Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KOMUNIKATOR POLITIK
DAN
KEPEMIMPINAN POLITIK
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Komunikasi Politik dan Media Massa
Yang dibina oleh MUHAMMAD SHOBARUDDIN,Drs.,MA.
OLEH
Siti Iskha Robiyah (115030100111133)
Miro’atul Mustawaniyah (115030100111134)
Kelas : A
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
1. KOMUNIKATOR POLITIK DAN KEPEMIMPINAN POLITIK
Komunikator Politik
Didalam dunia pemerintahan kita tidak lepas dari dunia politik. Karena
pada dasarnya politik itu sangat penting dalam berbagai kegiatan pemerintahan.
Di dalam politik itu terdapat beberapa unsur perpolitikan. Seperti halnya adanya
pelaku politik yang terdiri dari komunikator maupun komunikan. Seorang
komunikator itu harus mampu membawa suasana yang tidak menjenuhkan,
sehingga komunikator harus ahli dalam mengolah suasana ruang lingkup politik.
Komunikator Politik adalah orang atau sekelompok orang yang menyampaikan
pesan poltik yang biasanya berkaitan dengan kekuasaan pemerintah, kebijakan
pemerintah, aturan pemerintah, kewenangan pemerintah yang bertujuan untuk
mempengaruhi khalayak baik itu verbal atau non verbal. Menurut "Nimmo
(1989)" mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik terdiri dari:
Politikus, Profesional, Aktivis. Dan komunikator yang baik memiliki beberapa
karakter yaitu seperti : Mengenal diri sendiri, Kredibiltas (kepercayaan), Daya
tarik dan Power (kekuatan).
Menurut Lasswell komunikasi politik mencakup : pesan politik, persuasi
atau ajakan politik, media politik, khalayak politik dan dampak politik. Politikus
adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah,
tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak
mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudikatif.
Daniel Katz (dalam Nimmo, 1989) membedakan politikus ke dalam dua
hal yang berbeda berkenaan dengan sumber kejuangan kepentingan politikus pada
proses politik, yaitu: politikus ideolog (negarawan) dan politikus partisan.
a). Politikus ideolog adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangkan kepentingan bersama/publik. Mereka tidak begitu terpusat
perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan atau
kelompoknya. Mereka lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan
kebijakan yang lebih luas, mengusahakan reformasi, bahkan mendukung
perubahan revolusioner, jika hal ini mendatangkan kebaikan lebih bagi
bangsa dan negara.
b). Politikus partisan adalah orang-orang yang dalam proses politik lebih
memperjuangan kepentingan seorang langganan atau kelompoknya. Dengan
demikian, politikus utama yang bertindak sebagai komunikator politik yang
menentukan dalam pemerintah Indonesia adalah: para pejabat eksekutif
(presiden, menteri, gubernur, dsb), para pejabat Legislatif (ketua MPR, Ketua
DPR/DPD, Ketua Fraksi, Anggota DPR/DPD, dsb), para pejabat yudikatif
(Ketua/anggota Mahkamah Agung, Ketua/anggota Mahkamah Konstitusi,
Jaksa Agung, jaksa, dsb).
Kepemimpinan Politik
Sebelum membahas tentang kepemimpinan politik, kita ketahui bahwa
kepemimpinan itu berasal dari kata pemimpin (leader). Pemimpin adalah sosok
yang dengan segenap potensi dan kewenangan yang ada mampu memotivasi,
mengarahkan, dan menggerakkan orang lain untuk secara sadar dan sukarela
berpartisipasi di dalam mencapai tujuan organisasi. Sedangkan kepemimpinan
(leadership) adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
dalam memimpin organisasi. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi, memotivasi, dan mengaktivasi aneka potensi dan sumber daya
yang ada, sehingga organisasi yang dipimpinnya mampu berjalan secara efektif
dalam rangka mengupayakan perwujudan tujuan-tujuannya (leadership is the
ability of an individual to influence, motivate, and enable others to contribute
toward the effectiveness and success of the organizations of which they are
members). Organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang teknis
penyelenggaraannya sederhana hingga yang amat kompleks.
Secara teoritis ada beberapa pandangan mengenai pemimpin dan
kepemimpinan yaitu Pertama, teori genetik (genetic theory) yang menyebut
bahwa pemimpin dan kepemimpinan ditentukan oleh faktor genetik (turunan).
Kedua, teori yang mencatat pentingnya karakter/kepribadian (traits theory).
Ketiga, teori pengaruh lingkungan (behavioral theory). Faktor genetik memang
perlu, tetapi yang terpenting adalah bagaimana karakter kepemimpinan dapat
hadir dalam sosok indvidu seorang pemimpin. Selain itu, kapasitas dan kapabilitas
kepemimpinan seseorang juga ditentukan oleh seberapa besar pengalaman dan
persentuhannya dengan lingkungan (sosial). Oleh sebab itulah, harus dipahami
bahwa setiap individu memiliki potensi kepemimpinan, yang apabila diasah dan
dikembangkan, maka ia akan tampil sebagai sosok pemimpin yang mumpuni di
bidangnya.
Apa beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin, sehingga
setiap pemimpin harus memiliki karakter dasar dan basic values kepemimpinan.
Dalam perspektif agama Islam, disebutkan adanya empat sifat/karakter yang harus
dimiliki seorang pemimpin, sebagaimana dimiliki oleh Rasulullah Muhammad
SAW yakni sidiq (benar/jujur), amanah (terpercaya), tabligh (komunikator), dan
fathanah (cerdas). Sifat-sifat tersebut selaras dengan prinsip-prinsip
kepemimpinan modern di mana setiap pemimpin harus memiliki visi, seorang
pemimpin adalah manusia pembelajar, memiliki ide-ide besar yang visioner dan
menjadi referensi utama bagi yang dipimpin. Seorang pemimpin juga harus
memiliki kemampuan (ability) dan kapasitas (capacity) antara lain:
keahlian/kecakapan (skill) dalam berkomunikasi & memotivasi, dan pengetahuan/
wawasan (knowledge); pengalaman (experience); kemampuan mengembangkan
pengaruh (influence); kemampuan menggalang solidaritas (Solidarity maker);
serta kemampuan memecahkan masalah (decision making). Seorang pemimpin
juga harus memiliki integritas (integrity), yakni memiliki kepribadian yang
utuh/berwibawa (kharisma); bijaksana (wisdom); bersikap empatik; memiliki
prinsip-prinsip yang utama dalam hidupnya; menjadi panutan (kelompok referensi
utama); serta mampu mengutamakan kepentingan lebih besar, ketimbang
kepentingan kecil dan sempit (negarawan). Di atas semua itu, seorang pemimpin
total dalam mengerahkan segenap potensi yang ada pada dirinya untuk kemajuan
organisasi (prinsip totality). Dalam konteks model kepemimpinan, dikenal dua
model, yakni pertama, model kepemimpinan transformasional, yakni
kepemimpinan yang mampu membawa organisasi kepada perubahan-perubahan
dalam visi, strategi, dan budaya organisasi (kepemimpinan yang dinamis dan
produktif). Kedua, kepemimpinan transaksional, yang cenderung
mempertahankan kestabilan dan status quo dalam organisasi, ketimbang
mempromosikan perubahan (kepemimpinan yang statis).
Dalam berbagai kajian kita dapat menjumpai beberapa teori dan istilah
yang biasa disebut oleh para peneliti sebagai model kepemimpinan yaitu:
a. Tipe Laissez-faire yaitu pemimpin yang tidak bisa menjalin hubungan baik
dengan bawahan dan juga tidak bisa berkomitmen dalam menyelesaikan tugas.
Biasanya pemimpin semacam ini "mendelegasikan dan menghilang". Karena ia
tidak berkomitmen untuk menyelesaikan tugas, maka ia mengijinkan anak
buahnya melakukan apapun yang mereka kehendaki dan lebih suka
menghindar dari proses pengambilan keputusan dalam tim dengan membiarkan
timnya menyelesaikan pekerjaan itu sendiri.
b. Tipe Autocratic yaitu pemimpin yang bersikap otoriter terhadap bawahannya.
Pemimpin semacam ini sangat ketat dalam mengatur jadwal kerja, tidak
mengijinkan bawahannya mempertanyakan atau mendiskusikan tugas yang
diberikan. Jika ada kesulitan, ia cenderung mencari siapa yang salah daripada
mencari apa dan bagaimana kesalahan itu terjadi. Ia tidak mengenal toleransi,
dan menganggap remeh setiap masukan dari bawahannya, sehingga
bawahannya tidak mau memberikan sumbangan pemikiran atau pengembangan
karena selalu dianggap remeh.
c. Tipe Country-Club yaitu pemimpin yang menggunakan upah untuk
menegakkan disiplin dan untuk memotivasi tim dalam mencapai tujuan. Ia
lebih mengutamakan hubungan dari pada hasil kerja. Ia kurang tegas dalam
menegakkan disiplin karena takut merusak hubungan dalam tim.
d. Tipe Democratic/Tim yaitu pemimpin yang memimpin dengan contoh positif.
Ia melibatkan seluruh timnya untuk mengungkapkan potensi mereka seluas-
luasnya. Ia memotivasi tim untuk mencapai sasaran seefektif mungkin dan
bekerja tanpa kenal lelah untuk menguatkan ikatan di antara anggota tim.
e. Tipe Manajer Organisasi; yaitu pemimpin yang memimpin dengan
keseimbangan.
1.1 Karakteristik Pemimpin
Pemimpin tidak dibuat dengan posisi yang dijabat, namun pemimpin
membuat posisi. Ada karakteristik yang membuat pemimpin menonjol.
Karakteristik ini mirip operasi plastik agar nyaman sehingga menjadi bagian
tubuh. Orang semacam ini membuat kepemimpinan terlihat mudah. Pemimpin
besar tidak harus menjadi pakar komunikasi, penjual andal, atau bahkan humoris.
Mereka punya pribadi yang menyatakan, “Saya punya integritas pribadi yang
tinggi dan menghargai orang dan kehidupan.” Hakekat orang ini berasal dari siapa
mereka, bukan apa yang dikatakan atau dikerjakan. Pemimpin besar punya
legalitas yang jauh lebih bagus daripada yang dimiliki orang yang dipimpin.
Ketrampilan pemimpin besar adalah memotivasi orang menjadi pemimpin sendiri.
Pemimpin besar tidak memerlukan peristiwa yang terjadi sekali-sekali. Mungkin
bisa berupa kejadian berkelanjutan di seluruh negara atau organisasi jika Anda
menyadari bahwa pemimpin besar berarti terlebih dahulu menjadi orang besar.
Perbedaan yang disorot adalah ada banyak pemimpin yang baik dan bahkan
efektif. Namun dunia perlu kebesaran dari berbagai perspektif untuk mendorong
anda keluar dari realita sukses dan masuk ke khasanah signifikansi.
Karakteristik kepemimpinan berasal dari karakter dan temperamen.
Keduanya menentukan bagaimana bereaksi, apa yang dirasakan, dan bagaimana
berpikir. Anda dapat mengubah kualitas kealamian dengan menyadari bahwa
perubahan itu positif dan dengan memiliki kemauan dan keinginan untuk
bertindak disiplin mengendalikan emosi. Anda tidak harus terpaku dengan emosi
yang di luar kendali atau suasana hati yang menentukan anda sedang tidak
gembira atau cemberut. Jika Anda menyertakan kecerdasan emosional (EQ),
seperti sedang dalam penalaran, Anda dapat memupuk karakteristik yang
membentuk dasar-dasar kepemimpinan besar.
Adapun ke-10 karakter tersebut itu, antara lain:
1. Penyingkapan diri
2. Wawasan (knowledge)
3. Tanggung Jawab Pribadi
4. Agen Perubahan (agent of
change)
5. Pengembang
6. Pemegang Saham
7. Ketrampilan Mengatasi Stres
8. Ekspresi
9. Menjinakkan Anomi
Perusahaan
10. Harmoni
Dalam rangka menjalankan fungsi yang diemban dalam kepemimpinan
ternyata seorang pemimpin harus memiliki karakter sebagai pemimpin yang ideal
dan efektif. Morgan (2006:322): ciri-ciri pemimpin yang efektif adalah pemimpin
yang memiliki kemampuan untuk mengenali dan menyediakan besaran
pembinaan yang tepat bagi bawahan. Jacobs, Masson, Harvill, dan Schimmel
(2012:25): pemimpin yang efektif memiliki kepribadian yang caring, openness,
flexibility, warmth, objectivity, truthworthiness, honesty, strength, patience, dan
sensitivity. Ciri lainnya adalah bahwa pemimpin tersebut nyaman dengan diri
sendiri dan orang lain, meliputi nyaman dengan posisi sebagai pemegang otoritas,
percaya diri dengan kemampuannya untuk memimpin, dan kemampuan untuk
mendengarkan perasaan, reaksi, mood, dan kata-kata orang lain. Hal terpenting
lainnya adalah memiliki kesehatan psikologis. Dalam kepemimpinan memiliki
berbagai gaya kepemimpinan adapun Pengertian Gaya kepemimpinan menurut
Tampubolon (2007) adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari
falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya.
Terdapat lima gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi menurut
Siagian (2002), yaitu:
1. Tipe pemimpin yang otokratik
Seorang pemimpin yang otokratik ialah seorang pemimpin yang: Menganggap
organisasi sebagai milik pribadi, mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi, Menganggap bahwa sebagai alat semata-mata, tidak mau menerima
kritik, saran dan pendapat, terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya, dalam
tindakan penggeraknya sering mempergunakan approach yang mengandung
unsur paksaan dan puntif (bersifat menghukum).
2. Tipe pemimpin yang militeristik
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud seorang pemimpin
tipe militeristik berbeda dengan seorang pemimpin modern. Seorang pemimpin
yang bertipe militeristik ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat:
Dalam menggerakan bawahannya sistem perintah yang sering dipergunakan,
dalam menggerakan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan
jabatan, senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin
yang tinggi dan kaku dari bawahannya.
3. Tipe pemimpin yang paternalistik
Menganggap bahwa sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap terlalu
melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengambil keputusan, jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengambil inisiatif, jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasi, sering bersikap mau tahu.
4. Tipe pemimpin yang kharismatik
Harus diakui bahwa untuk keadaan tentang seorang pemimpin yang demikian
sangat diperlukan, akan tetapi sifatnya yang negatif mengalahkan sifatnya yang
positif.
5. Tipe pemimpin yang demokratik
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin
yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern karena ia
senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritikan dari bawahan, selalu
berusaha mengutamakan kerjasama teamwork dalam usaha mencapai
tujuan, selalu berusaha menjadikan lebih sukses dari padanya, selalu berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Pemimpin memegang peran yang signifikan terhadap kesuksesan dan kegagalan
sebuah organisasi. Sedangkan Robinss (2006) mengidentifikasi empat
jenis gaya kepemimpinan antara lain:
1. Gaya kepemimpinan kharismatik
Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang luar
biasa ketika mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu pemimpin mereka.
Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin kharismatik:
a. Visi dan artikulasi. Dia memiliki visi ditujukan dengan sasaran ideal yang
berharap masa depan lebih baik daripada status quo, dan mampu
mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami orang lain.
b. Rasio personal. Pemimpin kharismatik bersedia menempuh risiko personal
tinggi, menanggung biaya besar, dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk
meraih visi.
c. Peka terhadap lingkungan. Mereka mampu menilai secara realistis kendala
lingkungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat perubahan.
d. Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut. Pemimpin kharismatik perseptif
(sangat pengertian) terhadap kemampuan orang lain dan responsif terhadap
kebutuhan dan perasaan mereka.
e. Perilaku tidak konvensional. Pemimpin kharismatik terlibat dalam perilaku
yang dianggap baru dan berlawanan dengan norma.
2. Gaya kepemimpinan transaksional
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau memotivasi
para pengikut mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas
persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan transaksional lebih berfokus
pada hubungan pemimpin-bawahan tanpa adanya usaha untuk menciptakan
perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat karakteristik pemimpin
transaksional:
a. Imbalan kontingen: kontrak pertukaran imbalan atas upaya yang
dilakukan, menjanjikan imbalan atas kinerja baik, mengakui pencapaian.
b. Manajemen berdasar pengecualian (aktif): melihat dean mencari
penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan perbaikan.
c. Manajemen berdasar pengecualian (pasif): mengintervensi hanya jika
standar tidak dipenuhi.
d. Laissez-Faire: melepas tanggung jawab, menghindari pembuatan
keputusan.
3. Gaya kepemimpinan transformasional
Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan
pengembangan dari masing-masing pengikut. Pemimpin transformasional
mengubah kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu
mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru, dan mereka mampu
menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para pengikut untuk
mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok. Terdapat empat
karakteristik pemimpin transformasional:
a. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas misi, menanamkan kebanggaan,
meraih penghormatan dan kepercayaan.
b. Inspirasi: mengkomunikasikan harapan tinggi, menggunakan simbol untuk
memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud penting secara
sederhana.
c. Stimulasi intelektual: mendorong intelegensia, rasionalitas, dan
pemecahan masalah secara hati-hati.
d. Pertimbangan individual: memberikan perhatian pribadi, melayani
karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.
4. Gaya kepemimpinan visioner
Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis, kredibel, dan
menarik mengenai masa depan organisasi atau unit organisasi yang tengah
tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan
diimplementasikan secara tepat, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan
keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkannya.
1.2 Komunikator sebagai Pemimpin Politik
Seorang komunikator politik merupakan pemimpin politik sehingga harus
memiliki sifat kepemimpinan politik yang baik dan dapat menjalin ikatan
komunikasi yang lebih baik di banding anggota politik yang lain serta mampu
membawa citra dirinya sebagai pemimpin yang baik.
Komunikator politik sebagai pemimpin politik dibahas dalam 6 aspek :
a. Sifat kepemimpinan politik:
Memimpin dengan titik tekan pada tugas, ini biasanya disebut administrator
seperti Bung Hatta.
Memimpin berdasarkan emosi, ini disebut pula solidarity making (pencipta
solidaritas) disimbolkan dalam diri Bung Karno yang mampu menyatukan
bangsa Indonesia dengan kemampuan retorikanya.
b. Tipe Pemipin
Pemimpin organisasi yaitu pemimpin formal seperti politikus, profesional
atau aktivis juru bicara
Pemimpin simbolik yaitu pemimpin nonformal seperti pemuka pendapat.
c. Ikatan Komunikasi
Ikatan komunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin berdasarkan keuntungan
yang diperoleh diantara keduanya. Keuntungan itu bisa berupa :
Keuntungan material seperti harta, tanah dll
Keuntungan solidaritas yaitu kebanggaan karena menjadi anggota organisasi
tertentu.
Keuntungan ekspresif yaitu nilai seseorang atau juga keterwakilan pendapat
masyarakat oleh seorang pemimpin.
d. Citra pemimpin politik yaitu persepsi masyarakat tentang peran politik
seseorang seperti pengalamannya dan gaya politik seseorang seperti kejujuran dan
intelegensianya.
e. Karakter komunikator. Seorang komunikator politik bisa dilihat dari karakter
(ciri) yang dibawanya seperti sosioekonominya yang tinggi, gelar akademisnya,
posisinya dalam organisasi dll.
f. Pemilihan pemimpin. Pemilihan pemimpin dalam komunikasi politik dilakukan
dengan pemilihan (umum) seperti presiden, ditunjuk seperti menteri atau diangkat
melalui rekrutmen negara (pejabat karier) seperti dirjen.
Pemimpin dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yakni:
1. Pemimpin Organisasi.
Bagi komunikator politik, untuk menjadi pemimpin politik ia harus berperilaku
sebagaimana yang diharapkan dari seorang pemimpin. Pengikut mengaitkan
kepemimpinan dengan orang yang sesuai dengan pengertian mereka tentang apa
pemimpin itu. Beberapa komunikator merupakan pemimpin karena posisi yang
diduduki mereka di dalam struktur sosial atau kelompok terorganisasi yang
ditetapkan dengan jelas. Komunikator seperti itu kita sebut pemimpin organisasi.
2. Pemimpin Simbolik.
Komunikator Politik yang merupakan pemimpin karena arti yang ditemukan
orang di dalam dirinya sebagai manusia kepribadian, tokoh yang ternama, dsb.
Diberi nama pemimpin simbolik, dari komunikator politik utama yang telah
dilukiskan lebih dahulu, hanya pemuka pendapat (opinion leader) yang bekerja
melalui keakraban yang disediakan oleh jaringan komunikasi interpersonal berada
terutama di luar struktur organisasi yang diformalkan.
Karakteristik sosial pemimpin politik yang membedakan dari populasi
umum antara lain : tingkat keterlibatan politik, kepercayaan politik, nilai dan
pengharapan serta pengaruhnya terhadap pembuatan kebijakan. Komunikator
politik yang menjadi pemimpin organisasi pemerintah tidak dipilih secara acak
dari populasi umum. Mereka direkrut dari pengelompokkan yang lebih kecil lagi;
yang memenuhi syarat, yang mampu, partisipan, konsisten, dll. Pemimpin
simbolik muncul jika komunikator melakukan tindakan yang dramatik, secara
selektif mengumpulkan kesan dari tanggapan khalayak, kemudian menyesuaikan
diri dan berusaha keras untuk berbuat sesuai dengan kesan rakyat. Setiap
pemimpin simbolik membina beberapa “reputasi keistimewaan” yang
memungkinkannya “menyimpang dari yang biasa” pada suatu tingkat komunikasi.
1.3 Peran komunikator politik kontemporer
Dalam komunikasi politik, komunikator politik merupakan salah satu
faktor yang menentukan efektivitas komunikasi. Pada peristiwa komunikasi yang
bagaimanapun, faktor komunikator merupakan suatu unsur yang penting
peranannya. Sekalipun nantinya keberhasilan komunikasi yang dimaksud secara
menyeluruh bukan hanya ditentukan oleh sumber, namun mengingat fungsinya
sebagai pemrakarsa dalam aktifitas yang bersangkutan, maka bagaimanapun juga
dapat dilihat betapa menentukannya peran tersebut. Karena itu dalam mengamati
proses komunikasi politik, perlu sekali terlebih dahulu memahami karakteristik
masing-masing komunikator tersebut, setidak-tidaknya secara umum guna
mendapatkan gambaran tentang bagaimana kelak kemungkinan-kemungkinan
yang timbul baik dalam berlangsungnya proses komunikasi itu sendiri maupun
dalam keseluruhan hasil komunikasi yang dilakukan.
Dalam perspektif panggung politik kontemporer, komunikator politik
memainkan peran sosial yang utama, khususnya dalam proses pembentukan opini
publik. Komunikator politik sebagai pelaku atau diidentifikasi sebagai pemimpin
yang memiliki potensi dan kompetensi di atas rata-rata dibandingkan warga
negara pada umumnya dalam hal menyampaikan pikiran atau gagasan di mana
pun dia berada. Peran komunikator politik kontemporer dalam menciptakan opini
publik, Karl Popper (1962) memperkenalkan teori pelopor opini publik yang
menegaskan bahwa para pemimpin menciptakan opini publik karena mereka
berhasil membuat beberapa gagasan, yang awalnya ditolak, kemudian
dipertimbangkan, dan akhirnya diterima. Tanggapan dari publik (termasuk elite
politik) dipahami dengan munculnya pemikiran-pemikiran baru, gagasan-gagasan
baru, dan argumen-argumen baru.
DAFTAR PUSTAKA
Melalui http://indahnyanegeri.blogspot.com/2013/06/komunikator-politik.html
yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/11/komunikator-politik-
opini-publik.html yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://muhammadavid.blogspot.com/2013/04/ komunikator-politik-dan-
kepemimpinan.html yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://sariberitacoco.blogspot.com/2012/12/karakteristik-pemimpin-yang-
ideal.html yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://skripsi-manajemen.blogspot.com/2011/02/gaya-kepemimpinan.
html yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://tugaskomunikasiub.blogspot.com/2011/11/pemimpin-sebagai-
komunikator-politik.html yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://wardanirian.blogspot.com/2012/04/komunikator-politik.html yang
diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id
=728&Itemid=135 yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Melalui http://www.stidnatsir.ac.id/index.php?option=com_content&view=article
&id=132:kepemimpinan-politik-m-natsir-studi-kasus-dalam masyumi&catid=29:
artikel& Itemid=86 yang diakses pada tgl 20/9/2013.
Stephen Robbin, 2006. Perilaku Organisasi (edisi sepuluh). PT.Indeks