6
Biopsi Pembuangan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya (biasanya pemeriksaan histologi). Dilakukan bila ditemukan lesi yang dicurigai mengarah kepada keganasan atau bila diagnosis tidak dapat ditentukan dengan pasti. Semua lesi intra oral berwarna merah dan lesi putih yang tidak dapat diangkat dari jaringan di bawahnya perlu dibiopsi (kecuali bila diagnosis sudah pasti dan tidak berbahaya, misalnya aspirin burn). Jaringan apapun yang dieksisi perlu dikirim untuk pemeriksaan histologi, walaupun diagnosis klinis terlihat seolah-olah sudah pasti. Bila dokter gigi curiga suatu lesi merupakan keganasan, pasien sebaiknya dirujuk (segera) untuk biopsi. Untuk kasus-kasus yang lain, spesimen dikirim untuk pemeriksaan lanjut. Spesimen biopsi harus cukup besar untuk dilakukan pemeriksaan histologi, tidak boleh kurang dari 1,0 cm x 0,5 cm. Hindari spesimen dari kemungkinan terhimpit, tercabik, terbakar (tindakan electrosurgery dapat mempersulit pemeriksaan histologi). Metode biopsi Eksisi Insisi Scalpel Punch Needle/trephine/drill Aspirasi Biopsi eksisi Biasanya digunakan untuk lesi yang berdiri sendiri, dengan diameter < 1 cm. Hanya digunakan bila operator yakin bahwa lesi tersebut jinak. Ada risiko terlepasnya sel ganas bila dignosis kerja berupa lesi jinak ternyata salah. Namun demikian, nilai klinis suatu biopsi jauh lebih besar dibandingkan risiko tersebut. Dapat membantu menentukan perawatan yang tepat bila diagnosis lesi jinak ternyata benar.

Biopsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

biopsi macem2

Citation preview

Page 1: Biopsi

Biopsi• Pembuangan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan selanjutnya (biasanya pemeriksaan histologi).• Dilakukan bila ditemukan lesi yang dicurigai mengarah kepada keganasan atau bila diagnosis tidak dapat ditentukan dengan pasti.• Semua lesi intra oral berwarna merah dan lesi putih yang tidak dapat diangkat dari jaringan di bawahnya perlu dibiopsi (kecuali bila diagnosis sudah pasti dan tidak berbahaya, misalnya aspirin burn).• Jaringan apapun yang dieksisi perlu dikirim untuk pemeriksaan histologi, walaupun diagnosis klinis terlihat seolah-olah sudah pasti.• Bila dokter gigi curiga suatu lesi merupakan keganasan, pasien sebaiknya dirujuk (segera) untuk biopsi. Untuk kasus-kasus yang lain, spesimen dikirim untuk pemeriksaan lanjut.• Spesimen biopsi harus cukup besar untuk dilakukan pemeriksaan histologi, tidak boleh kurang dari 1,0 cm x 0,5 cm.• Hindari spesimen dari kemungkinan terhimpit, tercabik, terbakar (tindakan electrosurgery dapat mempersulit pemeriksaan histologi).

Metode biopsiEksisiInsisi Scalpel Punch Needle/trephine/drill Aspirasi

Biopsi eksisi• Biasanya digunakan untuk lesi yang berdiri sendiri, dengan diameter < 1 cm.• Hanya digunakan bila operator yakin bahwa lesi tersebut jinak.• Ada risiko terlepasnya sel ganas bila dignosis kerja berupa lesi jinak ternyata salah. Namun demikian, nilai klinis suatu biopsi jauh lebih besar dibandingkan risiko tersebut.• Dapat membantu menentukan perawatan yang tepat bila diagnosis lesi jinak ternyata benar.

Metode: Berikan anestesi lokal, bila mungkin anestesi blok regional. Dalam kondisi apapun, anestesi lokal tidak boleh lebih dekat dari 2 cm dari daerah yang terlibat, untuk menghindari “water logging” solusi anestesi pada spesimen.

Lesi distabilkan dengan cara menancapnya dengan suture (Gambar 4.3) (Banyak spesimen yang rusak karena terjepit tang jaringan).

Gambar 4.3 Biopsi eksisi: lesi distabilkan dengan cara menancapnya dengan suture. Stabilisasi yang menggunakan tang jaringan dapat merusak spesimen.

Lesi ditarik melalui suture.

Lakukan insisi pada mukosa di sekitar dasar lesi dalam bentuk elips.

Gunakan kombinasi potongan tumpul dan tajam untuk melepas lesi.

Letakkan spesimen segera ke dalam botol cukup besar yang berisi cairan fiksasi, diberi label, dan ditutup (volume cairan fiksasi biasanya sepuluh kali lebih banyak dari volume spesimen, merupakan formalin/formol saline 10%).

Page 2: Biopsi

Tutup luka dengan suture.

Biopsi insisi• Dilakukan untuk lesi yang besar atau bila ada dugaan keganasan.• Berisiko terlepasnya sel ganas (lihat atas).• Biopsi insisi tidak boleh dilakukan pada lesi berupa pigmentasi atau vascular. (Melanoma sangat metastatik dan lesi vaskular akan menimbulkan perdarahan berlebihan).• Catat letak lesi, ukuran dan bentuknya dalam status pasien.

Metode:Berikan anestesi lokal.

Tentukan batas yang jelas antara jaringan sehat dan lesi. Pilih spesimen yang melalui daerah batas tersebut.Lesi distabilkan dengan suture (tang jaringan dapat menghancurkan spesimen).

Iris spesimen dari tepi lesi dengan mengikutsertakan tepi jaringan sehat yang terlihat.

Spesimen harus cukup besar sehingga dapat mewakili daerah lesi yang bersangkutan.

Hindari daerah nekrotik pada lesi.

Bila lesi dekat dengan tulang, hindari perforasi periosteum (ini untuk menjaga batas lesi, barangkali diagnosis kerja lesi yang diperkirakan jinak ternyata salah).

Letakkan spesimen segera ke dalam botol yang sudah dipersiapkan yang biasanya sudah berisi cairan fiksasi dengan volume sepuluh kali lebih banyak dibandingkan volume spesimen (Misalnya formalin/formol saline 10%).

Catatan: Bila pada spesimen akan dilakukan pemeriksaan imunofluoresen, spesimen tidak perlu difiksasi. Sebaliknya spesimen harus segera dikirim dalam nitrogen cair –70ºC untuk dilakukan freezing.

Punch biopsy• Instrumen operasi digunakan untuk mendorong keluar sebagian jaringan yang dapat mewakili lesi.• Oleh karena spesimen yang dihasilkan seringkali rusak akibat prosedur ini, maka biopsi yang menggunakan scalpel lebih disukai.

Needle/trephine/drill biopsy• Tehnik ini telah digunakan untuk biopsi pada lesi fibro-osseous yang letaknya dalam.• Spesimen yang dihasilkan kecil, mungkin tidak dapat mewakili lesi yang terlibat dan dapat rusak oleh karena prosedurnya, sehingga tidak banyak digunakan.

Biopsi aspirasi (lihat di bawah untuk metode yang lebih rinci)• Dapat digunakan untuk lesi berupa kista dan disertai fluktuasi (yaitu mengandung cairan).• Bila aspirasi gagal, berarti lesi tersebut padat.• Cara ini lebih disukai dibandingkan biopsi insisi pada lesi vaskular (misalnya hemangioma), karena adanya risiko terjadi perdarahan berlebihan.• Aspirasi udara yang terjadi di daerah molar rahang atas menunjukkan bahwa jarum

Page 3: Biopsi

berada di dalam sinus maksilaris. Hal ini dapat digunakan untuk membedakan sinus dari kista.• Aspirasi udara dari kista mandibula menunjukkan adanya kista tulang soliter (haemorrhagic) (lihat halaman 175).• Aspirasi darah menunjukkan adanya suatu hematoma, hemangioma ataupun pembuluh darah.• Aspirasi pus menunjukkan adanya suatu abses atau kista yang terinfeksi.• Aspirasi keratin yang terlihat seperti pus tetapi tidak berbau busuk, menunjukkan adanya suatu keratocyst odontogenik (lihat halaman 166).• Aspirasi cairan mengandung kristal berwarna kekuningan (kolesterin) menunjukkan adanya kista periodontal ataupun dentigerous (lihat halaman 166, 168).• Adanya keratan keratin saat dilakukan pemeriksaan mikroskop dari suatu kista yang diaspirasi menunjukkan adanya keratocyst odontogenik (lihat halaman 166).Metode biopsi aspirasi:

Dengan menggunakan antiseptik ringan, bersihkan jaringan di sekitar regio aspirasi.

Suntikkan solusi anestesi lokal di atas (tidak ke dalam) lesi.

Pilih jarum yang besar lubangnya dan syringe berukuran 10 ml.

Masukkan jarum ke dalam jaringan dan cairan diaspirasi.

Pindahkan cairan yang diaspirasi tersebut ke dalam botol tertutup. (Jangan isi botol lebih penuh dari duapertiga isi botol).

Sitologi eksfoliatif• Merupakan pemeriksaan mikroskopis sel yang mengalami eksfoliasi atau dikerok dari permukaan lesi.• Merupakan pemeriksaan tambahan setelah biopsi, bukan sebagai pengganti biopsi.• Dipilih bila biopsi tidak dapat dilakukan, bila biopsi ditolak oleh pasien, untuk lesi multipel yang perlu diselidiki, atau untuk spesimen yang perlu diambil secara berurutan dan berulangkali untuk rentang waktu yang panjang.• Bila hasil pemeriksaan sitologi meragukan, maka perlu dilakukan biopsi.

Metode: Jangan mengusap permukaan lesi, kecuali untuk membuang jaringan nekrotik.Permukaan lesi harus selalu lembab.

Kerok permukaan lesi menggunakan tepi instrumen plastis yang datar dan steril atau spatel lidah dari kayu yang lembab.

Kerokan perlu dilakukan beberapa kali dalam arah yang sama.

Kerokan yang didapat diletakkan pada slide mikroskop yang sudah disiapkan dan diberi nama, disebar merata pada permukaan slide menggunakan tepi slide yang lain.

Spesimen segera difiksasi dengan larutan fiksasi yang sesuai (misalnya formalin/formol saline 10%).

Pemberian label pada botol spesimen dan pengisian formulir permintaan tes:• Semua botol spesimen diberi label berisi keterangan tentang pasien.• Spesimen disertai formulir permintaan pemeriksaan lab yang diisi lengkap.• Formulir permintaan pemeriksaan lab harus berisi penjelasan rinci tentang diagnosis kerja, riwayat pemberian obat antimikrobial dan riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu.• Formulir permintaan pemeriksaan lab juga berisi informasi keadaan klinis secukupnya

Page 4: Biopsi

sehingga dapat memberi interpretasi yang tepat untuk hasil lab yang ditemukan.• Informasi tersebut termasuk: gambaran spesimen, gambaran klinis (ukuran, lokasi, warna, konsistensi, mobilitas, limfadenopati dan sebagainya).

Catatan:1. Bila dicurigai lesi sifilis (lihat halaman 148, 189, 219), lesi rongga mulut harus dibersihkan dengan larutan saline sebelum dilakukan smear untuk pemeriksaan lapangan gelap. Spesimen darah (10 ml dalam wadah biasa) juga harus dikirim untuk pemeriksaan RPR dan TPHA.2. Bila lesi tuberkulosis yang dicurigai terjadi, hal tersebut harus dinyatakan dalam formulir permintaan pemeriksaan lab.

Pengiriman spesimen klinis/patologis:Digunakan kemasan tiga lapis (wadah pertama, kedua dan terluar):• Spesimen dikumpulkan ke dalam wadah pertama yang sesuai.• Wadah pertama tidak boleh sampai bocor.• Spesimen cair tidak boleh diisikan ke dalam wadah pertama dalam suhu 55ºC.• Wadah pertama harus diberi label yang sesuai.• Wadah pertama harus diletakkan ke dalam wadah kedua yang tidak tembus air.• Untuk spesimen cair, perlu diletakkan bahan penyerap secukupnya agar dapat menyerap seluruh isi wadah pertama, dan diletakkan di antara wadah pertama dan kedua.• Wadah pertama dan kedua diletakkan ke dalam wadah terluar.• Formulir permintaan pemeriksaan lab diisi lengkap.

• Di antara wadah kedua dan wadah terluar perlu dicantumkan beberapa hal di bawah ini: Daftar isi wadah yang besangkutan. Formulir permintaan pemeriksaan lab Nama dan alamat yang dituju Nama dan alamat pengirim Nomor telepon yang dapat dihubungi• Pada wadah terluar cantumkan: Nama dan alamat yang dituju Nama dan alamat pengirim Nama orang yang dapat dihubungi dengan nomor telepon darurat Tempelkan sticker “Bahan Infeksius”• Bila memungkinkan, spesimen dikirim ke lab tanpa perantara. Spesimen yang dikirim melalui pos dapat rusak, terhambat atau hilang.• Spesimen yang dikirim melalui the Royal Mail harus dimasukkan ke dalam spesifikasi kemasan United Nations Class 6.2 dan mengikuti peraturan kemasan U.N. 602 (kemasan dan rincian dapat diperoleh dari the Royal Mail).

Oral rinse adalah metode pengambilan isolat Candida yang non-invasif. Isolat yang didapat bisa dikultur dan diidentifikasi, selain itu bisa dilakukan pada pasien yang belum menunjukkan adanya lesi candidiasis untuk menentukan besar risiko pasien terkena candidiasis, sehingga dapat ditentukan perlu tidaknya pemberian profilaksis antifungal. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengamati efektivitas metode oral rinse untuk mengisolasi Candida dari rongga mulut pasien AIDS. Metode: Penelitian observasional dilakukan di bagian Rawat Inap Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi RSUD Dr. Soetomo. Swab pada 1/3 posterior lidah dilakukan pada 14 pasien yang memenuhi kriteria, kemudia pasien diberi 10 ml phosphate buffer saline untuk berkumur kuat-kuat selama 15 detik. Spesimen yang didapat melalui kedua metode dikultur pada medium Sabouraud untuk diamati. Hasil: Koloni Candida berhasil dikultur dari 14 spesimen (100 %) melalui kedua metode isolasi. Secara kualitiatif tampak bahwa hasil kultur dari oral rinse tampak lebih subur. Kesimpulan: Oral rinse adalah metode yang dapat diaplikasikan untuk mengisolasi Candida dari rongga mulut pasien. Tekniknya mudah, aman, non-onvasif, dan tidak memerlukan peralatan dan ketrampilan khusus, sehingga mengurangi risiko transmisi HIV

Page 5: Biopsi

Indonesian Scientific Journal Database