Berita Print

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Deskripsi

Citation preview

Rubrikasi Tabloid Kampus1. Cover depan

Sambutan dan Pengurus RedaksiAlhamdulillah,setelah tahun kemarin hanya bisa menerbitkan satu buletin, di awa tahun ini kami bisa menerbitkan satu Tabloid Caraka. Tentunya dengan bantuan seluruh pengurus redaksi Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kampus (Suaka) dan juga pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu. Demi terwujudnya kampus yang demokratis, yaitu ditandai dengan adanya informasi yang terserap oleh semua elemen kampus, tentunya peran lembaga pers mahasiswa sangatlah vital dalam hal iniLembaga Pers Mahasiswa (LPM) merupakan wadah yang tepat dalam mengatasi permasalahan permasalahan di atas. Selain memberikan konstribusi dalam menyebarkan isu yang berkembang di tataran Mahasiswa, LPM juga memiliki andil dalam penyampaian birokrasi terhadap pimpinan kampus rektorat /dekanat (Universitas/Fakultas) bahkan sampai kepada pemilik kampus sebenarnya dalam hal ini pihak yayasan. Namun, awal tabloid ini kami sebagai pengurus hanya bisa menyampaikan informasi yang dikemas dalam kertas berbentuk buku saja, tentunya masih banyak informasi yang masih belum kami sampaikan karena terbatasnya waktu dan logistik.Akhir kata, Wartawan Tanpa Bayaran yang menjadi prinsip Lembaga Pers Mahasiswa Suara Kampus dalam mencetak karya-karya kami. Bukan unsur materialistis yang ingin kami capai. Sebagaimana Sunan Kalijaga menjadikan seni sebagai dakwah, kami juga ingin menjadikan UKM LPM Suaka ini sebagai dakwah. Ya, Dakwah Pergerakan, demi terciptanya kampus yang kenyang akan kebenaran dan keadilan. Semoga.Salam Pers Mahasiswa . . . !Hanya ada dua Cahaya di dunia ini:Yang pertama adalah Cahaya Matahari yang menyinari dunia dari kegelapan malam.Yang kedua dan terakhir adalah Cahaya Pers yang menyinari dunia akan kebutaan informasiTtd

Pengurus Redaksi LPM

2. Mahasiswa Bertanya

Kampus IntelektualMahasiswa Terbaik 2014(Dea Sabilla R)

Rubrik CerdasTIPS MENULISTingkat kemampuan seseorang biasanya diukur dengan bagaimana dia menghasilkan sebuah karya, baik ditinjau dari segi kualitas karya atau dari banyaknya kuantitas karya yang diciptakan. Kemampuan seseorang tingkat untuk menghasilkan sebuah karya yang fantastis dan produktif, sebuah karya apapun jenisnya tidak langsung diperoleh secara praktis dan saklek. Perlu sebuah proses yang panjang untuk menciptakan sebuah karya. Bagimana dengan menulis, apakah bisa dikatakan sebuah karyaPepatah jawa mengatakan Nuliso Ben Dianggep Menungso (red: menulislah biar dianggap sebagai manusia) mengisyaratkan bahwasannya esensi dari sebuah tulisan menjadi tolak ukur keberadaan individu apabila ingin menjadi manusia yang benar-benar manusia bukannya manusia jadi-jadian. Dalam kesempatan disebuah seminar di Pekalongan, beberapa Tim LPM pernah meminta saran menulis pada seorang penulis sekaliber Darwis Tere Liye. Penulis buku Negeri Para Bedebah ini mengatakan Sejelek-jeleknya sebuah tulisan tetaplah sebuah kebaikan, maka menulislah agar selalu menebar kebaikan. Berikut tips-tips menulis hasil diskusi dari teman-teman LPM SUAKA Universitas Pekalongan:Tulis apa saja saat menemukan ideCari suasana yang pas untuk menulisOne day one paragraphBiasakan membacaBiasakan membawa alat tulisAwali dengan diaryManfaatkan barang bawaanMenggunakan bahasa yang simpelSelesaikan tulisanmu, jangan terpengaruh dengan tata bahasa dahulu, setelah itu lakukan editing

HeadlinePenarikan Kurikulum 2013

Dari Makrab menjadi AkrabJika ditinjau dari tata bahasa arab kata makrab berasal dari Akrab sebagai kata fiil madhi (predikat yang sudah terlaksana) yang artinya sudah menjadi, kemudian diubah menjadi Makrab sebagai maful bih (objek) nya dengan melalui proses tasrifiyah. Pastinya orang-orang berbau pesantren atau juga yang pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyyah akan mengetahui mekanisme perubahan kata tadi, bisa dilihat di Nadhom Amshilatut Tashrifiyyah pada Bab pertama dengan asumsinya faala yafulu. Agak ribet memang jika menggunakan tata aturan bahasa arab, jika dipaksa untuk memilih bahasa apa yang paling mudah antara bahasa inggris, bahasa indonesia, bahasa arab, kemudian bahasa jawa. Pastinya orang yang cerdas akan memilih bahasa Indonesia dan bahasa inggris, karena bahasa yang tidak disebutkan dalam kaimat ini mengandung tata bahasa yang luar biasa ribetnyaJika menganut kata-kata dengan perspektif tata aturan bahasa arab tadi mungkin bisa disamakan dengan kegiatan Makrab yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. Bagaimana tidak? Tujuan diselenggarakannya kegiatan Makrab ini adalah untuk meng-akrab-kan para mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini. Dilihat dari tanggal pelaksanaan kegiatannya, Makrab merupakan kegiatan yang diteruskan setelah kegiatan Propperti (red: ospeknya Unikal). Setelah mengikuti kegiatan rutinan tiap tahunnya tersebut, para mahasiswa digiring untuk mengikuti makrab dengan maksud agar membentengi para mahasiswa baru untuk berkegiatan, bersosialisasi.Sebanyak 300 peserta mahasiswa baru (Maba) mengikuti kegiatan malam keakraban atau yang lebih akrab dengan sebutan Makrab FKIP Unikal 2014. Kegiatan wajib yang baru diadakan dua kali ini bertempat di Ujung Negoro selama 2 hari satu malam. Sejak Siang hari Jumat Pada tanggal 11 Nopember 2014 para Maba dikumpulkan di halaman Universitas Pekalongan tepatnya di depan gedung A, kemudian diangkut menggunakan Truk dibawa ke tempat diadakannya Makrab sampai akhirnya mereka pulang pada hari Sabtu sore tanggal 12 Nopember 2014.Acara makrab kali ini tidak jauh berbeda dengan makrab sebelumnya, baik dari segi konsep maupun kegiatannya. Perbedannya mungkin lebih ke kendala yang dialami baik situasi maupun kondisi, sehingga ada beberapa kegiatan yang kami batalkan seperti di tiadakannya api unggun. Tutur Roro selaku wakil gubernur FKIP.Acara yang tahun kemarin bertempat di Linggo Asri ini memang banyak menemui pro dan kontra. Di satu sisi banyak manfaat yang dicapai akan adanya kegiatan ini seperti terjalinnya keakraban antara satu mahasiswa dan mahasiswa lainnya, antara mahasiswa baru dengan mahasiswa lama (red: mahasiswa semester 3, 5, dan 7), antara mahasiswa dengan dosennya. Namun kegiatan ini seperti terlihat menguras banyak tenaga dan membatasi mahasiswa untuk berkreasi seperti yang dituturkan wakil gubernurnya tadi.Menurut dari salah seorang panitia yang minta dirahasiakan namanya menuturkan, Kegiatan makrab ini banyak menguras tenaga dari para panitia. Selain melibatkan BEM FKIP sebagai pengendali utama dalam kegiatan ini, Himaprodi pun diikutsertakan dalam kegiatan ini agar nantinya bisa membantu dalam masalah tenaga dengan tujuan menyebandingkan antara banyaknya peserta dengan jumlah panitia. Maka dari itu dengan kondisi semacam tadi punggawa Himaprodi harus menjadi fighter beneran.Menyadari akan kekurangan kegiatan makrab ini perlu dievaluasi agar nantinya kegiatan makrab ini sesuai dengan tujuan aslinya mengakrabkan semua peserta dan panitia. Jadi pengorbanan yang mereka lakukan selama ini tidak sia-sia, baik pengeluaran biaya peserta yang dibilang cukup wah sebesar 50.000 rupiah, dan juga pengorbanan tenaga panitia yang pontang-panting.Menurut salah satu dekan, Pak Fahrudin, makrab tahun ini waktunya kurang sehingga kreativitas dari kegiatan pun kurang. semoga untuk kedepannya waktunya bisa mencukupi dan kreativitas dari mahasiswa juga bisa lebih di explore, tambahnya. Dalam pelaksanaannya, setiap peserta wajib membayar uang sebesar 50 ribu, yang nantinya akan dikelola oleh pihak BEM fakultas dan dikendalikan oleh pihak fakultas. semua itu nantinya kembali kepada peserta, baik dari transportasi maupun akomodasi selama kegiatan, jelas Bapak yang telah menjabat sebagai wakil dekan tersebut.

Secercah Harapan dari Fakultas BatikTidak asing rasanya mendengar kata secercah harapan, apalagi bagi mereka yang doyan mengkonsumsi buku. Ya benar, kata-katanya hampir mirip dengan Secercah Tinta buku karangan Al-Habib Luthfi bin Ali bin Yahya bin Hasyim. Ulama asli Kota Pekalongan ini menuliskan buku secercah tinta yang berbicara mengenai perjalanan seorang hamba dengan penciptanya. Dengan memadukan unsur tasawuf dan nilai-nilai sejarah dari sang rasul sampai pada para sahabatnya terciptalah sebuah karya tulisan yang layak dibaca, tidak hanya bagi para orang tua saja sebgai penyejuk hati tapi buku ini juga cocok untuk pemuda-pemudi yang sekarang mulai kehilangan nilai historisnya.Sekarang kita mulai dengan topik utama, yaitu secercah harapan dari seorang laki-laki paruh baya Dr. Asikin Sukatma Saputra. Saat kesempatannya hadir dalam seminar yang diadakan oleh Fakultas Batik, Laki-laki yang sudah lama tinggal di negar kincir angin (red: belanda) ini banyak memberikan harapan dan masukan bagi fakultas batik, fakultas termuda di lingkungan Universitas Pekalongan. Disini Tim Editor LPM Suaka selain mengaitkan antara secercah tinta dengan secercah harapan, laki-laki yang kerap dipanggil dengan Bapak Asikin ini juga asli kelahiran Kota Pekalongan sama dengan Habib Luthfi yang juga asli kelahiran kota batik.Perbedaan yang nyata adalah kalau Habib Luthfi itu mempunyai segudang kegiatan dakwah, sedangkan Bapak Asikin ini disibukkan dengan kegaiatan yang berbau pendidikan dan bisnis. Dalam rangka memeriahkan Dies natalis Fakultas Batik yang ke-3, para panitia dari BEM Fakultas Batik dengan sengaja mengundang Bapak Asikin untuk bisa langsung mengisi Seminar yang diadakan pada hari Jumat malam tanggal 5 Desember 2014. Menurut panitia pelaksana, Dengan pelaksanaan dies natalis ini, setidaknya dapat menjadi motivasi tersendiri bagi keluarga besar Fakultas Batik untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas dalam pembelajaran serta managemen fakultas salah satu diantaranya mengundang bapak Asikin sebagai pembicara dalam acara ini. Dan dies natalies ini rencananya akan dilaksanakan terus-menerus ditiap tahunnya. Sebab sebagai rasa syukur keluarga besar Fakultas Batik, imbuhnya. Tutur Bagus selaku ketua pelaksana dalam kegiatan ini. Sebab perayaan dies natalis merupakan sesuatu yang sakral bagi para akademisi dan jajaran dekanat. Nuansa kebersamaan, kekeluargaan dan keakraban terlihat jelas dalam perayaan ini (5/12/2014) lalu.Rangkaian acara yang di selenggarakan oleh panitia meliputi seminar, pameran batik dan potong tumpeng begitu terlihat meriah. Pasalnya seminar dengan tema Membidik Pasar Batik Eropa, Memahami Selera Eropa dengan pemateri Dr. Asikin Sukatma Saputra warga asli Pekalongan yang sudah lama tinggal di luar negeri (Belanda). Beliau berharap batik Indonesia mampu menembus pasar Eropa dengan warisan budayanya tersebut.Indonesia harusnya berkarya dengan seni kreatifitasnya sendiri. Orang diluar negeri sudah mengenal Indonesia dan juga batiknya. Bukan hanya sekadar mengenakan hasil karyanya, tapi bagaimana kita mengenal lebih jauh unsur/filosofi batik itu sendiri, tutur Bapak Asikin.Dengan adanya Fakultas Batik di Universitas Pekalongan, setidaknya bisa mendongkrak kreativitas para pengrajin Batik. Selain itu, setidaknya di Fakultas ini tidak hanya di ajarkan bagaimana proses membuat bati, tapi bagaimana cara mengembangkan potensi batik sebagai warisan budaya, imbuhnya.Patut diapresisi, pihak Universitas Pekalongan yang mengeluarkan idenya untuk membuka program studi batik pada tanggal 5 Desember 2011 silam. Universitas Pekalongan yang berkedudukan di kota produsen batik dunia, sudah selayaknya membuka program studi D-III Teknologi Batik. Secara sosial dan budaya Unikal telah mengangkat citra batik yang sudah diakui dunia itu.Program studi D-III Batik ini merupakan sebuah upaya serius Unikal dalam ikut mempertahankan dan mengembangkan batik sebagai warisan dunia sebagaimana telah diakui Unesco. Sebab, di dalam salah satu klausul pemberian gelar warisan budaya Unesco tersebut menyebutkan bahwa salah satu komitmen yang harus dilakukan oleh suatu negara yang mendapatkan gelar pengakuan itu adalah upaya serius negara dalam melestarikan dan mengembangkan salah satu mata budaya tersebut di dalam keilmuan.Fakultas yang terbilang masih belia ini, kini sudah berakreditasi B di tambah lagi peminat Fakultas ini lumayan banyak. Bukan hanya dari warga sekitar Pekalongan yang melirik Fakultas Batik UNIKAL, namun dari luar Negeri juga ada. Akina, salah satu mahasiswa Fakultas Batik yang berasal dari Jepang. Suatu kebanggaan tersendiri ketika ada warga asing yang belajar di UNIKAL. Dalam potong tumpeng, Akina juga di daulat sebagai penerima potongan tumpeng pertama yang di serahkan secara langsung oleh Dekan Fakultas Batik (Zahir Widadi, S.S., M.M.).Inilah beberapa secercah harapan dari kampus Universitas Pekalongan, terlahir dari sebuah program studi batik muncullah harapan-harapan yang nantinya akan menjadi kebanggaan Unikal tersendiri dan wong kalongan secara umum. Mungkin Fakultas yang sekarang menempati Gedung E ini bisa menjadikan pendongkrak bagi fakultas besar lainnya agar semangat menjadikan Universitas Pekalongan panutan tidak hanya di tataran lokal maupun nasional namun internasional. Seperti halnya Fakultas Batik yang mengenalkan Universitas Pekalongan kepada Negara Jepang lewat mahasiswanya bernama Akira.

Sekilas InfoKegiatan terdekat tiap UKM

ReferensiReview film dibalik 98

Kisah InspiratifKisah Mahasiswa Inspiratif

Dosen KitaProfil Dosen

TausiyahSenyum, Shodaqoh Bagi SaudaramuOleh: Khizanaturrohmah

Hal sepele dan ringan tapi bernilai ibadah itulah senyum. Senyum kita kepada saudara kita adalah ibadah. Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa senyum itu ibadah, "Tersenyum ketika bertemu saudaramu adalah ibadah." (HR. Trimidzi, Ibnu Hibban, dan Baihaqi). Tapi jangan sampai kita senyum-senyum sendiri ntar dikira kenapaaa gituuu.... Rasulullah SAW. juga bersabda, "Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar makruf dan nahi mungkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah." (HR. Tirmizi dan Abu Dzar).Salah seorang sahabat, Abdullah bin Harits, pernah menuturkan tentang Rasulullah SAW., "Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah SAW". (HR. Tirmidzi).Namun terkadang walaupun ringan, masih banyak diantara kita yang meremehkan senyuman. Penyebabnya bisa macam-macam, ada yang enggan, merasa sungkan, cuek, acuh tak acuh, ataupun malu. Meskipun ringan, senyum merupakan amal kebaikan yang tidak boleh diremehkan. Rasulullah SAW. bersabda, "Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun, sekalipun itu hanya bermuka manis saat berjumpa saudaramu." (HR. Muslim).Mungkin kita sering berpikir bahwa sedekah itu berkaitan erat dengan harta benda seperti pemberian uang, pakaian, atau apa pun yang bisa langsung dinikmati penerima dalam bentuk materi. Hal itu juga mungkin yang ada dalam pikiran para sahabat Rasulullah SAW., sehingga mereka sangat gelisah kemudian mempertanyakannya.Oleh karena itu, kalau bisa seorang Muslim tidak membiarkan satu hari pun berlalu tanpa dirinya terlibat dalam kegiatan bersedekah. Minimal sebuah senyuman. Jika kita punya wawasan sempit mengenai pengertian bersedekah, tentu hal itu menjadi mustahil.Ada beberapa keistimewaan sedekah. Di antara keistimewaan sedekah itu adalah menolak bala (musibah). Dari Sayyid Ali Ar-Ridha, dari Sayyid Ja'far Ash-Shadiq, dari Sayyid Ali Zainal Abidin, dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu Anhum, bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Sedekah itu dapat menghindarkan diri dari kematian yang tidak baik, menjaga diri dari tujuh puluh macam bencana."Imam Ibnul Qoyyim RA. dalam bukunya al-Wabil ash-Shayyib berkata, "Sesungguhnya sedekah bisa memberikan pengaruh yang menakjubkan untuk menolak berbagai bencana, walaupun pelakunya orang yang Fajir (pendosa), zalim, atau bahkan orang kafir."

Jendela DuniaArtikel kecanggihan teknologi dalam dunia pendidikan

GaleriFoto-foto

Pokam (Pojok Kampus)Kuliah Gak Harus di KelasSetiap kali kita mendengar kata belajar identik dengan sesuatu yang seram dan membosankan, paradigma atau pola pikir yang dianut oleh pemuda sekarang kebanyakan berorientasi pada kepragmatisan belaka. Sesuatu yang wajar dalam era sekarang, dengan berkembangnya teknologi yang canggih berpengaruh pada hilangnya keseriusan para muda-mudi dalam mencari ilmu. Dengan adanya monster yang menyeramkan tersebut esensi dari belajar menjadi kabur seiring dengan pemaknaan kata belajar yang menjadi kewajiban bukan sebuah kebutuhan.Kuliah hanyalah bagian kecil dari belajar, sejarah tanah air kita membuktikan dengan adanya pesantren dan padepokan bahwa akar belajar tidak hanya tertutup di ruang seperti sekarang dengan nama kuliah. Sistem pembelajaran yang tertutup dalam ruang dengan segala peraturannya membuat ekspresi dan kreasi para subjek belajar dalam hal ini adalah mahasiswa menjadi monoton dan kehilangan arah. Lalu apa solusi dari permasalahan ini, perlukah konsepsi baru dengan sistem pembelajaran di perkuliahan sekarang? Bagaimana dengan kuliah di luar kelas, apakah tepat jika diterapkan dalam dunia perkuliahan?Berkaitan dengan sebuah konsepsi baru, kami mendapati salah satu dosen yang belakangan ini menerapkan pembelajaran baru yang tidak terkungkung dalam suatu ruang kelas. Dosen yang kerap disapa dengan nama Pak Har pengampu mata kuliah Apresiasi Puisi, Kajian Puisi, Apresiasi Drama dan Kajian Drama sering melakukan kegiatan kuliah di luar kelas. Pada dua bulan awal perkuliahan, beliau memberikan teori-teori dalam pengajarannya dan selanjutnya adalah praktek yang kerap kali dilakukan di luar kelas seperti di pantai, gunung maupun di taman wilis yang terletak tidak jauh dari kampus.Laki-laki berkarismatik ini menuturkan bahwa konsep perkuliahan di luar kelas seperti halnya sebuah games yang bisa menunjang mahasiswa. Sebagai contoh dalam mata kuliah drama ada olah tubuh, olah vokal, dan kemampuan berkonsentrasi, hal tersebut juga diterapkan dalam games atau permainan yang ia berikan di sela-sela latihan di luar kelas. Terbukti bahwa respon mahasiswa jauh lebih antusias dan sangat menikmati.Efektif atau tidaknya suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil output semata namun proses dalam penerimaan pembelajaran itu sendiri merupakan point penting yang perlu untuk diperhatikan. Proses belajar yang terlalu mendikte dan hanya berkutat pada teori selalu memberikan ketegangan dimana otak tidak dapat menstimulus informasi dengan maksimal. Proses pembelajaran dengan suasana baru memang perlu sesekali diterapkan untuk mengurai ketegangan yang ada. Dosen yang memiliki hobi touring juga menambahkan bahwa perkuliahan di luar kelas walaupun untuk satu pertemuan namun bobot yang diperoleh lebih dieksplorasi dan mudah diingat oleh mahasiswa daripada teori di dalam kelas. Konsep tersebut juga mampu merangsang mahasiswa untuk lebih aktif dalam berpikir dan memecahkan suatu permaslahan. Meskipun demikian tetap perlu adanya kombinasi diantara keduanya. Ketika pemahaman teori sudah habis di dalam setelah itu baru explore (keluar), ucapnya.

Sastra dan BudayaKumpulan Puisi dan cerpenPerindu Hujanoleh: Ana ceria

kala langit menggemuruh duduk diamlekat tataptengadah tanganmeraba hujan

titik menitiksorak sorai gempita dalam dadahujan merebakrejeki langit menyapatangan-tangan Tuhan berkelana

Ia dan hujanadalah cintamenyemat asapada payung kecilnya

Semburat Kerlip di Langit JinggaBy Nella M.

Menghitung senjaMengguratkan kenangannyaBersandarkan kelembutan lembayung

Ufuk barat mulai menampakkan warna jinggaIrama yang mendayu-dayuMengikuti tenggelamnya sang penerang dunia

Mata yang berkilauanMenunggu taburan cahayaBak pasir yang menghamparSaling belombaMenampakkan kerlipnya

Tetap BertahanBy Nella M.

Masih tersadarDalam dekapan gelapSerasa diangkasa luas

Dengan bertebaran alas-alas penopang hidupSuara sunyi senyap

Diiringi desauan alunan-alunanMasih tersadarTerasa berat memang

Namun masih tetap tahanUntuk bertahanYang mulai pasrahDemi menunggu sinar-sinar senjaYang akan terus berulang

TuhorLangit masih menunjukkan kemegahan jubah kelamnya. Semilir angin malamyang masuk silih berganti dari celah jendela kamar yang sengaja kubuka sedikit, mengusikku untuk segera bersuara. Aku masih diam. Gangguan angin tak mampu menggetarkan indra perasaku. Partaonan, kekasihku yang sedari tadi menantikan untaian kata dari mulutku semakin lemas dan pasrah. Aku semakin diam. Bisu. Di sisa keputusasaannya, Partaonan mengulangi kembali pertanyaannya. Pertanyaan yang jawabannya menyangkut masa depan kami berdua.Hasian[footnoteRef:1], kita sudah berpacaran selama lima tahun, sudah pernah merasakan susah dan senang bersama. Tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apa rentetan kisah yang kita bangun bersama ini belum cukup untuk menyakinkanmu bahwa aku bisa membahagiakanmu. Apakah jalinan suci yang telah kita bangun akan putus hanya karena tuntutan dari kedua orang tuamu? [1: Sayang ]

Dia melanjutkan, Kita sudah dewasa hasian, kita berhak menentukan masa depan kita. Kenapa harus mematuhi aturan adat yang mempersulit kita untuk bersatu? Ayolah hasian, tentukan pilihanmu agar aku bisa menentukan langkahku untuk kita. Aku rasa cara terbaik adalah kita kawin lari saja. Tidak akan ada orang yang mencela. Sekarang zamannya sudah beda. ini zaman modern. Hidupku ya hidupku, hidupmu ya hidupmu. Atur dan urus kehidupan masing-masing.Aku masih diam tak bergeming.Aku tidak bisa hidup tanpamu hasianku. Aku sudah terlanjur sayang kamu.Apa pernah aku melanggar aturan yang kau buat sendiri? Atau apa aku pernah meninggalkanmu di saat kamu terpuruk? Apa saja yang kamu minta selalu aku usahakan, dan jarang sekali usahaku untuk memenuhi permintaanmu itu gagal. Aku pasti datang dengan apa yang menjadi pesananmu.Malam semakin pekat, kau pun semakin hanyut dalam kekalutan. Pikirkanlah hasian. Putuskan apa yang terbaik untuk kita. Besok malam aku akan datang lagi untuk menagih keputusanmu itu. Itu adalah kunjungan terakhirku. Kuharap keputusanmu tidak mengecewakanku. Beristirhatlah hasianku, selamat malam.Kudengar Partaonan mulai meninggalkan jejak kakinya di bawah jendelaku. Semakin jauh ia melangkah. Semakin pilu rasa hatiku.Ingin rasanya aku mengikuti jejak langkahnya.Namun, aku tak sanggup melakukannya.Aku cinta dia tapi aku juga cinta dan butuh keluargaku.Tak bijak rasanya jika aku meninggalkan keluarga yang begitu peduli dengan kehidupanku.Sudah tiga malam berturut-turut aku dan Partaonan markusip[footnoteRef:2]. Namun, aku belum bisa meyakinkan diriku untuk mengambil satu keputusan. Terlalu berat untukku meninggalkan keluarga ini, di sisi lain aku ingin sekali hidup bersanding dengan kekasihku. Aku pikir sikap baik dan terbuka keluargaku untuknya merupakan lampu hijau untuk hubungan kami. Keluargaku memang tidak pernah melarangku untuk bergaul dengan siapa saja selama aku nyaman. Namun, untuk masalah calon suami ternyata keluargaku memilki pandangan yang berbeda. Terngiang kembali diingatanku kejadian minggu kemarin pada saat Partaonan membawa kedua orang tuanya ke rumahku dan bermaksud melamarku. [2: Artinya berbisik.Kegiatan markusip dilakukan pada waktu tengah malam agar tidak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini, pemuda dengan cara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah tempat kekasihnya tidur. Kemudian dengan menggunakan sandi atau kode sang pemuda akan membangunkan kekasihnya dari balik dinding atau jendela rumah tersebut. Untuk membangunkan sang kekasih, biasanya pemuda menjentik-jentik jendela rumah dengan jari tangannya secara perlahan-lahan.]

Kedatangan mereka disambut hangat oleh kedua orang tuaku.Dengan sedikit malu-malu tapi tanpa mengurangi keraguannya Partaonan angkat bicara. Kedatangan saya kali ini agak berbeda dengan sesudahnya. Kali ini saya membawa kedua orang tua saya untuk membuktikan kesungguhan hati saya kepada boru Udak, Zizah. Barangkali udak juga sudah mengetahui hubungan serius yang saya jalani dengan Zizah.Mendengar pengakuan dari Partaonan, kedua orang tua saya tidak menunjukkan perubahan ekspersi. Wajah mereka tetap tenang dan santai. Tidak adak perubahan. Melihat raut wajah kedua orang tuaku yang masih tetap hangat namun belum memberikan tanggapan, Pardomuan, ayah Partaonan bersuara. Keluarga kami sebenarnya tidak layak untuk mamungut boru[footnoteRef:3] dari keluarga kamu. Siapalah saya dan siapa kamu. Saya hanya seorang petani sedang kamu seorang pegawai negeri.Tapi saya lihat kamu adalah orang yang tidak membeda-bedakan status. Itu yang membuat saya berani melangkahkan kaki memasuki rumah ini, mengantarkan anak saya untuk mengutarakan keinginannya. Ucap ayah Partaonan tenang. [3: Artinya mengambil boru (anak perempuan)]

Kedua orang tuaku tetap tidak merubah ekspresi wajahnya mendengar tuturan Pardomuan.Namun masih tetap belum juga memberi respon.Keluarga Partaonan pun memilih tak mengeluarkan kalimat lagi sebelum kalimat mereka yang sudah terlanjur dikeluarkan mendapat respon. Setelah beberapa saat hening. Akhinya ayahku membuka katup mulutnnya, dan mengeluarkan satu kalimat.Berapa tuhor[footnoteRef:4] yang kau siapkan untuk boruku? tanyanya tenang. [4: Merupakan sejenis mahar yang menjadi tradisi turun temurun dari masyarakat Mandailing Natal.Menjadi hukumyang tidak tertulis dalam perjanjian pernikahan namun memiliki nilai historis dan sosiologis yang subtantif.Tuhor merupakan hak dari boru untuk kesejahteraannya.Besarnya tuhor ditentukan oleh tingkat pendidikan dan status boru tersebut di masyarakat.Dan biasanyanya pihak dari boru yang menentukan besarnya tuhor. Tuhor bisa dibayar tunai atau ditangguhkan sesuai kesepakatan.]

Partaonan sedikit kaget mendengar tuturan ayahku. Dia mengira kedudukan ayahku sebagai pegawai negeri akan merubah cara pandangnya. Ternyata tidak. Ayahku mempersoalkan tuhor untukku. Itu artinya, ayahku masih memegang teguh aturan adat dan memberlakukannya untuk kami. Dengan sedikit ragu Partaonan mengatakan.Saya punya uang dua juta untuk tuhornya Udak.Jawab Partaonan dengan suara yang dipelankan.Dua juta? Apa menurutmu itu layak kau berikan untuk boruku? tanya ayahku.Sebelumnya mohon maaf Udak. Saya rasa kita tidak usah terlalu mempersoalkan besarnya tuhor. Yang terpenting saya punya uang yang cukup sebagai mahar dan menggelar horja[footnoteRef:5]di pernikahan kami.Itu sudah cukup. Ucap Partaonan hati-hati. [5: Acara adat]

Iya saya yakin itu.Kamu sudah mempersiapkan segalanya untuk bisa menyanding boruku.Namun, perlu diingat. Kita ini adalah suku Batak Mandailing. Kita punya adat yang harus dijunjung tinggi demi menghormati leluhur-leluhur kita.Jika kau ingin menikahi boruku. Nikahi dia secara adat. Harus ada tuhornya. Dan penuhi tuhor itu sesuai dengan keadaan boruku Ayahku berpendapat.Partaonan diam sejenak dan memberanikan diri untuk menanyakan berapa tuhor yang diminta Ayahku.Meskipun aku yakin dia hanya ingin tahu berapa ayahku menghargai aku dengan rupiah tanpa bisa menyanggupi permintaan ayahku tersebut.Saya tidak terlalu mematok berapa tuhornya.Semua itu saya kembalikan lagi ke kau sebagai seorang yang mengaku mencintai anak saya. Kau sudah tahu dan melihat.Anak saya baru saja menyelesaikan S2 di USU (Universitas Sumatra Utara). Dia mengambil S2 dengan gajinya sendiri sebagai seorang Guru di SMA. Kau tentu dapat mengira berapa tuhor yang pantas diberikan untuk anak saya. Nada ayahku tetap tenang menguraikan kalimat ini.Kulihat Partaonan berpikir keras.Saya rasa tiga puluh juta rupiah adalah harga yang sesuai untuk boru udak.Tapi udak juga tau dan melihat sendiri keadaan saya dan keluarga saya.Saya hanyalah seorang supir angkot.Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengumpulkan tuhor sebanyak itu.Jadi tolong beri saya kemudahan agar tuhornya ditangguhkan.Saya akan menyicilnya setiap bulan.Ayahku langsung membantah pendapat itu dengan lembut. Boruku selama kuliah tidak pernah menangguhkan biaya. Dia menggapai angannya setelah ada biaya yang cukup ditangannya. Jika tuhornya ditangguhkan dan kau menyicil selama sebulan sekali. Aku rasa nilai rasa dari tuhor tersebut sudah berkurang, karena pasti boruku akan menggunakan tuhor yang menjadi haknya itu untuk kebutuhan rumah tangga kalian. Dan aku tidak mengharapkan itu terjadi. Ayahku mengucapkannya tetap dengan nada tenang.Amarah Partaonan mulai terpancing, dengan sedikit bertenaga dia melontarkan kalimat panas ke muka ayahku. Tuhor itu bisa dicari udak.Tapi butuh waktu. Apa udak tega melihat aku dan boru udak terbelenggu demi memenuhi kebutuhan adat yang latah? tanyanya berapi-api.Dengan santai ayahku menjawab, Aku hanya mengikuti adat.Apakah kita harus selalu mengikuti adat yang terkadang malah mempersulit kita dalam menjalani kehidupan ini udak? Hidup hanya sekali, manfaatkan itu dengan sebaik-baiknya.Ucap Partaonan dengan masih berapi-api.Justru adat dibuat untuk memudahkan serta menyadarkan kita dalam menjalani kehidupan sesuai dengan kemampuan kita. Aku memintamu memberi tuhor besar kepada boruku bukan karena aku ingin mempersulit melainkan karena aku memikirkan kesejahteraannya.Dia sarjana S2, dia layak sejahtera. Jika kau tidak sanggup mensejahterakan boru S2, cari boru lain yang mampu kau sejahterakan sesuai dengan kemampuanmu. Jangan memaksakan kehendak jika tidak mampu.Bersikaplah qonaah, menerima rezeki yang ditetapkan oleh Allah untukmu. Aku rasa itu lebih bijak daripada kau menyiksa dirimu sendiri untuk mendapatkan apa yang kau mau. Tidak semua keinginan dapat dikabulkan. Tutur ayahku yang masih menjaga sikap tenangnya.Mendengar tuturan ayahku tersebut, Partaonan tidak memiliki perbendaharaan yang tepat untuk membalasnya. Akhirnya dia pergi meninggalkan kedua orangtuaku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Melihat aksi anaknya, kedua orang tua Partaonan mengikuti hal yang sama. Ayah dan ibuku menyaksikan dengan saksama kepergian mereka tanpa ada komentar. Aku mendengarkan semua perbincangan mereka dari dalam kamar, tapi aku tidak berani menanyakan atau meminta solusi kepada ayahku agar aku bisa bersanding dengan kekasihku.Sebenarnya tanpa tuhor pun aku yakin Partaonan pasti bisa mensejahterakan aku dengan kasih dan sikap tulusnya. Namun, ayahku berkehendak lain atas diriku dan calon suamiku. Ayah dan ibu bersikap seperti biasanya tanpa menganggap apa yang terjadi merupakan masalah bagiku. Mereka tidak pernah menyinggung masalah itu dengan menanyakan bagaimana sebenarnya keinginanku, aku juga tidak berani jika harus membuka suara terlebih dahulu untuk membahas masalah ini.Malam setelah kejadian itu, Partaonan mendekati jendela kamarku untuk markusip. Dia mengajakku untuk kawin lari saja agar kami dapat bersama tanpa harus memikirkan adat yang membelenggu kisah cinta kami karena ketidakberdayaan ekonominya. Tiga malam sudah dia mendatangiku, tapi aku belum bisa mengambil keputusan. Dan tadi dia berkata bahwa besok adalah kunjungan terakhirnya, tapi aku tetap belum bisa menentukan pilihan. Beberapa hari kemudian kampungku geger karena seorang petani menemukan mayat yang hampir sempurna busuk di sungai Batang Gadis.