29
BOTANI, SYARAT TUMBUH, DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) OLEH: KELOMPOK I AFRI FAJAR 0905101060001 DESI ALMONIKA 0905101050005

Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

BOTANI, SYARAT TUMBUH, DAN KESESUAIAN LAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

OLEH:

KELOMPOK I

AFRI FAJAR 0905101060001DESI ALMONIKA 0905101050005

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN – UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH2012

Page 2: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sangat penting artinya bagi

Indonesia. Selama kurun waktu 20 tahun terakhir kelapa sawit menjadi komoditas

andalan ekspor dan komoditas yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

dan harkat petani pekebun serta para transmigran Indonesia.

Total investasi perkebunan kelapa sawit baru selama April – September

2007 mencapai Rp 7,7 triliun, sehingga berpotensi menyerap sedikitnya 93.000

tenaga kerja dan dapat menggerakkan perekonomiam di pedesaan (Pardamean,

2008).

Kelapa sawit ternyata berhasil menjadi komoditas yang dapat menembus

daerah yang selama ini tidak dimilikinya, seperti Kalimantan; Sulawesi; Papua;

dan Provinsi lain di luar Aceh, Sumatera Utara, dan Lampung. Komoditas ini

ternyata cocok dikembangkan, baik berbentuk pola usaha perkebunan besar

maupun skala keci untuk petani pekebun. Pertumbuhan kelapa sawit cukup

berahabat dibandingkan tanaman lain dan lebih tahan menghadapi berbagai

kendala dan masalah.

Awalnya, industri pengolahan kelapa sawit menghasilkan minyaj mentah

atau CPO (crude palm oil) untuk diekspor. Namun, beberapa tahun terakhir

banyak bermunculan pabrik pengolahan minyak mentah maupun industri oleo-

kimia yang menggunakan bahan baku yang berasal dari minyak kelapa sawit.

Akibatnya, ragam produk indistri pengolahan kelapa sawit menjadi lebih banyak,

baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negri maupun ekspor.

Nilai ekspor RBD-Olein, RBD-Stearin, dan produk turunan lain dari tahun

ke tahun mengalami peingkatan. Tahun 2005 volume ekspor mencapai 5.811 ribu

ton dengan nilai ekspor 2.164 juta dolar AS. Tahun 2006 volume ekspor

meningkat menjadi 7.261 ton dengan nilai ekspor 3.027 juta dolar AS. Dengan

demikian, nilai tambahnya semakin tinggi sehingga dapat semakin menambah

lapangan pekerjaan (Pardamean, 2008).

Minyak kelapa sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak

nabati lain seperti minyak kelapa, kedelai, atau minyak biji bunga matahari.

Keunggulan kelapa sawit antara lain produksi per hektare yang tinggi, umur

Page 3: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

ekonomis yang panjang, resiko yang kecil, persediaan yang cukup, dan

penggunaannya yang beragam.

Untuk menghasilkan kualitas buah yang baik, tanaman kelapa sawit harus

ditanam di lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Perlu dikenal

dan dipahami terlebih dahulu secara baik sifat dan syarat tumbuh tanaman tersebut

sebelum melakukan penamanan. Dengan demikian, dapat dihindari sedini

mungkin tingkat kegagalan serta meminimalisasi resio yang akan terjadi.

Page 4: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

BOTANI, SYATAT TUMBUH, DAN KESESUAIAN LAHAN

KELAPA SAWIT

A. Botani

Klasifikasi

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai

berikut.

Divisi : Ebryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. guineensis Jacq.

2. E. oleifera (H.B.K) Cortes

3. E. odora

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E.

guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari

kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis

memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman

yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk

mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E.

oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman

sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan

ketebalan cangkang, yang terdiri dari

Dura,

Pisifera, dan

Tenera.

Gambar 1. Struktur Tanaman

Kelapa Sawit Kelapa

Page 5: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga

dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya

besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya

tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang

menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat

jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan

jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan

masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya

tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya

mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%. Untuk

pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Morfologi dan Pertumbuhan Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan spesies Cocoideae yang paling besar habitusnya.

Titik tumbuh aktif secara terus-menerus menghasilkan primodia (bakal) daun

setiap sekitar 2 minggu (pada tanaman dewasa). Daun memerlukan waktu 2 tahun

untuk berkembang dari proses inisiasi sampai menjadi daun dewasa pada pusat

tajuk (pupus daun/spear leaf) dan dapat berfotosintesis secara aktif sampai 2 tahun

lagi. proses inisiasi daun sampai layu (senescence) kira-kira 4 tahun.

Daun merupakan para-pinnate dengan pinnae (anak daun) tersusun dalam

2 atau lebih bidang yang ada pada setiap sisi rachis. Pada setiap ketiak daun

terdapat satu primodium bunga. Tidak semua primodium bunga pada ketiak daun

akan berkembang. Secara proporsional, beberapa bakal bunga akan rontok

sebelum penyerbukan (anthesis). Bunga jantan dan betina yang dihasilkan

mempunyai siklus di mana jumlahnya beragam dari waktu ke waktu. Setelah

terjadi pernyarbukan, bunga betina berkembang menjadi tandan buah. Dari daging

buah (mesocarp) serta intinya, dihasilkan minyak nabati.

a. Akar

Tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Akar akan

tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, akar sekunder, akar

tertier dan akar kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai

Page 6: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

batas permukaan air tanah. Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar

dengan permukaan air tanah atau menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang

banyak mengandung unsur hara. Akar kuarter berfungsi sebagai penyerap air dan

unsur hara. Selain itu, akan tumbuh juga akar napas yang berfungsi terutama

untuk mengambil oksigen dalam tanah. Perkembangan akar dari mulai kecambah

dapat dijelaskan sebagai berikut :15 cm, mampu bertahan hingga 6 bulan. Dari

radikula akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara. Akar

ini kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer yang keluar dari bagian

bawah batang beberapa bulan kemudian. Akar primer tersebut berfungsi

mengambil air dan unsur hara. Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang

tumbuh horisontal dan dari akar sekunder tumbuh juga akar tertier dan kuarter

yang berada dekat pada permukaan tanah.Akar pertama yang muncul dari

kecambah adalah radikula yang panjangnya.

Pada tanaman di lapangan akar tertier dan akar kuarter berada pada 2,0 –

2,5 m dari pangkal pohon atau di luar piringan dan terkonsentrasi pada kedalaman

0 – 20 cm dari permukaan tanah. Akar primer yang keluar dari pangkal batang

jumlahnya sangat banyak dengan diameter 5,0 – 10,0 mm dan tumbuh ke bawah

sampai kedalaman 1,5 m. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuarter ukurannya

semakin kecil dengan diameter masing-masing 2,0 – 4,0 mm, 0,7 – 2,0 mm dan

0,1 – 0,3 mm.

b. Batang (Caulis)

Batang pokok berbentuk tegak dengan ukuran garis pusatnya 35 hingga 65

cm. Kadar kenaikan tinggi pokok kelapa sawit adalah 45 hingga 70 cm setahun

dan dapat mencapai ketinggian maksimum 20 hingga 30 meter. Batang pokok

tunggal, tidak berdahan dan mempunyai pelepah-pelepah diujungnya. Pelepah ini

tersusun secara lingkaran dan tiap-tiap pelepah yang tua mempunyai rakis, helai

daun dan duri. Setiap tahun, dua puluh atau tiga puluh pelepah daun akan ditunas,

tergantung umur pokok tersebut. Pada setiap aksil pelepah daun terdapat satu

tunas bunga yang akan membentuk sama ada seludang bunga jantan atau betina.

Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium, tumbuh tegak lurus (phototropi)

dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter

Page 7: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

antara 20 – 75 cm. Selama beberapa tahun batang tertutup rapat oleh pelepah daun

dan pelepah akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian bawah mulai pada

umur 10-11 tahun.

Gambar 2. Batang Kelapa Sawit

Bagian bawah batang umumnya lebih besar (disebut bongkol batang =

bowl). Pertumbuhan meninggi batang berbeda-beda tergantung dari varitas dan

tipenya, tetapi pada umumnya tinggi batang bertambah 25 – 45 cm per tahun.

Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100

cm per tahun. Tinggi pohon maksimum yang ditanam di perkebunan berkisar

antara 15 – 18 m.

Kelapa sawit mempunyai pertumbuhan terminal, yang mula-mula hanya

pembesaran batang tanpa diikuti pertambahan tinggi. Titik tumbuh terletak

diujung batang yang disebut umbut. Selama minimal 12 tahun, batang tertutup

rapat oleh pelepah daun. Pertumbuhan batang tergantung dari keadaan

lingkungan, apabila pertumbuhannya normal maka diameter batang berkisar

antara 45 sampai 60 cm. Bentuk batang silinder, tetapi sampai 60 cm diatas tanah

batang membesar dan lebih besar daripada bagian atas.

c. Daun (Folium)

Daun pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk lanceolate

kemudian berkembang menjadi bifurcate dan terakhir berbentuk pinnate . Pada

umur bibit 5 bulan akan dijumpai 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate.

Page 8: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Sedangkan pada umur bibit 12 bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate dan

10 pinnate.

Gambar 2. Daun Kelapa Sawit

Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau

tempat duduknya anak/helaian daun dan terdiri atas rachis (basis folium), tangkai

daun (petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium),

lidi (nervatio), tepi daun (margo folium) dan daging daun (Iintervenium).

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada

yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan. Produksi pelepah

daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 – 30 pelepah, kemudian

berkurang sesuai umur menjadi 18 – 25 pelepah atau kurang. Panjang pelepah

dapat mencapai 7,5 – 9,0 m pada tanaman dewasa. Pada tiap pelepah diisi oleh

anak daun di kiri dan kanan rachis. Jumlah anak daun pada tiap sisi dapat

mencapai 125 – 200. Anak daun yang ditengah dapat mencapai panjang 1,2 m.

Pada satu pohon dewasa dapat dijumpai 40 – 50 pelepah. Daun muda yang masih

kuncup berwarna kuning pucat.

Luas permukaan daun dapat mencapai 10 –15 m2 pada tanaman dewasa yang

berumur 10 tahun atau lebih. Pada umumnya luas daun akan mencapai maksimum

pada umur 10 – 13 tahun. Untuk tercapainya produksi yang baik maka luas

permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 .

Daun yang masih muda belum membuka dan tegak berdiri, dalam waktu 2

tahun daun mulai membuka yang kemudian kedudukannya makin condong sesuai

dengan umurnya. Pada tanah-tanah yang subur daun akan cepat membuka

sehingga akan makin efektif proses asimilasinya.

Page 9: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada

tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggi

dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk

tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, kadang-kadang sampai

60 pelepah jika tidak dipotong. Sisa pelepah yang dipotong akan melekat pada

batang minimal 12 tahun. Umur daun dari mulai terbentuk sampai tua sekitar

enam hingga tujuh tahun.

Letak pelepah daun pada batang menurut garis spiral yang bergerak dari

kanan atas ke kiri bawah. Letak daun 1 hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-

9,17, 25, 33 dan seterusnya atau spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan

seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun ke-3,.4, 5 dan seterusnya.

d. Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14

bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Dari setiap

ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau bunga betina.

Identifikasi bunga jantan dan bunga betina di lapangan tidak terlalu sulit,

meskipun bunga masih terbungkus seludang. Bunga jantan ditandai dengan

bentuknya lonjong memanjang dan ujung kelopak bunga agak meruncing

sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak bunga agak

rata.

Gambar 3. Bunga Jantan dan Bunga Betina

Page 10: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum anthesis atau

sesudah anthesis. Pada tanaman muda sering juga dijumpai bunga abnormal

seperti bunga banci (hemaprodit) yaitu tandan bunga yang memiliki dua jenis

kelamin, bunga andromorphic (androgynous) yaitu secara morfologi adalah bunga

jantan tetapi pada sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat

membentuk buah sawit kecil. Persentase bunga abnormal sangat kecil yaitu

kurang dari satu bunga setiap pohon dan tidak semua pohon.

Sex diferensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum anthesis dan setelah

anthesis membutuhkan waktu 5 – 6 bulan buah menjadi matang panen. Secara

visual tandan bunga jantan atau bunga betina baru dapat diketahui setelah muncul

dari ketiak pelepah daun yaitu 7 – 8 bulan sebelum buah matang panen atau 1 – 2

bulan sebelum anthesis. Lamanya matang tandan sejak anthesis adalah 158 – 160

hari.

Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15

– 30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100 – 200 spikelet

dan setiap spikelet memiliki 15 – 20 bunga betina. Tidak semua bunga betina akan

berhasil membentuk buah sempurna yang matang, terutama pada bagian dalam.

Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2.000 buah (brondolan)

tergantung pada besarnya tandan dan setiap pohon dapat menghasilkan 15 – 25

tandan/pohon/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman dewasa dan tua

menghasilkan 8 – 12 tandan/pohon/tahun.

Bunga betina tidak serentak proses anthesisnya. Pada satu tandan

membutuhkan waktu 3 – 5 hari atau lebih. Bunga betina yang sudah mekar atau

dalam keadaan reseptif mengalami beberapa tingkat perkembangan dan dapat

diketahui dari perbedaan warnanya, sebagai berikut :

Hari pertama : Warna bunga pada saat mekar adalah putih.

Hari kedua : Warna bunga berubah menjadi kuning gading

Hari ketiga : Warna bunga berubah menjadi agak kemerahan (jingga)

Hari keempat : Warna bunga menjadi kehitam-hitaman.

Masa reseptif (masa subur) bunga betina membutuhkan waktu 36 – 48

jam, tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama. Ada tenggang

waktu sampai 2 minggu antara terbukanya bunga betina pertama dengan bunga

Page 11: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

betina terakhir dalam satu rangkaian bunga. Pada satu tangkai bunga betina yang

normal, pembukaan bunga pada hari kedua merupakan saat yang tepat untuk

melakukan penyerbukan sebab pada saat tersebut rata-rata 82% bunga betina

sudah terbuka semua.

Seludang bunga jantan mempunyai tangkai dengan spikelet-spikelet atau

jari-jari dengan ukuran 12 – 20 cm panjang. Sebanyak lebih kurang 200 spikelet

dapat dijumpai pada satu seludang bunga jantan. Pada setiap spikelet terdapat

bunga yang berwarna kuning keputihan dan timbul dari pangkal ke ujung bagi

tiap-tiap spikelet. Seludang bunga betina mengandung beberapa ribu bunga keluar

dari 100 hingga 250 spikelet yang berduri dan tersusun secara melingkar. Buah-

buah akan terbentuk dan matang di antara 5½ hingga 6 bulan selepas pembuahan.

Biasanya dalam satu tandan dapat diperoleh lebih kurang 1500 buah pada pokok-

pokok dewasa. Buah kelapa sawit ialah jenis drup dan terdiri dari bagian luar

(eksokarp) atau kulit tipis, bagian tengah (mesokarp) atau pulpa dan bagian dalam

(endokarp) atau tempurung dan inti. Minyak kelapa sawit didapat dari mesokarp

dan inti. Daur hidup kelapa sawit adalah sekitar 25 – 30 tahun.

Demikian juga tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang

pecah jika akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga jantan memiliki

100 – 250 spikelet yang panjangnya 10 – 20 cm dan diameter 1,0 – 1,5 cm. Setiap

spikelet berisi 500 – 1.500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari. Tiap

tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40 – 60 gram.

Bunga jantan akan mengalami tingkat perkembangan dimulai dari terbukanya

seludang sampai siap melakukan penyerbukan, dengan tahapan sebagai berikut :

Hari pertama : Seludang terbuka, tepung sari keluar dari bagian ujung

tandan bunga.

Hari kedua : Tepung sari keluar dari bagian tengah tandan bunga.

Hari ketiga : Tepung sari keluar dari bagian bawah tandan bunga dan

mengeluarkan bau yang khas (spesifik). Kondisi ini menandakan bunga

jantan sedang aktif dan tepung sari dapat dipergunakan/diambil untuk

penyerbukan buatan.

Page 12: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Pada tanaman muda jumlah bunga jantan per pohon lebih sedikit

dibandingkan dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah

sesuai peningkatan umur tanaman.

1. Cara Penyerbukan.

Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu atau monocius, dimana bunga

jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi masa antesisnya berbeda.

Oleh karena itu pada umumnya terjadi penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri

secara buatan dapat dilakukan dengan mempergunakan serbuk sari yang disimpan.

2. Perkembangan bunga dan penyerbukan

Pada titik puncak batang terdapat titik tumbuh dari bakal daun dan pada

ketiaknya terdapat satu bakal bunga. Perkembangan bunga pada pohon dewasa,

mulai dari tingkat diferensiasi sex sampai antesis, berlangsung dalam waktu

kurang lebih dua tahun. Pada masa perkembangan sebagian bunga dalam

rangkaian itu gugur, biasanya sekitar 4-5 bulan sebelum tingkat kematangan

penuh.

Cabang-cabang (spikelets) dari bunga jantan kurang lebih sama dengan

bunga betina, tapi jumlah bunga tiap cabang pada bunga jantan lebih banyak yaitu

sekitar 700 sampai 1.200 bunga, sedang pada bunga betina hanya sekitar 5 sampai

30. Ditinjau dari dasar bentuknya semua bunga nampaknya berkelamin ganda

(bisexual).

Dalam masa transisi antara siklus jantan dan betina kadang-kadang terjadi

rangkaian bunga yang hemaprodit, terutama pada tanaman muda. Kejadian ini

bervariasi mulai dari rangkaian bunga betina dengan beberapa cabang bunga

jantan atau sebaliknya, sampai kadang-kadang terdapat suatu rangkaian disebut

“andromorphous” yang mempunyai bentuk susunan rangkaian bunga jantan tapi

mempunyai ratusan bunga betina yang keci-kecil pada cabang-cabangnya.

Sebuah rangkaian bunga jantan dapat menghasilkan serbuk sari dalam jumlah

yang cukup sampai 50 gram, Serbuk sari ini dibawa oleh angin atau serangga.

Viabilitas serbuk sari segar biasanya baik, tapi dalam cuaca lembab viabilitas

tersebut turun sekali dan penyebarannya sangat terbatas.

Masa reseptif (dapat diserbuki) bunga betina adalah 36 sampai 48 jam.

Akan tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama, sehingga ada

Page 13: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

tenggang waktu sampai dua minggu diantara masa terbentuknya bunga betina

pertama dan bunga terakhir dari satu rangkaian bunga. Rangkaian bunga yang

mempunyai persentase tertinggi dari bunga yang lambat terbuka dapat

menyulitkan dalam penyerbukan buatan. Pada rangkaian bunga yang normal hari

kedua pembukaan bunga betina adalah yang paling baik untuk penyerbukan

dimana pada waktu itu rata-rata 82 persen dari bunga betina telah terbuka.

e. Buah (Fructus)

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah

sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak

bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan

sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.

Mesoskarp, serabut buah

Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji)

merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas

tinggi.

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang

pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula)

dan bakal akar (radikula).

Page 14: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Gambar 4. Buah Kelapa Sawit

B. Syarat Tumbuh

Habitat asli tanaman ini adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh

dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman kelapa sawit

menbutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan

fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre-nursery. Pada kondisi langit

cerah di daerah zona kaltulistiwa, intensitas cahaya matahari bervariasi 1.410 –

1.540 J/cm2/hari. Intensitas cahaya matahari sebesar 1.410 terjadi pada bulan Juni

dan Desember, sedangkan 1.540 terjadi pada bulan Maret dan September.

Fotosintesis pada daun kelapa sawit akan meningkat pada kondisi langit-

berawan karena intensitas cahaya matahari dapat berkurang. Produksi bahan

kering bibit umur 13 minggu yang diberi naungan ternyata berkurang. Penurunan

berat kering tersebut meliputi penurunan pada tajuk dan pada bagian akar.

Produksi TBS/tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran

matahari. Penyinaran efektif didefinisikan sebagai total jumlah jam penyinaran

yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah

selama periode stres air dan dikurangi dengan lamanya stres air-tanah yang

terjadi. Pengaruh laman penyinaran terhadap peningkatan produksi yaitu l.k. 5,7

kg per kenaikan 100 jam penyinaran efektif per pohon. Dengan mengekstrapolasi

angka-angka tersebut, pada kondisi di daerah kaltulistiwa yang menerima lebih

dari 2.400 jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata setiap pohon

dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang

penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5 – 12 jam/hari dengan kondisi

kelembaban udara 80%.

Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik

pada kisaran suhu 24 – 28o C. Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500

m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Di daerah sekitar garis

katulistiwa, tanaman sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian

1.300 m dari permukaan laut. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit

diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20o C, tetapi

pertumbuhannya sudah mulai terhambat pada suhu 15o C. berdasarkan penelitian

Page 15: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

Echrencron dalam Pahan (2008), tanaman kelapa sawit muda dalam fitotron

menunjukkan peningkatan produksi daun secara linier pada suhu 12 – 22o C.

produksi TBS tertinggi didapat dari daerah yang rata-rata suhu tahunannya

berkisar 25 – 27o C.

Kebutuhan air untuk tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial

sekitar 2000 – 2500 mm yang merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering

(defisit air) yang nyata. Hal ini bukan berarti kurang dari 2.000 mm tidak baik,

karena kebutuhan efektif hanya 1.300 – 1.500 mm. Terpenting adalah tidak

terdapat defisit air 250 mm. Lebih dari 2.500 mm juga bukan tidak baik asal saja

jumlah hari hujan setahun tidak terlalu banyak misalnya lebih dari 180 hari. Pola

curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Banyak penelitian menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi

stomata dan asimilasi karbon di daun. Penutupan stomata dipengaruhi oleh status

air dalam sistem atmosfer-tanaman serta mekanisme asimilasi karbon. Walaupun

sifat dan tingkah laku stomata belum dapat dipahami secara tuntas, tetapi terdapat

adanya korelasi yang sangat erat anatara fotosintesis netto (NP = nett

photosynthesus) dengan sifat dan tingkah laku stomata (gs = stomatal

conductancy).

Stomata tanaman kelapa sawit sangat sensitif terhadap perubahan

kelembaban udara atau defisit tekanan uap (VDP = vapour pressure deficit).

Pengaturan terhadap stomata ini digunakan tanaman untuk menyesuaikan diri

selama periode musim kering di Afrika, misalnya ketika terjadi peningkatan kecil

pada VPD dan terjadinya defisit air.

Kecepatan angin yang 5 – 6 km/jam sangat baik untuk membantu

penyerbukan kelapa sawit (anemophyli). Angin yang terlalu kencang dapat

menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan pada kasus angin puting

beliung dapat menghancurkan perkebunana kelapa sawit di daerah yang agak jauh

dari katulistiwa, seperti Thailand.

C. Kesesuaian Lahan

Lahan adalah matriks tempat tanaman berada. Lahan yang optimal untuk

kelapa sawit harus mengacu pada 3 faktor, lingkungan, sifat fisik lahan, dan sifat

Page 16: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

kimia tanah atau kesuburan tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di

daerah tropika basah pada ketinggian 0 – 500 m dari atas permukaan laut dan

antara 120 lintang utara dan lintang selatan. Dengan heterogennya faktor iklim ini,

maka akan menentukan kelas kesesuaian iklimnya yang nantinya akan sangat

berpengaruh terhadap potensi produksi di masa mendatang. Kriteria keadaan

tanah untuk pengusahaan kelapa sawit disajikan pada tabel 1.

Mengacu pada kosep tersebut, lahan dinilai mempunyai prospek ekonomis

yang baik jika memenuhi seluruh kriteria “baik” pada tabel 1. Tentu saja sumber

daya lahan yang tergolong kelas I tersebut semakin lama semakin berkurang

karena dalam penggunaanya bersaing dengan tanaman pangan, perkembangan

wilayah perkotaan, dan kawasan industri.

Klasifikasi wilayah untuk pengusahaan kelapa sawit–mengacu pada Tabel 1–

diatas sebagai berikut.

Kelas I (baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai seluruh kriteria

baik.

Kelas II (cukup baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai kriteria baik

dan ≤ 2 kriteria kurang baik.

Kelas III ( kurang baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai kriteria

baik, 2 – 3 kriteria kurang baik, dan 1 kriteria tidak baik.

Kelas IV (tidak baik): wilayah dengan tanah yang mempunyai > 2 kriteria

tidak baik.

Tabel 1. Kriteria Keadaan Tanah Untuk Pengusahaan Kelapa Sawit

Keadaan Tanah Kriteria Baik Kriteria Kurang Baik Kriteria Tidak Baik

1. Lereng < 12o 12o–23o > 23o

2. Kedalaman solum tanah > 75 cm 37,5–74 cm < 37,5 cm

3. Ketinggian muka air tanah < 75 cm 75–37,5 cm < 37,5 cm

4. Tekstur lempung atau liat lempung berpasir pasir berlempung atau pasir

5. Struktur perkembangan kuat perkembangan sedang perkembangan lemah/masif

6. Konsistensi gembur sampai agak teguh

teguh sangat teguh

7. Permeabilitas Sedang cepat atau lambat sangat cepat atau

Page 17: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

sangat lambat

8. Kemasaman (pH) 4,0–6,0 3,2–4,0 < 3,2

9. Tebal gambut 0–60 cm 60–150 cm > 150 cm

Sumber: Pangudijatno dan Purba dalam Pahan (2008)

Kecenderungan praktik pertanian (perkebunan) yang semakin terdesak ke

arah lahan yang marjinal dan semakin menjauh dari daerah pemukiman tradisional

menuntut pengembangan teknologi untuk mengatasi kondisi ke- marjinal-an lahan

dan pengembangan infrastruktur wilayah-baru tersebut. Dengan demikian,

pemanfaatan lahan selain mengacu pada konsep kelas kesesuaian lahan, juga

harus dipertimbangkan pengembangan infrastruktur (oleh pemerintah) di masa

yang akan datang. Kriteria kesesuaian lahan mengacu pada keadaan tanah dan

kondisi agroklimat disajikan pada tabel 2.

Penggolongan kelas kesesuaian lahan pada tabel 2. dibagi menjadi 4 kelas,

sebagai berikut:

Kelas S-1: kesesuaian lahan tinggi (highly suitable); potensi produksi >

24 ton TBS/ha/tahun.

Kelas S-2: kesesuaian sedang (moderately suitable); potensi produksi 19–

24 ton/TBS/ha/tahun.

Kelas S-3: kesesuaian terbatas (marginally suitable); potensi produksi 13–

18 ton TBS/ha/tahun.

Kelas N: tidak sesuai (not suitable); potensi produksi < 12 ton

TBS/ha/tahun.

Tabel 2. Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pengusahaan Kelapa Sawit

Unsur Kemampuan S1

(KL tinggi)

S2

(KL sedang)

S3

(KL terbatas)

N

(tidak sesuai)

Zona agroklimat A: 9/2 B2: 7–9/2–3 D1: 3–4/2 D2: 3–4/2–3

(Oldeman) B1: 7–9/2 C1: 5–6/2 C2: 5–6/2–3 D3: 4–6/6

E1: 3/2

E2: 3/2–3

E3: 3/4–6

Ketinggian dari permukaan air laut

25–200 m 200–300 m 300–400 m < 25 m

Page 18: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

> 400 m

Bentuk daerah dan lereng

Datar-ombak Ombak-gelombang

Gelombang-bukit

Bukit-gunung

< 10%

(4,5o)

10–22%

(4,5–10o)

22–50%

(10–22,5o)

> 50%

(> 22,5o)

Batuan di permukaan dan di dalam tanah

< 10% 10–25% 25–50% > 50%

Kedalaman solum tanah > 100 cm 50–100 cm 25–50 cm < 25 cm

Kedalaman air tanah > 100 cm 50–100 cm 25–50 cm < 25 cm

Tekstur tanah Lempung berdebu Liat Liat berat Liat sangat berat

Lempung berpasir Liat berlempung Pasir berliat Pasir kasar

Lempung liat Lempung berpasir

Pasir berdebu

Liat berpasir Pasir berlempung

Struktur tanah Remah kuat Remah sedang Gumpal lempung

Tidak berstruktur

Gumpal sedang Gumpal sedang masif

Konsistensi tanah Sangat gembur gembur Teguh/keras Sangat teguh

Tidak lekat Agak lekat Lekat Sangat keras

Kelas drainase Sedang Agak cepat Cepat Sangat cepat

Agak lambat lambat Sangat lambat

Tergenang

Erodibilitas Sangat rendah Rendah/sedang Agak tinggi Sangat tinggi

Kemasaman tanah 5,0–6,0 4,0–4,9 3,5–3,9 > 3,5

(pH) 6,1–6,5 6,6–7,0 > 7,0

Kesuburan tanah Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah

Sumber: Pangudijatno, Panjaitan, dan Pamin dalam Pahan (2008)

Page 19: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

KESIMPULAN

Page 20: Botani, Syarat Tmbh, Dan Kesesuaian Lahan Klp Sawit

DAFTAR PUSTAKA

Pahan, Iyung. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta.

Pardamean, Maruli. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka: Jakarta.