Bimbingan&Konseling

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ddddd

Citation preview

A

A.Pendahuluan

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan dalam membuat pilihan-pilihan rencana dan interprestasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik.

Maka dalam hal ini saya sebagai pemakalah mencoba membahas tentang sejarah perkembangan bimbingan dan konseling, di Amerika dan Indonesia. Semoga makalah yang singkat ini dapat menjadi sebuah khasanah berpikir bagi kita semua.

B. Sejarah Perkembangan Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang tergolong baru. Menurut Andi Mapiare (1984). Latar belakang yang mendorong lahirnya bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan perubahan masyarakat yang terjadi secara evolitif, diikuti dengan perkembangan berbagai lembaga. Perkembangan dan perubahan tersebut antara lain meliputi:

1. Lenbanga keluarga, yaitu dari keadaan keluarga dan kebutuhannya yang sederhana menjadi semakin kompleks.

2. Lembaga pendidikan, melalui proses pendidikan seseorang berkembang menjadi pandai semakin maju, beragam dan tuntutannya pun juga semakin beragam.

3. Lembaga pekerjaan, dari kehidupan agraris ( pertanian) yang diwarnai dengan kesederhanaan berkembang ke industri yang di tandai dengan spesialisasi.

4. Lembaga lain seperti lembaga pelayanan, konsultasi, Jasa, Rekreasi dan keagamaan.

Pengaruh dari muncul dan berkembangnya berbagai lembaga tersebut dan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi mengakibatkan seseorang. Semakin banyak menghadapi berbagai tuntunan dan pilihan. Juga semakin banyak persoalan yang timbul sehingga di perlukan badan / lembaga yang bisa membantu mengatasi problema yang dihadapi, Akhirnya muncullah gerakan bimbingan.

Gerakan bimbingan lahir pada tahun 13 Januari 1908 di Amerika, ketika Frank Persons mulai mengelola Vocational Bureau ( Biro Jabatan). Ia mengarang buku Choosing A. Vocational (1909). Kemudian ia di nyatakan sebagai bapak bimbingan / Father Of Gruidana pada tahun 1909. Setiap sekolah menengah di Boston di masukkan seorang petugas bimbingan jabatan. Kemudian tahun 1910 sekitar 35 kota melaksanakan dan menganjurkan program formal bimbingan sekolah, pada tahun itu juga di selenggarakan konferehensi pertama tentang jabatan. Di hadiri 100 utusan dari 45 kota.

Pada tahun 1911 Eli.W.Weaper memdirikan lembaga bimbingan yang di beri nama The New York City Vocational Guidance Survey. Selanjutnya tahun 1917 melalui lembaga tersebut diselenggarakan Konferensi yang kedua. Sedangkan Konferensi yang ketiga tahun 1913, sejak tahun 1914 proses bimbingan mulai mengarah kepada bimbingan pendidikan, dan terus berkembang hingga kini.

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia di awali dengan munculnya benih-benih bimbingan sebagai reaksi terhadap sistem pendidikan kolonial. Yaitu sistem pendidikan untuk lapisan masyarakat kelas atas untuk didik secara barat. Sedangkan lapisan kelas menengah dan bawah didik sebagai benih. Pada tanggal 20 Mei 1908 lahirlah gerakan Budi Utomo yang berusaha memperjuangkan kemajuan bangsa dalam segala lapangan kebudayaan. Sejak saat itu muncul berbagai gerakan yang mulai terorganisir dengan baik. Tahun 1922 lahir perguruan nasional Taman Siswa dengan asas:

1. Kemerdekaan tiap orang

2. Memberikan anak untuk mencari pengetahuan dengan pikirannya sendiri.

3. Berusaha dengan kekuatannya sendiri tanpa tergantung pada bantuan orang lain.

Tahun 1960, tepatnya tanggal 20 April di selenggarakan konferensi mengenai bimbingan dalam penyuluhan masuk dalam kurikulum Fkip. Hal ini ikuti dengan keluarnya Instruksi Pemerintah ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) untuk melaksanakan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Dan menunjukkan perkembangan yang sangat besar. Tahun 1962 ada perubahan sistem pendidikan di SMA dari Jurusan A, B, C kepada kurikulum baru dengan jurusan alam, sosial, dan budaya. Dari situ di rasakan kebutuhan akan adanya bimbingan dan penyuluhan untuk mengarahkan dan mengeluarkan jurusan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Pada tahun 1964 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan naskah pembimbingan dan Penyuluhan. Dan tahun 1967 di buka jurusan Bimbingan dan Penyuluhan di beberapa Ikip. Dan tahun 1970-1971 didirikan sekolah komprehensif selanjutnya menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan dengan sk No. 172 / 1971 menetapkan dan PPSP ( Proyek Perintis Sekolah Pembangunan). Dan tahun 1972 di selenggarakan lokakarya bimbingan. Oleh Badan Pembangunan Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan berhasil di susun pola dasar rencana dan program Pendidikan dan Kebudayaan. sejak tahun 1980 gerakan bimbingan mulai digalakkan dengan menggunakan istilah konseling.

C. Perkembangan Layanan Bimbingan di Amerika

Sampai awal abad ke 20 belum ada konselor di sekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih di tangani oleh para guru, seperti dalam memberikan layanan informasi. Layanan bimbingan pribadi, sosial, karir dan akademik. Gerakan bimbingan di sekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk di sekolah-sekolah negeri. Pada tahun 1898, Jesse B. Davis. Seorang konselor sekolah di Detroit memulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907, dia di angkat menjadi kepala SMA di Grand Rapids, Michigan.

Tujuan dari bimbingan di sini adalah untuk membantu siswa agar mampu:

a. Mengembangkan karakternya yang baik ( memiliki nilai moral, ambisi, bekerja keras, dan kejujuran) sebagai aset bagi setiap siswa dalam rangka merencanakan, mempersiapkan dalam memasuki dunia kerja.

b. Mencengah dirinya dari prilaku bermasalah.

c. Menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum ( mata pelajaran).

Pada waktu yang sama para ahli lainnya juga mengembangkan program bimbingan ini sebagai:

1. Eli Weaper, pada tahun 1906 menerbitkan booklet tentang memilih suatu karir dia sudah berhasil membentuk komote Guru Pembimbing. Di setiap sekolah menengah di New York. Komite-komite ini aktif bekerja untuk membantu para pemuda.

2. Frank Parson, yang di kenal sebagai Father Of The Guidance Movement In American Education mendirikan Biro pekerjaan pada tahun 1908 di Boston. Massachussets, yang tujuannya adalah membantu para pemuda untuk memilih karir yang di dasarkan atas proses seleksi secara ilmiah dan melatih para guru untuk memberikan pelayanan sebagai konselor vokasional. Pada tahun 1909 dia menerbitkan buku Choosing a Vocation. Yang membahas tentang: (a) peranan konselor. (b) tehnik-tehnik konseling vokasional.

3. E.G. Williamson, pada akhir tahun 1930 dan awal tahun 1940 menulis buku How To Caunsel Students, A Manual Of Tehniques For Clinical Counselors. Dengan model para konselor menggunakan informasi untuk membantu siswa dalam memecahkan masalahnya.

4. Carl RF. Rogers menggunakan teori konseling Client Contered yang tidak terfokus kepada masalah, tetapi sangat mementingkan hubungan antara konselor dengan kliennya.

Pada tahun 1950, terjadi peristiwa peluncuran sputnik 1 uni soviet. Peristiwa ini sangat mencemaskan warga negara Amerika Serikat, karena mereka berpikir bahwa peristiwa ini merupakan isyarat tentang domonasi uni Soviet dalam bidang tehnologi industri dan ilmiah untuk merespon warga masyarakat, pada bulan september tahun 1958 kongres menyusun undang-undang, tertmasuk undang-undang pertahanan pendidikan nasional. Undang-undang ini memberikan kewenagan kepada pemerintah untuk mengucurkan dana bagi pendidikan. Seperti untuk pelatihan para konselor SLTP dcan SLTA dan mengembangkan program testing. Program konseling dan bimbingan sekolah. Peristiwa yang terjadi pada tgahun 1958 ini merupakan Land Mark ( peristiwa Penting) dalam dunia pendidikan di Amerika Gibson dan Higgins _ Robelt h. Gibson dan Merianne. H. Mitchell (1986) mengemukakan bahwa enam tahun setelah peristiwa yaitu kesehatan, pendidikan, kesejahteraan Amerika yaitu:

1. Kucuran dana S30 juta untuk membantu para konselor SLTA yang bekerja Full Time yang jumlahnya 12.000 orang dcan tahun 1958 dan konselor 30.000 (1:150) pada tahun 1964.

2. Pda akhir tahun akademik 1964-1965 tahun di kucurkan dana untuk membantu 480 lembaga sekolah dalam upaya meningkatkan kemampuan konseling, program ini di ikuti oleh lebih dari 15.700 orang konselor SLTP, dan para guru yang di persiapkan untuk menjadi konselor.

3. 600.00 siswa tahun dibantu untuk memperoleh atau melanjutkan study ke perguruan tinggi melalui loan (pinjaman) dari negera bagian federal.

4. 42.000 tenisi telah dilatih untuk memenuhi kebutuhan Man Power yang mengalami krisis.

5. Memberi kecuran dana beasiswa bagi 8.500 calon guru di beberapa perguruan tinggi keguruan.

Selama tahun 1960 dan 1980 an, telah terjadi perkembangan dalam peran dan fungsi konselor sekolah sebagai program perkembangan yaitu:

a. Pengembangan penerapan dan evaluasi program bimbingan komprehensif.

b. Pemberian, layanan konseling secara langsung kepada para siswa, orang tua, guru.

c. Perencanaan pendidikan dan pekerjaan.

d. Penempatkan siswa.

e. Layanan referal.

f. Konsultasi dengan guru-guru tenaga adminisrasi dan orang tua.

Khusus menyangkut konselor di sekolah dasar, Joint Committee On Elementary School Counselor mengklasifikasikannya menjadi tiga peran yaitu konseling, konsultasi, koordinasi.

Pada tahun 1975, The Education Act For all Handicapped Children menyediakan dana untuk memberikan layanan pendidikan secara khusus kepada anak-anak cacat

( berkelainan). Brfadley (John J. Pietrofesa et.al, 1980) menambah satu tahapan dari 3 tahapan tentang sejarah bimbingan menurut stiller yaitu:

1. Vocational Explrational, yaitu tahapan yang mencoba menjodohkan manusia dengan pekerjaan.

2. Meeting Individual Needs, yaitu tahapan pada periode 40 sd 50an yang menekankan kepada upaya membantu individu agar memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya.

3.Transisional Professionalisme, yaitu tahapan yang memfokuskan perhatiannya kepada upaya profesionalisasi konselor.

4. Situational Diagnosis, yaitu tahapan yang terjadi pada tahun 1970an, sebagai perubahan dan inovasi / analisis lingkungan dalam proses bimbingan.

D. Perkembangan Layanan Bimbingan di Indonesia

Perkembangan layanan bimbingan di Indonesia berbeda dengan di Amerika, seperti tertera pada di atas. Perkembangan layanan bimbingan di Amerika di mulai dengan dari usaha pemerintah. Sementara di Indonesia, perkembangan di mulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah.

Layanan dan konseling di indonesia telah mulai di bicarakan secara terbuka sejak tahun 1962. hal ini di tandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di SMA, yitu terjadinya perubahan nama menjadi SMA gaya baru dan berubahnya penjurusan ini merupakan respon akan kebutuhan untuk mengaturkan para siswa ke jurusan yang tepat bagi dirinya secara perorangan. Perumusan dan pencantuman resmi di dalam rencana pelajaran SMA ini disusul dengan berbagai kegiatan pengembangan layanan bimbingan dalam konseling di sekolah seperti rapat kerja penataran, dan lokakarya, puncak dari usaha ini adalah didirikanya jurusan bimbingan dan penyuluhan di fakultas pendidikan Ikip Negeri Bandung tahun1963.

Dengan di perkenalkannya gagasan sekolah pembangunan pada tahun 1970 / 1971. peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan sekolah pembangunan ini kemudian di tuangkan dalam program sekolah menengah pembangunan persiapan. (SMPP), Pembentukan SMPP ini di maktubkan dalam surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 0199 / 0/ 1973. usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan tersebut di laksanakan melalui proyek pembahuruan pendidikan, yang di beri nama proyek printis sekolah pembangunan (PPSP). PPSP ini telah di uji cobakan di depan Ikip, di antaranya Ikip Bandung, dan Jakarta. Badan pembangunan pendidikan telah berhasil menyusun 2 naskah dalam sejarah perkembangan layanan bimbingan konseling di Indonesia yaitu:

1. Pola dasar rencana da pengembangan program bimbingan dan penyuluhan.

2. Pedoman operasional pelayanan bimbingan konseling.

Secara formal bimbingan konseling di programkan di sekolah sejak di berlakukannya kurikulum1975, yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan bagian Integral dalam pendidikan di sekolah. Pada tahun 1975 berdiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) Di malang, IPBI ini memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap perluasan program bimbingan di sekolah. Setelah melalui penataan, maka dalam dekade 80an bimbingan di upayakan agar lebih mantap, untuk mewujudkan layanan bimbinganyang profesional dan penyempurnaan kurikulum, dari kurikulum 1975 ke 1984 dalam kurikulum 1984 telah di masukkan bimbingan karir di dalamnya.

Usaha memantapkan bimbingan terus di lanjutkan dengan diberlakukannya U.U.No.2. / 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Dalam pasal 1 ayat 1 di sebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datgang. Dan peraturan pemerintah No.28. Bab X pasal 25 / 1990 dan P.P. 29 Bab X Pasal 27 / 1990 yang mengatakan bimbingan merupakan bantuan yang di berikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Dan SK menteri pendidikan No. 84 / 1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Dalam pasal 3 tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, evaluasi pelaksanaan / analisis hasil bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan tegrhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.

Perkembangan bimbingan konseling di indonesia menjadi semakin mantap dengan terjadinya perubahan nama organisasi ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI) Menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling di Indonesia (ABKIN) Pada tahun 2001.

E. Perkembangan Konsepsi Bimbingan dan Konseling

Di negara yang bimbingan dan konselingnya telah maju, terutama Amerika Serikat perkembangan gerakan tentang bimbingan konseling yang memberikan makna berbeda terus berlangsung. Miller (1961) meringkaskan perkembangan bimbingan konseling ke dalam lima priode. Pada awal perkembangan bimbingan yang diprakarsai oleh Frank Parson, pengertian bimbingan baru mencakup bimbingan yaitu:

1. Jabatan yang pertama ini umumnya disebut personil, sebagai usaha mengumpulkan berbagai keterangan tentang individu dan jabatan.

2. Gerakan bimbingan lebih menekankan pada bimbingan pendidikan atau suatu totalitas pelayanan yang secara keseluruhan dapat di integrasikan ke dalam upaya pendidikan.

3. Pelayanan untuk penyesuaikan diri mendapat perhatikan umum, (Peningkatan Kehidupan Mental) atau upaya untuk membantu penyesuaian diri individu terhbadap dirinya sendiri, lingkungan dan masyarakat. Pada periode inilah rumusan tentang konseling di munculkan. Dan pada periode ini para ahli bimbingan bukan hanya sekedar menyediakan bimbingan atau memberikan latihan. Mereka membantu individu memecahkan masalah dalam kehidupan individu itu yang kadang-kadang amat pelik dan membesar ( jantung hatinya) bimbingan.

4. Gerakan bimbingan menekankan pentingnya proses perkembangan individu, pelayanan bimbingan di hubungkan dengan usaha individu untuk mmemenuhi tugas-tugas perkembangannya. Membantu individu dalam mengembangkan potensi dan kemampuannya dalam mencapai kematangan dan kedewasaan menjadi tujuan yang utama.

a. Tempat adanya dua arah yang berbeda yaitu kecenderungan yang ingin kembali ke periode pertama dan kecenderungan yang lebih menekankan pada revonstruksi sosial (Personal) dalam rangka membantu pemecahan masalah yang dihadapi individu.

Menurut Belkin (1975) secara tegas menolak konsep rumusan tentang konseling ia bahkan mengusulkan, dari pada meletakkan konseling sebagai bagian dari bimbingan adalah akan lebih baik dan menguntungkan untuk membangun menemukan pelayanan bimbingan seluruh pengertian bimbingan di lebur ke dalam pengertian konseling. Dan para konselor mau tidak mau terlibat dalam masalah pertumbuhan dan perkembangan individu serta segenap permasalahannya, dengan keseluruhan totalitas perwujudannya. Itu semua adalah pekerjaan konseling, tidak hanya terikat dan terbatas pada lingkungan sekolah saja., melainkan meluas sampai meliputi pekerjaan dengan sasaran keseluruhan kehidupan kemanusiaan di masyarakat luas. Dam memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menghadapi hari esok.

Menurut Prayitno (2003) mengemukakan bahwa periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan penyuluhan di indonesia melalui lima periode yaitu:

1. Periode prawacana ialah pembicaraan bimbingan konseling telah di mulai pertama oleh para pendidik yang pernah mempelajarinya di luar negeri.

2. Periode pengenalan (sebelum 1960-1970 an) secara tidak langsung memperkenalkannya Bimbingban Penyuluhan kepada masyarakat akademik dan pendidik.

3. Periode pemasyarakatan (1970-1990) di berlakukannya kurikulum 1975, untuk sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat atas / layanan bimbingan penyuluhan untuk siswa.

4. Periode konsolidasi (1990-2000) ini IPBI berusaha keras untuk mengubah kebijakan bahwa pelayanan bimbingan penyuluhan itu dapat di laksanakan oleh semua guru.

5. Periode lepas landas semula di harapkan periode konsolidasi akan dapat mencapai hasill-hasil yang memadai, sehingga mulai tahun 2001 profesi bimbingan konseling di Indonesia sudah dapat tinggal landas.

Pada bulan Desember 2003 ABKIN telah menyelenggarakan konvensi Nasional XII yang di isi dengan kegiatan seminar dan lokakarya ( semiloka) yang bertemakan Profesi Bimbingan dan Konseling Indonesia Menuju ke Arah Standar Internasional. Yang menjadi persoalan dalam penyelenggara program bimbingan konseling sampai saat ini adalah:

1. Masih terjadi kesenjangan rasio konselor (guru pembimbing) dengan jumlah sekolah dan jumlah peserta didik di setiap jenjang pendidikan, di SD,MI belum ada pengangkatan khusus konselor.

2. Dampak dari kesenjangan antara jumlah konselor dengan jumlah sekolah, di sekolah tertentu tidak ada guru pembimbing.

3. Pengangkatan guru mata pelajaran menjadi guru pembimbing di satu sisi memberikan impresi positif bagi penyelenggaraan program bimbingan konseling di sekolah.

4. Meskipun bimbingan konseling di pandang sebagai kegiatan profesional, namun secara hukum belum terproteksi oleh standar kode etik yang kokoh.

5. Bimbingan konseling masih belum faniliar di kalangan masyarakat, popularitasnya masih terbatas dalam komunikasi tertentu.

6. Masih ada kepala sekolah yang belum memahami secara tepat program bimbingan konseling.

7. Citra bimbingan konseling semakin di perburuk dengan masih adanya guru pembimbing yang kinerjanya tidak profesional.

8. LPTK yang menyelenggarakan pendidikan bagi calon guru pembimbing masih belum memilki kurikulum yang mantap untuk melahirkan konselor yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Erman Amti & Prayitno. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta1999

Hallen. Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Hibana S. & Rahman, Bimbingan dacn Konseling Pola.17, Yogyakarta: UCY.Press2003.

Yusuf Syamsul.Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Koseling, :Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005.

Hallen, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers,2002) Hlm.25

Syamsul Yusuf, Juntika Nurihsan. Landasan Bimbingan dan Koseling,, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005) hlm.87-91.

Amti Erman & Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1999) hlm.94-99.

Hibana S & Rahman. Bimbingan dacn Konseling Pola.17, (Yogyakarta: UCY Press,2003),hlm.109-111.

PAGE 16