31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerapatan merupakan massa persatuan volume yang bisa dinyatakan dalam kg/m 3 . Sedangkan bobot jenis adalah perbandingan massa zat terhadap massa sejumLah volume air yang sama pada volume yang sama dan pada suhu yang sama yaitu 25 o /25 o , 25 o /4 o , dan 4 o /4 o . Didalam dunia kerja farmasi kedua materi diatas sangat diperlukan. Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik tersendiri. Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung tanpa mengubah wujud aslinya misalnya cair, padat atau gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa, dan volume, serta warna dan sebagiannya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak dapat diamati secara

BOBOT JENIS & KERAPATAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bj

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kerapatan merupakan massa persatuan volume yang bisa dinyatakan

dalam kg/m3. Sedangkan bobot jenis adalah perbandingan massa zat terhadap

massa sejumLah volume air yang sama pada volume yang sama dan pada suhu

yang sama yaitu 25o/25o, 25o/4o, dan 4o/4o. Didalam dunia kerja farmasi kedua

materi diatas sangat diperlukan.

Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik tersendiri.

Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik

adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung tanpa mengubah wujud

aslinya misalnya cair, padat atau gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa,

dan volume, serta warna dan sebagiannya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak

dapat diamati secara langsung, melainkan dengan reaksi kimia misalnya kelarutan

zat, kerapatan dan lain-lain.

Keadaan bahan secara keseluruhan dapat dibagi menjadi zat gas, fluida

dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluida

tidak mempertahankan bentuknya dan gas mengembang menempati semua

ruangan tanpa memperdulikan bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir

yang digunakan dalam hubungan antara cairan dengan gas. Teori fluida sangat

kompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang paling dasar yakni dalam

penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

bahwa karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lain.

Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat,

berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta

dua fasa, hal itu disebabkan karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa

mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim yang

dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut.

Di bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui

kekentalan suatu zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat

dengan menghitung berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada,

jika perbandingan berat jenisnya kecil maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki

kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk

mengatahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka dilakukanlah

percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis.

B. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan bobot jenis dari minyak kelapa, parafin cair, sirup ABC leci®,

sirup DHT®, dan membandingkan dengan bobot air.

2. Menentukan kerapatan dari asam borat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI UMUM

Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan

bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan

merupakan besara turunan karena menyangkut satuan massa dan volume pada

temperatur da tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per

sentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis merupakan

bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerpatan dengan

menggunakan rumus yang sesuai. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih

sering didefenisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa

sejumLah volume air pada suhu 4℃ atau temperatur lain yang tertentu (Martin,

1990).

Bobot jenis adalah konstanta/ketetapan bahan yang bergantung pada

suhu padat, ciar, dan bentuk gas yang homogen. Didefenisikan sebagai ubungan

dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu

karakteristik bahan penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan

kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat

bersifat seperti malam (Voigt, 1994).

Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya

adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter

kubik, atau gram per millimeter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah

bobot jenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan

berikut diberikan sebagai petunjuk (Brescia, 1975).

Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,

kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi

mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat

dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas yang harus spesifik.

(Roth, 1988)

Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan zat

pada, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar

karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 1989).

Menurut defenisi, kerapatan adalah perbandingan yang dinyatakan dalam

desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama

kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui.

Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas

(Lachman, 1994).

Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal

dan kasar sera berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan

dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per

satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan

volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori

dalam ruang kapiler (Martin, 1993).

Untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu (Martin,

1993):

a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan

pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau

dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.

b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa,

yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih

kecil sekitar 10 milli micron.

c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk

kering dalam sebuah gelas ukur.

Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata

(sebenarnya). Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan

pemindahan cairan di mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-

buku farmasi umum. Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk,

kerapatan sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer helium

(Ansel, 2004).

Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serup

dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa

mengisisi ruang-ruang yang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori

dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk

dibagi dengan volume bulk (Martin, 1993).

Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa

dimensi, yang dapat diubah menjadi kerpatan dengan menggunakan rumus yang

cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai

perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumLah volume air pada

suhu 4℃ atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989).

Bobot jenis adalah konstanta/ketetapan bahan yang bergantung pada

suhu padat, ciar, dan bentuk gas yang homogen. Didefenisikan sebagai ubungan

dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu

karakteristik bahan penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan

kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat

bersifat seperti malam (Voigt, 1994).

Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis

yaitu (Lachman, 1994):

1. Bobot jenis sejati, dimana massa partikeldibagi dengan volume partikel tidak

termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.

2. Bobot jenis nyata, dimana massa partikel dibagi dengan volume partikel tidak

termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.

3. Bobot jenis efektif, dimana massa partikel dibagi dengan volume partikel

termasuk pori yang terbuka dan tertutup.

Adapun metode penentuan untuk cairan yaitu (Roth, 1988):

1. Metode piknometer, prinsipmetode ini didasarkan atas penentuan massa cairan

dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk itu dibutuhan wadah

untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode

piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu degan

bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi

ruang 30 mL.

2. Metode Neraca Hidrostatik, metode ini berdasarkan hokum Archimedes yaitu

suatu bendayang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar

berat volume cairan yang terdesak.

3. Metode Neraca Mohr-Westphal, benda dari kaca dibenamkan tergantung pada

balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian yang sama dan

disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan

dengan neraca Mohr-Westphal adalaha penggunaan waktu yang singkat dan

mudah dilaksanakan.

4. Metode Areometer, peentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan

benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamya tabung gelas

tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan

pelelehan.

B. URAIAN BAHAN

1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Alkohol/Etanol

Rumus molekul : C2 H 5 OH

BM/BJ : 46,07/0,8119

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jenuh, mudah menguap dan mudah

bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan

dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yang terlindung dari cahaya,

ditempat sejuk yang jauh dari nyala api.

Kegunaan : Larutan untuk membersihkan alat.

2. Asam Borat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : ACIDUM BORICUM

Nama lain : Asam borat

Rumus molekul : H 3 B O3

Berat molekul : 61,83

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak

berwarna, kasar, tidak berbau rasa agak asam dan pahit,

kemudian manis.

Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih,

dalam 16 bagian etanol (95%)P, dan dalam beberapa

bagian gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai antiseptikum ekstern

3. Parafin cair (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM

Nama lain : Parafin cair

Bobot jenis : 0,870 gr sampai 0,890 gr

Pemerian : cairan kental transparan tidak berfluoresensi, tidak

berwarna, tidak berbau dan hamper tidak mempunyai

rasa.

Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P, larut dalam

kloroform P dan eter P.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya

Kegunaan : penggunaan Laksativum.

C. URAIAN SAMPEL

1. Sirup ABC Leci®

Nama produk : ABC syrup Leci®

Komposisi : Gula, air, perasa leci, pengawet natrium benzoat, pengatur

keasaman, sari kelapa, sari pandan, zat pewarna.

Produksi : PT. Hein ABC Indonesia.

2. Sirup DHT®

Nama produk : Sirup DHT Pisang Ambon®

Komposisi : Gula pasir, air, pewarna ponceau, perasa pisang ambon.

Produksi : CV. DHT

BAB III

METODE KERJA

A. ALAT

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, corong, gelas ukur

50mL, piknometer 25mL, pipet tetes, tap density, timbangan analitik dan sendok

tanduk.

B. BAHAN

Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, Alkohol 70%,

Aluminium foil, Asam borat 10 gram, Parafin cair, sirup ABC leci®, sirup DHT®,

air suling dan tissue.

C. CARA KERJA

a. Menentukan Kerapatan Bulk

Ditimbang Asam Borat 10 gram, dimasukkan ke dalam gelas ukur

50mL, kemudian diukur volume zat padat dan dihitung kerapatan bulk dengan

menggunakan persamaan berikut: Kerapatan Bulk= Bobot zat padat (g)Volume bulk (mL)

b. Menentukan Kerapatan Mampat

Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram, dimasukkan zat padat tersebut

kedalam gelas ukur, kemudian diberikan perlakuan yaitu sebanyak 100 kali

ketukan dengan menggunakan alat tap density, kemudian diukur volume yang

terbentuk dan dihitung Kerapatan Mampat dengan menggunakan persamaan

berikut :

Kerapatan Mampat=Bobot Zat PadatVolume mampat

c. Menentukan Kerapatan Sejati

Ditimbang Piknometer yang bersih dan kering bersamaan dengan

tutupnya (A), diisi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian

volumenya, ditimbang piknometer berisi zat beserta tutupnya (W3), diisi

parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer yang berisi zat padat,

kemudian di kocok-kocok, dan diisi sampai penuh sehingga tidak ada

gelembung udara didalamnya, kemudian ditimbang lagi piknometer berisi zat

padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya (W4), setelah itu dibersihkan

piknometer dan diisi penuh dengan parafin cair sehingga tidak ada gelembung

didalamnya, kemudian menimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan

tutupnya (W2), dan dihitung Kerapatan zat dengan menggunakan persamaan

berikut :

ρ padatan=(W 3−W 1)

(W 2−W 1 )−(W 4−W 3)

d. Menentukan Bobot Jenis Cairan

Disiapkan piknometer yang bersih dan kering, ditimbang piknometer

kosog bereta tutupnya (W1), lalu diisi dengan air suling, bagian luar

piknometer dilap sampai kering lalu ditimbang (W2), setelah itu dibuang air

suling tersebut, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan

diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suing,

dan ditimbang (W3), kemudian dihitung Bobot Jenis Cairan dengan persamaan

berikut :

Dt=W 3−W 1

W 2−W 1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DATA PENGAMATAN

Klp.Kerapatan

Bulk (g/mL)

Kerapatan

Mampat(g/mL)

Kerapatan

Sejati (g/mL)

Bobot

Jenis

I 0,8016 g/mL 0,9109 g/mL 1,7436 g/mL

II 0,8005 g/mL 0,8338 g/mL 1,7934 g/mL 1,0329 g/mL

III 0,769 g/mL 0,909 g/mL 1,73 g/mL 1,3207 g/mL

IV 0,7694 g/mL 0,893 g/mL 1,7889 g/mL 1,1475 g/mL

B. PEMBAHASAN

Kerapatan merupakan besaran turunan karena menyangkut satuan

massa dan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam

sistem cgs dalam gram persentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan,

bobot jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi

kerapatan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot jenis untuk

penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari

suatu zat terhadap massa sejumLah volume air pada suhu 4℃ atau temperatur

lain yang tertentu. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (berat

jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan

mengguanakan rumus yang sesuai.

Adapun tujuan dalam mempelajari bobot jenis dan kerapatan suatu zat

yaitu untuk mengetahui dan menentukan bobot enis beberapa cairan dan

menentukan kerapatan dari beberapa padatan.

Dalam dunia farmasi bobot jenis dan kerapatan suatu zat atau cairan

dgunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan

senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat

terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya

larut suatu zat.

Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan

piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu

berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak

teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil pada teorinya.

Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer juga

memerlukan waktu yang lama.

Dalam menentukan kerapatan bulk zat yaitu asam borat ditimbang

sebanyak 10,0067 gram. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur,

kemudian dilihat volume bulk-nya tanpa diberikan perlakuan yaitu dilihat volume

yang diperoleh sebesar 12,5 mL. Untuk memperoleh kerapatan bulk ditimbang

dengan membagi bobot asam borat dengan volume bulk sehingga diperoleh nilai

kerapatan bulk sebesar 0,8005 g/mL.

Pada penentuan kerapatan mampat masih digunakan asam borat yang

sama, gelas ukur yang berisi asam borat diberikan perlakuan sebanyak 100 kali

ketukan dengan menggunakan alat tap density. Pengetukan dilakukan agar

kerapatan lebih mampat yaitu dengan tidak adanya pori terbuka dan pori antar-

partikel yang mana diperoleh volumenya sebesar 12mL. Dengan perhitungan yang

sama, diperoleh kerapatan mampat sebesar 0,8338 g/mL.

Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang

ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 27,8911 gram. Asam

borat dimasukkan 2/3 volume piknometer dan ditimbang. Ditambahkan parafin

cair hingga tidak terdapat gelembung udara didalamnya. Penambahan parafin cair

karena parafin cair dapat menutup pori pada asam borat, dan parafin cair tidak

dapat melarutkan asam borat. Ditimbang dan diganti dengan parafin cair, lalu

kembali ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil kerapatan sejati

1,7934 g/mL.

Penentuan bobot jenis zat piknometer yang bersih ditimbang dan diisi

dengan air suling hingga penuh. Piknometer berisi air suling diganti dengan sirup

ABC leci®. Kemudian dari hasil penimbangan keduanya dilakukan perhitungan

dan diperoleh hasil sebesar 1,03287 g/mL. Pada percobaan ini digunakan air

sebagai pembanding, hal ini dikarenakan air adalah suatu larutan yang memiliki

bobot jenis sebesar 1 dan telah distandarkan. Yang mana air biasa digunakan

sebagai standar untuk zat cair, padat dan gas. Perhitungan berat jenis terutama

menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk

digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. Dan

juga dalam farmasi, air sebagai zat yang telah diketahui bobot jenisnya akan

mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot

jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak

dengan zat lainnya.

Dari pengamatan percobaan dapat dibandingkan antara kerapatan bulk

dan kerapatan mampat bahwa diperoleh hasil kerapatan bulk lebih besar dari pada

kerapatan mampat hal tersebut dikarenakan pada kerapatan bulk terdapat tiga

komponen yang menambah volume dari sampel yang digunakan yaitu pori

terbuka, pori tertutup, dan pori antarpartikel. Sedangkan pada pecobaan kerapan

mampat diberikan perlakuan yaitu ketukan sebanyak 100 kali yang

mengakibatkan sampel pada percobaan mampat menjadi lebih padat atau hanya

terdapat pori tertutup dan volume sampel yang sebenarnya sehingga hasilnya lebih

sedikit dibandingkan kerapatan bulk.

Pada percobaan kerapatan sejati volume yang diperoleh merupakan

volume sampel yang sesungguhnya, karena tidak lagi terdapat pori pada sampel

dikarenakan porinya diisi dengan pelarut sehingga tidak ada ruang kosong dalam

pengukurannya yaitu menggunakan piknometer. Sehingga dibandingkan dengan

kerapatan bulk dan kerapatan mampat kerapatan sejatilah yang paling kecil

ukuran dari volumenya.

Pada penggunaan alat piknometer baik itu perngukuran kerapatan sejati

ataupun bobot jenis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, praktikan

tidak boleh memegang langsung/menyentuh piknometer sebab apabila disentuh

akan mempengaruhi berat dari piknometer itu tersendiri yang disebabkan oleh

adanya partikel minyak dari tangan. Yang kedua yaitu tidak boleh terdapat

gelembung udara dalam piknometer yang telah berisi sampel dan pelarutnya sebab

hal tersebut akan mengurangi volume dari sampel dan pelarutnya atau volumnya

menjadi tidak sesuai dengan volume piknometer yang digunakan.

Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil dari titap-

tiap kelompok yaitu:

Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer.

Kesalahan pembacaan skala pada alat.

Pengeringan pada piknometer yang tidak sempura, terdapat gelembung atau

titik air dalam piknometer setelah dikeringkan.

Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot

jenisnya.

Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa hasil pengamatan yang diperoleh dari masing-masing kelompok tidak

konstan, yaitu:

Kelompok 1

1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,8016 g/mL

2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,9109 g/mL

3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,7436 g/mL

4. Bobot jenis zat cair : 1,03287 g/mL

Kelompok 2

1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,8005 g/mL

2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,8338 g/mL

3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,7934 g/mL

4. Bobot jenis zat cair : 1,03287 g/mL

Kelompok 3

1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,769 g/mL

2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,909 g/mL

3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,73 g/mL

4. Bobot jenis zat cair : 1,3207 g/mL

Kelompok 4

1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,7694 g/mL

2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,893 g/mL

3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,7889 g/mL

4. Bobot jenis zat cair : 1,1475 g/mL

B. SARAN

Diharapkan kepada setiap praktikan agar lebih teliti dalam melakukan

percobaan, terutama dalam kesterilan piknometer agar hasil yang diperoleh benar-

benar merupakan bobot zat yang murni. Dan juga praktikan harus lebih teliti

dalam melakukan pengukuran dan penimbangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel H.C.,(1989),”Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi”, Terjemahan Faridah Ibrahim,

Universitas Indonesia Press:Jakarta.

Ansel H.C.,(2004),”Kalkulasi Farmasetik”.EGC:Jakarta

Brescia, Arents dan Meislich, 1975, “Fundamental Chemistry”.New York.

Ditjen, POM. (1979), ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia:Jakarta

Gibson, M., 2004.”Pharmaceutical Preformulation and Formulation”. HIS Health

Group:Tailor dan Prancis.

Lachman, L., dkk., (1994), “Teori dan Praktek Farmasi Industri II Edisi III”. UI-

Press:Jakarta.

Martin, A. 1993. “Farmasi Fisika”. Universitas Indonesia Press:Jakarta.

Roth, Herman J dan Gottfried Blaschke., (1988), “Analisis Farmasi”. UGM-

Press:Yogyakarta.

Voigt, Rudolt., (1994). “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5”. UGM-

Press:Yogyakarta.

LAMPIRAN

Perhitungan

a. Kerapatan Bulk

Bobot Zat Padat (g) 10,0067 g

Volume Bulk (mL) 12,5 g

Kerapatan Bulk (g/mL) 0,8005 g/mL

Kerapatan Bulk ¿Bobot Zat Padat (g )Volume Bulk (mL)

¿ 10,0067 g12,5 ML ¿0,8005 g/mL

b. Kerapatan Mampat

Bobot Zat Padat (g) 10,0067 g

Volume Mampat (mL) 12 mL

Kerapatan Mampat (g/mL) 0,8338 g/mL

Kerapatan Mampat= Bobot Zat Padat ( g )Volume Mampat (mL )

¿ 10,0067 g12 mL

=¿ 0,8338 g/mL

c. Kerapatan Sejati

Bobot Piknometer Kosong (g) 27,8911 g

Bobot Piknometer + Zat Cair 48,4269 g

Bobot Piknometer + Zat Padat 43,7697 g

Bobot Jenis Zat Padat + Cair 55,4519 g/ML

ρ padatan=(W 3−W 1 )

(W 2−W 1 )−(W 4−W 3 )

¿( 43,7697−27,8911 )

(48,4269−27,8911)−(55,4519−43,7697 )

¿ 15,8786(20,5358−11,6822 )

¿ 15,87868,8536

¿1,7934 g/mL

d. Bobot Jenis Zat Cair (Sirup DHT®)

Bobot Piknometer Kosong (g) 27,2522 g

Bobot Piknometer + Air (g) 76,9965 g

Bobot pikno + Zat cair (g) 78,6319 g

Bobot Jenis Zat Cair (g/mL) 1,03287 g/mL

Dt ¿W 3−W 1

W 2−W 1

¿ 78,63199 g−27,2522 g76,9965 g−27,2522 g

=51,379749,7443

= 1,03287 g/mL