24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: pemeriksaan kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak, sistem motorik, sistem sensorik refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur). Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki. Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan

BU LALE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asuhan keperawatan kejang demam

Citation preview

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangDalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: pemeriksaan kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak, sistem motorik, sistem sensorik refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur). Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan.Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki. Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaan anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.Tidak jarang pula suatu penyakit mempunyai perjalanan tertentu. Oleh karena perjalanan penyakit sering mempunyai pola tertentu, maka dalam menegakkan diagnosis kita perlu menggali data perjalanan penyakit tersebut. Suatu kelainan fisik dapat disebabkan oleh bermacam penyakit. Dengan mengetahui perjalanan penyakit, kita dapat mendekati diagnosisnya, dan pemeriksaan laboratorium yang tidak perlu dapat dihindari. Untuk mendapatkan anamnesis yang baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar dan penuh perhatian, serta waktu yang cukup. Pengambilan anamnesis sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri, supaya tidak didengar orang lain.Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit pasien dan kondisi fisiknya. Otak dan medula spinalis tidak dapat dilihat, diiperkusi, dipalpasi ataupun diauskultasi seperti sistem lainnya dalam tubuh. Agar pemeriksaan neurologis dapat memberikan informasi yang akurat, maka perlu di usahakan kerja sama yang baik antara pemeriksa dan pasien dan pasien diminta untuk kooperatif (Brunner, 2001).

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana konsep dasar medis pada anak dengan kejang demam ?2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam?

C. Tujuan1. Mengetahui konsep dasar medis pada anak dengan kejang demam.2. Mengetahui apa saja yang perlu dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam.

BAB II PEMBAHASANI. KONSEP DASAR MEDISA. PENGERTIAN1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229)2. Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada saat seorang bayi atau anak mengalami demam tanpa infeksi sistem saraf pusat. Hal ini dapat terjadi pada 2-5 % populasi anak. Umumnya kejang demam ini terjadi pada usia 6 bulan 5 tahun dan jarang sekali terjadi untuk pertama kalinya pada usia 3 tahun. (Nurul Itqiyah, 2008)3. Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antarusia 6 bulan-4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam (A. Aziz Alimul Hidayat 2008 : 99)

B. ETIOLOGI1. Demam itu sendiri 2. Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.3. Efek produk toksik daripada mikroorganisme4. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.5. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.6. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

C. PATHWAY KEJANG DEMAM

Resiko kejang berulang

Pengobatan perawatan Kondisi, Prognosis lanjut dan diit

Kurang informasi, kondisi Prognosis/pengobatan dan perawatan

Kurang pengetahuan/Inefektif Penatalaksanaan kejang

D. PATOFISIOLOGIUntuk mempertahankan kelangsungan hidup sel/organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yaitu glukosa sifat proses ini adalah oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sestem kardiovaskuler.Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na - K Atp ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit atau keturunan.Pada demam, kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan kenaikan suhu 1o C akan mengakibatkan metabolisme basal 10 - 15 % dan kebutuhan O2 meningkat 20 %. Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa (hanya 15%) oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik. Ini demikian besarnya sehingga meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang tersebut neurotransmitter dan terjadi kejang.Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

E. MANIFESTASI KLINIS1. Suhu anak tinggi.2. Anak pucat / diam saja 3. Mata terbelalak ke atas disertai kekakuan dan kelemahan.4. Umumnya kejang demam berlangsung singkat.5. Gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekauan atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.6. Serangan tonik klonik ( dapat berhenti sendiri )7. Kejang dapat diikuti sementara berlangsung beberapa menit8. Seringkali kejang berhenti sendiri.

F. KLASIFIKASI1. Kejang parsial merupakan kejang dengan kesadaran utuh. Kejang parsial dibagi lagi menjadi parsial sederhana (kesadaran utuh) dan parsial kompleks (kesadaran berubah tetapi tidak hilang).a. Kejang parsial sederhana (kesadaran tetap), memiliki karakteristik: dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral), sensorik (merasakan, membaui, mendengar sesuatu yang abnormal), autonomic (takikardia, bradikardia, takipneu, kemerahan, rasa tidak enakdi epigastrium), psikik (disfagia, gangguan daya ingat); biasanya berlangsung kurang dari 1 menitb. Parsial kompleks (kesadaran terganggu),dimulai sebagai kejang parsial sederhana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang disertai oleh: gejala motorik, gejala sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, menarik-narik baju); beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi kejang generalisata; biasanya berlangsung 1-3 menit.c. Kejang parsial dengan generalisasi sekunder2. Kejang menyeluruh a. Hilang kesadaranb. Tonik-klonik menyeluruh, memiliki karakteristik : spasme tonik-klonik otot, inkontinensia urin dan alvi, menggigit lidah, fase pascaiktusc. Tonik, memiliki karakteristik: peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas, fleksi lengan, dan ekstensi tungkai; mata dan kepala berputar ke satu sisi; dapat menyebabkan henti nafasd. Klonik, memiliki karakteristik : gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple di lengan, tungkai, atau torsoe. Mioklonik, memiliki kerakteristik : kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai, cenderung singkatf. Atonik, memiliki karakteristik : hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh (drop attacks)g. Spasme infantile, biasanya mulai antara umur 4 dan 8 bulan dan ditandai dengan kontraksi leher simetris singkat pada leher, badan dan tungkai. Setidaknya ada 3 tipe infantile : fleksor, intensor, dan campuran3. Kejang tidak terklasifikasi

G. KOMPLIKASIKomplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :1. Kerusakan otakTerjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara irreversible.2. Retardasi mentalDapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus.

H. PENATALAKSANAAN1.Memberantas kejang Secepat mungkinDiberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.2.Pengobatan penunjangSebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjanga) Semua pakaian ketat dibukab) Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambungc) Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.d) Penghisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.3. Pengobatan di rumah Profilaksis intermitenUntuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.Profilaksis jangka panjangDiberikan pada keadaan a. Epilepsi yang diprovokasi oleh demamb. Kejang demam yang mempunyai ciri :1) Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali2) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap3) Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik4) Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan 4. Mencari dan mengobati penyebab

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.a. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.b. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT.c. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otakd. Uji laboratorium1) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler2) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit3) Panel elektrolit4) Skrining toksik dari serum dan urin5) GDA6) Kadar kalsium darah7) Kadar natrium darah8) Kadar magnesium darah

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAMA. Pengkajian1. Pengkajian umumPada Kejang demam paling penting peran perawat selama pasien kejang adalah observasi kejangnya dan gambarkan kejadiannya. Setiap episode kejang mempunyai karakteristik yang berbeda misal adanya halusinasi (aura ), motor efek seperti pergerakan bola mata , kontraksi otot lateral harus didokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai dan lamanya kejang. Sehingga pada pengkajian klien dengan kejang demam tergolong sakit berat pada pengkajian umum gawat darurat.2. Pengkajian kesadaranPada kasus kejang demam kesadaranya adalah antara Unrespon sebab klien tidak sadar terhadap penyakitnya.3. Pengelompokan triage kasus ini adalah emergensi karena dapat mengancam jiwa dan akan mati tanpa tindakan dalam 0 menit 4. Pengkajian PrimerPada kasus kejang demam yang biasanya dikaji adalah : A : Airway ( jalan nafas ) karena pada kasus kejang demam Inpuls-inpuls radang dihantarkan ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh Hipotalamus menginterpretasikan impuls menjadi demam Demam yang terlalu tinggi merangsang kerja syaraf jaringan otak secara berlebihan , sehingga jaringan otak tidak dapat lagi mengkoordinasi persyarafan-persyarafan pada anggota gerak tubuh. wajah yang membiru, lengan dan kakinya tesentak-sentak tak terkendali selama beberapa waktu. Gejala ini hanya berlangsung beberapa detik, tetapi akibat yang ditimbulkannya dapat membahayakan keselamatan anak balita. Akibat langsung yang timbul apabila terjadi kejang demam adalah gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol. Lidah dapat seketika tergigit, dan atau berbalik arah lalu menyumbat saluran pernapasan.Tindakan yang dilakukan : Semua pakaian ketat dibuka Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.Evaluasi : Inefektifan jalan nafas tidak terjadi Jalan nafas bersih dari sumbatan RR dalam batas normal Suara nafas vesikuler

B : Breathing (pola nafas) karena pada kejang yang berlangsung lama misalnya lebih 15 menit biasanya disertai apnea, Na meningkat, kebutuhan O2 dan energi meningkat untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis.Tindakan yang dilakukan : Mengatasi kejang secepat mungkinDiberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigenEvaluasi : RR dalam batas normal Tidak terjadi asfiksia Tidak terjadi hipoxia

C : Circulation karena gangguan peredaran darah mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsiTindakan yang dilakukan : Mengatasi kejang secepat mungkinDiberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :1. Semua pakaian ketat dibuka2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigenEvaluasi : Tidak terjadi gangguan peredaran darah Tidak terjadi hipoxia Tidak terjadi kejang RR dalam batas normal

5. Pengkajian Sekunder a. Pemeriksaan diagnostic Periksa darah / lab : Hb. Ht, Leukosit, Trombosit EEG Lumbal punksi CT-SCAN

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama kejang2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mucus, obstruksi lidah dan benda asing3. Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolisme4. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi

C. INTERVENSI1. Dx. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan aktivitas motorik dan hilangnya kesadaran selama kejangTujuan : Agar tidak terjadi cederaIntervensi a. Gali bersama-sama keluarga berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang.R/: Mengetahui dan dapat menanggulangi sedini mungkin komplikasi yang dapat terjadib. Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang terpasang dengan posisi tempat tidur rendahR/: mengurangi trauma saat kejang selama berada di tempat tidur.c. Gunakan termometer dengan bahan metal atau dapatkan suhu melalui lubang telinga jika perlu.R/: mengurangi resiko klien menggigit dan cedera mulut.d. Tinggallah bersama klien dan keluarga dalam waktu beberapa lama / setelah kejang.R/: Meningkatkan rasa aman keluarga, mengobservasi gejala lanjut.e. Masukkan jalan nafas buatan yang terbuat dari plastik. Miringkan kepala ke salah satu sisi dan lakukan suction pada jalan nafas sesuia indikasiR/: Memfasilitasi ekspansi dada maksimal, drainage sekret, dan memfasilitasi saat melakukan suctionf. Atur kepala, tempatkan di atas daerah yang empuk (lunak) atau bantu meletakkan pada lantai jika keluar dari tempat tidurR/: Menurunkan resiko cedera

2. Dx Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan penumpukan mucus, obstruksi lidah dan benda asingTujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas efektifKriteria hasil: sekresi mukus berkurang, tak kejang, gigi tak menggigit lidahIntervensi a. Bantu klien dalam mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu ketika terjadi kejang.R/ : Menurunkan resiko aspirasi/masuknya suatu benda asing ke faring.b. Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejangR/ : Meningkatkan aliran sekret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat nafasc. Tanggalkan pakaian yang ketat terutama pada leher, dada dan abdomenR/ : Memfasilitasi usaha bernafas/ekspansi dadad. Masukkan spatel lidah/jalan nafas buatan atau golongan benda lunak sesuai dengan indikasiR/ : Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan suctione. Lakukan penghisapan lendir sesuai indikasiR/ : Menurunkan resiko aspirasi/asfiksiaf. Kolaborasi pemberian oksigen/ventilasi manual sesuai kebutuhanR/ : Dapat menurunkan hipoksia cerebral sebagai akibat sifkologi yang menurun

2. Dx. Peningkatan suhu tubuh b/d status metabolismeTujuan : Suhu tubuh dalam batas normal, yang ditunjukkan dengan mendemontrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan, tidak mengalami komplikasiIntervensia. Pantau suhu tubuhR/: Suhu 38,9o-41,1o menunjukkan adanya proses infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis.b. Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan penggunaan seprai di tempat tidur sesuai indikasi.R/: Suhu ruangan / jumlah selimut harus dirubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.c. Berikan kompres hangat.R/: Membantu menurunkan demam dengan efek vasodilatasi air hangat melalui proses evaporase.d. Kolaborasi : Berikan antipiretik.R/: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentranya pada hipotalamus meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan autodekstruksi sel-sel yang terinfeksi.

3. Dx. Kurang pengetahuan behubungan dengan kurangnya informasi Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang gangguan berbagai rangsang yang dapat menyebabkan aktifitas kejangIntervensia. Jelaskan kembali mengenai patofisiologi / prognosis penyakit.R/: Memberikan kesempatan mengklarifikasi kesalahan persepsi dan keadaan penyakit yang ada sesuai dengan yang ditangani.b. Tinjau kembali obat-obat yang didapatR/: Tidak ada pemahaman terhadap obat-obatan yang dapat merupakan penyebab kecemasan keluarga.

D. EVALUASI1. Resiko tinggi cedera tidak terjadi2. Bersihan Jalan Nafas kembali efektif3. Kekurangan volume cairan tidak terjadi4. Keseimbangan kebutuhan cairan klien tercukupi.5. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi.