21
BLUES UNTUK BONNIE Data buku kumpulan puisi Judul : Blues untuk Bonnie Penulis : Rendra Cetakan : XII, 2008 (cet. 1. 1971; cet. II, 1976, PT. Dunia Pustaka Jaya) Penerbit : Burungmerak Press Tebal : 54 halaman (13 puisi) ISBN : 978-979-17719-2-4 Desain sampul dan lay-out : DS Priyadi Pemandangan Senjakala Senja yang basah meredakan hutan yang terbakar. Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua. Bau mesiu di udara. Bau mayat. Bau kotoran kuda. Sekelompok anjing liar memakan beratusribu tubuh manusia yang mati dan yang setengah mati. Dan di antara kayu-kayu hutan yang hangus genangan darah menjadi satu danau. Luas dan tenang. Agak jingga merahnya. Dua puluh malaekat turun dari sorga mensucikan yang sedang sekarat tapi di bumi mereka disergap kelelawar-kelelawar raksasa yang lalu memperkosa mereka. Angin yang sejuk bertiup sepoi-sepoi basa menggerakkan rambut mayat-mayat membuat lingkaran-lingkaran di permukaan danau darah dan menggairahkan syahwat para malaekat dan kelelawar. Ya, saudara-saudaraku, aku tahu inilah pemandangan yang memuaskan hatimu kerna begitu asyik kau telah menciptakannya. Rick dari Corona (Di Queens Plaza di stasion trem bawah tanah ada tulisan di satu temboknya: “Rick dari Corona telah di sini. Di mana engkau, Betsy?”) Ya. Rick dari Corona telah di sini. Di mana engkau, Betsy? - Akulah Betsy Ini aku di sini. Betsy Wong dari Jamaica. 1

Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

BLUES UNTUK BONNIE

 Data buku kumpulan puisi

Judul : Blues untuk BonniePenulis : Rendra

Cetakan : XII, 2008 (cet. 1. 1971; cet. II, 1976, PT. Dunia Pustaka Jaya)Penerbit : Burungmerak Press

Tebal : 54 halaman (13 puisi)ISBN : 978-979-17719-2-4

Desain sampul dan lay-out : DS Priyadi

Pemandangan Senjakala

Senja yang basah meredakan hutan yang terbakar.Kelelawar-kelelawar raksasa datang dari langit kelabu tua.Bau mesiu di udara. Bau mayat. Bau kotoran kuda.Sekelompok anjing liarmemakan beratusribu tubuh manusiayang mati dan yang setengah mati.Dan di antara kayu-kayu hutan yang hangusgenangan darah menjadi satu danau.Luas dan tenang. Agak jingga merahnya.Dua puluh malaekat turun dari sorgamensucikan yang sedang sekarattapi di bumi mereka disergap kelelawar-kelelawar raksasayang lalu memperkosa mereka.Angin yang sejuk bertiup sepoi-sepoi basamenggerakkan rambut mayat-mayatmembuat lingkaran-lingkaran di permukaan danau darahdan menggairahkan syahwat para malaekat dan kelelawar.Ya, saudara-saudaraku,aku tahu inilah pemandangan yang memuaskan hatimukerna begitu asyik kau telah menciptakannya.

Rick dari Corona

(Di Queens Plazadi stasion trem bawah tanahada tulisan di satu temboknya:“Rick dari Corona telah di sini.Di mana engkau, Betsy?”)

Ya.Rick dari Corona telah di sini.Di mana engkau, Betsy?

- Akulah BetsyIni aku di sini.Betsy Wong dari Jamaica.Kakek buyutku dari Hongkong.Suamiku penjaga elevatorPedro Gonzales dari Puertoricosuka mabuk dan suka berdusta.Kalau ingin ketemu, telpon saja aku.Pagi hari aku kerja di pabrik rotiSelasa dan Kamis soreaku miliknya Mickey Ragolskysi kakek Polandiayang membayar sewa kamarku.

1

Page 2: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Cobalah telpon hari Rabu.Jangan kuatirkan suamiku.Ia akan pura-pura tak tahu.O, ya, sebelum lupa:dua puluh dollar ongkosnya.Betsyku bersih dan putih sekalilunak dan halus bagaikan karet busa.Rambutnya mewah tergeraibagai berkas benang-benang rayon warna emas.Dan kakinya sempurna.Singsat dan licinbagaikan ikan salmon

(Rick dari Coronadi perut kota New Yorkmemandang kanan kirisambil minum jeruk soda)

Betsy.Di mana engkau, Betsy?

- Ini, Betsy Hudson di sini.aku merindukan alam hijautapi benci agraria.Aku percaya pada dongeng aneka ragamAku percaya pada benua Atlantis.Dan juga percaya bahwa hidup di bulanlebih baik dari hidup di bumi.Pada politik aku tak percaya.Namaku Betsy.Memang.Tapi kita tak mungkin ketemuSiang hari aku kerja jadi akuntan.Malam hari aku suka nulis buku harian.

Untuk merias dirimemelihara rambut dan kukutelah pula memakan waktu.Namaku Betsy.CantikAku suka telanjang di depan kaca.Aku benci lelaki.

(Dengan mobil sport dari InggrisRick dari Coronamengitari kota New Yorkberkacamata hitam sekali.Melanggar aturan lalu lintasia disetop polisisambil masih mimpi siang hari)

Betsy gemerlapan bagai lampu-lampu Broadway.Betsy terbang dengan indah.Bau minyak wanginya menidurkan New YorkDan selalu sesudah ituaku diselimutinyadengan selimut katunyang ditenunnya sendiriBetsy, di mana engkau, Betsy.

- Di sini, bodoh!

2

Page 3: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Kau selalu tak mendengarkan aku, Ricky!Kau selalu menciptakan kekusutan.Sepatu tak pernah kauletakkan pada raknya.Selalu kau pakai dasi yang kacau warnanya.Berapa kali pula kau kuperingatkankalau tidur jangan mendengkur.Itu barbar.Dan Ricky!Kau harus belajar makan sup yang lebih sopan!

(New York mengangkang.Keras dan angkuh.Semen dan baja.Dingin dan teguh.Adapun di tengah-tengah cahaya lampu gemerlapanterdengar musik gelisahyang tentu sajatak berarti apa-apa)

Rick dari Corona telah di siniYa. Ya.Betsy, engkau di mana?- Ricky, sayang, aku di sini. Ya. Ya.+ Engkau hitam. Engkau bukan Betsy. Engkau macam Negro dari Harlem.- Pegang pinggulku Rasakan betapa lunak dan penuhnya. Namaku Betsy. Ya. Ya.+ Gadisku selalu menjawab dengan sabar segala pertanyaanku yang bodoh dan sangsi.- Aku Betsy kerna aku Negro. Kerna aku Negro aku adalah tanggung jawabmu. Ya, namaku Betsy. Telah kuputuskan namaku Betsy+ Apyun. Apyun. Aku hasratkan pengalaman mistis. Aku ingin melukis tubuhmu telanjang. sambil kuhisap mariyuana.- Ricky, sayang, engkau akan kuninabobokan. Dan bagai bayi akan kaupuja tetekku.+ Dari Queens. Dari Brooklyn. Dan dari Manhattan….- Ricky, sayang, garudaku sayang.+ Sebab irama combo, sebab buaian saxophone…- Pejamkan matamu. Dan bagaikan banyo mainkanlah aku

(Di Harlem, Manhattan, New Yorkdi mana orang tinggal penuh sesakdi mana udara bau air kencing dan sampahdi musim panas dengan udara sembilan puluh lima drajatpara Negro menari watusi di tepi jalandan pada drajat ke seratus duaterjadi perkelahian antara mereka).

Hallo. Hallo.Di sini Rick dari Corona.Dan Betsy juga di sini…

3

Page 4: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Hallo, Dokter.Kami harus disuntik sekarang juga.Kami kena rajasinga.

Blues untuk Bonnie

Kota Bostron lusuh dan layukerna angin santer, udara jelek,dan malam larut yang celaka.Di dalam café ituseorang penyanyi Negro tuabergitar dan bernyanyi.Hampir-hampir tanpa penonton.Cuma tujuh pasang laki dan wanitaberdusta dan bercintaan di dalam gelapmengepulkan asap rokok kelabu,seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.

Ia bernyanyi.Suaranya dalam.Lagu dan kata ia kawinkanLagu beranak seratus makna.Georgia. Georgia yang jauh.Di sana gubug-gubug kaum Negro.Atap-atap yang bocor.Cacing tanah dan pellagraGeorgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.

Orang-orang berhenti bicara.Dalam café tak ada suara.Kecuali angin menggetarkan kaca jendela.Georgia.Dengan mata terpejamsi Negro menegur sepi.Dan sepi menjawabdengan sebuah tendangan jitutepat di perutnya.

Maka dalam blingsatania bertingkah bagai gorilla.Gorilla tua yang bongkokmeraung-raung.Sembari jari-jari galak di gitarnyamencakar dan mencakarmenggaruki rasa gatal di sukmanya.

Georgia.Tak ada lagi tamu baru.Udara di luar jekut.Anginnya tambah santer.Dan di hotelmenunggu ranjang yang dingin.Serentak dilihat muka majikan café jadi kecutlantaran malam yang bangkrutNegro itu menengadah.Lehernya tegang.Matanya kering dan merahmenatap ke surga.Dan surga.melemparkan sebuah jala

4

Page 5: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

yang menyergap tubuhnya

Bagai ikan hitamia menggelepar dalam jalaJumpalitandan sia-sia.Marahterhinadan sia-sia.

Angin bertalu-talu di alun-alun Boston.Bersuit-suit di menara gereja-gereja.Sehingga malam koyak moyak.Si Negro menghentakkan kakinyaMenyanyikan kutuk dan serapah.Giginya putih berkilatanmeringis dalam dendam.Bagai batu lumutanwajahnya kotor, basah dan tua

Maka waktu bagaikan air bahmelanda sukmanya yang lelah.Sedang di tengah-tengah itu semuaia rasakan sentakan yang hebatpada kakinya.Kagethampir-hampir tak percayaia merasaencok yang pertamamenyerang lututnya.

Menuruti adat pertunjukandengan kalem ia menahan kaget.Pelan-pelan duduk di kursiSeperti guci retakdi toko tukang loak.Baru setelah menarik napas panjangia kembali bernyanyi.

Georgia.Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.Istrinya masih di sanasetia tapi meranaAnak-anak Negro bermain di selokantak krasan sekolah.Yang tua-tua jadi pemabuk dan pembualbanyak hutangnya.Dan di hari Minggumereka pergi ke gereja yang khusus untuk NegroDi sana bernyanyiterpesona pada harapan akheratkerna di dunia mereka tak berdaya.

Georgia.Lumpur yang lekat di sepatu.Gubug-gubug yang kurang jendela.Duka dan duniasama-sama telah tuaSorga dan nerakakeduanya usang pula.Dan Georgia?

5

Page 6: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Ya, TuhanSetelah begitu jauh melarikan diri,masih juga Georgia menguntitnya.

Kupanggil Namamu

Sambil menyeberangi sepikupanggil namamu, wanitaku.Apakah kau tak mendengarku?

Malam yang berkeluh kesahmemeluk jiwaku yang payahyang resahkerna memberontak terhadap rumahmemberontak terhadap adat yang latahdan akhirnya tergoda cakrawala.

Sia-sia kucari pancaran sinar matamu.Ingin kuingat lagi bau tubuhmuyang kini sudah kulupaSia-sia.Tak ada yang bisa kujangkau.Sempurnalah kesepianku.

Angin pemberontakanmenyerang langit dan bumi.Dan dua belas ekor serigalamuncul dari masa silammerobek-robek hatiku yang celaka.

Berulang kali kupanggil namamuDi manakah engkau, wanitaku?Apakah engkau juga menjadi masa silamku?Kupanggil namamu.Kupanggil namamu.Kerna engkau rumah di lembah.Dan Tuhan?Tuhan adalah seniman tak terdugayang selalu sebagai sediakalahanya memedulikan hal yang besar saja.

Seribu jari dari masa silammenuding kepadaku.Tidak.Aku tidak bisa kembali.

Sambil terus memanggili namamuamarah pemberontakanku yang sucibangkit dengan perkasa malam inidan menghamburkan diri ke cakrawalayang sebagai gadis telanjangmembukakan diri padaku.Penuh. Dan prawan.

Keheningan sesudah itusebagai telaga besar yang bekudan aku pun beku di tepinya.Wajahku. Lihatlah, wajahku.Terkaca di keheningan.Berdarah dan luka-luka

6

Page 7: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

dicakar masa silamku.

Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta

Pelacur-pelacur kota Jakartadari kelas tinggi dan kelas rendahtelah diganyangtelah diharu-biru.Mereka kecutkederterhina dan tersipu-sipu.

Sesalkan mana yang mesti kausesalkan.Tapi jangan kau kelewat putus asa.Dan kaurelakan dirimu dibikin korban.

Wahai, pelacur-pelacur kota JakartaSekarang bangkitlah.Sanggul kembali rambutmuKerna setelah menyesaldatanglah kini giliranmubukan untuk membela diri melulutapi untuk melancarkan serangan.Kerna:Sesalkan mana yang mesti kausesalkantapi jangan kau rela dibikin korban.

Sarinah.katakan pada merekabagaimana kau dipanggil ke kantor mentribagaimana ia bicara panjang lebar kepadamutentang perjuangan nusa bangsadan tiba-tiba tanpa ujung pangkalia sebut kau inspirasi revolusisambil ia buka kutangmu.

Dan kau, DasimaKabarkan pada rakyatbagaimana para pemimpin revolusisecara bergiliran memelukmubicara tentang kemakmuran rakyat dan api revolusisambil celana basahdan tubuhnya lemasterkapai di sampingmuOtotnya keburu tak berdaya.

Politisi dan pegawai tinggiadalah caluk yang rapi.Konggres-konggres dan konperensitak pernah berjalan tanpa kalian.Kalian tak pernah bisa bilang “tidak”lantaran kelaparan yang menakutkankemiskinan yang mengekangdan telah lama sia-sia cari kerja.Ijasah sekolah tanpa guna.Para kepala jawatanakan membuka kesempatankalau kau membuka paha.Sedang di luar pemerintahanperusahan-perusahaan macet

7

Page 8: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

lapangan kerja tak ada….Revolusi para pemimpindalah revolusi dewa-dewa.Mereka berjuang untuk surgadan tidak untuk bumi.Revolusi dewa-dewatak pernah menghasilkanlebih banyak lapangan kerjabagi rakyatnya.Kalian adalah sebagian pengangguryang mereka ciptakan.Namunsesalkan mana yang mesti kausesalkantapi jangan kau klewat putus asadan kau rela dibikin korban.

Pelacur-pelacur kota Jakarta.berhentilah tersipu-sipu.ketika kubaca di Koranbagaimana badut-badut mengganyang kalianmenuduh kalian sumber bencana Negaraaku jadi murkaKalian adalah temanku.Ini tak bisa dibiarkan.Astaga.Mulut-mulut badut.Mulut-mulut yang latahBahkan seks mereka perpolitikan.

Saudari-saudariku.Membubarkan kaliantidak semudah membubarkan partai politik.Mereka harus beri kalian kerja.Mereka harus pulihkan derajat kalian.Mereka harus ikut memikul kesalahan.

Saudari-saudariku. Bersatulah.Ambillah galah.Kibarkan kutang-kutangmu di ujungnya.Araklah keliling kotasebagai panji-panji yang telah mereka nodaiKini giliranmu menuntut.Katakanlah pada mereka;menganjurkan mengganyang pelacurantanpa menganjurkanmengawini para bekas pelacuradalah omong kosong.

Pelacur-pelacur kota Jakarta.Saudari-saudariku.Jangan melulu keder pada lelakiDengan mudahkalian bisa telanjangi kaum palsu.naikkan taripmu dua kalidan mereka akan klabakan.Mogoklah satu bulandan mereka akan puyenglalu mereka akan berjinahdengan istri saudaranya.

8

Page 9: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Kesaksian Tahun 1967

Dunia yang akan kita bina adalah dunia bajakaca dan tambang-tambang yang menderu.Bumi bakal tidak lagi perawan,tergarap dan terbukasebagai lonte yang merdeka.Mimpi yang kita kejar, mimpi platina berkilatan.Dunia yang kita injak, dunia kemelaratan.Keadaan yang menyekap kita, rahang serigala yang menganga.

Nasib kita melayang seperti awan.Menantang dan menertawakan kita,menjadi kabut dalam tidur malam,menjadi surya dalam kerja siangnya.Kita akan mati dalam teka-teki nasib inidengan tangan-tangan yang angkuh dan terkepalTangan-tangan yang memberontak dan bekerja.Tangan-tangan yang mengoyak sampul keramatdan membuka lipatan surat suciyang tulisannya ruwet tak bisa dibaca

NYANYIAN DUNIAWIKetika bulan tidur di kasur tua gadis itu kucumbu di kebun mangga.Hatinya liar dan birahi lapar dahaga ia injak dengan kakinya.Di dalam kemelaratan kami berjamahan.Di dalam remang-remang dan bayang-bayang menderu gairah pemebrontakan kami.Dan gelaknya yang angkuh membuat hatiku gembira.Di dalam bayangan pohon-pohon tubuhnya bercahaya bagaikan kijang kencana.Susunya belum selesai tumbuh bagai buah setengah matang.Bau tubuhnya murni bagaikan bau rumputan.Kudekap ia bagai kudekap hidup dan matiku.Dan nafasnya yang cepat ia bisikkan ke telingaku.Betapa ia kagum pada bianglala yang muncul dari mata terpejam.Maka para leluhur yang purba muncul dari pusat kegelapan datang mendekat dengan pakaian compang-camping dan mereka berjongkok menonton kami.  NYANYIAN SUTO UNTUK FATIMADua puluh tiga matahari bangkit dari pundakmu.Tubuhmu menguapkan bau tanah dan menyalalah sukmaku.Langit bagai kain tetoron yang biru terbentang berkilat dan berkilauan menantang jendela kalbu yang berduka cita Rohku dan rohmu bagaikan proton dan elektron bergolakbergolakdi bawah dua puluh tiga matahari.Dua puluh tiga mataharimembakar dukacitaku.  NYANYIAN FATIMA UNTUK SUTOKelambu ranjangku tersingkap di bantal berenda tergolek nasibku.Apabila firmanmu terucap masuklah kalbuku ke dalam kalbumu.Sedu sedan mengetuk tingkapku dari bumi di bawah rumpun mawar.Waktu lahir kau telanjang dan tak tahu tapi hidup bukanlah tawar menawar.

9

Page 10: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

PAHLAWAN TAK DIKENALKarya : Toto Sudarto Bachtiar

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaringTetapi bukan tidur, sayangSebuah lubang peluru bundar di dadanyaSenyum bekunya mau berkata, kita sedang perang

Dia tidak ingat bilamana dia datangKedua lengannya memeluk senapangDia tidak tau untuk siapa dia datangKemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang

Wajah sunyi setengah tengadahMenangkap sunyi padang senjaDunia tambah bekudi tengah derap dan suara merrduDia masih sangat muda

Hari itu 10 November,hujan pun mulai turunorang orang-ingin kembali memandangnyaSambil merangkai karangan bungaTapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaringTetapi bukan tidur,sayangSebuah peluru bundar di dadanyaSenyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

TENTANG KEMERDEKAANKarya : Toto Sudarto Bachtiar

Kemerdekaan ialah tanah air dan laut semua muarajanganlah takut kepadanya

Kemerdekaan ialah tanah air penyair dan pengembarajanganlah takut padanya

Kemerdekaan ialah cinta salih yang mesraBawalah daku kepadanya

GADIS PEMINTA-MINTAKarya :Toto Sudarto Bachtiar

Setiap kali bertemu,gadis kecil berkaleng kecilSenyummu terlalu kekal untuk kenal dukaTengadah padaku,pada bulan merah jambuTapi kotaku jadi hilang,tanpa jiwa

10

Page 11: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Ingin aku ikut,gadis kecil berkaleng kecilPulang ke bawah jembatan yang melulur sosokHidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapanGembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedralMelintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafalJiwa begitu murni, terlalu murniUntuk bisa membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecilBulan di atas itu, tak ada yang punyaDan kotaku, ah kotakuHidupnya tak lagi punya tanda

IBU KOTA SENJAOleh : Toto Sudarto Bachtiar

Penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari Antara kuli-kuli berdaki dan perempuan telanjang mandi Di sungai kesayangan, o, kota kekasih Klakson oto dan lonceng trem saing-menyaingi Udara menekan berat di atas jalan panjang berkelokanGedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja Mengarungi dan layung-layung membara di langit barat daya 0, kota kekasih Tekankan aku pada pusat hatimu Di tengah-tengah kesibukanmu dan penderitaanmuAku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia Sumber-sumber yang murni terpendam Senantiasa diselaputi bumi keabuan Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas Menunggu waktu mengangkut mautAku tiada tahu apa-apa, di luar yang sederhana Nyanyian-nyanyian kesenduan yang bercanda kesedihan Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dinihari Serta keabadian mimpi-mimpi manusiaKlakson dan lonceng bunyi bergiliran Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari Antara kuli-kuli yang kembali Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayanganSerta anak-anak berenangan tertawa tak berdosa Di bawah bayangan samar istana kejang Layung-layung senja melambung hilang Dalam hitam malam menjulur tergesaSumber-sumber murni menetap terpendam Senantiasa diselaputi bumi keabuan Serta senjata dan tangan menahan napas lepas bebas 0, kota kekasih setelah senja Kota kediamanku, kota kerinduanku

11

Page 12: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

ODE    IOleh :

Toto Sudarto Bahtiar

katanya, kalau sekarang aku harus berangkat kuberi pacarku peluk penghabisan yang berat

aku besok bisa mati, kemudian diam-diam aku mengendap di balik sendat kemerdekaan dan malam

malam begini beku, dimanakah tempat terindah buat hatiku yang terulur padamu megap dan megah

O, tanah tanahku yang baru terjaga

malam begini sepi dimanakah tempat yang terbaik buat peluru pistol di balik baju cabik

0, tanah di mana mesra terpendm rindu kemerdekaan yang mengembara kemana saja

ingin aku menyanyi kecil, tahu betapa tersandarnya engkau pada pilar derita, megah napasku di gang tua

menuju kubu musuh di kota sana aku tak sempat hitung langkahku bagi jarak

mungkin pacarku kan berpaling dari wajahku yang terpaku pada dinding

tapi jam tua, betapa pelan detiknya kudengar juga di tengah malam yang begini beku

teringat betapa pernyataan sangat tebalnya coretan-coretan merah pada tembok tua

betapa lemahnya jari untuk memetik bedil membesarkan hatimu yang baru terjaga

Kalau serang aku harus ergi, aku hanya tahu kawan-kawanku akan terus maju

tak berpaling dari kenangan pada dinding O, tanah dimana tempat yang terbaik buat hati dan hidupku

ODE     IIOleh :

Toto Sudarto Bahtiar

dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil dan derap langkah yang berat maju ke satu tempat

dengar, hari ini ialah hari hati yang memanggil dan kegairahan hidup yang harus jadi dekat

berhenti menangis, air mata kali ini hanya buat si tua renta atau menangis sedikit saja

buat sumpah yangtergores pada dinding-dinding yang sudah jadi kuning dan jiwa-jiwa yang sudah mati

atau buat apa saja yang dicintai dan gagal atau buat apa saja

yang sampai kepadamu waktu kau tak merenung dan menampak jalan yang masih panjang

dengar, hari ini ialah hari hatiku yangmemanggil mata-mata yang berat mengandung suasana

12

Page 13: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

membersit tanya pada omong-omong orang lalu mengenangkan segenap janji yang dengan diri kita menyatu

dengarlah, o, tanah di mana segala cinta merekamkan dirinya tempat terbaik buat dia

ialah hatimu yang kian merah memagutnya kala hdia terbaring di makam senyap pangkuanmu *

*kenangan buat matinya seorang pejuang

AKUKarya: Chairil AnwarKalau sampai waktuku‘Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih perihDan akan lebih tidak peduliAku mau hidup seribu tahun lagi

Derai-derai CemaraKarya: Chairil AnwarCemara menderai sampai jauhterasa hari akan jadi malamada beberapa dahan di tingkap merapuhdipukul angin yang terpendamAku sekarang orangnya bisa tahansudah berapa waktu bukan kanak lagitapi dulu memang ada suatu bahanyang bukan dasar perhitungan kiniHidup hanya menunda kekalahantambah terasing dari cinta sekolah rendahdan tahu, ada yang tetap tidak diucapkansebelum pada akhirnya kita menyerah

Tuti ArticKarya: Chairil AnwarAntara bahagia sekarang dan nanti jurang ternganga,adikku yang lagi keenakan menjilat es artic;sore ini kau cintaku, kuhiasi dengan susu + coca colaisteriku dalam latihan; kita hentikan jam berdetik.Kau pintar benar bercium, ada goresan tinggal terasa-ketika kita bersepeda kuantar kau pulang -panas darahmu, sungguh lekas kau jadi dara,mimpi tua bangka ke langit lagi menjulang.Pilihanmu saban hari menjemput, saban kali bertukar;Besok kita berselisih jalan, tidak kenal tahu:Sorga hanya permainan sebentar.Aku juga seperti kau, semua lekas berlaluAku dan Tuti + Greet + Amoi… hati terlantar,

13

Page 14: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Lagu SiulKarya: Chairil AnwarLaron pada matiTerbakar di sumbu lampuAku juga menemuAjal di cerlang caya matamuHeran! Ini badan yang selama berjaga

Tak SepadanKarya: Chairil AnwarAku kira:Beginilah nanti jadinyaKau kawin, beranak dan berbahagiaSedang aku mengembara serupa AhasverosDikutuk-sumpahi ErosAku merangkaki dinding butaTak saru juga pintu terbukaJadi baik juga kita padamiUnggunan api iniKarena kau tidak ‘kan apa-apaAku terpanggang tinggal ranggaHabis hangus di api matamu‘Ku kayak tidak tahu sajaCinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar.

Cintaku Jauh di PulauKarya: Chairil AnwarCintaku jauh di pulauGadis manis, sekarang iseng sendiriPerahu melancar, bulan memancardi leher kukalungkan ole-ole buat si pacarangin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak ‘kan sampai padanyaDi air yang tenang, di angin mendayudi perasaan penghabisan segala melajuAjal bertakhta, sambil berkata:“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!Perahu yang bersama ‘kan merapuhMengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!Manisku jauh di pulau,kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Sajak PutihKarya: Chairil AnwarBersandar pada tari warna pelangiKau depanku bertudung sutra senjaDi hitam matamu kembang mawar dan melatiHarum rambutmu mengalun bergelut sendaSepi menyanyi, malam dalam mendoa tibaMeriak muka air kolam jiwaDan dalam dadaku memerdu laguMenarik menari seluruh akuHidup dari hidupku, pintu terbukaSelama matamu bagiku menengadahSelama kau darah mengalir dari lukaAntara kita Mati datang tidak membelah…

14

Page 15: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Prajurit Jaga MalamKarya: Chairil AnwarWaktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,bermata tajamMimpinya kemerdekaan bintang-bintangnyakepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati iniAku suka pada mereka yang berani hidupAku suka pada mereka yang masuk menemu malamMalam yang berwangi mimpi, terlucut debuWaktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!

Cintaku Jauh di PulauKarya: Chairil AnwarCintaku jauh di pulauGadis manis, sekarang iseng sendiriPerahu melancar, bulan memancardi leher kukalungkan ole-ole buat si pacarangin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak ‘kan sampai padanyaDi air yang tenang, di angin mendayudi perasaan penghabisan segala melajuAjal bertakhta, sambil berkata:“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!Perahu yang bersama ‘kan merapuhMengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!Manisku jauh di pulau,kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.

Yang Terampas Dan Yang TerputusKarya: Chairil AnwarKelam dan angin lalu mempesiang diriku,Menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,Malam tambah merasuk, rimba jadi semati tuguDi Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dinginAku berbenah dalam kamar, dalam diriku jika kau datang dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantangTubuhku diam dan sendiri, cerita dan peristiwa berlalu beku.

RumahkuKarya: Chairil AnwarRumahku dari unggun-timbun sajakKaca jernih dari luar segala nampakKulari dari gedong lebar halamanAku tersesat tak dapat jalanKemah kudirikan ketika senjakalaDi pagi terbang entah ke manaRumahku dari unggun-timbun sajakDi sini aku berbini dan beranakRasanya lama lagi, tapi datangnya datangAku tidak lagi meraih petangBiar berleleran kata manis maduJika menagih yang satu

Senja Di Pelabuhan KecilKarya: Chairil Anwar

15

Page 16: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Ini kali tidak ada yang mencari cintadi antara gudang, rumah tua, pada ceritatiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlautmenghembus diri dalam mempercaya mau berpautGerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elangmenyinggung muram, desir hari lari berenangmenemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerakdan kini tanah dan air tidur hilang ombak.Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalanmenyisir semenanjung, masih pengap harapsekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalandari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

MalamKarya: Chairil AnwarMulai kelambelum buntu malamkami masih berjagaThermopylae?jagal tidak dikenal?tapi nantisebelum siang membentangkami sudah tenggelam hilang

Malam Di PegununganKarya: Chairil AnwarAku berpikir: Bulan inikah yang membikin dingin,Jadi pucat rumah dan kaku pohonan?Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Krawang – BekasiKarya: Chairil AnwarKami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasitidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,terbayang kami maju dan mendegap hati ?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.Kenang, kenanglah kami.Kami sudah coba apa yang kami bisaTapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawaKami cuma tulang-tulang berserakanTapi adalah kepunyaanmuKaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakanAtau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapanatau tidak untuk apa-apa,Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkataKaulah sekarang yang berkataKami bicara padamu dalam hening di malam sepiJika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKenang, kenanglah kamiTeruskan, teruskan jiwa kamiMenjaga Bung Karnomenjaga Bung Hattamenjaga Bung SjahrirKami sekarang mayatBerikan kami artiBerjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

16

Page 17: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Kenang, kenanglah kamiyang tinggal tulang-tulang diliputi debuBeribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

HampaKarya: Chairil AnwarSepi di luar. Sepi menekan mendesak.Lurus kaku pohonan. Tak bergerakSampai ke puncak. Sepi memagut,Tak satu kuasa melepas-renggutSegala menanti. Menanti. Menanti.Sepi.Tambah ini menanti jadi mencekikMemberat-mencekung pundaSampai binasa segala. Belum apa-apaUdara bertuba. Setan bertempikIni sepi terus ada. Dan menanti.

DoaKarya: Chairil Anwarkepada pemeluk teguhTuhankuDalam termanguAku masih menyebut namamuBiar susah sungguhmengingat Kau penuh seluruhcahyaMu panas sucitinggal kerdip lilin di kelam sunyi

TuhankuKarya: Chairil Anwaraku hilang bentukremukTuhankuaku mengembara di negeri asingTuhankudi pintuMu aku mengetukaku tidak bisa berpaling13 November 1943

DiponegoroKarya: Chairil AnwarDi masa pembangunan inituan hidup kembaliDan bara kagum menjadi apiDi depan sekali tuan menantiTak gentar. Lawan banyaknya seratus kali.Pedang di kanan, keris di kiriBerselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJUKarya: Chairil AnwarIni barisan tak bergenderang-berpaluKepercayaan tanda menyerbu.Sekali berartiSudah itu mati.MAJUBagimu NegeriMenyediakan api.Punah di atas menghambaBinasa di atas ditindas

17

Page 18: Blues Untuk Bonnie & Winka Dan Sihka

Sesungguhnya jalan ajal baru tercapaiJika hidup harus merasaiMajuSerbuSerangTerjang

Puisi “Tragedi Winka & Sihka” karya Sutardji Calzoum Bachri

Kawin      kawin          kawin               kawin                    kawin                             ka                        win                       ka                  win                 ka            win           ka      win     ka       winka            winka                 winka                      sihka                          sihka                              sihka                                      sih                                    ka                                 sih                               ka                            sih                          ka                       sih                    ka                 sih              ka                sih                    sih                       sih                          sih                              sih                                  sih                                      ka                                          Ku

18