Upload
indra-siallagan
View
66
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
book about Indonesia tax facility
Citation preview
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
i
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
Edisi II - 2013
Assalamualaikum Wr. Wb.
Investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
dalam suksesnya pembangunan dan pemerataan ekonomi,
terlebih dalam menghadapi perkembangan ekonomi global.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, untuk menarik minat
para investor menanamkan modal di Indonesia, pemerintah
berupaya untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam
menciptakan, menjaga, dan meningkatkan iklim investasi atau
pro-investasi, di antaranya dengan memberikan kemudahan
perizinan, kepastian hukum, kelengkapan infrastruktur, serta
kebijakan fiskal.
Dalam bidang kebijakan fiskal, berbagai negara termasuk
Indonesia kini tengah berupaya untuk menciptakan sistem
perpajakan yang tidak hanya memberikan kemudahan (simplified
tax system), tetapi juga menyediakan fasilitas maupun tarif pajak
yang kompetitif bagi investor. Salah satu langkah nyata
pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak adalah
menyusun dan menetapkan berbagai kebijakan perpajakan yang
memberikan kemudahan yang dapat dinikmati berupa fasilitas
dan insentif Pajak Penghasilan yang tertuang dalam Undang-
Undang perpajakan beserta aturan pelaksanaannya.
Penyediaan fasilitas dan insentif Pajak Penghasilan
diharapkan dapat meningkatkan animo dan minat investor
sehingga berdampak positif terhadap kenaikan tingkat investasi,
yang tentunya akan memberikan berbagai efek multiplier
terhadap perekonomian nasional, serta lebih lanjut dapat
berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan internasional dalam
menjalin kerja sama ekonomi yang lebih kuat. Kondisi ini akan
menjadi faktor pendukung yang sangat berharga karena pada
dasarnya Indonesia telah memiliki modal dasar dalam
pengembangan investasi, yaitu comparative advantage berupa
melimpahnya sumber daya alam yang tersedia serta competitive
advantage berupa tersedianya sumber daya manusia yang tidak
hanya besar dari segi kuantitas, namun memiliki kualitas dan skill
yang dapat diandalkan.
Buku yang telah terbit dan kini berada di tangan Anda ini
merupakan penyempurnaan dari edisi sebelumnya. Salah satunya
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
ii
adalah ditambahkannya peraturan mengenai penyederhanaan
penghitungan PPh atas penghasilan usaha dengan peredaran
bruto tertentu serta pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Dengan
penyempurnaan tersebut, buku ini diharapkan dapat menjadi
panduan yang lengkap sekaligus memberikan bantuan dan
kemudahan bagi petugas pajak dalam menjalankan tugasnya
maupun Wajib Pajak, khususnya bagi para investor dan calon
investor sebagai wujud komitmen dari Direktorat Jenderal Pajak
dalam mendukung stabilitas dan pertumbuhan investasi di
Indonesia.
Sebagai penutup, saya panjatkan puji syukur atas
kemudahan yang diberikan oleh Tuhan YME serta ucapan terima
kasih dan apresiasi yang mendalam dan tulus kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini.
Semoga Tuhan YME senantiasa menguatkan semangat dan
kebersamaan kita dalam berkarya untuk membangun
perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Jakarta,
Direktur Jenderal Pajak
A. Fuad Rahmany
NIP 195411111981121001
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
iii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
Edisi II - 2013
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala
karunia dan kemudahan yang diberikanNya dalam proses
penyusunan hingga penyelesaian Buku Fasilitas dan Insentif Pajak
Penghasilan Indonesia Edisi Kedua.
Sejalan dengan perkembangan aktivitas ekonomi dan dunia
usaha, ketentuan dalam pemberian insentif dan fasilitas dalam
Pajak Penghasilan senantiasa diperbarui namun tetap mengacu
pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dengan
tetap mengedepankan prinsip perlakuan yang sama terhadap
Wajib Pajak. Upaya ini dimaksudkan untuk menciptakan
harmonisasi dan sinergi antara peraturan perpajakan dengan
perkembangan implementasi dalam dunia usaha.
Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia Edisi
Kedua ini, selain memuat pembaruan atas kebijakan-kebijakan
fiskal yang telah ada dalam edisi pertama, juga berisi beberapa
kebijakan fiskal terbaru mengenai fasilitas dan insentif di bidang
PPh, seperti penyederhanaan penghitungan PPh atas penghasilan
usaha dengan peredaran bruto tertentu, pengurangan angsuran
PPh Pasal 25.
Dalam usaha penyempurnaan informasi mengenai
ketentuan dalam fasilitas Pajak Penghasilan, buku ini-yang
merupakan penyempurnaan dari buku sebelumnya-tetap
dirancang dalam format penyajian yang sederhana, komunikatif
dan mudah dipahami tanpa mengurangi substansi informasi
sehingga diharapkan dapat menjadi panduan yang lebih lengkap
dan sistematis kepada pegawai Direktorat Jenderal Pajak dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, maupun sebagai referensi bagi
wajib pajak, khususnya para investor yang hendak berinvestasi di
Indonesia dengan segala kemudahannya.
Terakhir, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
dalam penyusunan buku ini, khususnya Direktur Jenderal Pajak
yang berkenan memberikan sekapur sirih serta usaha rekan-rekan
di Direktorat Peraturan Perpajakan II, khususnya Subdirektorat PPh
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
iv
Badan dalam menyusun dan menyelesaikan buku ini. Semoga
segala usaha dan kerja keras yang telah dilakukan dapat
memberikan kontribusi yang optimal untuk membangun Indonesia
yang lebih baik.
Jakarta,
Direktur Peraturan Perpajakan II
P. M. John L. Hutagaol
NIP 19651127 198910 1 001
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
v
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
Edisi I - 2012
Assalamualaikum Wr. Wb.
Banyak cara yang ditempuh suatu negara dalam menarik investasi
sebagai salah satu penggiat roda ekonomi. Kemudahan perizinan,
kepastian hukum, ketersediaan infrastruktur, dan kebijakan fiskal
sering menjadi faktor pertimbangan para investor sebelum
memutuskan investasi yang akan dilakukan.
Kebijakan fiskal yang ditransformasikan dalam seperangkat
peraturan perpajakan yang pro-investasi dapat menjadi salah satu
medium penarik investor. Hal ini disebabkan penarikan pajak yang
tinggi dan eksesif dapat mengurangi kemampuan ekonomis
investor bahkan membuat investor mencari alternatif negara lain
untuk berinvestasi, sehingga tidak memberikan efek multiplier bagi
perekonomian nasional.
Berkenaan dengan hal tersebut, Indonesia, seperti layaknya
negara lain, terus berusaha menjadikan tarif perpajakannya kian
menarik dan kompetitif. Hal ini telah diwujudkan salah satunya
melalui penurunan tarif Pajak Penghasilan Badan menjadi 25% dari
sebelumnya 28% sebagaimana yang diamanatkan Pasal 17 ayat
(2a) Undang-Undang PPh No 36 Tahun 2008.
Selain penurunan tarif pajak dalam ketentuan UU PPh, Indonesia
juga menawarkan berbagai fasilitas perpajakan antara lain
penurunan tarif bagi perusahaan terbuka, tax holiday, investment
allowance, dan fasilitas lainnya yang tersebar dalam Undang
Undang PPh maupun aturan pelaksanaannya.
Dengan berbagai paket fasilitas dan insentif perpajakan yang
ditawarkan, diharapkan geliat investasi di tanah air akan semakin
semarak. Hal ini juga mengingat berbagai fakta menggembirakan
seperti peningkatan credit rating Indonesia, performa bursa saham
yang cemerlang, serta Indonesia menjadi satu dari sedikit negara
yang pertumbuhan ekonominya tetap positif di tengah krisis
ekonomi dunia 2008.
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
vi
Terlepas dari berbagai fasilitas perpajakan dan kinerja yang diraih
Indonesia, karakteristik Indonesia yang unik turut menawarkan
berbagai advantage bagi dunia investasi dan
keberlangsungannya.
Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, diapit oleh dua benua, serta dianugerahi kekayaan sumber
daya alam yang melimpah, menawarkan comparative
advantage tersendiri. Potensi gas alam, panas bumi, dan sumber
energi terbarukan lainnya, serta perikanan, dan pariwisata,
merupakan sedikit dari banyak sektor yang dapat dipilih oleh
calon investor.
Dari segi competitive advantage, Indonesia, sebuah negara
berpenduduk 240 juta jiwa dengan pertumbuhan kelas menengah
yang signifikan, merupakan pasar yang sangat menjanjikan.
Kondisi sosio-demografis tersebut juga menawarkan ketersediaan
professional labour maupun skilled labour yang andal dan
berkesinambungan bagi investasi pada industri manufaktur
maupun berbasis high-technology.
Kini, buku di tangan Anda berusaha menyediakan informasi
mengenai berbagai insentif dan fasilitas di bidang Pajak
Penghasilan di Indonesia, yang diharapkan dapat membantu
Wajib Pajak, khususnya Anda para investor dan calon investor
yang hendak berinvestasi di Indonesia dengan segala
keuntungannya.
Pada akhirnya, terima kasih dan penghargaan yang tulus saya
sampaikan kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
penyusunan buku ini, serta agar tetap bersemangat dan
melanjutkan kerja kerasnya dalam berkarya untuk Republik
Indonesia yang kita cintai. Kepada Anda para Wajib Pajak dan
Investor, saya ucapkan terima kasih telah turut membangun
bangsa dan selamat berinvestasi di Indonesia.
Wassalamualaikum Wr. Wb. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.
Jakarta, Februari 2012
Direktur Jenderal Pajak
A. Fuad Rahmany
NIP 195411111981121001
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
vii
KATA PENGANTAR DIREKTUR PERATURAN PERPAJAKAN II
Buku Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
Edisi I - 2012
Insentif dan fasilitas perpajakan merupakan satu dari banyak
upaya yang ditawarkan banyak negara untuk menarik minat
investor terutama investasi yang memiliki efek multiplier yang
signifikan bagi perekonomian nasional. Investasi diharapkan dapat
membawa teknologi baru, menggerakkan sektor yang belum
terolah secara maksimal ataupun sektor dan daerah tertentu yang
menjadi prioritas nasional, membuka lapangan pekerjaan, dan
pada akhirnya turut menambah kontribusi dalam meningkatkan
pendapatan nasional dan kemandirian bangsa.
Insentif dan fasilitas seharusnya bersifat dinamis mengikuti
perkembangan ekonomi nasional, regional, maupun pengaruh
dari perekonomian global. Salah satu prinsip yang harus selalu
dianut dalam formulasi dan penerapan fasilitas dan insentif
perpajakan adalah perlakuan yang sama terhadap semua Wajib
Pajak atau terhadap kasus-kasus dalam bidang perpajakan yang
hakikatnya sama serta harus mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Namun demikian, selama ini harus diakui banyak investor yang
belum mengetahui berbagai fasilitas dan investasi perpajakan di
tanah air, mengingat peraturan terkait insentif dan fasilitas
perpajakan bersifat dinamis dan terus berkembang. Untuk itu, buku
yang ada dihadapan Saudara hadir sebagai salah satu langkah
dari usaha sinergis dan komprehensif Direktorat Jenderal Pajak di
dalam mengajak Wajib Pajak, investor, dan calon investor agar
dapat memahami dan pada akhirnya memanfaatkan fasilitas dan
insentif yang ada.
Buku ini juga dibuat dalam versi bahasa Inggris agar para calon
investor dari berbagai negara dapat mengetahui berbagai insentif
dan fasilitas pajak penghasilan di Indonesia yang sangat atraktif
dan kompetitif, sehingga diharapkan Indonesia menjadi salah satu
negara tujuan utama para investor global.
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
viii
Format buku ini dirancang secara sederhana, tanpa mengurangi
substansi informasi yang diperlukan dan diharapkan dapat
menjadi referensi yang mudah dipahami tentang berbagai fasilitas
dan insentif yang telah diformulasikan. Setiap bentuk insentif dan
fasilitas yang disajikan dalam buku ini menginformasikan latar
belakang, bentuk insentif dan fasilitas, persyaratan bagi Wajib
Pajak yang berhak memanfaatkan, serta prosedur untuk
memanfaatkan insentif dan fasilitas pajak penghasilan.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih pada jajaran
Direktorat Jenderal Pajak, khususnya Direktur Jenderal Pajak yang
telah berkenan memberi sepatah kata pada buku ini dan juga
penghargaan yang tulus bagi rekan-rekan di Direktorat Peraturan
Perpajakan II, khususnya Subdirektorat Peraturan PPh Badan yang
telah merealisasikan buku ini menjadi sebuah panduan sederhana
yang kiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. Semoga
upaya yang telah dilakukan ini dapat memberi kontribusi dalam
membawa Indonesia yang lebih baik.
Jakarta, Februari 2012
Direktur Peraturan Perpajakan II
A. Sjarifuddin Alsah
NIP 060044664
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
ix
DAFTAR ISI
NO. J U D U L HALAMAN
Sambutan Direktur Jenderal Pajak Edisi II i
Kata Pengantar Direktur Peraturan Perpajakan II
Edisi II iii
Sambutan Direktur Jenderal Pajak Edisi I v
Kata Pengantar Direktur Peraturan Perpajakan II
Edisi I vii
Daftar isi ix
A. PAJAK PENGHASILAN
A-1 Tax Holiday untuk Industri Pionir 1
A-2 Investment Allowance untuk Penanaman Modal
Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu 5
A-3 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 9
A-4 Fasilitas untuk Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan 10
A-5
Penyederhanaan Penghitungan Pajak Penghasilan
atas Penghasilan Usaha dengan Peredaran Bruto
Tertentu
13
A-6 Penurunan Tarif PPh bagi Perseroan Terbuka 15
A-7 Pengurangan 50% Tarif PPh bagi Wajib Pajak Badan 17
A-8 Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25
dalam Tahun Berjalan 19
A-9
Pengurangan PPh Pasal 25 dan/atau
Penundaan Pembayaran PPh Pasal 29
Bagi Wajib Pajak Industri Tertentu
21
A-10 Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang Dikecualikan
sebagai Objek PPh 24
A-11
Bantuan/Santunan yang Dibayarkan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Dikecualikan dari
Objek PPh
26
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
x
A-12 Zakat & Sumbangan Wajib Keagamaan
Dikecualikan dari Objek PPh 28
A-13 Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang
Dikecualikan dari Objek PPh 30
A-14 Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh 32
A-15 Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang
Dikecualikan dari Objek PPh 34
A-16 Keuntungan karena Pembebasan Utang Debitur Kecil
Dikecualikan dari Objek Pajak 37
A-17 Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya 39
A-18 Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata
Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
41
A-19 Zakat dan Sumbangan Wajib Keagamaan Lainnya
sebagai Pengurang Penghasilan Bruto 43
A-20 Sumbangan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto 46
A-21 Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat
Dibebankan sebagai Biaya 48
A-22 Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya 50
A-23 Fasilitas dalam Rangka Merger
atau Pemekaran Usaha 52
A-24 Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan
Angsuran Pembayarannya 54
A-25 Penangguhan Saat Mulai Penyusutan untuk Biaya
Perolehan Harta Berwujud Bidang Usaha Tertentu 57
A-26 Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan dari
Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau
Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu
59
A-27 Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit
Non-Performing oleh Bank 61
A-28 Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan 63
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
xi
Berupa Keuntungan karena Pembebasan Utang
yang Diperoleh Debitur Tertentu
A-29 Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk Subjek
PPh 65
A-30 Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah dan
Pinjaman Luar Negeri 68
A-31 Fasilitas PPh atas Sumbangan Bencana Alam Provinsi
NAD dan Sumut 70
A-32 Fasilitas PPh untuk Percepatan Penanganan Bencana
Alam di Provinsi NAD dan Kepulauan Nias, Provinsi
Sumatera Utara
73
A-33 Fasilitas PPh atas Bantuan Bencana Alam Gempa
Bumi di Provinsi DIY dan Sebagian Provinsi Jawa
Tengah serta Gempa Bumi dan Tsunami di Pesisir
Pantai Selatan Pulau Jawa
75
A-34 WP Tertentu Tidak Wajib Lapor SPT 77
A-35 Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 79
B. PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (ORANG PRIBADI)
B-1 PPh Pasal 21 yang Ditanggung Pemerintah bagi
Pejabat Negara, PNS, Anggota ABRI, dan Para
Pensiunan
81
B-2 Pengenaan PPh Pasal 21 dengan Tarif yang Lebih
Rendah dan Bersifat Final 83
B-3 PPh Pasal 21 Pegawai Harian, Mingguan, dan
Pegawai Tidak Tetap Lainnya 85
B-4 Kantor Perwakilan Negara Asing dan Organisasi
Internasional yang Tidak Berkewajiban Memotong
PPh Pasal 21/26
87
C. PAJAK PENGHASILAN PASAL 22/23/26
C-1 Pengecualian Pemungutan PPh Pasal 22 atas Impor
dan Kegiatan Lain 89
C-2 Pengecualian Pengenaan PPh Pasal 26 ayat (4)
(Branch Profit Tax) 94
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
xii
C-3 Pengecualian Pemotongan PPh atas Bunga Deposito
dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia 96
C-4 Pengecualian dari Pemotongan PPh Final atas Bunga
Obligasi 98
C-5 Pengecualian dari Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh oleh Pihak Lain 100
C-6 Pengecualian dari Pemotongan dan/atau
Pemungutan PPh bagi Wajib Pajak dengan
Peredaran Bruto Tertentu
102
DAFTAR SINGKATAN 107
DAFTAR PERATURAN 107
A. UNDANG-UNDANG (UU) 107
B. KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) 107
C. PERATURAN PEMERINTAH (PP) 109
D. KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
(KMK)/PERATURAN MENTERI KEUANGAN (PMK)
111
E. KEPUTUSAN/PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK 114
F. SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK (SE) 116
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
1
A-1. Tax Holiday untuk Industri Pionir
Penanaman modal mempunyai peran penting dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkelanjutan serta meningkatkan kapasitas dan kemampuan
teknologi nasional. Untuk mendorong investasi di Indonesia,
Pemerintah Indonesia melalui kebijakan fiskalnya memberikan
fasilitas di bidang perpajakan berupa tax holiday bagi industri
pionir yang diberikan lebih promotif dibandingkan dengan fasilitas
yang diberikan oleh negara lain.
Wajib Pajak (WP) badan baru atau yang berdiri paling lama
12 bulan sebelum 15 Agustus 2011, dengan syarat:
a. merupakan industri pionir, yaitu Industri logam dasar,
pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik
yang bersumber dari minyak bumi dan gas alam,
permesinan, sumberdaya terbarukan, dan/atau peralatan
komunikasi;
b. investasi minimal Rp1 Triliun;
c. menempatkan dana di perbankan Indonesia minimal 10%
dari total rencana investasi.
Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing
industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha
tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas
untuk industri pionir lainnya
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
2
- Permohonan WP kepada Menteri Perindustrian atau
Kepala BKPM untuk dilakukan penelitian mengenai:
a. ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;
b. penyerapan tenaga kerja domestik;
c. pemenuhan kriteria industri pionir;
d. rencana tahapan alih teknologi;
e. ketentuan tax sparing di negara domisili.
- Berdasarkan penelitian tersebut, permohonan WP akan
diteruskan kepada Menteri Keuangan.
- Apabila disetujui, Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pemberian fasilitas akan diterbitkan.
Prosedur
- Pembebasan PPh Badan (tax holiday) 5 s.d 10 Tahun, sejak
dimulainya produksi komersial.
- Pengurangan PPh Badan 50% selama 2 tahun setelah
periode tax holiday.
- Dengan mempertimbangkan kepentingan daya saing
industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha
tertentu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas
dengan jangka waktu lebih panjang.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
3
- WP wajib menyampaikan Laporan berkala kepada DJP
dan Komite Verifikasi mengenai:
a. penggunaan dana triwulanan dilampiri rekening koran;
dan
b. realisasi penanaman modal triwulanan (tidak wajib
audit) dan laporan tahunan yang diaudit.
- WP dapat memanfaatkan tax holiday apabila:
a. seluruh penanaman modal telah direalisasikan; dan
b. telah berproduksi secara komersial (SMB).
Untuk penetapan SMB, WP mengajukan permohonan ke
Dirjen Pajak, dengan melampirkan:
a. fotokopi akta pendirian;
b. fotokopi keputusan Menteri Keuangan mengenai
pemberian fasilitas tax holiday;
c. laporan keuangan 3 tahun terakhir yang telah diaudit;
d. surat kuasa khusus dalam hal permohonan
disampaikan oleh kuasa Wajib Pajak; dan
e. dokumen terkait transaksi penjualan hasil produksi
minimal terdiri dari faktur penjualan, faktur pajak, dan
bukti pengiriman barang.
Kewajiban WP
Pemanfaatan
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
4
- PP 94/2010
- PMK-130/PMK.011/2011
- PER-44/PJ/2011
- PER-45/PJ/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
5
A-2. Investment Allowance untuk Penanaman Modal
Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu
Dalam rangka lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung
guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk
pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan,
perlu diberikan insentif PPh bagi WP yang melakukan kegiatan
usaha di bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu.
- WP badan berbentuk PT atau koperasi yang melakukan
penanaman modal pada:
a. 52 bidang usaha pada Lampiran I atau;
b. 77 bidang usaha di daerah tertentu pada Lampiran II
dalam PP 52/2011
- WP sebagaimana dimaksud di atas termasuk WP yang
telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya
PP Nomor 52 Tahun 2011, dengan syarat:
a. rencana penanaman modal minimal Rp1 Triliun; dan
b. belum beroperasi secara komersial pada saat PP
52/2011 berlaku.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
6
- Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman Modal
yang dibebankan selama 6 tahun, masing-masing sebesar
5%;
- Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
- Tarif PPh 10% atas dividen kepada Subjek Pajak Luar
Negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan
- Kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:
a. penanaman modal di kawasan industri dan kawasan
berikat;
b. tenaga kerja Indonesia minimal 500 orang selama 5
tahun berturut-turut;
c. pengeluaran infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi
usaha minimal Rp10 miliar;
d. biaya litbang di dalam negeri untuk pengembangan
atau efisiensi produk minimal 5% dari investasi dalam
jangka waktu 5 tahun; dan/atau
e. menggunakan bahan baku dan/atau komponen hasil
produksi dalam negeri minimal 70% sejak tahun ke-4.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
7
- Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala
BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri
Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:
a. fotokopi NPWP;
b. fotokopi surat permohonan WP kepada Kepala BKPM;
c. Izin penanaman modal atau izin perluasan
penanaman modal yang diterbitkan oleh Kepala
BKPM atau instansi lain yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. rincian jenis dan nilai Penanaman Modal; dan
e. khusus bagi WP yang memiliki Izin Prinsip
(Baru/Perluasan) sebelum PP 52 Tahun 2011 berlaku
serta memiliki rencana penanaman modal lebih dari
Rp 1 triliun, harus melampirkan surat keterangan belum
beroperasi secara komersial yang diterbitkan oleh
Kepala BKPM.
- Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk
kemudian diterbitkan keputusan pemberian/penolakan
dalam waktu selambatnya 10 hari kerja setelah usulan
diterima.
Fasilitas dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan
rencana penanaman modal minimal 80%, kecuali bagi WP
yang telah mendapat fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau
PP 62/2008
Prosedur
Pemanfaatan
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
8
- Pasal 31A UU PPh
- PP 1/2007 s.t.d.t.d. PP 52/2011
- PMK-16/PMK.03/2007 s.t.d.d PMK-144/PMK.011/2012
- PER-67/PJ./2007 s.t.d.d PER-41/PJ./2013
- SE-16/PJ/2007
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
9
A-3. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Dalam rangka mempercepat pengembangan ekonomi di
wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan
ekonomi nasional, perlu diberikan insentif pajak guna mendukung
pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
- Fasilitas Pajak Penghasilan;
- Tambahan fasilitas PPh dapat diberikan sesuai karakteristik
Zona;
- Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa tidak
dipungut PPh impor.
Bentuk Fasilitas
- UU No. 39 Tahun 2009
- PP 2/2011
- PP 26/2012
- PP 29/2012
Referensi
WP yang melakukan kegiatan di Kawasan Ekonomi Khusus
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
10
A-4. Fasilitas untuk
Kegiatan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan
Dengan semakin berkurangnya cadangan energi yang berasal
dari fosil, maka diperlukan inovasi penggunaan energi terbarukan
untuk menjamin tersedianya pasokan energi yang berkelanjutan.
Indonesia sangat berpotensi untuk memanfaatkan energi
terbarukan seperti panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari,
aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu
lapisan laut. Oleh karena itu, insentif PPh diperlukan untuk
mendukung pemanfaatan sumber energi terbarukan yang
memerlukan investasi yang sarat teknologi serta memiliki risiko
yang tinggi.
WP yang melakukan kegiatan pemanfaatan Sumber Energi
Terbarukan
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
11
- Investment allowance 30% dari jumlah Penanaman
Modal, selama 6 tahun.
- penyusutan dan amortisasi yang dipercepat;
- tarif PPh 10% atas dividen kepada subjek pajak luar
negeri, atau tarif yang lebih rendah menurut P3B; dan
- kompensasi kerugian 5 s.d 10 tahun dengan ketentuan:
a. tambahan 1 tahun: penanaman modal di kawasan
industri dan kawasan berikat;
b. tambahan 1 tahun: tenaga kerja Indonesia minimal
500 orang selama 5 tahun berturut-turut;
c. tambahan 1 tahun: pengeluaran infrastruktur
ekonomi dan sosial di lokasi usaha minimal Rp10
Miliar;
d. tambahan 1 tahun: biaya litbang di dalam negeri
untuk pengembangan atau efisiensi produk minimal
5% dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun;
dan/atau
e. tambahan 1 tahun: menggunakan bahan baku
dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri
minimal 70% sejak tahun ke-4.
- Dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 Impor atas
impor barang berupa mesin dan peralatan, baik dalam
keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk
suku cadang.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
12
PMK-21/PMK.011/2010
Referensi
- Permohonan WP harus disampaikan kepada Kepala
BKPM, untuk kemudian diusulkan kepada Menteri
Keuangan melalui Dirjen Pajak dengan melampirkan:
a. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. izin prinsip penanaman modal baru atau perluasan,
termasuk rinciannya.
- Usulan yang diterima oleh Dirjen Pajak akan diteliti untuk
kemudian diterbitkan keputusan mengenai
pemberian/penolakan dalam waktu selambatnya 10 hari
kerja setelah usulan diterima.
- Fasilitas investment allowance dapat dimanfaatkan
setelah WP merealisasikan rencana penanaman modal
minimal 80%, kecuali bagi WP yang telah mendapat
fasilitas berdasarkan PP 1/2007 atau PP 62/2008.
- Fasilitas Pajak Penghasilan Pasal 22 Impor dimanfaatkan
secara otomatis tanpa menggunakan Surat Keterangan
Bebas (SKB).
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
13
A-5. Kemudahan Penghitungan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan Usaha dengan Peredaran Bruto Tertentu
Dalam rangka memberikan kemudahan bagi WP untuk
melakukan penghitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh-nya,
serta dengan mempertimbangkan perlunya kesederhanaan
dalam pemungutan pajak, maka bagi WP yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari usaha yang memiliki peredaran
bruto tertentu diberikan cara pengitungan PPh yang lebih
sederhana, yaitu PPh bersifat final sebesar 1% yang dihitung dari
peredaran usaha.
- WP OP atau badan tidak termasuk bentuk usaha tetap
(BUT);
- menerima penghasilan dari usaha (bagi WP OP tidak
termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas;
- memiliki peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8M dalam 1
Tahun Pajak;
- tidak termasuk WP OP yang dalam usahanya:
a. menggunakan sarana/prasarana yang dapat
dibongkar pasang, baik yang menetap/tidak menetap;
dan
b. menggunakan sebagian/seluruh tempat untuk
kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi
tempat usaha atau berjualan.
- tidak termasuk WP badan yang:
a. belum beroperasi secara komersial; atau
b. dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara
komersial, memperoleh peredaran bruto lebih dari
Rp4,8M.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
14
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- Pasal 4 ayat (2) huruf e dan Pasal 17 ayat (7) UU PPh
- PP 46/2013
- PMK-107/PMK.011/2013
Referensi
Penyederhanaan penghitungan PPh atas penghasilan
usaha, yaitu dengan dikenakan PPh bersifat final sebesar
1% dihitung dari peredaran usaha.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
15
Dalam rangka meningkatkan peranan pasar modal sebagai
sumber pembiayaan dunia usaha dan untuk mendorong
peningkatan jumlah perseroan terbuka serta peningkatan
kepemilikan publik pada perseroaan terbuka, diperlukan fasilitas
PPh bagi WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan
Terbuka.
WP badan dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka,
dengan syarat:
a. Minimal 40% dari keseluruhan saham disetor dan
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
b. Saham tersebut dimiliki paling sedikit oleh 300 pihak;
c. Masing-masing pihak hanya boleh memiliki saham kurang
dari 5% dari keseluruhan saham yang disetor; dan
d. Ketentuan tersebut harus dipenuhi dalam waktu minimal
6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak.
Yang Berhak
Penurunan tarif PPh sebesar 5% lebih rendah dari tarif
tertinggi PPh WP badan dalam negeri sebagaimana diatur
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh.
Bentuk Fasilitas
A-6. Penurunan Tarif PPh
bagi Perseroan Terbuka
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
16
- Pasal 17 ayat (2b) UU PPh
- PP 81/2007
- PMK-238/PMK.03/2008
- SE-42/PJ/2009
Referensi
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada
saat penyampaian SPT Tahunan PPh WP badan, yaitu
dengan:
a. Melampirkan surat keterangan dari Biro Administrasi Efek
berupa formulir X.H.1-6 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.H.1 untuk setiap
tahun pajak terkait;
b. Mencantumkan nama WP, NPWP, Tahun Pajak, serta
menyatakan bahwa ketentuan tersebut dipenuhi dalam
waktu paling singkat 6 bulan dalam jangka waktu 1 tahun
pajak.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
17
A-7. Pengurangan 50% Tarif PPh
bagi Wajib Pajak Badan
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang didukung
oleh pelaku usaha kecil dan menengah, diperlukan insentif PPh
berupa pengurangan tarif PPh kepada pelaku usaha dengan
skala usaha yang terbatas.
- WP badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai
dengan Rp50 Miliar.
- Peredaran bruto dalam hal ini, yaitu penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, meliputi:
a. Penghasilan yang dikenai PPh bersifat final;
b. Penghasilan yang dikenai PPh tidak bersifat final; dan
c. Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.
Yang Berhak
Pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif WP badan dalam
negeri yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari
bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4,8 Miliar.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
18
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh WP badan.
Dengan demikian, WP tidak perlu menyampaikan
permohonan fasilitas.
Prosedur
- Pasal 31E UU PPh
- SE-66/PJ/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
19
A-8. Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25
dalam Tahun Berjalan
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh WP untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak
Penghasilan yang terutang menurut SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
yang lalu dikurangi dengan kredit pajak PPh Pasal 21, 22, 23, dan
Pasal 24, dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam
bagian tahun pajak. Atas besarnya angsuran tersebut dapat
diberikan pengurangan apabila terjadi perubahan keadaan
usaha atau kegiatan WP.
Pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 dalam
tahun berjalan.
Bentuk Fasilitas
WP yang sesudah 3 (tiga) bulan atau lebih berjalannya
suatu tahun pajak, dapat menunjukkan Pajak Penghasilan
yang akan terutang untuk tahun Pajak tersebut kurang dari
75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang
terutang tahun sebelumnya yang menjadi dasar
perhitungan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
20
- Mengajukan permohonan pengurangan angsuran PPh
Pasal 25 apabila terjadi perubahan keadaan usaha atau
kegiatan WP kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar.
- Menyertakan penghitungan PPh yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan diterima
atau diperoleh dan besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-
bulan yang tersisa dalam Tahun Pajak berjalan.
Prosedur
- Pasal 25 UU PPh
- KEP-537/PJ./2000
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
21
A-9. Pengurangan PPh Pasal 25 dan/atau
Penundaan Pembayaran PPh Pasal 29
Bagi Wajib Pajak Industri Tertentu
Dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro dan mendorong
pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang realistis sehubungan
dengan terjadinya gejolak pada pasar keuangan dan nilai tukar
rupiah, dan untuk meningkatkan daya saing industri nasional baik
yang berorientasi domestik maupun ekspor, serta untuk
mendukung program pemerintah dalam upaya penciptaan dan
penyerapan lapangan kerja, perlu diberikan kebijakan Pajak
Penghasilan untuk meringankan dan menjaga likuiditas bagi WP
industri tertentu pada tahun pajak 2013.
- Pengurangan PPh Pasal 25 untuk Masa Pajak September
2013 s.d. Desember 2013, paling tinggi sebesar:
a. 25% dari PPh Pasal 25 Masa Pajak Agustus 2013, bagi WP
yang tidak berorientasi ekspor;
b. 50% dari PPh Pasal 25 Masa Pajak Agustus 2013, bagi WP
yang berorientasi ekspor;
- Penundaan pembayaran PPh Pasal 29 paling lama 3 bulan
dari saat terutangnya PPh Pasal 29.
Bentuk Fasilitas
WP yang melakukan kegiatan usaha pada bidang:
a. industri tekstil;
b. industri pakaian jadi;
c. industri alas kaki;
d. industri furnitur; dan/atau
e. industri mainan anak-anak,
yang mendapat rekomendasi dari Menteri Perindustrian.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
22
- Pengurangan PPh Pasal 25:
a. WP menyampaikan permohonan tertulis kepada
Kepala KPP tempat WP terdaftar paling lambat pada
akhir Masa Pajak dimulainya pengurangan PPh Pasal
25;
b. Permohonan dilampiri:
1) fotokopi surat rekomendasi Menteri Perindustrian;
2) fotokopi NPWP;
3) fotokopi SK pengurangan PPh Pasal 25 sesuai KEP-
537/PJ/2000 bagi WP yang pernah menerima
persetujuan pengurangan PPh Pasal 25 untuk
Tahun Pajak 2013;
c. Kepala KPP memberikan keputusan persetujuan
pengurangan PPh Pasal 25 paling lambat 5 hari kerja
sejak permohonan diterima lengkap.
- Penundaan pembayaran PPh Pasal 29:
a. WP menyampaikan permohonan tertulis kepada
Kepala KPP tempat WP terdaftar paling lambat 20 hari
kerja sebelum saat terutangnya PPh Pasal 29;
b. Permohonan dilampiri:
1) fotokopi surat rekomendasi Menteri Perindustrian;
2) fotokopi NPWP;
c. Kepala KPP memberikan keputusan pemberian
penundaan pembayaran PPh Pasal 29 paling lambat
5 hari kerja sejak permohonan diterima lengkap.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
23
- PMK-124/PMK.011/2013
- PerMenperin No. 43/M-IND/PER/8/2013
- PER-30/PJ/2013
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
24
A-10. Bantuan, Sumbangan, dan Hibah yang
Dikecualikan sebagai Objek PPh
Secara umum, bantuan, sumbangan, dan hibah dapat dianggap
sebagai penghasilan yang dikenakan pajak. Namun demikian,
dalam hal-hal tertentu hibah, bantuan, dan sumbangan
dikecualikan dari objek PPh agar selaras dengan norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
Pihak-pihak yang meliputi:
a. anggota keluarga, yaitu orang tua dan anak kandung;
b. badan keagamaan;
c. badan pendidikan;
d. badan sosial nirlaba tertentu; atau
e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil
dengan batasan tertentu,
yang menerima bantuan, sumbangan, dan hibah
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
25
Hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima
dikecualikan dari objek PPh.
Bentuk Fasilitas
- Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 4 UU PPh
- Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 UU PPh
- Pasal 8 PP 94/2010
- PMK-245/PMK.03/2008
Referensi
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
26
A-11. Bantuan/Santunan yang Dibayarkan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Dikecualikan dari Objek PPh
Untuk memberikan keringanan bagi WP yang tidak mampu atau
sedang mendapat bencana alam atau tertimpa musibah,
diperlukan fasilitas pajak penghasilan berupa pengecualian
bantuan atau santunan yang dibayarkan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial sebagai objek PPh.
WP yang menerima bantuan/santunan dari:
- Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK);
- Persero Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN);
- Persero Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ASABRI);
- Persero Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES); dan/atau
- badan hukum lainnya yang dibentuk untuk
menyelenggarakan Program Jaminan Sosial.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
27
- Pasal 4 ayat (3) huruf n UU PPh
- PMK-247/PMK.03/2008
Referensi
Bantuan/santunan yang diberikan kepada WP dan/atau
masyarakat yang:
a. hidup di bawah garis kemiskinan sesuai data dan
kriteria Biro Pusat Statistik;
b. sedang tertimpa bencana alam;
c. tertimpa kecelakaan yang tidak dapat diperkirakan
sebelumnya dan membahayakan atau mengancam
keselamatan jiwa
dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
28
A-12. Zakat & Sumbangan Wajib Keagamaan
Dikecualikan dari Objek PPh
Pada dasarnya, setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan WP yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun merupakan objek PPh.
Namun, untuk meningkatkan iman dan takwa para pemeluk
agama dan perlakuan yang sama (equal treatment) bagi setiap
pemeluk agama di Indonesia, zakat dan sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia, dikecualikan sebagai objek PPh.
Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
dalam bentuk uang atau barang yang diterima oleh pihak
penerima dikecualikan sebagai objek PPh.
Bentuk Fasilitas:
a. Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat
(LAZ) atau lembaga keagamaan yang dibentuk atau
disahkan Pemerintah;
b. penerima zakat atau sumbangan wajib keagamaan
yang berhak.
yang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan.
Yang Berhak:
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
29
a.
- Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1 UU PPh
- PP 18/2009
Referensi:
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur:
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
30
A-13. Sisa Lebih Badan/Lembaga Nirlaba yang
Dikecualikan dari Objek PPh
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan, penelitian, dan pengembangan, diperlukan sarana
dan prasarana yang memadai. Pemerintah mendukung program
tersebut, salah satunya melalui pemberian fasilitas perpajakan
berupa pengecualian sisa lebih yang diterima atau diperoleh
oleh badan/lembaga nirlaba sebagai objek PPh.
Badan/lembaga nirlaba bergerak di bidang pendidikan
dan/atau litbang terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang menanamkan kembali sisa lebihnya
dalam bentuk sarana dan prasarana, meliputi:
a. gedung dan prasarana pendidikan, litbang, termasuk
pembelian tanah;
b. sarana/prasarana kantor, lab, dan perpustakaan;
c. asrama mahasiswa, rumah dinas guru, dosen, atau
karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang
berada di lingkungan/lokasi lembaga pendidikan
formal.
Sisa lebih dalam konteks ini adalah selisih dari seluruh
penerimaan yang merupakan objek PPh selain
penghasilan yang dikenakan PPh tersendiri, dikurangi
dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
31
Sisa lebih yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana/prasarana dikecualikan dari objek PPh paling lama
4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih.
Bentuk Fasilitas
- WP menyampaikan pemberitahuan kepada Kepala KPP
tempat WP terdaftar mengenai:
a. rencana fisik sederhana, dan
b. rencana biaya pembangunan dan pengadaan.
- Pemberitahuan tersebut disampaikan:
a. pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
diperolehnya sisa lebih tersebut atau paling lama
sebelum pembangunan dan pengadaan sarana dan
prasarana dimulai, dalam jangka waktu 4 tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut;
b. dengan tindasan/carbon copy kepada instansi yang
membidanginya.
Prosedur
- Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh
- PMK-80/PMK.03/2009
- PER-44/PJ./2009
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
32
A-14. Beasiswa yang Dikecualikan dari Objek PPh
Untuk mengoptimalkan penggunaan dana beasiswa oleh
penerima yang menjalankan pendidikan formal dan/atau
pendidikan nonformal di dalam negeri dan/atau di luar negeri,
diperlukan insentif fiskal yang turut mendukung peningkatan
kualitas rakyat Indonesia dengan dikecualikannya beasiswa yang
memenuhi persyaratan tertentu dari objek PPh.
Warga Negara Indonesia yang menerima beasiswa dengan
syarat:
- untuk pendidikan formal dan/atau nonformal di dalam negeri dan/atau di luar negeri;
- tidak memiliki hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi, atau pengurus WP pemberi beasiswa;
- komponen beasiswa dalam hal ini adalah tuition fee, biaya ujian, biaya penelitian, biaya buku, dan/atau biaya hidup.
Yang Berhak
Beasiswa dikecualikan dari objek PPh
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
33
- Pasal 4 ayat (3) huruf l UU PPh
- PMK-246/PMK.03/2008 s.t.d.d. PMK-154/PMK.03/2009
-
Referensi
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
34
A-15. Penghasilan Tertentu Dana Pensiun yang
Dikecualikan dari Objek PPh
Penanaman modal oleh dana pensiun dimaksudkan untuk
pengembangan dan merupakan dana yang akan dibayarkan
kembali kepada peserta pensiun di kemudian hari, sehingga
penanaman modal tersebut perlu diarahkan pada bidang-
bidang yang tidak bersifat spekulatif atau yang beresiko tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, penghasilan dana pensiun dari bidang-
bidang tertentu dikecualikan dari objek PPh.
Dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri
Keuangan.
Yang Berhak
Pengecualian dari objek PPh atas penghasilan tertentu
dana pensiun sebagai berikut:
a. bunga, diskonto, imbalan dari deposito, sertifikat
deposito, dan tabungan, pada bank di Indonesia, serta
SBI;
b. bunga, diskonto, imbalan dari obligasi, obligasi syariah
(sukuk), Surat Berharga Syariah Negara, dan Surat
Perbendaharaan Negara, pada bursa efek di Indonesia;
atau
c. dividen dari saham pada PT yang tercatat pada bursa
efek Indonesia.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
35
- Untuk dikecualikan dari pemotongan PPh atas bunga
deposito dan tabungan serta diskonto SBI, WP harus
mengajukan permohonan SKB secara tertulis kepada
Kepala KPP tempat dana pensiun terdaftar sebagai WP
dengan dilampiri:
a. fotokopi KMK Pengesahan Pendirian Dana Pensiun;
b. fotokopi Neraca;
c. fotokopi Laporan Sisa Hasil Usaha (Laporan Laba Rugi);
d. fotokopi Laporan Arus Kas dan Bank;
e. fotokopi Laporan Investasi; dan
f. daftar sertifikat/bilyet/buku deposito, tabungan, dan SBI.
- Kepala KPP memberikan jawaban permohonan WP paling
lambat 7 hari kerja setelah permohonan WP; jika tidak,
permohonan WP dianggap diterima dan SKB diterbitkan 3
hari kerja berikutnya;
- Masa berlaku SKB meliputi periode 1 Januari s.d. 31
Desember. Dalam hal permohonan SKB diterima lengkap
oleh Kepala KPP setelah 1 Januari, SKB berlaku sejak
tanggal permohonan SKB diterima lengkap oleh Kepala
KPP s.d. 31 Desember.
- Dana pensiun yang memperoleh SKB wajib
menyampaikan laporan investasi setiap semester
selambat-lambatnya pada tanggal 31 Juli untuk semester
pertama dan tanggal 31 Januari untuk semester kedua.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
36
- Pasal 4 ayat (3) huruf h UU PPh
- KMK-51/KMK.04/2001
- PMK-234/PMK.03/2009
- PER-01/PJ/2013
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
37
A-16. Keuntungan karena Pembebasan Utang
Debitur Kecil Dikecualikan dari Objek Pajak
Secara umum, pembebasan utang merupakan penghasilan bagi
penerima utang dan merupakan biaya yang boleh dibebankan
bagi pemberi utang. Namun, untuk membantu meringankan
beban pajak pengusaha kecil yang kesulitan menyelesaikan
utang kreditnya, diberikan fasilitas PPh berupa pengecualian atas
penghasilan dari pembebasan utang debitur kecil sebagai objek
PPh.
- Debitur Kecil yang mempunyai utang usaha berjumlah
tidak lebih dari Rp350 Juta termasuk:
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);
b. Kredit Usaha Tani (KUT);
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS);
d. Kredit Usaha Kecil (KUK);
e. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan
BI dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
Yang Berhak
Keuntungan atas pembebasan utang Debitur Kecil
dikecualikan dari objek PPh
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
38
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan, untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- Pasal 4 ayat (1) UU PPh
- PP 130/2000
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
39
A-17. Pembentukan atau Pemupukan Dana Cadangan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya
sebagai Biaya
Secara umum, pembentukan dana cadangan tidak dapat
dibebankan sebagai biaya. Namun demikian, pembentukan
dana cadangan oleh WP tertentu dapat dibebankan sebagai
biaya dengan syarat-syarat tertentu.
- Bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahan anjak piutang;
- Badan usaha lain yang menyalurkan kredit, meliputi:
a) koperasi simpan pinjam;
b) PT Permodalan Nasional Madani (Persero);
c) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia;
d) perusahaan pembiayaan infrastruktur yang melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada
proyek infrastruktur; dan;
e) PT Perusahaan Pengelola Aset
- Asuransi dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
- Lembaga Penjamin Simpanan;
- WP pertambangan;
- WP di bidang usaha kehutanan; dan
- WP di bidang usaha pengolahan limbah industri.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
40
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan, untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh
dikurangkan sebagai biaya:
a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan
badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna
usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
b. cadangan premi untuk usaha asuransi;
c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin
Simpanan;
d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha
kehutanan; dan
f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan
limbah industri.
Bentuk Fasilitas
- Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh
- PMK-81/PMK.03/2009 s.t.d.d PMK-219/PMK.011/2012
- SE-97/PJ/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
41
A-18. Penghapusan Piutang yang Nyata-Nyata
Tidak Dapat Ditagih yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
Secara umum pengeluaran yang boleh dibebankan meliputi
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan (3M). Namun demikian, penghapusan piutang yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih juga dapat dibebankan secara
fiskal sepanjang memenuhi persyaratan tertentu.
WP yang melakukan sepanjang memenuhi persyaratan:
a. telah dibebankan dalam laporan rugi laba komersial;
b. menyerahkan daftar piutang tersebut kepada DJP; dan
c. telah menyerahkan perkara penagihannya kepada
Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
menangani piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang tersebut, atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau
adanya pengakuan debitur tentang penghapusan utang.
* Persyaratan pada huruf c tidak berlaku untuk penghapusan
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada
debitur kecil (jumlah piutang s.d. Rp100 Juta untuk kredit
Kukesra, KUT, KPRSS, KUK, KUR) atau debitur kecilnya (jumlah
piutang s.d. Rp5 Juta).
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
42
Bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan WP harus
menyampaikan:
- daftar piutang tersebut (hardcopy/softcopy) yang
mencantumkan identitas debitur berupa nama, NPWP,
alamat, dan jumlah piutang; dan
- fotokopi bukti penyerahan perkara penagihannya; atau
- fotokopi perjanjian penghapusan piutang yang telah
dilegalisasi oleh notaris; atau
- fotokopi bukti publikasi dalam penerbitan umum atau
penerbitan khusus; atau
- surat pengakuan dari debitur tentang penghapusan
utang.
Prosedur
Penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dapat dibebankan secara fiskal sepanjang memenuhi
persyaratan
Bentuk Fasilitas
- Pasal 6 ayat (1)huruf h UU PPh
- PMK-105/PMK.03/2009 s.t.d.d. PMK-57/PMK.03/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
43
A-19. Zakat dan Sumbangan Wajib Keagamaan
Lainnya sebagai Pengurang Penghasilan Bruto
Untuk mendorong masyarakat dalam menjalankan kewajiban
keagamaan berupa membayar zakat atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang
diakui di Indonesia serta untuk lebih meningkatkan akuntabilitas
dan transparansi penggunaannya, maka WP yang membayar
zakat atau sumbangan wajib keagamaan melalui BAZ atau LAZ
atau lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah, maka atas zakat atau sumbangan keagamaan
yang sifatnya wajib tersebut dikurangkan dari penghasilan bruto.
Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
berupa uang atau yang disetarakan dengan uang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Bentuk Fasilitas:
WP OP dan/atau WP Badan pemeluk agama yang diakui
di Indonesia yang membayarkan pada BAZ atau LAZ atau
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah.
Yang Berhak:
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
44
- Dilaporkan dalam SPT Tahunan dalam Tahun Pajak
dibayarkan zakat atau sumbangan wajib keagamaan,
dengan didukung bukti yang sah berupa lampiran
fotokopi bukti pembayaran yang:
1. Dapat berupa:
a. bukti pembayaran secara langsung atau melalui
transfer rekening bank, atau
b. pembayaran melalui Anjungan Tunai Mandiri
(ATM).
2. Paling sedikit memuat:
a. Nama lengkap WP dan NPWP pembayar;
b. Jumlah pembayaran;
c. Tanggal pembayaran;
d. Nama BAZ; LAZ; atau lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan Pemerintah; dan
e. Tanda tangan petugas BAZ; LAZ; atau lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan
Pemerintah di bukti pembayaran, apabila
pembayaran secara langsung; atau
f. Validasi petugas bank pada bukti pembayaran,
apabila pembayaran melalui transfer rekening
bank.
Prosedur:
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
45
- Pasal 9 ayat (1) huruf g UU PPh
- PP 60/2010
- PMK 254/PMK.03/2010
- PER-6/PJ/2011
- PER-33/PJ/2011 s.t.d.d. PER-15/PJ/2012
Referensi:
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
46
A-20. Sumbangan yang Dapat Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
Untuk meningkatkan peran serta WP dalam berkontribusi untuk
penanggulangan bencana nasional, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, pengembangan pendidikan,
pembinaan olahraga, dan turut serta membantu pemerintah
dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur sosial di
Indonesia, maka pengeluaran WP untuk kontribusi tersebut dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
WP yang memberikan:
a. sumbangan bencana nasional;
b. sumbangan untuk litbang di Indonesia;
c. sumbangan fasilitas pendidikan;
d. sumbangan pembinaan olahraga; dan
e. biaya pembangunan infrastruktur sosial
sepanjang memenuhi kriteria:
a. berdasarkan SPT PPh WP untuk Tahun Pajak sebelumnya
terdapat penghasilan neto fiskal;
b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak
menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan
diberikan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
47
WP wajib melampirkan bukti penerimaan sumbangan/biaya
sesuai dengan lampiran PMK-76/PMK.03/2011 pada SPT
Tahunan PPh di tahun pajak pemberian sumbangan/biaya.
Prosedur
Sumbangan/biaya berikut dapat dibebankan secara fiskal:
a. Sumbangan bencana nasional, kepada badan
penanggulangan bencana atau lembaga atau pihak
yang telah mendapat izin;
b. Sumbangan untuk litbang di Indonesia, kepada lembaga
penelitian dan pengembangan;
c. Sumbangan fasilitas pendidikan, kepada lembaga
pendidikan;
d. Sumbangan pembinaan olahraga, kepada lembaga
pembinaan olah raga;
e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial, dengan cara
membangun sarana dan prasarana untuk kepentingan
umum dan bersifat nirlaba,
sepanjang total sumbangan/biaya tersebut tidak melebihi 5%
dari penghasilan neto fiskal tahun sebelumnya.
Bentuk Fasilitas
- PP 93/2010
- PMK-76/PMK.03/2011
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
48
A-21. Pemberian Natura bagi Pegawai yang Dapat
Dibebankan sebagai Biaya
Secara umum, pemberian natura dan kenikmatan tidak dapat
dibebankan secara fiskal bagi pemberi kerja dan bukan
merupakan objek pajak bagi pegawai yang menerimanya.
Namun, dalam rangka mendukung pengembangan daerah
terpencil, program keselamatan kerja dan pelaksanaan kerja
pegawai, pemberian natura dan kenikmatan tertentu kepada
pegawai dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi
kerja.
Pemberian natura dan kenikmatan dalam bentuk:
a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
b. sarana dan prasarana berkenaan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang belum tersedia di daerah tertentu; dan
c. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam
perkerjaan
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dan bukan
merupakan objek pajak bagi karyawan
Bentuk Fasilitas
WP pemberi kerja yang memberikan natura dan kenikmatan
tertentu bagi pegawainya;
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
49
- Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa:
a. makanan dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
b. sarana keselamatan kerja atau yang diharuskan dalam
pekerjaan.
dapat dimanfaatkan dengan cara self-assessment pada
saat penyampaian SPT Tahunan PPh dan WP tidak perlu
menyampaikan permohonan fasilitas.
- Fasilitas terkait natura dan kenikmatan berupa sarana dan
prasarana berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
belum tersedia di daerah tertentu, WP harus mengajukan
permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah DJP yang
membawahi KPP tempat WP terdaftar untuk ditetapkan
sebagai WP di daerah tertentu, dengan mengisi formulir dan
melampirkan:
a. Fotokopi Surat Persetujuan penanaman modal dari BKPM;
b. Fotokopi peta lokasi;
c. Fotokopi laporan keuangan terakhir sebelum tahun
permohonan; dan
d. Pernyataan mengenai keadaan prasarana ekonomi dan
sarana transportasi umum dengan menggunakan
formulir yang telah disediakan.
Prosedur
- Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh
- PMK-83/PMK.03/2009
- PER-51/PJ/2009
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
50
A-22. Biaya Telepon Seluler dan Kendaraan Perusahaan
yang Boleh Dibebankan sebagai Biaya
Secara umum pengeluaran yang tidak digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan (3M) tidak
boleh dibebankan secara pajak. Pengeluaran tersebut termasuk
biaya-biaya guna keperluan pribadi yang tidak terkait dengan
3M. Namun demikian, mengingat dalam hal-hal tertentu
pemisahan antara biaya yang terkait dan tidak terkait dengan
3M sulit untuk dilakukan, maka perlu untuk memberikan
pengaturan atas pengeluaran tertentu antara lain atas biaya
pemakaian telepon seluler dan kendaraan perusahaan.
Wajib Pajak yang membebankan biaya telepon seluler dan
kendaraan perusahaan.
Yang Berhak
- Biaya terkait telepon seluler untuk pegawai tertentu:
a. Pembelian unit telepon seluler dapat dibebankan 50%
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok I;
b. biaya pulsa dan perbaikan telepon seluler dapat
dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
51
- PMK-96/PMK.03/2009
- KEP-220/PJ./2002
- SE-09/PJ.42/2002
Referensi
- Biaya Kendaraan Perusahaan berupa:
a. bus, minibus/sejenis untuk antar-jemput para pegawai:
perolehan/perbaikan besar dapat dibebankan
seluruhnya melalui penyusutan kelompok II;
biaya pemeliharaan/perbaikan rutin dapat
dibebankan seluruhnya di tahun pajak bersangkutan.
b. sedan/sejenis untuk pegawai tertentu:
perolehan/ perbaikan besar dapat dibebankan
sebesar 50% melalui penyusutan kelompok II;
biaya pemeliharaan/perbaikan rutin
dapat dibebankan 50% di tahun pajak bersangkutan.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
52
A-23. Fasilitas dalam Rangka Merger
atau Pemekaran Usaha
Dalam rangka menyelaraskan kebijakan perpajakan dengan
kebijakan di bidang sosial, ekonomi, investasi, moneter, dan
kebijakan lainnya, Pemerintah memperbolehkan WP
menggunakan nilai buku pada saat pengalihan harta dalam
rangka merger atau pemekaran usaha dengan persyaratan
tertentu.
- WP yang melakukan pengalihan harta dalam rangka
merger atau pemekaran usaha.
- Merger yang diperbolehkan dalam hal ini meliputi:
a. penggabungan usaha dengan syarat salah satu badan
usaha tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai
sisa kerugian yang lebih kecil;
b. peleburan usaha dua atau lebih WP badan dengan
cara mendirikan badan usaha baru;
- Pemekaran usaha yang diperbolehkan dalam hal ini
meliputi pemekaran usaha oleh:
a. WP belum Go Public yang akan melakukan penawaran
umum perdana (Initial Public Offering); atau
b. WP Go Public sepanjang seluruh badan usaha hasil
pemekaran melakukan penawaran umum perdana.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
53
- Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan melampirkan alasan dan tujuan melakukan
merger dan pemekaran usaha paling lama 6 (enam)
bulan setelah tanggal efektif merger/pemekaran usaha;
- Melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha yang
terkait; dan
- Memenuhi persyaratan tujuan bisnis (business purpose
test).
- Melampirkan Laporan Keuangan dari Wajib Pajak yang
mengalihkan harta dan Laporan Keuangan dari Wajib
Pajak yang menerima harta khususnya untuk tahun pajak
dilakukannya pengalihan harta yang diaudit oleh akuntan
publik.
Prosedur
WP yang melakukan merger atau spin-off tersebut
diperbolehkan untuk menggunakan nilai buku pada saat
pengalihan harta.
Bentuk Fasilitas
- Pasal 10 ayat (3) UU PPh
- PMK-43/PMK.03/2008
- PER-28/PJ/2008
- SE-45/PJ/2008
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
54
A-24. Fasilitas PPh atas Revaluasi Aktiva Tetap dan
Angsuran Pembayarannya
Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan
kebijakan di bidang moneter dapat menyebabkan
kekurangserasian antara biaya dan penghasilan, yang dapat
mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar.
Dalam keadaan demikian, WP badan dalam negeri dan BUT
tertentu dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan untuk tujuan perpajakan dan pembayaran atas PPh
yang timbul dapat dilakukan dengan cara diangsur selama 12
(dua belas) bulan.
Selisih lebih revaluasi aktiva tetap di atas nilai sisa buku fiskal
dikenakan PPh Final 10% dan pembayarannya dapat diangsur
paling lama 12 bulan.
Bentuk Fasilitas
WP Badan dalam negeri dan BUT dapat melakukan
penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap dengan syarat:
c. telah memenuhi semua kewajiban pajaknya s.d. masa
pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi;
d. tidak termasuk WP dengan izin pembukuan dalam bahasa
Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
55
- Untuk dapat melakukan revaluasi aktiva tetap, WP harus
mengajukan permohonan kepada DJP melalui Kepala
Kantor Wilayah DJP dengan mengisi formulir dan
melampirkan:
a. Fotokopi surat izin usaha jasa penilai atau ahli penilai
yang dilegalisir;
b. Laporan Penilaian oleh Perusahaan Jasa Penilai;
c. Daftar revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan;
d. Laporan Keuangan tahun buku terakhir sebelum
revaluasi aktiva tetap.
- Ketentuan revaluasi aktiva tetap untuk tujuan perpajakan
adalah sebagai berikut:
a. Revaluasi dilakukan terhadap seluruh aktiva berwujud
termasuk tanah atau tidak termasuk tanah;
b. Revaluasi tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat
5 tahun sejak revaluasi terakhir;
c. Revaluasi didasarkan pada nilai pasar atau nilai wajar
aktiva tetap dengan penilaian (appraisal) oleh jasa
penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari
pemerintah;
d. Revaluasi dilakukan selambatnya 1 tahun setelah
appraisal.
Prosedur
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
56
- Pasal 19 UU PPh
- PMK-79/PMK.03/2008
- PER-12/PJ./2009
Referensi
- Untuk dapat mengangsur PPh final 10% atas selisih lebih
revaluasi aktiva tetap, WP mengajukan permohonan
angsuran kepada Kepala Kantor Wilayah DJP bersamaan
dengan permohonan revaluasi aktiva tetap.
- Permohonan angsuran disampaikan sesuai dengan
formulir dan melampirkan proyeksi arus kas yang
menunjukkan bahwa kondisi keuangan WP tidak
memungkinkan untuk melunasi sekaligus PPh Final 10%.
Prosedur (lanjutan)
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
57
A-25. Penangguhan Saat Mulai Penyusutan untuk Biaya
Perolehan Harta Berwujud Bidang Usaha Tertentu
Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang
usaha tertentu, seperti perkebunan tanaman keras, kehutanan,
dan peternakan, perlu diberikan pengaturan tersendiri untuk
penyusutan harta berwujud yang digunakan dalam bidang-
bidang usaha tertentu tersebut.
Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang usaha tertentu,
yaitu
a. Bidang usaha perkebunan tanaman keras;
b. Bidang usaha kehutanan; dan
c. Bidang usaha peternakan;
yang tanaman/ternaknya dapat berproduksi berkali-kali
dan baru menghasilkan setelah ditanam/dipelihara lebih
dari satu tahun.
Yang Berhak
- Penangguhan saat mulai penyusutan untuk biaya
perolehan harta berwujud bidang usaha tertentu;
- Penyusutan harta berwujud bidang usaha tertentu dimulai
pada bulan produksi komersial;
- Bulan produksi komersial adalah bulan dimana penjualan
mulai dilakukan;
- Harta berwujud yang saat penyusutannya ditangguhkan
yaitu aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan serta
merupakan komoditas pokok dalam bidang usaha tertentu;
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
58
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- Pasal 11 ayat (7) UU PPh
- PMK-249/PMK.03/2008 s.t.d.d. PMK-126/PMK.011/2012
Referensi
- Biaya perolehan yang saat penyusutannya ditangguhkan,
termasuk biaya pembelian bibit, biaya untuk membesarkan
dan memelihara bibit, namun tidak termasuk biaya tenaga
kerja;
- Kelompok penyusutan harta berwujud bidang usaha
tertentu;
a. Bidang usaha perkebunan tanaman keras, Kelompok 4
(20 tahun);
b. Bidang usaha kehutanan, Kelompok 4 (20 tahun);
c. Bidang usaha peternakan, Kelompok 2 (8 tahun).
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
59
A-26. Fasilitas PPh Berupa Saat Pengakuan Penghasilan
dari Pengalihan Harta/Agunan berupa Tanah dan/atau
Bangunan bagi Wajib Pajak Tertentu
Dalam rangka menunjang kelancaran proses restrukturisasi
perusahaan maupun penyelesaian kredit perbankan terkait imbas
krisis moneter 1998, perlu diberikan kemudahan berupa
penundaan saat pengakuan penghasilan atas pengalihan
agunan berupa tanah dan/atau bangunan milik WP tertentu
yang dilakukan oleh Bank Umum yang melaksanakan
restrukturisasi sesuai program Pemerintah sampai dengan pihak
Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada pembeli yang
sebenarnya.
- Bank Dalam Penyehatan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN);
- Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam Penyehatan;
- Debitur yang langsung atau tidak langsung mempunyai
kewajiban pembayaran kepada Bank Dalam Penyehatan,
BPPN, dan atau Perusahaan Terafiliasi Bank Dalam
Penyehatan atau BPPN, termasuk Bank yang mempunyai
kewajiban kepada Bank Indonesia dalam kaitan dengan
Fasilitas Bank Indonesia;
- Pemegang Saham, Direktur, atau Komisaris Bank Dalam
Penyehatan;
- Debitur/Pemilik Agunan pada Bank Umum; yang
diambilalih harta/agunannya dalam rangka melaksanakan
restrukturisasi perusahaan.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
60
Penundaan pengakuan penghasilan atas pengalihan:
- harta berupa tanah dan atau bangunan milik WP tertentu
yang dilakukan oleh BPPN sampai pihak BPPN mengalihkan
harta tersebut kepada pembeli yang sebenarnya;
- agunan berupa tanah dan atau bangunan milik WP
tertentu yang dilakukan oleh Bank Umum sampai dengan
pihak Bank Umum mengalihkan agunan tersebut kepada
pembeli yang sebenarnya.
Bentuk Fasilitas
WP Tertentu tersebut ditetapkan dalam PP Nomor 17 Tahun
1999 tentang BPPN dan Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perbankan.
Yang Berhak (lanjutan)
Fasilitas ini dimanfaatkan dengan cara self-assessment
tanpa perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
Prosedur
- KEP-141/PJ/1999
- SE-27/PJ.42/1999
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
61
A-27. Fasilitas PPh atas Penghasilan Bunga Kredit
Non-Performing oleh Bank
Perlakuan pajak atas penghasilan bank berupa bunga kredit non-
performing diatur khusus dalam rangka menunjang percepatan
proses restrukturisasi perbankan sesuai dengan kebijaksanaan
Pemerintah dan adanya perubahan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 31 tentang Akuntansi
Perbankan (revisi tahun 2000). Oleh karena itu, DJP menetapkan
saat pengakuan penghasilan bagi WP bank berupa penghasilan
bunga non-performing loan, yaitu pada saat penghasilan bunga
tersebut diterima.
Wajib Pajak Bank
- Penghasilan bank berupa bunga kredit non-performing
diakui pada saat penghasilan bunga tersebut diterima
oleh bank (cash basis).
- Dalam hal bank membukukan penerimaan bunga kredit
non-performing sebagai pengurang pokok kredit, saat
pengakuan penghasilan ditunda hingga saat diterimanya
penghasilan bunga setelah pelunasan pokok kredit.
Bentuk Fasilitas
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
62
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment
pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh badan
dengan melampirkan formulir daftar debitur yang
kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan
macet yang memuat:
a. Nomor urut;
b. Nama debitur;
c. NPWP;
d. Jumlah kredit non-performing loan yang digolongkan
kurang lancar, diragukan, dan macet;
e. Jumlah bunga accrual yang belum diakui sebagai
penghasilan dalam laporan keuangan.
Prosedur
- KEP-184/PJ./2002
- SE-08/PJ.42/2002
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
63
A-28. Fasilitas PPh Terkait Saat Pengakuan Penghasilan
Berupa Keuntungan karena Pembebasan Utang
yang Diperoleh Debitur Tertentu
Dalam rangka menyelaraskan kebijakan ekonomi dan kebijakan
perpajakan akibat krisis moneter tahun 2008, Pemerintah
memberikan fasilitas perpajakan terkait pengalokasian
pengakuan penghasilan atas keuntungan pembebasan utang
usaha bagi Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian
restrukturisasi utang usaha dengan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) sesuai dengan Kebijaksanaan Pemerintah dalam
jangka waktu paling lama 5 tahun
Saat pengakuan penghasilan atas keuntungan karena
pembebasan utang dapat dialokasikan dalam jangka
waktu paling lama 5 tahun, yaitu dalam jumlah bagian yang
sama besarnya setiap tahun dan dimulai dari tahun pajak
saat diperolehnya pembebasan utang.
Bentuk Fasilitas
Debitur WP dalam negeri yang melakukan perjanjian
restrukturisasi utang usaha dengan BPPN sesuai dengan
Kebijakan Pemerintah.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
64
- Mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala KPP
tempat debitur terdaftar sebagai Wajib Pajak;
- Permohonan diajukan paling lambat sebelum batas
waktu penyampaian SPT Tahunan tahun pajak
diperolehnya penghasilan tersebut, dengan dilampiri
fotokopi perjanjian restrukturisasi utang usaha yang
dilegalisasi oleh BPPN.
Prosedur
- KEP-563/PJ./2001
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
65
A-29. Organisasi Internasional yang Tidak Termasuk
Subjek PPh
Peran organisasi internasional sebagai salah satu mitra
Pemerintah dalam menjalankan pembangunan di berbagai
bidang semakin penting seiring dengan perkembangan
globalisasi. Untuk memfasilitasi peran positif organisasi
internasional tersebut di Indonesia dan sesuai kelaziman
internasional, Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh mengatur bahwa
organisasi-organisasi internasional dan pejabat-pejabat
perwakilan organisasi internasional tidak termasuk sebagai Subjek
PPh.
- Organisasi internasional apabila memenuhi syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain
pemberian pinjaman kepada Pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota.
- Organisasi internasional yang berbentuk kerjasama teknik
dan atau kebudayaan apabila memenuhi syarat:
a. kerjasama teknik tersebut memberi manfaat pada
Negara/Pemerintah Indonesia;
b. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
66
Untuk dapat ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan sebagai organisasi internasional yang tidak
termasuk subjek pajak PPh, organisasi internasional
tersebut harus mendapatkan rekomendasi dari Sekretariat
Negara dan memenuhi proses pendaftaran organisasi
internasional di Indonesia sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, antara lain
sebagaimana diatur dalam UU Nomor 37 Tahun 1999
tentang Hubungan Luar Negeri.
Prosedur
Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi
persyaratan tidak termasuk Subjek PPh.
Bentuk Fasilitas
- Pejabat-pejabat perwakilan dari organisasi internasional
apabila memenuhi syarat:
a. bukan Warga Negara Indonesia; dan
b. tidak menjalankan usaha/kegiatan/pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
* Organisasi-organisasi internasional yang telah memenuhi
persyaratan harus ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan
Yang Berhak (lanjutan)
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
67
- Pasal 3 ayat (1) huruf c UU PPh
- UU Nomor 37 Tahun 1999
- PMK-215/PMK.03/2008 s.t.d.t.d. PMK-142/PMK.03/2010
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
68
A-30. Fasilitas PPh Ditanggung Pemerintah atas Hibah
dan Pinjaman Luar Negeri
Bahwa dalam rangka pembangunan nasional dan pemulihan
kegiatan ekonomi serta kelangsungan pembiayaan proyek-
proyek pembangunan yang belum sepenuhnya dapat dibiayai
dari penerimaan dalam negeri, maka peranan dana bantuan
luar negeri baik berupa pinjaman luar negeri maupun hibah
masih diperlukan. Untuk itu, masih perlu diberikan pemberian
fasilitas berupa pajak penghasilan ditanggung oleh pemerintah
atas hibah atau dana pinjaman luar negeri. Namun demikian,
fasilitas hanya bersifat sementara dan akan dipertimbangkan
kembali sesuai dengan kemampuan pembiayaan dari sumber
dalam negeri dan perkembangan sosial ekonomi nasional.
Kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier) utama yang
berdasarkan kontrak melaksanakan proyek-proyek
Pemerintah yang dibiayai dengan dana hibah dan atau
dana pinjaman luar negeri, termasuk tenaga ahli dan
tenaga pelatih yang dibiayai dengan hibah luar negeri.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
69
PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh kontraktor, konsultan, dan pemasok (supplier)
utama dari pekerjaan yang dilakukan dalam rangka
pelaksanaan proyek-proyek Pemerintah yang dibiayai
dengan dana hibah dan atau dana pinjaman luar negeri,
ditanggung oleh Pemerintah.
Fasilitas ini dilaksanakan dengan cara self-assessment pada
saat penyampaian SPT PPh. Dengan demikian, WP tidak
perlu menyampaikan permohonan untuk dapat
memperoleh fasilitas tersebut.
- PP 42/1995 s.t.d.t.d. PP 25/2001
- KMK-239/KMK.01/1996 s.t.d.t.d. KMK-486/KMK.04/2000
- KEP-526/PJ./2000
- SE-05/PJ.42/2001
Bentuk Fasilitas
Prosedur
Referensi
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
70
A-31. Fasilitas PPh atas Sumbangan
Bencana Alam Provinsi NAD dan Sumut
Salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi bencana
alam tsunami dan gempa bumi di Nangroe Aceh Darussalam
(NAD) dan Sumatera Utara (Sumut) pada Desember 2004 yaitu
dengan mendorong peran serta WP melalui pemberian insentif
fiskal berupa pajak yang ditanggung Pemerintah dan
diperbolehkannya pembebanan secara fiskal atas bantuan dan
sumbangan yang diberikan untuk para korban bencana. Insentif
tersebut diharapkan dapat menggiatkan para WP untuk menjadi
donatur serta meringankan para korban yang terkena musibah.
WP yang memberikan sumbangan bencana alam di Provinsi
NAD dan Sumut, yang terdiri dari:
- WP badan yang penghasilannya tidak dikenakan PPh final;
dan
- WP OP yang melakukan usaha atau pekerjaan bebas,
namun tidak termasuk WP OP yang penghasilannya
dikenakan PPh Final atau dihitung dengan norma
penghitungan penghasilan neto.
Yang Berhak
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
71
- Fasilitas sumbangan yang dapat dibiayakan ini dapat
dimanfaatkan secara self-assesment melalui penyampaian
SPT PPh tahun pajak yang bersangkutan sepanjang
memenuhi persyaratan:
a. Sumbangan dicatat sebagai Sumbangan Bencana Alam di Provinsi NAD dan Sumatra Utara;
b. Sumbangan harus didukung oleh bukti-bukti yang sah
dan dapat diuji kebenarannya; dan
c. Sumbangan harus ditampung, disalurkan, dan/atau
dikelola oleh:
instansi pemerintah antara lain Kantor Wakil Presiden,
Kantor Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan,
dan Kementerian Keuangan
pihak-pihak lain, termasuk PMI, media massa cetak
dan elektronik dan organisasi sosial dan/atau
keagamaan;
- Instansi pemerintah atau pihak-pihak lain sebagai
penampung, penyalur, dan/atau pengelola sumbangan
harus mendaftarkan diri dan menyampaikan laporan ke
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Prosedur
Sumbangan bencana alam di Provinsi NAD dan Sumut
dapat dibiayakan secara fiskal dan PPh atas sumbangan
tersebut ditanggung oleh Pemerintah.
Bentuk Fasilitas
Fasilitas dan Insentif Pajak Penghasilan Indonesia
72
- PMK-609/PMK.03/2004
- PMK-14/PMK.03/2005
Referensi