Upload
arini-indrayani
View
46
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
1
1. Etiologi koma, muntah, kejang dan sakit kepala sementara hasil pemeriksaan
normal
Pemeriksaan penunjang x-ray pada epilepsy penting terutama untu
mengidentifikasi adanya bukti fraktur, erosi tulang dan sutura yang terpisah.
Pada scenario, pemeriksaan x-ray pasien normal, sementara terdapat kejang,
muntah dan sakit kepala. Hal ini menandakan bahwa tanda-tanda fraktur,
erosi tulang dan sutura yang terpisah tidak ada pada pasien. Sementara
pasien mengalami trauma pada otak yang menimbulkan gejala seperti
muntah, kejang dan sakit kepala.
2. Hubungan trauma kapitis dengan kejang yang terjadi sekarang pada scenario
Resiko timbulnya kejang paska trauma umumnya juga berhubungan
dengan beratnya trauma kepala. Nomenklatur yang sering digunakan
adalah early-post traumatic seizure dimana terjadi dalam 7 hari pertama
setelah trauma kepala, dan late-post traumatic seizure terjadi setelah itu.
Sementara itu Immediate seizure terjadi dalam beberapa jam sampai 24 jam
setalah trauma kepala.
Early post traumatic seizures adalah kejang yang terjadi pada minggu
pertama setelah cedera kepala, hal ini meliputi 5 % dari kasus cedera kepala
yang dirawat di rumah sakit. Hubungannya sudah jelas antara kejadian early
seizure dengan beratnya trauma kepala. Epidural hematoma dan fraktur
impresi di frontal, temporal atau parietal, cedera otak fokal atau cedera yang
diikuti dengan amnesia lebih dari 24 jam maka kira-kira 10% akan timbul
insidien early seizure. Hal ini juga merupakan prediktor yang penting untuk
resiko timbulnya late post traumatic seizure.
Late post traumatic seizure adalah kejang yang terjadi setelah 1 minggu
pertama setelah cedera kepala. Beratnya trauma kepala adalah penentu
utama dari timbulnya kejadian ini. Penderita dengan fraktur impresi dan
fakor-faktor lain yang berhubungan termasuk cedera kepala fokal, amnesia
paska trauma yang lebih dari 24 jam, early seizure dan laserasi duramater
akan meningkatkan fakor resiko terjadinya late post traumatic seizure.
Orang dewasa mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya late post
traumatic seizure dari pada anak-anak. Riwayat kejang pada keluarga juga
2
dilaporkan berhubungan dengan timbulnya kejadian ini. Karakteristik dari
trauma seperti luka tembus seperti terkena peluru, tertinggalnya fragmen
metal, kehilangan sebagian volume otak, hematoma, fraktur impresi, adanya
tanda fokal dan timbulnya early seizure.
3. Jelaskan perbedaan sinkop dan koma dalam hal interpretasi pemeriksaan
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak)
dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan yang diberikan. Respon
pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata,
bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score)
dengan rentang angka 1 – 6 tergantung responnya.
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam
simbol E…V…M… Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi
adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Atau jika ditotal skor GCS dapat diklasifikasikan :
a. Skor 14-15 : compos mentis
b. Skor 12-13 : apatis
c. Skor 11-12 : somnolent
d. Skor 8-10 : stupor
e. Skor < 5 : koma
4. Patofisiologi vomitus setelah trauma kapitis
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat
muntah di medula oblongata otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat
muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls-impuls aferen berasal
dari lambung atau deudonum dan muncul sebagai respon terhadap
distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons
terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik (bahan yang menyebabkan
muntah), misalnya ipekak. Hipoksia dan nyeri juga dapat merangsang
muntah melalui pengaktivan pusat muntah. Muntah juga dapat terjadi
karena perangsangan langsung bagian-bagian otak yang terletak dekat
dengan pusat muntah di otak. Input dari pusat-pusat otak yang lebih
tinggi di korteks dan peningkatan tekanan intrakranium (TIK) juga dapat
merangsang muntah, mungkin dengan secara langsung merangsang
3
pusat muntah, gejala-gejala tertentu biasanya mendahului muntah,
termasuk mual, takikardia, dan berkeringat.
Muntah pada trauma kapitis mungkin disebabkan karena terangsangnya
pusat muntah dalam batang otak.
5. Bagaimana bisa vital sign normal, sementara pasien fatigue
Serangan kejang pada epilepsi adalah wujud lepasnya muatan listrik
secara bersamaan dan tidak terprogram dari sekumpulan sel-sel otak atau
dari seluruh otak. Akibat lepasnya muatan listrik secara tidak terkontrol ini
adalah kejang-kejang yang bisa dimulai dari lengan atau tungkai
kemudian menyebar ke seluruh tubuh. Setelah seluruh sel otak
melepaskan muatan listriknya, untuk sesaat sel-sel tersebut akan
kehabisan energi dan mengalami kelelahan, yang wujudnya adalah
penderita yang tak sadar, lelah, atau loyo untuk sementara. Pada
umumnya pasien dengan epilepsi sebagian besar menunjukan sikap dan
tanda-tanda yang normal begitu juga pada pemeriksaan fisik dan
laboratoriumnya.
6. Macam-macam trauma kapitis dan ciri khasnya
Berdasarkan berat ringannya cidera kepala terbagi 3 yaitu:
a. Cedera kepala ringan :
Jika GCS (Skala Koma Glasgow) antara 13-15, dapat terjadi kehilangan
kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak,
kontusio atau hematoma.
Tidak kehilangan kesadaran
Satu kali atau tidak ada muntah
Stabil dan sadar
Dapat mengalami luka lecet atau laserasi di kulit kepala
Pemeriksaan lainnya normal
b. Cedera kepala sedang :
Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai
24 jam, dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
Kehilangan kesadaran singkat saat kejadian
Saat ini sadar atau berespon terhadap suara. Mungkin mengantuk
4
Dua atau lebih episode muntah
Sakit kepala persisten
Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah trauma
Mungkin mengalami luka lecet, hematoma, atau laserasi di kulit
kepala
Pemeriksaan lainnya normal
c. Cedera kepala berat :
Jika GCS antara 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya
disertai kontusio, laserasi atau adanya hematoma dan edema serebral.
Kehilangan kesadaran dalam waktu lama
Status kesadaran menurun – responsif hanya terhadap nyeri atau
tidak responsif
Terdapat kebocoran LCS dari hidung atau telinga
Tanda-tanda neurologis lokal (pupil yang tidak sama, kelemahan
sesisi)
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial:
Herniasi unkus: dilatasi pupil ipsilateral akibat kompresi nervus
okulomotor
Herniasi sentral: kompresi batang otak menyebabkan bradikardi
dan hipertensi
Trauma kepala yang berpenetrasi
Kejang (selain Kejang singkat (<2menit) satu kali segera setelah
trauma)
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan kondisi luka:
a. Trauma kepala terbuka: Trauma ini dapat menyebabkan fraktur tulang
tengkorak dan laserasi duramater. Kerusakan otak dapat terjadi bila
tulang tengkorak menusuk otak, misalnya akibat benda tajam atau
tembakan.
Fraktur linear: Fraktur linear pada daerah temporal, dimana arteri
meningeal media berada dalam jalur tulang temporal, sering
menyebabkan perdarahan epidural. Fraktur linear yang melintang
5
garis tengah, sering menyebabkan perdarahan sinus dan robeknya
sinus sagitalis superior.
Fraktur basis cranii: Sering disebabkan karena trauma dari atas
atau kepala bagian atas membentur jalan atau benda diam.
Fraktur di fosa anterior, sering terjadi keluarnya liquor melalui
hidung (rhinorhoe) dan adanya brill hematoma (raccoon eye).
Fraktur petrosus: Berbentuk longitudinal dan transversal (lebih
jarang). Fraktur longitudinal dibagi menjadi anterior dan posterior.
Fraktur anterior biasanya karena tarauma di daerah temporal
sedangkan yang posterior disebabkan karena trauma di daerah
oksipital
b. Trauma kepala tertutup dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan
pembuluh darah otak. Adapun macam-macam jenis trauma kepala
tertutup adalah sebagai berikut :
Komusio serebri (gegar otak):
Merupakan bentuk trauma kapitis ringan, dimana terjadi
pingsan (kurang dari 10 menit). Gejala – gejala lain mungkin
termasuk pusing, noda-noda di depan mata dan linglung. Komusio
serebri tidak meninggalkan gejala sisa atau tidak menyebabkan
kerusakan struktur otak.
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan
yang berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala,
yang tidak disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin
mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak
pucat.
Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin
atau terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada
commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia. Amnesia ini
timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis.
Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak,
EEG, pemeriksaan memori.
Kontusio serebri (memar otak): Merupakan perdarahan kecil atau
petechie pada jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah
kapiler. Hal ini bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau
6
otak yang akan menimbulkan edema jaringan otak di daerah
sekitarnya. Bila daerah yang mengalami edema cukup luas akan
terjadi peningkatan tekanan intracranial.