32
Gangguan Sulit Tidur pada Pria 45 Tahun Teriany Widjaya 102012099 Kelompok C8 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Abstrak Insomnia merupakan suatu gejala yang sering berkembang menyebabkan ketidaknyaman dan ketidakpuasan serta bisa mengurangi produktivitas seseorang penderita. Insomnia bisamerupakan kondisi primer,dan terjadi bersamaan dengan gangguan yang lain atausebagai kondisi sekunder dari gangguan tersebut, mekanisma terjadinya hal demikian belum dapat dijelaskan. Sebagai tambahan, hubungan antara insomnia dan kondisi penyakit lain tidak selalunya jelas karena tidak mungkin untuk mencari hubungan penyebab dan akibat antara gangguan tersebut. Menangani insomnia, pendekatan secara farmakologi ataupun nonfarmakologi bisa diterapkan tergantung dari berat ringan insomnia mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penanganan dengan medikamentosa harus memprtimbangkan efektifitas dan juga efek samping yang terlibat, tetapi pendekatan secara non- farmakologi bisa sangat membantu tanpa menimbulkan efek samping dan mempunyai efektifitas yang sama maupun lebih. 1

Blok 22 Insomnia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Blok 22 Insomniaaaa

Citation preview

Page 1: Blok 22 Insomnia

Gangguan Sulit Tidur pada Pria 45 Tahun

Teriany Widjaya

102012099

Kelompok C8

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6

Jakarta 11510

Abstrak

Insomnia merupakan suatu gejala yang sering berkembang menyebabkan

ketidaknyaman dan ketidakpuasan serta bisa mengurangi produktivitas seseorang

penderita. Insomnia bisamerupakan kondisi primer,dan terjadi bersamaan dengan

gangguan yang lain atausebagai kondisi sekunder dari gangguan tersebut, mekanisma

terjadinya hal demikian belum dapat dijelaskan. Sebagai tambahan, hubungan antara

insomnia dan kondisi penyakit lain tidak selalunya jelas karena tidak mungkin untuk

mencari hubungan penyebab dan akibat antara gangguan tersebut. Menangani insomnia,

pendekatan secara farmakologi ataupun nonfarmakologi bisa diterapkan tergantung dari

berat ringan insomnia mempengaruhi kualitas hidup penderita. Penanganan dengan

medikamentosa harus memprtimbangkan efektifitas dan juga efek samping yang

terlibat, tetapi pendekatan secara non-farmakologi bisa sangat membantu tanpa

menimbulkan efek samping dan mempunyai efektifitas yang sama maupun lebih.

Kata kunci : Insomnia, tatalaksana

Abstract

Insomnia is a symptom rather than a diagnosis that may lead to irritability,

dissatisfaction and decrease individual productivity. Insomnia can be divided into

primary and secondary symptom which cause by other condition, but the mechanism on

how this happened still unclear. In addition, relation between insomnia and other

clinical problem is always undefined because it is impossible to find out the relation

between causes and consequences of this symptom. Practitioner can choose either

1

Page 2: Blok 22 Insomnia

pharmacotherapy or non-pharmacotherapy in management of insomnia patient. Side

effects and efficacy of pharmacotherapy must be considered before we prescribe a

medicine to de patient. We also can Choose non-pharmacotherapy which is without side

effects, but can be same effective as pharmacotherapy and even more.

Keyword: Insomnia, managemen

Pendahuluan

Istirahat dan tidur sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi

yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda

untuk istirahat dan tidur. Kesehatan fisik dan emosi tergantung pada kemampuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar manusia. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup,

kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan berpartisipasi dalam

aktivitas sehari - hari akan menurun. Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak

diobati akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya

insomnia.

Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian

menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia

setiap tahunnya. Gangguan tidur ini sangat dapat mempengaruhi pekerjaan, aktifitas

sosial dan status kesehatan yang menderitanya.

Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada

wanita, sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari

memiliki prevalensi yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering

didapat pada orang yang mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang

rendah, bercerai , mereka dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat.1

2

Page 3: Blok 22 Insomnia

Pembahasan

Anamnesis

Insomnia bukan suatu penyakit, dan tidak ada tes yang dapat mendiagnosanya.

Tetapi ketika seseorang tidak dapat tidur dengan baik, sering kali ada terkait dengan

beberapa penyebab lain. Yang akan ditanyakan meliputi :

Alasan berobat

Riwayat gangguan sekarang

Riwayat gangguan dahulu

Riwayat perkembangan diri

Latar belakang sosial, keluarga, pendidikan pekerjaan, perkahwinan, dan lain-lain

Riwayat kesehatan:

Masalah kesehatan yang baru atau sedang berlangsung

Apakah terdapat luka yang menyakitkan atau masalah kesehatan, seperti arthritis

Pengambilan obat-obatan, alcohol dan konsumsi makanan atau minuman

Apakah terdapat gejala atau riwayat depresi, kerisauan, atau psikosis

Apakah sedang mengatasi situasi yang sangat stres, seperti perceraian atau

kematian

Status pekerjaan dan aktivitas harian

Apakah pernah berpergian jauh

Masalah pribadi

Riawayat keluarga yang turut mengalammi insomnia

Sejarah Tidur

Detail tentang kebiasaan tidur akan memberikan pengertian yang lebih baik tentang

masalah tidur. Untuk itu,sebelum bertemu dokter pasien perlu memikirkan tentang

bagaimana untuk menjelaskan masalah-masalah termasuk:

Seberapa sering dan lama telah mengalami kesulitan tidur.

Waktu tidur dan waktu bangun pada hari kerja dan hari libur

3

Page 4: Blok 22 Insomnia

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk tertidur, seberapa sering terbangun di

malam hari, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk tidur kembali

Apakah sering mendengkur keras atau bangun terengah-engah atau merasa

kehabisan napas

Adakah berasa segar ketika bangun dari tidur, dan adakah merasa lelah di siang

hari Seberapa sering Anda tertidur atau mengalami masalah untuk tetap terjaga

selama melakukan tugas-tugas rutin, terutama mengemudi

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan atau yang memperburuk insomnia, dokter

juga mungkin akan bertanya:

Apakah terjadi kekhawatiran jika tertidur, tidak bisa tidur, atau cukup tidur

Apa yang anda makan atau minum, adakah menkonsumsi obat sebelum tidur

Apa rutin kebiasaan sebelum tidur

Suasana persekitaran saat tidur. Tahap kebisingan, pencahayaan, dan suhu

Adakah terdapat gangguan, misalnya TV atau komputer

Untuk membantu dokter , pertimbangkan untuk menyimpan catatan harian tidur selama

1 atau 2 minggu. Catatkan waktu tidur,bangun dari tidur. Tuliskan juga berapa banyak

anda tidur pada malam hari, dan berapa kali anda merasa mengantuk pada siang

harinya.1,2

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan masalah-masalah

medis lainnya yang mungkin menyebabkan insomnia. Anda juga mungkin perlu

melakukan tes darah untuk memeriksa jika adanya masalah tiroid atau kondisi lain yang

dapat menyebabkan masalah tidur.3

Status mental

4

Page 5: Blok 22 Insomnia

Deskripsi umum tentang:

Penampilan

Deskripsikan apa yang nampak: sikap, cara berpakaian, dandanan, postur tubuh,

rambut, jenggot, kumis, kebersihan diri, tampak lebih tua atau muda atau sesuai

umurnya.

Kesadaran

Adakah terlihat terganggu, atau tidak tampak terganggu.

Perilaku dan aktivitas psikomotor

Dinilai selama sebelum,semasa dan sesudah wawancara.

Sikap terhadap pemeriksa

Menilai sikapnya adakah: kooperatif, indeferen, apatis, curiga, antisosial,

bermusuhan, pasif, aktif, ambivalen, tegang, seduktif, dan lain-lain.

Kualitas bicara

Menilai cara berbicara dan adakah terdapat gangguan bicara.

Pemeriksaan Penunjang

Polysomnography

Memberikan informasi mengenai tidur / bangun otak, dan merupakan 'standar

emas' untuk penilaian diagnostik. Kendali polysomnography (PSG) terdiri

electroencephalography (EEG), electrooculography (EOG), dagu dan tibialis anterior

Elektromiografi (EMG), upaya pernapasan, aliran udara, oksimetri dan

elektrokardiografi (EKG). Sebagian besar penilaian adalah berbasis laboratorium dan

malam pertama rekaman biasanya dibuang sebagai artefak yang terdiri dari hal-hal baru

karena prosedur dan lingkungan. Anda mungkin mengatakan prinsip-prinsip kontrol

stimulus diakui dalam praktek. Karena orang-orang tidur dengan cara yang berbeda di

laboratorium, dan mungkin attributions berbeda tentang tidur mereka, rumah PSG telah

dikembangkan sebagai naturalistik alternatif. PSG portabel pertama rekaman

digambarkan pada 1970-an tapi sejak itu rumah perekaman telah menjadi lebih

5

Page 6: Blok 22 Insomnia

sederhana dan lebih handal. Dalam penelitian insomnia, sangat penting bahwa orang

tidur di / tempat tidurnya sendiri (Edinger et al., 1997). PSG adalah penting untuk

diagnosis dalam kasus-kasus yang kompleks, dan untuk memantau dampak intervensi,

seperti hidung tekanan udara kontinu (nCPAP), dimana tingkat kejenuhan oksigen /

desaturation, kejadian apnea dan arousal dari tidur sering harus dinilai sebelum dan

selama pengobatan.3

Actigraphy

Actigraphy menggunakan perangkat portabel dikalungkan di pergelangan tangan

seperti jam untuk merekam gerakan selama waktu yang lama, sehingga sangat berguna

untuk mempelajari pola tidur dan ritme sirkadian. Membedakan insomnia primer dari

gangguan ritme sirkadian dan mengidentifikasi paradoks insomnia adalah sangat

berguna, terutama pada pasien yang refrakter terhadap pengobatan. Studi ini

memberikan ukuran objektif tidak langsung waktu tidur dan bangun.

Fisiologi Tidur

Dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak selama tidur. Aktivitas

tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk merekam tidur, cara yang dipakai adalah

dengan EEG Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam gambaran aktivitas

sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG).

Untuk EEG, elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah

frontosentral dan oksipital Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah frontal.

Didapatkan 4 jenis gelombang, yaitu:

Gelombang Alfa, dengan frekuensi 8 - 12 Hz, dan amplitude gelombang antara

10 - 15 mV. Gambaran gelombang alfa yang terjelas didapat pada daerah

oksipital atau parietal. Pada keadaan mata tertutup dan relaks, gelombang Alfa

akan muncul, dan akan menghilang sesaat kita membuka mata. Pada keadaan

mengantuk (drowsy) didapatkan gambaran yang jelas yaitu kumparan tidur yang

berupa gambaran waxing dan gelombang Alfa.

6

Page 7: Blok 22 Insomnia

Gelombang Beta, dengan frekuensi 14 Hz atau lebih, dan amplitude gelombang

kecil, rata-rata 25 mV. Gambaran gelombang Beta yang terjelas didapat pada

daerah frontal. Gelombang ini merupakan gelombang dominan pada keadaan

jaga terutama bila mata terbuka. Pada keadaan tidur REM juga muncul

gelombang Beta.

Gelombang Teta, dengan frekuensi antara 4 - 7 Hz, dengan amplitudo

gelombang bervariasi dan lokalisasi juga bervariasi. Gelombang Teta dengan

amplitudo rendah tampak pada keadaan jaga pada anak-anak sampai usia 25

tahun dan usia lanjut di atas 60 tahun. Pada keadaan normal orang dewasa,

gelombang teta muncul pada keadaan tidur (stadium 1, 2, 3, 4).

Gelombang Delta, dengan frekuensi antara 0 - 3 Hz, dengan amplitudo serta

lokalisasi bervariasi. Pada keadaan normal, gelombang Delta muncul pada

keadaan tidur (stadium 2, 3, 4). Dengan demikian stadium-stadium tidur

ditentukan oleh persentase dan keempat gelombang ini dalam proporsi tertentu.

Selain itu juga ditunjang oleh gambaran dari EOG dan EMG nya.2

Diagnosis Kerja

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

- pola tidur penderita

- pemakaian obat-obatan, alkohol atau obat terlarang

- tingkatan stres psikis

- riwayat medis

- aktivitas fisik

Diagnosis berdasarkan kepada kebutuhan tidur secara individual.

Insomnia adalah kesukaran dalam memulai atau mempertahankan tidur.  Biasanya

disebabkan oleh gangguan di dalam waktu dan mekanisme tidur, hal ini biasanya

7

Page 8: Blok 22 Insomnia

diperberat dengan perilaku yang tidak sehat, seperti tidak teratur jam tidur, seringnya

bergadang dan penggunaan kafein. Insomnia adalah sebagian dari gangguan tidur, tetapi

keluhan ini adalah keluhan yang paling sering dari gangguan tidur.1

Insomnia dikelompokkan menjadi:

Insomnia primer, yaitu insomnia menahun dengan sedikit atau sama sekali tidak

berhubungan dengan berbagai stres maupun kejadian

Insomnia sekunder, yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh nyeri, kecemasan,

obat,

depresi atau stres yang hebat.

Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda. Penyebab ini dapat

dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau psikiatris, atau

masalah tidur utama.1

Banyak penyebab insomnia sementara dan jangka pendek yang sama  dan

mereka termasuk2:

Jet lag, perubahan dalam kerja shift, kebisingan yang berlebihan atau tidak

menyenangkan, suhu ruangan tidak nyaman (terlalu panas atau terlalu

dingin), stres situasi kehidupan (persiapan ujian, kehilangan orang yang dicintai,

pengangguran, perceraian, atau perpisahan), akibat penyakit medis, bedah yang

akut atau rumah sakit, efek samping dari obat, alkohol, obat penenang, atau obat

perangsang, Insomnia yang berhubungan dengan ketinggian tinggi (gunung).

Insomnia jangka panjang atau kronis. Mayoritas penyebab insomnia jangka

panjang atau kronis biasanya dikaitkan dengan kondisi jiwa yang mendasari atau

fisiologis (medis) .2

Insomnia terkait Psikologis.

8

Page 9: Blok 22 Insomnia

Masalah-masalah psikologis yang paling umum yang dapat menyebabkan

insomnia mencakup: kecemasan, stres, skizofrenia, mania (bipolar disorder),

dan depresi. Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi. Banyak

orang akan memiliki insomnia selama fase penyakit mental akut.

Insomnia terkait Fisiologis. 

Span fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam biologis),

ketidakseimbangan tidur-bangun, untuk berbagai kondisi medis. Berikut ini

adalah kondisi medis yang paling umum yang memicu insomnia: Sindrom nyeri

kronik, sindrom kelelahan kronis, gagal jantung kongestif, angina (nyeri dada)

waktu malam dari penyakit jantung, Acid reflux disease (GERD), Penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK), Asma Nokturnal (asma dengan gejala pernapasan

waktu malam), Apnea tidur obstruktif, penyakit degeneratif, seperti penyakit

Parkinson dan penyakit Alzheimer (sering insomnia merupakan faktor penentu

untuk penempatan panti jompo), Tumor otak, stroke, atau trauma pada otak.

Kelompok berisiko tinggi untuk insomnia.

Selain kondisi-kondisi medis di atas, kelompok-kelompok tertentu mungkin

pada risiko tinggi untuk mengembangkan insomnia, seperti : pelancong,

pekerja shift yang sering berubah, manula, siswa dewasa muda atau remaja,

wanita hamil, dan wanita menopause.

Insomnia terkait Obat.

 Obat-obatan tertentu juga telah dikaitkan dengan insomnia, diantaranya adalah:

o Preparat pencegah asma dan flu.

o Resep obat tertentu yang mungkin juga mengandung stimulan,  dengan

demikian menghasilkan efek yang sama pada tidur.

o Pengobatan tekanan darah tinggi tertentu yang juga dikaitkan dengan

kurang tidur. 

9

Page 10: Blok 22 Insomnia

o Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati depresi, kecemasan, dan

skizofrenia.

Etiologi

Penyebab dari gangguan tidur biasanya dibagi menjadi 3 kondisi, yakni kondisi

medis, kondisi psikiatri dan kondisi lingkungan.4

1. Faktor biologik dan psikologik

Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak dapat dikemukakan bahwa

proses tidur dan bangun sangat erat hubungannya, bahkan diatur oleh sistem bangun

(arousal system) dan sistem tidur (hypnagogic system) yang terdapat dalam otak. Pada

umumnya dianggap bahwa dalam formatio reticularis terdapat pengaturan tidur dan

bangun. Bila formatio reticularis (ascending reticular system) berada dalam keadaan

aktif, maka dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan sese-orang

bangun. Sebaliknya apabila dalam sistem retikuler terdapat keadaan yang kurang

aktif,maka impuls yang dikirim ke korteks dan pusat-pusat lain dan otak kurang,

sehingga seseorang men-jadi mengantuk. Kedua sistem bangun dan tidur bersama-sama

bekerja untuk mencapai keseimbangan yang wajar. Namun, pada beberapa individu

terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem bangun yang lebih peka atau sistem

hipnagogik yang kurang sempuma, sehingga padanya ada kecenderungan untuk bangun

pada rangsang yang sedikit saja. Diduga pada orang dengan insomnia kronik terdapat

predisposisi individual ini. Sistem bangunnya berada dalam kedaan keaktifan berlebih

yang kronik. Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya denyutan jantung yang

lebih cepat dibandingkan dengan orang lain, begitupun suhu badannya yang lebih

tinggi. Seseorang yang menderita ke-adaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini,

dapat terangsang pula keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, se-hingga

dapat memperkuat ketidakmampuan tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini

terdapat pula kondisi-kondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai

contoh dapat disebut:

10

Page 11: Blok 22 Insomnia

(1) Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus.

Setiap jenis pe-rasaan nyeri dapat menjadikan seseorang mengalami

insomnia pada siang hari seseorang dapat melupakannya dan tidak merasa-kan

nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan nyeri tersebut, sehingga

terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang meng-ganggu dapat terjadi pada

penyakit neuritis post-herpes, tumor pada organ dalam, luka atau infèksi

postoperatif, dan sebagainya.

(2) Apnoe sewaktu tidur.

Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak berhenti

bernapas. Karena penderita dengan gangguan ini sering tidak tahu bahwa dia

menderita kondisi ini, maka diagnosis sebenarnya hanya dapat ditegakkan

dengan observasi dalam laboratorium tidur. Tetapi dalam pemeriksaan

anamnestis dapat diperoleh informasi bahwa penderita merasa ngantuk yang ber-

lebihan pada siang hari dan mendengkur berlebihan sewaktu tidur. Dengkuran

ini sering mendadak berhenti karena ada pe-nyumbatan pada alat pernapasan.

Untuk menghindari ini pen-derita bergerak banyak, kadang-kadang sampai

bangun duduk dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama peng-

alaman ini pasien bisa saja tetap tidak sadar. Gangguan ini sering terjadi dan

dapat berulang sampai puluhan kali semalam. Akibat-nya penderita tidak sempat

mencapai stadium dan fase tidur yang dalam. Apnoe sewaktu tidur ini dapat

disebabkan oleh kelainan patologik pada jalan pernapasan yang menyebabkan

obstruksi. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya ke-gemukan yang

berlebihan atau kelainan-kelainan endokrin se-perti hipertiroidi dan akromegali.

(3) Mioklonus nokturnal.

Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot mendadak,

berulang dan yang biasanya terjadi pada kaki atau lengan. Lama kontraksi-

kontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan dapat berulang-ulang beberapa puluh

kali selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya

terjadi se-lama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka perlu

11

Page 12: Blok 22 Insomnia

dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun penderita tidak dapat

mencapai fase tidur yang dalam karena sering terbangun.

(4) Faktor dietetik.

Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan

malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam keadaan

keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mem-pengaruhi metabolisme

neurotransmitters dalam otak. Makanan yang terlalu monoton, seperti makan

jagung yang kurang di-variasi dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia.

Dengan diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali triptofan di-kirim ke

otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin. Kurangnya produksi serotonin

akan mengganggu proses tidur dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa

mineralpun mempunyai pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih

dalam penyelidikan.

(5) Efek obat dan efek putus obat.

Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. ini dapat

direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipno-gram. Obat-obatan seperti

monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh,

bisa mengakibatkan insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung

minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk tidur mudah.

Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur kurang nyaman, hal mana dapat

dilihat dari hipnogram. Orang tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal,

sehingga pada waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk

pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol lain sebagai zat

untuk mempermudah masuk tidur bukan merupakan tindakan yang bijaksana.

(6) Faktor psikologik.

Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang menjadi

dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita ansietas biasanya sukar

masuk tidur, sedangkan mereka yang menderita depresi acapkali bangun tengah

malam dan tidak dapat tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang

12

Page 13: Blok 22 Insomnia

tidak segar. Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat pula

menyebabkan terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan kepribadian dan

skizofrenia.

2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi

Penderita insomnia sering berusaha mengobati diri sendiri dengan meng-

gunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat keter-gantungan terhadap

obat-obat itu. Walaupun pada mulanya alkohol memperbaiki masuknya tidur, tetapi

kualitas tidur itu sendiri adalah kurang dalam, sehingga mereka yang mengguna-kan

alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun dengan perasaan kurang segar.

Pada penggunaan obat-obat penenang perlu diperhatikan adanya rebound phenomena

yang dirasakan oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk

menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka diguna-kan obat penenang lagi

dan seterusnya, sehingga timbul ke-tergantungan psikik yang dapat menjadi

ketergantungan fisik. Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna obat

atau zat yang menimbulkan ketergantungan, ada kalanya melakukannya untuk

mengobati diri sendiri, yaitu pada penyakit fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula

obat-obat tertentu yang dapat menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin,

MAO inhibitors dan obat-obat untuk menguruskan tubuh.

3. Faktor Lingkungan atau kebiasaan kurang baik

Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur yang kurang nyaman,

kamar tidur terlalu terang atau terlalu berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya.

Di samping itu dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang me-rangsang

sebelum tidur, seperti kopi atau teh kental, makan ter-lalu banyak sebelum tidur, tidur

terlalu lama pada hal-hal besar, sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang

juga dikenal dengan Sunday night insomnia melakukan usaha yang memerlu-kan

pikiran yang intensif sebelum tidur, seperti main bridge, catur, membuat hitungan

akuntansi yang ruwet, dan sebagainya.

13

Page 14: Blok 22 Insomnia

4. Pengkondisian negatif

Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan untuk tidak bisa

tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan

tertentu dengan maksud bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak

bisa tidur. Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk tidak bisa tidur, sehingga

akhimya apa yang ditakutkan itu ter-laksana benar-benar (self-fulfilling prophecy).

Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan gangguan tidur;

Gangguan pada jantung seperti gagal jantung dan iskemia pada pembuluh

koroner

Stroke, kondisi degenerative, demensia, gangguan tidur karena gangguan CNS

Hipotiroid, menopause, siklus menstruasi, kehamilan, dan hipogonadism

Gangguan paru obstruktif, asma, Pickwikian sindrom (Obstructive sleep apnea

syndrome).

Penyakit muntahan cairan  lambung

Gangguan pada darah

Penggunaan obat seperti dekongestan, koritokosteroid, dan bronkodilator

Kondisi lainnya seperti Demam, nyeri dan infeksi

Beberapa kondisi psikologis yang dapat menyebabkan gangguan tidur

Depresi dapat menyebabkan gangguan dalam REM (rapid eye movement)

Sindrom Post Trauma

Obat-obatan psikotropika

Pikiran yang membebani atau stress

Tegang-cemas

Beberapa kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan gangguan tidur

Kejadian yang mengancam nyawa atau kejadian yang memiliki stress tinggi

Gangguan siklus tidur akibat waktu kerja yang tidak tetap (malam dan pagi)

Lingkungan yang bising, dingin, ataupun terlalu panas.

14

Page 15: Blok 22 Insomnia

Epidemiologi

Di amerika serikat  kurang lebih sepertiga penduduknya memiliki gangguan

tidur. Di Indonesia gangguan tidur bervariasi, tergantung pekerjaan yang dimiliki,

pekerjaan-pekerjaan yang terganggunya siklus tidur seperti perawat, dokter, satpam

sangat besar menimbulkan gangguan tidur pada individu tersebut. Ada penelitian yang

membuktikan bahwa 70% dari perawat di Jakarta mengalami insomnia. Insomnia lebih

banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria dengan rasio 3  :  2. Dengan

bertambahnya usia bertambah pula angka.4

Patofisiologi

Insomnia adalah keadaan dimana Anda mulai mengeluh dengan sulitnya tidur di

malam hari, atau Anda sering terbangun di tengah malam. Banyak disebutkan bahwa

stress sering dikaitkan dengan insomnia. Stres menyebabkan insomnia. Setiap

permasalahan kehidupan yang manimpa pada diri seseorang (stresor psikososial) dapat

mengakibatkan gangguan fungsi/faal organ tubuh, reaksi yang dialami oleh tubuh ini

dikatakan stres Hal itu terjadi karena sistem saraf Anda sedang dipersiapkan untuk

selalu berpikir bahkan saat Anda sedang tidur. Saat stress terjadi tubuh akan berespon

terhadap stress tersebut. Hipotalamus-Pituitari- Aksis (HPA) adalah sekelompok sumbu

yang berperan dalam memberi respon terhadap stress, yang mana melibatkan otak

hipofisis dan kelenjar adrenal. Pertama, hipotalamus (bagian sentral otak) akan

melepaskan senyawa yang disebut corticotrophin releasing factor (CRF). CRF

kemudian perjalanan ke kelenjar hipofisis, di mana akan memicu pelepasan hormon,

adrenocorticotrophic (ACTH). ACTH dilepaskan ke dalam aliran darah dan

menyebabkan korteks kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres, terutama

kortisol, yang merupakan hormon kortikosteroid. Kortisol meningkatkan ketersediaan

pasokan bahan bakar tubuh (karbohidrat, lemak, dan glukosa), yang diperlukan untuk

merespon stres. Namun, jika kadar kortisol tetap tinggi dalam jangka waktu terlalu

lama, maka otot akan rusak, terjadinya penurunan respons terhadap peradangan, dan

penurunan sistem imun (pertahanan) . Kortikosteroid juga dapat menyebabkan retensi

cairan dan tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, penting bahwa respon terhadap

kortikosteroid secara hati-hati dikendalikan (dimodulasi). Kontrol ini biasanya

dilakukan dengan mekanisme umpan balik yang meningkatkan kadar kortisol makan

15

Page 16: Blok 22 Insomnia

kembali ke hipotalamus dan hipofisis mematikan produksi ACTH. Selain itu, sangat

tinggi tingkat kortisol dapat menyebabkan depresi dan psikosis, yang menghilang ketika

kembali ke tingkat normal.

Karena adanya hubungan ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan stress akan

mendahului peningkatan insomnia. Bila Anda stress sistem yang dapat membuat Anda

seharusnya tertidur akan menjauh dari Anda. penyebab insomnia terkait erat dengan

lelah, konsentrasi terganggu, memori terganggu, sakit kepala, mudah marah dan

mengantuk di siang hari.3

Gejala dan Tanda

Gejala insomnia adalah susahnya seorang individu untuk jatuh kedalam tidur,

sehingga terjadi peningkatan waktu antara tidur. Sulitnya mempertahankan tidur dan

tidak dapat tidur secukupnya, hal ini mengakibatkan seorang pasien terbangun sebelum

dia mendapatkan tidur yang cukup. Gangguan dari siklus tidur dapat disebabkan oleh

irama sikardian (gannguan dalam irama tidur bangun) yang terganggu oleh karena jet-

lag atau pekerjaan. Hipersomnia atau tidur yang berlebih adalah gejala dari kurangnya

kualitas dari tidur seseorang sehingga seringkali dibutuhkan waktu tidur yang lebih

lama dari normal. Beberapa gejala lain dari gangguan tidur adalah Sonambulisme atau

tidur berjalan, dan Mimpi buruk (nightmares)

Kriteria Diagnostik untuk insomnia

Keluhan yang menonjol adalah kesulitan untuk memulai tidur atau

mempertahankan tidur, atau tidur yang tidak menyegarkan selama sekurang-

kurangnya satu bulan

Kelelahan di siang hari yang menyertai menyebabkan penderitaan yang

bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi

penting lainnya.

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang diperlukan Hemoglobin dan hematokrit, Gas

darah, fungsi tiroid dan screening obat dan alcohol.5

16

Page 17: Blok 22 Insomnia

Komplikasi

Efek fisiologis karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat

peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan

produksi melatonin.

Efek psikologis dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,

irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

Efek fisik/somatik dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan

sebagainya.

Efek sosial dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah

mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan

sosial dan keluarga.

Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan

hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin

disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek

angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia

mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari

penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali

lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan

orang normal.6

Penatalaksanaan

Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.

Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak

memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal. Penderita insomnia

hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan

menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.

Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika

penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika gangguan tidur

berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa

diberikan obat tidur untuk sementara waktu.

Medikamentosa

17

Page 18: Blok 22 Insomnia

Bila terdapat indikasi terapi dengan obat-obatan, pilihan obat tergantung pada

penyebab. Bila ansietas merupakan penyebab utama, pengobatan dengan

antiansietas dengan rasio potensi sedatif tinggi merupakan indikasi  Obati

insomnia yang menyertai depresi dengan sedatif antidepresan .Gunakan

penginduksi tidur 'short-acting' pada insomnia tahap permulaan .Gunakan obat

tidur pada gangguan yang telah lebih lama . Karena hipnotik long-acting'

mungkin menyehabkan efek pusing ('hangover') dan gangguan penampilan,

maka hanya boleh digunakan bila ansietas terjadi pada siang hari. Hipnotika

baru diberikan sesingkat mungkin untuk memecahkan masalah .Terdapat

kemungkinan penyalahgunaan obat yang potensial walaupun kecil dengan

kebanyakan sedatif hipnotik dan masalah peracunan obat sendiri yang

potensial .Obat hipnotik mungkin memperburuk gejala kilnik penderita dengan

apne waktu tidur ('sleep apnea')   .Mulailah dari penggunaan obat non-

benzodiazepin seperti obat antiinsomnia yang alami atau yang merupakan

sintetik melatonin (merek dagang Rozerem). Ada juga pasien yang bisa

menggunakan obat antiinsomnia non-benzodiazepin seperti zolpidem (merk

dagang Zolmia/Stilnox).7

Obat ini tidak seperti golongan benzodizepin, tidak menimbulkan risiko

ketergantungan, toleransi dosis ataupun efek putus zat. Penggunaan

benzodiazepin seringkali diberikan kepada pasien oleh dokter umum atau

spesialis bila pengobatan di atas tidak membantu banyak. Golongan obat yang

sering diberikan adalah estazolam (Esilgan), alprazolam (Xanax,

Zypraz,Alganax) dan Diazepam (Valium). Sayangnya terkadang pasien terus

menerus menggunakan obat ini untuk membantu tidurnya tanpa melakukan

proses terapi untuk keluhan dasarnya, yaitu kecemasan atau depresi, sehingga

seringkali ditemukan pasien memakan obat ini sampai bertahun-tahun. Apalagi

seringkali mereka tidak kontrol atau membeli sendiri obat tersebut di pasar gelap

yang menjual obat seperti ini. Penggunaan obat tidur yang biasanya merupakan

golongan benzodiazepine haruslah hati-hati dan atas pengawasan ahli seperti

seorang psikiater. Jika tidak perlu tidak perlu sampai menggunakan obat

golongan tersebut. Jangan lupa pula untuk mengobati dasar dari gangguan ini.

Biasanya jika gangguan dasarnya diobati maka insomnianya juga akan membaik

18

Page 19: Blok 22 Insomnia

sehingga tidak lagi memerlukan obat. Pesan saya terakhir adalah jangan makan

obat tidur sembarangan, konsulkan dengan ahlinya jika mendapatkan obat tidur

dari dokter umum atau spesialis non-psikiatri dalam jangka waktu yang cukup

lama (lebih dari 3 bulan) dan usahakan untuk mengobati gangguan dasarnya

bukan hanya gejalanya saja.7

Non medikamentosa

Terapi Psikologi :

Konsultan psikolog biasanya dapat mengajarkan teknik relaksasi mudah yang

dapat membantu mengatasi insomnia. Mereka juga biasanya menyediakan jasa

konsultasi bicara (psikoterapi) yang dapat membantu orang-orang untuk

menghadapi kejadian-kejadian seperti kehilangan orang terdekat ataupun

masalah rumah tangga yang dapat menyebabkan terjadinya susah tidur atau

insomnia.

Selain hal di atas, ada juga terapi tentang tidur, yang termasuk di dalamnya

cognitive behaviour therapy (CBT) yang dapat mengatasi masalah kecemasan

yang menganggu tidur dan juga membantu membangun pandangan positif

mengenai tidur.

Terapi cognitive behaviour :

o Pengetahuan mengenai kebiasaan tidur yang baik. Kebersihan saat tidur

yang dijadikan kebiasaan dapat membantu untuk meningkatkan kualitas

tidur.

o Teknik relaksasi, seperti latihan pelemasan otot dan latihan pernafasan

dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan menjelang tidur. Teknik ini

membuat kita dapat mengontrol pernafasan, detak jantung, ketegangan otot

serta suasana hati.

o Terapi kognitif, ini termasuk dengan menggantikan kecemasan mengenai

tidak bisa tidur dengan hal lain yang positif.

o Kontrol stimulus, termasuk di dalamnya untuk membatasi aktivitas yang

dilakukan di dalam kamar tidur hanya untuk istirahat saja.

19

Page 20: Blok 22 Insomnia

Pembatasan tidur, terapi ini membatasi waktu anda di tempat tidur,

sehingga menjadi tidur pun berkurang dan menjadi lebih lelah keesokan

malamnya. Begitu kualitas tidur sudah meningkat, maka waktu tidur pun akan

meningkat kembali secara bertahap.

Prognosis

Respon terhadap pengobatan tcrgantung pada etiologi insomnia "Rebound

insomnia" dapat terjadi pada penghentian tiba-tiba dan obat sedatif hipotik. Beberapa

penderita mungkin memberikan respon terhadap cara-cara tanpa obat setelah masalah

didiskusikan dan etiologinya ditemukan.

Kesimpulan

Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan

gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus

(lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di

tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Penyebab insomnia yang utama adalah

adanya permasalahan emosional, kognitif, dan fisiologis.

Daftar Pustaka

20

Page 21: Blok 22 Insomnia

1. Wiguna I Made S. dkk. Synopsis psikiatri. Jilid 2. Ciputat – tangerang ; 2010.

2. Priguna Sidharta. Gangguan tidur. Neurologi klinis dalam praktek

umum.Indonesia : Dian rakyat.2009: 178-198

3. Maramis,Willy F. Gangguan psikiatrik lain yang khusus, Insomia. Surabaya :

Universitas Airlangga; 2009.

4. Sylvia A , Prince, Lorraine , et. al. Patofisiologi. 6th ed, vol. 1. Jakarta : EGC ;

2006

5. Rafknowledge. Insomnia dan gangguan tidur lainnya. Jakarta: PT.

Gramedia;2004

6. Syarif A, Ari E, Arini S, dkk. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta: Balai

penerbit FKUI; 2001.

7. Comfort Ray. Overcoming insomnia. Jakarta: PT. Gunung Mulia; 2004.

21