8
IDENTIFIKASI DAN ODONTOLOGI FORENSIK Pada prinsipnya identifikasi adalah prosedur penentuan identitas individu, baik hidup ataupun mati, yang dilakukan melalui pembandingan berbagai data dari individu yang diperiksa dengan data dari orang yang disangka sebagai individu tersebut. Sebagai prinsip umum dapat dikatakan bahwa : 1. Pada identifikasi pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin metode identifikasi. 2. Jika ada data yang tidak cocok, maka kemungkinan tersangka sebagai individu tersebut dapat disingkirkan (eksklusi). 3. Setiap kesesuaian data akan menyebabkan ketepatan identifikasi semakin tinggi. Atas dasar itu, maka dalam identifikasi individu, sebanyak mungkin metode pemeriksaan perlu diusahakan dilakukan dan satu sama lain saling melengkapi. Identifikasi personal dilakukan dengan melakukan pemeriksaan berdasarkan beberapa metode identifikasi. Kita mengenal ada 9 macam metode identifikasi yaitu : 1. Visual: Identifikasi dilakukan dengan melihat tubuh atau bagian tubuh korban secara visual, misalnya muka, tungkai dsb. Metode ini hanya dapat dilakukan jika tubuh atau bagian tubuh tersebut masih utuh. 2. Perhiasan : Beberapa perhiasan yang dipakai korban, seperti cincin, gelang, rantai, arloji, liontin, dsb dapat mengarahkan kita kepada identitas korban tersebut. Perhiasan mempunyai nilai yang lebih tinggi jika ia mempunyai ciri khas, seperti gravir nama, foto dalam liontin, bentuk atau bahan yang khas dsb. 3. Pakaian: Pakaian luar dan dalam yang dipakai korban merupakan data yang amat berharga untuk menunjukkan identitas si pemakainya, bentuknya yang unik atau yang mempunyai label tertentu (label nama, penjahit, binatu atau merek) memiliki nilai yang lebih karena dapat mempersempit kemungkinan tersangka. 4. Dokumen : Dokumen seperti SIM, KTP, Pasport dapat menunjukkan identitas orang yang membawa dokumen tersebut, khususnya jika dokumen tersebut dibawa sendiri oleh pemiliknya dan tidak palsu. 5. Identifikasi secara medis : Pemeriksaan medis dilakukan untuk mendapatkan data umum dan data khusus individu berdasarkan pemeriksaan atas fisik individu tersebut. Pada pengumpulan data umum dicari data yang umum diketahui dan dimiliki oleh setiap individu dan mudah dikonfirmasi kepada keluarga, seperti data ras, jenis kelamin, umu, berat badan, warna kulit, rambut, dsb. Data khusus adalah data yang belum tentu dimiliki oleh setiap individu atau data yang tidak dengan mudah dikonfirmasi kepada keluarganya, seperti data foto ronsen, data lab, adanya tattoo, bekas operasi atau jaringan parut, tehnik superimposisi, tehnik rekonstruksi wajah, dsb. 6. Odontologi forensik: Pemeriksaan atas gigi geligi dan jaringan sekitarnya serta berbagai perubahan akibat perawatan gigi dapat membantu menunjukkan identitas individu yang bersangkutan. 7. Serologi forensik : Pada awalnya yang termasuk dalam

bite mark

  • Upload
    beta

  • View
    7

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bite mark

Citation preview

IDENTIFIKASI DAN ODONTOLOGI FORENSIKPada prinsipnya identifikasi adalah prosedur penentuan identitas individu, baik hidup ataupun mati, yang dilakukan melalui pembandingan berbagai data dari individu yang diperiksa dengan data dari orang yang disangka sebagai individu tersebut. Sebagai prinsip umum dapat dikatakan bahwa :1. Pada identifikasi pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin metode identifikasi.2. Jika ada data yang tidak cocok, maka kemungkinan tersangka sebagai individu tersebut dapat disingkirkan (eksklusi).3. Setiap kesesuaian data akan menyebabkan ketepatan identifikasi semakin tinggi.Atas dasar itu, maka dalam identifikasi individu, sebanyak mungkin metode pemeriksaan perlu diusahakan dilakukan dan satu sama lain saling melengkapi.

Identifikasi personal dilakukan dengan melakukan pemeriksaan berdasarkan beberapa metode identifikasi. Kita mengenal ada 9 macam metode identifikasi yaitu :1. Visual:Identifikasi dilakukan dengan melihat tubuh atau bagian tubuh korban secara visual, misalnya muka, tungkai dsb. Metode ini hanya dapat dilakukan jika tubuh atau bagian tubuh tersebut masih utuh.2. Perhiasan :Beberapa perhiasan yang dipakai korban, seperti cincin, gelang, rantai, arloji, liontin, dsb dapat mengarahkan kita kepada identitas korban tersebut. Perhiasan mempunyai nilai yang lebih tinggi jika ia mempunyai ciri khas, seperti gravir nama, foto dalam liontin, bentuk atau bahan yang khas dsb.3. Pakaian:Pakaian luar dan dalam yang dipakai korban merupakan data yang amat berharga untuk menunjukkan identitas si pemakainya, bentuknya yang unik atau yang mempunyai label tertentu (label nama, penjahit, binatu atau merek) memiliki nilai yang lebih karena dapat mempersempit kemungkinan tersangka.4. Dokumen :Dokumen seperti SIM, KTP, Pasport dapat menunjukkan identitas orang yang membawa dokumen tersebut, khususnya jika dokumen tersebut dibawa sendiri oleh pemiliknya dan tidak palsu.5. Identifikasi secara medis :Pemeriksaan medis dilakukan untuk mendapatkan data umum dan data khusus individu berdasarkan pemeriksaan atas fisik individu tersebut. Pada pengumpulan data umum dicari data yang umum diketahui dan dimiliki oleh setiap individu dan mudah dikonfirmasi kepada keluarga, seperti data ras, jenis kelamin, umu, berat badan, warna kulit, rambut, dsb. Data khusus adalah data yang belum tentu dimiliki oleh setiap individu atau data yang tidak dengan mudah dikonfirmasi kepada keluarganya, seperti data foto ronsen, data lab, adanya tattoo, bekas operasi atau jaringan parut, tehnik superimposisi, tehnik rekonstruksi wajah, dsb.6. Odontologi forensik:Pemeriksaan atas gigi geligi dan jaringan sekitarnya serta berbagai perubahan akibat perawatan gigi dapat membantu menunjukkan identitas individu yang bersangkutan.7. Serologi forensik :Pada awalnya yang termasuk dalam kategori pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan terhadap polimorfisme protein yaitu pemeriksaan golongan darah dan golongan protein serum. Perkembangan ilmu kedokteran menyebabkan ruang lingkup serologi diperluas dengan pemeriksaan polimorfisme protein lain yaitu pemeriksaan terhadap enzim eritrosit serta pemeriksaan antigen Human Lymphocyte Antigen (HLA).Pada saat ini dengan berkembangnya analisis polimorfisme DNA, bidang ini menjadi lebih luas lagi karena bahan pemeriksaan bukan lagi darah, melainkan hampir seluruh sel tubuh kita. Hal ini memberikan dampak kecenderungan penggantian istilah serologi dengan istilah hemereologi yang mencakup semua hal diatas.8. Sidik jari :Telah lama diketahui bahwa sidikjari setiap orang didunia tidak ada yang sama sehingga pemeriksaan sidikjari dapat digunakan untuk identifikasi individu.9. Eksklusi :Dalam kecelakaan massal yang menyebabkan kematian sejumlah individu, yang nama-namanya ada dalam daftar individu (data penumpang, data pegawai dsb), maka jika (n-1) individu telah teridentifikasi, maka satu individu terakhir diputuskan tanpa pemeriksaan (per ekslusionam) sebagai individu yang tersisa menurut daftar tersebut.

Pada dasarnya kata identifikasi berasal dari bahasa asing yang berarti usaha untuk mengenal kembali suatu mahluk. Menurut Harmaini (2001) identifikasi diartikan sebagai usaha mencari sejumlah persamaan antara objek pemeriksaan dengan data-data korban dengan membandingkan satu sama lain berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.Pada umumnya identifikasi terhadap seseorang (hidup atau sudah meninggal) dilakukan untuk alasan (CottoneandBaker, 1982) :1) Membuat surat keterangan kematian yang menjelaskan bahwa seseorang benar-benar sudah meninggal, surat tersebut biasanya diperlukan untuk masalah-masalah legal, seperti untuk keperluan asuransi, pembagian warisan, urusan-urusan bisnis, dan surat keterangan apabila si istri atau suami yang ditinggalkan ingin menikah kembali.2) Alasan pribadi atau alasan keluarga, identifikasi dilakukan untuk mengetahui identitas orang hilang atau meninggal secara mendadak yang mungkin saja meredakan ketegangan emosi dari keluarga bersangkutan. Masalah dapat pula timbul dalam tata cara pemakaman apabila dalam suatu kematian massal melibatkan orang-orang yang berbeda agama, karenanya harus dilakukan identifikasi.3) Kasus-kasus kriminal, bukti dapat saja tergantung pada identifikasi positif dari korban dan penentuan tentang hubungan antara korban dengan pelaku, terutama jika pembunuhan melibatkan anggota keluarga atau kenalan. Oleh karena identifikasi merupakan dasar terhadap penyelidikan polisi, korban yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat ditentukan apakah dibunuh atau bunuh diri, biasanya menyebabkan kasus tersebut tidak dapat diselesaikan.Dalam proses identifikasi dikenal sembilan metode identifikasi, yaitu (Idries, 1997) :1) Metode visualMetode ini dilakukan dengan memperhatikan korban secara teliti, terutama wajahnya oleh pihak keluarga atau rekan dekatnya, maka identitas korban dapat diketahui. Walaupun metode ini sederhana, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan perlu diketahui bahwa metode ini baru dapat dilakukan bila keadaan tubuh dan terutama wajah korban masih dalam keadaan baik dan belum terjadi pembusukkan yang lanjut. Selain itu perlu diperhatikan faktor psikologis, emosi, dan latar belakang pendidikan karena faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Juga perlu diingat bahwa manusia itu mudah terpengaruh dengan sugesti, khususnya sugesti dari pihak penyidik.2) PakaianPencatatan yang teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode, dan adanya tulisan-tulisan, seperti merek pakaian, penjahit,laundry, dan inisial nama dapat memberikan informasi yang berharga, milik siapakah pakaian tersebut. Bagi korban yang tidak dikenal, menyimpan pakaian secara keseluruhan atau potongan-potongan dengan ukuran 10 cm x 10 cm adalah tindakan yang tepat agar korban masih dapat dikenali walaupun tubuhnya sudah dikubur.3) PerhiasanAnting-anting, kalung, gelang serta cincin yang ada pada tubuh korban, khususnya bila perhiasan itu terdapat inisial nama seseorang yang biasanya terdapat pada bagian dalam dari gelang atau cincin, akan membantu dokter atau pihak penyidik dalam menentukan identitas korban. Mengingat kepentingan tersebut maka penyimpanan dari perhiasan haruslah dilakukan dengan baik.4) DokumenKartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, paspor, kartu golongan darah, tanda pembayaran, dan lain sebagainya dapat menunjukkan identitas korban. Benda-benda tersebut biasa ditemukan dalam dompet atau tas korban.5) MedisPemeriksaan fisik secara keseluruhan yang meliputi bentuk tubuh, tinggi, berat badan, warna mata, adanya cacat tubuh, kelainan bawaan, jaringan parut bekas operasi, dan tato dapat turut membantu menentukan identitas korban. Pada beberapa keadaan khusus, tidak jarang harus dilakukan pemeriksaan radiologis, yaitu untuk mengetahui keadaan sutura, bekas patah tulang atau pen, serta pasak yang dipakai pada perawatan penderita patah tulang.6) GigiBentuk gigi dan bentuk rahang merupakan ciri khusus dari seseorang, sedemikian khususnya sehingga dapat dikatakan tidak ada gigi atau rahang yang identik pada dua orang berbeda. Hal ini menjadikan pemeriksaan gigi memiliki nilai yang tinggi dalam penentuan identitas seseorang. Satu keterbatasan pemanfaatan gigi sebagai sarana identifikasi adalah belum meratanya sarana untuk pemeriksaan gigi, demikian pula pendataannya (rekam medik gigi) karena pemeriksaan gigi masih dianggap sebagai hal yang mewah bagi kebanyakan rakyat Indonesia.7) Sidik jariDapat dikatakan bahwa tidak ada dua orang yang mempunyai sidik jari yang sama, walaupun kedua orang tersebut kembar. Atas dasar ini, sidik jari merupakan sarana yang penting khususnya bagi kepolisian didalam mengetahui identitas seseorang. Pemeriksaan sidik jari ini mudah dilakukan dan murah pembiayaannya. Walaupun pemerikasaan sidik jari tidak dilakukan oleh dokter, dokter masih mempunyai kewajiban untuk mengambilkan (mencetak) sidik jari, khususnya sidik jari pada korban meninggal dan keadaan mayatnya telah membusuk.8) SerologiSampel darah dapat diambil dari dalam tubuh korban, maupun bercak darah yang berasal dari bercak-bercak pada pakaian. Hal-hal tersebut dapat menentukan golongan darah si korban.9) EksklusiMetode ini umumnya hanya dipakai pada kasus dimana banyak terdapat korban (bencana massal), seperti peristiwa kecelakaan pesawat, kecelakaan kereta api, dan kecelakaan angkutan lainnya yang membawa banyak penumpang. Dari daftar penumpang (passenger list) pesawat terbang akan dapat diketahui siapa saja yang menjadi korban. Bila dari sekian banyak korban tinggal satu yang belum dapat dikenali oleh karena keadaan mayatnya sudah sedemikian rusak, maka atas bantuan daftar penumpang akan dapat diketahui siapa nama korban tersebut, caranya yaitu dari daftar penumpang yang ada dikurangi korban lain yang sudah diketahui identitasnya.Dari sembilan metode tersebut hanya metode identifikasi dengan sidik jari yang tidak lazim dikerjakan oleh dokter dan dokter gigi, melainkan dilakukan oleh pihak kepolisian (Idries, 1997). Walaupun ada sembilan metode identifikasi yang kita kenal, dalam prakteknya untuk menentukan identitas seseorang tidak perlu semua metode dikerjakan. Dari sembilan metode tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat metode identifikasi yang dianggap primer, yaitu identifikasi dengan sidik jari dan gigi. Hal tersebut dikarenakan jarang bahkan hampir tidak ada sidik jari dan gigi yang identik antara dua orang berbeda, sehingga kedua metode tersebut bersifat sangat individual dan memiliki validitas yang sangat tinggi. Apabila dilakukan pemeriksaan DNA, hasil pemeriksaannya juga dapat dijadikan bahan identifikasi primer, hanya saja metode identifikasi dengan DNA membutuhkan biaya yang mahal (Depkes RI, 2006).

BITEMARKDEFINISI BITEMARKMenurut William Eckert (1992), pola gigitan adalah bekas gigitan dari pelaku yang tertera pada kulit korban dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat di bawah kulit sebagai pola akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui kulit korban. Menurut Bowers dan Bell (1955) mengatakan bahwa pola gigitan merupakan suatu perubahan fisik pada bagian tubuh yang disebabkan oleh kontak atau interdigitasi antara gigi atas dengan gigi bawah sehingga struktur jaringan terluka baik oleh gigi manusia maupun hewan. Menurut Sopher (1976) mengatakan bahwa pola gigitan yang ditimbulkan oleh hewan berbeda dengan manusia oleh karena perbedaan morfologi dan anatomi gigi geligi serta bentuk rahangnya.Menurut Curran et al (1680) mengatakan bahwa pola gigitan pada hewan buas yang dominan membuat perlukaan adalah gigi kaninus atau taring yang berbentuk kerucut. Menurut Levine (1976) mengatakan bahwa pola gigitan baik pola permukaan kunyah maupun permukaan hasil gigitan yang mengakibatkan putusnya jaringan kulit dan dibawahnya baik pada jaringan tubuh manusia maupun pada buah-buahan tertentu misalnya buah apel dapat ditemukan baik korban hidup maupun yang sudah meninggal. Sedangkan menurut Soderman dan OConnel pada tahun 1952 mengatakan bahwa yang paling sering terdapat pola gigitan pada buah-buahan yaitu buah apel,pear dan bengkuang yang sangat terkenal dengan istilah Apple Bite Mark. Sedangkan menurut Lukman (2003) mengatakan bahwa pola gigitan mempunyai suatu gambaran dari anatomi gigi yang sangat karakteristik yang meninggalkan pola gigitan pada jaringan ikat manusia baik disebabkan oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu sangat berbeda.Menurut Mac Donalds (1974), Bite mark is a mark made by teeth either alone or in combination with other mouthparts. Menurut Jacobson dan Keiser-Nielsen (1981), Bite mark is tooth mark produced by antagonist teeth.KLASIFIKASI POLA GIGITANPola gigitan mempunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya gigitan, pada pola gigitanmanusia terdapat 6 kelas yaitu:1. Kelas I :pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus.2. Kelas II :pola gigitan kelas II seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat pola gigitan cusp bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.3.Kelas III:pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigit insisive telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.4.Kelas IV:pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan irreguler.5.Kelas V:pola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan insisive, kaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.6.Kelas VI:pola gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari rahang atas, rahang bawah, dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dan pembukaan mulut.JENIS-JENIS POLA GIGITAN PADA MANUSIAPola gigitan pada jaringan manusia sangatlah berbeda tergantung organ tubuh mana yang terkena, apabial pola gigitan pelaku seksual mempunyai lokasi tertentu, pada penyiksaan anak mempunyai pola gigitan pada bagian tubuh tertentu pula akan tetapi pada gigitan yang dikenal sebagai child abuse maka pola gigitannya hampir semua bagian tubuh. Jenis pola gigitan pada manusia ada 4 macam yaitu: pola gigitan heteroseksual, pola gigitan pada penyiksaan anak (child abuse), pola gigitan hewan, pola gigitan homoseksual / lesbian, luka pada tubuh korban yang menyerupai lluka pola gigitan1.Pola gigitan heteroseksualPola gigitan pada pelaku-pelaku hubungan intim antar lawan jenis dengan perkataan lain hubungan seksual antara pria dan wanita terdapat penyimpangan yang sifatnya sedikit melakukan penyiksaan yang menyebabkan lawan jenis sedikit kesakitan atau menimbulkan rasa sakit.Pola gigitan dengan aksi lidah dan bibir: pola gigitan ini terjadi pada waktu pelaksanaan birahi antara pria Dan wanita.Pola gigitan pada organ genital: pola gigitan ini bila terjadi pada pria biasanya dilakukan gigitan oleh orang yang dekat dengannya misalnya istrinya atau teman selingkuhnyanya yang mengalami cemburu buta.Pola gigitan pada sekitar organ genital: pola gigitan ini terjadi akibat pelampiasan dari pasangannya atau istrinya akibat cemburu buta yang dilakukan pada waktu suaminya tertidur pulas setelah melakukan hubungan seksual.Pola gigitan pada organ genital: pola gigitan ini modus operandinya yaitu pelampiasan emosional dari lawan jenis atau istri karena cemburu buta. Biasanya hal itu terjadi pada waktu korban tertidur lelap stelah melakukan hubungan intim.Pola gigitan pada mammae: pola gigitan ini terjadi pada waktu pelaksanaan senggama atau berhubungan intim dengan lawan jenis. Pola gigitan ini baik disekitar papilla mammae dan lateral dari mammae. Oleh karena mammae merupakan suatu organ tubuh setengah bulatan maka luka pola gigitan yang dominan adalah gigitan kaninus. Sedangkan pola gigitan gigi seri terlihat sedikit atau hanya memar saja.2.Pola gigitan pada penyiksaan anak (child abuse)Pola gigitan ini dapat terjadi pada seluruh lokasi atau di sekeliling tubuh anak-anak atau balita yang dilakukan oleh ibunya sendiri. Hal ini disebabkan oleh suatu aplikasi dari pelampiasan gangguan psikis dari ibunya oleh karena kenakalan anaknya atau kerewelan anaknya ataupun kebandelan dari anaknya.Pola gigitan ini terjadi akibat faktor-faktor iri dan dengki dari teman ibunya, atau ibu anak tetangganya oleh karena anak tersebut lebih pandai, lebih lincah, lebih komunikatif dari anaknya sendiri maka ia melakukan pelampiasan dengan menggunakan gigitannya dari anak tersebut. Hal ini terjadi dengan rencana oleh karena ditunggu pada waktu korban tersebut melewati pinggir atau depan rumahnya dan kemudian setelah melakukan gigitan itu, ibu tersebut melarikan diri. Lokasi pola gigitan pada bagian tubuh tertentu yaitu daerah punggung, bahu atas, leher.3.Pola gigitan hewanPola gigitan hewan umumnya terjadi sebagai akibat dari penyerangan hewan peliharaan kepada korban yang tidak disukai oleh hewan tersebut. Kejadian tersebut dapat terjadi tanpa instruksi dari pemeliharanya atau dengan instruksi dari pemeliharanya. Beberapa hewan yang menyerang korban karena instruksi dari pemeliharanya biasanya berjenisherderatauDobermanyang memang secara khusus dipelihara pawang anjing di jajaran kepolisian untuk menangkap pelaku atau tersangka. Pola gigitan hewan juga disebabkan sebagai mekanisme pertahanan diri maupun sebagai pola penyerangan terhadap mangsanya. Macam-macam pola gigitan hewan antara lain:a. Pola gigitan anjing; biasanya terjadi pada serangan atau atas perintah pawangnya atau induksemangnya. Misalnya dijajaran kepolisian untuk mengejar tersangka atau pelaku dan selalu pola gigitan terjadi pada muka sama seperti hewan buas lainnya antara lain harimau, singa, kucing, serigala.b.Pola gigitan hewan pesisir pantai; pola gigitan ini terjadi apabila korban meninggal di tepi pantai atau korban meninggal dibuang di pesisir pantai sehingga dalam beberapa hari atau beberapa minggu korban tersebut digerogoti oleh hewan-hewan laut antara lain kerang, tiram.c. Pola gigitan hewan peliharaan; pola gigitan ini terjadi karena hewan peliharaan tersebut tidak diberi makan dalam beberapa waktu yang agak lama sehingga ia sangat lapar sehingga pemeliharanya dijadikan santapan bagi hewan tersebut.4.Pola gigitan homoseksual / lesbianPola gigitan ini terjadi sesama jenis pada waktu pelampiasan birahinya. Biasanya pola gigitan ini di sekitar organ genital yaitu paha, leher dan lain-lain.5.Luka pada tubuh korban yang menyerupai lluka pola gigitan.Luka-luka ini terjadi pada mereka yang menderita depresi berat sehingga ia secara nekat melakukan bunuh diri. Yang sebelumnya ia mengkonsumsi alcohol dalam jumlah overdosis.KLASIFIKASI POLA GIGITAN MANUSIA :1.Kelas I : polanya menyebar. Tidak ada tanda-tanda gigi individu diidentifikasi. Mungkin ada tanda salah satu atau kedua lengkung rahang. Mungkin ada sedikit atau tidak ada nilai pembuktian untuk pencocokan pada tersangka. Bahkan, mungkin gigitan kelas I tidak dapat diidentifikasi sebagai pola gigitan manusia, hanya luka berbentuk bulat. Bagaimanapun, yang mungkin menjadi nilai besar dalam hal ini yaitu seperti saliva, DNA, bentuk lengkung, dan sebagainya.2.Kelas II : luka gigitan ini memiliki karakteristik kedua kelas dan karakteristik individual. Lengkung rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) dapat diidentifikasi. Gigi yang spesifik mungkin diidentifikasi. Gigitan kelas II mungkin lebih digunakan untuk eksklusi daripada inklusi pada tersangka.3.Kelas III : gigitan ini akan memperlihatkan morfologi gigi yang sangat baik paling sedikit pada satu rahang. Bentuk gigi spesifik dan posisinya pada lengkung geligi dapat diidentifikasi. Pola gigitan kelas ini dapat menghasilkan profil geligi dari si penggigit dan akan digunakan baik pada inklusi maupun eksklusi. Dimensi ketiga lekukan-lekukan ini mungkin tampak dan dapat membantu memperkirakan waktu gigitan diberikan dalam hubungannya dengan waktu kematian.4.Kelas IV : gigitan ini akan menjadi eksisi atau insisi pada jaringan. Darah tampak pada permukaan dan DNA mungkin terkontaminasi. Gigitan kelas ini sulit jika tidak memungkinkan untuk mendapatkan profil gigi yang menyebabkannya. Bagaimanapun, gigitan kelas IV akan hampir selalu menghasilkan luka permanen atau cacat : hilangnya jari atau telinga. Atau bekas luka permanen.