4
Berkaca Pada Alam Publikasi 19/05/2003 10:03 WIB eramuslim - Jika kita perhatikan batu-batu yang bertengger dipinggiran sungai, terkadang kuyup oleh sentuhan genit air- air sungai yang menghampiri walaupun mereka terus berjalan. Namun untuk beberapa lama batu-batu itu mengering oleh sinaran matahari yang menembus dari celah-celah dedaunan. Silih berganti air dan matahari menyapa bebatuan yang tak pernah bergeser dari tempatnya, sebelum perubahan alam atau tangan manusia yang menghendakinya berpindah. Kemudian jika terlihat satu sisi dari batu itu yang terus menerus lembab, yang kemudian lumut hijau nan cantik menghiasi seluruh sisi permukaan itu, artinya sinar matahari tak pernah singgah diatasnya. Batu, air sungai dan sinar matahari itu mengajarkan kepada kita tentang banyak hal. Kepasrahan batu- batu menerima air dan sinar matahari, adalah cermin keikhlasan. Dan keteguhannya untuk tetap ditempatnya, adalah kesabaran. Lumut hijau di sisi batu yang tak tersinari matahari adalah petunjuk arah jalan. Mendakilah lebih tinggi, kita akan menemukan jenis tumbuhan, warna daun dan buah yang berbeda. Jalan semakin terjal dan sempit, hanya akar-akar besar dari pohon tua yang terkadang menjadi perantara menuju undakan berikutnya. Sesaat beristirahatlah dan perhatikan semuanya. Tumbuhan, daun dan buah dengan warna yang lebih mencolok dan lebih khas,

Berkaca Pada Alam

  • Upload
    nindya

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Citation preview

Page 1: Berkaca Pada Alam

Berkaca Pada Alam

Publikasi 19/05/2003 10:03 WIB

eramuslim - Jika kita perhatikan batu-batu yang bertengger

dipinggiran sungai, terkadang kuyup oleh sentuhan genit air-air sungai

yang menghampiri walaupun mereka terus berjalan. Namun untuk

beberapa lama batu-batu itu mengering oleh sinaran matahari yang

menembus dari celah-celah dedaunan. Silih berganti air dan matahari

menyapa bebatuan yang tak pernah bergeser dari tempatnya,

sebelum perubahan alam atau tangan manusia yang menghendakinya

berpindah. Kemudian jika terlihat satu sisi dari batu itu yang terus

menerus lembab, yang kemudian lumut hijau nan cantik menghiasi

seluruh sisi permukaan itu, artinya sinar matahari tak pernah singgah

diatasnya. Batu, air sungai dan sinar matahari itu mengajarkan kepada

kita tentang banyak hal. Kepasrahan batu-batu menerima air dan sinar

matahari, adalah cermin keikhlasan. Dan keteguhannya untuk tetap

ditempatnya, adalah kesabaran. Lumut hijau di sisi batu yang tak

tersinari matahari adalah petunjuk arah jalan.

Mendakilah lebih tinggi, kita akan menemukan jenis tumbuhan, warna

daun dan buah yang berbeda. Jalan semakin terjal dan sempit, hanya

akar-akar besar dari pohon tua yang terkadang menjadi perantara

menuju undakan berikutnya. Sesaat beristirahatlah dan perhatikan

semuanya. Tumbuhan, daun dan buah dengan warna yang lebih

mencolok dan lebih khas, mengajarkan kepada kita, bahwa Allah Maha

Adil dengan menempatkan setiap makhluknya pada keadaan dan

tempat dimana ia bisa beradaptasi dan hidup. Satu hal bagi manusia,

teruslah bergerak mencari kehidupan, karena Allah akan senantiasa

menuntun kita kepada tempat kehidupan terbaik. Namun jika pada

akhirnya kita berhenti disatu tempat yang Allah kehendaki setelah

Page 2: Berkaca Pada Alam

semua usaha yang dilakukan, disitulah kita meletakkan prinsip qonaah

dan sabar, serta bersyukur atas ketetapan Allah.

Saatnya senja menyambut hari. Sinar merah kekuningan yang

menyejukkan masih bisa kita nikmati dari celah-celah ranting dan

daun, sesekali ia seperti berkedip dan terus memandangi semua

makhluk yang terus bergerak. Seperti mengikuti, matanya terus

menatap dan mengawasi sementara sinarnya semakin lama semakin

redup digantikan malam. Tinggallah menunggu rembulan. kemudian

kita terus bergerak, mencari jalan dengan menggunakan mata bathin,

penerangan hanya alat bantu karena sesungguhnya kita lebih

mempercayai mata bathin dan kontak yang tak pernah putus dengan

mata kaki. Senja hanya sesaat, namun kahadirannya begitu memukau

dan terasa manfaatnya. Tidak hanya indah, senja senantiasa

menebarkan pesona keanggunan kepada siapapun yang menatapnya.

Kepada hidup, kepada makhluk dan kepada Allah, semestinya

manusiapun seelok, sebermanfaat dan semenyenangkan senja. Karena

mungkin, besok tak lagi tersedia waktu untuk melakukan semua itu.

Dan bila malam tiba, kabut pekat menutup jarak pandang kita,

sementara angin kebekuan menyelimuti kulit tipis kita yang tak henti

bergerak. Sejenak berhenti sesungguhnya hanya menambah tebal

selimut kebekuan itu walaupun waktu yang sejenak itu untuk sekedar

menyeruput air hangat dari tungku batu. Tak banyak yang bisa

dilakukan, tak banyak pilihan selain terus bergerak keatas agar lebih

cepat mendapati fajar. Ingin mata terpejam sekedar menghela nafas

dan mengaturnya satu persatu agar tak saling menyusul, tapi

kehendak kuat yang menggebu untuk segera tiba di puncak seolah tak

bisa kompromi. Rembulan hanya mengintip di kejauhan. Sedangkan

kita terus bergerak, mencari jalan dengan menggunakan mata bathin,

penerangan hanya alat bantu karena sesungguhnya kita lebih

mempercayai mata bathin dan kontak yang tak pernah putus dengan

mata kaki. Terkadang sering kita mendapat satu kondisi dimana tak

Page 3: Berkaca Pada Alam

lagi mempunyai pilihan untuk berbuat banyak, namun masih ada satu

dalam dada ini yang masih kita percayai karena ianya tak pernah

berdusta. Ialah mata hati dan nurani. Berhenti bukan jalan yang tepat

apalagi kembali ke belakang, padahal jalan tinggal selangkah.

Tanyalah pada hati, niscaya kebenaran yang kita dapat.

Dan pada akhirnya, setelah semua perjuangan, lelah, juga peluh yang

hampir tak bedanya dengan embun dipucuk dahan, sebuah tanah

mengering pada pijakan terakhir membuat nafas menjadi lega. Hilang

semua lelah, lepas semua keputusasaan yang menghantui selama

perjalanan, karena mentari pagi menyambut kehadiran kita di puncak

perjalanan. Tersenyum adalah kepastian, kepuasan adalah kewajaran

dikala seperti tak ada lagi jarak antara kita dengan Sang Pencipta dari

puncak ini. Ingin rasanya berteriak meminta kepada-Nya, namun

ditempat ini, berbisik pun Dia pasti mendengarnya, karena kita begitu

dekat. Perjalanan takkan pernah berujung, namun sudah pasti ada

masanya kita kan berhenti. Teruslah mendaki agar kita semakin dekat

pada-Nya. Teruslah bergerak, namun jika telah sampai di puncak

semua keinginan, jangan pernah lupa bahwa kita pernah dibawah, dan

pasti akan kembali ke bawah. Esok atau nanti. Wallaahu ‘a’lam

bishshowaab