Bimo Lbm 2kgd

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    1/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    SGD LBM 2 MODUL KEGAWAT DARURATAN

    “Sesak naas he!a" #an $usin%&

    STE' ()* Se!u"kan #era+a" sesak naas ,

    Dera+a" sesak naas

     Tin%ka" Dera+a" Kri"eria

    - Normal Ti#ak a#a kesuli"an !ernaas

    ke.uali #en%an ak"if"as !era"

    ) Rin%an Ter#a$a" kesuli"an !ernaas/ naas

    $en#ek0$en#ek ke"ika "er!uru0

    !uru a"au ke"ika !er+alan menu+u

    $un.ak lan#ai

    2 Se#an% Ber+alan le!ih lam!a" #ari$a#a

    ke!an1akan oran% !erusia sama

    karena suli" !ernaas a"au harus!erhen"i !er+alan un"uk !ernaas

    Bera" Berhen"i !er+alan se"elah 3-

    me"er 4)-- 1ar#5 un"uk !ernaas

    a"au se"elah !er+alan !e!era$a

    meni"

    6 San%a" !era" Terlalu suli" un"uk !ernaas !ila

    menin%%alkan rumah a"au suli"

    !ernaas ke"ika memakai

    !a+u7mem!uka !a+u

    S1l8ia A$/ Sorraine MW*2---*'a"ofsiolo%i konse$ klinis 'roses0$roses

    'en1aki"* 6"h e#* 9akar"a : EG;

    Klasifikasi sesak napasa* $ira"or1 #1s$noe : kesukaran !ernaas =ak"u eks$irasi 1an%#ise!a!kan suli"n1a u#ara keluar #ari $aru*

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    2/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    .* ;ar#ia. #1s$noe : #1s$noe 1an% #ise!a!kan $rimer $en1aki" +an"un%*

    #* E>er"ional #1s$noe : #1s$noe 1an% "im!ul aki!a" olahra%a*e* E>$ansional #1s$noe : #1s$noe 1an% #ise!a!kan oleh kesuli"an

    e>$ansi ron%%a "hora>*

    * 'aro>1smal #1s$noe : #1s$noe 1an% "er+a#i se=ak"u ? =ak"u !aik$a#a malam mau$un sian% hari/ #an "er+a#in1a se.ara seran%an*%* Or"hos"a"i. #1s$noe : #1s$noe 1an% !erkuran% $a#a =ak"u $osisi

    #u#uk*4'rinsi$ Ga=a" 'aru@ Dr* * Ta!rani Ra!/ Direk"ur ;hes" ;lini. 'ekan!aru@

    EG;5

    2* Men%a$a $asien sesak naas #an $usin% se"elah

    #i!erikan ke"orola. ,

    Ketorolac Tromethamine adalah suatu NSAID. Ia memiliki aktifitas anti-inflamasi,

    analgetik dan antipiretik. Cara kerjanya diperkirakan denganmenghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan melalui penghambatan

    siklooksigenase, enzim yang mengkatalisis pembentukan

     prekursorprostaglandin endoperoksida! dari asam arakhidonat.

    http"##$$$.obatinfo.%om#&'('#'(#)e*ola%-injeksi.html

    Hipersensitivitas tipe I,  merupakan suatu reaksi tipe %epat immediate immune

    reaction! terhadap suatu antigen tertentu. Sel mast dan basopil sangat berperan pada

    reaksi tipe ini. Setelah terekspose antigen, sel mast dan basopil melakukan prosesdegranulasi, kemudian mengeluarkan substan tertentu yang akan memi%u terjadinya

    inflamasi +ambar (A!. Antigen akan berinteraksi dengan molekul Ig yang terikat

    dengan afinitas tinggi dengan suatu reseptor pada permukaan sel mast, disebut

    sebagai crystallizable reseptor %!. al inilah yang akan memi%u terjadinya

    degranulasi. Sel mast yang tergranulasi akan mengeluarkan berbagai mediator 

    inflamasi diantaranya histamine, proteoglycans, protease serine, dan leukotrine.

    /elepasan mediator inflamasi se%ara %epat akan bermanifestasi klinis berupa urtikaria,

    kemerahan, hay fever , dan angioedema bengkak pada bibir, kelopak mata,

    tenggorokan, dan lidah!. Semua manifestasi tersebut sering dikenal dengan istilah

    reaksi anaphilaksis atau alergi. /ada beberapa kasus, reaksi alergi atau anaphilaksis

    ini, bermanifestasi berat, sehingga dapat menghalangi jalan nafas airway! atau

    menyebabkan terjadinya aritmia jantung.

    http"##$$$.idijembrana.or.id#inde).php0module1artikel2kode1(3 

     MEKANIME 

    http://www.obatinfo.com/2010/01/xevolac-injeksi.htmlhttp://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15http://www.obatinfo.com/2010/01/xevolac-injeksi.htmlhttp://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    3/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    454N+AN DN+AN I/67NSI

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    4/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    454N+AN D+ 568N98S/AS:

    http"##$$$.hidupkusehat.%om#antiinflamasi-nonsteroid-ains.html

    AINS bekerja terhadap metabolism prostaglandin dengan mencegah

    siklooksigenase. osfolipase A mema%u penglepasan asam arakhidonat dari fosfolipid

    di membrane sel. Asam arakhidonat merupakan substrat untuk produksi

    eikosanoid, leukotrien, tromboksan, prostasiklin dan prostaglandin.

    ase terpenting dalam sintesis prostaglandin adalah produksi /+& melalui

    oksigenase. Dua dari isoenzim tersebut sudah diketahui, C8; ( dan C8; &.

    COX 1  produksi /+ yang menunjukkan fungsi fisiologik sebagai berikut

    http://www.hidupkusehat.com/antiinflamasi-nonsteroid-ains.htmlhttp://www.hidupkusehat.com/antiinflamasi-nonsteroid-ains.html

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    5/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    • 6egulasis resistensi perifer dan arus darah ginjal serta eliminasi sodium

    • Sitoproteksi mukosa lambung dengan meningkatkan arus mu%us dan

    men%egah sekresi asam

    • :eningkatkan sensiti*itas reseptor sakit

    • 5ronkodilatasi

    COX    diinduksi monosit, maktofag, sel endotel dan sino*osit oleh rangsang

    inflamasi. ndotoksin atau I

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    6/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    7/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    * Men%a$a $asien #i!arin%kan #an kaki #iele8asi ,'osisi "ren#ele!ur% a"au !er!arin% #en%an ke#ua"un%kai #ian%ka" 4#i%an+al #en%an kursi 5 akanmem!an"u menaikan 8enous re"urn sehin%%a

    "ekanan #arah iku" menin%ka"*Patofsiologi dan Penatalaksanaan Syok Anaflaktik 

    !osisi !asien

    /asien dengan masalah Airway dan !reathing  diposisikan duduk tegak  sit up!

    sehingga akan membuat pernafasan lebih mudah. "erbaring lurus #lying flat $

    dengan atau tanpa menaikkan kaki #leg elevation$, digunakan untuk pasien

    dengan tekanan darah rendah #masalah sirkulasi$. =angan posisikan pasien duduk

    atau berdiri jika mereka merasa seperti mau pingsan, dapat mengakibatkan henti

     jantung cardiac arrest !. /asien yang masih bernafas tetapi tidak sadar, diposisikanmiring satu sisi on their side! untuk recovery. /asien hamil diposisikan miring ke kiri

    untuk men%egah terjadinya kompresi %a*al *ena %a*a!.

    http"##$$$.idijembrana.or.id#inde).php0module1artikel2kode1(3 

    6* 7 meni"/ TD

    -7C- mm%/ N )2->7meni" #en%an isi #an "e%an%an

    kuran% ,Kesa#aran somnolen karena hi$oksia/

    http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    8/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    RR 6->7meni" se!a%ai kom$ensasi "u!uh un"uk

    menin%ka"kan oksi%en #an 8en"ilasi $erusi TD -7C-mm% se!a%ai eek #ari 8aso#ila"asiN )2->7meni" se!a%ai u$a1a kom$ensasi +an"un% un"uk

    menin%ka"kan ;O/ isi #an "e%an%an kuran% karena#am$ak #ari 8aso#ila"asi

    C* Men%a$a "er#a$a" akral #in%in ,Karena me"a!olisme #i #aerah $erier menurun aki!a"

    "i#ak a#an1a oksi%en un"uk me"a!olisme sehin%%a

    $anas 1an% #ihasilkan menurun Ti#ak a#an1a oksi%en sam$ai ke #aerah $erier aki!a"

    a#an1a 8asokon"riksi #aerah $erier*

    * Men%a$a "er#a$a" naas .u$in% hi#un%/ re"raksi

    su!.os"al/ =heein% 4F5/ ase eks$irasi meman+an% ,Naas .u$in% hi#un% #an re"raksi su!.o"al u$a1a un"uk

    menin%ka"kan $ernaasanWheein% 4F5 karena #am$ak !ronkos$asme/ saa"

    ins$irasi a#a o"o"0o"o" !an"u $ernaasan semen"ara

    saa" eks$irasi "i#ak a#a sehin%%a $a#a saa" eks$irasi

    #i!an"u oleh #a1a .om$lien.e $aru  =heein% #an

    eks$irasi meman+an%

    Wheein%   saa" eks$irasi !ronkus men1em$i"

    #i"am!ah $em!en%kakan aki!a" $roses inamasi

    sehin%%a u#ara 1an% mele=a"i !ronkus akan

    !er%esekan #an "er#en%ar =heein%(* Men%a$a "er#a$a" muka ke!iru0!iruan ,

    Karena hi$oksia  oksi%en 1an% !erika"an #en%an !menurun  sianosis 4"am$ak ke!iru0!iruan5

    * Men%a$a $a#a ke#ua kelo$ak ma"a "am$ak

    an%ioe#ema #an ur"ikaria #iseluruh "u!uh ,An%ioe#ema #an ur"ikaria karena $enin%ka"an

    $ermea!ili"as 8askuler "an$a a#a kerusakan #i ma"a

    sehin%%a eks"ra8asasi .airan $lasma #ari

    eks"ra8askuler ke in"ers"isial

    3* Men%a$a #i!erikan in+eksi a#renalin

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    9/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    Adrenalin adalah obat terpenting untuk penanganan reaksi anaphilaksis. Sebagai suatu

    agonist reseptor alpha, adrenalin mela%an vasodilatasi peri&er dan mengurangi

    oedema. Dengan akti*itas reseptor beta, adrenalin mendilatasi bronchial airway,

    meningkatkan kekuatan kontaksi miokardiak, serta menekan pengeluaran

    histamine dan leukotrin. /ada mast sel terdapat reseptor beta"# adrenergic, reseptor ini dapat menghambat akti*asi mast sel, sehingga dengan pemberian adrenalin pada

    fase a$al, akan mengurangi tingkat keparahan suatu reaksi alergi 'ang dimediasi

    oleh Ig(  +ambar >!. /emberian se%ara intramuskular adalah rute terbaik untuk 

     penanganan reaksi anaphilaksis. 7empat terbaik injeksi adalah sisi anterolateral dari

    sepertiga paha bagian tengah anterolateral aspect of the middle third of the thigh!.

    !emberian secara subkutan atau inhaler tidak direkomendasikan, karena

    kurang e&ekti& dibandingkan I).

    http"##$$$.idijembrana.or.id#inde).php0module1artikel2kode1(3 

    Knapa intramuscular * absorpsi lebih cepat.

    /emberian se%ara intramuskular adalah rute terbaik untuk penanganan reaksi

    anaphilaksis. 7empat terbaik injeksi adalah sisi anterolateral dari sepertiga paha

     bagian tengah anterolateral aspect of the middle third of the thigh!. /emberian se%ara

    subkutan atau inhaler tidak direkomendasikan, karena kurang efektif dibandingkan

    I:.

    Sampai sekarang adrenalin masih merupakan obat pilihan pertama untuk mengobati

    syok anafilaksis. 8bat ini berpengaruh untuk meningkatkan tekanan darah,

    menyempitkan pembuluh darah, melebarkan bronkus, dan meningkatkan akti*itas otot

     jantung. Adrenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan histamin dan mediator

    lain yang poten. :ekanisme kerja adrenalin adalah meningkatkan cA)! dalam sel

    mast dan baso&il  sehingga menghambat terjadinya degranulasi serta pelepasan

    histamine dan mediator lainnya. Selain itu adrenalin mempunyai kemampuan

    memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus pembuluh darah perifer dan otot polos

     bronkus. Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan *asokonstriksi pembuluh darah

    arteri dan memi%u denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah

    naik seketika dan berakhir dalam $aktu pendek.

    /emberian adrenalin se%ara intramuskuler pada lengan atas, paha, ataupun sekitar lesi pada sengatan serangga merupakan pilihan pertama pada penatalaksanaan syok 

    anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang %epat setelah pemberian intramuskuler.

    /ada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik 

    dari pada pemberian subkutan. 5erikan ',3 ml larutan ( "(''' ',>-',3 mg! untuk 

    orang de$asa dan ','( ml#kg 55 untuk anak. Dosis diatas dapat diulang beberapa

    kali tiap 3-(3 menit, sampai tekanan darah dan nadi menunjukkan perbaikan.

    Adrenalin sebaikn'a tidak diberikan secara intravena kecuali pada keadaan

    tertentu sa+a misaln'a pada saat s'ok #mengancam n'a%a$ ataupun selama

    anestesia. /ada saat pasien tampak sangat kesakitan serta kemampuan sirkulasi dan

    absorbsi injeksi intramuskuler yang benar-benar diragukan, adrenalin mungkindiberikan dalam injeksi intra*ena lambat dengan dosis 3'' m%g 3 ml dari

    http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15http://www.idijembrana.or.id/index.php?module=artikel&kode=15

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    10/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

     pengen%eran injeksi adrenalin ("(''''! diberikan dengan ke%epatan ('' m%g#menit

    dan dihentikan jika respon dapat dipertahankan. /ada anak-anak dapat diberi dosis ('

    m%g#kg 55 ',( ml#kg 55 dari pengen%eran injeksi adrenalin ("(''''! dengan injeksi

    intra*ena lambat selama beberapa menit. 5eberapa penulis menganjurkan pemberian

    infus kontinyu adrenalin &-? ug#menit. Indi*idu yang mempunyai resiko tinggi untuk 

    mengalami syok anafilaksis perlu memba$a adrenalin setiap $aktu dan selanjutnya perlu diajarkan %ara penyuntikkan yang benar. /ada kemasan perlu diberi label, pada

    kasus kolaps yang %epat orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut. /amela,

    adrenalin, draholik!

    )-* Men%a$a #ok"er mem$er"im!an%kan $em!erian

    in+eksi kor"ikos"eroi# #an an"ihis"amin,

    9ortikosteroid digunakan untuk menurunkan respon keradangan, kortikosteroid tidak 

     banyak membantu pada tata laksana akut anafilaksis dan hanya digunakan pada reaksi

    sedang hingga berat untuk memperpendek episode anafilaksis atau men%egahanafilaksis berulang. +lukokortikoid intra*ena baru diharapkan menjadi efektif 

    setelah ?-@ jam pemberian. :etilprednisolon (&3 mg intra*ena dpt diberikan tiap ?-@

     jam sampai kondisi pasien stabil yang biasanya ter%apai setelah (& jam!, atau

    hidrokortison intra*ena -(' mg#9g 55, dilanjutkan dengan 3 mg#kg55 setiap @ jam,

    atau deksametason &-@ mg#kg 55.

    /engobatan tambahan dapat diberikan pada penderita anafilaksis, obat-obat yang

    sering dimanfaatkan adalah antihistamin, kortikosteroid, dan bronkodilator.

    !emberian antihistamin berguna untuk menghambat proses vasodilatasi dan

    peningkatan peningkatan permeabilitas vaskular 'ang diakibatkan oleh

    pelepasan mediator dengan cara menghambat pada tempat reseptormediatortetapi bukan bukan merupakan obat pengganti adrenalin. 7ergantung beratnya

     penyakit, antihistamin dapat diberikan oral atau parenteral. /ada keadaan anafilaksis

     berat antihistamin dapat diberikan intra*ena. 4ntuk A& seperti simetidin >'' mg!

    atau ranitidin (3' mg! harus dien%erkan dengan &' ml NaCl ',B dan diberikan

    dalam $aktu 3 menit. 5ila penderita mendapatkan terapi teofilin pemakaian simetidin

    harus dihindari sebagai gantinya dipakai ranitidin. Anti histamin yang juga dapat

    diberikan adalah dipenhidramin intra*ena 3' mg se%ara pelan-pelan 3-(' menit!,

    diulang tiap @ jam selama ? jam.

    ))* Men%a$a !ila kon#isi mem!uruk/ #ok"ermem$er"im!an%kan #i!erikan ino"ro$i. #an

    8aso$ressor $a#a $asien "erse!u" ,

    Apabila tekanan darah tidak naik dengan pemberian %airan, dapat diberikan

    *asopresor melalui %airan infus intra*ena.

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    11/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    Indikasi *asopressor "

    5ila penggantian %airan yang tepat gagal untuk mengembalikan tekanan darah dan

     perfusi organ yang adekuat, terapi *asopressor harus segera dilakukan. 7erapi

    *asopressor juga dibutuhkan untuk menjaga perfusi organ menghadapi hipotensi yang

    mengan%am nya$a bahkan ketika fluid %hallenge masih berlangsung dan hipo*olemia

     belum terkoreksi sepenuhnya.

    Anestesiologi 9 4ndip 5ab ;E Syok dan /engelolaan emodinamik &B

    Indikasi inotropik "

    Saat terjadi keadaan hipotensi meskipun pemberian %airan telah kita lakukan,

    agent*asopressor sering kita gunakan.

    7ujuan penggunaan agent *asopressor adalah untuk meningkatkan mean arterial pressure :A/!. Indikasi pemberian agent *asopressor adalah pada keadaan septik 

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    12/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    syok yang refrakter terhadap resusitasi *olume yang adekuat. Indikasi lainnya

    meliputi penanganan *asodilatory sho%k saat %ardiopulmonary bypass, anaphyla)is,

    *as%ular surgery %arotid endartere%tomy!, drug o*erdoses tri%y%li% antidepressant!

    danspinal %ord trauma.

    Sedangkan agent inotropik merupakan agent yang memiliki efek meningkatkan

    kontraktilitas jantung. 9ontraktilitas jantung yang terganggu dapat menurunkan

    %ardia% output sehingga tidak dapat memberikan perfusi maupun hantaranoksigen

    yang %ukup ke jaringan.

    dr. :ade Supradnya$ati , /ublished by yehezkielFyesi 

    )2* Se!u"kan +enis ? +enis s1ok ,

    • S1ok meru$akan sin#rom klinin 1an% #i"an#ai

    %%uan sis"em sirkulasi sehin%%a $erusi #anoksi%enasi +arin%an menurun

    •  9enis2 n1a a#a C 1ai"u :

    A* S1ok hi$o8olemi H s1ok aki!a" !erkuran%n1a

    8olume in"ra8askuler* Bisa krena "rauma/

    $er#arahan/ #llB* S1ok kar#io%enik H s1ok aki!a" ke%a%alam

    $om$a +an"un% meski$un 8olume in"ra8askuler

    masih a#ekua"* Karena em!oli $aru/ #isri"mia/

    ;* S1ok se$"ik H s1ok aki!a" sis"em inama"ori

    res$on "erha#a$ ineksi* Karena "e"anusD* S1ok neuro%eni H s1ok aki!a" ke%a%alam

    sis"em sara #alam mem$er"ahankan "onus

    8asomo"or $erier* Misal .i#era aku" me#ulla

    s$inalisE* S1ok anaflak"ik H s1ok aki!a" reaksi aler%i

    he!a" "erha#a$ $ro"ein asin% * misal #ari

    o!a"2an/ "oksin seran%%a/ makanan/ #ll

    )* DD

    Reaksi anafilaksis merupakan sindrom klinis akibat reaksi imunologis (reaksi alergi) yang bersifat sistemik, cepat dan hebat yang dapat

    menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan dan kulit. Jika reaksi tersebut cukup hebat sehingga menimbulkan syok disebut

    sebagai syok anafilaktik yang dapat berakibat fatal. Oleh karena itu syok anafilaktik adalah suatu tragedi dalam dunia kedokteran, yang

    membutuhkan pertolongan cepat dan tepat. Tanpa pertolongan yang cepat dan tepat, keadaan ini dapat menimbulkan malapetaka yang

    berakibat ganda. Disatu pihak penderita dapat meninggal seketika, dilain pihak dokternya dapat dikenai sanksi hukum yang digolongkan

    sebagai kelalaian atau malpratice. Test kulit yang merupakan salah satu upaya guna menghindari kejadian ini tidak dapat diandalkan, sebab

    ternyata dengan test kulit yang negatif tidak menjamin 100 % untuk tidak timbulnya reaksi anafilaktik dengan pemberian dosis penuh.

    Selain itu, test kulit sendiri dapat menimbulkan syok anafilaktik pada penderita yang amat sensitif. Olehnya itu upaya menghindaritimbulnya syok anafilaktik ini hampir tertutup bagi profesi dokter yang selalu berhadapan dengan suntikan. Satu-satunya jalan yang dapat

    menolong kita dari malapetaka ini bukan menghindari penyuntikan, karena itu merupakan senjata ampuh buat kita, tapi bagaimana kita

    http://www.scribd.com/yehezkiel_yesihttp://www.scribd.com/yehezkiel_yesihttp://www.scribd.com/yehezkiel_yesi

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    13/16

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    14/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    Sistem pernafasan

    Gangguan respirasi dapat dimulai berupa bersin, hidung tersumbat atau batuk saja yang kemudian segera diikuti dengan udema laring dan

    bronkospasme. Kedua gejala terakhir ini menyebabkan penderita nampak dispnue sampai hipoksia yang pada gilirannya menimbulkan

    gangguan sirkulasi, demikian pula sebaliknya, tiap gangguan sirkulasi pada gilirannya menimbulkan gangguan respirasi. Umumnya

    gangguan respirasi berupa udema laring dan bronkospasme merupakan pembunuh utama pada syok anafilaktik.

     

    Sistem sirkulasi

    Biasanya gangguan sirkulasi merupakan efek sekunder dari gangguan respirasi, tapi bisa juga berdiri sendiri, artinya terjadi gangguan

    sirkulasi tanpa didahului oleh gangguan respirasi. Gejala hipotensi merupakan gejala yang menonjol pada syok anafilaktik. Hipotensi terjadi

    sebagai akibat dari dua faktor, pertama akibat terjadinya vasodilatasi pembuluh darah perifer dan kedua akibat meningkatnya permeabilitas

    dinding kapiler sehingga selain resistensi pembuluh darah menurun, juga banyak cairan intravaskuler yang keluar keruang interstitiel (terjadi

    hipovolume relatif).Gejala hipotensi ini dapat terjadi dengan drastis sehingga tanpa pertolongan yang cepat segera dapat berkembang

    menjadi gagal sirkulasi atau henti jantung.

     

    Gangguan kulit.

    Merupakan gejala klinik yang paling sering ditemukan pada reaksi anafilaktik. Walaupun gejala ini tidak mematikan namun gejala ini amat

    penting untuk diperhatikan sebab ini mungkin merupakan gejala prodromal untuk timbulnya gejala yang lebih berat berupa gangguan nafas

    dan gangguan sirkulasi. Oleh karena itu setiap gangguan kulit berupa urtikaria, eritema, atau pruritus harus diwaspadai untuk kemungkinan

    timbulnya gejala yang lebih berat. Dengan kata lain setiap keluhan kecil yang timbul sesaat sesudah penyuntikan obat,harus diantisipasiuntuk dapat berkembang kearah yang lebih berat.

     

    Gangguan gastrointestinal

    Perut kram,mual,muntah sampai diare merupakan manifestasi dari gangguan gastrointestinal yang juga dapat merupakan gejala prodromal

    untuk timbulnya gejala gangguan nafas dan sirkulasi.

    Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik  

     

    Skema perubahan patofisiologi pada syok anafilaktik

     

    Pengelolaan Anafilaksis dan syok Anafilaksis

    Secara umum terapi anafilaksis bertujuan :

    1. Mencegah efek mediator• Menghambat sintesis dan pelepasan mediator

    http://1.bp.blogspot.com/-bA_443WFBds/TxVLTqw0GRI/AAAAAAAAARM/jM--lN_RkhM/s1600/ScreenHunter_02+Jan.+17+18.08.jpg

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    15/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    • Blokade reseptor

    2. Mengembalikan fungsi organ dari perubahan patofisiologik akibat efek mediator.

     

    Titik tangkap terapi berdasarkan perubahan patofisiologi

     

    Penanganan syok anafilaktik 

    I. Terapi medikamentosa (7,8,9)

    Prognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari kecepatan diagnose dan pengelolaannya.

    1.Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik. Hal ini disebabkan 3 faktor yaitu :

    • Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat , sehingga penderita dengan cepat terhindar dari hipoksia yang merupakan

    pembunuh utama.

    • Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan inotropik yang kuat sehingga tekanan darah dengan cepat naik 

    kembali.

    • Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP sehingga produksi dan pelepasan chemical

    mediator dapat berkurang atau berhenti.

     Dosis dan cara pemberiannya.

    0,3 – 0,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000 diberikan secara intramuskuler yang dapat diulangi 5 – 10 menit. Dosis ulangan umumnya

    diperlukan, mengingat lama kerja adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara

    intravenous setelah 0,1 – 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spoit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan. Pemberian

    subkutan, sebaiknya dihindari pada syok anafilaktik karena efeknya lambat bahkan mungkin tidak ada akibat vasokonstriksi pada kulit,

    sehingga absorbsi obat tidak terjadi.

    2.Aminofilin

    Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan

    perlahan-lahan selama 10 menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.

    3. Antihistamin dan kortikosteroid.

    Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, sebab keduanya hanya

    mampu menetralkan chemical mediators yang lepas dan tidak menghentikan produksinya. Dapat diberikan setelah gejala klinik mulai

    membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah

    difenhidramin HCl 5 – 20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5 – 10 mg IV atau hidrocortison 100 –

    250 mg IV.

    Obat obat yang dibutuhkan :

    • Adrenalin

    • Aminofilin

    • Antihistamin

    • Kortikosteroid

    II. Terapi supportif  

    Terapi atau tindakan supportif sama pentingnya dengan terapi medikamentosa dan sebaiknya dilakukan secara bersamaan. (10,11,12)

    1. Pemberian Oksigen

    http://4.bp.blogspot.com/-KDSzggr5KV8/TxVGW_VoZjI/AAAAAAAAARE/DZ72t_W2lFo/s1600/ScreenHunter_01+Jan.+17+17.57.jpg

  • 8/18/2019 Bimo Lbm 2kgd

    16/16

    Nurul Ummi Rofah LBM 2 KGD

    Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi, pemberian O2 3 – 5 ltr / menit harus dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim

    tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.

    2. Posisi Trendelenburg

    Posisi trendeleburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal dengan kursi ) akan membantu menaikan venous return

    sehingga tekanan darah ikut meningkat.

    3.Pemasangan infus.

    Jika semua usaha-usaha diatas telah dilakukan tapi tekanan darah masih tetap rendah maka pemasangan infus sebaiknya dilakukan. Cairan

    plasma expander (Dextran) merupakan pilihan utama guna dapat mengisi volume intravaskuler secepatnya. Jika cairan tersebut tak tersedia,

    Ringer Laktat atau NaCl fisiologis dapat dipakai sebagai cairan pengganti. Pemberian cairan infus sebaiknya dipertahankan sampai tekanan

    darah kembali optimal dan stabil.

    4. Resusitasi Kardio Pulmoner (RKP)

    Seandainya terjadi henti jantung (cardiac arrest) maka prosedur resusitasi kardiopulmoner segera harus dilakukan sesuai dengan falsafah

    ABC dan seterusnya. Mengingat kemungkinan terjadinya henti jantung pada suatu syok anafilaktik selalu ada, maka sewajarnya ditiap ruang

    praktek seorang dokter tersedia selain obat-obat emergency, perangkat infus dan cairannya juga perangkat resusitasi(Resucitation kit ) untuk 

    memudahkan tindakan secepatnya.

    Perangkat yang dibutuhkan :

    • Oksigen

    • Posisi Trendelenburg (kursi)

    • Infus set dan cairannya

    • Resusitation kit

    Penegahan

    1. Kewaspadaan

    Tiap penyuntikan apapun bentuknya terutama obat-obat yang telah dilaporkan bersifat antigen (serum, penisillin, anestesi lokal dll ) harus

    selalu waspada untuk timbulnya reaksi anfilaktik.Penderita yang tergolong resiko tinggi (ada riwayat asma, rinitis, eksim, atau penyakit-

    penyakit alergi lainnya) harus lebih diwaspadai lagi. Jangan mencoba menyuntikan obat yang sama bila sebelumnya pernah ada riwayat

    alergi betapapun kecilnya. Sebaiknya mengganti dengan preparat lain yang lebih aman.

    2. Test kulit

    Test kulitmemang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum pemberian obat bagi penderita yang dicurigai. Tindakan ini tak dapat

    diandalakan dan bukannya tanpa resiko tapi minimal kita dapat terlindung dari sanksi hukum. Pada penderita dengan resiko amat tinggi

    dapat dicoba dengan stracth test dengan kewaspadaan dan persiapan yang prima.3. Pemberian antihistamin dan kortikosteroid .

    Sebagai pencegahan sebelum penyuntikan obat, juga merupakan tindakan yang aman, selain itu hasilnyapun dapat diandalkan.

    4. Pengetahuan, keterampilan dan peralatan.

    Early diagnosis dan early treatment secara lege-artis serta tersedianya obata-obatan beserta perangkat resusitasi lainnya merupakan modal

    utama guna mengelola syok anafilaktik yang mungkin tidak dapat dihindari dalam praktek dunia kodokteran.

    Masalah hukum

    Walaupun test kulit tidak memberi jaminan 100 % namun demi kepentingan, test kulit sebaiknya dilakukan sebelum menyuntikan obat-

    obatan yang telah pernah dilaporkan sebagai obat yang dapat menimbulkan syok anafilaksis.Seandainya test kulit negatif dan pada

    pemberian dosis pernah terjadi syok anafilaksis kemudian tak dapat tertolong maka pertanyaannya adalah :

    1. Sudahkah kita melakukan tugas kita dengan baik yakni menggunakan standar profesi yang optimal ? Disini dituntut

    pengetahuan dan keterampilan dalam bertindak.

    2. Tersediakah obat-obatan perfection dan peralatan yang lengkap untuk melakukan RKP yang sempurna. Disini dituntuttersedianya obat-obatan perfection dan peralatan yang lengkap untuk bertindak sesuai dengan standar profesi yang muktahir.

    Jika semuanya telah kita lakukan dengan sempurna, maka paling tidak beban moril akan jauh lebih rendah dan terhindar dari tuntutan

    hukum.

     

    a*