Upload
mariapriscilla
View
31
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ulkus kornea
Citation preview
Ulkus Kornea et Causa Jamur
Beby Pricilia Tanesia102011011
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Abstrak
Indra adalah kumpulan dari reseptor yang membentuk organ atau alat khusus. Mata
adalah salah satu alat indra yang memiliki fungsi sangat penting yakni untuk melihat. Organ
mata yang didalamnya terdapat jaringan-jaringan indra penglihatan yang berhubungan langsung
dengan dunia luar sehingga organ tersebut berpotensi menimbulkan penyakit atau kelainan
dalam penglihatan. Kelainan tersebut tidak hanya berasal dari external yang disebabkan oleh
lingkungan tetapi juga disebabkan oleh internal yang dapat menyebabkan kelainan refraksi,
kelainan media refraksi atau jalur lintasan visual.
Kata kunci: Mata, penyakit mata
Abstract
Indra is a collection of receptors that form an organ or a special tool. Eyes are one of the
senses that has a very important function which is to see. Organ eye tissues in which there is the
sense of sight is directly related to the outside world so that the organs could potentially cause
disease or abnormalities in vision. The disorder does not only come from the external
environment but also caused by caused by internal disorder that can cause refraction, refractive
abnormalities media or visual trajectory.
Keywords: Eye, eye diseases.
1
Masalah
Petani 40 tahun dengan keluhan mata kanan kabur, merah, berair dan sakit.
Hipotesis
Petani 40 tahun dengan keluhan mata kanan kabur, merah, berair dan sakit dan pada pemeriksaan
adanya hipopion menderita ulkus kornea.
Sasaran Belajar
Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan :
• Pendekatan diagnostik (anamnesis, pemeriksaan fisik atau tanda klinis dan
penunjang)pasien dengan keluhan mata kanan kabur, merah, berair dan sakit.
• Etiologi, epidemiologi, patogenesis, faktor resiko WD/ & DD/ serta komplikasinya.
• Penatalaksanaan ( farmakologik dan non farmakologik).
Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam
tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada persambungan
ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar
0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris),
lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan
kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi
2
sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai
prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Gambar 1. Anatomi Kornea (sumber www.uvehealth.com)
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
• Lapisan epitel
Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi lapis
sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel
basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula okluden;
ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan
akan menghasilkan erosi rekuren. Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
3
• Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun
tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai
daya regenerasi.
• Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan yang
lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian perifer serat kolagen
ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-
kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast
terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
• Membran Descement
Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membrane basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus
seumur hidup, mempunyai tebal 40 µm.
• Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m. Endotel
melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula okluden.1
4
Gambar 2. Corneal Cross Section (sumber www.uvehealth.com)
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk
sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus
terjadi dalam waktu 3 bulan.
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air
mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi
kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya.1
Pembahasan
Anamnesis
Identitas. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
nama orang tua atau penanggung jawab, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.
5
Keluhan Utama. Menanyakan keluhan yang dirasakan pasien sehingga pasien tersebut
pergi ke dokter dan mencari pertolongan. Selain itu keluhan utama harus disertai dengan
indikator waktu, berapa lama pasien mengalami hal tersebut.
Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat penyakit sekarang juga harus di tanyakan, yaitu
cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat. Hal yang harus ditanyakan adalah:
• Waktu dan lamanya keluhan berlangsung
• Sifat dan beratnya serangan
• Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, atau berpindah-pindah
• Keluhan-keluhan yang menyertai serangan, misalnya keluhan yang mendahului serangan,
atau keluhan lain yang bersamaan dengan serangan
• Apakah keluhan baru pertama kali atau sudah berulang kali
• Apakah ada saudara sedarah, atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama
• Riwayat perjalanan ke daerah yang endemis untuk penyakit tertentu
• Perkembangan penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa
• Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum
oleh pasien; juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini
diderita
Riwayat Penyakit Dahulu. Menanyakan kepada pasien atau penanggung jawabnya,
apakah dulu pernah mempunyai penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang di deritanya
sekarang atau yang dapat memberatkan penyakitnya sekarang.
6
Riwayat Penyakit dalam Keluarga. Menanyakan kepada pasien atau penanggung
jawabnya, apakah di dalam keluarga pasien ada yang pernah atau sedang menderita penyakit
menurun atau infeksi.
Riwayat Pribadi. Menanyakan bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan kebiasaan-
kebiasaan pasien. Asupan gizi pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis makanannya,
kuantitas dan kualitasnya. Selain itu, harus ditanyakan juga bagaimana lingkungan tempat
tinggal pasien, apakah termasuk lingkungan yang endemik.2
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan posisi kedua mata (simetris atau
tidak), mata sembab, keadaan sekitar orbita; Perhatikan alis mata apakah bagian lateral menipis
atau rontok, perhatikan apakah kelopak mata dapat menutup dan membuka dengan sempurna;
Perhatikan konjungtiva palpebra (membuka mata, menarik palpebra inferior, menekan canthus
medialis); Perhatikan adakah ikterus warna ikterus , kuning kejinggaan atau kehijauan, apakah
pucat (anemia), apakah kebiruan (sianosis), adakah pigmentasi lain, adakah petechie bercak
perdarahan atau white centered spot, apakah ada obstruksi ductus nasolacrimalis.
Pemeriksa duduk di lateral pasien, perhatikan adakah exopthalmos (Dengan penggaris,
dibandingkan kanan dan kiri. normal sampai 16 mm dan pasti patologis apabila > 20 mm).
Palpasi
Palpasi dengan perlahan adanya pembengkakan dan nyeri tekan pada kelopak mata.
Kemudian, palpasi bola mata dengan menempatkan kedua ujung jari telunjuk di kelopak mata di
atas sklera sementara klien melihat ke bawah. Bola mata harus teras sama keras.
7
Kemudian, palpasi kantong lakrimal dengan menekankan jari telunjuk pada lingkar orbital
bawah pada sisi yang paling dekat dengan hidung klien. Sambil menekan, observasi adanya
regurgitasi abnormal materi purulen atau air mata yang berlebihan pada punctum, yang dapat
mengindikasikan adanya sumbatan dalam duktus nasolakrimal.3
Pemeriksaan Penunjang
Hal yang harus dievaluasi dari kornea adalah transparansi (adanya opasitas stroma dan
epitelium menunjukkan scarring atau infiltrasi) dan luster pada permukaan (absensi
menunjukkan defek epitel atau lesi kornea superfisial).
Pemeriksaan kornea hendaknya dilakukan dalam pencahayaan yang memadai, dapat pula
dilakukan setelah pemberian agen anestetik lokal. Umumnya, seorang oftalmologis akan
menggunakan slit lamp dalam pemeriksaan.
Adapun pulasan dengan satu tetes larutan fluorescein atau rose bengal 1%, dengan
sifatnya yang umumnya tidak diabsorbsi oleh epitelium, dapat memperjelas gambaran lesi epitel
superfisial yang sulit terlihat pada pemeriksaan biasa, mulai dari keratitis pungtata superfisial
hingga erosi kornea. Pencahayaan dengan cobalt blue filter akan mempertegas efek floresensi.
Topografi permukaan kornea secara kasar dapat dievaluasi menggunakan keratoskop atau
Placido’s disk. Akan tetapi, hasil yang lebih akurat dapat diperoleh melalui pemeriksaan
topografi kornea yang terkomputerisasi (videokeratoskopi).
Sensitivitas kornea secara sederhana dapat dinilai dengan cotton swab. Dalam hal ini,
secara kasar dinilai adanya infeksi viral atau neuropati fasialis atau trigeminalis. Densitas
epitelium kornea secara kasar dapat dinilai menggunakan slit lamp atau teknik mikroskop
spekular untuk keperluan kuantifikasi. Ukuran kornea dapat diukur menggunakan penggaris
sederhana atau keratometer Wessely.
8
Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH). Pada jamur
dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus dengan
biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi dengan biopsi
jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan
agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.3
Definisi
Ulkus Kornea
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.3
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)4
9
Diagnosis Kerja
Ulkus Kornea et Causa Jamur
Ulkus kornea et causa jamur disebabkan oleh jamur bentuk filamen seperti Aspergillus
dan Fusarium lebih sering di iklim tropis dan subtropis dan ada juga yang berbentuk ragi seperti
Candida yang lebih sering di iklim dingin.3
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering.
Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang
baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-
satelit disekitarnya. Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi
akibat rangsangan radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.4
Diagnosis Banding
Ulkus Kornea et Causa Bakterialis
Ulkus kornea yang khas biasanya terjadi pada orang dewasa yang bekerja di bidang
konstruksi, industri, atau pertanian yang memungkinkan terjadinya cedera mata. Terjadinya
ulkus biasanya karena benda asing yang masuk ke mata, atau karena erosi epitel kornea. Dengan
adanya defek epitel, dapat terjadi ulkus kornea yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen
yang terdapat pada konjungtiva atau di dalam kantong lakrimal. Banyak jenis ulkus kornea
bakteri mirip satu sama lain dan hanya bervariasi dalam beratnya penyakit. Pseudomonas
Aeruginosa, Streptococcus Pneumonia dan spesies Moraxella merupakan penyebab paling
sering. Ini terutama berlaku untuk ulkus yang disebabkan bakteri oportunitik (misalnya
Streptococcus alfa-hemolyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Nocardia,
10
dan M fortuitum-chelonei), yang menimbulkan ulkus indolen yang cenderung menyebar
perlahan dan superficial.
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri khas.
Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya terdapat
hipopion yang berukuran sedang. Kerokan memperlihatkan kokus gram (+) dalam bentuk rantai.
Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin, Penisillin G, Vancomysin dan
Ceftazidime.4
Ulkus Kornea et Causa Virus
Ulkus kornea yang disebabkan oleh virus, yaitu Herpes simpleks. Sesudah infeksi primer,
virus menetap secara laten di ganglion trigeminum. Serangan umumnya dipicu oleh demam,
pajanan sinar ultraviolet, trauma, stres psikis, awal menstruasi atau imunosupresi lokal atau
sistemik lainnya. Umumnya unilateral mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari
sampai beberapa minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Ulkus
Kornea Herpes Zoster, biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini
timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem
palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.
Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit
herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi
dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
Ulkus Kornea Herpes simplex, infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes simplex
dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang
kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk
dendrit atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh.
11
Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif, jelas
diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.4
Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
• Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
• Sekret mukopurulen
• Merasa ada benda asing di mata
• Pandangan kabur
• Mata berair
• Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
• Silau
• Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer
kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
• Injeksi siliar
• Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
• Hipopion4
Etiologi
12
Infeksi
Infeksi Bakteri : Pseudomonas Aeruginosa, Streptococcus Pneumonia dan spesies
Moraxella merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk
sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat
mukopurulen yang bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
Infeksi jamur: disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium,
dan spesies mikosis fungoides.
Infeksi virus: Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang
bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya
varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba. Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat
didalam air yang tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi
kornea oleh acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada
pengguna lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan
sendiri. Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang
terpapar air atau tanah yang tercemar.
Noninfeksi
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH. Bahan asam yang dapat
merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan organik anhidrat. Bila
bahan asam mengenai mata maka akan terjadi pengendapan protein permukaan
sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka tidak bersifat destruktif. Biasanya
13
kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia,
cairan pembersih yang mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium
karbonat akan terjadi penghancuran kolagen kornea.
Radiasi atau suhu. Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari
yang akan merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen. Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai
keratokonjungtivitis sicca yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat
disebabkan defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan
permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-
bintik kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A. Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena
kekurangan vitamin A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan
ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan. Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya;
kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan
imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis4
14
Epidemiologi
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi ulkus kornea
tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia, sedangkan predisposisi terjadinya
ulkus kornea antara lain terjadi karena trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak
di ketahui penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada tahun 1879
tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan. Banyak laporan menyebutkan
peningkatan angka kejadian ini sejalan dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal,
penggunaan obat imunosupresif dan lensa kontak. Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari
112 kasus ulkus kornea 22 beretiologi jamur. Mortalitas atau morbiditas tergantung dari
komplikasi dari ulkus kornea seperti parut kornea, kelainan refraksi, neovaskularisasi dan
kebutaan. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak menderita ulkus kornea, yaitu
sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-
laki. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya kegiatan kaum laki-laki sehari-hari sehingga
meningkatkan resiko terjadinya trauma termasuk trauma kornea.4
Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak
ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.
15
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear,
sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan
terjadinya sikatrik.4
Penatalaksanaan
16
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar
tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea tergantung
penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus, anti jamur,
sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam
perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat
sistemik.3
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
• Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
• Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
• Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
• Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum yang kurang dari
normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan makanan yang bergizi, udara yang
baik, lingkungan yang sehat, pemberian roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B
kompleks dan vitamin C. Pada ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak
sembuh dengan pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang
disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu badan akan naik,
tetapi jangan sampai melebihi 39,5°C. Akibat kenaikan suhu tubuh ini diharapkan bertambahnya
antibodi dalam badan dan menjadi lekas sembuh.
2. Pengobatan lokal
17
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea sekecil
apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis, dakriosistitis harus
diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus
segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
• Sulfas atropine sebagai salap atau larutan
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi sehingga mata
dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehinggga
sinekia posterior yang telah ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang
baru
• Skopolamin sebagai midriatika.
• Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain tetapi
jangan sering-sering.
Anti jamur
18
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang
tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
• Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B 1,
2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan Imidazole
• Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin, Imidazol
• Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
• Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti
biotik.4
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
• Kauterisasi
• Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni trikloralasetat
• Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau termophore. Dengan
instrumen ini dengan ujung alatnya yang mengandung panas disentuhkan pada pinggir
ulkus sampai berwarna keputih-putihan.
• Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak menunjukkan perbaikan
dengan maksud mengganti cairan coa yang lama dengan yang baru yang banyak mengandung
antibodi dengan harapan luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan
melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus dengan
tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Kalau
sudah sembuh flap konjungtiva ini dapat dilepaskan kembali.
19
Bila seseorang dengan ulkus kornea mengalami perforasi spontan berikan sulfas atropine,
antibiotik dan balut yang kuat. Segera berbaring dan jangan melakukan gerakan-gerakan. Bila
perforasinya disertai prolaps iris dan terjadinya baru saja, maka dapat dilakukan :
• Iridektomi dari iris yang prolaps
• Iris reposisi
• Kornea dijahit dan ditutup dengan flap konjungtiva
• Beri sulfas atripin, antibiotic dan balut yang kuat
Bila terjadi perforasi dengan prolaps iris yang telah berlangsung lama, kita obati seperti
ulkus biasa tetapi prolas irisnya dibiarkan saja, sampai akhirnya sembuh menjadi leukoma
adherens. Antibiotik diberikan juga secara sistemik.
3. Keratoplasti
Keratoplasti adalah jalan terakhir jika urutan penatalaksanaan diatas tidak berhasil.
Indikasi keratoplasti terjadi jaringan parut yang mengganggu penglihatan, kekeruhan kornea
yang menyebabkan kemunduran tajam penglihatan, serta memenuhi beberapa kriteria yaitu :
• Kemunduran visus yang cukup menggangu aktivitas penderita
• Kelainan kornea yang mengganggu mental penderita.
• Kelainan kornea yang tidak disertai ambliopia.5
Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata
setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat mengawali
timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
• Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
20
• Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna,
gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
• Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.4
Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
• Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
• Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
• Prolaps iris
• Sikatrik kornea
• Katarak
• Glaukoma sekunder3
Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang
timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan
kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat
pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk. Penyembuhan
yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal ini, apabila tidak ada
ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka dapat menimbulkan
resistensi. 4
Kesimpulan
21
Ulkus kornea et causa jamur adalah ulkus yang disebabkan oleh jamur yang sebelumnya
ada kontak dengan tumbuh – tumbuhan, ranting atau daun. ditandai dengan adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi
dari epitel sampai stroma. Pengobatan sesegera mungin untuk mencegah terjadinya tingkat
keperahan atau prognosis yang buruk.
Daftar Pustaka
1. Cassidy L, Oliver J. Ophthalmology at a glance. Massachusetts: Blackwell Science;
2005. p.66-8.
2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2010.h. 181-3.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Dalam: Ilmu
penyakit mata. Edisi ke – 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2013.h. 159 – 62.
4. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia. Ulkus kornea. Dalam : Ilmu penyakit
mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Edisi ke – 2. Jakarta: Sagung
Seto; 2004.h. 170 – 76.
5. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. New Delhi: New Age
International; 2007. p. 89-126.
22