31
[Type the company name] [Type the document title] 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Pendahuluan Telinga memiliki dua fungsi penting yaitu sebagai organ pendengaran dan organ vestibular (fungsi keseimbangan) 1 . Fungsi pendengaran selain berguna sebagai metode komunikasi juga berguna sebagai sistem orientasi spasial. Sedangkan organ vestibular berguna untuk menjaga keseimbangan. 1.2 Anatomi dan histologi telinga Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar Telinga luar adalah bagian telinga lateral dari membran timpani, yang terdiri dari pinna/auricula dan meatus accusticus externus. 2,1 Pinna adalah cartilago elastik semisirkuler, yang memiliki struktur-struktur sendiri yaitu helix, antihelix, tragus dan antitragus. Bagian medial telinga luar dilapisi kulit dengan jaringan subkutis yang sedikit, sedangkan pada bagian lateral telinga luar ditemukan folikel rambut dan kelenjar sebasea dan [Type the company name] Ruth Mercylia – 406138164 Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

BPPV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Benign Paroxysmal Positional VertigoReferat Telinga Hidung Tenggorokan Ear Nose Throat THT ENTKepaniteraan Clinical Rotation

Citation preview

Page 1: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Pendahuluan

Telinga memiliki dua fungsi penting yaitu sebagai organ pendengaran dan organ

vestibular (fungsi keseimbangan)1. Fungsi pendengaran selain berguna sebagai

metode komunikasi juga berguna sebagai sistem orientasi spasial. Sedangkan organ

vestibular berguna untuk menjaga keseimbangan.

1.2 Anatomi dan histologi telinga

Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : telinga luar, telinga tengah, dan

telinga dalam.

Telinga luar

Telinga luar adalah bagian telinga lateral dari membran timpani, yang terdiri dari

pinna/auricula dan meatus accusticus externus. 2,1

Pinna adalah cartilago elastik semisirkuler, yang memiliki struktur-struktur sendiri

yaitu helix, antihelix, tragus dan antitragus. Bagian medial telinga luar dilapisi kulit

dengan jaringan subkutis yang sedikit, sedangkan pada bagian lateral telinga luar

ditemukan folikel rambut dan kelenjar sebasea dan cerumen. Bagian tulang canalis

accusticus externus memiliki panjang kurang lebih 3,5 cm dan diameter kurang lebih

1 cm.

Membrana tympani terdiri dari tiga lapis, mulai dari luar ke dalam adalah : lapisan

epitel sel skuamosa, lapisan fibrosa atau disebut juga tunica propria, dan lapisan

mucosa. Tunica propria sendiri terdiri dari lapisan radial dan lapisan sirkuler. Lapisan

radial dari tunica propria berhubungan dengan manubrium mallei, sedangkan lapisan

sirkuler memberikan membran timpani kekuatan sehingga tidak mudah robek. 2

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 2: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

2

Gambar 1. Struktur anatomis telinga.

Gambar 2. Tampak normal dari membran timpani kanan pada otoskopi.

Telinga Tengah

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 3: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

3

Telinga tengah terdiri dari struktur yang terletak antara membran timpani dan kapsul

labyrinth pada pars petrosa os temporal : rantai ossicular & otot-otot yang terkait,

apertura tuba eustachius, dan sistem vaskular. 2

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan, processus longus

maleus melekat pada membran tympani, maleus melekat dengan incus, dan incus

melekat dengan stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan cochlea. Pada bagian anterior dan posterior dari maleus dan incus, terdapat

ligamen yang memperbolehkan rantai ossicular untuk melakukan rotasi. 3,2

Cavitas tympani

Cavitas tympani dibagi menjadi : epitympani, mesotympani dan hypotympani.

Hypotympani adalah bagian dari telinga tengah yang letaknya inferior dari apertura

tuba eustachius. Mesotympani pada bagian superior dibatasi oleh pars horizontalis

canalis facialis dan inferior oleh fenestra rotundum. Epitympani diisi oleh os malleus

dan sebagian os incus, dan kedua tulang ini ditahan oleh ligamentum di anterior dan

posterior, sehingga rantai ossicular dapat berrotasi. Pada bagian posterior, terdapat

auditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum

mastoid. 2

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 4: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

4

Gambar 3. Cavitas tympani, dilihat dari lateral ke arah medial.

Gambar 4. Rantai ossicular telinga : os malleus, incus dan stapes. Baseos stapedis akan berhubungan dengan vestibular fenestra (oval window atau tingkap lonjong) di telinga dalam.

Telinga dalam

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 5: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

5

Labirin adalah ductus-ductus yang saling berhubungan yang terletak di bagian dalam

dari pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari labirin tulang dan labirin

membranosa. Labirin membranosa terdiri dari saluran yang dilapisi epitel dan ronga

dari telinga dalam yang berisi endolimfe dan organ pendengaran dan keseimbangan.

Bagian ini dapat dibagi menjadi tiga bagian : pars superior atau vestibular (tidak

termasuk sacculus), pars inferior (cochlea dan sacculus) dan ductus endolimfatikus.

Organ-organ dalam labyrinth memiliki sel dengan cilia yang kaku, dan dipersarafi

oleh neuron aferen dan eferen. Gerakan terhadap cilia menyebabkan pembukaan

saluran kalium dan calcium yang memulai potensial aksi yang diteruskan ke batang

otak. 2

Rongga perilimfatik berhubungan dengan cerebrospinal fluid melalui ductus

perilimfatikus (disebut juga aqueductus cochlearis). Pada orang dewasa, saluran ini

berubah menjadi jaringan ikat fibrosa. 1

Telinga dalam mendapat asupan darah dari arteri labyrinthine yang berasal dari a.

cerebellaris anterior inferior atau a. basillaris. Arteri ini berjalan bersama N.

vestibulocochlearis melalui canalis accusticus interna, kemudian terbagi menjadi a.

vestibularis dan a. cochlearis, dan mungkin beranastomosis dengan pembuluh telinga

tengah. 1

Gambar 5. Sistem vestibularis dan cochlea dihubungan oleh ductus reuniens.

Cochlea

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 6: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

6

Ductus cochlearis memiliki panjang kurang lebih 35mm tetapi berbentuk spiral

dengan 2½ hingga 2¾ lingkaran. Ductus cochlearis berisi endolimfa. Bagian

horizontal dari segitiga ini adalah membrana basilaris; bagian superior adalah

membrana Reissner; bagian vertikal adalah striae vascularis & ligamentum spiralis.

Scala vestibuli dan scala tympani mengelilingi ductus cochlearis. Kedua saluran ini

bertemu pada apex cochlea yang dinamakan helicotrema. 2

Gambar 6. Potongan transversal ductus cochlearis. Sc. Vest = Scala vestibuli; RM = Membrana Reissner; Sc. Media = Scala media; TM = membrana tectorial; OC = Organ Corti; BM = membrana basilaris; SV = striae vascularis; SL = ligamentum spiralis; OSL = osseous spiral lamina; Sc. Tymp = scala tympani

Bagian dari ductus cochlearis, ligamentum spiralis dan elemen epitel memiliki

gradien morfologis dimana membrana basilaris paling sempit di basal dan paling lebar

di apex. Maka dari itu, nada frekuensi tinggi akan diterima di basal, dan frekuensi

rendah di apex.

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 7: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

7

Organ Corti adalah organ sensoris yang memiliki sel rambut dalam dan luar, dan juga

sel suportif pada membran basilaris.

Gambar 7. Organ Corti. RM = Membrana Reissner; TM = membrana tectorial; OC = Organ Corti; BM = membrana basilaris; IS = inner sulcus; BC = border cells; ihc = inner hair cells; TC = tunnel ofCorti; ohc = outer hair cells; phc = phalangeal cells; CH = cells of Hensen; CC = cells of Claudius.

Sistem Vestibularis

Labirinth vestibularis terdiri dari canalis semicircularis (sensitif terhadap akselerasi

anguler) dan apparatus otolithic (sensitif terhadap akselerasi linear). 1

Canalis semicircularis

Tiga buah organ yang mengarah pada 3 bidang berbeda, dan tersusun tegak lurus dan

satu sama lain. Setiap canalis semicircularis memiliki pelebaran pada ujung dekat

utriculus yang disebut ampulla. Ampulla adalah organ sensoris untuk akselerasi dan

deselerasi anguler.

Terdapat tiga buah ductus semicircularis : lateral (mendeteksi pergerakan horizontal),

posterior (inferior) dan anterior (superior).

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 8: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

8

Gambar 8. Ampulla dari ductus semicircularis.

Pada bagian atas dari crista dan melekat pada struktur tersebut terdapat cupula, yaitu

kompartmen gelatin yang memiliki densitas mirip endolimfa. Pergerakan cupula

memulai aksi potensial sel rambut.

Gambar 9. Canalis posterior sejajar dengan os petrosa. Canalis vertikal arahnya 30o dari occiput.

Apparatus otolitik

Terdiri dari sacculus dan utriculus. Sel-sel rambut pada daerah ini ditutupi oleh

membran otolitik yang dipenuhi oleh otolith (CaCO3) atau disebut juga otoconia

dengan ukuran 0,1 hingga 30 micrometer. Pada posisi tegak, macula utriculus

posisinya horizontal sedangkan macula sacculus tegak lurus. Organ ini terangsang

jika posisi macula tidak tegak lurus dengan bumi. 1

Cairan-cairan telinga dalam

Endolimfe memiliki komposisi ionik mirip dengan cairan intrasel (kalium tinggi,

natrium rendah) dan mengisi labyrinth vestibularis dan auditoris. Cairan ini

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 9: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

9

diproduksi sel sekretorik di striae vascularis dan sel pada ujung ductus semicircularis

dan utriculus. Perilimfe memiliki komposisi ionik mirip dengan cairan ekstrasel

(kalium rendah, natrium tinggi) dan merupakan hasil difusi dari jaringan kapiler di

ligamentum spiralis. 2

Nervus Vestibulocochlearis

Terdiri dari nervus vestibularis (anterior superior) dan nervus cochlearis (posterior

inferior). Memiliki saraf aferen maupun eferen, tetapi saraf eferen kurang

termyelinisasi, dan fungsi utama adalah sebagai saraf sensoris. 1

1.3 Fisiologi telinga

Telinga luar

Berfungsi sebagai antena akustik yang menyalurkan serta mengamplifikasi frekuensi-

frekuensi tertentu (terutama 2-4kHz) gelombang suara ke telinga tengah. Fungsi ini

dapat terganggu jika terdapat cerumen, earplugs atau benda asing. Suara yang

tertangkap helix dan antihelix akan diteruskan setelah mengalami hambatan kurang

lebih 0.2ms. Hal ini membantu dalam melokalisir sumber suara pada bidang vertikal.

Telinga luar juga berfungsi untuk mengurangi efek suara dari udara bergerak. 1

Telinga tengah

Fungsi utama dari telinga tengah adalah impedance matching yaitu perbedaan

hambatan hantaran suara pada udara dan cairan. Hal ini dilakukan oleh perbedaan luas

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 10: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

10

permukaan membran timpani dibanding dengan kaki dari stapes (20:1). 1

Gambar 10. (a) 99% suara yang dihantarkan akan terpantul kembali pada permukaan cairan (b)sendi tulang pendengaran menghantarkan suara dan melindungi telinga dalam.

Tekanan telinga tengah disetarakan dengan lingkungan sekitar oleh tuba eustachius. 1

Telinga dalam

Baseos stapedis menghantarkan suara menuju ke fenestra ovalis. Suara akan terus

dihantarkan hingga mencapai organ Corti dan akhirnya ke fenestra rotundum.

Suara yang diterima Organ Corti akan diteruskan ke sistem saraf pusat. 1

Sistem vestibuler terus berinteraksi dengan sistem sensoris lainnya (sistem visual,

fungsi proprioseptif, sistem motorik). Fungsi utama dari sistem vestibuler adalah :

Mengfiksasi pandangan untuk menentukan orientasi spasial saat kepala

bergerak cepat (vestibulo-ocular reflex). Hal ini dicapai melalui interaksi

dengan sistem visual, dan menghilang jika mata ditutup atau pada ruangan

tanpa cahaya. 1

Mempertahankan postur dan equilibrium. Informasi diteruskan ke tractus

vestibulospinalis medialis dan lateralis. Fungsi ini dicapai melalui interaksi

dengan sistem visual, proprioseptif dan refleks-refleks vestibuler. 1

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 11: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

11

BAB II

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

2.1. Definisi

Vertigo didefinisikan sebagai ilusi pergerakan, dimana seseorang merasa bergerak

atau lingkungan sekitar terasa bergerak. Ketidakseimbangan dapat menyertai keluhan

vertigo, tetapi bukanlah sinonim dari vertigo. 4

Keseimbangan normal memerlukan : informasi sensoris dari mata, organ proprioseptif

dan labirin vestibular, koordinasi info-info ini di sistem saraf pusat, dan output

motorik terhadap sistem muskuloskeletal. Gangguan dari salah satu sistem ini akan

menyebabkan gangguan keseimbangan. BPPV sendiri disebabkan gangguan pada

sistem vestibular yang tidak sesuai dengan informasi dari organ-organ sensoris

lainnya. 5

Vertigo dapat disebabkan berbagai sebab, contohnya adalah : gangguan organ

vestibular perifer (BPPV, infeksi, efek obat ototoksik), organ vestibular sentral

(multiple sclerosis, tumor, infark otak), anemia, hipotensi ataupun hipoglikemia.

Benign Paroxysmal Positional Vertigo adalah salah satu penyebab vertigo yang paling

sering (atau bahkan paling sering2) akibat lepasnya otoconia (kristal calcium

carbonate) dari utriculus dan akhirnya berada pada sistem canalis semicircularis.

Definisi BPPV adalah vertigo transien yang berlangsung beberapa detik hingga

beberapa menit yang dirangsang oleh perubahan posisi kepala dan disertai nystagmus

torsional yang geotropik. 6 Terdapat beberapa faktor resiko timbulnya BPPV, tetapi

penyebabnya biasa tidak diketahui.

2.2 Epidemiologi

Pasien biasanya berusia 40 tahun ke atas, lebih sering mengenai wanita dibanding

pria. Insidensi kurang lebih 10-100 kasus per 100.000 orang per tahun. BPPV adalah

diagnosis dari 20% pasien dengan keluhan vertigo. Dari semua pasien dengan

diagnosa BPPV, 10-15% memiliki riwayat vestibular neuronitis, sedangkan 20%

memiliki riwayat positif trauma kepala. 2,1

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 12: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

12

2.3 Patofisiologi

Adanya debris pada cupula ductus semicircularis (cupulolithiasis) atau debris pada

endolimfe ductus semicircularis (canalolithiasis). Debris ini diduga merupakan

otoconia yang terlepas dari macula utriculus dan memperlambat atau bahkan bergerak

berlawanan arah saat kepala bergerak. Adanya informasi sensoris yang tidak sesuai

akibat otoconia ini akan diproses di otak dan sehingga penderita merasa sensasi

vertigo. 7

Teori cupulolithiasis

Harold Schuknecht (1962) menemukan bahwa cupulolithiasis adalah penyebab

BPPV. Ia beranggapan bahwa canalis semicircularis posterior tersensitisasi gaya

gravitasi akibat partikel-partikel ini melekat pada cupula. Teori Schuknecht analog

dengan adanya benda berat yang terpasang pada ujung tiang. Massa pada ujung tiang

akan menyebabkan tiang sulit berada pada posisi stabil, dan setelah adanya

pergerakan, benda berat tersebut juga akan menghambat tiang untuk kembali ke posisi

semulanya. Hal ini ia anggap menjelaskan adanya dystagmus persisten dan adanya

rasa berputar saat pasien berubah dari posisi tegak ke posisi terlentang. 7

Teori canalithiasis

Epley (1980) beranggapan bahwa gejala BPPV lebih konsisten dengan teori adanya

canalith bebas pada canalis semicircularis posterior. Saat dalam posisi tegak, partikel-

partikel diam pada satu posisi yang paling bawah akibat gaya gravitasi, ketika

penderita terlentang maka partikel berada 90o dari bagian terbawah canalis. Setelah

beberapa saat gravitasi akan menarik partikel-partikel tersebut ke bawah sesuai

gravitasi. Kejadian ini akan menyebabkan cupula terdefleksi. 7

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 13: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

13

Teori ini analog dengan adanya kerikil dalam roda ban. Jika ban digulingkan, kerikil

akan terangkat dan kemudian dalam beberapa saat jatuh sesuai gravitasi. Teori Epley

juga menjelaskan adanya periode laten nystagmus dari BPPV. 7

2.4 Diagnosa

Vertigo yang muncul secara tiba-tiba, terpicu saat perubahan posisi. Vertigo hanya

dirasakan pada perubahan posisi. Diantara serangan vertigo penderita tanpa atau

sedikit gejala (berupa perasaan kesadaran berkabut). Gejala biasanya muncul dalam

beberapa detik setelah perubahan posisi, dan menetap 20-30 detik. Gejala mual dan

muntah dapat ditemukan. 4,5,6,7

Pada pemeriksaan Dix-Hallpike, dapat ditemukan nystagmus rotasional geotropik

dengan periode laten dan durasi terbatas. Temuan ini menunjukkan otoconia pada

canalis semicircularis posterior. Pada pengulangan dapat ditemukan kelelahan dan

hilangnya nystagmus. 7

Gambar 11. Manuver Dix-Hallpike. Untuk memeriksa telinga kanan, pemeriksa berdiri di sebelah

kanan pasien dan memutar kepala pasien 45o ke kanan untuk meluruskan canalis posterior kanan

dengan bidang sagittal tubuh.

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 14: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

14

Gambar 12. Pasien dibantu untuk terlentang dengan mata terbuka dan dagu sedikit ekstensi (kira-kira 20o). Latensi, durasi dan arah nystagmus perlu diperhatikan. Gerakan nystagmus yang ditunjukkan di gambar adalah nystagmus pada BPPV yang tipikal (canalis posterior). Pasien juga ditanyakan akan perasaan subjektif akan vertigo. Pemeriksaan diulang pada telinga kiri.

Dix-Hallpike dianggap gold standard untuk diagnosa BPPV canalis posterior. Faktor

penyebab false negative dari Dix-Hallpike berupa kecepatan gerakan saat

pemeriksaan, derajat occiput saat gerakan. Pemeriksaan Dix-Hallpike harus dilakukan

secara bilateral untuk menentukan telinga mana yang terlibat. Pada persentase kecil

dapat ditemukan hasil positif pada kedua telinga. BPPV canalis posterior bilateral

lebih sering ditemukan pada riwayat trauma kepala. 7

American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery merekomendasikkan

pada pasien dengan riwayat penyakit sesuai dengan presentasi BPPV tetapi Dix-

Hallpike negatif untuk dilakukan supine roll test untuk menilai adanya BPPV canalis

lateralis. 7

Supine roll test dilakukan dengan memposisikan pasien terlentang dan memutar

kepala 90o dan mengamati adanya nystagmus. Setelah ada atau tidaknya nystagmus,

kepala dikembalikan ke posisi semula. Jika ada nystagmus, tunggu hingga nystagmus

hilang dan kemudian putar kepala pasien ke arah sebaliknya 90o. 7

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 15: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

15

Gambar 13. Supine roll test. Kepala pasien digerakan 90o, dikembalikan ke posisi semula, diputar 90o ke arah sebaliknya, sambil lakukan pengamatan pada nystagmus yang terjadi.

Pada pemeriksaan ini, dapat ditemukan dua jenis nystagmus :

Tipe geotropik : putaran ke sisi kanan menyebabkan nystagmus horizontal ke

arah telinga yang terbawah. Ketika pasien memutar kepala ke sisi lawannya

akan terjadi nystagmus ke telinga yang yang kiri (lebih bawah).

Tipe apogeotropik : lebih jarang ditemukan. Terdapat nystagmus horizontal ke

telinga yang letaknya lebih atas.

Untuk menentukan telinga mana yang sakit, dibandingkan intensitas nystagmus saat

miring kiri dan miring kanan. Nystagmus yang paling intens ditemukan saat telinga

yang sakit berada di bagian bawah. 7

Pada BPPV canalis anterior terdapat nystagmus ke arah bawah paroxysmal dengan

komponen rotasional setelah dilakukan tes Dix-Hallpike dan perlu dibedakan dengan

lesi SSP. 7

2.5 Diagnosa banding

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 16: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

16

Diagnosa banding yang perlu dipertimbangkan untuk kasus ketidakseimbangan,

vertigo atau pusing berputar didaftarkan di Tabel 1. 1,4

Durasi vertigo Penurunan pendengaran Tanpa penurunan pendengaran

Hitungan detik Cholesteatoma, fistula

perilimfatik

Benign Paroxysmal Positional

Vertigo

Hitungan menit Insuffisiensi arteri

basilaris/vertebralis, migraine

Hitungan jam Penyakit Meniere Vestibulopathy

Hitungan hari Labyrinthitis Vestibular neuronitis

Hitungan

minggu

Psikogenik, vestibular

schwannoma, proses

autoimun

Lesi SSP, multiple sclerosis

Tabel 1. Diagnosis banding vertigo berdasarkan durasi serangan dan ada atau tidaknya penurunan pendengaran.

2.6 Tatalaksana

Pada pasien dengan BPPV canalis posterior, tatalaksana berupa particle repositioning

maneuver (PRM). Setelah dilakukan reposisi, sebaiknya lakukan pemeriksaan ulang

setelah 1 bulan untuk memastikan hilangnya tanda dan gejala dari BPPV. Pada pasien

dengan BPPV yang menetap, perlu dipertimbangkan BPPV persisten, gangguan

vestibuler perifer, gangguan sistem saraf pusat. 7

Particle repositioning maneuver (PRM) yang terbukti efektif pada BPPV canalis

posterior adalah canalith repositioning maneuver (maneuver Epley) dan maneuver

liberatori (Semont maneuver). 7

Canalith Repositioning Maneuver (Epley Maneuver)

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 17: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

17

Tujuan dari manuver ini adalah untuk menggerakan canalith dari canalis posterior ke

vestibulum. Tindakan ini dilakukan pada klinik rawat jalan, dan pasien diberitahukan

sebelumnya bahwa tindakan ini dapat menyebabkan rasa berputar, mual ataupun

muntah. 7

Liberatory Maneuver (Semont Maneuver)

Manuver Semont terbukti efektif dalam reposisi canalith pada beberapa studi oleh

Soto Varela, et al. Manuver ini dilakukan dengan penderita dalam posisi duduk.

Untuk reposisi canalith telinga kanan, penderita diminta untuk menengok ke kiri 45o.

Posisi kepala ini dipertahankan hingga akhir manuver. Pasien akan dimiringkan ke

sisi kanan selama 30 detik, kemudian dimiringkan ke sisi kiri selama 30 detik. 7

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 18: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

18

Gambar 14. Manuver Epley untuk BPPV canalis posterior telinga kanan. Dimulai dengan telinga kanan

diputar 45o kemudian pasien terlentang selama 20-30 detik. Kemudian kepala pasien diputar 90o ke

arah kuping yang tidak sakit dan tunggu 20-30 detik. Putar 90o lagi sehingga pandangan pasien ke arah

lantai dan tunggu 20-30 detik. Bantu pasien ke posisi duduk.

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 19: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

19

Gambar 15. Manuver Semont. Pasien menengok ke kiri 45o. Posisi kepala ini dipertahankan hingga akhir manuver. Pasien akan dimiringkan ke sisi kanan selama 30 detik, kemudian dimiringkan ke sisi kiri selama 30 detik.

Teknik reposisi BPPV canalis horizontalis (lateralis)

BPPV akibat canalith pada canalis lateralis biasanya tidak membaik dengan manuver

Epley, Semont atau manuver lain yang digunakan untuk BPPV canalis posterior.

Teknik reposisi yang biasa dilakukan pada BPPV canalis horizontalis berupa manuver

Lempert atau barbecue roll maneuver. 7

Manuver ini dilakukan dengan menggulingkan pasien 360o dalam beberapa tahap.

Teknik ini dapat dilakukan pada klinik rawat jalan, dan segera dilaksanakan setelah

supine roll test. 7

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 20: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

20

Gambar 16. Lempert 360o maneuver (Barbecue roll maneuver). Pasien berbaring dengan telinga yang sakit di bagian bawah, kemudian kepala diputar 90o sehingga melihat ke langit, dan seterusnya diputar tiap 90o hingga kepala kembali ke posisi telinga sakit di bawah kembali. Setelah ini pasien diputar sehingga menengadah ke langit-langit dan dibangunkan ke posisi duduk. Pertahankan tiap posisi selama 20 detik.

Pengobatan lainnya

Obat-obat supresi vestibuler digunakan untuk menekan gejala-gejala vertigo. Obat

yang sering digunakan adalah benzodiazepine dan antihistamine. Obat-obat golongan

benzodiazepine dapat mengurangi keluhan berputar, tetapi dapat mengurangi juga

kompensasi sistem saraf pusat dalam kondisi-kondisi gangguan vestibular perifer. 7

Antihistamine memberikan efek supresif pada pusat muntah sentral untuk mengurangi

mual dan muntah yang muncul pada motion sickness. Contoh antihistamine yang

sering digunakan adalah meclizine dan diphenhydramine. 7

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 21: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

21

Obat lain yang sering digunakan adalah promethazine (golongan phenothiazine

dengan efek seperti antihistamine), ondansetron (yang merupakan antagonis

serotonin-5-hydroxytryptamine-3), scopolamine (blokade acetylcholine). 7

American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery tidak

merekomendasikan obat-obat supresan vestibular untuk penanganan BPPV kecuali

jika terdapat mual dan muntah yang hebat, atau sebagai antisipasi mual dan muntah

hebat pada pasien yang akan menjalani particle repositioning maneuver. 7

2.7 Prognosis

Efektivitas dari PRM dapat mencapai 100%. Angka rekurensi 5 tahun BPPV adalah

40-50%. Terdapat kerentanan individu tertentu untuk mengalami rekurensi. 8

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 22: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

22

BAB III

Kesimpulan

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah penyakit gangguan

keseimbangan akibat gangguan pada sistem vestibuler perifer yaitu pada canalis

semicircularis. Patologi pada canalis semicircularis berupa adanya debris bebas pada

endolimfa, yang dianggap berasal dari otoconia utriculus. BPPV klasik disebabkan

gangguan pada canalis semicircularis posterior. Otoconia bebas pada canalis lateralis

ataupun anterior mungkin terjadi, tetapi lebih jarang. Gejala pada BPPV tipe klasik

berupa nystagmus dengan masa laten dan durasi singkat (beberapa detik) yang dipicu

oleh perubahan posisi kepala, dan terdapat kelelahan (fatigue) pada rangsangan

berulang.

Tatalaksana pada BPPV berupa tindakan reposisi otolith dengan perasat sesuai dengan

temuan canalis mana yang terpengaruh, sedangkan farmakoterapi hanya bersifat

simptomatik. Rekurensi BPPV dapat terjadi meski tindakan reposisi berhasil.

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta

Page 23: BPPV

[Type the company name][Type the document title]

23

Daftar Pustaka

1. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. 2nd edition. New York

: Thieme, 2006.

2. Snow JB, Ballenger JJ. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Neck

Surgery. 16th edition. Ontario : BC Becker, 2003.

3. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Telinga Hidung

Tenggorok Kepala & Leher. Edisi 7. Jakarta : FKUI, 2014.

4. Ludman H, Bradley PJ. ABC of ENT. 5th edition. Massachusetts : Blackwell

Publishing, 2007.

5. Benign paroxysmal positional vertigo.

http://emedicine.medscape.com/article/884261-overview (Accessed 15

February 2015)

6. “Otolaryngology – head and neck surgery”. In : Toronto notes. Ramakrishna J,

et al. Toronto; 2011. pp2-47.

7. Clinical practive guideline : Benign paroxysmal positional vertigo.

http://oto.sagepub.com/content/139/5_suppl/S47.full.pdf+html (Accessed 16

February 2015)

8. Fife TD. Benign paroxysmal positional vertigo.

http://www.medscape.com/viewarticle/714335_3 (Accessed 17 February

2015)

Ruth Mercylia – 406138164Kepaniteraan Ilmu THT-KL | RS Pelabuhan Jakarta