi disukaikonsumen karena rasanya enaksehingga mudah dipasarkan. Hal initerungkap terungkap dalam acaraPromosi Teknologi Padi di Balai BesarPenelitian Tanaman Padi (BB Padi) diSukamandi, Jawa Barat, pada 26 Agustus2015 yang dihadiri oleh perwakilankelompok tani, penangkar benih, danpihak terkait lainnya.

Di Lampung, 60% petani juga masihmenanam varietas Ciherang. Alasannyasama, yaitu rasa nasi yang enak danmudah dipasarkan.

Kekeringan akibat kemarau panjangmenjadi ancaman produksi yang tidakjarang menyebabkan pertanaman padipuso, terutama pada lahan sawah tadahhujan karena sumber pengairantanaman pada agroekosistem inibergantung sepenuhnya pada hujan.Penanaman varietas toleran kekeringandiharapkan dapat memperkecil risikokegagalan panen. Oleh karena itu,perakitan dan pengembangan paditoleran kekeringan berperan pentingdalam menekan risiko kegagalan panenakibat kemarau panjang.

Balai Besar Penelitian Tanaman Padisebagai lembaga penelitian utamapenghasil teknologi perpadian diVarietas Inpari 39 Tadah Hujan Agritan relatif toleran kekeringan, potensi hasil 8,45 t/ha GKG.

10 Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

Indonesia telah menghasilkanbeberapa varietas unggul baru padi. Duadi antaranya toleran kekeringan dansesuai dikembangkan pada lahansawah tadah hujan, yang masing-masing diberi nama Inpari 38 TadahHujan Agritan, Inpari 39 Tadah HujanAgritan, dan Inpari 41 Tadah HujanAgritan. Satu lagi varietas unggul padiyang dihasilkan sesuai dikembanganpada lahan kering (gogo) yang diberinama Inpago 11 Agritan. Ketiga varietasunggul baru padi toleran kekeringan inidilepas pada tahun 2015.

Inpari 38 Tadah Hujan Agritan

Varietas unggul ini dirakit melalui per-silangan antara galur/varietas IR6888,BP68*10, Selegreng, Guarani, danAsahan. Selain relatif toleran kekeringan,varietas unggul baru ini juga toleranrebah, dan dapat dikembangkan padalahan sawah tadah hujan dataranrendah hingga ketinggian tempat 600 mdpl. Pada lingkungan tumbuh yangmendukung dan budi daya yang tepat,varietas Inpari 38 Tadah Hujan Agritan

mampu berproduksi 8,16 t/ha gabahkering giling (GKG).

Kelebihan lainnya dari varietasunggul ini adalah agak tahan terhadappenyakit hawar daun bakteri (HDB)strain III, tahan penyakit blas ras 073,agak tahan ras 033 dan ras 133.Kelemahannya, rentan HDB strain IVdan VIII, rentan penyakit blas ras 173,rentan virus tungro, dan agak rentanterhadap hama wereng batang cokelat(WBC) biotipe 1, 2, dan 3.

Inpari 39 Tadah Hujan Agritan

Merupakan hasil persilangan antaragalur/varietas BF 342B-MR-1-3, Dendang,dan IR 60502-6SKM-UBN-1-82, varietasInpari 39 Tadah Hujan Agritan jugarelatif toleran kekeringan dan toleranrebah. Potensi hasilnya relatif lebihtinggi, mencapai 8,45 GKG t/ha.

Varietas unggul ini juga agak tahanpenyakit HDB strain III, tapi rentan strainIV dan VIII, tahan penyakit blas ras 073dan ras 033, agak tahan ras 133 dan 173,agak rentan hama WBC dan rentan virustungro. Ekosistem pengembangannyajuga pada lahan sawah tadah hujandataran rendah sampai ketinggiantempat 600 m dpl.

Inpago 11 Agritan

Merupakan hasil seleksi terhadap galurB12151D-MR-11, varietas Inpago 11Agritan relatif toleran kekeringan padafase pertumbuhan vegetatif, namunpeka keracunan Al pada konsentrasi 60ppm. Padi gogo ini cocok dikembang-kan pada lahan kering dataran rendahsampai ketinggan tempat 700 m dpldengan potensi hasil 6,01 t/ha, hampirmenyamai hasil padi sawah.

Varietas unggul baru ini tahanpenyakit blas yang merupakan penyakitutama padi gogo. Selain itu, varietasunggul ini juga tahan penyakit HDB strainIII dan agak tahan strain VIII. (HMT)Padi gogo varietas Inpago 11 Agritan relatif toleran kekeringan pada fase pertumbuhan vegetatif,

tahan penyakit blas dan hawar daun bakteri.

Potensi hasil varietas unggul baru padi toleran kekeringan yang dilepas pada tahun2015.

Varietas Tinggi tanaman Umur Potensi hasil(cm) (hari) (t/ha)

Padi sawah tadah hujanInpari 38 Tadah Hujan Agritan 94 115 8,16Inpari 39 Tadah Hujan Agritan 98 115 8,45Padi gogoInpago 11 Agritan 124 111 6,0

11Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

Bagi sebagian petani, palawijamerupakan andalan ekonomikeluarga karena memiliki pasar

yang cukup luas, mulai di perdesaanhingga perkotaan. Di Indonesia, jagungdan kedelai termasuk pangan pentingsetelah padi. Kebutuhan keduakomoditas ini terus meningkat, baikuntuk pangan maupun pakan.

Pemerintah terus berupaya men-dorong peningkatan produksi dalamnegeri menuju swasembada. Akantetapi, tantangan yang dihadapi dalammewujudkan swasembada jagung dankedelai juga tidak ringan. Oleh karenaitu diperlukan dukungan dari berbagaiaspek, termasuk teknologi yang mampumeningkatkan produksi.

Varietas unggul adalah satu daribeberapa teknologi hasil penelitian yangtelah berkontribusi nyata dalampeningkatan produksi. Varietas unggulmemang dirakit untuk mampu ber-produksi tinggi, tahan hama danpenyakit, berumur genjah, dan memilikisifat penting lainnya. Badan LitbangPertanian pada tahun 2015 telahmelepas lima varietas unggul jagungdan dua varietas unggul kedelai yangdiharapkan segera meluas pengem-bangannya di lahan petani.

Jagung Unggul

Empat dari lima varietas unggul jagungyang dilepas adalah jenis hibrida,masing-masing diberi nama JH 27, JH234, JH 45 URI, dan JH 36. Satu varietaslainnya adalah jagung pulut bersaribebas yang dilepas dengan nama PulutURI 4. Pada umumnya varietas jagunghibrida yang dihasilkan oleh BadanLitbang Pertanian mempunyai ke-unggulan yang setara dengan varietas

hibrida yang dikembangkan oleh swastayang banyak ditanam petani. Agarvarietas jagung hibrida Badan LitbangPertanian dikenal dan diadopsi olehpetani, upaya khusus tampaknya perludilakukan antara lain melalui pemilihanmitra swasta yang lebih handal.

Jagung hibrida JH 27 memilikikandungan karbohidrat 78,4%, protein7,6%, dan lemak 4,1%. Varietas ini tahanpenyakit bulai, karat daun, hawar daun

Jagung dan Kedelai Unggul BaruMenambah Ragam Pilihan Varietas di Tingkat Petani

Genderang swasembada jagung dan kedelai sudah ditabuh. Komitmen ini tentu memerlukandukungan dari berbagai aspek, termasuk pengembangan varietas unggul berdaya hasil tinggi.Akankah varietas unggul baru yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian mampu menjawabtantangan swasembada jagung dan kedelai yang semakin berat?

Jagung hibrida JH 36, umur genjah 89 hari, tahan bulai, karat daun dan hawardaun, potensi hasil 12,2 t/ha.

12 Berita Puslitbangtan 61 • Mei 2016

dataran rendah (Helminthosporiummaydis), hawar daun dataran tinggi(Bipolaris maydis), dan busuk tongkol.Beradaptasi luas di dataran rendahsampai dataran tinggi (5-1.340 m dpl),jagung hibrida JH 27 mampu ber-produksi 12,6 t/ha pada umur 98 hari.

Jagung hibrida JH 234 juga me-ngandung karbohidrat, protein danlemak yang setara dengan varietas JH27. Varietas unggul ini juga tahanterhadap penyakit bulai, karat daun,hawar daun dataran rendah dandataran tinggi serta busuk tongkol. Dayahasil JH 234 sama dengan JH 27, dapatdipanen pada umur 98 hari, dan daerahpengembangannya mulai dari dataranrendah hingga dataran tinggi (5-1.000m dpl).

Jagung hibrida JH 45 URI memilikipotensi hasil 12,6 t/ha dengan umurpanen 99 hari. Varietas ini juga tahanpenyakit bulai, karat daun, dan hawar

daun dataran rendah, toleran rebahakar dan batang, dan beradaptasi luasdi dataran rendah. Bijinya mengandunglemak 5,1%, protein 9,9%, dan karbo-hidrat 73,9%.

Jagung hibrida JH 36 merupakanhibrida silang tunggal dari persilanganantara galur murni Nei9008P sebagaitetua betina dengan galur murni GC14sebagai tetua jantan (Nei9008P x GC14).JH 36 berumur genjah, dapat dipanenpada umur 89 HST, serta toleran rebahakar dan batang. Tahan terhadappenyakit bulai, karat daun, dan hawardaun, jagung hibrida ini memiliki potensihasil 12,2 t/ha dengan rata-rata 10,6 t/ha. Kandungan lemak, protein, dankarbohidrat biji varietas ini masing-masing 5,0%, 8,0%, dan 74,7%.

Merupakan jagung bersari bebas,varietas Pulut URI 4 mengandungamilosa 3,8%, karbohidrat 74,2%, lemak4,5%, dan protein 10,0%. Pada musim

hujan, varietas unggul ini adaptif padalingkungan optimal dengan potensihasil 7,8 t/ha dengan umur panen lebihgenjah, 88 hari.dan pada musimkemarau adaptif pada lingkunganmarjinal.

Kedelai Unggul

Dua varietas unggul kedelai yang dilepasmasing-masing bernama Devon 1 danDega 1. Pengembangan kedua varietasini diharapkan dapat mendukungupaya percepatan peningkatanproduksi kedelai karena berdaya hasiltinggi. Varietas Devon 1 merupakan hasilseleksi atas persilangan varietas Kawidengan galur IAC 100, mampu ber-produksi 3,09 t/ha dengan rata-rata hasil2,75 t/ha. Angka ini lebih tinggi dariproduktivitas kedelai di tingkat petaniyang dewasa ini baru mencapai 1,3 t/ha.Varietas unggul ini juga tahan terhadappenyakit karat daun dan agak tahanhama penghisap polong, tetapi pekahama ulat grayak.

Devon 1 juga mengandungisoflavon yang lebih tinggi (2.220 μg/g)dibanding varietas Wilis (1.854 μg/g) danAnjasmoro (1.457 μg/g). Menurut DrMuchlish Adie, pemulia kedelai Balitkabi,senyawa isoflavon pada kedelai ber-manfaat mencegah beberapa penyakitseperti kardiovaskular, osteoporosis,dan bahkan dilaporkan dapat men-cegah kanker.

Varietas Dega 1 merupakan hasilpersilangan antara varietas Grobogandan Malabar. Selama pengujian dilapang, hasil tertinggi varietas unggul inimencapai 3,8 t/ha, dengan rata-rata 2,78t/ha. Sifat penting lain yang dimilikinyaadalah umur genjah (83 hari), biji besar(14,3 g/100 biji), agak tahan penyakitkarat daun, dan agak tahan hama peng-hisap polong. Kelemahannya, varietasDega 1 rentan ulat grayak. (HMT)Kedelai varietas Devon 1 mampu berproduksi 3,09 t/ha dengan kandungan isoflavon yang

lebih tinggi dibanding varietas Wilis dan Anjasmoro.