Bimbingan Dan Konseling

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jj

Citation preview

16BAB IPENDAHULUANLatar BelakangKesehatan mental telah lama menjadi perhatian umat manusia. Masyarakat awam sudah melakukan usaha-usaha penanganan dengan kemampuan mereka. Kesehatan mental itu memang bukan masalah yang baru karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Kesehatan fisik maupun mental sama penting untuk diperhatikan. Tidak adanya perhatian yang serius pada pemeliharaan kesehatan mental dimasyarakat menjadikan hambatan tersendiri bagi kesehatan secara keseluruhan. Hanya saja karena factor keadaan, dalam banyak hal kesehatan seccara fisik lebih dikedepankan dibandingkan kesehatan mental. Mengingat pentingnya persoalan kesehatan mental ini, banyak bidang ilmu khususnya yang mempelajari persoalan perilaku manusia. Berbagai bidang ilmu yang member porsi tersendiri bagi studi kesehatan mental diantaranya dunia kedokteran, pendidikan, psikologi, studi agama, dan kesejahteraan social. Kesehatan mental disadari telah memiliki kontribusi bagi pengembangan dan penerapan bidang ilmu yang dipelajari. Hal ini karena manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kesehatan mental. Kesehatan mental seseorang dipengaruhi oleh dua factor yaitu internal dan eksternal. Yang termasuk internal antara lain : kepribadian kondisi fisik, perkembangan dan kematangan, kondisi psikologis, keberagamaan, sikap menghadapi problema hidup, kebermaknan hidup, dan keseimbangan dalam berfikir. Adapun yang termasuk factor eksternal antara lain: keadaan ekonomi, budaya, dan kondisi lingkungan, baik lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan. Rumusan MasalahApa yang dimaksud bimbingan dan konseling?Apa fungsi, teori, dan aplikasi konseling kesehatan?Apa saja asas bimbingan dan konseling?Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan konseling ?Bagaimana cara bertanya dan mendengarkan dalam konseling?Bagaimana teknik-teknik konseling ?Apa contoh penatalaksanaan keperawatan kejiwaan ?Tujuan Untuk mengetahui pengertian bimbingan dan konseling Untuk mengetahui fungsi, teori, dan aplikasi konseling kesehatan.Untuk mengetahui asas bimbingan dan konseling.Untuk mengetahui langkah-langkah dalam melakukan konseling Untuk mengetahui cara bertanya dan mendengarkan dalam konselingUntuk mengetahui teknik-teknik konseling Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan kejiwaan BAB IIPEMBAHASANPengertian Bimbingan dan KonselingMenurut Tim Pengembang Ilmu Pendidik (2009) bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapain tujuan. Bimbingan merupakan (Helping) identintik dengan aiding, assistik atau afailing yang berarti bantuan atau pertolongan. Menurut Abu Bakar (2010) bimbingan adalah memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau memberikan sesuatu sambil memberi nasihat.Menurut Prayitno (2004), mendefinisikan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien dalam rangka pengentasan masalah klien. Dalam suasana tatap muka yang dilaksanakan interaksi langsung antara konselor dengan klien. Menurut Kukuh (2013) konseling adalah bantuan secara professional yang diberikan oleh konselor kepada klien secara tatap muka empat mata yang dilaksanakan interaksi secara langsung dalam rangka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik, kemampuan mengontrol diri, dan mengarahkan diri untuk dimanfaatkan olehnya dalam rangka pemecahan masalah dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.Menurut Abu Bakar (2010) konseling ialah hubungan antara seseorang konselor yang terlatih dengan seorang klien atau lebih, bertujuan untuk membantu klien memahami ruang hidupnya, serta mempelajari untuk membuat keputusan sendiri melalui pilihan-pilihan yang bermakna dan yang berasaskan informasi dan melalui penyelesaian masalah-masalah yang berbentuk emosi dan masalah pribadi.Jadi dapat disimpulkan bimbingan adalah serangkaian tahapan kegiatan pengetahuan untuk mengambil suatu keputusan yang terarah kepada pencapain tujuan. Sedangkan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien bertujuan untuk membantu klien memahami ruang hidupnya, serta mempelajari untuk membuat keputusan sendiri.Fungsi, Teori, dan Aplikasi Konseling KesehatanCara konselor kesehatan mental menggunakan teknik dan teori di dalam praktik mereka sangat bervariasi. Pemilihan teori dilakukan oleh konselor kesehatan mental berdasarkan pada kebutuhan klien. Secara umum, literatur-literatur konseling kesehatan mental difokuskan pada dua masalah utama yang memiliki dampak teoritis sebagai berikut: (a) pencegahan dan peningkatan kesehatan mental; (b) perawatan kelainan dan disfungsi. Kedua focus konseling kesehatan mental juga dapat berlaku bagi konseling kesehatan mental di dunia pendidikan. Pencegahan Primer dan Peningkatan Kesehatan Mental. Dalam konseling kesehatan mental, pencegahan dan peningkatan layanan kesehatan mental menjadi penekanan utama. Pencegahan primer dikarakteristikan dengan kualitas sebelum fakta terjadi; disengaja dan berorientasi kelompok atau massa, bukan individual (Baker& Shaw, 1987, dalam Gladding 2012). Hall dan Torres (2002, dalam Gladding, 2012) merekomendasikan dua model pencegahan primer yang tepat untuk diterapkan pada remaja dengan skala komunitas. Keduanya adalah model pencegahan konfigural dari Bloom (1996, dalam Gladding, 2012) dan formula insidensi Albee (Albee & Gullotta, 1997, dalam Gladding, 2012). Model Bloom berfokus pada tiga dimensi, yaitu:Pertama, konselor harus bekerja untuk meningkatkan kekuatan individu dan mengurangi keterbatasan individu.Kedua, mereka harus meningkatkan dukungan sosial (contohnya, melalui orangtua dan teman sebaya) dan mengurangi tekanan sosial.Ketiga, variable lingkungan, seperti kemiskinan, bencana alam, dan program komunitas bagi remaja, harus diatasi.Bentuk pencegahan primer yang lain adalah menekankan perkembangan yang sehat yaitu penanganan secara positif dan pertumbuhan sehingga individu dapat dengan efektif menangani krisis yang mereka hadapi (Hershenson, 1982 dalam Gadding, 2012). Memusatkan diri pada lingkungan seseorang adalah penekanan pencegahan lainnya dari konselor kesehatan mental, baik dilakukan secara global atau lebih individu. Huber (1983, dalam Gladding, 2012) meringkas hasil riset dari bidang yang menarik dan sedang bertumbuh ini. Dia mencatat bahwa lingkungan memiliki karakter seperti manusia. Beberapa lingkungan dominan dan kaku, sementara sebagian lainnya lebih fleksibel dan suportif. Untuk dapat memanfaatkan pandangan ekologi-sosial dengan efektif, konselor kesehatan mental harus melakukan hal-hal berikut:Mengenali masalah sebagai sesuatu yang pada pokoknya berhubungan dengan lingkungan tertentu. Beberapa lingkungan mendatangkan atau mendorong perilaku khusus yang mungkin tidak sehat.Memperoleh persetujuan dari klien dan pihak bermakna lainnya yang berada di lingkungan klien. Bagi kebanyakan orang, jauh lebih mudah untuk melihat suatu kesulitan sebagai sekedar persoalan yang berhubungan dengan individu.Mengukur kedinamisan variabel di dalam suatu lingkungan. Moos (1973, dalam Gladding, 2012) mengembangkan sejumlah cara untuk mengevaluasi lingkungan. Konselor dapat bekerja bersama dengan klien untuk menentukan bagaimana lingkungan berfungsi menguntungkan atau tidak menguntungkan bagi kebutuhan klien.Menyelenggarakan perubahan social dan inisiatif penghakiman social jika dibutuhkan. Konselor dapat membantu klien dengan metode-metode khusus untuk meningkatkan lingkungannya sekarang ini.Mengevaluasi hasilnya. Tidak ada cara tunggal untuk melakukannya, namun semakin jelas klien mengutarakan kriterianya mengenai lingkungan ideal, semakin baik juga kemungkinan evaluasinya.Perkawinan adalah suatu situasi yang mengilustrasikan pentingnya factor pribadi maupun lingkungan dalam kesejahteraan individu (Gladding, 2012). Dalam hal ini, konselor kesehatan mental membantu pasangan untuk menemukan dukungan diantara mereka satu sama lain, di dalam kelompok pada komunitas dimana pasangan tinggal, atau di dalam program-program khusus seperti meningkatkan kualitas perkawinan (Solsberry, 1994, dalam Gladding, 2012). Secara keseluruhan yang ditekankan dalam pencegahan kesehatan mental adalah kesejahteraan positif (aktivitas yang berhubungan dengan kesehatan baik pencegahan maupun remediasi dan mempunyai nilai terapi bagi individu yang melakukannya secara konsisten).Strategi lain dari perspektif kesejahteraan adalah sebagai berikut:Konselor harus terus memikirkan hal-hal positif, yang menggairahkan kehidupan yang dapat dilakukan oleh individu;Mengubah skrining tradisional agar memasukkan lebih banyak penekanan terhadap kesehatan secara keseluruhan;Melakukan riset lebih banyak; danMenyoroti dimensi karakteristik fisik dari kehidupan klien sebagai satu aspek Pencegahan Sekunder dan Tersier. Selain pencegahan primer, konselor kesehatan mental berkonsentrasi pada pencegahan sekunder (mengendalikan masalah kesehatan mental yang sudah ada di permukaan tetapi belum parah) dan pencegahan tersier (mengendalikan masalah kesehatan mental yang serius agar tidak menjadi kronis atau mengancam kehidupan). Pada kasus semacam ini (berbeda dengan pencegahan primer), konselor kesehatan mental menilai fungsi klien dan kemudian, jika tepat, menggunakan teori dan teknik yang dikembangkan oleh ahli-ahli teori ternama seperti Rogers, Skinner, dan Glasser untuk merawat gejala dan kondisi utamanya.Konselor kesehatan mental yang melakukan perawatan sering menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah memberi respons yang baik terhadap sejumlah orang yang membutuhkan dan mencari layanan kesehatan mental. Tidak setiap orang yang membutuhkan layanan perawatan untuk gangguan ringan maupun besar dapat ditangani dengan baik oleh pemberi layanan kesehatan mental nasional seperti konselor, psikiater, psikolog, dan pekerja social. Meskipun perawatan klien menjadi satu-satunya aktivitas tenaga professional ini mereka tetap tidak mampu menangani seluruh kebutuhan dari klien yang memerlukan bantuan (Lichtenberg, 1986; Meehl, 1973, dalam Gladding, 2012).Tantangan lain yang harus dihadapi klinisi dalam konseling kesehatan mental adalah tren dalam rumah sakit psikiatrik rawat inap untuk memperpendek waktu rawat inap bagi klien dengan gangguan parah. Periode rawat inap yang diperpendek ini berarti bahwa semakin banyak individu dengan kelainan mental yang tidak mendapat perawatan yang mereka butuhkan atau dirawat di sarana rawat jalan, tempat konselor kesehatan mental member layanan dan sering dibatasi oleh peraturan perawatan terorganisir (Hansen, 1998, dalam Gladding, 2012).Asas Bimbingan dan KonselingPelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan professional. Sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman, penanganan dan penyikapan yang meliputi unsur kognisis, afeksi dan perlakuan konselor terhadap kasus, pekerjaan professional itu harus dilaksanakan mengikuti kaidah yang menjamin efisien dan efektifitas proses dalainnya. Kaidah- kaidah tersebut didasarkan atas tuntuan keilmuan layanan di satu segi, anatara lain bahwa layanan harus didasarkan atas data dan tingkat perkembangan klien, dan tuntutan optimalisasi proses penyelengaraan layanan disegi lain, yaitu anatra lain suasana konseling ditandai oleh adanya kehangatan. Kefahaman. Penerimaan, kebebasan dan keterbukaan serta berbagai sumber daya yang perlu diaktifkan.Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling kaidah-kaidah tersebut dikenal dengan asas-asa bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan layanan itu. Asas- asas yang dimaksudkan adalah asas kerahasian , kesukarelaan, keterbukaan dan kekinian, kemandirian,kegiatan, kedinamisan, keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan kasus tut wuri handayani ( Prayitno, 1987). Untuk lebih jelasnya berikut urainnya sebagai berikut :Asas kerahasiaan, yaitu menuntut kerahasiannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik ( klien) yang menjadi sasaran pelayanan, data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak ;ayak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini konselor berkewajian penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiannya benar- benar terjamin.Asas kesukarelan, yaitu menghendaki adanya kesukaaan dan kerelaan klien mengikuti menjalani layanan yang diperlukan bainya. Dalam hal ini konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan.Asas keterbukaan, yaitu mengehndaki agar klien yang menjdi sasaran layanan yang bersifat terbuka dan tidak berpura-pura , baik didalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini konselor berkewajiban mengembangkan keterbukaan kloen, keterbukaan ini amat terkait pada penyelenggaraan kerahasian dan adanya kesukarelaan pada diri klien yang menjadi sasaran layanan.Asas kekinian, menghendaki adanya agar objek sasaran layanan bimbingan dan konseling ialah permaslahan klien dalam kondisinya sekraanga. Layanan yang berkenaan dengan masas depan kondisi masa lampau pun dilihat dampak atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang. Asas kemandirian, yaitu menunjukan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakniklien sebagai sasaran layanan dan bimbingan konseling diharapkan menjadi individu yang mandiri dengan cirri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusann, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Konselorhendaknya mampu mengarahkan layanan dan bimbingan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian peserta didikAsas kegiatan, yaitu menghendaki agar klien menjadi sasaran layanan berpartisipasi secara aktif didalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini konselor perlu mendorong klien untuk aktif dalam setiap layanan bimbingan dan konseling yang diperuntukuan baginyaAsas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran layanan yang sma hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktuAsas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang mengehendaki agar berbagai layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh konselor maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis dan terpadu. Asas kenormatifan, yaitu usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau daripada daripada norma agama, adat, hukum, ilmu, pengetahuan dan kebiasaan sehari-hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses penyelengaraan bimbingan dan konseling.Asas keahlian, yaitu menghendaki agar layanan dan bimbingan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah professional. Dalam hal ini para pelaksana konseling hndaknya tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan konselor harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.Asas alih tangan kasus, yaitu menghendaki agar pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien mengalih tangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Konselor dapa menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru, atau ahli lain.Asas Tut Wuri Handayani, yaitu asa bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada klien untuk maju. Demikian juga segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan hendak disertai dan sekaligus membangun suasana pengayoman, keteladanan, dan dorongan. Langkah-Langkah KonselingLangkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan konseling pada klien menurut Herri dan Namora (2010) yaitu:Menyambut Kalimat yang dapat digunakan pada pertemuan pertama setelah perkenalan dan saling menyambut identitas diri ( membina hubungan saling percaya )., antara lain Apa yang dapat saya bantu ? atau kalimat Apa yang saya dapat bantu buat anda ? kalimat ini memberikan keluasan klien untuk menceritakan apapun yang ingin diceritakan tanpa harus langsung focus pada inti permasalahan. Pertanyaan tertutup membuat perasaan tak nyaman pada diri klien.Membahas. Klien sering mempunyai persepsi yang berbedapada konselor. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh konselor dalam mebaha masalah klien adalah mengarahkan klien mengungkapkan kesulitannya konseor sebaiknya lebih sedikit bicara, kecuali saat membuat konklusi pada akhir sesi. Apabila percakapan klien sudah mulai melenceng dari topiknya, konselor dapat membantu mengingatkan kembali kepada topik yang sebenarnya.Membantu menetapkan pilihanKonselor pemula biasanya ingin cepat cepat memberikan suatu nasihat atau konklusi dalam menyesuaikan masalah klien. Bagi konselor yang berpengalaman akan leibh banyak melihat latar belakang, dinamika dan dampak buruk masalah serta mengajukan pertanyaan terbuka.Mengingatkan hal-hal penting.Pada akhir sesi konseling, sebaiknya seorang konselor mengingatkan kembali hal-hal penting yang dilaksanakan klien.Bertanya dan Mendengarkan dalam KonselingBerikut adalah cara bertanya dan mendengarkan dalam melakukan konseling menurut Herri dan Namora (2010) yaitu:Cara bertanyaHindari pertanyaan panjang dan membingungkan klien. Gunakan pertanyaan terbuka.Hindari pertanyaan yang mnandung kata mengapa.Gunakan intonasi suara yang terkontrol.Usahakan beratanya tentang hal-hal yang berasal dari klien.Gunakan istilah-istilah yang mudah dimengerti klien.Gaya bicara dan konselingUsahakan beratanya tidak dengan gaya interogasi.Jangan membuat klien merasa tertekan akibat pertanyaan.Usahakan gaya bertanya tidak terkesan menggurui.Jangan mengajukan pertanyaan formal yang membuat jarak.Jangan terlalu akrab karena dapat memberikan kesan buruk.Menjawab pertanyaan dalam konseling Usahakan tidak langsung menjawab pertanyaan klien, apalagi jawaban yang instan. Usahakan memahami karakter dan motivasi klien.Mendengarkan dalam konselingMendengarkan dengan seksama ucapan yang disampaikan klien. Hindari kata kata berupa kata harusa dan selalu. Dengarkan intonasi suara klien.Teknik-Teknik KonselingBerikut adalah teknik dalam melakukan konseling menurut Herri dan Namora (2010) yaitu :Teknik psikodinamikaAdalah teknik konseling yang lebih menekankan kepada penafsiran, analisis mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi, dan analisis transfrensi.Penerapan ditujukan pada pemahaman dinamika alam tidak sadar, perkembangan dini yang berkenaan dengan kesulitan masa kini, kecemasan, pertahanan ego, cara mengatasi kecemasan dan sifat transferensi klien. Hubungan anatar klien dan terapis tetap anonim dan klien mengembangkan proyeksi terhadap terapis. Fokus utama teknik ini yaitu resistensi pengembangan dan pengendalian diri yang realitas. Tujuan utama dari teknik ini yaitu membuat hal-hal yang tidak disadari klien menjadi di sadari, menempatkan klien dalam lingkungan sosial dan merekonstruksikan kepribadian.Teknik eksistensial humanisticAdalah teknik konseling yang bertujuan untuk membantu klien agar memahami dirinya secara eksistensi atau menjadikan jati diri. Teknik ini digunakan untuk masalah anak dan remaja. Fokus utamateknik ini adalah perkembangan kepribadian sesuai keunikan yang normal.Teknik klien conteredAdalah pendekatan konseling yang menekankan fungsi dan perasaan klien dalam menjelaskan masalah, merefleksi dir atau perasaan. Terapis mendengarkan masalah yang disampaikan klien.Teknik gestalAdalah konseling yang dirancang untuk mengintensifkan dan mengintegrasikan perasaan yang berlawanan dari diri klien. Teknik ini mengonfrontasikan melalui dialog-dialog polaritas, permainan peran atau menghidupkan kembali perasaan yang tidak selesai.Teknik transaksionalAdalah konseling yang menggunakan skenario angket yang diterapkan pada klien agar menyadari perintah dini yang diterima klien. Tujuan konseling ini adalah membantu klien terbebas dari masalah, menjadikan pribadi yang otonom dan bertanggung jawab atas keputusannya.Teknk behavior Adalah konseling yang menekankan prinsip desensifikasi systematic, inplusif, latihan asertif, aversif dan pengkondisian operan dan semua menggunakan prinsip belajar dalam perubahan prilaku.Teknik rasional emotifAdalah konseling yang menggunakan beragam prosedur, seperti mengajar, membaca, ataupun mengerjakan pekerjaan rumah. Tujuan teknik ini yaitu menghapus pandangan hidup klien yang mengalahkan hidupnya dan membantu klien lebih rasional.Teknik realitasAdalah pendekatan konseling yang besifat aktif, direktif, dan didaktif. Tujuan teknik realitas yaitu membimbing klien ke arah perilaku realitas yang bertanggung jawab, dapat mengembangkan identitas keberhasilannya dan membantu klien dalam membuat pertimbangan nilai-nilai tingkah lakunya sendiri dan dalam rencana perubahan tindakan berikutnya. Penatalaksanaan Keperawatan Kejiwaan Berikut ini contoh penyelesaian kasus gangguan psikologi yaitu depresi dengan pendekatan konseling menurut Herri dan Namora (2010).Termin I : Membina hubungan saling percaya dengan klienBerikan suasana responsif dan lakukan pendekatan yang hangat, perkenalkan diri.Menerima klien apa adanya dan bersikap empati.Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan serta reaksi untuk menolong.Berikan waktu yang cukup untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya suportif.Berikan waktu yang cukup kepada klien agar klien bebas dalam memberikan respons.Termin II : Membantu klien mengidentifikasi pola kognitif yang negative dengan cara :Diskusikan masalah perasaan depresi klien dan tidak meminta klien untuk menyimpulkan.Identifikasi pemikiran negative dan membantu klien menurunkannya dengan cara interupsi Bantu klien untuk meningkatkan pemkiran positifValidasi kesimpulan pikiran negative klienBuat interupsi untuk menurunkan depresiBantu klien menjelaskan interaksi dengan depresiEvaluasi ketepatan persepsi, logika, dan kesimpulan yang dibuat klien.Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan, dan pendapat yang tidak rasional dan kurang penilaian klien yang negative terhadap dirinya.Termin III : Memberikan bimbingan dalam mengurangi depresi Gali ketidaktepatan persepsi dan kesimpulan yang salah.Buatkan alternative mengurangi depresiBerikan persepsi dan berpikir logikaBantu klien dalam membuat kesimpulan yang benarTemani dia dan ajak dia mengobrolDengarkan keluhan klienUcapkan kalimat-kalimat yang memberikan rasa semangat.Termin IV : Memberikan klien dukunganMotivasi klien agar mau melakukan hal-hal ringanAjak klien agar mau berinteraksi dengan orang lain Evaluasi agar klien mengenal depresinyaBerikan klien latihan untuk menghadapi depresiAjarkan klien agar mau berkomunikasi dengan orang lainAjari klien untuk menghilangkan rasa bersalahBerikan rasa percaya diri klien dalam bersosialisasiEvaluasi setiap tindakan yang dilakukan klienTermin V : Memberikan klien untuk melakukan aktivitasAjak klien untuk melakukan aktivitas secara mandiri , seperti mandi sendiriAjak klien untuk berinteraksi dengan keluarga dan orang-orang dilingkungan sekitarnya Ajak klien melakukan aktivitas ringan, seperti membaca atau berolahraga.Termin VI : Membuat rujukan ke ahli lain jika diperlukan Jika ada pikiran yang membahayakan atau jika klien ingin bunuh diriJika klen sulit sekali untuk mau diajak berbicaraMenangis terus-menerusAdanya sedih yang terus berkepanjanganTermin VII : Komunikasikan dengan pihak keluarga Mengajak keluarga untuk memahami kondisi yang sebenarnya dihadapi klienMemfasilitasi kebutuhan-keutuhan dasar terhadap klienMengajak keluarga untuk turut serta membantu kegiatan terapi yang dijalani oleh klienSaling memberikan dukungan dan semangat terhadap klienMembantu dalam membuat prioritas penyelesaian masalah yang sedang dihadapi klien.BAB IIIPENUTUPSimpulanBimbingan merupakan serangkaina tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapain tujuan. Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri dengan orang lain dan dengan masyarakat dimana dia hidup. Konselor kesehatan mental sangat penting memahami psikopatologi, mempunyai keahlian khusus yang berkaitan dengan kebutuhan dan minat dari populasi atau masalah tertentu. Tugas utama konselor kesehatan mental adalah menilai dan menganalisis latar belakang dan informasi terkini mengenai klien, mendiagnosis kondisi mental dan emosional, mengeksplorasi solusi yangbisa dilakukan, dan mengembangkan rencana perawatan. Literatur-literatur konseling kesehatan mental difokuskan pada dua masalah utama yang memiliki dampak teoritis sebagai berikut: (a) pencegahan dan peningkatan kesehatan mental; (b) perawatan kelainan dan disfungsi. Ada berbagai banyak teknik dalam konseling tergantung pada setiap masalah yang dihadapi oleh klien.Saran Diharapkan perawat dapat membantu menyelesaikan masalah klien yang memiliki masalah gangguan kesehatan jiwa dan dapat memberikan konseling dan bimbingan, sehingga masalah yang dihadapi klien dapat teratasi.DAFTAR PUSTAKAAdi, Kukuh Jumi. 2013. Esensial Konseling : Pendekatan Trait and Factor dan Client Centered. Yogyakarta: Garudhawaca.Gladding, Samuel T. Dialih bahasakan oleh Winarndo, PM, Dr, Ir dan Yuwono, Liaian, drg. 2012. Konseling: Profesi yang menyeluruh. Jakarta: PT. Indeks.Luddin, Abu Bakar M.. 2010. Dasar-Dasar Konseling : Tinjauan Teori dan Praktik. Bandung: Citapustaka Media Perintis.Pieter, Herri Zan dan Namora Lumongga Lubis. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kharisma Putra Utama.Prayitno. 2004. Seri Layanan Konseling: Layanan Konseling Perorangan. Padang: Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2009. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta: Imtima.