47
BAB I KONSEP MEDIS A. DEFINISI Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis akut adalah batuk dan kadang- kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut. B. ETIOLOGI 1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007). 2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat- zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon

BRONKHITIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep

Citation preview

Page 1: BRONKHITIS

BAB I

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau

bronki.Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi

udara (Samer Qarah, 2007).

Definisi bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak

lebih dari tiga minggu (Samer Qarah, 2007).

Definisi bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama

setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.

B. ETIOLOGI

1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting.

Peningkatan resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus

dengan jumlah rokok yang dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).

2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren

karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia

yang dapat juga menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon,

aldehid, ozon

3. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar

5% pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena

protein alfa-1 antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah

kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).

4. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan

industri banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen

sufilda, sulfur dioksida dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.

Page 2: BRONKHITIS

5. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada

penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah,

serta menyebabkan kerusakan paru bertambah.

6. Virus, bakteri (Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae) dan

organisme lain seperti Mycoplasma pneumonia

C. TANDA DAN GEJALA

1. Tanda toksemi : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak keringat

“Diaphoresis”, tachycardia, tachypnoe.

2. Tanda iritasi : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret, rasa sakit

dibawah sternum

3. Tanda obstruksi : sesak nafas, rasa mau muntah.

D. PATOFISIOLOGI

Pada bronkitis terjadi penyempitan saluran pernapasan.Penyempitan ini dapat

menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis

kronik, disebabkan karena perubahan pada saluran pernapasan kecil, yang

diameternya kurang dari 2 mm, menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan kadang-

kadang terjadi obliterasi. Penyempitan lumen terjadi juga oleh metaplasia sel

goblet.Saluran pernapasan besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasia

kelenjar mukus. Pada penderita bronkitis saat terjadi ekspirasi maksimal, saluran

pernapasan bagian bawah paru akan lebih cepat dan lebih banyak yang tertutup.

Hal ini akan mengakibatkan ventilasi dan perfusi yang tidak seimbang, sehingga

penyebaran udara pernapasan maupun aliran darah ke alveoli tidak merata.

Timbul hipoksia dan sesak napas.Lebih jauh lagi hipoksia alveoli menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh darah paru dan polisitemia.Terjadi hipertensi pulmonal

yang dalam jangka lama dapat menimbulkan kor pulmonal.

Page 3: BRONKHITIS

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

a. Pemeriksaan Radiologis.

Pemeriksaan foto thoraks posterio-anterior dilakukan untuk menilai derajat

progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif

menahun.

b. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada

peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah).Sputum

diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberkulosis paru.

Pemeriksaan kadar gas dalam arteri untuk menentukan pH darah, tekanan CO2

(Pa CO2), tekanan oksigen (Pa O2) dan prosentase saturasi oksihemoglobin

(SaO2)

F. PENATALAKSANAAN

a. Perbaikan keadaan umum, istirahat dan jangan merokok.

b. Bila ada alergi berikan antihistamin

c. Bila ada bronkospasme berikan bronkodilator.

d. Bila batuk produktif berikan ekspektoran untuk mempermudah pengeluaran

riak.

e. Berikan terapi simtomatik bila perlu.

f. Obat analgetik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, sakit punggung dan

otot.

g. Terapi istirahat di tempat tidur diberikan sejak panas badan meninggi.

h. Cairan diberikan untuk membantu menurunkan panas dan mencegah dehidrasi.

i. Berikan diet lunak atau cair.

G. KOMPLIKASI

Page 4: BRONKHITIS

- Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.

- Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan

gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

- Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi. Bila sekret tetap

tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.

H. PENCEGAHAN

a. Tidak tidur di kamar yang berAC atau gunakan baju dingin, bila ada gunakan

baju yang tertutup lehernya.

b. Hindari makanan yang merangsang.

c. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak

dengan air hangat.

d. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.

e. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi.

Page 5: BRONKHITIS

Patofisiologi dan penyimpangan KDM Faktor iritan (fisik & kimiawi) dan factor infeksi

Hipertropi dan hyperplasia pensekresi mucus dan inflamasudsi

Pembentukan lendir dan penurunan fx siliaris

Penumpukan mucus pada sal. Napas

Media berkembangnya kuman mikroorganisme

Exsudat mukopurelin, ulserasi dan Destruksi dinding bronchial

Obstruksi jalan napas oleh karena Granulasi dan fibrosis peribronchial

Perubahan pada membrane alveolar kapiler

Udara teroksigenasi menjadi menurun

Deficit O₂ pada jaringan alveoli

Gangguan pertukaran gas

Rasa tidak enak di mulut

Bersihan jalan napas tidak efektif

Resiko infeksi

Pola napas tidakefektif

Transport O₂ ke jaringan menurun

Metabolism terganggu

Energy yg dihasilkan berkurang

Intoleransi aktivitas

Asupan nutrisi inadekuat

Kurang nafsu makan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Perubahan status kesehatan

Kurang pemahaman tentang info kes mengenai peny & pengob

Tdk ada pemahaman tntang kondisiKoping in adekuat

Stressor psikologi

Page 6: BRONKHITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN BRONKHITIS

DI RUANG PERAWATAN PENYAKIT DALAM

RSUD KOTA BAUBAU

Pengkajian

Tanggal masuk : 05-10-2011

Tanggal pengkajian : 05-10-2011

Diagnosa medic : Bronkhitis

No. Register : 024088

A. Biodataa. Identitas Klien

Nama : Tn. AUmur : 60 tahunJenis kelamin : Laki-lakiAgama : IslamStatus perkawinan : KawinPekerjaan : Pensiunan PNSPendidikan terakhir : s1Alamat : Kel. Tanganapada

b. Identitas penanggungNama : Ny. SUmur : 55 tahunJenis kelamin : PerempuanPendidikan terakhir : D2Alamat : Kel. Tanganapada

B. Riwatat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekaranga) Keluhan utama : Klien mengatakan batuk terus menerus

Kurang pengetahuan

cemas

Page 7: BRONKHITIS

b) Keluhan yang menyertai: Klien mengatakan sesak, mudah lelah, kurang nafsu makan.

c) Kronologis keluhan:1. Provocative

Klien mengatakan yang menyebabkan gejala adalah jika beraktifitas berlebihan, klien langsung merasakan batuk dan tiba-tiba sesak napas.

2. QualityGejala yang dirasakan sangat sesak ketika beraktifitas berlebihan.

3. RegionalKlien mengatakan lokasi gejala dirasakan pada daerah dada, sifat gejalanya menetap.

4. SeverityKeparahan penyakitnya sangat dirasakan sehingga dilakukan pengukuran tingkat sesak dengan menggunakan skala 0-10 klien menunjukan skala 6.

5. TimingGejala mulai dirasakan sekitar 4 bulan yang lalu.

b. Riwayat kesehatan masa laluKlien dan keluarganya tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.

c. Riwayat kesehatan keluargaKlien mengatakan keluarganya atau kedua orang tuanya tidak pernah mengalami penyakit yang dialaminya dan tidak ada penyakit menular ataupun penyakit turunan.

C. Riwayat PsikososialBerdasarkan hasil wawancara, klien mengatakan bahwa ia ingin cepat sembuh dan dapat berkumpul kembali bersama keluarganya. Hubungan klien dengan keluarganya baik, hubungan klien dengan tenaga kesehatan baik.

D. Riwayat SpiitualBerdasarkan hasil wawancara dengan Klien mengatakan bahwa sebelum sakit, rutin menjalankan ibadah 5 waktu. Tetapi selama sakit pasien hanya berdoa dan berharap penyakitnya bisa sembuh.

E. Pola aktivitas sehari-haria. Nutrisi

Page 8: BRONKHITIS

Sebelum sakit, tidak terdapat masalah dalam pemenuhan nutrisi, nafsu makan baik. Menu yang disediakan dirumah nasi, sayur, lauk, buah, pudding serta jus dengan frekuensi 3x/hari dan porsi selalu dihabiskan. Tetapi selama dirumah sakit nafsu makan klien berkurang, makanan yang disajikan 3x/hari dengan menu bubur, telur, sayur, namun hanya ¼ porsi yang dihabiskan, klien selalu disuap saat makan.

b. EliminasiSaat dirumah sebelum sakit, mempunyai kebiasaan BAB 1 kali sehari tanpa ada kesulitan. BAK 4-5 kali sehari tanpa kesulitan. Namun selama seminggu dirawat dirumah sakit klien baru 3 kali BAB, dan saat ini klien terpasang kateter, urine berwarna kuning dan bebau amoniak.

c. Istrahat dan tidurSebelum dirawat dirumah sakit klien cukup istrahat dan tidak mengalami kesulitan tidur, tidur siang 13.00-15.00, sedangkan pada malam hari dari jam 22.00-05.00. Sedangkan selama dirumah sakit klien mengalami kesulitan untuk tidur karena batuk. tidur siang maupun tidur malam klien tidak menentu.

d. Aktifitas/ mobilitas fisikSebelum sakit klien menjalankan aktivitas harian dengan baik. Namun selama dirawat dirumah sakit klien tidak dapat menjalan kan aktivitas harian seperti sedia kala, klien hanya terbaring diatas tempat tidur.

e. Personal hygieneDalam pemenuhan personal hygiene klien mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, mencuci rambut 4 kali seminggu dengan menggunakan shampoo, menggosok gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi, memotong kuku bila telah panjang. Mengganti pakaian 2 kali sehari setelah mandi. Selama dirumah sakit, klien belum pernah mandi, namun hanya membersihkan badannya dengan handuk basah dengan bantuan keluarga, belum pernah mencuci rambut dan gosok gigi. Kuku dipotong dengan bantuan keluarga. Pakaian klien diganti sehari oleh keluarga.

F. Pemeriksaan Fisika. Keadaan umum

Kesadaran compos mentis, Nampak lemah,klien tidak dapat makan sendiri, saat ini sedang terpasang infus dan kateter.

b. Tanda-tanda vitalTekanan darah 110/70 mmhg, nadi 86 dpm, suhu 40 derajat celcius, pernapasan 25 kali/menit.

c. Pemeriksaan Head to ToeRambut : rambut beruban, dan jarang.

Page 9: BRONKHITIS

Kepala : Bentuk simetris dan normalWajah : Bentuk ovalMata : Penglihatan normal, konjungtiva normal, sclera tidak

ikterus.Telinga : Simetris kiri dan kanan , fungsi pendengaran berkurang.Hidung : Bentuk Simetris.Mulut : bibir tampak kering, tidak terdapat stomatitis.Leher : Tidak ada pembesaran kelenjafr tiroid.Thoraks : Bentuk simetris kiri dan kanan.Abdomen : Abdomen tidak kembung, tidak dijumpai adanya masa.Integumen : Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik.Ekstermitas : Simetris pada tungkai atas dan bawah.

G. Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan laboratorium

TLC : meningkatVolume residu : meningkatFEV1/FVC : Rasio volume meningkatGDA : PaO2 dan PaCO2 menurun, PH normal

b. Pengobatan

- Infus NaCl 0,9 % 20 tts/menit- Epinefrin

2.1 Diagnosa Keperawatan

1. Klasifikasi

Data Subjektif:

- Klien mengeluh sesak

- Klien mengatakan batuk berdahak

- Klien mengatakan tidak ada nafsu makan

- Klien mengeluh mailase

- Klien mengatakan kelelahan bila beraktifitas

- Rasa sakit dibawah sternum

- Klien mengatakan cemas dengan keadaan penyakinya

Page 10: BRONKHITIS

Data Objektif:

- Sesak

- Bunyi resonan pada paru

- Dyspnea

- Menggunakan otot bantu pernapasan

- Klien batuk berdahak

- Peningkatan produksi secret

- Mual

- Muntah

- Porsi makan tidak dihabiskan

- Suhu tubuh 40°c

- Batuk produktif dengan sputum purulent

- Nadi meningkat

Klien sering bertanya tentang penyakitnya

2. Analisa Data

No SIGN ETIOLOGI PROBLEM

1 DS;

- Klien mengeluh sesak

- Klien mengatakan

kelelahan bila beraktivitas

Do:

- Sesak

- Bunyi resonan pada paru

- Dyspnea

- Menggunakan otot bantu

pernapasan

Faktor iritan (fisik & kimiawi) dan factor infeksi

Hipertropi dan hyperplasia pensekresi mucus dan inflamasi

Pembentukan lendir dan penurunan fx siliaris

Penumpukan mucus pada sal. Napas

Exsudat mukopurelin, ulserasi danDestruksi dinding bronchial

Obstruksi jalan napas oleh karenaGranulasi dan fibrosis peribronchial

Perubahan pada membrane alveolar kapiler

Udara teroksigenasi menjadi menurun

Kerusakan

pertukaran

gas

Page 11: BRONKHITIS

Deficit O₂ pada jaringan alveoli

2 Ds:

Klien mengatakan sesak

Rasa sakit dibawah sternum

DoDO:

Sesak

Dyspnea

Faktor iritan (fisik & kimiawi) dan factor infeksi

Hipertropi dan hyperplasia pensekresi mucus dan inflamasi

Pembentukan lendir dan penurunan fx siliaris

Penumpukan mucus pada sal. Napas

Exsudat mukopurelin, ulserasi danDestruksi dinding bronchial

Obstruksi jalan napas oleh karenaGranulasi dan fibrosis peribronchial

Pola napas

tak efektif

3 Ds:

Klien mengatakan batuk

berdahak

DO:

- Klien batuk berdahak

- Peningkatan produksi

secret

Faktor iritan (fisik & kimiawi) dan factor infeksi

Hipertropi dan hyperplasia pensekresi mucus dan inflamasi

Pembentukan lendir dan penurunan fx siliaris

Penumpukan mucus pada sal. Napas

Bersihan

jalan napas

tak efektif

4 Ds:

- Klien mengatakan tidak

ada nafsu makan

Do:

- Mual

- Muntah

- Porsi makan tidak

dihabiskan

Penumpukan mucus pada sal. Napas

Rasa tidak enak dimulut

Asupan nutrisi in adekuat

Nutrisi

kurang dari

kebutuhan

5 Ds:

-Klien mengeluh mailase

-Klien mengatakan kelelahan

bila beraktifitas

Asupan nutrisi in adekuat

Metabolisme terganggu

Energi yang dihasilkan berkurang

Intoleransi

aktivitas

Page 12: BRONKHITIS

-Klien mengatakan badan

terasa lemah

Do:

-Klein memerlukan bantuan

orang lain untuk memenuhi

kebutuhan aktifitas sehari-

hari

6 Ds:

- Rasa sakit dibawah sternum

Do:

- Suhu tubuh 40°c

- Batuk produktif dengan

sputum purulent

- Nadi meningkat

Faktor iritan (fisik & kimiawi) dan factor infeksi

Hipertropi dan hyperplasia pensekresi mucus dan inflamasi

Pembentukan lendir dan penurunan fx siliaris

Penumpukan mucus pada sal. Napas

Media berkembangnya kuman mikroorganisme

Resiko

infeksi

7 Ds:

- Klien mengatakan cemas

dengan keadaan

penyakinya

Do:

- Klien Nampak tegang

Deficit O₂ pada jar. Alveoli

Perubahan status kesehatan

Kurang terpajan tentang infomasi kesehatan mengenai penyakit dan pengobatan

sterossor psikologis

koping in adekuat

Cemas

8 Ds:

- Klien mengatakan cemas

DO:

- Klien sering bertanya

tentang penyakitnya

Perubahan status kesehatan

Kurang terpajan tentang infomasi kesehatan mengenai penyakit dan pengobatan

Tidak ada pemahaman tentang kondisi penyakit

Kurang

pengetahuan

Page 13: BRONKHITIS
Page 14: BRONKHITIS

NO DIAGNOSA KEPERAWATANRENCANA KEPERAWATAN

RASIONALTUJUAN INTERVENSI

1 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan deficit O2 pada jaringan alveoli ditandai dengan :DS :

- Klien mengeluh sesakDO :- Sesak- Bunyi resonan pada paru- Takikardi- Dyspnea- Menggunakan otot bantu pernapasan

Menunjukan perbaikan ventilasidan oksigenasijaringan adekuatdengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan

-

1. Kaji frekuensikedalaman pernapasan. Catat otot aksesoris,napas bibir,ketidakmampuanberbicara/berbincang

2. Aukultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/ atau bunyi tambahan

3. Dorong pengeluaran sputum; pengisapan bla di indikasikan

4. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien

1. Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan atau kronisnya proses penyakit.

2. Bunyi napas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsiludasi

3. Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil.

4. Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia.

2 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas oleh karena

Menunjukan pola napas normal/efektif

1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas

1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat dimanifestasikan dengan bunyi

Page 15: BRONKHITIS

Granulasi dan fibrosis peribronchial ditandai dengan :DS :Klien mengatakan sesakDO :- Sesak- Dyspnea- Rasa sakit dibawah sternum

dengan GDA dalam rentang normal.

misalnya mengi, krekels, ronki.

2. Berikan klien untuk posisi nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur,duduk pada sndaran tempat tidur.

3. Observasi karakteristik batuk missal menetap, batuk pendek, atau basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.

4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat : Bronkodilator (epinefrin, albutenol, terbutalin)

nafas tambahan.2. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi

pernapasan.3. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala

dibawah setelah perkusi dada.4. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local,

menurunkan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

3 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan mucus pada saluran napas ditandai denganDS : - Klien mengatakan batuk berdahakDO :- Klien batuk berdahak

Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/jelas

-

1. Kaji/ pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ ekspirasi

2. Catat adanya derajat dyspnea, missal keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress

1. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada pasien cemas dan adanya proses infeksi akut.

2. Disfungsi pernapasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses kronik selain proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.

3. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi

Page 16: BRONKHITIS

- Peningkatan produksi sekret pernapasan.3. Dorong/bantu latihan

napas dalam.4. Kolaborasi dalam

pengobatan pernapasan missal IPPB, fisioterapi.

dan mengontrol dyspnea dan menurunkan jebakan udara.

4. Drainase postural dan perkusi penting untuk membuang banyaknya sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi.

4 Nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan asupan nutrisi

inadekuat ditandai dengan:

DS:

- Klien mengatakan tidak ada nafsu makan

DO:

- Mual

- Muntah

- Porsi makan tidak dihabiskan

Menunjukan

peningkatan berat

badan

1. Kaji kebiasaan diet,

masukan makanan saat

ini. Catat derajat

kesulitan makan.

Evaluasi berat badan

dan ukuran tubuh

2. Berikan perawatan

oral sering, buang

sekret, berikan wadah

khusus untuk sekali

pakai dan tisue.

3. Timbang berat badan

sesuai indikasi.

4. Kolaborasi dengan

1. Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena

dyspnea, aputum ban obat.

2. Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah

utama terhadap nafsu makan.

3. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan

evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

4. Meminimalkan pasien dalam penggunaan energy.

Page 17: BRONKHITIS

ahli gizi untuk

memberikan makanan

yang mudah dicerna.

5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

nutrisi kurang dari kebutuhan ditandai

dengan:

DS:

- Klien mengeluh malaise

- Klien mengatakan kelelahan bila

beraktifitas

- Klien mengatakan badan terasa lemah

DO:

- Klien memerlukan bantuan orang lain

untuk memenuhi kenutuhan aktifitas

sehari-hari.

Menunjukan

peningkatan toleransi

terhadap aktivitas

yang dapat diukur

dengan tidak adnya

dyspnea, kelemahan

berlebihan dan tanda

vital dalam rentang

normal

1. Evaluasi respons

pasien terhadap

aktivitas. Catat laporan

dispnea, peningkatan

kelemahan/ kelelahan

dan perubahan tanda

vital selama dan

setelah aktivitas.

2. Berikan lingkungan

tenang dan batasi

pengunjung selama

fase akut sesuai

indikasi. Dorong

penggunaan

1. Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

2. Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istrahat.

3. Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk

menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energy

untuk penyembuhan.

4. pasien mungkin nyaman dengan kepala tingg, tidur di

kursi atau merunduk ke depan meja atau bantal.

5. meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen

Page 18: BRONKHITIS

manajemen stres dan

pengalih yang tepat..

3. Jelaskan pentingnya

istirahat dalam rencana

pengobatan dan

perlunya

keseimbangan

aktivitas dan istirahat..

4. Bantu pasien memilih

posisi nyaman untuk

istirahat dan/atau tidur.

5. Bantu aktivitas

perawatan diri yang

diperlukan. Berikan

kemajuan peningkatan

aktivitas selama fase

penyembuhan.

Page 19: BRONKHITIS

.

6 Resiko infeksi berhubungan dengan

penumpukan mucus pada saluran napas

ditandai dengan:

DS:

-Rasa sakit dibawah sternum

DO:

- Suhu tubuh 40 C

- Batuk produktif dengan sputum purulent

- Nadi meningkat

Infeksi tidak terjadi 1. Awasi suhu klien

2. Observasi warna,

karakter dan bau

sputum

3. Tunjukkan dan bantu

pasien tentang

pembuangan tisu dan

sputum. Tekankan

cuci tangan yangbenar

dan penggunaan

sarung tangan bila

memegang/

membuang tisu, wadah

sputum

4. Dorong keseimbangan

antara aktivitas dan

1. demam dapat terjadi karena infeksi.

2. secret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan

adanya infeksi paru

3. mencegah penyebaran pathogen melalui cairan

4. menurunkan konsumsi/ kebutuhana oksigen dan

memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi.

5. dapat diberikan untuk organisme khusus yang

teridentifikasi dengan kultur dan sensivitas atau

diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi

Page 20: BRONKHITIS

istirahat

5. Berikan antimicrobial

sesuai indikasi

7 Cemas berhubungan dengan perubahan

status kesehatan ditandai dengan:

DS:

- Klien mengatakan cemas dengan keadaan

penyakitnya.

DO:

- Klien sering bertanya tentang

penyakitnya

Menunjukan rentang

perasaan yang tepat

dan penampilan

wajah tampak rileks.

1. Observasi tingkat

kecemasan melalui

kemampuan

memecahkan masalah,

memusatkan perhatian,

ketepatan berespon

terhadap situasi.

2. Bantu untuk

mengenali faktor

faktor penyebab cemas

dan upaya

mengatasinya.

3. Ciptakan lingkungan

tenang, aman, jauhkan

benda berbahaya.

1. mengidentifikasi seberapa parah tingkat kecemasan

pasien.

2. mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan

penghambat dalam proses penyembuhan.

3. membuat pasien dalam lingkungan nyaman dan aman.

4. menumbuhkan rasa percaya diri pasien.

5. Menumbuhkan rasa percaya diri dan menghindarkan

ketergantungan.

6. mendekatkan hubungan pasien dan perawat.

7. menumbuhkan rasa percaya klien terhadap perawat.

8. pasien mudah mengerti apa yang dibicarakan perawat

Page 21: BRONKHITIS

4. Beri dukungan setiap

melakukan aktivitas.

5. Beri kesempatan untuk

memilih mekanisme

koping yang efektif.

6. Bina hubungan saling

percaya, lakukan

kontak mata dan

kontak fisik.

7. Bicara dengan sikap

tegas, tenang dan

meyakinkan.

8. Gunakan kalimat

pendek dan sederhana.

terutama saat pasien cemas

8 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan tentang informasi mengenai penyakit dan pengobatan ditandai dengan:DS:

Klien menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan tindakan.

1. Intruksikan/ kuatkan

rasional untuk latiahan

napas, batuk efektif

dan latihan kondisi

1. napas bibir dan napas abdominal/ diafragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan memberikan individu arti untuk mengontol dyspnea.

2. menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut

Page 22: BRONKHITIS

- Klien mengatakan cemasDO:- Klien sering bertanya tentang penyakitnya

umum.

2. Tekankan pentingnya

perawatan oral/

kebersihan gigi.

3. Diskusikan pentingnya

menghindari orang

yang sedang infeksi

pernafasan aktif.

Tekankan perlunya

vaksinasi influenza/

pnemokokal rutin.

4. Berikan informasi

tentang pembatasan

aktivitas dan aktivitas

pilihan dengan periode

istirahat untuk

mencegah kelemahan.

dimana dapat menimbulkan infeksi saluran napas

atas.

3. menurunkan pemajanan dan insiden mendapatkan infeksi saluran napas.

4. mempunyai kemampuan ini dapat memampukan pasien untuk membuat pilihan/ keputusan informasi untuk menurunkan dispnea, memaksimalkan tingkat aktivitas, melakukan aktivitas yang diinginkan dan mencegah komplikasi.

Page 23: BRONKHITIS

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO DX KEP Hari/ Tgl Jam IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PARAF JAM EVALUASI PARAF

1 Senin 05 oktober

08.05

08.12

08.20

09.20

09.30

10.00

10. 30

1. Memberikan oksigen tambahan

2. Mengkaji frekuensi kedalaman

pernapasan

3. Mengkaji/ mengawasi warna

membrane mukosa

4. Mendorong pengeluaran sputum

melalui pengisapan

5. Mengawasi tingkat kesadaran/ status

mental

14.00

S : Pasien mengatakan sesak

berkurang

O: Pasien tampak lemas

A: Masalah sebagian teratasi

P : pertahankan intervensi

keperawatan

Page 24: BRONKHITIS

6. Mengevaluasi tingkat toleransi

aktifitas

2 Senin05 oktober

08.08

08.15

08.25

08.40

09.00

09.15

09.45

1. Memberikan pasien posisi yang

nyaman dengan peninggian kepala

tempat tidur

2. Mengauskultasi bunyi napas

3. memantau frekuensi pernafasan

4. Mencatat adanya/ derajat dispnea

5. Mengkolaborasi dengan dokter untuk

pemberian obat Bronkodilator,

analgesic dan antitusif sesuai indikasi

6. Membantu latihan napas dalam

14.00

S : Pasien Mengatakan sesak

berkurang

O: Frekuensi napas 22 kali/menit

A : Masalah sebagian teratasi

P : Pertahankan intervemsi

keperawatan

3 Senin 05 oktober

09.

50

09.55

10.10

1. Meningkatkan masukan cairan sampai

3000 ml/hari dengan Memberikan air

hangat

2. Mengobservasi karakteristik batuk dan

membantu tindakan untuk memperbaiki

keefektifan upaya batuk.

14.00

S : Pasien mengatakan Batuk

dan sesak berkurang

O : Batuk tampak berdahak dan

bunyi napas wheezing

A : Tujuan Belum tercapai

Page 25: BRONKHITIS

3. Melakukan kolaborasi dengan

fisioterapi.

P : Lanjutkan intervensi

4 Senin 05 oktober

08.00

09.10

09.25

19.40

13.00

13.00

13.00

13.20

1. Menimimbang berat badan

2. Mengauskultasi bunyi usus.

3. Mengkaji kebiasaan diet

4. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk

memberikan makanan yang mudah

dicerna.

5. Mendorong periode istirahat selama 1

jam sebelum dan sesudah makan.

Memberikan makan porsi kecil tapi

sering

6. Menghindari makanan penghasil gas dan

minuman karbonat.

7. Memberikan vitamin/mineral/elektrolit

sesuai indikasi

8. Memberikan perawatan oral

14.00 Jam 14.00S : Klien mengatakan tidak ada nafsu makanO : Porsi makan tidak dihabiskan

A : Tujuan beum tercapai

P : Lanjutkan intervensi, 3,4,6,7

5 Senin 05 oktober

08.30 1. Manunjukkan dan membantu pasien

tentang pembuangan tisu dan sputum

14.00

S : Klen mengatakan masih

Page 26: BRONKHITIS

08.35

08.37

08.50

08.52

09.05

13.10

2. Mengkaji pentingnya latihan napas,

batuk efektif, perubahan posisi sering

dan masukkan cairan adekuat

3. Mengobservasi warna, karakter dan bau

sputum

4. Menekankan cuci tangan yang benar

5. Mendorong keseimbangan antara

aktivitas dan istirahat

6. Mendiskusikan kebutuhan masukan

nutrisi adekuat

7. Memberikan antimicrobial sesuai

indikasi

batuk

O : Klien batuk berdahak

A : Tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

1,2,3,4,5,6,7

6 Senin 05 oktober

10.05

10.15

10.20

1. Mengobservasi tingkat kecemasan

melalui kemampuan memecahkan

masalah, memusatkan perhatian,

ketepatan berespon terhadap situasi.

2. Membina hubungan saling percaya,

melakukan kontak mata dan kontak fisik

3. membantu untuk mengenali faktor-

14.00

S : Klien mengatakan cemas

berkurang

O : Klien napak rileks

A : Tujuan sebagian tercapai

P : Lanjutkan intervensi

Page 27: BRONKHITIS

10.25

10.35

10.40

10.42

10.45

faktor penyebab cemas dan upaya

mengatasinya.

4. memberi kesempatan untuk memilih

mekanisme koping yang efektif.

5. memberi dukungan setiap melakukan

aktivitas.

6. berbicara dengan sikap tegas, tenang dan

meyakinkan.

7. menggunakan kalimat pendek dan

sederhana.

8. Menciptakan lingkungan tenang, aman.

1,2,3,4,5,6,7

7 Senin 05 oktober

11.00

11.05

11.10

11.15

1. Mengkaji efek bahaya rokok dan

nasehatkan menghentikan rokok pada

pasien dan/atau orang terdekat.

2. Menjelaskan/ menguatkan penjelasan

proses penyakit individu. Mendorong

pasien/ orang terdekat untuk

menanyakan pertanyaan.

3. Menginstruksikan/ Menguatkan rasional

14.00

S : Klien mengatakan cemas

berkurang

O : Klien sering bertanya

tentang penyakitnya

A : Tujuan Belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

Page 28: BRONKHITIS

11.20

11.25

11.30

untuk latiahan napas, batuk efektif dan

latihan kondisi umum

4. Menekankan pentingnya perawatan oral/

kebersihan gigi.

mendiskusikan pentingnya menghindari

orang yang sedang infeksi pernafasan

aktif. Menekankan perlunya vaksinasi

influenza/ pnemokokal rutin.

5. Mendiskusikan obat pernafasan, efek

samping dan reaksi yang tak diinginkan.

Mendiiskusikan faktor individu yang

menurunkan kondisi seperti udara terlalu

kering, 28eriod, lingkungan dengan suhu

ekstrem, serbuk, asap rokok, polusi

udara.

6. Mendiskusikan pentingnya mengikuti

perawatan 28erio, foto dada 28eriodic

dan kultur sputum.cara mengontrol

faktor ini dan sekitar rumah

1,2,3,4,5,6,7

Page 29: BRONKHITIS

7. Memberikan informasi tentang

pembatasan aktivitas dan aktivitas

pilihan dengan periode istirahat untuk

mencegah kelemahan.

Page 30: BRONKHITIS
Page 31: BRONKHITIS
Page 32: BRONKHITIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. [internet]. Hptt:/www.asuhankeperawatan.com.

Aljeir.2007. Asuhan Keperawatan dengan Infeksi dan Inflamasi Sistem Pernafasan.Jakarta : EGC.

Bataone, Marosa. 2002. Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Yayasan Panti Rapih.

Brunner & Suddarth, 1997, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, EGC,Jakarta

Doenges, Marilynn dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC