52
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IXA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SMP NEGERI 1 PULE Disusun Oleh : SOLIKIN, S.Pd. NIP. 132255282 / 19750510 2000031 007 MGMP BAHASA INDONESIA KELOMPOK IV DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2011

Bin Smp Cerita Berantai Ix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dvgdfsg

Citation preview

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT 300 KATA PER MENIT MELALUI METODE PROKEM PADA SISWA KELAS IX F SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 1009/2010 SMP NEGERI 1 PULE

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE

CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IXA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SMP NEGERI 1 PULE

Disusun Oleh : SOLIKIN, S.Pd.NIP. 132255282 / 19750510 2000031 007

MGMP BAHASA INDONESIA KELOMPOK IV

DINAS PENDIDIKANKABUPATEN TRENGGALEK

TAHUN 2011

HALAMAN PENGESAHANJudul PTK : PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IXA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SMP NEGERI 1 PULE

Mengetahui

Trenggalek, Maret 2011Kepala SMP Negeri 1 Pule

Penulis

Drs. SARTONO, M.Pd

S0LIKIN S.Pd NIP. 195904101987031010

NIP. 19750510 2000031 007Mengetahui

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek

Drs. KUSPRIGIANTO, M.M

NIP. 195907051987101002

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Peningkatan Kemampuan Menceritakan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Cerita Berantai Pada Siswa Kelas IXA Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011 Di SMPN 1 Pule. . Dalam penyusunan PTK ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dan membimbing penulis selama penyusunan tugas akhir ini, khususnya kepada :

1. Bapak Pembina MGMP BERMUTU Bahasa Indonesia kelompok IV atas fasilitas yang telah diberikan.

2. Nara Sumber MGMP BERMUTU kelompok IV, atas segala upayanya untuk memandu pembuatan PTK ini.3. Bapak ibu kolaborator, atas segala tenaganya untuk membantu pelaksanaan PTK ini

Dengan segala kerendaan hati penulis menyadari masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan dalam PTK ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun.

PenulisDAFTAR ISIHalaman Judul .i

Lembar Pengesahan.ii

Kata Pengantar.iiiDaftar Isi..iv

Daftar Tabel 4.122Daftar Tabel 4.223Daftar Tabel 4.325Daftar Diagram 4.419Bab. I Pendahuluan1A. Latar Belakang.1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan2D. Manfaat.3Bab. II Kajian Pustaka..4A. Berbicara.4B. Pengertian Bercerita..7C. Pengalaman Pribadi..9D. Metode Pembelajaran Ceria Berantai. 9

E. Hipotesis tindakan.. 11Bab. III Metode Penelitian12 Rancangan Penelitian12A. Subjek Penelitian14B. Instrumen Penelitian...14C. Teknik Pengumpulan Data.14D. Teknik Analisi Data15

Bab. IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.16A. Hasil Penelitian.161. Kondisi Awal162. Siklus I173. Siklus II19B. Pembahasan24Bab. V Kesimpulan dan Saran28esimpulan dan Saran.

A. Kesimpulan28B. Saran28an.

Daftar Pustaka.29Lampiran.30RPP31Instrumen Pedoman Pengamatan34Surat Tugas Mengajar36Foto-foto kegiatan Pembelajaran..37..tar Tabel....

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai komponen pembelajaran. Komponen-komponen itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori utama yaitu guru, isi atau materi pembelajaran dan siswa.

Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasara, seperti metode pembelajaran, media pembelajaran dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian, guru memegang peranan sentral dalam proses pembelajaran.

Pada awal proses pembelajaran peran guru bisa lebih aktif. Guru memberikan pengetahuan yang dibutuhkan siswa dengan mengemukakan pendapat, bertanya, menjelaskan, memberikan contoh yang akan dipelajari siswa. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan berpartisipasi secara nyata menerapkan apa yang telah dipelajarinya dari guru dengan bertanya, berpendapat, mengerjakan tugas, berlatih atau mencoba.

Di bagian lain pembelajaran bahasa Indonesia yang menekankan pada aspek berbicara, menyimak, membaca dan menulis menuntut adanya kreatifitas dan kemampuan yang baik dalam pengelolaan pembelajaran. Siswa merasa tidak cepat bosan, tetapi justru semakin tertarik dan mempunyai keinginan untuk lebih mendalami materi yang disampaikan.

Menceritakan Pengalaman Pribadi merupakan bagian dari aspek berbicara, yang membutuhkan ketrampilan dan latihan. Ketrampilan bercerita seseorang dipengaruhi beberapa faktor antara lain Lingkungan pembelajar, referensi bacaan dan pengalaman. Unsur-unsur tersebut harus didukung dengan latihan-latihan, sehingga dapat mengasah kemampuan untuk bercerita

Dilain pihak kemampuan siswa untuk bercerita sangat kurang, karena aspek berbicarapun juga masih rendah.

Hal ini dapat dilihat dari kondisi SMP Negeri 1 Pule. Pembelajaran bercerita dalam bahasa Indonesia masih banyak terbentur pada kemampuan siswa untuk menghafal isi sebuah wacana, Sekaligus untuk membuat kesimpulan dari wacana tersebut. Hal ini dapat dilihat dari hasil pembelajaran dari Kompetensi Dasar Menceritakan Pengalaman Pribadi, untuk siswa kelas IX dimana rata-rata kemampuan siswa masih rendah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin meneliti kelas 9A terhadap permasalahan rendahnya kemampuan menceritakan Pengalaman Pribadi tersebut diatas . Untuk meningkatkan kemampuan ini, digunakan metode Cerita Berantai. membaca cepat tersebut

Dengan demikian, judul penelitian yang diangkat adalah PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCERITAKAN PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE CERITA BERANTAI PADA SISWA KELAS IXA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 1010/2011 DI SMP NEGERI 1 PULE

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan menceritakan pengalaman pribadi melalui metode cerita berantai siswa Kelas 9 A semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 di SMP Negeri 1 Pule?

C. Tujuan Penelian

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan menceritakan pengalaman pribadi M 00 kata per menit

melalui metode cerita berantai siswa kelas 9A semester 1 tahun pelajaran 2010/2011 di SMP Negeri 1 Pule.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dengan berpedoman pada pemilihan kata dan keefektifan kalimat.

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan metode cerita berantai dalam mengatasi kesulitan menceritakan pengalaman pribadi D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Siswa

Meningkatnya kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dengan berpedoman pada pemilihan kata dan keefektifan kalimat.

b. Bagi Guru

Meningkatknya kemampuan guru dalam menggunakan metode cerita berantai untuk mengatasi kesulitan bercerita siswa.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Berbicara

1. Pengertian Berbicara

Menurut Tarigan, (1987:15) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Komunikasi dapat mempersatukan individu-individu ke dalam kelompok-kelompok dengan jalan menyampaikan konsep-konsep umum, menciptakan suatu kesatuan lambang-lambang yang membedakannya dari kelompok-kelompopk lain, dan menetapkan suatu tindakan tersebut, serta tidak akan dapat bertahan lama jika tidak masyarakat-masyarakat bahasa.

Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari Tarigan, (1981:3).

1.1 Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi Manusia adalah mahluk sosial, dan tindakannya yang pertama dan yang paling penting adalah tindakan sosial, suatu tindakan tempat saling mempertukarkan pengalaman, saling mengemukakan dan menerima pikiran, saling mengutarakan perasaan, atau saling mengekspresikan serta menyetujui suatu pendirian atau keyakinan. Oleh karena itu maka didalam tindakan sosial haruslah terdapat elemen-elemen yang umum, yang sama-sama di setujui dan dipahami oleh sejumlah orang yang merupakan suatu masyarakat. Untuk menghubungkan anggota masyarakat maka diperlukan komunikasi Tarigan, (1981:8).

Anderson (dalam Tarigan, 1981: 9) mengemukakan adanya 8 prinsip dasar, yaitu:

1. Bahasa adalah suatu sistem

2. Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran)

3. Bahasa tersusun dari lambang-lambang mana suka (arbity symbols)

4. Setiap bahasa bersifat unik, bersifat khas

5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan

6. Bahasa adalah alat berkomunikasi

7. Bahasa berhubungan dengan kebudayaan tempat berada

8. Bahasa itu berubah-ubah.

Komunikasi dapat dipandang sebagai suatu perbuatan-perbuatan atau tindakan-tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan. Komunikasi bukan merupakan suatu kejadian, peristiwa, sesuatu yang terjadi, komunikasi adalah sesuatu yang fungsional, mengandung maksud dan dirancang untuk menghasilkan beberapa efek atau akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembaca. Brown (dalam Tarigan, 1981:10-11).

Halliday (dalam Tarigan, 1981:11) mengemukakan adanya tujuh jenis fungsi bahasa, yaitu:

1. Fungsi instrumental bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasikan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.

2. Fungsi regulasi atau fungsi pengaturan dari bahasa merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa.

3. Fungsi repersentasional adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dalam pengertian menggambarkan realitas yang terlihat oleh seseorang. 4. Fungsi interaksional bahasa bertindak untuk menjamin pemeliharaan sosial. Malinowski mempergunakan istilah phatic communion yang mengacu kepada kontak komunikatif antara sesama manusia yang semata-mata mengizinkan mereka mendirikan kontak sosial serta menjaga agar saluran-saluran komunikasi itu tetap terbuka, merupakan bagian dari fungsi interaksional bahasa.

5. Fungsi personal membolehkan seorang pembicara menyatakan perasaan, emosi, kepribadian, reaksi-reaksi yang terkandung dalam hati sanubarinya.

6. Fungsi heuristik melibatkan bahasa yang dipergunakan untuk memperoleh pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi-fungsi neuristik sering kali disampaikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang menuntut jawaban. Fungsi neuristik ini dalam pertanyaan-pertanyaan mengapa mengenai dunia sekeliling mereka.

7. Fungsi imajinatif bertindak untuk menciptakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner. Mengisahkan cerita-cerita dongeng, membuat lelucon-lelucon, atau menulis novel merupakan kegiatan yang mempergunakan fungsi imajinatif bahasa.

Ketujuh fungsi bahasa yang ditelusuri serta dirangkumkan oleh Halliday itu kita sebut dengan istilah sapta guna bahasa.

1.2 Batasan dan Tujuan BerbicaraUjaran (Speech) merupakan suatu bagian yang integral dari keseluruhan personalitas atau kepribadian, mencerminkan lingkungan sang pembicara, kontak-kontak sosial dan pendidikannya.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan Tarigan, (1981:15).

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikas. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. B. Pengertian Bercerita

Bercerita diartikan sebagai:

1) Sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya suatu peristiwa secara panjang lebar.

2) Karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau peristiwa.

3) Suatu lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan seperti drama, sandiwara, film dan sebagainya.

Berdasarkan pada Kamus Bahasa Indonesia di atas, maka dapat dimengerti bahwa cerita itu merupakan tutur atau tuturan, yaitu uraian atau gambaran atau deskripsi dari suatu peristiwa atau kejadian. Seperti dongeng tentang Roro Mendut yang menggambarkan proses terjadinya Candi Mendut.

Cerita juga dipandang sebagai suatu karangan, hal ini menunjukkan bahwa cerita itu disusun atau di buat oleh seseorang. Karangan tersebut bisa jadi disajikan secara tertulis maupun secara lesan. Karangan dalam cerita berisi tentang kejadian atau peristiwa, baik peristiwa alam maupun kejadian yang dialami manusia.

Peristiwa atau kejadian yang disusun tersebut, bisa jadi disajikan dalam bentuk pertunjukan yang bisa ditonton. Sehingga cerita tidak hanya bisa dinikmati dalam bentuk tuturan yang disimak dalam bentuk tulisan maupun lesan, tetapi juga dapat dinikmati dalam bentuk sajian permainan peran seperti sandiwara, drama, sinetron, wayang dan sebagainya.

Sementara menurut Abdul Aziz Abdul Majid (2001:8) cerita merupakan salah satu bentuk dari seni sastra yang bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka cerita memiliki keindahan dan dapat dinikmati. Pada umumnya cerita bisa menimbulkan kesenangan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.Berdasarkan pada pendapat Abdul Majid di atas, maka dapat dikatakan bahwa cerita merupakan karangan yang termasuk dalam kategori seni sastra. Karangan tersebut dapat disampaikan secara tertulis yang dapat dibaca maupun secara lesan yang dapat didengar oleh penyimak.

Sedang menurut Heri Hidayat (2003) cerita merupakan tuturan, yaitu upaya mendeskripsikan atau menggambarkan terjadinya suatu peristiwa. Di samping itu cerita juga dipandang sebagai karangan, yaitu upaya menuturkan perbuatan, kejadian, pengalaman dan lain-lain baik berupa kisah nyata (peristiwa yang benar-benar terjadi) maupun rekaan (bukan kisah nyata). Maka dapat dikatakan bahwa cerita itu bisa jadi peristiwa yang benar-benar terjadi ataupun peristiwa yang dikarang, bukan peristiwa yang sebenarnya Cerita yang bukan peristiwa yang sebenarnya biasa disebut dengan dongeng.

Jika cerita disebut sebagai suatu karangan, bercerita dapat dikatakan sebagai menyampaikan karangan. Menurut Heri Hidayat (2003) bercerita dikatakan sebagai aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan. Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi suatu kejadian.

Menurut Abdul Majid (2001:9) bercerita berarti menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka. Dari batasan yang dikemukakan oleh Abdul Majid ini menunjukkan paling tidak ada 3 komponen dalam bercerita, yaitu: (1) pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita dapat disampaikan secara lesan maupun tertulis; (2) cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini bisa dikarang sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau ditulis oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita; (3) penyimak yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak cerita yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun membaca sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis.

C. Pengalaman Pribadi

Pengalaman Pribadi adalah Peristiwa yang pernah dialami seseorang dalam kehidupannya. Pengalaman pribadi dapat berupa peristiwa yang menyenangkan, dapat pula kejadian yang tidak menyenangkan. Setiap orang dalam fase kehidupannya dapat dipastikan mengalami kejadian yang salah satu bagiannya dapat direkam dalam memori otak. Sehingga yang dimaksud pengalaman pribadi dalam penelitian ini adalah salah satu bagian peristiwa yang dialami untuk diungkapkan dalam bentuk cerita.

D.Metode Pembelajaran Cerita BerantaiTeknik cerita berantai adalah salah satu teknik dalam pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita kepada siswa pertama, kemudian siswa pertama menceritakan kepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian cerita tersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yang pertama, demikian kata Tarigan (1990) sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam webblog (http://tarmizi.wordpress.com/2009/03/08/).Menurut Tarigan (1990), Penerapan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi meningkat.Teknik atau metode cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.Secara lebih detail dan sistematis, metode cerita berantai yang dikembangkan oleh Tarigan (1990) tersebut dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. Guru menyusun suatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas.2. Cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa.3. Siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpa melihat teks, kepada siswa kedua.4. Siswa kedua menceritakan cerita itu kepada siswa ketiga.5. Siswa ketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswa pertama.6. Sewaktu siswa ketiga bercerita suaranya direkam. 7. Guru menuliskan isi rekaman siswa ketiga di papan tulis.8. Hasil rekaman diperbandingkan dengan teks asli cerita.Untuk menerapkannya lebih lanjut teknik cerita berantai dapat ditempuh langkah-langkah berikut:1.Guru menyiapkan sehelai kertas yang bertuliskan cerita atau pesan (kurang lebih satu atau tiga kalimat) yang akan disampaikan kepada siswa.2.Pesan yang hendak disampaikan guru menyangkut kejadian-kejadian yang cukup menarik dan berarti bagi siswa. Misalnya: cara meningkatkan hasil belajar, penerapan disiplin diri, atau motivasi belajar.3.Siswa yang duduk di depan menerima pesan dari guru dan meneruskannya kepada siswa yang duduk di sebelahnya. Kegiatan ini dilakukan siswa di depan kelas sambil berdiri.4.Siswa yang telah menerima pesan meneruskannya kembali kepada siswa lain. Kegiatan ini dilakukan sampai pada tiga orang siswa saja. Kemudian siswa ketiga menceritakan isi cerita kepada siswa pertama.5.Guru dan siswa membandingkan isi cerita siswa pertama dan ketiga.Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan teknik cerita berantai sebagaimana dilansir oleh Tarmizi Ramadhan dalam webblognya (http://tarmizi.wordpress.com) ternyata memberikan beberapa manfaat dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa, antara lain:1. Pembelajaran berlangsung lebih efektif.2. Keaktifan siswa lebih meningkat.3.Terjadi interaksi yang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.4. Proses pembelajaran berjalan lebih terarah dan lebih menarik.

Di samping manfaat di atas, penerapan teknik cerita berantai menurut hasil temuan di lapangan juga memiliki beberapa kendala dan hambatan, seperti:1. Waktu yang tersedia masih kurang mencukupi.2. Memerlukan kecermatan dalam memberikan penilaian.3.Kalimat yang panjang lebih dari tiga kalimat masih sulit untuk disimak.E.Hipotesis TindakanBerdasarkan uraian di atas,maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut. Kemampuan siswa dalam menceritakan pengalam pribadi dapat meningkat, jika diterapkan metode cerita berantai. BAB III METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dua siklus, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:1. Siklus 1 dengan tahapan-tahapan yaitu:

a. T ahap perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyiapkan:

RPP menceritakan pengalaman pribadi dengan alokasi waktu 2x40 menit (1 pertemuan) Sumber/ bahan pembelajaran berupa contoh teks pengalaman pribadi. bacaan yang diambil dari berbagai sumber, Instrumen penilaian tes dan non tes serta lembar observasi Kolaborator untuk kegiatan observasi pembelajaran

b. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

Pertemuan Ke-1

a. Membuka pembelajaran Menggali informasi pemahaman awal siswa tentang bercerita dengan tanya jawab

b. Memberi penguatan jawaban atas jawaban siswa tentang pemahaman bercerita c. Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok untuk melatih bercerita

d. Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam pribadi

e. Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah dipilih

f. Evaluasi hasil kerja siswa

c. Tahap pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan mencatat dalam lembar observasi.

d. Tahap refleksi

1. Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh guru dan kolaborator.

2. Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

3. Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat pembelajaran.

4. Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki pembelajaran

5. Guru dan kolaborator menyusun rancangan untuk pembelajaran pada siklus 2

2. Siklus 2

Tahapan dan kegiatan siklus 2 dilaksanakan karena ditemukan beberapa kekurangan dalam pelaksanaan siklus 1. Kegiatan siklus 2 direncanakan untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran sesuai dengan hasil pembelajaran siklus 1.

Tahapan kegiatan pada siklus 2 meliputi:

1) pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:

Pertemuan Ke-1

a. Membuka pembelajaran dengan mengingatkan kembali kegiatan pada pertemuan sebelumnya b. Memberi petunjuk atas kekurangan pada pertemuan sebelumnya c. Membagikan lembar bacaan kepada siswa dalam kelompok untuk melatih bercerita

d. Mengevaluasi kemampuan tiap siswa dengan menulis pengalam pribadi

e. Siswa menentukan gagasan utama setiap bacaan yang telah dipilih

f. Evaluasi hasil kerja siswa

2) pengamatan

Kolaborator mengamati saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan mencatat dalam lembar observasi.

3) refleksi

a. Refleksi dilaksanakan setelah pembelajaran berlangsung oleh guru dan kolaborator.

b. Guru menyampaikan kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

c. Kolaborator menyampaikan segala hal yang diamati saat pembelajaran.

d. Kolaborator menyampaikan masukan untuk memperbaiki pembelajaranA. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 9 A semester 1 tahun pelajaran 2010/2011. Kelas 9A berjumlah 39 orang, yang terdiri atas: 18 laki-laki dan 21 perempuan.

Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Pule , Dsn. Depok Desa Pule, Kecamatan Pule, Trenggalek.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini antara lain: lembar pengamatan, hasil kerja siswa, catatan proses pembelajaran.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulan dari lembar pengamatan yang dilakukan oleh observer, hasil kerja siswa yang berupa catatan cerita pengalaman pribadi.

D. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil kerja siswa berupa teks naskah cerita pengalaman pribadi . Hasil kerja siswa dikoreksi dan diberi skor sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Awal

Kelas IXA SMPN I Pule semester I tahun pelajaran 2010/2011 yang menjadi obyek penelitian terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan, sehingga jumlah keseluruhan adalah 39 siswa. Keadaan awal sebelum dilaksanakannya pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi menggunakan metode Cerita Berantai yaitu metode konvensional dimana proses menceritakan pengalaman pribadi didahului dengan menulis teks pengalaman pribadi masing-masing siswa kemudian diungkapkan dalam bentuk cerita. Metode ini dirasa penulis banyak terdapat kelemahan antara lain :

a. Siswa membutuhkan waktu untuk menulisb. Untuk tampil satu per satu menimbulkan kejenuhan pada siswac. Hasil penilaian menceritakan pengalaman pribadi bersifat subyektif, artinya asal siswa tampil, maka sudah mendapat nilai baikKelemahan-kelemahan diatas terlihat pada pembelajaran membaca cepat pada tahun pelajaran 2010/2011 semester I. Hasil Menceritakan Pengalaman Pribadi siswa banyak yang diragukan, artinya siswa yang penting tampil dan menyampaikan pengalaman pribadinya. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk mencari metode dalam pembelajaran Menceritakan Pengalaman Pribadi

2. Siklus Pertama

Pelaksanaan siklus pertama Menceritakan Pengalaman Pribadi yang difasilitasi peneliti pada siswa SMPN 1 Pule kelas IXA dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 1 November 2010, di ruang kelas IXA. Observer dalam pembelajaran ini adalah guru-guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Pule yaitu, Gotik, S.Pd dan Tut Wuri Handayani S.Pd. Pelaksanan pembelajaran ini berpedoman pada RPP siklus pertama (lampiran 1) yang telah disusun pada fase perencanaan.2.1 Deskripsi Refleksi Siklus Pertamaa. Komponen yang Perlu Diperbaiki

Pelaksanaan Refleksi dilakukan bersama-sama dengan kedua observer dengan tujuan untuk menemukan kegiatan-kegiatan yang perlu diperbaiki serta menetapkan solusinya. Hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus pertama diperoleh dua komponen pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakter Menceritakan Pengalaman PribadiPertama, dalam pembelajaran siswa secara mandiri membuat naskah cerita pengalaman pribadi yang paling mengesankan, kemudian dari masing-masing siswa cerita tersebut dibawa kedalam kelompok. Setiap kelompok pada akhir pembelajaran melaporkan hasil kerja setiap anggota kelompok. Pada tahapan ini peneliti masih meragukan hasil kerja mandiri dari masing -masing siswa .

Kedua, Dari kelompok akan dipilih satu cerita yang dianggap paling baik untuk ditampilkan dalam bentuk cerita berantai. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat subyektifitas dalam pemilihan cerita.

b. Solusi yang digunakan

Masalah pertama yang harus dicarikan solusinya adalah Hasil kerja mandiri siwa masih diragukan, karena siswa masih memungkinkan untuk membuat naskah cerita, namun tidak orisinill.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah Peneliti harus menugaskan penulisan naskah cerita pengalaman pribadi tersebut dalam kelas dan bukan pekerjaan rumah.

Masalah kedua yang harus dicarikan solusinya adalah Dari kelompok akan dipilih satu cerita pengalaman pribadi yang dianggap paling baik untuk ditampilkan dalam bentuk cerita berantai. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat subyektifitas dalam pemilihan cerita tersebut.

Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah peneliti dibantu observer memberikan rambu-rambu sebuah cerita pengalaman pribadi dikatakan baik, kepada masing-masing kelompok.c. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi pada siklus pertama dilakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut.

Pertama, Peneliti harus menugaskan penulisan naskah cerita pengalaman pribadi di dalam kelas . Hal ini dimaksudkan untuk menghindari manipulasi data.

Kedua, Memberikan rambu-rambu pada masing-masing kelompok dalam pemilihan naskah cerita pengalaman pribadi, sehingga tidak terjadi pemilihan naskah yang subyektif.3. Siklus Kedua

3.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus Kedua

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi dengan menerapkan metode cerita berantai siswa kelas IXA semester 1 SMPN I Pule pada siklus kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Desember 2010 jam pelajaran ke enam, tujuh dan ke delapan. Oserver dalam pembelajaran ini tetap guru Bahasa Indonesia SMPN 1 Pule yaitu: Ahmad Suhadi S.Pd dan Tut Wuri Handayani S.Pd. Pelaksanaan pembelajaran ini berpedoman RPP siklus kedua (lampiran 2) yang telah disusun dalam fase perencanaan.a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan peneliti berkata, Anak-anak pada hari ini kalian akan mempelajari Kompetensi Dasar yang sama dengan minggu yang lalu, yaitu pembelajaran menceritakan pengalaman pribadi yang paling mengesankan dengan menggunakan metode cerita berantai. Bapak mengulangi pembelajaran ini, karena Bapak masih belum puas terhadap hasil belajar yang kalian peroleh.Karena itu, bapak minta agar kalian lebih serius dan teliti dalam mengerjakan tugas yang telah disediakan nanti. Apakah kalian sudah siap?.

Ternyata siswa sangat antuasias untuk memulai pembelajaran dengan serempak menjawab Siap!. Kemudian peneliti memberikan penjelasan ulang tentang pelaksanaan kegiatan pada pertemua tersebut, setelah itu siswa mulai berlatih dalam kelompok.b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dimulai dengan siswa duduk dalam kelompok masing-masing. Kemudian tiap kelompok mulai memilih cerita yang akan ditampilkan secara berantai ke depan kelas. Setelah memilih cerita, setiap anggota kelompok mulai berlatih membaca isi dari cerita tersebut sekaligus mendalami inti dari cerita pengalaman pribadi tersebut. Ternyata pada proses kegiatan ini siswa dalam kelompok sangat siap untuk mengikuti dan berlatih menggunakan metode ini. Hal ini terbukti 10 kelompok tidak banyak bertanya, tetapi langsung berusaha memanfaatkan waktu untuk berlatih.Setelah lima belas menit berjalan, peneliti mulai memanggil kelompok pertama untuk maju ke depan menceritakan pengalaman pribadi. Baiklah anak-anak- marilah kita mulai melakukan tes, silakan Kelompok pertama maju ke depan untuk melaksanakan. Tidak berapa lama kelompok satu yang beranggotakan 4 anak maju ke depan. Setelah menyatakan siap, peneliti menentukan siapa yang akan bercerita pertama kali. Intan yang pertama kali peneliti tunjuk. Dengan mengawali cerita pengalaman pribadi yang begitu lancar dan ekpresi wajah yang baik Intan dapat mengawali cerita yang dipilih kelompok satu. Setelah cerita pembuka selesai, peneliti menghentikannya, kemudian meminta anggota yang lain untuk melanjutkan cerita tersebut dengan menunjuk secara acak. Pilihan jatuh kepada Dena. Dengan lancar pula dia melanjutkan cerita tersebut, hingga akhirnya semua anggota kelompok satu dapat menyelesaikan dengan baik.Selesai kegiatan ab pertanyaan peneliti langsung mencatat hasil pencapaian siswamaju ke depan untuk mengerajakan rintah untuk menjawab perpeneliti langsung memanggil kelompok dua. Dengan semangat kelompok ini maju kedepan. Setelah itu langsung peneliti pilih secara acak nama anak yang akan menceritakan pengalaman pribadi.Proses ini terus berlangsung dengan suasana yang begitu menyenangkan, karena siswa selalu penasaran dengan cerita pengalaman pribadi yang ditampilkan masing-masing kelompok. Namun demikian pada saat peneliti memanggil kelompok 5, ternyata salah satu anggotanya yaitu Tutut Istiqomah, tidak dapat melanjutkan untuk mengikuti kegiatan ini disebabkan mulai jam pertama kondisinya sakit. Sehingga pada akhir kegiatan hanya satu siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut sampai berakhir.

Berdasarkan deskripsi tersebut, maka hasil belajar siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dengan menggunakan metode cerita berantai sebagai berikut.

bsen tu untuk berlatih.Program ini. Hal ini terbukti

ntuk menjalankan Program menbaca cepat

itu, bapak minta agar kalian lebih serius dan teliti dalam mengerjakan tugas yang telah disediakan nanti.puter,2 SMPN I Pus pertama dilakukan perbaikan

meletakrsebut adalah, but adalah, pat anak memungkingkan tingkat konsentrasi ncapaian siswa dalam pekerjaannya dan buk3. Deskripsi Refleksi Siklus Pertama

naan.

pertama (lampiran 1)sia SMPN 1 Pule yaitu, Ahmad Suhadi S.Pd dan Tut Wuri HandayPenilaian Hasil Kerja Siswa

NoNamaKeberanian tampilKesesuaian cerita Rata-rata

DI EXEL

c. Kegiatn PenutupDalam kegiatan penutup peneliti meminta masukan dari setiap siswa tentang bagaimana manfaat pembelajaran, proses pembelajaran, dan sistem penilaian yang baru dilakukannyaa sebagai refleksi terhadap pembelajaran. Pak saya merasa senang belajar dengan cara ini, oleh karena itu untuk selanjutnya saya berharap setiap belajar dengan cara seperti ini. Ini adalah pernyataan Adi sambil mengangkat tangannya.

Peneliti menjawab, Insya Allah Bapak akan menggunakan cara belajar seperti ini untuk materi-materi yang memungkinkan. Ada yang mau usul atau bertanya? Setelah ditunggu beberapa waktu tidak ada yang bertanya lalu peneliti menutup pembelajaran dengan ucapan terimakasih dan Wasalamualaikum warahmatullahi wabararokatuh.B. Pembahasan Hasil Penelitian

Data yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan menceritakan pengalaman pribadi adalah data dari hasil tes pada siklus pertama dan siklus kedua. Karena data tersebut berupa angka, maka teknik pengolahan data yang digunakan adalah teknik kuantitatif.

Teknik kuantitatif yang peneliti gunakan sebagaimana dilakukan dalam pembelajaran sehari-hari dengan cara sebagai berikut. Pertama, peneliti membandingkan prosentase ketercapaian setiap tes dari masing-masing siswa pada siklus kesatu dengan kedua. Kedua, peneliti membandingkan prosentase ketercapaian seluruh tes dari setiap siswa pada siklus ke satu dan siklus ke dua.a. Perbandingan Prosentase Ketercapaian setiap tes

Berikut ini peneliti mengemukakan perbandingan prosentase ketercapaian tes dari setiap siswa pada siklus kesatu dan kedua.

DIEXEL !!!! Berdasarkan skor Tes pencapaian siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi pada siklus I dan II terdapat selisih yang diasumsikan sebagai hasil peningkatan kemampuan pemahaman terhadap kesesuaian cerita. Pada siklus I rata-rata kesesuain cerita dalam teks yang dibuat dengan yang ditampilkan adalah 67,9 sedangkan pada siklus II rata-rata adalah 76,3. Sehingga terdapat selisih 76,3-67,9= 8,4.

Untuk Keberanian tampil terdapat selisih yang diasumsikan terdapat peningkatan kemampuan individu dalam bercerita. Pada siklus I rata-rata jumlah nilai siswa adalah 61,8. Sedangkan pada siklus ke II rata-rata adalah 75,8, sehingga terdapat selisih 75,8 61,8= 14Diagram 4.4Rata-rata Kemampuan Menceritakan Pengalaman Pribadi Siklus I dan II

mana manfaat pembelajaran, proses pembelajaran, d

Berdasarkan data tersebut, telah terjadi rata-rata kemampuan menceritakan pengalam pribadi pada siklus kesatu adalah 64,82 dan siklus kedua adalah 76,04. Perbandingan peningkatan rata-rata kemampuan menceritakan pengalamn pribadi pada siklus kesatu dan siklus kedua adalah 64,82 : 76,04 = atau 13 : 15Berdasarkan data tersebut, terdapat selisih rata-rata kemampuan menceritakan pengalaman pribadi pada siklus I dan II yang merupakan hasil belajar yaitu 15 -13=2,0. Angka tersebut merupakan kemajuan hasil belajar yang signifikan.an data tersebut, terdapat selisih rata-rata kemampuan membaca cepat pada siklus II dan I yang merupakan hasil belajar ngan peningkatan rata-rata kemampuan membaca cepat pada siklus kesatu dan siklus kedua adalah

kedua adalah emampuan membaca cepat pada siklus kesatu adalah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KesimpulanHasil Observasi ditemukan beberapa peningkatan ketrampilan siswa sebagai berikut..

Berdasarkan skor rata-rata pencapaian terhadap kesesuaian cerita masing-masing bacaaan siklus I dan siklus II diperoleh selisih yang diasumsikan sebagai hasil peningkatan kemampuan terhadap pemahaman bacaan, yaitu 67,9 : 76,3 = 144,2 atau 47% : 53%=100%

Berdasarkan skor rata-rata pencapaian terhadap keberanian siswa dalam penampilan pada siklus I dan II diperoleh selisih yang diasumsikan sebagai hasil peningkatan kemampuan individu dalam bercerita , yaitu 61,8 : 75,8 = 137,6 atau 45% : 55% = 100%Rata-rata menceritakan pengalaman pribadi pada siklus kesatu adalah 64,82 dan siklus kedua adalah 76,3. Selisih keduanya merupakan hasil belajar yaitu 11,48. Perbandingan prosentase peningkatan rata-rata kemampuan menceritakan pengalaman pribadi pada siklus kesatu dan siklus kedua adalah 64,82 : 76,3 =141,12 atau 46% : 54% = 100%. Selisih prosentase tersebut adalah 8% yang merupakan peningkatan yang signifikan.Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis terbukti yaitu kemampuan siswa dalam menceritakan pengalaman pribadi dapat meningkat, jika diterapkan metode Cerita Berantai..B. Saran-saran

1. Teman-teman guru agar terus meningkatkan kemampuannya dalam ber inovasi dalam pembelajaran dikelas serta dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pedoman penelitian atau penulisan laporan yang akan memotivasi melakukan Penelitin Tindakan Kelas.

2.Sekolah hendaknya semaksimal mungkin memfasilitasi dan mendukung inovasi yang dikembangkan guru untuk meningkatakan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKASuyatno, 2004, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, Surabaya, SIC

Sumiati,Asra,2007,Metode Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima

Johnson LouAnne,2008, Pengajaran yang kreatif dan menarik, Jakarta,Indeks

Soyomukti Nurani,2010, Teori-teori Pendidikan,Jogyakarta,Ar-Ruzz Mediahttp://tarmizi,wordpress.com/2009/03/08

LAMPIRAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah :SMP NEGERI 1 PULEMata Pelajaran :Bahasa Indonesia

Kelas/Semester :IX/ 1

Standar Kompetensi : 2. Mengungkap perasaan, dan informasi, dalam bentuk komentar dan laporan.

Kompetensi Dasar : 2.2 Melaporkan secara lisan berbagai peristiwa dengan menggunakan kalimat yang jelas.

Indikator :1Mampu menceritakan pengalaman pribadi yang berkesan

2Mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang dialami Lokasi Waktu :4 x 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa mampu menceritakan pengalaman pribadi yang berkesan

2. Siswa mampu mengungkapkan pokok-pokok peristiwa yang dialami B. Materi Pembelajaran

Pengertian menceritakan pengalaman pribadi adalah: Mengungkapkan segala sesuatu yang pernah dialami terutama hal yang mengesankan dalam bentuk cerita. Dalam bercerita yang perlu diperhatikan antara lain:1. Disampaikan dengan bahasa yang singkat, jelas, dan mudah dipahami.

2. Cerita yang disampaikan lengkap.

3. Disampaikan secara runtut.Contoh Cerita Pengalaman Pribadi:

Pagi tadi, aku bangun terlambat. Bayangkan, aku baru bangun jam tujuh kurang lima. Itu karena malamnya aku nonton siaran langsung sepak bola. Aku mandi terburu-buru. Berpakaian terburu-buru. Semua dikejar waktu. Akhirnya, aku terlambat tiba di sekolah. Aku terlambat sepuluh menit. Aduh jam pertama pelajaran bahasa Indonesia. Gurunya sangat disiplin. Tok..tok, kuketuk pintu kelas, Alhamdulillah aku boleh mengikuti pelajaran. Silahkan kumpulkan tugas kalian! kata Pak Guru. Ya ampun, aku lupa membawa tugas kliping Koran. Padahal aku telah membuatnya. Nasibnasib.

Metode Pembelajaran

1. Inkuiri

2. Diskusi

3. Tanya jawab

C. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan pertama

1. Kegiatan Awal a. Siswa bertanya jawab tentang pengalam pribadib. Siswa mencermati contoh cerita pengalaman pribadi2. Kegiatan Inti

a. Siswa membaca sebuah cerita pengalaman pribadib. Siswa menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi pengalamn pribadic. Siswa secara mandiri menulis cerita pengalaman pribadi.d. Siswa dalam kelompok saling menukarkan hasil pekerjaannya untuk dipilih dan ditampilkan kedepan kelase. Siswa mempelajari cerita terbaik dalam kelompok baik urutan maupun isi cerita

f. Setiap kelompok tampil dengan satu cerita yang telah dipahaminya, kemudian guru secara acak menunjuk siapa yang memulai cerita dan siapa yang melanjutkannya. 2. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi

Pertemuan kedua

1. Kegiatan Awal

a. Siswa bertanya jawab tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu2. Kegiatan Inti

a. Siswa kembali membuka naskah cerita terbaik dalam kelompok b. Siswa mengidentifikasi butir-butir peristiwa

c. Siswa menentukan pokok-pokok peristiwa yang ada dalam ceritad. Secara bergantian, masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya

e. Siswa lain menanggapi presentasi

f. Siswa dan guru menyimpulkan bersama

3. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksiB. Sumber Belajar

LKS MGMP Bahasa Indonesia kelas IX semester 1 halaman 10C. Penilaian

1. Teknik:Tes lisan

2. Bentuk instrumen:Uraian

3. Soal instrumen:

1) Tulislah teks cerita pengalaman pribadimu yang mengesankan !2) Secara berkelompok pilihlah salah satu cerita pribadi yang paling baik untuk ditampilkan ke depan kelas3) Ceritakan kembali kedepan kelas, cerita yang telah kamu pilih dengan ditunjuk secara acak oleh bapak/ibu guru yang akan memulai ceritaPedoman penskoran

NOASPEK YANG DINILAISkor

BSBK

1Keberanian tampil

2Kesesuaian cerita dengan teks yang ditulis

Keterangan

76 100 = Baik Sekali51 75 = Baik 0 - 50 = Kurang

Pule, 16 Juli 2010 Mengetahui Guru Mata Pelajaran

Kepala SMP Negeri 1Pule Bahasa Indonesia

Drs. SARTONO, M.Pd

S0LIKIN S.Pd NIP. 195904101987031010

NIP. 19750510 2000031 007

FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN

Penampilan kelompok 3 dalam menceritakan pengalaman pribadiPenampilan kelompok 4 dalam menceritakan pengalaman pribadiTristono, Angga Prambudi, 2006, Peningkatan Kemampuan Membaca Cepat Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Siliwangi 01 Kecamatan Semarang Barat, Semarang, FIP, Universitas Negeri Semarang.

Suyatno, 2004, Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra, Surabaya, SIC

Sumiati,Asra,2007,Metode Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima

Johnson LouAnne,2008, Pengajaran yang kreatif dan menarik, Jakarta,Indeks

11

10

9

8

31

36

15

EMBED MSGraph.Chart.8 \s EMBED MSGraph.Chart.8 \s

7

6

5

3

2

1

28

17

18

19

20

24

29

27

21

18

26

13

iv

ii

v

30

4

Pule, Januari 2010

Guru Mata Pelajaran

SOLIKIN S.Pd

NIP.132255282

36

12

13

14

15

16

32

33

_1360892346.xls

_1328233813.xls