Upload
anisha-puspa-melati
View
49
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Bilirubin Serum
Posted by Riswanto on Wednesday, December 23, 2009 Labels: Tes Kimia Darah
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim glukoroniltransferase.
Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.
Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah.
Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfusi, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin indirek.
Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis permanen yang lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir bisa mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl. Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kenikterus timbul karena bilirubin yang berkelebihan larut dalam lipid ganglia basalis.
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan bilirubin direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin.
Nilai Rujukan
DEWASA : total : 0.1 – 1.2 mg/dl, direk : 0.1 – 0.3 mg/dl, indirek : 0.1 – 1.0 mg/dlANAK : total : 0.2 – 0.8 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa.
BAYI BARU LAHIR : total : 1 – 12 mg/dl, indirek : sama dengan dewasa.
Masalah Klinis
Bilirubin Total, Direk PENINGKATAN KADAR : ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis,
sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker) hati, penyakit Wilson. Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis ( asam para-aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic (asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran, diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
PENURUNAN KADAR : anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
Bilirubin indirek PENINGKATAN KADAR : eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse,
malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis. Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin total, direk)
PENURUNAN KADAR : pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk)
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium : Makan malam yang mengandung tinggi lemak sebelum pemeriksaan dapat
mempengaruhi kadar bilirubin.
Wortel dan ubi jalar dapat meningkatkan kadar bilirubin.
Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya akan menurun.
Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar bilirubin.
Bahan bacaan :1. D.N. Baron, alih bahasa : P. Andrianto, J. Gunawan, Kapita Selekta Patologi Klinik
(A Short Text Book of Clinical Pathology), Edisi 4, EGC, Jakarta, 1990.2. E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik,
Edisi 2, Tangerang, 2008.
3. Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno, dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC, Jakarta, 1992.
4. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, edisi 6, EGC, Jakarta, 2007.
5. Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit & Dewi Wulandari, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
22 June 2012
Uji Kadar Bilirubin Total & Direk : Metode Jendrassik & Grof
Uji Kadar Bilirubin Total &Direk : Metode Jendrassik & Grof
7.1 Tujuan
1. Untuk menentukan total bilirubin di dalam serum.
2. Untuk menentukan kadar direct bilirubin di dalam serum uji.
7.2 Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan dalam penentuan kadar bilirubin baik bilirubin total atau bilirubin
direct yaitu Jendrassik & Grof.
7.3 Prinsip Pemeriksaan
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin dalam
proses pemecahan eritrosit oleh sel retikulo endotel. Disamping itu sekitar 20% bilirubin berasal dari
perombakan zat-zat lain. Sel retikulo endotel membuat bilirudbin tidak larut dalam air; bilirubin yang
disekresikan dalam darah harus diikatkan pada albumin untuk diangkut dalam plasma untuk menuju
hati. Di dalam hati, sel hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasikannya dengan asam
glukoronat sehingga bersifat larut air, dimana reaksi ini melibatka enzim glukoroni transferase (Joy
ce, 2007).
Bilirubin terkonjugasi masuk ke saluran empedu dan dieksresikan ke usus. Selanjutnya flora
usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil
dibuang melalui urine. Bilirubin yang terkonjugasi akan dengan cepat bereaksi dengan asam sulfanil
yang terdiazotasi membentuk azobilirubin atau bilirubin langsung (direct bilirubin). Bilirubin
terkonjugasi yang merupakan bilirubin bebas yang terikat albumin harus terlebih dahulu dicampur
dengan alcohol, kafein, atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, dan sering disebut sebagai
bilirubin tidak langsung (indirect bilirubin) (Joy ce, 2007).
Peningkatan kadar bilirubin direct menunjukan adanya gangguan pada hati berupa kerusakan
pada sel hati atau kerusakan pada saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin terkonjugasi tidak
dapat keluar dari empedu menuju usus sehinga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran
darah. Sedangkan peningkatan kadar bilirubin indirect sering dikaitkan dengan peningkatan
destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfuse, atau
eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosi tidak diimbangi dengan kecepatan konjugasi
dan ekresi ke saluiran empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin indirect (Joy ce, 2007).
Peningkatan kadar bilirubin yang berlebih dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
yaitu :
1. Hemolisis akibat inkompaktibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis
herediter dan pengaruh obat.
2. Infeksi, septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intrauterine.
3. Polisitemia.
4. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
5. Ibu diabetes.
6. Asidosis.
7. Hipoksia/asfiksia.
8. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin direct.
Sedangkan bilirubin indirect diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dengan bilirubin direct.
Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau spektrofotometri yang mengukur
intensitas warna azobilirubin. Nilai rujukan :
DEWASA :
Total : 0,1±1,2 mg/dL
Direct : 0,1 ±0,3 mg/dL
Indirect : 0,1-1,0 mg/dL
ANAK :
Total : 0,2±0,8 mg/dL
Indirect : sama dengan dewasa
BAYI BARU LAHIR :
Total : 1±12 mg/dL
Indirect : sama dengan dewasa
(Joy ce, 2007)
Bilirubin Total dan Direct
Peningkatan kadar dari bilirubin total dan direct dapat terjadi akibat ikterik obstruktif karena
batu atau neoplasma empedu, hepatitis, sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis hati,
penyakit Wilson. Selain terjadi akibat penyakit dapat pula terjadi akibat penggunaan obat misalnya
yaitu : antibiotik (amfoterisin B, klindamisin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin,
tetrasiklin), sulfonamide, obat antituberkulosis (asam paraaminosalisilat, isoniazid), alupurinol,
diuretic (asetazolamid, asametakrinat), mitramisis, dekstran, diazepam (valium), barbiturate,
narkotik (kodein, morfin, meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat, metildopa, papaverin,
prokainamid, steroid, kontrasepsi oral, torbutamid, serta vitaminA,C,K. sedangkan penurunan kadar
dari bilirubin total dan direct dapat disebabkan karena anemia defisiensi besi dan pengaruh obat
seperti barbiturate, salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi (Joy ce, 2007).
Bilirubin Indirect
Peningkatan kadar dari bilirubin indirect dapat disebabkan oleh eritroblastosis fetalis, anemia
sel sabit, reaksi tranfusi, malaria, anemia pernisiosa, septicemia, anemia hemolitik, talesemia,CHF,
sirosis terdekompensasi, hepatitis, dan pengaruh obat seperti aspirin, rifampin dan fenotiazin.
Sedangkan penurunan kadar bilirubin indirect disebabkan karena pengaruh obat (Joy ce, 2007).
Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diasonium dengan bilirubin
dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-
nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam
sulfosalisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dL urin akan memberikan hasil positif dan keadaan ini
menunjukan kelainan fungsi hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam
urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi, sedangkan negatif palsu
dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyidium atau serenium (Joy ce, 2007).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
1. Makan malam yang mengandung lemak tinggi sebelum pemeriksaan dapat mempengaruhi kadar
bilirubin.
2. Hemolisis pada sampel darah dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
3. Sampel darah yang terpapar sinar matahari atau terang lampu, kandungan pigmen empedunya akan
menurun.
4. Obat-obatan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan kadar blirubin (Joy ce, 2007).
Metode pengukuran kadar bilirubin dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam
metode yaitu :
1. Van den Bergh, Malloy dan Reaksi Evelyn
Metode ini digunakan reagen Ehlirch diazo, dimana reagen ini bila direaksikan dengan bilirubin
direct dalam larutan berair akan membentuk kompleks senyawa berwarna merah muda sampai
ungu dalam waktu 1 menit, sedangkan dalam larutan metil alcohol 50%, reagen Ehlirch diazo akan
bereaksi dengan bilirubin total membentuk warna merah muda sampai ungu pada waktu
penangguhan 30 menit (Anonim, tt).
2. Jendrassik & Grof
Pada metode ini, serum atau plasma ditambahkan ke dalam larutan natrium asetat dan kefein-
natrium benzoat. Natrium asetat berfungsi sebagai buffer pH pada reaksi diazo, sedangkan natrium
benzoate-kafein berfungsi mempercepat kopling bilirubin dengan diazotized asam sulfanilic. Warna
azobilirubin muncul dalam waktu 10 menit (Anonim, tt).
3. ASTRA
Metode ini merupakan modifikasi dari metode Jendrassik & Grof (Anonim, tt).
4. ACA
- Untuk bilirubin terkonjugasi : bilirubin terkonjugasi bereaksi dengan DSA dalam suasana asam
membentuk kromofor merah. Absorbansi kromofor sebanding dengan bilirubin terkonjugasi yang
terdapat di dalam serum. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 540-600 nm.
Conjugated bilirubin + DSA + H+ 6 Red chromophore
(non-absorbing at 540 nm) (absorbs at 540 nm)
(Anonim, tt).
- Untuk bilirubin total : bilirubin total akan bereaksi dengan DSA dalam suasana asam membentuk
kromofor berwarna merah. Lithium deodesil sulfat (OSZA) digunakan untuk melarutkan bilirubin tak
terkonjugasi. Absorbansi kromofor berbanding lurus dengan bilirubin dalam sampel dan diukur
dengan menggunakan panjang gelombang 540-600 nm.
(Anonim, tt).
Prinsip pemeriksaan dari uji kadar bilirubin ini adalah reaksi bilirubin dengan asam sulfanilic
diazotized akan membentuk kompleks azobilirubin. Kompleks warna yang terbentuk sangat
tergantung pada pH, pada suasana asam atau netral akan terbentuk kompleks warna merah muda,
sedangkan pada suasana basa akan terbentuk kompleks warna biru atau ungu.
(Anonim, tt)
7.4 Alat dan Bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Pipet ukur
Alat spektrofotometri
b. Bahan
Aquades
Serum
Asam sulfanilat
Pereaksi diazo
Methanol
7.5 Cara Kerja
Penentuan Kadar Bilirubin Total dalam Serum :
Dibuat pereaksi diazo : 10 mL larutan asam sulfanilat dicampur dengan 0,3 mL Natrium Nitrit.
↓
Dicampur bahan uji dengan perbandingan sebagai berikut :
Test (T) Blanko (Bl) Standar
Aquades (mL) 1 1 1
Serum/ plasma (mL) 0,1 0,1 0,1
Asam sulfanilat (mL) - 0,3 0,1
Pereaksi diazo (mL) 0,3 - 0,3
Metanol (mL) 1,5 1,5 1,5
↓
Dicampurkan dan ditangguhan selama 30 menit.
↓
Dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm dengan titik nol aquades.
↓
Digunakan standar 10 mg%, dibaca absorbansinya pada 530 nm.
↓
Prosedur nomor 2 dilakukan sebanyak 2 kali.
Penentuan Direct Bilirubin
Dibuat pereaksi diazo : 10 mL larutan asam sulfanilat dicampur dengan 0,3 mL Natrium Nitrit.
↓
Dibuat campuran bahan uji dengan perbandingan sebagai berikut :
Test (T) Blanko (Bl) Standar
Aquades (mL) 1 1 1
Serum / plasma (mL) 0,1 0,1 -
Asam sulfanilat (mL) - 0,3 0,3
Pereaksi diazo (mL) 0,3 - 0,3
Metanol (mL) - - 0,1
↓
Dilakukan sebanyak dua kali prosedur di atas.
↓
Dicampur dan didiamkan selama 10 menit.
↓
Dibaca pada panjang gelombang 530 nm dengan titik nol aquades.
↓
Dicatat absorbansinya.
7.6 Hasil Pemeriksaan & Interpretasi Hasil
Hasil Pengamatan Kadar Bilirubin Total
Standar = 0,015
Blanko A = 0,020
Blanko B = 0,033
Test A = 0,042
Test B = 0,017
Perhitungan :
Test A
Total bilirubin=
=
= 14,67 mg %
Test B
Total bilirubin =
=
= - 10,667 mg %
Perhitungan total bilirubin pada test B tidak dapat menunjukkan hasil karena menghasilkan nilai
negatif.
Hasil Pengamatan Kadar Bilirubin Direct
Standar = 0,001
Blanko A = 0,014
Blanko B = 0,025
Test A = 0,034
Test B = 0,080
Perhitungan :
Test A
Total bilirubin =
=
= 200 mg %
Test B
Total bilirubin =
=
= 550 mg %
Interpretasi Hasil
Fraksi terkonjugasi (direct bilirubin) adalah fraksi yang larut dalam air sehingga dapat
diekskresi oleh ginjal. Ketika dilakukan perhitungan dengan metode Van den Bergh, total serum
bilirubin total konsentrasinya 17 mmol/L atau 1 mg/dL, lebih dari 80% dari bilirubin total atau 5,1
µmol/L (0,3 mg/dL) adalah nilai normal direct bilirubin (Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th
Edition).
Peningkatan konsentrasi bilirubin total plasma (unconjugated/indirect bilirubin)
menunjukkan adanya peningkatan produksi bilirubin total plasma, penyakit hemolisis. Sedangkan
peningkatan konsentrasi direct bilirubin menunjukkan kelainan hereditas, kerusakan sel-sel hati.
Pada hasil perhitungan bilirubin total dan direct bilirubin yang didapat saat praktikum, test A
memiliki nilai total bilirubin > 0,1 mg/dL, yaitu 14, 67 mg/dL, dan untuk test B, yaitu -10,667 mg/dL.
Untuk test A, nilainya jauh melebihi batas normal, maka dapat dikatakan terjadi hemolisis
eritropoesis pada pasien A. Sedangkan untuk test B, hasil yang didapatkan memiliki nilai negatif (-
10,667 mg/dL), sehingga tidak dapat diinterpretasikan. Perhitungan untuk direct bilirubin, nilainya
pada test A = 200 mg/dL, dan pada test B = 550 mg/dL. Nilai ini sangat tinggi sehingga ada
kemungkinan pada kedua pasien mengalami kelainan hereditas.
7.7 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan penentuan kadar bilirubin total dan kadar bilirubin direct.
Reaksi bilirubin dengan asam sulfanilic diazotized akan membentuk kompleks azobilirubin. Kompleks
warna yang terbentuk sangat tergantung pada pH, pada suasana asam atau netral akan terbentuk
kompleks warna merah muda, sedangkan pada suasana basa akan terbentuk kompleks warna biru
atau ungu.
(Anonim,tt).
Bilirubin merupakan pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari hemoglobin
dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikulo endotel. Sel retikulo endotel membuat bilirubin
tidak larut dalam air; bilirubin yang disekresikan dalam darah harus diikatkan pada albumin untuk
diangkut dalam plasma untuk menuju hati (Joyce,2007).
Dari hasil praktikum penentuan kadar total bilirubin dilakukan dengan menggunakan reagen
diazo untuk membentuk kompleks warna yang nantinya dapat diukur dengan spektrofotometri.
Penggunaan asam sulfanilat dalam reagen diazo ini berfungsi untuk memberikan suasana asam
sehingga membantu pembentuk kompleks warna, sedangkan penambahan metil alcohol berfungsi
untuk memberikan suasana basa, sehingga kompleks yang terbentuk akan berwarna merah muda
sampai ungu. Larutan ditangguhkan selama 30 menit bertujuan agar garam diazonium bereaksi
sempurna dengan bilirubin yang terdapat dalam serum. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa,
nilai absorbansi standar sebesar 0,015, blanko sebesar A 0,020 dan blanko B 0,033, dan absorbansi
test A yaitu 0,042 test B yaitu 0,017 sehingga nilai total bilirubin A didapatkan sebesar 14,67 mg/dL,
dan untuk test B sebesar -10,667 mg/dL, dimana nilai ini total untuk dewasa yaitu : 0,1±1,2 mg/dL.
Hasil negatif pada test B mungkin disebabkan oleh kesalahan pada saat pengerjaan, seperti
pemipetan yang kurang akurat sehingga kadar total bilirubin yang rendah terbaca. Peningkatan nilai
ini diakibatkan karena beberapa faktor misalnya yaitu:
1. Hemolisis akibat inkompaktibilitas ABO atau isoimunisasi Rhesus, defisiensi G6PD, sferositosis
herediter dan pengaruh obat.
2. Infeksi, septicemia, sepsis, meningitis, infeksi saluran kemih, infeksi intrauterine.
3. Polisitemia.
4. Ekstravasasi sel darah merah, sefalhematom, kontusio, trauma lahir.
5. Ibu diabetes.
6. Asidosis.
7. Hipoksia/asfiksia.
8. Sumbatan traktus digestif yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Dari hasil praktikum penetuan kadar bilirubin direct juga dilakukan dengan menggunakan
reagen diazo dalam suasana asam dengan menggunakan asam sulfanilat. Bilirubin dalam serum jika
direaksikan dengan reagen diazo akan dapat membentuk kompleks warna yang nantinya diukur
intensitasnya dengan spektofotometri. Pada pengukuran ini dilakukan penangguhan larutan selama
10 menit yang bertujuan agar bilirubin bereaksi dengan garam diazonium dengan bilirubin yang
terdapat di di dalam serum. Dari hasil pengamatan didapatkan absorbansi standar 0,001, blanko A
0,014, blanko B 0,025, test A 0,034, dan test B 0,080.
Nilai rujukan untuk kadar bilirubin direct yaitu: 0,1 ±0,3 mg/dL. Dari hasil perhitungan,
diperoleh nilai direct bilirubin yang sangat tinggi di atas normal, yaitu 200 mg/dL untuk test A dan
550 mg/dL untuk test B. Hasil ini dapat menunjukan keadaan kelainan fungsi hati atau saluran
empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine
dengan kadar yang tinggi, sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit
pyidium atau serenium Peningkatan kadar bilirubin direct menunjukan adanya gangguan pada hati
berupa kerusakan pada sel hati atau kerusakan pada saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin
terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehinga akan masuk kembali dan
terabsorbsi ke dalam aliran darah (Joy ce,2007).
Selain dapat menentukan kadar bilirubin total dan bilirubin direct, juga dapat ditentukan kadar
bilirubin indirect, kadar bilirubin indirect dapat ditentukan dengan selisih dari kadar total dengan
kadar bilirubin direct. Nilai rujukan untuk pengukuran kadar bilirubin indirect : 0,1-1,0 mg/dL.
Peningkatan kadar bilirubin indirect sering dikaitkan dengan peningkatan destruksi eritrosit
(hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun, transfuse, atau eritroblastosis fatalis.
Peningkatan destruksi eritrosi tidak diimbangi dengan kecepatan konjugasi dan ekresi ke saluiran
empedu sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin indirect (Joy ce,2007).