35
Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin Guru Berkualitas Menghasilkan Pendidikan Yang Berkualitas - Dalam konsep yang lebih luas, kualitas pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pendidikan yang menyangkut proses dan atau hasil ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu. Proses pendidikan merupakan suatu keseluruhan aktivitas pelaksanaan pendidikan dalam berbagai dimensi baik internal maupun eksternal, baik kebijakan maupun oprasional, baik edukatif maupun manajerial, baik pada tingkatan makro (nasional), regional, institusional, maupun instruksional dan individual; baik pendidikan dalam jalur sekolah maupun luar sekolah, dsb. Dalam bahasan ini proses pendidikan yang dimaksud adalah proses pendidikan Proses pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Kualitas pendidikan bukan terletak pada besar atau kecilnya sekolah, negeri atau swasta, kaya atau miskin,

Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perbandingan metode pendidikan

Citation preview

Page 1: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Guru Berkualitas Menghasilkan Pendidikan Yang Berkualitas - Dalam konsep yang lebih luas,

kualitas pendidikan mempunyai makna sebagai suatu kadar proses dan hasil pendidikan

secara keseluruhan. Kualitas pendidikan yang menyangkut proses dan atau hasil ditetapkan

sesuai dengan pendekatan dan kriteria tertentu. Proses pendidikan merupakan suatu

keseluruhan aktivitas pelaksanaan pendidikan dalam berbagai dimensi baik internal maupun

eksternal, baik kebijakan maupun oprasional, baik edukatif maupun manajerial, baik pada

tingkatan makro (nasional), regional, institusional, maupun instruksional dan individual; baik

pendidikan dalam jalur sekolah maupun luar sekolah, dsb. Dalam bahasan ini proses

pendidikan yang dimaksud adalah proses pendidikan Proses pendidikan yang berkualitas

ditentukan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Kualitas pendidikan bukan terletak pada

besar atau kecilnya sekolah, negeri atau swasta, kaya atau miskin, permanen atau tidak, di

kota atau di desa, gratis atau membayar, fasilitas yang “wah dan keren”, guru sarjana atau

bukan, berpakaian seragam atau tidak. Faktor-faktor yang menentukan kualitas proses

pendidikan suatu sekolah adalah terletak pada unsur-unsur dinamis yang ada di dalam

sekolah itu dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Salah satu unsurnya ialah

guru sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat institusional dan

instruksional.

Page 2: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Guru yang Berkualitas

Berkenaan dengan kualitas guru ini maka Raka Joni mengemukakan ada tiga dimensi umum

yang menjadi kompetensi tenaga pendidikan yaitu sebagai berikut: 1) Kompetensi Personal

atau Pribadi yaitu seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap yang patut

diteladani; 2) Kompetensi profesional yaitu seorang guru harus memiliki pengetahuan yang

luas, mendalam dari bidang studi yang diajarkan, mampu memilih dan menggunakan

berbagai metode mengajar; dan 3) Kompetensi kemasyarakatan yaitu seorang guru harus

mampu berkomunikasi baik dengan siswanya, sesama guru maupun maupun masyarakat

laus.[1] Sahabat-sahabat membumikan bisa baca juga mengenai 'Pendewasaan Karakter

Pendidik'

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Tentang hal ini, sahabat-sahabat bisa baca postingan mengenai 'Guru

Ujung Tombak Pendidikan' Ada dua hal penting yang melekat pada seorang guru yaitu

sebagai tenaga pengajar dan sebagai tenaga pendidik. Dalam Undang Undang nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 butir 1 menjelaskan bahwa guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Makna guru yang

dijelaskan dalam Undang-Undang tersebut adalah guru sebagai tenaga pendidik yang

profesional, dengan tugas-tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing,

Page 3: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi. Jadi tidaklah tepat bila seorang guru itu

hanyalah berlakon sebagai bangcing concep seperti yang disebutkan oleh Paulo Freire.

Untuk menjadi seorang guru profesional yang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik

yang baik tidaklah mudah, karena sasaran dari apa yang dilakukan oleh seorang guru adalah

bukan saja sekedar seseorang itu mengetahui akan tetapi juga harus memahami apa yang ia

ketahui dan selanjutnya secara sadar ia mampu berbuat dan dapat bertanggung jawab atas

apa yang telah ia lakukan itu baik terhadap dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan

lebih jauh lagi ia mampu mempertanggung jawabkan semuanya kepada Allah SWT.

Kompetensi Guru Profesional

Seorang guru profesional harus memahami dan menyadari bahwa dalam proses pendidikan

itu tidaklah tepat bila siswa itu selalu dibimbing untuk membentuk aspek intelligence

quotient (IQ) saja akan tetapi harus berimbang dengan aspek emotional quotient (EQ).

Daniel Golmen menjelaskan bahwa IQ itu hanya menyumbangkan 20 % terhadap

keberhasilan seseorang, dan 80 % selebihnya ditentukan oleh aspek EQ. Dengan demikian

dalam aspek emotional quotient ini tentu seorang guru profesional berusaha agar pada diri

seorang peserta didik harus terwujud karakter manusia seperti dijelaskan oleh Patricia

Patton yaitu adanya self-awareness, mood management, self- motivation, impluse control

dan people skills.

Page 4: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Advertiser

Berdasarkan pandangan Daniel Golmen dan Patricia Patton di atas maka akhir dari sebuah

proses pendidikan adalah diharapkan dapat mewujudkan kemampuan intelektual melalui

aspek pengajaran dan kemampuan emosional melalu aspek mendidik yaitu adanya

kesadaran diri (self-awareness), memiliki ketrampilan untuk memanej suasana hatinya

(mood management) sehingga memiliki rasa optimis, sabar, kreatif, selalu bersemangat,

selalu positif tingking dan lain sebagainya. Selain itu dengan kecerdasan emosional seorang

peserta didik mampu memotivasi dirinya untuk selalu berbuat yang terbaik (self-

motivation), mampu mengendalikan dirinya dalam situasiyang sulit (impluse control) dan

pada akhirnya melalui kemampuan emosional akan melahirkan sejumlah ketrampilan

(people skill) yang dapat menjadi bekal untuk mewujudkan kemandirian hidupnya dimasa

yang akan datang. Dalam konsep lain seperti rumusan prinsip-prinsip pendidikan oleh

Jacques Delors dalam dokumen komisi pendidikan UNESCO berjudul learning the treasure

within bahwa pendidikan harus mendorong jiwa seseorang agar dapat;

belajar untuk mengetahui (learning to know),

belajar untuk berbuat (learning to do),

belajar untuk menjadi seseorang (learning to be) dan

belajar untuk dapat hidup bermasyarakat (learning to live together).

Oleh karena itu seorang guru profesional harus memiliki kemampuan emosional pula, atau

setidaknya seorang guru harus memiliki jiwa yang efektif atau memiliki karakter yang baik

dalam proses pendidikan. Imam Al Gazaly menyebutkan bahwa seorang yang hendak

menjadi guru harus memiliki adab diantaranya yaitu; Selalu menunjukkan kasih sayang

Page 5: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

kepada peserta didik; Memperlakukan peserta didik sebagai anaknya sendiri; Menjadi

contoh dan teladan bagi peserta didik; Tidak menyimpan suatu nasehat kepada peserta

didik untuk hari esok; Dan Selalu menasihati peserta didik serta mencegah darinya atas

perbuatan yang tercela.[2] Gary A. Davis dan Margaret A.Thomas dalam buku Effective

Schools and Effective Teacher menyebutkan bahwa ciri-ciri seorang guru yang efektif adalah

memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim kerja, strategi manajemen, pemberian

umpan balik atau penguatan, dan kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri.

Untuk menjadi seorang guru yang profesional, berkualitas dan efektif sebagai seorang

pendidik itu tidak hanya memiliki kemampuan menguasai pengetahuan pada bidang

tertentu saja, akan tetapi harus memiliki kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan

siswa bahkan oleh Al-Gazaly harus menganggap siswa seperti anaknya sendiri atau oleh

Margaret A. Thomas seorang guru harus mampu menunjukkan sikap interpersonal yaitu

menunjukkan sifat empati, memberikan penghargaan dan adanya sifat ketulusan dalam

berhubungan dengan siswa. Selain itu perlu di ingat bahwa seorang guru yang baik dan

berkualitas adalah ia harus dapat menjadikan dirinya sebagai uswatul hasanah, oleh Raka

Joni dijelaskan memiliki kepribadian yang mantap yang patut diteladani. Oleh karena itu

akhlak dan moral seorang guru dalam kehidupan sehari-hari perlu dijaga dan ditata secara

baik agar dapat menjadi teladan bagi siswa.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

pada pasal 28 yang menjelaskan tentang Standar Pendidikan Tenaga Kependidikan pada

Page 6: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

ayat 1 disebutkan bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi

sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksud pada ayat

tersebut lebih diperinci pada ayat 2 yaitu tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi

oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang

relevan. Sedangkan kompetensi pendidik yang dimaksud pada ayat 1 adalah seperti

disebutkan pada yat 3 Kompetensi sebagai agen pembelajaran yang meliputi: Kompetensi

pedagogik; Kompetensi kepribadian; Kompetensi profesional; dan Kompetensi sosial. Oleh

karena itulah maka guru sebagai pendidik yang baik harus mengambil peran dalam 3

lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sekian semoga bermanfaat.

SISTEM PENDIDIKAN NEGARA KHILAFAH

Pendidikan adalah asset berharga bagi bangsa. Kualitas pendidikan menentukan kualitas generasi suatu bangsa. Kalimat-kalimat tersebut sepertinya tidak asing lagi di telinga kita, bahkan dijadikan sebagai motivasi dalam setiap pidato para pemangku kekuasaan dalam perbaikan sistem pendidikan di negeri ini. Namun pada faktanya ternyata potret buram pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun semakin memburuk. Kualitas SDM hasil didikan di Indonesia kian buruk, lulusan yang di hasilkan berfokus hanya agar menjadi seorang pekerja pabrik tanpa di motivasi menghasilkan karya sendiri, pengangguran juga terus meningkat

Page 7: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

pada tahun 2006, jumlah pengangguran dari lulusan universitas telah mencapai 385.000 orang (Kompas, 22/9/2006). Bukan hanya itu degradasi moral yang semakin ambruk terjadi di negeri ini kasus contek mencontek bukan hal baru bahkan sudah terbiasa, yang ga nyontek sok pinter and yang ga nyontekin termasuk teman yang pelit maka kudu dimusuhin. Ini terjadi pada Siami bocah kelas enam SD yang memegang penuh kejujuran, tidak mau memberikan jawaban ujian malah di usir bahkan di cemooh oleh orang tua murid yang lain (www.wordpress.com, 13/06/2011).

Begitu juga dengan fenomena UN tiap tahun UN tiap tahun pula terjadi kebocoran soal. Tahun 2010 kebocoran terjadi di 8 daerah Medan, Jakarta, Aceh, Jambi, Lampung, Jawa Timur , Palu dan Banten (SMAN1 Serang dan SMAN3 Serang) (antara/FINROLL News). Plagiarisme pun marak terjadi di Indonesia bahkan di bidang ilmiah yang terjadi di beberapa perguruan tinggi negeri dan biasanya terjadi pada program master dan doktor, contoh seperti kasus dugaan plagiat (penjiplakan) karya ilmiah yang diduga melibatkan guru besar Untirta, Prof Dr Sholeh Hidayat. (radarbanten.com, 16/02/2010). Ketua senat akademik IPB, Prof.Ir  Dudung Darusman bahwa kasus plagiat terjadi di semua perguruan

Page 8: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

tinggi baik PTN maupun PTS, namun ada yang terungkap dan ada yang tidak terungkap.(tempo interaktif).

Adapun Program RSBI/SBI, kenyataannya hanya dinikmati segelintir anak bangsa dari keluarga mampu yang sanggup membayar harga berkisar dari Rp 30 juta hingga Rp 60 juta dengan biaya bulanan sekitar Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per bulan.  Jelas anak orang miskin DILARANG KERAS untuk bisa menikmati RSBI (yang dipandang sekolah ‘unggulan’). Selain itu program ini juga mengharuskan sekolah berikut kepala sekolah berbondong-bondong melakukan studi banding ke luar negeri untuk mengekor konsep Negara-negara barat, seperti yang dilakukan oleh 41 orang Kepala SMP se-Semarang bersama Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang studi banding ke singapura terkait dengan pengembangan SBI (beritasore.com/3 juni/2008). Demikian juga yang dilakukan 30 kepala sekolah SD-SMP-SMA kota bandung, sukarela mengeluarkan biaya 10 juta untuk melakukan kunjungan ke tiga negara (malaysia,thailand dan singapura) untuk melakukan studi banding terkait SBI.  Dengan demikian semakin banyak lah dana negeri ini yang mengalir keluar demi kepentingan para Kapitalis.

Page 9: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Sarana dan prasarana juga menunjukkan keprihatinan. Di banten, sebanyak 200 dari 710 gedung SD yang ada di kabupaten serang, hingga kini masih dalam kondisi rusak berat.(indopos.com)

Indonesia adalah negeri dengan penduduk ke empat terbesar di dunia, dari segi kuantitas SDM tidak di ragukan lagi potensinya, apalagi negeri ini adalah negeri dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Hal ini yang menjadi sasaran penjajah kapitalis untuk memperoleh keuntungan salah satunya melalui pendidikan. Dengan kapitalisasi dalam dunia pendidikan akan terwujud SDM yang pro kapitalis yang cenderung pada kebijakan ekonomi kapitalis. Pendidikan semakin mahal, dan hanya bisa di akses oleh orang2 ber-Uang, orang miskin dilarang sekolah.. Orientasi pendidkan peserta didik pun tidak lebih dari sekedar ingin cepat lulus, dapat kerja yang layak dan segara mungkin mengembalikan modal yang telah dikeluarkan untuk sekolah/kuliah. Kurikulumnya yang diterapkan senantiasa mengalami perubahan yang cepat dan terkesan terburu-buru, mulai dari kurikulum KBK (Kurikulum berbasisi kompetensi), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan berbagai variasi lainnya.Perubahan kurikulum

Page 10: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

yang begitu cepat mengakibatkan banyak kebingungna pada guru maupun siswa. Mata pelajaran pendidikan agama yang di ajarkan tidak proporsional anak didik lebih banyak belajar mengenai demokrasi, HAM, Pluralisme, yang merupakan ajaran pokok kapitalisme.

Dari segi Lalu seperti apa sistem pendidikan yang benar, sistem pendidikan yang menghasilkan generasi berkualitas ? Mari kita telaah sejarah.

Dalam Islam, negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan, bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi, gaji guru, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. (Bunga Rampai Syari'at Islam.hal 73).  Negara wajib menyempurnakan sektor pendidikan melalui sistem pendidikan bebas biaya bagi seluruh rakyatnya.  Dalil yang menunjukkan bahwa pendidikan bebas biaya menjadi tanggung jawab Khilafah Islam, ialah berdasarkan perbuatan Rasulullah SAW dan ijma sahabat.

Rasulullah SAW telah menentukan tebusan tawanan Perang Badar berupa keharusan

Page 11: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

mengajar sepuluh kaum Muslim dan ijma sahabat telah menetapkan tentang penetapan khalifah dalam memberi gaji kepada para pengajar dari Baitul maal dengan jumlah tertentu.

Negara Khilafah wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan manusia di dalam kancah kehidupan bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan dalam dua jenjang pendidikan; jenjang pendidikan dasar (ibtidaiyah) dan jenjang pendidikan menengah (tsanawiyah). Negara wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara cuma-cuma. Negara Khilafah menyediakan perpustakaan, laboratorium, dan sarana ilmu pengetahuan lainnya, selain gedung-gedung sekolah, kampus-kampus, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits dan tafsir, termasuk di bidang pemikiran, kedokteran, teknik kimia serta penemuan, inovasi, dan lain-lain, sehingga di tengah-tengah umat lahir sekelompok mujtahid, penemu, dan inovator.

Sistem pendidikan negara Khilafah disusun dari sekumpulan hukum syara dan berbagai

Page 12: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

peraturan administrasi yang berkaitan dengan pendidikan formal. Hukum-hukum syara  yang berkaitan dengan pendidikan formal terpancar dari akidah Islam dan mempunyai dalil-dalil yang syar'i seperti mengenai materi pengajaran dan pemisahan antara murid laki-laki dan perempuan. Sedangkan berbagai peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan sarana dan cara yang diperbolehkan yang dipandang efektif oleh pemerintah dalam menjalankan sistem pendidikan dan merealisasikan tujuan pendidikan. Peraturan-peraturan administrasi di bidang pendidikan merupakan urusan duniawi yang dapat dikembangkan yang diubah sesuai dengan kondisi. Begitu pula halnya dengan sarana pelaksanaan hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan pendidikan dan kebutuhan pokok bagi umat, sama dengan dibolehkannya mengambil apa pun yang pernah dihasilkan oleh umat-umat lain, berupa berbagai eksperimen, keahlian, dan penelitian yang hukumnya mubah. Sejarah Islam pun telah mencatat kebijakan para kholifah yang menyediakan pendidikan gratis bagi rakyatnya. Sejak abad ke IV H para kholifah membangun berbagai perguruan tinggi dan berusaha melengkapinya dengan berbagai sarana dan prasarana seperti perpustakaan. Setiap PT dilengkapi dengan auditorium, asrama

Page 13: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

mahasiswa, juga perumahan dosen dan ulama, PT tersebut juga di lengkapi taman rekreasi, kamar mandi, dapur dan ruang makan.

Sejarah telah mencatat tentang keberhasilan Khilafah Islamiyyah dalam menerapkan sistem pendidikan yang mampu mencetak generasi yang berkualitas dan diakui oleh pihak lawan. Cukuplah pengakuan dari  Robert Briffault dalam Buku “Making of Humanity”[1] yang menyatakan: “Dibawah kekuasaan orang-orang Arab dan Moor (kaum Muslimin) kebangkitan terjadi, dan bukan pada abad ke-15 Renaissance sesungguhnya berlangsung.  Spanyol-lah tempat kelahiran Eropa, bukan Italia.  Setelah terus menerus mengalami kemunduran, Eropa terperosok ke dalam masa kegelapan, kebodohan dan keterbelakangan.  Sedangkan pada saat yang sama, kota-kota Sarasin (kaum Muslimin) seperti Baghdad, Kairo, Cordova dan Toledo menjadi pusat-pusat peradaban dan aktivitas pendidikan.  Disanalah kehidupan baru muncul dan berkembang menuju tahap baru evolusi umat manusia.  Sejak saat pengaruh kebudayaan mereka mulai dirasakan, sampai kemudian menggerakkan roda kehidupan.  Melalui para penerusnya di Oxford (yaitu penerus kaum Muslim di Spanyol), Roger Bacon belajar

Page 14: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab.  Bukanlah Roger Bacon atau orang-orang yang sesudahnya yang berhak menyandang penghargaan karena telah memperkenalkan metode eksperimental.  Roger Bacon tidak lebih hanyalah salah satu orang yang mempelajari ilmu penge tahuan dan metode milik kaum Muslim untuk kepentingan orang Kristen-Eropa; dan dia tidak pernah jemu mengatakan bahwa Bahasa Arab dan Ilmu pengetahuan kaum Muslim merupakan satu-satunya jalan bagi para koleganya untuk mendapatkan pengetahuan yang sejati.  Perdebatan mengenai siapa sesungguhnya yang menemukan metode eksperimental… merupakan salah satu wujud ketidakpahaman kolosal dari para pendiri peradaban Eropa.  Sejak masa Roger Bacon , metode eksperimental milik kaum Muslim telah tersebar luas dan dimanfaatkan secara antusias di seluruh Eropa” (Robert Briffault,”The Making of Humanity”London.1938).

Generasi terbaik ini selain mereka ilmuan kebanyakan dari mereka juga ulama. Sebenarnya kebanyakan  ilmuan Islam lebih dahulu menemukan penemuan besar dibandingkan ilmuan barat. Masih kita ingat beberapa nama terkenal ilmuan Islam seperti  al-khawarizmi (penemu angka nol ),  Abbas ibnu firnas (peletak dasar teori pesawat terbang ), ibnu

Page 15: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

hayyan (ahli kimia, astronomi), ibnu sina (kedokteran), abu al rahyan (ilmu bumi,matematika, dan astronomi, antropologi, psikologi dan kedokteran ), abu ali hasan ibn al-haitsam (fisikawan terkenal dalam hal optik dan ilmu ilmiah), dsbBagaimana bisa seperti itu?

Allah S.W.T sebenarnya telah menetapkan kualitas generasi yang dihasilkan dari proses pendidikan dalam Islam adalah generasi yang secara individual berkualitas  ulul albab (intelektual) secara generasi adalah  khoiru ummah. Ada 2 faktor penyebabnya2:       

1) Paradigma yang berkembang di masyarakat Islam, akibat faKtor aqidah yang menjadikan ilmu  “sudara kembar” dari iman. Menuntut ilmu sebagai ibadah, salah satu jalan mengenal Allah, ahli ilmu sebagai pewaris para nabi. Paradigma ini menggantikan paradigma jahiliyah, juga paradigma Romawi, Persia atau India kuno yang menjadikan ilmu sesuatu yang privilese kasta tertentu dan rahasia bagi awam. Motivasi pencarian ilmu dimulai dari hadist-hadist seperti “ mencari ilmu itu hukumnya fardu atas muslim laki2 dan muslim perempuan ”, ”carilah ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat “, “ carilah ilmu, walau sampai ke negeri cina“

Page 16: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

2) Peran negara sangat kuat (seperti yang telah dipaparkan sebelumnya) dalam menyediakan stimulus-stimulus positif dalam perkembangan ilmu. Dalam Islam politik mempunyai makna pengaturan urusan ummat. Negara merupakan lembaga yang mengatur urusan tersebut secara praktis. Di sisi lain, ummat memberikan koreksi kepada pemerintah dalam menjalankan tugasnya. Sementara tujuan politik Islam adalah memelihara kehidupan masyarakat dengan hukum-hukum Islam dalam aspek-aspek penting manusia dan kehidupan yaitu: memelihara keturunan, memelihara akal, memelihara kehormatan, memelihara jiwa manusia, memelihara harta, memelihara agama, memelihara keamanan, dan memelihara negara. Termasuk bidang pendidikan, demi tercapainya tujuan politik Islam yakni memelihara akal, maka Negara berkewajiban mendorong manusia untuk menuntut ilmu, melakukan tadabbur, ijtihad dan berbagai perkara yang bisa mengembangkan potensi akal manusia dan memuji eksistensi orang2 berilmu. (lihat TQS almaidah:90-91, TQS Azzumar : 9, TQS Al-mujadilah:11).

Daulah khilafah tidak akan menyelenggarakan pendidikan secara diskriminatif. Pendidikan bebas bea yang bermutu dari tingkat dasar hingga menengah

Page 17: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

akan disediakan untuk seluruh warga Negara tanpa membedakan agama, mahzab, ras, suku bangsa maupun jenis kelamin. Sehingga tidak ada dalam kamus sejarah Islam bahwa pemerintahan mencari keuntungan atau menarik bayaran dari rakyat dalam menyelenggarakan pendidikan. Karena paradigma Negara menempatkan pendidikan sebagai kebutuhan primer rakyat yang wajib di penuhi. Hal ini kemudian menjadi ruh dalam politik ekonomi Islam yakni jaminan terpenuhinya pemuasan kebutuhan primer baik secara individu yaitu sandang, pangan, dan papan serta  kebutuhan primer bagi rakyat secara keseluruhan yaitu keamanan, pengobatan dan pendidikan. Politik dalam negeri Islam akan menjamin tercegahnya pendidikan sebagai bisnis atau komoditas ekonomi. Apalagi sampai menarik bayaran atau tarif tertentu kepada rakyat yang kemudian memunculkan diskriminasi.

Tujuan umum pendidikan dalam sistem pendidikan khilafah

Berkepribadian islam Menguasai tsaqofah Islam Menguasai ilmu kehidupan ( sains, teknologi

dan seni ) sesuai syariat Islam.

Page 18: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Tujuan asas pendidikan dalam daulah khilafah yaitu membangaun kepribadian Islam, dengan cara menjalankan pembianaan, pengaturan, dan pengawasan di seluruh aspek pendidikan melalui penyusunan kurikulum, pemilihan guru yang kompeten. Karena kualifikasi  yang  pencapaiannya harus diamati dalam kehidupan sehari-hari bukan sekedar menilai dengan jawaban-jawaban dalam ujian tertulis atau lisan.Metode pengajaran

Metode pengajaran berupa penyampaian dan penerimaan pemikiran dari pengajar kepada pelajar. Cara penyampaian dan penerimaan pemikiran melalui cara mendengar atau membaca, maka yang menyampaikan baik lisan maupun tulisan dengan mengambaran fakta yang belum pernah diperoleh sebelumnya seolah-olah merasakan fakta tersebut. Pendidikan bukan hanya untuk kepuasan intelektual semata, tetapi membentuk kepribadian  Islam (pola pikir dan pola sikap islam).Teknik dan sarana pengajaran

Penggunaan teknik pengajaran yang tepat adalah dengan menginsifkan metode rasional (aqliyah) pada siswa, karena metode tersebut merupakan landasan bagi proses berfikir yang

Page 19: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

cemerlang dan kebangkitan yang berasaskan islam.

Ujian dalam sistem pendidikan khilafah lebih dikenal dengan pemberian “ijazah”. Seorang siswa yang telah bertahun-tahun menekuni suatu ilmu dan telah nampak penguasannya atas ilmu tersebut, maka diselenggarakan suatu sidang yang dihadiri oleh para ulama dan ilmuwan. Dalam sidang itu siswa akan ditanyai mengenai ilmu yang dia tekuni. Apabila terlihat tanda kecakapan dan keistimewaan pada dirinya,ia diberi hak untuk perbuatan-perbuatan. (1)mengajarkan ilmunya ; (2) meriwayatkan hadist Rosululloh SAW dari guru-gurunya; (3) berfatwa  ; (4) mengobati penyakit bila ia sudah menguasai ilmu kedokteran; (5) meracik obat-obatan, dll sesuai dengan kepandaiannya. Teknik yang dipakai dalam ujian adalah ujian lisan.

Dalam kekhilafahan Islam tidak terdapat sistem ujian karena akan menghambat para siswa untuk melanjutkan studinya, bahkan bisa menjadi suatu paksaan bagi siswa untuk mempelajari bidang ilmu yang tidak dikuasainya. Kekhilafahan Islam akan mengadakan diskusi dan wawancara langsung bersama siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam mengajar dan pemahaman mengenai ilmu yang ia pelajari dan kreativitas serta keterampilannya

Page 20: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

dalam “mencipta” dan mengajarkan sesuatu. (Sistem Pendidikan di Masa Khilafah Islam, Abdurrahman al Baghdadi)

Pembiayaan pendidikan dalam khilafahPembiayaan  pendidikan untuk seluruh

tingkatan sepenuhnya tanggung jawab negara yang diperoleh dari baitul maal. Sumber baitul maal dari (1) fa’i dan kharaj yang merupakan kepemilikan negara seperti ghonimah, jizyah dan pajak. (2) pos kepemilikan umum seperti dari tambang miyak dan gas, hutan dan hima (milik umum yang penggunaannya telah dikhususkan). Adapun pendapatan dari zakat mempunyai peruntukan sendiri  untuk 8 golongan mustahik bukan untuk pendidikan Zalum, 1983; an-nabhani , 1990 dikutip dari alwaie mei 2007)

Finlandia : Negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia !

Finlandia : Negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia !

Telah dibaca 17993 kali.

“The mediocre teacher tells,The good teacher explains,The superior teacher demonstrates,THE GREAT TEACHER INSPIRES !”(William Arthur Ward)

Page 21: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia? Jawabnya adalah: Finlandia. Kualitas pendidikan di negara dengan ibukota Helsinki tersebut,memang luar biasa sehingga membuat iri semua guru di seluruh dunia.

Peringkat satu dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA, mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental. Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas! Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi negara dengan kualitas pendidikan nomor satu dunia?

Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam per minggu.

Lalu apa kuncinya?

Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru!

Guru-guru Finlandia boleh adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah terlalu besar. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Tingkat persaingan lebih ketat dibandingkan masuk ke fakultas bergengsi lain seperti fakultas hukum atau kedokteran! Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya hanya memiliki kualitas seadanya dan merupakan hasil didikan perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula.

Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan pelatihan guru yang berkualitas, tak salah jika mereka menjadi guru-guru dengan kualitas luarbiasa. Dengan kualifikasi dan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan test itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak test membuat guru cenderung mengajar siswa hanya untuk lolos ujian, ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Kalau siswa bertanggungjawab, mereka guru bekeja lebih bebas karena tidak harus selalu mengontrol mereka. Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar

Page 22: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita hanya menuliskan apa yang dikatakan oleh guru.

Di Finlandia guru tidak mengajar dengan metode ceramah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan. Siswa yang lambat mendapat dukungan secara intensif baik oleh guru maupun siswa lain. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaannya antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar danprilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan  membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.

Kehebatan dan keberhasilan sistem pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi, kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui

Page 23: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

tanggung jawab pribadi. Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa, kata seorang guru, maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!

Itu benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.

HTI Press- Sebuah jalan baru tentang gagasan khilafah yang menerapkan syariah untuk menyelesaikan persoalan termasuk dunia pendidikan kembali digelar.

Menurut Naila Ulya, Ketua Muslimah HTI DPD I Kalsel, dalam sambutan pada acara Manifesto Hizbut Tahrir dengan Tema “Jalan Baru untuk Dunia Pendidikan” di Ruang Multimedia Poliban Banjarmasin, Jum’at (14/08) mengatakan, saat ini terjadi kesalahan dalam dunia pendidikan di mana sebagian besar peserta didik tidak mampu menangkap pesan dengan cermat sampai tahap aplikasi.

“Meskipun konsep pendidikan Islam dijabarkan secara umum dalam buku Manifesto HT, namun cukup memberikan gambaran bahwa sistem pendidikan Islamlah yang terbaik,” lanjutnya.

Nayla juga mengingatkan kepada mahasiswa dan tenaga pendidik untuk berperan serta dalam proses sosialisasi sistem pendidikan Islam ini.

Sedangkan DR. Rini Hustiani, STpMSi, dosen Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru mengungkapkan bahwa penerapan dari sistem pendidikan kapitalis yang diterapkan saat ini menyebabkan arus kapitalisasi pendidikan semakin terbuka dan paradigma pendidikan berubah menjadi profit oriented. ”Sehingga pendidikan berkualitas hanya bisa dinikmati oleh sebagian orang saja,” ujarnya.

Miftahurrahmah, SPd Aktivis Muslimah HTI Kalsel, menyatakan dalam sistem pendidikan Islam yang akan diterapkan oleh khilafah nanti, memperhatikan tiga poin penting. Yaitu pendidikan membentuk kepribadian Islam pada peserta didik yg berjiwa pemimpin dan problem solver, sebagai wahana media dakwah bagi para peserta didik dan ditujukan untuk penguasaan keahlian bidang-bidang kehidupan.

Acara ini dilaksanakan oleh Muslimah HTI DPD I Kalsel dan dihadiri oleh mahasiswa dan civitas akademika. (Dini/Bjm)

Ibuku Guruku (Metode Home Schooling Group, Alternatif Model Pendidikan Anak Usia Dini)

Oleh: Dr. Ir. Yuliana, M.Si.Ketua Kelompok Peduli Ibu dan Generasi (el-Diina Pusat) dan Anggota Dewan Pakar ICMI Muda Pusat Bidang Pemberdayaan Perempuan

Hasil penelitian neurologi dan kajian pendidikan anak usia dini cukup memberikan bukti betapa pentingnya stimulasi sejak usia dini dalam mengoptimalkan seluruh potensi anak guna mewujudkan generasi mendatang yang berkualitas dan mampu bersaing dalam percaturan dunia yang mengglobal pada milenium ke tiga ini. Di samping itu, Rasulullah

Page 24: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

SAW bersabda uthlubul’ilma minalmahdi ilal lakhdi yang artinya “tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”.

Hadits tersebut menekankan betapa pentingnya seseorang belajar sedini mungkin. Tentu kesadaran akan perlunya belajar sejak usia dini ini tidak muncul dari si bayi yang ‘belum bisa apa-apa’, namun dimulai dari kesadaran orang tuanya untuk memberikan pembelajaran-pembelajaran kepada anaknya sejak dini. Karena pada dasarnya, ketika seorang manusia telah terlahir ke dunia ini, ia telah dilengkapi berbagai perangkat seperti panca indera dan akal untuk menyerap berbagai ilmu.

Inilah peletak dasar pentingnya pendidikan usia dini. Sejak dini anak harus diberikan berbagai ilmu (dalam bentuk berbagai rangsangan/stimulan). Mendidik anak pada usia ini ibarat membentuk ukiran di batu yang tidak akan mudah hilang, bahkan akan membekas selamanya. Artinya, pendidikan pada anak usia dini akan sangat membekas hingga anak dewasa. Pendidikan pada usia ini adalah peletak dasar bagi pendidikan anak selanjutnya. Keberhasilan pendidikan usia dini ini sangat berperan besar bagi keberhasilan anak di masa-masa selanjutnya.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan akses pelayanan pendidikan anak usia dini terus dilakukan, namun data membuktikan dari 28 juta anak usia 0-6 tahun, sebanyak 73 persen atau sekitar 20,4 juta anak belum mendapatkan layanan pendidikan, baik secara formal maupun non-formal. Khusus anak usia prasekolah, akses layanan pendidikan anak usia dini masih rendah (sekitar 20.0%). Artinya sebanyak 80.0% lainnya belum terlayani di pusat-pusat pendidikan anak usia dini. Kesenjangan antara pedesaan dan perkotaan juga terjadi (Jalal 2002). Hasil yang serupa juga ditemui pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dkk. di penghujung tahun 2004 dan awal tahun 2005 di Pulau Jawa, bahwa sebagian besar (86.3% di pedesaan dan 73.2% di perkotaan) anak usia prasekolah belum mengakses program-program pendidikan yang ada baik di jalur formal maupun non formal.

Penyebabnya karena masih kurangnya sarana dan prasarana pendidikan khusus untuk usia dini. Selain itu mahalnya biaya pendidikan, semakin menyulitkan anak-anak untuk mendapatkan kesempatan belajar, terutama untuk anak usia dini. Masyarakat secara umum tidak mampu menjangkaunya. Sebagai contoh ada sekolah di Jakarta menarik uang pendaftaran untuk jenjang prasekolah Rp 15 juta di luar uang bulanan Rp 1 juta. Dengan biaya sebesar itu tentunya hanya anak-anak dari kalangan tertentu saja yang mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan yang ”bermutu”.

Padahal keberlangsungan pendidikan untuk anak usia dini, tidak harus dilakukan dengan memasukkan mereka ke dalam lembaga pendidikan. Ibu, adalah SDM yang sangat berpotensial untuk menjadi guru bagi anak-anak usia dini. Ibu memiliki interaksi kuat dengan anak, karena dialah orang yang pertama kali menjalin interaksi; memahami dan selalu mengikuti seluruh aspek tumbuh kembang anak tanpa ada yang terlewat. Ibu adalah orang pertama yang menjadi teladan bagi anak, karena ialah orang terdekat anak. Ibulah yang mampu menerapkan prinsip belajar untuk diterapkan, karena ia yang paling banyak memiliki waktu bersama anak. Ibu adalah yang paling berambisi menyiapkan anak yang sholeh, karena baginya hal tersebut menjadi investasi terbesar untuk akhirat. Akhirnya, memang hanya ibu yang memiliki peluang terbesar mendidik anak dengan penuh ketulusan, kasih sayang dan pengorbanan yang sempurna.

Peluang Ibu menjadi guru bagi anak-anak usia dini sangat besar sekali. Masih banyak Ibu-Ibu yang ada di negeri ini tidak bekerja dan mengurus anak-anaknya secara langsung. Bila Ibu yang menjadi guru maka biaya pendidikan yang dikeluarkan tidaklah besar, karena Ibu dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dilakukan di dalam rumah dengan waktu yang disesuaikan dengan kondisi anak dan Ibu. Berbeda dengan memasukkan anak ke dalam sekolah, mereka terikat dengan jadwal belajar tertentu. Ibu pun harus mengeluarkan biaya yang mahal. Menjadikan Ibu sebagai guru dan melaksanakan proses pendidikan dengan metode kelompok belajar bersama di rumah,

Page 25: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

itulah yang dijalankan dalam program Ibuku Guru Kami dengan metode home schooling group.

Mengapa pendidikan anak usia dini dilakukan di rumah?

Rumah merupakan lingkungan terdekat anak dan tempat belajar yang paling baik buat anak. Di rumah anak bisa belajar selaras dengan keinginannya sendiri. Ia tak perlu duduk menunggu sampai bel berbunyi, tidak perlu harus bersaing dengan anak-anak lain, tidak perlu harus ketakutan menjawab salah di depan kelas, dan bisa langsung mendapatkan penghargaan atau pembetulan kalau membuat kesalahan. Disinilah peran ibu menjadi sangat penting, karena tugas utama ibu sebetulnya adalah pengatur rumah tangga dan pendidik anak. Di dalam rumah banyak sekali sarana-sarana yang bisa dipakai untuk pembelajaran anak. Anak dapat belajar banyak sekali konsep tentang benda, warna, bentuk dan sebagainya sembari ibu memasak di dapur.

Anak juga dapat mengenal ciptaan Allah melalui berbagai macam makhluk hidup yang ada di sekitar rumah, mendengarkan ibu membaca doa-doa, lantunan ayat-ayat Al-Qur’an dan cerita para Nabi dan sahabat dalam suasana yang nyaman dan menyenangkan. Oleh sebab itu rumah merupakan lingkungan yang tepat dalam menyelenggarakan pendidikan untuk anak usia dini seperti yang dilakukan semasa pemerintahan Islam, bahwa pendidikan untuk anak-anak di bawah tujuh tahun dibimbing langsung oleh orang tuanya.

Al-Abdary dalam kitab Madkhalusi asy-Syar’i asy-Syarif mengkritik para orang tua dan wali yang mengirimkan anak-anaknya ke sekolah pada usia kurang dari tujuh tahun. Ia mengatakan:“Dahulu para leluhur kita yang alim mengirimkan putera-puteranya ke Kuttab/sekolah tatkala mereka mencapai usia tujuh tahun. Sejak usia tersebut orang tua diharuskan mendidik anak-anaknya mengenal shalat dan akhlak yang mulia. Akan tetapi saat ini amat disesalkan bahwa anak-anak zaman sekarang menuntut ilmu pada usia yang masih rawan (4-5) tahun. Para pengajar hendaknya hati-hati mengajar anak-anak usia rawan ini, karena dapat melemahkan tubuh dan akal pikirannya”.

Metode home schooling group ini dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat karena dalam pelaksanaannya bersifat dinamis, dapat bervariasi sesuai dengan keadaan sosial ekonomi orang tua. Keterlibatan orang tua (ibu) dalam home schooling group sangat dominan dan jarak tempuh anak ke kelompok-kelompok home schooling dapat ditempuh anak dengan berjalan kaki (maksimal 1 km). Hal demikian menjadikan keunggulan dari home schooling (murah, ibu dekat dengan anak, dan dinamis). Mengapa harus dalam bentuk grup atau kelompok ? Hal tersebut bertujuan untuk menanamkan konsep sosialisasi pada anak, membangun ukhuwwah Islamiyah di kalangan Ibu disamping dapat meringankan beban ibu dan upaya memperbaiki lingkungan masyarakat

Kurikulum home shcooling group diharapkan dapat mencerminkan kegiatan untuk membangun kemampuan kepribadian anak dan kemampuan ilmu Islam/tsaqofah (mencakup materi aqidah, bahasa arab, Al-Qur’an, As-Sunnah, fiqh, siroh nabi dan sejarah kaum muslimin) dan membangun kemampuan keterampilan sainteks (kognitif, bahasa, motorik kasar, motorik halus, seni, kemandirian dan sosial emosional). Kegiatan tersebut dilakukan dengan metode pengajaran bermain sambil belajar melalui keteladanan, mendengar, mengucapkan, bercerita dan pembiasaan. Pendekatan pembelajaran dalam home schooling group haruslah berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak, kebutuhan anak, menggunakan pendekatan tematik, kreatif dan inovatif, lingkungan kondusif dan mengembangkan kemampuan hidup.

Peran Ibu sebagai pendidik pertama dan utama, tidak hanya dalam rangka mendidik anak-anaknya semata. Hal ini disebabkan, anak-anaknya berinteraksi dengan anak orang lain di lingkungannya. Anak kita membutuhkan teman untuk belajar bersosialisasi dan berlatih menjadi pemimpin. Kesadaran kita sebagai seorang muslim yang peduli dengan kondisi masyarakatnya akan menumbuhkan rasa tanggungjawab untuk turut mendidik

Page 26: Berkaca Dengan Metode Pendidikan Di Finlandia Dan Pendidikan Di Era Khulafaurrasyidin

anak-anak lain sebagai generasi penerus umat. Sehingga Ibu tidak cukup mendidik anak sendiri, tetapi juga perlu mendidik anak-anak lain bersama ibunya yang ada di lingkungannya.

Kesamaan visi dan misi dalam mendidik anak di kalangan orangtua sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Seringkali selama ini orang tua menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan pendidikan anak-anak (termasuk usia dini) kepada sekolah dan guru. Orangtua seharusnya menyadari bahwa kewajiban untuk mendidik anak tidaklah hilang dengan menyekolahkan mereka. Orangtua pun perlu mengkaitkan proses belajar di sekolah dengan di rumah sehingga target pendidikan dapat dicapai.

Menjadi guru bagi anak-anak usia dini, tidaklah berarti Ibu mendidik anaknya secara individual, namun dapat dilakukan secara berkelompok dengan melibatkan para orangtua (Ibu) yang ada di sekitar lingkungannya menjadi team pengajar (guru). Sistem kelompok belajar dalam bentuk grup, selain menumbuhkan kebersamaan dan melatih anak dalam bersosialisasi juga menyuburkan persaudaraan dan kedekatan diantara orangtua sehingga memudahkan memberikan penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dari anak-anak tersebut. Dengan demikian anak-anak usia dini mendapatkan pelajaran dalam bentuk kelompok dan akan melanjutkan pelajaran mereka di rumah bersama ibunya masing-masing.