100
MEMAHAMI AJARAN MARXISME – KOMUNISME – ATHEISME Dalam Perbandingan dengan Ideologi Kapitalisme-Liberalisme dan Ideologi Pancasila disusun oleh : Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Buku Komunisme Final New

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku Komunisme Final New

MEMAHAMI AJARANMARXISME – KOMUNISME – ATHEISME

Dalam Perbandingan denganIdeologi Kapitalisme-Liberalisme dan Ideologi Pancasila

disusun oleh :Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH

LABORATORIUM PANCASILAUNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

2008

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 2: Buku Komunisme Final New

MEMAHAMI AJARANMARXISME – KOMUNISME – ATHEISME

Dalam Perbandingan denganIdeologi Kapitalisme-Liberalisme dan Ideologi Pancasila

disusun oleh :Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH

Diterbitkan oleh Penerbit : ....................

Edisi 1, 2008Edisi 2, 2009ISBN : .........................

LABORATORIUM PANCASILAUNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM)

2008

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 3: Buku Komunisme Final New

ii

KATA PENGANTAR

Naskah Risalah ringkas ini mengandung tujuan atau visi-misi untuk memberikan pengertian, pemahaman, dan wawasan bagi generasi muda dan masyarakat luas Indonesia, tentang ajaran Marxisme – Komunisme – Atheisme. Ajaran ini diperjuangkan oleh kaum komunis diberbagai negara; termasuk di Indonesia oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sejarah modern mencatat adanya berbagai revolusi yang dipelopori kaum komunis, mulai di Rusia dan berbagai negara Eropah Timur, China, Vietnam dan Kamboja; termasuk di Indonesia. Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, usaha revolusi kaum komunis di Indonesia (PKI) baik 1948 maupun 1965 dapat dipatahkan. Bangsa Indonesia bersama TNI senantiasa menegakan NKRI berdasarkan Pancasila–UUD 45. Artinya, bangsa Indonesia percaya atas kebenaran dan kebaikan sistem kenegaraan berdasarkan Pancasila.

Nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia baik sebagai pandangan hidup bangsa, maupun sebagai dasar negara, adalah kebenaran terbaik!. Kebenaran Pancasila dijiwai dan dilandasi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai inti ajaran agama yang dianut dan hidup dalam budaya bangsa Indonesia.

Demi pemahaman yang benar dan mantap, dalam tulisan buku ringkas ini diuraikan ajaran marxisme-komunisme-atheisme dengan dilengkapi sebagai perbandingan tentang : ajaran (ideologi) kapitalisme-liberalisme--- yang dianut dan diperjuangkan negara-negara Barat (Amerika Serikat, Inggris dan Unie-Eropa).

Untuk mengerti, menerima atau menolak suatu nilai ( ajaran filsafat, ideologi bahkan suatu agama) kita perlu mempelajarinya --- dengan mendalaminya melalui kajian perbandingan ---. Melalui proses perbandingan demikian, akan terbentuk pemahaman yang akan memberikan pertimbangan dan keputusan pikiran yang sehat, bahkan valid (sempurna, benar-terpercaya).

Pemahaman yang benar dan memadai (signifikan) akan didapatkan berdasarkan penyelidikan (penelitian, pengkajian/studi) melalui proses dan metode yang mantap. Akan lebih terpercaya validitasnya, bila dilaksanakan melalui pengkajian perbandingan (comparative study). Untuk memenuhi syarat demikian, buku ringkas dan sederhana :

Memahami Ajaran Marxisme – Komunisme – Atheisme (Dalam Perbandingan dengan Ideologi Kapitalisme-Liberalisme dan Ideologi Pancasila), dilengkapi dengan studi perbandingan dimaksud. Artinya, untuk memilih sesuatu nilai ajaran filsafat dan atau ideologi mutlak diperlukan adanya perbandingan.

Tanpa perbandingan, manusia tidak melakukan pemilihan---karena, fakta atau data hanya ada s a t u ---. Jadi, manusia menerima ( suatu ajaran, atau nilai) tanpa (hak) untuk m e m i l i h---tanpa pilihan---., karenanya, penerimaaanya atas nilai atau ajaran itu bersifat mutlak. Kondisi demikian, dapat dinamakan bersifat dogmatis atau doktriner. Demikian pula pribadi manusia yang menerima ajaran nilai itu dapat dianggap sebagai penganut ajaran dogmatisme.

Bagi bangsa Indonesia, istimewa generasi muda berkewajiban memahami, meng- hayati dan mengamalkan dasar negara Pancasila, sebagai ideologi negara (ideologi nasional) sekaligus membudayakannya. Karena, dinamika dunia modern sesungguhnya ditandai oleh persaingan (perjuangan) antar ideologi demi supremasi: sosial, politik, ekonomi dan iptek ---termasuk hankamnas---

Fenomena dunia modern, lebih-lebih era globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme bangsa-bangsa cenderung memperjuangkan supremasi ideologi melalui berbagai media dan bidang kehidupan. Artinya, hakekat kehidupan modern ditandai terutama oleh supremasi dan dominasi ideologi; seperti : kapitalisme-liberalisme, marxisme-komunisme-atheisme ........ yang ingin menguasai dunia. Jadi, penguasaan oleh bangsa atas suatu bangsa, ialah apabila bangsa itu telah menjadi penganut ideologi yang mereka perjuangkan. Inilah suatu bentuk tatanan neo-impreialisme; dalam makna bangsa (yang ditaklukkan) menerima ideologi baru dan menjadi penganut atau pengikut setia ideologi baru secara dogmatis dan atau irrasional! Renungkan : Elite bangsa dalam era reformasi mempraktekkan budaya sosial politik demokrasi liberal; dan ekonomi liberal. Kita semua cenderung memuja kebebasan (=liberalisme),

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

iii

iv

Page 4: Buku Komunisme Final New

demokrasi liberal dan ekonomi liberal atas nama HAM. Fenomena ini menunjukkan bahwa kita melupakan budaya dan moral (berdasarkan) nilai Pancasila!

Sikap demikian menumbuhkan fanatisme penganutnya, sehingga rela (berjuang) membela ajaran ideologi (in casu : marxisme-komunisme-atheisme) meskipun meruntuhkan sistem ideologi nasional dan sistem kenegaraannya yang telah diwariskan dengan mapan. Jadi, bagi penganut ideologi marxisme-komunisme-atheisme telah menggantikan nilai (ajaran) agama yang sebelumnya diwarisi dan dianut mereka!.

Sejarah diberbagai bangsa dan negara, ideologi marxisme-komunisme-atheisme dikembangkan melalui revolusi, dengan menelan amat banyak korban nasional. Meskipun revolusinya diakui sebagai revolusi besi, perlawanan rakyat juga berlangsung panjang. Kita menyaksikan, bagaimana keruntuhan Hongaria, Cekoslovakia, Yugoslavia; menyusul runtuhnya benteng negara adidaya Unie Soviet dan (tembok Berlin) German Timur!

Keruntuhan negara-negara komunis di Eropah Timur, belum memadamkan semangat penganut ideologi marxisme-komunisme-atheisme di Indonesia. Mereka, tetap fanatik dan membela ideologi PKI dengan dalih: ”pelurusan sejarah”. Dibalik gerakan atas nama meluruskan sejarah, sesungguhnya mereka dengan memendam dendam politik ingin membalas dendam kepada sebagian bangsa Indonesia, terutama yang disebut Orde Baru.

Renungkan, bagaimana bila mereka bangkit dengan revolusi komunis yang ke-3 dalam NKRI! Cukup sudah penderitaan dalam tragedi pemberontakan PKI 1948 dan 1965. Kita akan senantiasa waspada, demi tegaknya kemerdekaan , kedaulatan dan integritas bangsa dalam NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD Proklamasi.

Mari generasi muda bangsa, kita didik dengan nilai-nilai kesadaran fundamental berikut:1. Menghayati dan membudayakan nilai Dasar Negara Pancasila dan

UUD Proklamasi 45;2. Menghayati dan mengamalkan nilai Ketuhanan dan Keagamaan

untuk menjamin rakyat dan bangsa kita tetap sebagai manusia yang adil, beradab dan bermartabat.

Perhatikan amanat moral agama kita (Islam): Allah tidak akan mengampuni dosa manusia yang mensekutukan (syirk) Allah dengan sesuatu selain Allah!

Apalagi paham marxisme-komunisme-atheisme (anti Tuhan)! Sikap demikian, hanya dimiliki manusia sombong dan takabbur.

Mari kita tegakkan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, yang menjamin masa depan bangsa dalam kesatuan, kerukunan, kesejahteraan dan keadilan yang bermartabat. Kepada pimpinan negara, dan lembaga-lembaga tinggi negara kita harapkan menunaikan amanat konstitusional, dengan menegakkan : 1. Menegakkan Dasar Negara Pancasila dan UUD Proklamasi 45

seutuhnya; terutama Pasal 29. 2. Tap MPRS No. XXV / MPRS / 1966 tentang Larangan Penyebaran

ajaran faham marxisme-komunisme dan leninisme dalam NKRI;3. Menegakkan UU No. 27/1999 tentang Keamanan Negara (yang

direvisi), terutama Pasal 107 a – 107 f.

Kewajiban menegakkan asas-asas normatif filosofis-ideologis dan konstitusional dimaksud untuk membendung arus gerakan marxisme-komunisme-atheisme yang dibangkitkan oleh kader PKI dan PKI gaya baru.

Kita hidup dan mati hanya berkat rahmat Allah Yang Maha Rahman dan Rahim; yakni Ketuhanan Yang Maha Esa (Pancasila, sila I).

Semoga bangsa Indonesia senantiasa dalam limpahan rahmat dan Pengayoman Allah Yang Maha Kuasa, Rahman dan Rahim. Amien

Malang, 10 November 2008Penulis,

MNS

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

v

Page 5: Buku Komunisme Final New

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... iiiDAFTAR ISI .............................................................................. iv

I. PENDAHULUAN .................................................................. 1II. LATAR BELAKANG .......................................................... 4

A. Pengaruh Nilai dan Otoritas Agama Menuju Abad Kebangkitan (Renaissance) ............................................. 6

B. Ajaran Nilai Filsafat Modern .......................................... 10

III. AJARAN FILSAFAT HEGEL (IDEALISME MURNI) ........................................................ 12

IV. AJARAN IDEOLOGI KARL MARX (1818-1883) ......... 17A. Landasan dan Doktrin Marxisme-Komunisme ............... 18B. Pokok-Pokok Ajaran dan Doktrin Marxisme-

Komunisme ..................................................................... 21C. Praktek Sosial Politik, Ekonomi dan Kenegaraan .......... 24

V. REVOLUSI KAUM KOMUNIS ......................................... 27A. Revolusi Kaum Komunis di Rusia .................................. 28B. Revolusi Kaum Komunis di China ................................. 31C. Kritik : Rasional dan Normatif ....................................... 33D. Kritik Ideologi, Politik, Sosial Budaya dan Ekonomi ..... 34

VI. GERAKAN (IDEOLOGI) PKI DALAM INTEGRITAS NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA ...................................................................... 40

A. Revolusi Indonesia Merebut Kemerdekaan Nasional ..... 44B. Pemberontakan (Revolusi) Gerakan PKI ........................ 45C. Renungan dan Penilaian (Masyarakat, Umum) .............. 48

VII. AJARAN IDEOLOGI KAPITALISME- LIBERALISME ................................................................ 49

A. Ajaran Sistem Filsafat Tentang Kedudukan dan Martabat Manusia ........................................................... 50B. Ajaran HAM dan Demokrasi di Dunia Modern ............. 51C. Kebangkitan Ajaran Kapitalisme-Liberalisme ............... 53

VIII. AJARAN SISTEM FILSAFAT PANCASILA ............. 57A. Rasional Bahwa Nilai Pancasila Sebagai Sistem

Filsafat ............................................................................. 57B. Pokok-Pokok Ajaran Nilai Pancasila Sebagai Sistem

Filsafat ............................................................................. 59C. Ajaran HAM (berdasarkan) Filsafat Pancasila ............... 62D. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem

Kenegaraan RI ................................................................ 63

IX. AJARAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA INDONESIA .... 66

A. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem Kenegaraan RI ................................................................ 68B. Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD

Proklamasi ....................................................................... 70

X. KEUNGGULAN SISTEM FILSAFAT PANCASILA DAN INDONESIA RAYA ............................................................ 73

A. Keunggulan Indonesia Raya ........................................... 73B. Sistem Kenegaraan Pancasila Sebagai Terjabar Dalam

UUD Proklamasi 45 ........................................................ 75

XI. TANTANGAN NASIONAL : GLOBALISASI LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME ................ 78

A. Tantangan Nasional : Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme .............................................................. 78

B. Tantangan Nasional Dalam Era Reformasi ..................... 83

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

vi vii

Page 6: Buku Komunisme Final New

XII. PENDIDIKAN DAN PEMBUDAYAAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI NEGARA ........................................................................... 88

LAMPIRAN I ............................................................................ 93Skema 5 ...................................................................................... 93Skema 6 ...................................................................................... 94

LAMPIRAN II .......................................................................... 97

K E T E T A P A N MADJELIS PERMUSJAWARATAN RAKJAT SEMENTARAREPUBLIK INDONESIANO : XXV/MPRS/1966 TENTANG PEMBUBARAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA, PERNJATAAN SEBAGAI ORGANISASI TERLARANG DISELURUH WILAJAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAGI PARTAI KOMUNIS INDONESIA DAN LARANGAN SETIAP KEGIATAN UNTUK MENJEBARKAN ATAU MENGEMBANGKAN PAHAM ATAU ADJARAN KOMUNIS/MARXISME-LENINISME ......98

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA YANG BERKAITAN DENGAN KEJAHATAN TERHADAP KEAMANAN NEGARA .........................................104

KEPUSTAKAAN ...................................................................... 115

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

viii ix

Page 7: Buku Komunisme Final New

1

2

MEMAHAMI AJARANMARXISME – KOMUNISME – ATHEISME

(Dalam Perbandingan dengan Ideologi Kapitalisme-Liberalisme dan Ideologi Pancasila)

Untuk lebih memahami ajaran Marxisme – Komunisme – Atheisme, kita perlu membandingkannya dengan berbagai ajaran atau sistem ideologi modern dalam budaya dan peradaban dunia. Karenanya, thema di atas kita lengkapi dengan Perbandingan dengan, terutama: dengan Ideologi Kapitalisme-Liberalisme dan Ideologi Pancasila.

Berdasarkan wawasan pemikiran demikian, naskah ringkas ini diuraikan ketiga ideologi termaksud.

IBAGIAN PENDAHULUAN

Sebagai nilai peradaban awal dan puncak pemikiran budaya umat manusia, diakui berwujud nilai filsafat. Nilai filsafat menjangkau kesemestaan (fisika dan metafisika; alam semesta sampai Tuhan Maha Pencipta semesta). Kebenaran filsafat diakui bersifat fundamental dan hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup (Weltanschauung); yang dipraktekkan sepanjang sejarah bangsa. Karenanya, nilai fundamental ini menjiwai bangsa itu, sebagai jiwa bangsa (Volksgeist, jatidiri nasional).

Sejak perkembangan awal nilai-nilai filsafat, diakui bersumber dan berpusat di Timur Tengah sekitar 6000–600 sM (Radhakrishnan 1953 : 11), dan sekitar 5000- 1000 sM (Avey 1961 : 3-7). Rekaman sejarah filsafat demikian, mengandung makna bahwa nilai filsafat sinergis dengan nilai-nilai Ketuhanan dan Keagamaan. Bukankah, semua agama langit (supernatural religions : Yahudi, Christiani dan Islam) berpusat di Timur Tengah.

Baru, sekitar (650 – 600 sM) diYunani mulai berkembang ajaran filsafat sebagai cikal-bakal ajaran filsafat Barat, yang dipuja sebagai landasan peradaban modern.

Sejarah budaya dan peradaban umat manusia menyaksikan bagaimana semua bangsa di semua benua menjadi penganut berbagai sistem filsafat, baik yang dijiwai nilai-nilai moral keagamaan (theisme-religious) maupun nilai non-religious (sekular, atheisme). Tegasnya, umat manusia atau bangsa-bangsa senantiasa menegakkan nilai-nilai peradabannya dijiwai, dilandasi dan dipandu oleh nilai-nilai religious atau non-religious.

Sampai abad XXI, peradaban mengakui sistem filsafat (dan atau sistem ideologi) telah berkembang dalam berbagai sistem kenegaraan; terutama : theokratisme, kapitalisme-liberalisme (dari sistem filsafat natural law); zionisme, sosialisme, marxisme-komunisme-atheisme; naziisme-fascisme ; fundamentalisme, dan Pancasila ! Inilah sistem ideologi, yang dijadikan sistem kenegaraan; telah berkembang dalam kehidupan dunia internasional modern yang berpacu merebut supremasi ideologi nasional masing-masing (misal : perang dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur 1950-1990).

NKRI dengan berbagai negara Asia-Afrika bersikap bebas-aktif, dalam makna tidak memihak antar ideologi negara adidaya --- antara Amerika Serikat dan Sekutunya berhadapan dengan Uni Soviet dan Sekutunya ---. Bangkitlah kekuatan ke-3 dalam panggung politik dunia; terkenal sebagai kekuatan negara-negara non-blok (= GNB atau gerakan non-blok).

Bagaimana wajah politik negara-negara masa depan, amat ditentukan oleh ideologi mana yang memiliki otoritas dan supremasi atas berbagai ideologi dunia modern.

Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis diatas, khasanah ilmu politik mengakui adanya sistem kenegaraan dengan predikat berdasarkan sistem ideologi : negara kapitalisme-liberalisme, negara sosialisme, negara zionisme Israel; negara komunisme; dan sebagainya ... wajarlah NKRI dinamakan sistem kenegaraan Pancasila.

Jadi, tiap bangsa berbudaya dan beradab menegakkan sistem kenegaraannya berdasarkan suatu sistem filsafat, dan atau sistem ideologi; yang terjabar dan ditegakkan dalam UUD (konstitusi) negara.

Bagaimana identitas dan integritas sistem kenegaraannya itu, memancarkan ajaran dan nilai fundamental sistem filsafat dan atau sistem ideologi negaranya. Identitas, integritas dan keunggulan sistem filsafat dan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

x

Page 8: Buku Komunisme Final New

3

4

atau ideologi --- selanjutnya kita namakan ideologi negara --- terpancar dari asas bagaimana bangsa itu menghargai kedudukan, potensi dan martabat manusia sebagai subyek di dalam negara.

Di dunia modern bangsa-bangsa menegakkan sistem kenegaraaanya berdasarkan sistem filsafat, dan atau sistem ideologi. Dalam budaya dan peradaban dunia modern, dunia mengakui adanya berbagai sistem filsafat dan atau ideologi; terutama: Ideologi kapitalisme-liberalisme, sosialisme, marxisme-komunisme-atheisme; zionisme, dan fascisme-naziisme. Juga warisan filsafat dan ideologi klassik, seperti theokratisme, termasuk fundamentalisme. Bagi bangsa Indonesia, kita menganut ajaran filsafat Pancasila, sebagai terumus dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45 yang dapat dikembangkan sebagai ideologi negara (ideologi nasional).

II

LATARBELAKANG SEJARAH FILSAFAT

DAN BUDAYA BARAT

Memahami ajaran filsafat dan atau sistem ideologi modern dari Barat, akan utuh bila kita menjangkau sumber dan latarbelakang budaya dan filsafat Barat pada awal perkembangannya.

Sejarah filsafat Barat (diwakili Eropah) diakui bersumber terutama dari Yunani; mulai sekitar 650 s.M mulai ajaran filsafat: Materialisme dan Sophisme yang dipelopori Protagoras (485-410 sM). Ajaran itu mendapat kritik mendasar dari tokoh filsafat (moral, etika) Socrates ( 450 – 380 s.M). Berlanjut dengan tokoh filsafat Plato (429-348sM), yang mengajarkan filsafat idealisme sebagai ajaran yang baru pada zaman itu.

Tokoh filsafat Aristoteles (384-322sM) mengembangkan ajaran gurunya (Plato) yang dianggapnya ada di langit (dalam alam ide); oleh Aristoteles diturunkan ke bumi (dalam kehidupan aktual manusia). Ajarannya terkenal sebagai sistem (aliran) filsafat realisme. Berdasarkan pandangan tokoh-tokoh filosof dengan ajaran filsafat mereka masing-masing menjadi sebagai landasan (fundasi) nilai-nilai ajaran filsafat selanjutnya.

Kemudian, dengan berkembangnya ajaran agama Kristen, Eropah sepenuhnya dikuasai alam pikiran Kristiani; terkenal dalam sejarah sebagai priode Abad Pertengahan (middle-ages: abad V-XV). Diakui sejarah pemikiran dan budaya Eropah dalam 10 abad ini dikuasai dominasi dogmatisme agama (Kristen). Artinya, alam pikiran manusia sepenuhnya tunduk berdasarkan nilai-nilai agama sebagai doktrin dan dogma yang menjadi landasan moral manusia. Asas dogmatisme agama melalui otoritas kelembagaan agama, ditegakkan dengan asas normatif yang tegas. Artinya, siapapun yang melanggar kaidah yang ditetapkan lembaga keagamaan, dikenai sanksi hukum yang cukup berat!

Otoritas kelembagaan agama Kristen dengan asas moral dogmatisme demikian mendapatkan reaksi dari tokoh-tokoh pemikir, baik internal agama

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 9: Buku Komunisme Final New

5

6

---yang dipelopori Martin Luther (1483-1546) tokoh pendiri kaum Protestan---, juga tokoh-tokoh ilmuan dan filosof .

Puncak pertentangan itu, dalam sejarah agama juga melahirkan gerakan pembaruan yang dipelopori tokoh Protestan, Martin Luther. Artinya, pemikiran pembaruan yang berkembang makin mendapat sambutan dan pembenaran (justifikasi, pembuktian) oleh ilmu pengetahuan. Pikiran mendasar inilah yang melahirkan faham atau ajaran dan gerakan sekularisme!

Mereka melahirkan teori dan pandangan mendasar baru, sebagai antithesa atas thesis dan doktrin gereja selama ini, seperti: paham Bumi datar, bukan bundar; bahwa bumi adalah pusat peredaran benda-benda langit (geocentris). Pemikiran baru menyatakan, matahari-lah sebagai pusat peredaran benda-benda langit (heliocentris).

Kebangkitan pemikiran non-agama, mulai ajaran rasionalisme dan humanisme, sampai paham sekularisme. Terekam dalam sejarah adanya kebangkitan nilai-nilai baru, yang terkenal sebagai: Renaissance atau abad kebangkitan juga abad Pencerahan (Aufklarung). Terkenal tokoh-tokoh pemikir dan filsafat, terutama Nicolaus Copernicus (1473-1543); Giardano Bruno (1548-1600) dan Galileo Galilei (1564-1642). mereka masing-masing melakukan penelitian (dan pemikiran) atas alam semesta ---sebagai bidang ilmu pengetahuan astronomi---. Mereka, sendiri-sendiri berkesimpulan bahwa: bumi bundar (bukan datar); pusat peredaran benda-benda langit dalam tata surya, adalah matahari (helio sentris). Jadi bukan geosentris, sebagaimana diajarkan dalam doktrin agama (melalui otoritas kelembagaan gereja).

Berbagai penemuan ilmu alam dan astronomi demikian, beberapa doktrin ajaran agama (sebagai dogma) diruntuhkan oleh bukti ilmu pengetahuan! Karenannya, masyarakat mulai menganggap kebenaran ilmu pengetahuan lebih terpercaya (valid) dibandingkan kebenaran agama yang diajarkan oleh otoritas (kelembagaan) gereja. Berbagai pembuktian itu amat mempengaruhi pemikiran manusia. Inilah awal (pemikiran) pertentangan antara ilmuwan dengan tokoh agamawan (pendeta, sampai Paus); berpuncak dengan pertentangan (dipertentangkan) nilai ilmu pengetahuan (yang diakui rasional) dengan nilai ajaran agama (sebagai doktrin, dogma) yang diajarkan oleh kelembagaan agama (gereja).

Kemudian ajaran paham secularisme makin berkembang untuk memisahkan otoritas dan dominasi gereja---dan agama Kristen--- atas manusia dan negara! Sinergis dengan pemikiran demikian, paham materialisme makin berkembang bersama paham evolusionisme (=alam terjadi sendiri dan berkembang dalam proses evolusi)

Sejarah budaya dan ilmu pengetahuan Barat berpuncak dengan paham: materialisme, individualisme, humanisme, rasionalisme; dan secularisme..........bahkan atheisme!

Nilai-nilai filsafat dan ilmu pengetahuan yang berpengaruh awal zaman modern (yang menandai kebangkitan pemikiran modern), sebagai dijelaskan secara ringkas berikut.

A. PENGARUH NILAI DAN OTORITAS AGAMA MENUJU ABAD KEBANGKITAN (RENAISSANCE)

Menjelang akhir abad pertengahan (V-XV), dinamakan abad Kebangkitan (Renaissance) sebagai antithesis asas doktrin dan dogmatisme agama, yang dianggap membelenggu kemerdekaan manusia untuk mengembangkan pemikiran dan ilmu pengetahuan.

Pemikiran-pemikiran baru yang berhadapan dengan otoritas dan dogma agama, terekam sebagai pandangan non-agama; diakui bersifat ilmiah dan bebas (pengaruh dominasi) nilai dan otoritas agama. Karenanya sampai abad XXI, banyak ilmuan percaya bahwa ilmu pengetahuan bebas nilai agama! Apakah dengan demikian para ilmuan tidak memiliki kesadaran nilai dan moral keagamaan? Pengaruh inilah sebagai wujud sekularisme

1. Teori Darwin( Teori Evolusi)Sesungguhnya, teori Hegel tentang asas Dialektika ((thesis x

antithesis = sinthesis) mengandung makna dan essensi adanya proses perkembangan dan atau evolusi dalam nilai-nilai (ide, pikiran) yang membentuk budaya dan peradaban secara universal. Teori Hegel ini sejalan dengan teori evolusi yang kemudian dikembangkan oleh Charles Darwin (1809 – 1882). Teori Darwin yang juga dikenal sebagai paham evolusionisme, mengakui bahwa alam semesta ---termasuk semua makhluk hidup, juga manusia--- adalah hasil proses evolusi, yang

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 10: Buku Komunisme Final New

7

berkembang terus-menerus, tidak terbatas sepanjang eksistensi alam semesta, sebagai dinamika yang digerakkan oleh hukum alam (Natural Law). Darwin percaya evolusi alam semesta bersumber dan berwujud sebagai dinamika hukum alam, sebagai fungsi hukum kausalitas.

Ajaran filsafat Hegel sebagai idealisme murni adalah ajaran sistem filsafat yang bersifat Ketuhanan, karenanya diakui berwatak theokratis.

Nampaknya pemikiran teori evolusi Darwin dan berbagai tokoh pelopor filsafat materialisme (yang umumnya berwatak agnostic/atheisme, cukup mengilhami pemikiran dan ajaran Karl Marx dengan teori komunisme.

2. Ajaran Materialisme FeurbachTokoh perintis aterialisme modern, Ludwig Andries, Feuerbach (1804-1872), flosof German ahli agama dan filsafat moral. Ia mengkritik ajaran filsafat Hegel (idealisme murni); Feuerbach mengembangkan ajaran filsafat baru dengan aksioma, terutama:

”........ only a sensible being is a real, true being; being is the subject, thought the predicate.Thought is a product of being, not being of thought ..... The essence of being as being, not being of thought ..... The essence of being as being is the essence of nature”. ”Our ego, our intellect, our essence: and this God is no God in itself, but only the appearance of ourselves to ourselves!” Maknanya: ”.........hanya makhluk yang berkesadaran berpikir, adalah sunguh-sungguh manusia; sebagai makhluk yang menjadi subyek dirinya sendiri; sedangkan berpikir adalah predikat (karyanya). Berpikir dan pikiran adalah produk makhluk manusia.........Hakekat makhluk manusia sebagai makhluk, bukan makhluk berpikir................Hakekat makhluk manusia sebagai makhluk, adalah hakekat alam. Ego kita manusia, pikiran kita dan hakekat kita: dan Tuhan adalah tidak ada dalam makna hakiki; melainkan hanya sebagai penampilan dari diri manusia untuk diri manusia sendiri”.

............Thus, religion is ”the dream of the human mind” religion as self-interpretation of man; God as illusion”. (Edwards 1972: vol. 3 – 4; hal. : 190-192; EB Micropaedia 1982 vol IV, hal: 117) ..............Jadi, agama adalah ”impian dari jiwa dan pikiran manusia”, agama sebagai penapsiran diri dari manusia; Tuhan adalah sebagai illusi”. (Kemudian, Karl Marx menyatakan: ”Bukan Tuhan yang menciptakan manusia; melainkan manusialah yang menciptakan Tuhan), karena kegagalannya menghadapi tantangan hidup. Lalu, manusia menciptakan Tuhan sebagai Maha Penyelamat, yang menyediakan sorga bagi orang-orang yang lemah, dan menderita! Artinya, kaum miskin yang menderita dan tertindas inilah yang menciptakan Tuhan, sebagai impian masa depan yang indah dan abadi!

Feuerbach amat mempengaruhi pemikiran Karl-Marx dan Engels, serta tokoh-tokoh materialisme modern, seperti Heidegger, Sartre, dan Karl Barth. Ucapan Feurbach amat terkenal: ”manusia adalah mesin” (de’ lhomme is machine)

3. Sekularisme ( Secularism ) Perkembangan pemikiran manusia, dipelopori oleh kaum

cendikiawan berpuncak dengan berkembangnya berbagai ajaran filsafat. Pemikiran demikian mengembangkan juga berbagai bidang ilmu pengetahuan (dan teknologi).

Pemikiran manusia dalam abad pertengahan (V-XV) sangat dipengaruhi oleh otoritas kelembagaan agama (Kristen Katolik), yang diakui sejarah sangat dogmatis. Artinya, semua pemikiran manusia diuji (dinilai) kebenaran dan kebaikannya berdasarkan doktrin ajaran agama. Jadi, akal (rasio) manusia wajib tunduk terhadap nilai dan kebenaran agama sebagai wahyu dan perintah Maha Pencipta.

Faham ini kemudian terkenal sebagai sekularisme. Untuk memahami makna ajaran sekularisme, dapat dicermati kutipan ringkas berikut:”Secularism, a movement in society directed away from other worldliness to this – worldliness. .........

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 11: Buku Komunisme Final New

8 9

10

The movement toward secularism has been in progress during the entire course of modern history and has often been viewed as being anti- Christian and anti-religions”.

(EB, Micropaedia 1982, vol. IX: 19)

Maknanya: Sekularisme adalah suatu gerakan dalam masyarakat yang berwawasan duniawi (dalam kenyataan dunia) sebagai ganti wawasan adanya dunia lain (akhirat). Gerakan ini memajukan faham sekularisme dalam seluruh perkembangan sejarah modern, dan dipandang sebagai gerakan atau faham anti agama Kristen dan anti agama”

Pandangan sekularisme lahir (bangkit) sebagai reaksi dan perlawanan atas dominasi kekuasaan (otoritas) tunggal lembaga agama (in-casu: gereja Kristen Katolik) yang dipimpin Paus. Perlawanan ini telah dirintis melalui pembaruan (reformasi) agama yang dipelopori oleh Martin Luther sebagai tokoh yang melahirkan aliran atau sekte agama Kristen Protestan.

Reformasi ini berlangsung cukup panjang, sampai menimbulkan reaksi yang keras atas reformasi, yang terekam dalam sejarah Eropah sebagai perang, antara kaum reformasi berhadapan kaum kontra reformasi.

Gerakan reformasi ini mendapat sambutan dan dukungan kaum cendikiawan dan ilmuan yang terus berjuang menuntut kebebasan dalam pengembangan (berpikir) dan ilmu pengetahuan. Banyak temuan para ilmuan, terutama dalam bidang astronomi dan fisika yang membuktikan bagaimana doktrin agama dalam abad pertengahan ini bertentangan dengan kenyataan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan berbagai temuan (inventions) dimaksud, para ilmuan cenderung kehilangan respek dan kepercayaan kepada doktrin agama; mereka menganggapnya sebagai dogmatisme yang irrasional! Bersamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan sebagai awal kebangkitan abad modern (Renaissance), mereka juga mengumandangkan thesis ilmu pengetahuan (=doktrin ilmiah): bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan bebas nilai; in casu: nilai-nilai doktrin dan dogma agama!

Gema kumandang ilmuan Barat ini, terus berkumandang sampai abad XXI ini, diberbagai belahan bumi (benua) masih banyak pengagum dan pengikut doktrin ilmu pengetahuan demikian; bahwa ilmu bebas nilai!

Sekularisme juga bangkit memasuki dunia politik kenegaraan. Mereka berjuang dan mengembangkan teori politik sekularisasi dan sekularisme. Maknanya, ialah paham berpolitik yang memisahkan nilai dan budaya politik (dengan nilai dan moral agama).

Mereka, masih trauma dengan sejarah abad pertengahan; di mana kekuasaan agama (kelembagaan agama: Paus) menduduki otoritas tertinggi! Jadi, paham sekularisme telah berhasil, membebaskan ilmu pengetahuan dari belenggu kekuasaan tunggal (otoritas gereja dan Paus); demikian pula membebaskan kekuasaan dan budaya politik dari otoritas (kelembagaan) agama!

Puncak dialektika atau proses antithesa nilai dan otoritas agama terhadap kebangkitan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan, yang kemudian melahirkan aliran filsafat modern, terutama: materialisme dan atheisme; termasuk marxisme-komunisme-atheisme!

B. AJARAN NILAI FILSAFAT MODERN

Para pemikir bidang filsafat dan ilmu pengetahuan sinergis melahirkan abad modern (Renaissance) sebagai abad kebangkitan pemikiran manusia dalam memahami alam semesta (kesemestaan), termasuk Tuhan Maha Pencipta.

Dunia modern, budaya dan peradaban terus berkembang sebagai buah dan pengamalan nilai ajaran filsafat dan atau ideologi. Dunia modern akan senantiasa mengalami konflik dan kegoncangan; bahkan peran manakala manusia (bangsa-bangsa) tidak menegakkan asas moral dan asas kemanusiaan yang menjadi landasan kehidupan bersama umat manusia!

Fenomena budaya dan peradaban Barat modern ditandai dengan sikap manusia yang individualistik, dan memuja akal (rasio); memuja manusia (humanisme dan HAM) dan materialisme, sekularisme dan atheisme. Wajah atau karakter demikian pancaran dari nilai nilai yang

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 12: Buku Komunisme Final New

11

12

mereka akui sebagai ideologi; yakni kebebasan (liberalisme, neo-liberalisme), materialisme (kapitalisme) dan Hak Asasi Manusia (HAM, individualisme). Terutama ajaran HAM berdasarkan filsafat hukum alam (Natural Law Philosophy; atau Natural Law Theory), yang amat berpengaruh bagi pandangan pemikiran, filsafat dan sistem ideologi dunia dan budaya Barat.

Kebebasan dan kapitalisme (liberalisme-kapitalisme) individualisme telah melahirkan supremasi ideologi (liberalisme-kapitalisme), baik dalam bidang sosial politik (kolonialisme, imperialisme), penjajahan Barat atas rakyat dan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika. Penderitaan rakyat-rakyat terjajah --- sebagai penindasan atas HAM --- sama sekali tidak dirasakan mereka sebagai pelanggaran asas kemanusiaan bahkan asas moralitas martabat kepribadian manusia. Penjajahan terus berlangsung mulai abad XVI, sampai abad XXI --- misalnya atas Afghanistan dan Irak oleh Amerika Serikat dan sekutunya. Penindasan dan Penderitaan rakyat jajahan, kemiskinan dan kebodohan sama sekali tidak menjadi perhatian mereka sebagai penganut ideologi liberalisme-kapitalisme yang mereka akui sangat menghargai individualisme manusia (termasuk : Humanisme).

Secara moral keagamaan (Kristiani) yang mengajarkan cinta dan persaudaraan sesama manusia; damai di bumi .... hanyalah asas-asas moral yang tertulis dalam kitab suci; tanpa menyentuh akal, budinurani dan budipekerti manusia Barat !

Fenomena demikian menjadi tantangan bagi ideologi sosialisme; bahkan lebih-lebih ideologi marxisme-komunisme-atheisme yang membangkitkan sentimen politik nasional dan internasional untuk memerangi mereka --- melalui revolusi ---. Jadi, secara rasional sesungguhnya praktek ideologi liberalisme-kapitalisme; bahkan juga penyimpangan budaya moral penganut agama (in casu : agama Kristen) oleh bangsa-bangsa dan negara Barat umumnya.

Sejarah mencatat, kondisi buruk penjajahan oleh kaum liberalisme-kapitalisme menjadi alasan kebangkitan ideologi politik sosialisme dan marxisme-komunisme-atheisme yang berpropaganda sebagai pembelaan rakyat dari penjajahan, penindasan HAM yang menimbulkan bencana kemiskinan dan kebodohan. Kondisi demikian

menjadi momentum kebangkitan era revolusioner oleh rakyat dalam kepemimpinan ideologi marxisme-komunisme-atheisme.

III

AJARAN FILSAFAT HEGEL (IDEALISME MURNI)

Sejarah mencatat bahwa Hegel (George Wilhelm Friederich Hegel 1770 – 1831) adalah seorang filosof besar yang mengajarkan aliran filsafat idealisme murni. Ajaran Hegel dianggap sangat fundamental karena nilai-nilai Ketuhanan (theisme) dan peletak landasan ajaran nilai-nilai universal; dan teori evolusi.

Hegel diakui sebagai filosof besar yang ajarannya kemudian dikembangkan oleh pengikutnya, sehingga ada yang menamakannya sebagai Hegelian dan Neo-Hegelian. Ajarannya menjangkau berbagai bidang filsafat; mulai filsafat alamiah, sejarah (evolusi peradaban), sampai filsafat hukum dengan ajaran teori kedaulatan Tuhan (theokratisme) yang kemudian menjadi teori kedaulatan negara; yang dikembangkan oleh marxisme-komunisme menjadi teori etatisme (= serba negara, pemujaan kepada negara).

1. Teori Dialektika

Hegel tokoh filsafat idealisme-murni ini mengajarkan bahwa alam semesta dan budaya/peradaban umat manusia berkembang berdasarkan proses dialektika. Makna dan proses dialektika menurut Hegel, terutama:

“......bahwa setiap adanya sesuatu, termasuk ide atau pemikiran, senantiasa akan melahirkan ide yang bertentangan dengannya. Tiap ide, dinamakan thesis; dan tiap thesis berhadapan dengan lawannya, yakni antithesis.

Proses dialektika atau pertentangan demikian melahirkan sinthesis; yang bersifat lebih komprehensif dan mengandung validitas kebenaran yang lebih tinggi dibandingkan thesis maupun antithesis.

Sinthesis itu, kemudian berkedudukan sebagai thesis baru...... yang melahirkan antithesis baru. Demikian berlanjut dalam dinamika

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 13: Buku Komunisme Final New

13

hukum alam semesta dan budaya/peradaban. Artinya, budaya dan peradaban lahir dan terbentuk oleh proses dialektika ini. Jadi, seluruh alam termasuk ide, budaya dan peradaban terbentuk dan berkembang dalam proses dialektika. Tegasnya, tanpa dialektika tidak ada perkembangan budaya dan peradaban.

Proses dialektika demikian bila kita lukiskan dalam skema, nampak sebagai berikut:

~

④ sinthesis

thesis ③ X ③

sinthesis 2 O X O antithesis

thesis 1 O X O antithesis

skema : 1

Proses dan dinamika thesis (1) berhadapan antithesis (1), melahirkan sinthesis (1); dan seterusnya. Artinya, sinthesis (1) berkedudukan sebagai thesis (2) yang berhadapan dengan antithesis (2); dan membentuk/melahirkan sinthesis (2)........; dst. Puncak perkembangan proses dialektika itu (= garis lurus yang mengandung thesis (1 – 2 – 3 – 4 ....... dst); terus berkembang memuncak tidak terbatas ......! (menurut keyakinan Hegel, puncak tidak terbatas itu

ialah Kesempurnaan Tuhan Yang Maha Sempurna, dan Maha Berdaulat. Jadi, garis lurus ke atas, bermakna bahwa dialektika menuju puncak kesempurnaan......; yang tiada berakhir sepanjang sejarah alam, budaya dan peradaban menuju kesempurnaan yang hakiki. Menurut Hegel puncak kesempurnaan hakiki itu, ialah Tuhan sendiri, Yang Maha Sempurna dan Maha Pencipta. Sesungguhnya seluruh proses alam, sosial budaya dan peradaban adalah ciptaan Tuhan, yang terus berkembang menuju Tuhan (= menuju kesempurnaan), Yang Maha Sempurna dan Maha Berdaulat.

Sesungguhnya, teori Hegel demikian mengandung makna dan essensi adanya proses perkembangan dan atau evolusi dalam nilai-nilai (ide, pikiran) yang membentuk budaya dan peradaban secara universal. Teori Hegel ini sejalan dengan teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin (1809 – 1882). Teori Darwin yang juga dikenal sebagai paham evolusionisme, mengakui bahwa alam semesta ---termasuk semua makhluk hidup, juga manusia--- adalah hasil proses evolusi, yang berkembang terus-menerus, tidak terbatas sepanjang eksistensi alam semesta, sebagai dinamika yang digerakkan oleh hukum alam (Natural Law). Darwin percaya evolusi alam semesta bersumber dan berwujud sebagai dinamika hukum alam, sebagai fungsi hukum kausalitas.

Ajaran filsafat Hegel sebagai idealisme murni adalah ajaran sistem filsafat yang bersifat Ketuhanan, karenanya dikaui berwatak theokratis.

Nampaknya pemikiran teori evolusi Darwin dan berbagai tokoh pelopor filsafat materialisme (yang umumnya berwatak agnostic/atheisme, cukup mengilhami pemikiran dan ajaran Karl Marx dengan teori komunisme.

2. Ajaran Hak Asasi Manusia: Kedudukan Manusia dalam Negara

Hegel percaya bahwa manusia individu manunggal di dalam kebersamaan (kolektivitas). Individu bermakna dan berfungsi dalam keutuhan lingkungan peradabannya; kolektivitas atau negara merupakan organisme (totalitas). Hak asasi manusia (HAM), dan martabatnya demi negara, dan kedaulatan negara. Jadi, Hegel mengutamakan komunitas atau sosialitas dalam integritas negara.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 14: Buku Komunisme Final New

14 15

Hegel percaya manusia dan negara diciptakan oleh Tuhan; demi kesejahteraan manusia sebagai masyarakat (kolektif). Manusia menikmati hak asasi manusia (HAM) bukan sebagai individu, melainkan sebagai masyarakat (kolektif, negara). Individu lebur dalam kebersamaan; bermakna dalam fungsi sosial. Sebaliknya, individu samasekali tidak berfungsi dalam kesendirian (individualisme).

Ajaran Hegel, yakni idealisme murni mengakui asas ketuhanan (theokratisme) sebagai Maha Pencipta dan Maha Pengatur semua ciptaannya: umat manusia, bangsa-bangsa, budaya dan peradaban, termasuk negara.

Masyarakat dan negara adalah kelembagaan hidup bersama sebagai keluarga (makro); mereka bermakna di dalam dan untuk masyarakat/negara.

3. Ajaran Theokratisme

Ajaran theokratisme berpusat pada teori negara dan kedaulatan negara. Hegel mengakui negara sebagai pelembagaan aspirasi nasional yang terikat dengan hukum dialektika. Hegel menyatakan: negara adalah perwujudan karsa dan kekuasaan (kedaulatan) Tuhan. Karenanya, teori Hegel tentang negara ialah berdasarkan asas theokratisme. Maknanya, negara dan kedaulatan dalam negara diamanatkan oleh Tuhan untuk ditegakkan oleh kepala negara atas nama Tuhan. Karena itu pula, teori negara menurut Hegel ialah teori kedaulatan Tuhan (theokratisme).

Negara memiliki kedaulatan sebagai amanat Tuhan; karenanya diakui sebagai kedaulatan Tuhan (theokratisme). Sebagai penegak kedaulatan Tuhan di dalam negara, diwakilkan dan dipercayakan kepada kepala negara ---karenanya kepala negara memiliki otoritas mutlak atas nama Tuhan---. Kemudian teori kedaulatan Tuhan yang dalam praktek kenegaraan ditegakkan dan dilaksanakan oleh Kepala Negara atas nama Tuhan. Terbentuklah sistem diktatur atau otoriter (authoritarianisme, totaliter) yang memimpin dan menguasai pemerintahan negara atas nama kedaulatan Tuhan (atas nam Tuhan). Terbentuklah teori kedaulatan negara (etatisme); pemujaan kepada negara yang dalam praktek memuja Kepala Negara ---yaitu ketua sentral komite (CC) partai komunis, sebagai partai tunggal dalam negara (baca: partai negara).

Berdasarkan ajaran dan teori Hegel ini, manusia mengemban amanat (moral) Ketuhanan, sehingga masyarakat dan negara termasuk penegakan HAM berdasarkan asas moral dan nilai Ketuhanan.(Encyclopaedia Britannica 1982, vol. 7 – 8: 612 – 731).

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 15: Buku Komunisme Final New

16

17

IV

AJARAN IDEOLOGI KARL MARX (1818 – 1883)

Memahami ajaran (ideologi) marxisme-komunisme-atheisme perlu juga memahami bagaimana ajaran ini lahir, dikembangkan dan dipraktekkan. Karenanya, kita perlu mengkaji sumber ajaran filsafat yang sesungguhnya (sejati, orisinal) dari tokoh filsafat yang menjadi gurunya Karl Marx---yaitu filosof Hegel.

Sesungguhnya, Hegel sebagai tokoh filsafat yang mengajarkan aliran filsafat idealisme murni, adalah ajaran yang sesuai dengan kodrat martabat manusia sebagai pribadi yang memiliki integritas (kesatuan, totalitas) jasmani dan rokhani dengan berbagai potensi jasmaniah dan rokhaniah. Potensi dan martabat kepribadian manusia demikian, diakuinya sebagai anugerah Maha Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Sempurna.

Ajaran filsafat idealisme murni itu, kemudian oleh Karl Marx diubah (baca: dijiplak dan didegradasi/diturunkan) menjadi teori materialisme, yang: terkenal sebagai marxisme-komunisme-atheisme. Ajaran Karl Marx ini mengaplikasikan teori Hegel tentang dialektika menjadi teori dialektika historis-materialisme.

Sebagai pengetahuan dasar bagi generasi muda, dan masyarakat umumnya kita perlu mempelajari bagaimana ajaran sistem filsafat sebagai sistem ideologi yang dijadikan landasan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Ajarannya dinamakan ideologi negara, ideologi nasional dan doktrin nasional.

Ajaran Karl Marx terkenal sebagai marxisme-komunisme-atheisme adalah landasan dari ideologi komunisme, sebagai teori sosialisme modern. Ajaran ini dianggap sebagai landasan dan teori membangun masyarakat dan negara modern yang sejahtera, bebas dari penindasan suatu kekuasaan negara atau pemerintahan.

Karl Marx adalah tokoh sosialis revolusioner, ahli teori sosial dan ekonomi. Marx, belajar filsafat kepada filosof terkemuka, yakni Hegel.

Uraian ringkas ini akan membahas ajaran Karl Marx, dengan uraian :

A. Landasan dan Doktrin Marxisme-KomunismeAjaran Karl Marx tidak diakui sebagai ajaran filsafat; hanya

sebagai ajaran ideologi dogmatis. Dinamakan demikian karena cukup alasan untuk menganggap ajarannya irrasional, bahkan bertentangan dengan realitas semesta dan akal sehat manusia. Ideologi marxisme bersifat dogmatis-doktriner: bahwa alam semesta termasuk manusia adalah materi dalam ikatan hukum alam. Marx menganggap realitas kehidupan sosial budaya (umat manusia dan di dalam negara) sebagai wujud dialektika, yakni bagian dari dialektika historis materialisme. Artinya, hidup ditentukan adanya materi (ekonomi, komuditas ekonomi) sebagai kebutuhan dasar kehidupan manusia. Untuk bertahan hidup secara alamiah manusia berjuang memperebutkan komuditas tersebut. Sebaliknya, tanpa memiliki dan menguasai komuditas/ekonomi manusia tidak mungkin hidup (bertahan hidup). Jadi, kehidupan manusia ditentukan dan bergantung kepada komuditas ekonomi; yang sesungguhnya berwujud materi.

1. Teori Dialektika Hegel Teori ini bersifat ide (ideal, pemikiran) sebagai konsepsi dasar

pengembangan budaya dan peradaban, sebagai proses perkembangan nilai-nilai ---yang berpuncak kepada nilai Yang Maha Sempurna, ialah Tuhan Yang Maha Esa---. Karenanya, teori Hegel bersifat theisme (theokratisme, religious). Oleh Karl Marx, teori dialektika ini dijadikan sebagai dialektika historis materialisme; bermakna bahwa seluruh wujud kehidupan umat manusia, termasuk makhluk lainnya hanya akan hidup berkat tersedianya materi (= prakondisi dan unsur bahan dasar kehidupan), seperti: tanah, air, dan makanan. Karenanya, terkenal teori hukum alam: bahwa hidup adalah perjuangan; dan hanya yang paling unggul yang mampu bertahan hidup (= life is struggle; survival of the fittest).

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 16: Buku Komunisme Final New

18 19

20

Teori dialektika Hegel dipraktekkan oleh Karl Marx sebagai asas dan pola: pertentangan kelas (dialektika). Teori ini berkembang, bahwa dalam masyarakat ada kelas penguasa dan penindas rakyat (warga negara, proletar). Kelas penguasa ini identik dengan kaum kapitalis, kaum penjajah ---sekalipun komunisme juga membentuk pemerintahan diktatur dan otoriter yang dikendalikan partai negara, partai komunis dalam negara itu---. Dengan strategi partai menguasai negara melalui revolusi, rakyat di dalam negara dibedakan: pendukung revolusi (= revolusioner, kaum komunis dan kader-kadernya); berhadapan dengan kaum penentang revolusi (= kontra-revolusi, reaksioner); mereka harus dimusnahkan!

Siapakah yang akan mereka musnahkan? Terutama, kaum feodal, ningrat, kaum modal (kapitalis), umat penganut agama yang berKetuhanan (theisme) yang dianggapnya menentang atheisme! Karenanya, telah terjadi proses revolusi dan penumpasan kaum atau rakyat non-komunis, bahkan juga terjadi pengikisan nilai-nilai budaya dan agama yang dianggap bertentangan dengan paham atau ajaran marxisme-komunisme-atheisme. Bila kondisi itu terjadi, negara dan masyarakat menjadi medan atau kancah revolusi, anarchisme..... yang bermuara sebagai tragedi nasional, tragedi peradaban dan tragedi moral kemanusiaan!

2. Manusia dan Faktor Sosial EkonomiTeori dialektika ini diaplikasikan oleh Karl Marx dalam

kehidupan sosial politik manusia; terutama dalam merebut dan menguasai sumber daya alam (komuditas ekonomi sebagai prasyarat kehidupan). Perebutan antar kekuatan sosial ialah berwujud polarisasi antar kekuatan yang saling berhadapan untuk menguasai sumber daya alam demi kehidupan. Analog dengan dinamika itu, dalam sosial politik manusia berjuang memperebutkan materi (benda ekonomi, komuditas) yang menjamin hidupnya, maka dalam sosial politik manusia memperebutkan posisi dan kekuasaan. Kekuasaan dalam makna kehidupan nasional dan kenegaraan ialah kemerdekaan, kedaulatan atau politik. Semua potensi yang memperebutkan kekuasaan (politik) berhadapan sebagai lawan antar mereka. Terbentuklah polarisasi: kawan dan lawan.

Materi demi kehidupan meliputi lahan (land) untuk mukim dan pertanian sebagai modal dasar kehidupan (ingat: PKI selalu memprioritaskan politik land reform/pembagian hak pemilikan lahan untuk petani dan rakyat; tidak boleh ada tuan tanah, kaum feodal). Materi untuk kehidupan berikutnya ialah tenaga kerja, yakni manusia (rakyat) yang mengolah lahan untuk produktivitas yang dibutuhkan kehidupan. Hanya berkat kerja (karya, labor) manusia mampu berproduksi demi kehidupan. Karenanya, kaum buruh (pekerja, labor) adalah subyek dan pemilik negara.

Dalam budaya dan sistem politik feodalisme dan kapitalisme, kaum buruh hanya diperalat (ditindas) oleh kaum kapitalis (kaum modal, kaum ningrat) sehingga mereka makin miskin; karena hasil kerja mereka dinikmati oleh kaum kapitalis (pemilik modal). Jadi, buruh yang memeras tenaga dan keringatnya, mengolah komuditas menjadi benda-benda ekonomi hanya menguntungkan kaum kapitalis! Karena itulah Karl Marx menganjurkan: “Hai kaum buruh sedunia, bersatulah! Rebutlah hak kamu yang dirampas oleh kaum kapitalis. Kalian tidak akan kehilangan apa-apa; kecuali belenggu yang mengikat kebebasanmu dan kemiskinanmu!” Ajaran Marx ini terkenal sebagai teori-nilai-lebih (the theory of surplus values).

3. Teori Nilai Lebih (Surplus Theory)Semua benda alam (materi), seperti: tumbuh-tumbuhan,

lahan/tanah pertanian; laut (kelautan dan perikanan); tambang, dan sebagainya akan diolah dan dikembangkan oleh manusia (tenaga kerja, buruh, tani) menjadi benda-benda ekonomi (komuditas) sebagai bahan kebutuhan hidup manusia. Dengan kerja manusia, kayu misalnya, diolah menjadi berbagai alat rumah tangga (meubel); dan harganya meningkat ---dibandingkan dengan wujud kayu sebelum diolah dan dikembangkan manusia.

Maknanya, benda alamiah (materi, seperti tanah atau kayu) diolah kaum buruh menjadi pertanian atau industri mebel. Kemudian sebagai komuditas laku dijual dengan harga berlipat ganda. Laba penjualan = nilai lebih; yang dirampas/dikuasai pemilik modal!

Benda-benda alam sebagai bagian dari sumber daya alam (SDA) meningkat mutu dan daya gunanya, berkat tangan manusia (baca:

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 17: Buku Komunisme Final New

21

22

karya!). Jadi, tenaga manusia (tenaga kerja, tenaga buruh) menghasilkan nilai-lebih (surplus theory). Sebaliknya, tanpa olah dan kerja manusia, benda alam (materi) tidak berkembang ---belum, atau tidak memiliki: nilai lebih---. Nilai lebih ini adalah produk atau karya kaum buruh, yang diupah (digaji) oleh majikannya (yakni: kaum modal, kaum kapitalis). Makin banyak buruh dan modal serta bahan bakunya, makin banyak pula nilai-lebih yang didapat dan dimiliki kaum modal.

Sesungguhnya, kaum modal (kaum kapitalis) itu melakukan penghisapan atas tenaga buruhnya yang dibayar (digaji, diupah) dengan murah. Karl Marx berseru: Hai kaum kapitalis; kalian telah melakukan penindasan atas manusia. Hai, kaum buruh bersatulah untuk merebut hak kalian yang dirampas kaum kapitalis itu! Kalian, akan tetap terus miskin, apabila tidak berjuang merebut hak-hak sosial ekonomi yang mereka rampas.

Logika Karl Marx, usaha bersama kaum buruh untuk merebut hak (nilai lebih=laba usaha yang kumulatif) akan dapat terlaksana dengan persatuan (organisasi kaum buruh, nasional maupun internasional). Perebutan itu akan efektif, hanya melalui revolusi. Jadi, kaum komunis mengutamakan jalan dan metode revolusioner!.

B. Pokok-Pokok Ajaran dan Doktrin Marxisme-Komunisme.Semua teori Karl Marx tentang politik ekonomi sudah usang dan

batal dalam dunia modern yang didukung teknologi canggih. Artinya, produktivitas ekonomi berlipat ganda bukan hanya oleh tenaga kerja (buruh); melainkan berkat adanya ipteks (berbagai alat teknologi modern yang canggih). Demikianlah budaya modern telah membuktikan kegagalan teori Karl Marx.

Karl Marx yang mengutamakan asas dan wawasan sosial ekonomi, dengan kecerdasannya menurunkan (baca: mendegradasi) teori Hegel ---dari langit atau Tuhan, ke bumi, kehidupan manusia---. Karya Marx yang dianggap sebagai doktrin ideologi komunisme, terutama Communist Manifesto (1848) sebagai kritik dan sanggahan atas teori kapitalisme-liberalisme. Kemudian ajarannya tentang komunisme dikembangkan dalam karya Das Kapital (1867) sebagai landasan doktrin

dialektika-historis-materialisme ---yang dianggap umum sebagai kitab suci penganut: marxisme-komunisme-atheisme---.

Dalam buku karya Marx ini, dia mengajarkan asas ekonomi komunisme: “.........material condition of life” and specifically” the mode of production of the material means of exsistence” determine much else in human consciousness of society.” (=kondisi materi demi kehidupan manusia dan khususnya bentuk produksi dari materi atau komditas ekonomi adalah menentukan kehidupan manusia!; juga menentukan banyak potensi kesadaran manusia terhadap masyarakat/komunitas.” Dalam karya-karyanya Marx mengajarkan bahwa kapitalisme adalah musuh rakyat dan lawan dari komunisme dan sosialisme. Untuk menaklukkan mereka, rakyat (buruh dan proletar) bersatu melalui revolusi. (Edwards 1972 vol. 5 – 6: 171 – 176).

Dilengkapi dengan beberapa karya lain, Karl Marx menulis juga bersama mitranya Frederich Engels (1820 - 1895) sebagai propaganda dan pengkaderan kaum komunis yang bertujuan menggerakkan revolusi untuk merebut kekuasaan di dalam negara yang dianggapnya feudal, kapitalis dan theokratis.

Engels adalah sahabat Karl Marx; bahkan dalam berbagai karya mereka selalu menampilkan karya bersama, sebagai fungsi kebersamaan (kolektivitas), sebagaimana diajarkan Marx dalam: The Communist Manifesto (1848).

Karl Marx terkenal dengan karyanya Das Kapital (1876) sebagai ajaran dasar komunisme. Kemudian, oleh Engels dikembangkan dan diterbitkan Das Kapital (volume 2 dan 3) 1885 dan 1894 sebagai bukti kesetiaannya melanjutkan pemikiran Karl Marx.

Asas teori dialektika diadopsi oleh Marx, sebagai dialektika-historis-materialisme. Artinya, seluruh perkembangan alam, makhluk hidup...... termasuk manusia ialah proses dialektika-historis-materialisme. Tiada satu makhlukpun akan dapat bertahan hidup tanpa tersedianya prakondisi hidupnya; berupa: benda-benda yang menjamin hidup...... yakni dalam teori sosial ekonomi ialah benda-benda ekonomi.

Semua makhluk hidup, termasuk manusia adalah bagian dari alam; karenanya terikat dan tunduk dengan hukum alam. Apabila kondisi untuk hidup, alam dan unsur-unsurnya (cahaya matahari, udara, air, tanah dan tumbuh-tumbuhan) tidak ada, maka mereka akan mati.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 18: Buku Komunisme Final New

23

Jadi, semua makhluk dan manusia tergantung kepada alam; berwujud materi dalam makna benda-benda ekonomi. Semua makhluk berjuang memperebutkan materi, benda-benda ekonomi itu demi mempertahankan hidupnya. Teori ini menganut asas: survival of the fittest; yakni hanya mereka yang unggul ---yang mampu merebut materi benda-benda ekonomi itu--- yang akan dapat bertahan hidup.

Jadi, semua makhluk hidup dapat bertahan dan berkembang apabila mereka menang dan menguasai materi (materialisme) berupa benda-benda ekonomi. Mereka tertindas oleh penguasa materi itu; sehingga lemah....... dan mati. Inilah hukum alam (sebab – akibat) yang aktual. Teori dialektika Hegel, diubah menjadi teori dialektika-historis-materialisme; sepenuhnya sebagai teori kebendaan (benda-benda ekonomi yang menentukan hidup mati makhluk hidup). Marx mengajarkan, manusia tidak boleh menyerah kepada alam dengan menyatakan semua telah ditakdirkan oleh Tuhan.

Marx mengajarkan, nasib manusia sepenuhnya di tangannya sendiri; bukan dari Tuhan. Hanya manusia yang lemah yang menyerahkan nasibnya kepada belas kasihan Tuhan (Yang Maha Pengasih). Mereka yang lemah inilah yang menciptakan Tuhan, sebagai pelarian dan impian dari penindasan, penistaan dan penderitaan.

Karenanya, terkenal doktrin Karl Marx tentang moral dan agama: Agama adalah candu bagi rakyat (religions is an opium for the

people). Bukan Tuhan yang menciptakan manusia; melainkan manusia (yang

lemah) yang menciptakan Tuhan ---maksudnya sebagai pelarian dan impian masuk surga---

Marx mengajarkan pula, dalam teori sosial ekonomi bahwa mereka yang menguasai materi benda-benda ekonomi itu ialah kaum yang menguasai modal sebagai kekayaan dan kekuatan. Marx menyebut mereka sebagai kaum kapitalisme (= kaum yang menguasai modal untuk hidup. Modal terutama berwujud: tanah dan uang).

Kaum modal makin berkembang sebagai kaum kapitalis berkat tenaga kerja (buruh). Buruh ini dengan karyanya mampu menghasilkan nilai tambah; dari benda-benda modal (tanah dan komuditas ekonomi)

diolah kaum buruh menjadi benda-benda ekonomi yang menghasilkan nilai tambah (surplus value theory).

Uraian teori nilai tambah: kaum kapitalis dengan modalnya menyediakan bahan baku: kayu jati; yang diolah oleh buruh menjadi meubel. Dengan upah buruh yang rendah, harga meubel dijual dengan harga yang cukup tinggi. Kapitalis mendapat laba .................. yang berlipat ganda, bertambah kaya.

Marx menyatakan kaum kapitalis adalah penghisap dan penindas kaum buruh. Kapitalis makin kaya berkat tenaga kerja atau buruh yang murah. Proses demikian berlangsung sebagai budaya ekonomi kapitalisme-liberalisme. Karena itulah, Marx mengeluarkan doktrin: “Hai kaum buruh sedunia, bersatulah untuk merebut hak dan kekayaanmu yang dirampas (karena diperas, dihisap) oleh kapitalis! Kaum buruh tidak akan kehilangan apapun dalam perebutan itu; kecuali kamu akan mendapatkan hak kamu ---dan kehilangan penderitaan dan kemiskinanmu!--- Kaum miskin, akan lepas dari belenggu kemiskinan!

Doktrin ini meningkat, menjadi doktrin revolusioner. Artinya, Marx menyatakan perang pada kaum kapitalis, feodal yang menindas dan menghisap kaum buruh khususnya dan rakyat miskin pada umumnya. Rakyat miskin ini dinamakan kaum proletar. Karena itu, Marx itu memprovokasi dengan doktrin berikut: “Hai rakyat dan proletar sedunia yang tertindas. Kalian harus merebut hak yang dirampas oleh kaum kapitalis (feodal dan penguasa) dengan revolusi. Kalian tidak akan kehilangan apapun, kecuali rantai belenggu kemiskinan dan penindasanmu!

Jadi, Karl Marx adalah pejuang yang mengomandokan doktrin revolusioner; yang sekarang dianut oleh kaum komunis (marxisme-komunisme-atheisme).

C. Praktek sosial politik, ekonomi dan kenegaraan.

Praktek sosial politik dan ekonomi sepenuhnya dikendalikan oleh negara (sebagai pelaksanaan sistem kedaulatan negara). Kedaulatan negara dilaksanakan oleh partai komunis bangsa itu; sebagai partai (tunggal) dalam negara komunis. Artinya, sistem sosial politik dan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 19: Buku Komunisme Final New

24

25

ekonomi sepenuhnya dikendalikan oleh partai komunis ---atas nama negara --- dan sebagai pelaksanaan ideologi marxisme-komunisme-atheisme.

Praktek kenegaraan, ialah sistem kedaulatan negara; semua warga negara wajib setia kepada partai dan ideologi negara---yakni ideologi marxisme-komunisme-atheisme---. Sistem kenegaraan ini diakui dalam kepustakaan ilmu politik modern, sebagai sistem etatisme (=pemujaan rakyat warganegara kepada negara; yakni negara komunisme!)

Berdasarkan sistem ideologi marxisme-komunisme-atheisme, semua rakyat warganegara memiliki fungsi sosial; yakni fungsi kerja : semua mereka adalah pekerja untuk mengelola semua: alat produksi dan modal, yang meliputi: lahan dan pertanian, perkebunan, perikanan pabrik, industri, pelabuhan, tranportasi; dan perdagangan. Jadi, semua warganegara sebagai rakyat adalah abdi negara dan abdi masyarakat (=fungsi sosial dan fungsi kerja!).

Semua rakyat sebagai warga negara adalah pemilik kolektif negara; artinya, pemiliki semua kekayaan didalam negara. Kepemimpinan di dalam negara dipercayakan sepenuhnya kepada partai komunis ---mulai pusat sampai daerah-daerah; sebagai CC (=Central Committee); sampai distrik atau daerah-daerah dalam wilayah negara itu---

Praktek sistem komunis sepenuhnya dikendalikan oleh Pimpinan partai, atas nama partai komunis (=partai negara); mulai tingkat pusat sampai daerah. Jadi, umumnya kekuasaan negara dipegang/dipercayakan kepada ketua CC dan ketua-ketua partai tingkat daerah. Sistem ini dikenal sebagai sistem totaliter; sebagai sistem otoriter dan diktatorial. Karena itulah, negara komunis diakui sebagai negara totaliter (authoritarianisme). Kekuasaan pemerintahan bersifat mutlak (cenderung dengan tangan besi) atas nama : revolusi dan atau revolusi rakyat!

Sedemikian totaliter, sehingga pengakuan dan jaminan atas HAM individu, hanya ada (tertulis, sebagai propaganda) di dalam UUD

(konstitusi). Dalam praktek, asas HAM adalah untuk manusia sebagai masyarakat (kolektivitas, negara) adalah primer; karena, individu lebur didalam masyarakat dan negara. Artinya, manusia sebagai individu sama sekali tidak bermakna (bernilai). Mereka hanya bermakna dan bernilai dalam fungsi sosial, dalam kebersamaan ---di dalam dan untuk negara --- sebagai : pekerja : buruh, tani, pedagang, guru, polisi, prajurit; jaksa, hakim, administrator negara; dan sebagainya.

Jadi, kehidupan manusia baik dalam masyarakat maupun didalam negara, bahkan di dalam alam semesta hanyalah berfungsi sebagai bagian dari totalitas kebersamaan!

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 20: Buku Komunisme Final New

26 27

28

V

R E V O L U S I K A U M K O M U N I S

Sesungguhnya, pemikiran Karl Marx sebagai peletak dasar ideologi Marxisme-Komunisme-Atheisme barulah ajaran tentang teori negara (baru) untuk dikembangkan sebagai pilihan tunggal bagi masa depan kesejahteraan manusia. Karl Marx menganggap semua negara, dengan berbagai sistem yang telah ditegakkan hampir 2000 tahun peradaban, hanyalah melahirkan penderitaan (penindasan, kemiskinan dan kebodohan) bagi bangsa-bangsa di negaranya masing-masing justru oleh kepemimpinan nasionalnya masing-masing.

Karl Marx juga mengakui penderitaan rakyat seluruh dunia adalah akibat kekuasaan kaum Kapitalisme-Liberalisme sebagai kaum modal yang menguasai kekayaan bangsa dan negara yang mereka jajah; dan atau rakyat kaum buruh yang mereka hisap tenaga kerjanya untuk berproduksi --- sementara hasil penjualannya atau laba, dimiliki dan dikuasai oleh kaum modal --- yakni kaum kapitalis.

Rakyat sebagai manusia yang menderita akibat penindasan wajib merubah nasibnya sendiri, dengan merebut hak-miliknya, yakni kekayaannya yang terus menumpuk menjadi kekayaan (modal) kaum kapitalisme! Makin kaya mereka, makin kuat kekuasaannya; makin berat penderitaan rakyat. Karenanya, dengan dipimpin kaum komunis untuk melaksanakan doktrin ideologi marxisme-komunisme-atheisme, rakyat harus percaya bahwa nasib mereka akan berubah. Mereka akan memiliki kebebasan (dari penindasan) : dari penderitaan, kemiskinan dan kebodohan. Kondisi inilah yang akan tercipta melalui revolusi kaum komunis.

Doktrin komunis percaya : bahwa negara adalah milik rakyat : rakyat lah yang berdaulat di dalam negara --- yang ditegakkan sebagai kedaulatan negara ---; rakyat adalah pengelola negara. Artinya, semua modal dalam negara : tanah, dana, kekayaan sumber alam, tenaga kerja/sumberdaya manusia; termasuk kelembagaan negara dan semua alat produksi yang menentukan kesejahteraan ekonomi rakyat wajib dikuasai rakyat atas nama negara. Perubahan ini hanya dapat terlaksana melalui revolusi. A. REVOLUSI KAUM KOMUNIS DI RUSIA

Mulai sejarah Rusia, sesungguhnya terjadi juga dengan fakta sejarah gerakan Partai Komunis China (Kuo Chan-tang). Partai Komunis Rusia (PKR) juga bukanlah pelopor pembaruan bangsa dan negara Rusia. KeKaisaran Rusia sebagai negara konservatif, diubah melalui reformasi oleh partai Menshevik (Partai Buruh Sosial-Demokrasi, non-komunis) dengan melakukan perubahan keKaisaran menjadi Republik. pada 20 Februari 1917. Partai Buruh Sosial-Demokrasi, mengambil alih kekuasaan Kaisar Rusia dengan damai (kudeta tidak berdarah). Sementara partai Menshevik melakukan penataan pemerintahan (transisi) negara, kaum komunis: Partai Bolshevik (Partai Komunis Rusia, disebut juga partai-merah) yang dipimpin Vladimir Ilich Ulianov Lenin (1870-1924) --- atau Lenin --- melakukan kudeta atas kekuasaan (yang baru dipegang partai Menshevik) pada 17 Oktober 1917. Kemudian oleh partai Bolshevik Kaisar (terakhir) Rusia : Tsar Nicolas II ditembak mati pada 17 Juli 1918. Jadi, Partai Komunis Rusia (Bolshevik, sebagai partai merah) justru melakukan kudeta berdarah!

Kemudian, revolusi komunis Rusia terus mengkonsolidasi kekuatan politiknya dengan menindas dan menumpas semua kekuatan rakyat yang anti komunis (karena rakyat Rusia umumnya adalah penganut agama Kristen Ortodoks). Karena kaum komunis sebagai penganut marxisme-komunisme-atheisme mempropagandakan dirinya sebagai kaum modern dan revolusioner, mereka terus menumpas kaum beragama sebagai kaum kontra-revolusioner --- anti revolusi, anti pembaruan --- sampai semuanya dilumpuhkan.

Sejarah mencatat, kekuasaan komunis di Rusia sejak 1917 itu ditegakkan dengan tangan besi; lebih-lebih dibawah kepemimpinan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 21: Buku Komunisme Final New

29

Joseph Stalin (1879-1953). Negara Rusia meluaskan kekuasaan dan kedaulatannya menjadi Unie Soviet --- yaitu Republik Rakyat Rusia Raya, atau : Unie Soviet Socialist of Russians = USSR ---. Ketika Rusia, tepatnya Unie Soviet menjadi bagian negara pemenang Perang Dunia II, 1945 maka USSR di dalam PBB diakui sebagai lima negara besar (= Five Bigs, lima besar; kemudian terkenal sebagai negara super-power, atau negara adidaya dengan kekuasaan Hak Veto dalam PBB).

Dunia mencatat, sedemikian kuat pengaruh ideologi marxisme-komunisme-atheisme di dunia modern, maka sejak 1950 terjadilah kompetisi perebutan supremasi ideologi politik, antara blok Barat (dipelopori : Amerika Serikat, USA, sebagai pemimpin Sekutu : Eropa Barat) berhadapan dengan Unie Soviet, sebagai blok Timur sebagai blok Komunis.

Perang dingin ini berakhir, dengan runtuhnya rezim komunisme Unie Soviet, sebagai dampak reformasi glasnost dan perestroika yang dipelopori Presiden Unie Soviet Michael Gorbachev yang dimulai sekitar 1987; berpuncak 1990. Dengan berakhirnya perang dingin, maka Amerika Serikat (USA) menjadi negara superpower tunggal atas nama blok Barat, sebagai pencerminan supremasi ideologi kapitalisme-liberalisme.

Kepada bangsa dan rakyat Indonesia, terutama generasi muda; marilah kita belajar dari berbagai fakta sejarah di dunia; mulai Eropah, Eropah Timur khususnya, sampai Asia, terutama China dan Asia Timur dan Tenggara lainnya--- Korea Utara, Vietnam, Kamboja, dan Laos--- bagaimana kondisi rakyat dan negara mereka dalam perang saudara---yang porak-poranda akibat perebutan kekuasaan, yang digerakkan oleh partai komunis. Termasuk dalam negara RI --- yang diproklamasikan 17 Agustus 1945, oleh Soekarno Hatta sebagai NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45 --- PKI melakukan kudeta (berdarah, dan membabi buta) di Madiun 18 September 1948. PKI juga mengulangi kembali usahanya untuk merebut kekuasaan yang sah dalam NKRI melalui kudeta yang lebih terkenal sebagai G 30 S/PKI pada 1 Oktober 1965.

Bagi Karl Marx, semua manusia yang tidak menganut paham marxisme-komunisme-atheisme, adalah lawan (= musuh) yang harus ditaklukkan/dikuasai, untuk dijadikan (penganut) komunisme!.

Demikianlah secara umum, berbagai bangsa dengan berbagai ajaran ideologi di dunia modern, mereka bedakan dan pertentangkan antara:1. Penganut setia ajaran komunisme, berhadapan dengan semua ajaran

selain komunisme (non-komunis).2. Mereka yang menganut paham non-komunis (kaum feodalisme,

kapitalisme, liberalisme, agamis) adalah lawan atau musuh yang harus ditaklukkan. Dalam praktek sosial politik, kaum komunis berhadapan dengan kaum kapitalis (seperti: kaum modal, ningrat, penguasa). Kaum komunis senantiasa membela (sebagai misi perjuangannya) kaum miskin (proletar, buruh, petani) dan rakyat yang ditindas oleh penguasa dan atau kaum kapitalis!.

3. Kaum komunis percaya manusia miskin akibat penindasan kaum kapitalis, termasuk kaum feodal dan kekuasaan lembaga keagamaan ---dalam sejarah Barat lembaga Gereja---. Karena itulah, kaum komunis anti semuanya. Untuk mengikis kekuatan musuhnya itu, Karl Marx juga menyatakan: agama adalah candu bagi rakyat “Religion is the opium of the people . ....... That is why the founders of Marxism considered scientific and materialist propaganda as the most powerful weapon in the fight against religion!” (Marx & Engels 1955: 9-10).

4. Kaum buruh diperalat dan diperbudak oleh kaum modal (kapitalis) sehingga makin miskin dan tertindas. Karena itulah Marx mempropagandakan perlunya revolusi sosial untuk meruntuhkan kekuasaan kapitalis (yang di dunia modern dipelopori oleh negara Amerika Serikat dan Eropa Barat sebagai penganut ideologi kapitalisme-liberalisme). Polarisasi dunia modern berwujud perang dingin antara blok Timur (= negara-negara komunis) berhadapan dengan blok Barat (= negara-negara kapitalisme-liberalisme).

5. Ajaran marxisme-komunisme-atheisme ditegakkan dan dikembangkan sebagai doktrin dan dogma yang dianut dengan keyakinan dan fanatisme oleh penganutnya. Keyakinan dogmatisnya sederajat dengan agama (Tuhan). Artinya, ajaran ideologi marxisme-komunisme telah menggantikan posisinya bagi penganut komunis, sebagai agama! (dogmatisme ideologi).

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 22: Buku Komunisme Final New

3031

32

Kaum komunis punya doktrin unggul: “tujuan menghalalkan cara”. Juga, mereka berkeyakinan, bahwa untuk mencapai tujuan komunisme, jalan dan metode terbaik hanyalah revolusi!

Karenanya, kita umat beragama; termasuk semua ideologi non-komunis menganggap Karl Marx adalah nabi kaum komunis; dan marxisme-komunisme adalah agama mereka. Karena kaum komunisme menganut paham atheisme, berarti tidak ada moral agama! Bagi mereka, hanya ada satu kebenaran: marxisme-komunisme-atheisme. Jadi, merekalah yang paling baik dan paling benar!

Kita bangsa Indonesia menganut ideologi Pancasila, yang mengakui sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mengajarkan supaya umat manusia adil dan beradab, berdasarkan moral Ketuhanan dan keagamaan kita masing-masing. Jadi, kita berkewajiban menegakan nilai-nilai moral yang diamanatkan Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran agama kita masing-masing.

B. REVOLUSI KAUM KOMUNIS DI CHINA

Sejarah negara China modern dimulai dengan berdirinya Republik China, yang dipelopori oleh tokoh pemikir China modern Dr. Sun Yat-sen (1866-1925) pendiri Republik China Nasionalis. Sun Yat Sen memimpin pembaruan China dengan mengambil-alih kekuasaan Kaisar China terakhir dari dinasti Manchu pada 10 Oktober 1911. Maka, Dr. Sun Yat Sen adalah Presiden China modern pertama.

Kepustakaan sejarah China modern mengakui besarnya pengaruh Sun Yat-sen sebagai pelopor pemikiran pembaruan. Terkenal ajarannya dengan nama Three People Principles atau San Min Chu I, yakni: Min tsu, Min chuan, Min sheng yang bermakna: nasionalisme, demokrasi dan sosialisme. Ajaran inilah yang mendapat dukungan rakyat dan bangsa China untuk menjadikan Kekaisaran China menjadi Republik China.

Kekuasaan dalam Republik China modern berpusat pada partai China Nasionalis (Kuo Mintang); yang setelah Sun Yat-sen wafat diteruskan oleh kepemimpinan Jenderalisimo Chiang Kai-shek (1887-1975) sekaligus sebagai pemimpin partai Kuo Mintang.

Sementara itu kepemimpinan partai nasionalis China, dibayangi oleh gerakan partai Komunis China, yang dipelopori dan dipimpin oleh Mao Tse-tung (1893-1976) dengan partai Komunis China (Kuo Chan-tang). Kemudian, Mao Zedong (namanya dengan ejaan baru) dengan kekuatan rakyat pendukung partai Komunis China melakukan kudeta atas republik China modern pada 1 Oktober 1949, sehingga berdirilah Republik Rakyat China (RRC) sebagai negara Komunis terbesar disamping Unie Soviet.

Sebenarnya bangsa China dipimpin Dr. Sun Yat-sen adalah tokoh pembaruan (reformasi) China modern. Dr. Sun Yat-sen terkenal dengan ajarannya sebagai Bapak China Nasionalis. Ajaran Dr. Sun Yat-sen terkenal sebagai San Min Chu I, sebagai ajaran Three People Principles = Minchu, Minchuan, Minsheng = nasionalisme, demokrasi, sosialisme). Sun Yat Sen merombak kekuasaan kaisar China terakhir menjadi negara demokrasi pada 1912. China, yang lebih terkenal sebagai Tiongkok Raya, dan Republik China nasionalis yang dikembangkan dengan asas San Min Chu I. Ketika Dr. Sun Yat Sen wafat, kepemimpinan nasional China dipimpin oleh Jenderal Chiang Kai-shek.

Jadi, fakta sejarah merekam bahwa revolusi (kaum) komunis di negara China, bukanlah dirintis dan dipelopori oleh kaum komunis China; melainkan oleh kaum nasionalis yang dipelopori pemikir dan pemimpin China modern, Dr. Sun Yat-sen .

Chiang Kai-shek dengan partai nasional (Kou Mintang) dianggap korrup. Kaum oposisi yang terhimpun dalam partai Kou Chantang (= partai komunis China) dipimpin Mao Zedong, pada 1 Oktober 1949 berhasil menggerakkan revolusi rakyat dan mendirikan Republik Rakyat China (RRC). Chiang Kai Check bersama rakyat yang berjiwa nasionalis mengasingkan diri dan pemerintahannya ke pulau Formosa; yang kemudian menjadi negara Taiwan (perhatikan: partai nasionalis pelopor pembaruan bangsa dan negara China, dari kekaisaran menjadi republik China; namun direbut/kudeta oleh revolusi partai komunis China 1 Oktober 1949), menjadi Republik Rakyat China (RRC) Chiang Kai-shek dengan partai nasional (Kou Mintang) dianggap korrup. Kaum oposisi yang terhimpun dalam partai Kou Chantang (= partai komunis China) dipimpin Mao Zedong, pada 1 Oktober 1949 berhasil menggerakkan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 23: Buku Komunisme Final New

33

34

revolusi rakyat dan mendirikan Republik Rakyat China (RRC). Chiang Kai-shek bersama rakyat yang berjiwa nasionalis mengasingkan diri dan pemerintahannya ke pulau Formosa; yang kemudian menjadi negara Taiwan (perhatikan: partai nasionalis pelopor pembaruan bangsa dan negara China, dari kekaisaran menjadi republik China; namun direbut/kudeta oleh revolusi partai komunis China 1 Oktober 1949), menjadi Republik Rakyat China (RRC).

Sejarah mencatat bahwa revolusi kaum komunis Indonesia, yang diperjuangkan PKI dengan kudeta 1 Oktober 1965, jelas mengambil nilai hari keramat dari revolusi komunis China (1 Oktober 1949); bahkan juga revolusi komunis Rusia 17 Oktober 1917. Rupanya, kaum komunis masih percaya adanya nilai tanggal keramat --- bulan Oktober ---, meskipun kaum komunis tidak percaya adanya Tuhan (= atheisme)!

Memasuki abad XXI, bangsa China dengan bangga menunjukkan kejayaannya dalam negara RRC sebagai negara berdasarkan sistem marxisme-komunisme-atheisme. RRC bangkit sebagai bangsa dan negara industri modern, dengan GNP sekitar US $ 1300 milyard/tahun (dengan penduduk/SDM 1300 juta jiwa).

Fenomena ini tidak perlu kita kagumi. Bangsa dan negara Jepang modern, sebagai bangsa yang menganut ideologi konvensional --- Bushido dan theokratisme --- ternyata menampilkan negara industri yang lebih unggul, dengan GNP sekitar US $ 3300 milyard/tahun (dengan penduduk/SDM 150 juta jiwa).

Meskipun demikian, teknologi dan kekayaan dalam negara bukanlah tujuan akhir suatu bangsa yang berbudaya, beradab dan bermartabat; lebih-lebih bagi bangsa yang bermoral Ketuhanan dan keagamaan --- sebagai bangsa Indonesia, dan berbagai bangsa di dunia modern umumnya --- termasuk bangsa Rusia, pasca reformasi 1990 !.

C. Kritik : Rasional dan Normatif (dari Penulis)

Memperhatikan pemikiran dan karya serta praktek ajaran Karl Marx dalam sistem kenegaraan dan politik negara-negara komunis di dunia, dapat dikemukakan beberapa kritik:

Kritik Normatif Filosofis Ideologis

1. Karl Marx mendegradasikan teori dialektika yang diajarkan Hegel, menjadi teori dialektika historis materialisme. Karena potensi dan kehidupan pribadi manusia sebagai makhluk unggul yang bermoral dan bermartabat bukanlah hanya tergantung dan ditentukan oleh faktor materi (= benda-benda ekonomi, komuditas, sandang-pangan-papan yang bersifat materi dan jasmaniah).Martabat manusia juga memiliki potensi kerokhanian: pikir, rasa-karsa, cipta-karya, dan budinurani dalam integritas dengan potensi jasmaniah (termasuk pancaindera).

2. Benda ekonomi bahkan alam “hanyalah” prawahana dan media kehidupan umat manusia. Secara filosofis dan religius manusia diciptakan oleh Maha Pencipta mengemban visi-misi penciptaan; terutama: untuk mengabdi kepada Maha Pencipta dan memelihara kebersamaan sebagai kebajikan yang menjamin kesejahteraan, keadilan serta kebahagiaannya di dunia dan dalam alam keabadian (posthumous).

3. Realitas sosial ekonomi dan politik bukanlah sepenuhnya dalam dialektika (polarisasi) atau pertentangan; melainkan antar perbedaan unsur dan komponen semesta justru sinergis (bekerjasama, terpadu) sesuai dengan fungsi eksistensial mereka. Kita menyaksikan kehadiran matahari (untuk cahaya dan energi), rembulan yang redup-sejuk sebagai wahana beristirahat makhluk hidup. Demikian juga keberadaan orang kaya (kapitalis) membutuhkan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas komuditas ---demi kehidupan seluruh masyarakat---. Juga tenaga kerja (buruh, orang miskin) memerlukan kerja untuk mendapatkan upah demi memenuhi kebutuhan hidupnya ---karena mereka tidak memiliki sumber daya alam/materi/komuditas---. Jadi, realitas semesta adalah realitas sinergis-fungsional.

D. Kritik Ideologis, Politik, Sosial Budaya dan Ekonomi

Fakta sejarah dari negara Unie Soviet (USSR) sebagai negara adidaya di dunia internasional, dan sebagai panglima blok Timur (blok

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 24: Buku Komunisme Final New

35

komunis) yang dikembangkan oleh revolusi komunis sejak 17 Oktober 1917. Kejayaan USSR yang menindas dan memaksa semua rakyat Eropa Timur untuk menganut marxisme-komunisme-atheisme, ternyata berakhir dengan tragedi sosial politik ekonomi yang meruntuhkan citra ajaran ideologi marxisme-komunisme-atheisme!

Mulai bergejolaknya tantangan internal antara kaum fanatik – doktriner marxisme-komunisme-atheisme berhadapan dengan kaum revisionisme; juga kaum pembangkang yang dipelopori oleh baik politisi intelektual (seperti: Millovan Djilas tokoh Hungaria, yang menulis: New Class; oleh pujangga Boris Pasternak (1890-1960), dengan karyanya Dr. Zhivago penerima Nobel Sastra 1958. (EB Micropaedia 1982, vol VII: 790). Juga pujangga dan budayawan terkemuka Alexander Solzhenitsyn (1919-2008) pemenang hadiah nobel sastra 1970, dengan karyanya Gulag Archipelago adalah pemikir pembangkang ideologi dan rezim komunis Unie Soviet. Karena kritiknya demikian, dia dianggap pembelot; kemudian mengasingkan diri menetap di Amerika Serikat. Pembangkangan kaum intelegensia dalam negara Unie Soviet terus berlangsung; termasuk oleh pemimpin/Ketua Dewan Ilmu Pengetahuan USSR Dr. Andrei Sakharov; dan lain-lain. Jadi, ideologi komunisme dan rezim totaliter baik di Unie Soviet (USSR) maupun di RRC senantiasa mendapat kritik dan tantangan kaum intelegensia.

Sebagaimana juga tokoh-tokoh politik yang ditindas oleh rezim diktator Joseph Stalin dan pengikut-pengikutnya, penindasan itu terus berlangsung dalam era kepemimpinan penerusnya; sampai menjelang adanya reformasi 1985.

Untuk lebih mengerti bagaimana praktek ajaran marxisme-komunisme-atheisme sejak revolusi komunis dimulai, baik di Rusia, dibeberapa negara Eropa; maupun di RRC dapat kita baca dan cermati dalam buku karya (penelitian) Taufiq Ismail (2004 : 3-22), bagaimana rezim komunisme atas nama revolusi menindas HAM warganegaranya sendiri. Data dan fakta ini membuktikan bahwa ajaran komunisme sungguh-sungguh mempraktekkan budaya dan “moral atheisme” yang amat zalim dan keji --- tidak mengenal moral perikemanusiaan --- dengan menindas HAM. Tindakan revolusioner ini

sebagai rekaman sejarah drama tragedi peradaban sosial politik umat manusia dalam awal abad XX.!

Kemudian watak menindas HAM dan merebut supremasi ideologi marxisme-komunisme-atheisme oleh rezim negara komunis ---yang dipimpin Unie Soviet sebagai panglima blok Timur --- berlanjut dalam agitasi dan propaganda agar semua partai komunis diberbagai negara, mengadakan revolusi ! Juga, terus berlanjut dengan politik perang dingin antar ideologi yang berhadapan (menentang) marxisme-komunisme-atheisme; terutama blok Barat --- yang dinamakan sebagai perang dingin ---.

Dalam kondisi perang dingin antara Amerika Serikat sebagai pemimpin pihak Sekutu (blok Barat) penganut ideologi kapitalisme-liberalisme dengan Unie Soviet sebagai pemimpin (blok Timur) penganut ideologi marxisme-komunisme –atheisme. Perang dingin ini yang cukup panjang (1950-1985) berakhir, bersamaan dengan runtuhnya rezim komunis Unie Soviet.

Dalam kubu blok komunisme, terjadi pula kompetisi dan perebutan supremasi kepemimpinan blok komunisme; yakni: RRC. Di dalam negara RRC juga budaya penindasan otoritas tunggal rezim komunis, terus berlangsung; terutama melalui yang mereka sebut : revolusi kebudayaan.

Kemudian dalam dinamika proses perang dingin yang cukup panjang, USSR justru runtuh oleh kekuatan reformasi di dalam negaranya sendiri.

Keruntuhan negara adidaya Unie Soviet (USSR) sesungguhnya adalah bukti bahwa rakyat USSR seluruhnya tidak percaya lagi atas kebenaran dan keunggulan ajaran marxisme-komunisme-atheisme yang ditegakkan dalam sistem revolusioner negara komunis.

Rakyat Unie Soviet yang sejak dalam kekaisaran Rusia adalah bangsa yang sangat religious, sebagai penganut agama Katholik Ortodoks tetap teguh percaya kepada nilai Ketuhanan. Mereka juga makin yakin atas kepalsuan ideologi komunisme; mulai sikap moral atheisme, penindasan HAM sebagai bukti runtuhnya moralitas manusia penganut ideologi marxisme-komunisme-atheisme; juga keruntuhan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 25: Buku Komunisme Final New

36

29

37

dan kebangkrutan sistem ekonomi negara komunis yang berwatak etatisme.

Praktek rezim komunis negara Unie Soviet, juga berbagai negara komunis Eropa Timur, memberikan bukti kegagalan ajaran marxisme-komunisme-atheisme. Rezim komunisme hanya meruntuhkan moral dan martabat manusia untuk menjadi penganut atheisme. Manusia hanya dihargai sebagai makhluk pekerja (buruh) untuk sebanyak-banyaknya menghasilkan produksi (= materi, komuditas, ekonomi) yang bermakna manusia hanyalah makhluk biologis dan jasmaniah.

Kondisi demikian, tidak mengenal adanya motivasi kerohanian sebagai kepribadian manusia untuk mewujudkan sikap sosial, nasional dan kebajikan moral. Kebebasan beragama, bahkan hak untuk percaya kepada Ketuhanan harus dihapuskan, menjadi faham internasionalisme dan atheisme, sekaligus menghapuskan kesadaran menghormati HAM dan keadilan sebagai moral kemanusiaan universal !

Khusus kepada kader PKI / KGB dalam NKRI, hendaknya dapat memahami bagaimana runtuhnya rezim komunisme di Unie Soviet, dan bagaimana kebangkitan ideologi baru --- yang sama sekali bukan : marxisme-komunisme-atheisme --- untuk membangun bangsa dan negara Rusia baru. Rakyat Rusia cukup menderita penindasan hak kebebasan beragama; sekaligus 70 tahun dalam revolusi komunis yang tidak melahirkan kesejahteraan rakyat. Karenanya, mereka tidak mau lagi percaya kepada propaganda marxisme-komunisme-atheisme.

Untuk itu, khusus bagi neo-PKI/KGB, cermati dan hayati secara rasional data berikut :1. Reformasi dalam negara Unie Soviet yang dipelopori Michail

Gorbachev dengan visi-misi glasnost dan perestroika telah melahirkan kebangkitan primordialisme; sehingga bangsa dan negara-negara yang membentuk konfederasi Unie Soviet (adidaya) runtuh, kembali menjadi negara merdeka sebagai pra-revolusi 17 Oktober 1917. Unie Soviet runtuh menjadi negara tidak berdaya! Tinggallah, Rusia (dengan penduduk 155 juta) sebagai negara terbesar, ex. Unie Soviet!

2. Dengan kepemimpinan Presiden Gorbachev, era reformasi memberi kemerdekaan 5.000 gereja dan 2.500 masjid dibuka dengan kebebasan penuh bagi penganutnya!

3. Kemudian Rusia di bawah kepemimpinan Boris Yeltsin, dan dilanjutkan oleh Presiden Vladimir Putin Rusia bangkit menjadi negara adidaya, sosial politik dan ekonomi. Negara Rusia 2007 telah memiliki devisa cadangan US $ 500 milyard, GDP rata-rata di atas 7%; + dana stabilisasi nasional US $160M; dan semua hutang LN-nya lunas!

4. Rakyat Rusia bebas beragama, partai komunis kehilangan kredibilitasnya; dan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat sangat meningkat!

Memasuki kepemimpinan pasca Presiden Putin, negara Rusia terus berkembang dengan peningkatan GNP khusus migas lebih dari US $ 170 milyard/tahun. Sekarang, dengan kepemimpinan Presiden Rusia yang muda Dmitry Medvedev dan PM Vladimir Putin Rusia terus meningkatkan ekonomi nasional sebagai bagian peningkatan kredibelitas negara Rusia pasca sistem komunisme

Mengapa Rusia berjaya setelah berhenti (baca: membuang) sistem komunisme?

Kami yakin, fenomena itu mendidik umat manusia, lebih-lebih bangsa Indonesia dan elite reformasi, untuk mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Esa memberkati rakyat, bangsa dan negara Rusia……karena mereka kembali memuja Tuhan ---yang lebih dari 70 tahun revolusi komunis, Tuhan dan agama dianggap sebagai candu masyarakat seraya memuja materialisme – atheisme….sehingga mereka makin miskin dan menderita karena belenggu totalitarianisme marxisme-komunisme-atheisme dalam budaya ideologi politik dogmatisme etatisme!

Apakah penganut dan kader komunisme di Indonesia (PRD, Papernas, neo-PKI/KGB) tidak memiliki pemikiran rasional atas fakta sejarah dari benteng dan pelopor revolusi komunisme di dunia itu…..?! Kita akan terus menyaksikan drama dunia dan drama moral kemanusiaan dan peradaban yang akan mereka alami. Juga dalam NKRI bila mereka elite reformasi tidak mau belajar dari reformasi Unie Soviet yang runtuh dari negara adidaya, menjadi negara tidak berdaya!

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 26: Buku Komunisme Final New

38

39

(McCoubrey & Nigel D. White 1996: 109 – 132; dan Harian Kompas No. 249 tahun ke-43,12 Maret 2008)

Mengapa Rusia berjaya?Kami yakin, fenomena itu mendidik umat manusia, lebih-lebih

bangsa Indonesia dan elite reformasi, untuk mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Esa memberkati rakyat, bangsa dan negara Rusia……karena mereka kembali memuja Tuhan ---yang lebih dari 70 tahun revolusi komunis, Tuhan dan agama dianggap sebagai candu masyarakat seraya memuja materialisme – atheisme….sehingga mereka makin miskin dan menderita karena belenggu totalitarianisme marxisme-komunisme-atheisme dalam budaya ideologi politik etatisme!

Apakah penganut dan kader komunisme di Indonesia (PRD, Papernas, neo-PKI/KGB) tidak memiliki pemikiran rasional atas fakta sejarah dari benteng dan pelopor revolusi komunisme di dunia itu…..?! Kita akan terus menyaksikan drama dunia dan drama moral kemanusiaan dan peradaban yang mereka akan alami.

VI

GERAKAN (IDEOLOGI) PKI DALAM INTEGRITAS NKRI SEBAGAI SISTEM KENEGARAAN PANCASILA

Sejak Indonesia berjuang merebut kemerdekaannya, peranan PKI sama sekali tidak terekam dalam sejarah nasional. Pada 1926, PKI mencoba melawan Belanda, namun ditumpas dan sebagian tokoh mereka ditangkap. Kemudian, sampai menjelang Proklamasi 1945, mulai persiapan kemerdekaan (rapat BPUPKI maupun PPKI untuk merumuskan Dasar Negara Pancasila dan UUD Negara Indonesia merdeka), sama sekali tidak ada rekaman peranan PKI atau tokoh-tokohnya! Mengapa, dan mengapa ?.....

Sebaliknya, setelah Indonesia merdeka berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta, kemudian berdirilah NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45 --- kemudian Pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Ibu Kota sementara, Jogjakarta --- ternyata, PKI memberontak atas negara Indonesia merdeka itu di Madiun 18 September 1948 ---.

Fakta sejarah ini membuktikan kepada kita, rakyat Indonesia; khususnya generasi muda bangsa, atas fakta sejarah baik di Rusia maupun di China --- yang kita baca dimuka ---. Kaum komunis, PKI senantiasa hanya dapat merampok kemerdekaan dan atau revolusi, atau reformasi yang telah dirintis dan dimulai oleh tokoh-tokoh nasional bangsa; termasuk di Indonesia! Praktek demikian adalah pancaran dari manusia atau jiwa manusia yang tidak bermoral; atau tidak memiliki semangat heroisme dan patriotisme. Sebaliknya, praktek PKI hanyalah pancaran dari tingkah laku manusia yang tidak bermoral, a-sosial, a-nasional atau a-moral --- sebagai perwujudan kepribadian manusia penganut : atheisme !---.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 27: Buku Komunisme Final New

4041

Demikianlah, wajah ideologis dan peta politik budaya dan moral kaum komunis sedunia, termasuk di Indonesia sebagai dilaksanakan PKI.

Paham dan ajaran ideologi komunisme mulai berkembang di Eropa (di German) oleh Karl Marx. Ideologi ini menghimpun semua kaum buruh sedunia, dan kaum miskin (proletar, jembel) yang dinggap tertindas oleh kaum modal (kapitalis, orang kaya). Ideologi ini mempropagandakan kehidupan kaum buruh dan rakyat miskin yang lebih sejahtera; dengan merebut kembali hak-hak mereka yang dikuasai dan dirampas oleh kaum kapitalis ( kapitalisme- liberalisme) yang menjajah bangsa-bangsa.

Ideologi komunisme membangkitkan semangat kaum buruh dan rakyat miskin (sedunia) untuk bersatu melawan kapitalisme-liberalisme. Jadi, ideologi komunis bersifat mendunia (internasional). Karenanya, dinamakan komunisme internasional (Komintern).

Sebagian pemuda pelajar mahasiswa Indonesia yang studi di Eropa, sangat terpikat dengan ideologi komunis. Ketika mereka kembali ke Indonesia, kaum terpelajar ini juga menjadi kader dan pelopor kaum komunisme. Mereka, mulai menyelinap dalam berbagai organisasi perjuangan melawan penjajahan Belanda. Merekalah perintis dan pejuang pelopor kaum komunis Indonesia. Ketika, mereka merasa cukup kuat barulah secara terbukan menyatakan diri sebagai Partai Komunis Indonesia (PKI) 1926.

Ajaran komunisme yang dikembangkan oleh Karl Marx bersama Frederich Engels, mulai ditegakkan dengan revolusi I kaum komunis di Rusia 17 Oktober 1917. Melalui berbagai propaganda gerakan komunisme menjangkau berbagai negara di Eropa; kemudian dianggap sebagai gerakan komunis internasional ---terkenal sebagai commintern = communisme international---. Jadi, pengikut Karl Marx berjuang untuk mengembangkan ajaran komunisme bagi bangsa-bangsa sedunia.

Di negeri Belanda seorang pemimpin buruh bernama H.J.F.M.Sneevliet mendirikan Partai Buruh Sosial-Demokrat (Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP) sebagai gerakan kaum komunis di negeri Belanda. Gerakan ini berkembang menjadi Indische Sociaal-Democratische Vereniging (ISDV), kemudian menjadi pelopor partai komunis. Kader ISDV ini menyelinap menjadi anggota Sarekat

Islam (SI), yang kemudian baru (berani) mendirikan SI-Merah 1924; sebagai cikal bakal PKI 1926.

Dalam proses itulah, tokoh-tokoh komunis mulai berjuang sebagai penganut marxisme-komunisme-atheisme; seperti : Semaun, Darsono, Alimin, Muso, dal lain-lain. Mereka, sebagai bangsa Indonesia suku Jawa (penganut agama Islam abangan) tergoda dan terpikat dengan ideologi sosialisme-komunisme yang mulai menampilkan perjuangannya melalui revolusi Oktober di Rusia 1917.

Sekitar tahun 1920-an pemuda-pemuda Indonesia yang belajar di Eropa mulai aktif memperjuangkan Indonesia Merdeka, dengan mendirikan Perhimpinan Indonesia (PI). Dalam kongres PI 5 Desember 1926 di Paris, PI dengan resmi menuntut Indonesia Merdeka. Karenanya, pemerintah Hindia Belanda menganggap PI gerakan radikal; dan mengawasi gerakannya. Sementara itu tokoh-tokoh muda komunis (PKI) menyatakan mengakui kepemimpinan PI, sehingga pemerintah Belanda makin mencurigai PI sebagai organisasi radikal---dengan sikap komunis demikian, berarti kaum komunis menumpangi perjuangan PI--- Jadi, kaum komunis senantiasa tidak mandiri; dan tidak ksatria dalam perjuangannya.

Ketika itu di Indonesia juga pemuda mahasiswa terus menggalang perjuangan dan persatuan melalui organisasi sosial budaya dan politik untuk kemerdekaan Indonesia. Demikianlah tercatat dibentuknya Budi Utomo 20 Mei 1908 ---yang kemudian diakui sebagai Kebangkitan Nasional---. Juga didirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang dipelopori H. Samanhudi. (1911, 1913) Perjuangan dibidang ekonomi ini berlanjut dengan perjuangan politik melalui pembentukan Sarekat Islam (SI) yang dipelopori HOS Tjokroaminoto. Kemudian ternyata, sebagian tokoh SI ini adalah kader penganut dan pelopor gerakan komunisme ---yang kemudian dicatat sebagai SI merah--- dan memisahkan diri dengan membentuk partai komunis Indonesia (PKI),

Bangsa Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam terus berjuang demi kemerdekaan nasional, melalui berbagai organisasi dan media perjuangan. Mulai melalui lembaga pedidikan Islam (pondok pesantren), sampai organisasi keagamaan dan sosial, terutama organisasi Islam:

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 28: Buku Komunisme Final New

42 43

1. Sarekat Islam dan Sarekat Dagang Islam (SI dan SDI 1911 dan 1913) yang dipelopori: H. Samanhudi, HOS Tjokroaminoto, dan lain-lain

2. Organisasi Islam Muhamadiyah, didirikan 18 November 1912 oleh tokoh H. Ahmad Dahlan (1868-1923)

3. Organisasi Islam Nahdatul Ulama, didirikan 1926 oleh Syech KH Hasyim As’ Ari (1871-1947).

4. Organisasi Pendididkan Nasional Taman Siswa, 3 Juli 1922 oleh Soewardi Soeryaningrat---yang kemudian terkenal dengan nama : Dr. Ki Hadjar Dewantara ( 1889-1959 )

5. Dan berbagai organisasi sosial, politik dan kebudayaan demi perjuangan kemerdekaan Indonesia

Perjuangan kaum terpelajar, mahasiswa dan intelektual muda Indonesia berpuncak dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang mempersatukan potensi nasional demi kemerdekaan nasional. Semangat kebangsaan Indonesia yang telah mengakui Nusantara Indonesia sebagai milik bangsa Indonesia berpuncak dengan Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945; dan melahirkan NKRI berdasarkan Pancasila – UUD Proklamasi 1945.

Berdasarkan data sejarah pemberontakan kaum komunis di Rusia dan di China, maka kita percaya kudeta PKI dengan G.30S/PKI 1 Oktober 1965 di Jakarta adalah dilandasi kepercayaan dan mitos kaum komunis atas keberhasilan revolusi Oktober tersebut di atas! Karenanya, kita bangsa Indonesia yang menganut ideologi negara Pancasila tetap percaya bahwa G.30S/PKI adalah pemberontakan/kudeta sungguh-sungguh dilakukan oleh kaum komunis Indonesia (PKI) ---yang didukung RRC sesuai berbagai bukti yang negara dan pakar kumpulkan--- dengan melalui bantuan dan konspirasi bersama tokoh-tokoh RRC. Jadi, adalah rekayasa dan fitnah keji kaum komunis (PKI dan kader-kadernya) untuk cuci tangan dan memutarbalikkan fakta sejarah dengan menghujat komponen Orde Baru sebagai dalang G.30S/PKI!

Sudah menjadi asas dan metode kaum komunis, bahwa tujuan menghalalkan cara; termasuk: provokasi, fitnah dan agitasi, adu-domba (pertentangan kelas). Karenanya, dalam era reformasi 1998-

sekarang, kader komunis bangkit dengan hujatan dan pemutarbalikan fakta sejarah. Mereka berdalih bahwa peristiwa G30S/PKI itu adalah konflik internal Angkatan Darat (AD) TNI dalam NKRI.

Bagaimanapun mereka menyusun rekayasa dan hujatan kepada Orde Baru, rakyat dan bangsa Indonesia tetap sadar, dan percaya bahwa kaum komunis-atheis (mengingkari adanya Tuhan Yang Maha Esa, berarti anti Pancasila, terutama sila I, sehingga mereka adalah manusia tidak bermoral!)

Mereka juga berdalih bahwa G.30S/PKI adalah urusan dan konflik internal Angkatan Darat dalam TNI. Bagi PKI tujuan menghalalkan cara; karenanya dengan memanipulasi data dan fakta sejarah, bahkan merekayasa fitnah ---seperti adanya Dewan Jenderal--- adalah metode yang biasa mereka lakukan. Kaum komunis sebagai penganut atheisme tidak mengenal Tuhan apalagi dosa. Karenanya, bagi mereka apa dan bagaimanapun cara perjuangannya tidak berdasarkan landasan hukum, atau etika apalagi moral; karena nilai Ketuhanan dan keagamaan samasekali mereka langkahi dan kikis dalam budaya manusia, bangsa dan warga negara di mana mereka mulai menguasai negara itu.

Bangsa Indonesia mengalami dan membuktikan bagaimana PKI melakukan pemberontakan dan kudeta, baik di Madiun September 1948; maupun di Jakarta 1 Oktober 1965---yang terkenal sebagai G30S/PKI---.

A. Revolusi Indonesia Merebut Kemerdekaan Nasional

Sejak awal berdirinya kaum komunis selalu membonceng suatu organisasi; bukan dengan prakarsa sendiri membentuk organisasi mandiri (PKI). Nampaknya mereka adalah manusia yang ragu dan tidak percaya diri (baca: pengecut). Sejarah mencatat, kaum komunis Indonesia lahir melalui organisasi Islam: Sarekat Islam (SI) yang didirikan di Solo 1911 yang kemudian menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Ketika mereka mulai merasa cukup kuat, berbagai gerakan internal di dalam SI cukup dirasakan oleh tokoh-tokoh SI murni sebagai penyimpangan (pengkhianatan) dari landasan perjuangan SI. Sekitar tahun 1924 mereka mulai bangkit dengan mendirikan SI-Merah

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 29: Buku Komunisme Final New

44 45

dengan nama resmi menjadi Sarekat Rakyat, dengan tokoh-tokoh (Semaun, Darsono, Alimin). Kemudian tokoh-tokoh itu dengan resmi mendirikan PKI 1926 yang menerima mandat dan dukungan dari partai komunis Rusia melalui tokoh Semaun.

Kemudian mereka mencoba dengan pemberontakan PKI 1926 yang kemudian gagal dan sebagian tokohnya ditangkap Pemerintah (penjajahan) Belanda dan sebagian melarikan diri ke luar negeri. Sejak itulah mereka semua tidak terlibat lagi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, sebagai terekam dalam sejarah sejak Sumpah Pemuda 1928 sampai Proklamasi 1945.

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, kondisi revolusi Indonesia mendorong Pemerintah RI mengungsi ke Yogjakarta. Dalam kondisi yang cukup krisis---karena agresi tentara Belanda---PKI bukan membela kemerdekaan Indonesia; melainkan justru menikam Pemerintah Indonesia. Sejarah mencatat, PKI melakukan pemberontakan (makar, kudeta) untuk merebut kekuasaan Pemerintah yang sah di bawah kepemimpinan Soekarno-Hatta. Pemberontakan makar ini dipimpin tokoh PKI Muso dan Alimin, terkenal sebagai pemberontakan PKI Madiun 18 September 1948. Peristiwa ini terkenal sebagai pengkhianatan PKI melalui pemberontakan PKI Madiun.

B. Pemberontakan (Revolusi) Gerakan PKI 1. Pemberontakan PKI di Madiun 18 September 1948

Tokoh-tokoh PKI baru “bangkit” berjuang untuk tujuan komunisme melalui pemberontakan PKI 18 September 1948. Nampak bagi kita, kaum komunis bukanlah ksatria dan pejuang kemerdekaan Indonesia! Indonesia merdeka yang baru merangkak bangkit mempertahankan Proklamasi ---sementara ibukota NKRI mengungsi ke Jogjakarta--- PKI melakukan pemberontakan dan makar terhadap pemerintahan yang sah dan negara Indonesia! Mereka dihadapi oleh Presiden Soekarno bersama Wakil Presiden Hatta, sebagai tersurat dalam pidato Bung Karno: “kepada rakyat warga bangsa Indonesia yang cinta Indonesia merdeka. Rakyat Indonesia silahkan memilih apakah cinta kepada Soekarno – Hatta (yang memimpin NKRI yang sah)

ataulah memilih Muso – Alimin PKI! Kalau memilih Soekarno – Hatta, kami perintahkan supaya rakyat bersama TNI menumpas pemberontakan PKI Muso – Alimin sebagai pengkhianat bangsa dan negara kita!”

TNI kita dengan bulat dan sigap bertindak menaklukkan, menguasai dan menumpas kaum komunis di Madiun khususnya.

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan kesadaran rakyat yang setia kepada negara Proklamasi 45 bersama TNI, mereka kaum komunis (PKI Muso – Alimin) dapat ditumpas.

2. Pemberontakan PKI (G.30S/PKI) 1 Oktober 1965Pemerintahan Presiden Soekarno sejak 5 Juli 1959 (setelah

Dekrit Presiden kembali melaksanakan UUD 45), ternyata lebih bernuansa revolusioner. Dengan beberapa doktrin marhenisme, Bung Karno menerapkan asas marhenisme sebagai marxisme yang diterapkan di Indonesia dengan kondisi Indonesia.

Ajaran Bung Karno sebagai pendiri PNI dengan penerapan marhaenisme demikian, dipimpin oleh Mr. Ali Sastroamidjojo (Ketua) dan Ir. Surachman (Sekjen) menimbulkan reaksi dari sebagian tokoh PNI yang berpegang kepada ajaran Bung Karno yang aseli, dengan memasyarakatkan tulisan Soekarnoisme ---melalui media cetak, terutama koran harian: Suluh Indonesia. PNI marhaensime sejati ini dipelopori oleh tokoh Osa Maliki dan Prof. Usep Ranuwijaya, SH.

Di dalam masyarakat Indonesia berkembang dan bersaing 2 pandangan PNI marhaenisme, yang dinamakan dengan akronim: PNI (ASU) sebagai singkatan marhaenisme pimpinan Ali – Surachman; dan PNI Osa-Usep yang dianggap marhaenisme sejati. Pertentangan kedua kubu PNI tersebut terkenal sebagai pertentangan PNI-ASU dengan PNI-Osa-Usep. Pertentangan ini berakhir, ketika rakyat Indonesia bangkit menumpas dan mengikis paham marxisme-komunisme-atheisme yang diperjuangkan PKI sebagai pembalasan rakyat bersama ABRI (TNI).

Melalui PNI marhaenisme ASU, mereka mempropagandakan berbagai doktrin revolusioner; mulai Panca Azimat Revolusi (*) sampai doktrin: revolusi belum selesai. Karenanya, rakyat Indonesia hidup dalam pertentangan (konflik horisontal) antara : kaum revolusioner (PKI

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 30: Buku Komunisme Final New

46 47

dan PNI-ASU) berhadapan dengan rakyat yang dianggap kontra-revolusi (mereka partai-partai lainnya, dan umat Islam).

Juga terjadilah pertentangan sosial politik antara ASU dan Osa-Usep yang cukup mengancam kesatuan dan kerukunan nasional, karena lembaga-lembaga negara (tingkat Pusat dan Daerah, kebanyakan dipimpin oleh tokoh-tokoh antar mereka). Apalagi, PKI terus provokatif dengan menuduh berbagai partai Islam, bahkan umat Islam sebagai komponen kontra-revolusi; atau sebagai kaum reaksioner!

Dalam kondisi demikian, PKI terus meningkatkan propaganda dan perjuangannya untuk merebut posisi yang lebih dominan terhadap berbagai komponen sosial politik 1960 – 1965. Melalui nasakomisasi berbagai lembaga negara, PKI makin mendapat posisi yang berimbang dengan kekuatan sosial politik lainnya. Nasakom, bermakna kesatuan kekuatan: nasional, agama, dan komunis. Artinya, ketiga potensi kekuatan dalam NKRI dianggap s a m a ; meskipun dalam realitas sosial politik: adalah kaum agama = mayoritas (agama); nasional (nasionalisme, PNI) dan komunisme (PKI) adalah minoritas. Umat Islam yang menganut ajaran agama (berKetuhanan Yang Maha Esa) tidak dapat menerima ajaran (NASAKOM Jiwaku)! Karena KOM = PKI, Penganut ideologi marxisme-komunisme-atheisme!

Jadi, PKI bukanlah ajaran yang sesuai dan sejiwa dengan dasar negara Pancasila (ideologi negara, ideologi nasional); artinya, PKI penganut dan memperjuangkan ideologi marxisme-komunisme-atheisme. Sekarang, kita namakan neo-PKI melakukan separatisme ideologi, adalah mengkhianati ideologi Pancasila; atau m a k a r!

Ajaran Bung Karno marhenisme dianggap menyimpang oleh tokoh-tokoh muda pada waktu itu, dipelopori oleh PNI Osa-Usep bersama tokoh Sayuti Melik yang menulis Soekarnoisme sebagai ajaran Bung Karno tentang Marhaenisme yang aseli---bukan : Marhaenisme ala PNI-ASU yang direkayasa kaum PKI demi perjuangannya---.

Kondisi dialektis, atau pertentangan dan konflik antara komponen revolusioner berhadapan kaum kontra-revolusioner terus berlangsung (=keadaan negara dalam krisis), tidak stabil. Dalam kondisi demikian PKI terus memantapkan tahap perjuangannya untuk merebut kekuasaan negara. Berbagai kasus sosial politik terjadi : seperti : Kasus

penyerbuan Pondok Kanigoro di Kediri; kasus Bandar Betsi di Sumatera Utara dan kasus 7 Maret 1965 di Pendopo Kabupaten Malang.

(*)=Catatan: Panca Azimat Revolusi=1. NASAKOM JIWAKU; 2. PANCASILA, 3. MANIPOL-USDEK; 4. TRISAKTI; dan 5. BERDIKARI.Panca Azimat Revolusi diakui sebagai intisari ajaran Bung Karno yang wajib diamalkan sebagai pedoman pendukung revolusi Indonesia.

C. Renungan dan Penilaian (masyarakat, umum)

Sejarah bangsa dan NKRI: PKI dengan G.30S/PKI melakukan kudeta 1 Oktober 1965 yang didukung oleh RRC. Mereka berkeyakinan akan sukses sebagaimana partai komunis China sukses 1 Oktober 1949! Jadi, tanggal 1 Oktober 1965 bukanlah suatu kebetulan, melainkan berdasarkan dogma dan doktrin komunis untuk kejayaan kaum komunis sedunia; sebagaimana juga revolusi Rusia 17 Oktober 1917 (jadi, hari keramat komunis = bulan Oktober).

Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45 diselamatkan oleh pemimpin-pemimpin, terutama oleh kepemimpinan TNI bersama seluruh komponen bangsa. Kebangkitan rakyat Indonesia untuk membela NKRI berdasarkan Pancasila-UUD Proklamasi 45, berdasarkan keyakinan manusia dan bangsa Indonesia atas kebenaran dasar negara Pancasila (ideologi negara, ideologi nasional) yang sinergis --- dan dijiwai nilai moral Ketuhanan Yang Maha Esa, dan keagamaan yang dianut rakyat Indonesia ---. Karenanya ancaman oleh gerakan kudeta PKI untuk menegakkan ideologi marxisme-komunisme-atheisme adalah ancaman atas keyakinan Ketuhanan dan keberagamaan seluruh rakyat warga bangsa Indonesia. Karenanya, perlawanan atas tindakan makar PKI menjadi kewajiban nasional, oleh seluruh komponen bangsa dan rakyat Indonesia.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 31: Buku Komunisme Final New

4849

VII

AJARAN IDEOLOGI KAPITALISME-LIBERALISME

Ajaran ideologi kapitalisme-liberalisme bersumber dari faham atau ajaran teori hukum alam (Natural Law) yang mengajarkan bahwa manusia menerima kodrat kehadiran dan kepribadiannya (di bumi) adalah sebagai anugerah alam dalam kebebasan sebagai individu. Artinya, manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi kodrati yang unggul, dengan kebebasan (kemandirian) untuk mengembangkan keunggulannya dalam alam --- lingkungan hidup, masyarakat, sosio-budaya; dan negaranya ---.

Kepribadian manusia sebagai pribadi mandiri diberkati dengan potensi hidup untuk berkembang sesuai dengan kepribadian (individualitas) yang dimilikinya. Dalam kebebasan inilah manusia akan berkembang dan menikmati kehidupan yang sesungguhnya.

Ideologi kapitalisme-leberalisme berakar dalam budaya dan filsafat barat, jauh sebelum abad XV. Kebangkitan ideologi ini meningkat sebagai anti-thesis atas dominasi dan supremasi abad pertengahan (V-XV) dengan doktrin dogmatisme kelembagaan agama (in casu: agama Kristen, pra-reformasi). Kebangkitan pemikiran budaya dan peradaban Barat ini, terkenal sebagai zaman Renaissance, yang mengunggulkan potensi dan peran manusia; karenannya diakui sebagai faham Rasionalisme dan atau Humanisme.

Para tokoh filsafat zaman itu, sangat memuja potensi akal (ratio, rasio) manusia , sebagai potensi dan martabat kemanusiaannya. Pandangan ini melahirkan ajaran filsafat Rasionalisme. Artinya, mereka senantiasa menilai suatu ajaran agama dengan akal atau rasio manusia. Apabila nilai dalam ajaran dimaksud, tidak dapat diterima oleh pemikiran rasional, ajaran itu dianggap dogmatis dan atau sebagai doktrin irrasional.

Berdasarkan ajaran filsafat rasionalisme dan humanisme ini berkembanglah faham atau ajaran sekularisme (secularism) yang menentang doktrin dogmatisme agama,termasuk otoritas(tunggal) kelembagaan agama. Kebangkitan paham sekularisme dijiwai oleh ajaran filsafat humanisme dan rasionalisme, yang memuja kebebasan (liberalisme) dan individualisme. Faham ini menilai kebenaran dan kebaikan berdasarkan akal dan budi manusia. Faham ini kemudian terkenal sebagai sekularisme.

Untuk memahami makna ajaran sekularisme, dapat dicermati kutipan ringkas berikut:”Secularism, a movement in society directed away from other worldliness to this – worldliness. ......... The movement toward secularism has been in progress during the entire course of modern history and has often been viewed as being anti- Christian and anti-religions”. (EB, Micropaedia 1982, vol. ix: 19)

“ Sekularisme, adalah suatu gerakan dalam masyarakat yang dibimbing wawasan yang meninggalkan faham (kepercayaan) adanya dunia lain (= metafisika, akhirat) menjadi pandangan yang berpusat kepada dunia realitas (dunia kehidupan, duniawi).Gerakan sekularisme mengalami kemajuan dalam seluruh era dan sejarah modern dan diakui sebagai pandangan anti agama Kristen dan anti agama-agama. “

A. Ajaran Sistem Filsafat tentang Kedudukan dan Martabat Manusia Ajaran HAM mengakui potensi, kedudukan, hak asasi, peran

(fungsi), sebagai martabat (pribadi, individu) manusia yang secara kodrati menjadi identitas dan integritas kemanusiaannya. Berdasarkan asas-asas fundamental ini, maka manusia, berkewajiban menghargai dan menjamin HAM sebagai penghormatan atas martabat kepribadian manusia di dalam masyarakat, negara dan hukum; bahkan dalam budaya dan peradaban secara universal.

Secara universal diakui kedudukan dan martabat manusia sebagai dinyatakan, antara lain: “... these values be democratically shared in a world-wide order, resting on respect for human dignity as a supervalue . . .” (Bodenheimer 1962: 143). Sebagaimana juga Kant

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 32: Buku Komunisme Final New

5051

menyatakan: “...that humanity should always be respected as an end itself (Mc Coubrey & White 1996: 84)

Pemikiran mendasar tentang jatidiri bangsa, peranannya dalam memberikan identitas sistem kenegaraan dan sistem hukum, dikemukakan juga oleh Carl von Savigny (1779 - 1861) dengan teorinya

yang amat terkenal sebagai Volksgeist --yang dapat disamakan sebagai jiwa bangsa dan atau jatidiri nasional--. Demikian pula di Perancis dengan "teori 'raison d' etat' (reason of state) yang menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara (the rise of souvereign, independent, and nation state)". (Bodenheimer 1962: 71-72)

Demikianlah budaya dan peradaban modern mengakui dan menjamin kedudukan manusia dalam konsepsi HAM sehingga ditegakkan sebagai negara demokrasi, sebagaimana tersirat dalam pernyataan: “. . . fundamental rights and freedom as highest value as legal.” (Bodenheimer 1962: 149) sebagaimana juga diakui oleh Murphy & Coleman: (1996: 22; 37), “. . . respect to central human values . . .”

B. Ajaran HAM dan Demokrasi di Dunia Modern

Filsafat hukum melalui berbagai tokoh filsafat, mulai Thomas Hobbes (1588-1679), Hugo Grotius (1583-1645) John Locke (1632-1704); Jean Jacques Rousseau (1712-1778). Juga Baron Charles Louis de Montesquieu (1689-1755), Immanuel Kant (1724-1804); sampai tokoh Adam Smith (1723-1790) sebagai pelopor ideologi Kapitalisme-Liberalisme. (Bodenheimer 1962 : 39-69); mereka meletakkan landasan dan pokok-pokok ajaran HAM sampai teori negara;

Ajaran HAM mereka dianggap sebagai filsafat teori hukum alam yang mengakui bahwa natural and fundamental rights (= hak-hak kodrati dan fundamental manusia) berupa hak hidup, kemerdekaan dan hak milik (Life, Liberty, Property) adalah anugerah alam bagi manusia sebagai individu. Teori ini melahirkan teori demokrasi dalam makna kedaulatan di dalam negara berasal dari para

individu warganegara. Mereka melalui demokrasi (memilih dan dipilih) menetapkan pemimpin sebagai pengelola pemerintahan negara.

Rousseau mengajarkan bagaimana negara dibentuk oleh warga masyarakat sebagai perjanjian masyarakat (Social contract) dalam makna tiap manusia warga masyarakat bersepakat membentuk (organisasi, institusi) yang dinamakan negara. Juga John Locke mengajarkan adanya perjanjian warga masyarakat untuk membetuk negara yang dinamakannnya Pactum Unionis dan Pactum subjectionis. Artinya, Pactum Unionis=kesepakatan rakyat warga bangsa untuk bersatu dalam satu negara (sebagai perjanjian pembentukan negara). Adapun Pactum subjectionis, bermakna sebagai perjanjian bangsa (warganegara) dengan negara (yang baru dibentuk) bagaimana negara ini ditegakkan dan dikelola. Perjanjian demikian dimaknai sebagai wujud konstitusi (UUD) negara.

Dalam UUD negara sebagaimana diajarkan John Locke dilaksanakan dengan asas distribution of power : antara eksekutif, legislatif dan yudikatif. Inilah dasar-dasar teori pembentukan negara demokrasi dan negara hukum dalam teori negara moderen.

Tokoh filsafat terkemuka dan terbesar Immanuel Kant juga mengajarkan bagaimana negara dan kekuasaannya (kedaulatan) berasal dan terbentuk. Kemudian, khasanah ilmu hukum dan politik mencatat bagaimana pengembangan teori negara dan teori hukum dan politik umumnya berkembang sebagai peradaban umat manusia yang merdeka dan berdaulat dengan tatanan (sistem) kenegaraan masing-masing Kant juga mengakui perlunya pengaturan kekuasaan dalam negara, antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Tokoh filsafat yang cukup terkemuka Montesquieu secara terpisah mengembangkan teori kenegaraan tentang bagaimana perlunya separation of power (antara : eksekutif, legislatif dan yudikatif) yang kemudian terkenal dengan nama Trias Politica.

Sejarah mencatat, bahwa ide dasar pembagian kekuasaan di dalam negara oleh tokoh-tokoh : John Locke, Immanuel Kant dan Montesquieu memiliki kesamaan konsepsi mendasar, maka sesungguhnya teori Trias Politica diakui sebagai pemikiran dan karya (monumental) mereka bertiga. Asas-asas Trias Politica ini dapat juga

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 33: Buku Komunisme Final New

5352

diakui sebagai landasan dan kerangka dasar negara demokrasi dan negara hukum modern.

Teori mereka juga menjadi landasan negara demokrasi dan negara hukum modern. Pada prinsipnya ajaran teori hukum alam inilah yang dianut negara-negara Barat modern, dan dikenal sebagai pelopor ideologi kapitalisme-liberalisme.

Mereka menegakkan sistem demokrasi liberal dan ekonomi liberal sebagai implementasi asas HAM yang mengakui potensi dan martabat individualitas manusia. Karenanya, ajaran ini ada yang menamakan sebagai faham individualisme dan kapitalisme (materialisme) ---- yang dalam sejarah dunia menguasai berbagai negara Asia dan Afrika sebagai kolonialisme-imperialisme abad XVI-XXI; sekarang (USA dan Sekutunya!) sebagai ultra-neoimperialisme!

Abad XXI ditandai sebagi abad globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme.Negara penganut ideologi kapitalisme-liberalisme terus berjuang untuk merebut supremasi ideologi dalam wujud neo dan supra-imperialisme!. Sejak 1991 perang dingin berakhir bersamaan dengan runtuhnya Unie Soviet, maka USA dan UE sebagai sekutu pemegang otoritas supremasi ideologi kapitalisme-liberalisme!

Dalam dinamika dan kondisi demikian, bangsa dan NKRI cukup tergoda dan terlanda dengan kekuatan praktek budaya neo-liberalisme dan neo-kapitalisme .......yang dapat bermuara menjadi bagian dan kekuasaan neo-imperialisme

C. Kebangkitan Ajaran Kapitalisme-Liberalisme

Ideologi ini bersumber dari ajaran filsafat hukum alam, atau dikenal dengan nama Natural Law Theory. Ajaran kapitalisme-liberalisme dikembangkan oleh tokoh pemikirnya, Adam Smith (1723 – 1790). Dia adalah tokoh amat berpengaruh dalam politik ekonomi Barat, yang semula lebih terkenal sebagai ahli filsafat moral, sebagai terbukti dari karyanya: The Theory of Moral Sintements (1759) yang sinergis dengan psikologi moral.

Kemudian Adam Smith lebih terkenal dengan karyanya: The Wealth of Nations (1776) yang mengajarkan bahwa setiap bangsa memiliki dan mewarisi kekayaan nasional, baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun nilai-nilai budaya.

Kekayaan nasional berkembang atau menyusut; sebagai proses alamiah yang ditentukan oleh potensi dan kebutuhan warga bangsanya. Bila bangsa itu berkembang dan mampu mengembangkan sumber daya

alam dengan menguasai komuditas ekonomi, bangsa itu akan berjaya. Karyanya ini menjadi “landasan dan kitab suci” kaum penganut kapitalisme-liberalisme. Pemikiran Smith dapat juga kita pahami melalui kutipan berikut:

“Smith believes that the general welfare will be best served by permitting each person to pursue his own interest. Sympathy, which figured largely in Smith’s account of moral psychology, is not mentioned in his economics. Self-interest is the motive required to explain economic action. Smith argues, “Every individual is continually exerting himself to find out the most advantageous employment for wathever capital he can command.” Since the most advantageous employment of capital is to be found in producing and selling the goods which satisfy the greatest needs of people, the capitalist is bound to work to satisfy thoe needs. Intending only his own gain, he contributes nonetheless to the general welfare. Thus, the capitalist is “led by an invisible hand to promote an end which was no part of his imtention.”

(Edwards 1972, vol. 7 – 8: 461 – 463)

Ajaran kapitalisme-liberalisme menjadi budaya dan peradaban Barat; bahkan sebagai sistem nilai dan budaya politik Eropa dan Amerika modern. Artinya, kapitalisme-liberalisme menjadi identitas ideologi negara-negara Barat. Dapat juga diartikan bahwa paham individualisme dan liberalisme sebagai ajaran HAM berdasarkan teori hukum alam dikembangkan dengan kapitalisme-liberalisme dalam

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 34: Buku Komunisme Final New

54 55

politik ekonomi. Makin berkembang dengan asas moral sekularisme, pragmatisme dan behaviorisme; karenanya budaya politik mereka bersifat individualisme-kapitalisme (= materialisme) dengan memuja kebebasan (= liberalisme) melalui tatanan demokrasi.

Identitas atau watak individualisme-materialisme berdasarkan liberalisme melahirkan budaya free fights liberalism, yang berpuncak dengan penguasaan kekayaan alam (dan manusia)............... yang dikenal

sebagai kolonialisme-imperialisme. Sampai memasuki abad XXI budaya demikian terus memuncak dengan gerakan globalisasi-liberalisasi dalam dinamika postmodernisme......yang sesungguhnya adalah neo dan ultraimperialisme. Amerika Serikat dan Unie Eropa adalah sekutu untuk merebut supremasi politik dan ekonomi dunia masa depan; termasuk menguasai (baca : menjajah : Irak dan Afghanistan; mendominasi politik sosial ekonomi Timur Tengah umumnya).

Jadi, praktek budaya dan moral kapitalisme-liberalisme, di Asia, Afrika dan Amerika Latin semuanya ialah : kolonialisme-imperialisme, penjajahan dan penistaan atas HAM manusia dan bangsa-bangsa di berbagai negara! Apakah mereka membela HAM ? Pembelaan demi HAM, termasuk melalui lembaga dunia PBB, hanyalah propaganda kosong; HAM yang HAMPA!

Mengapa bangsa Indonesia, terutama elite reformasi terpesona dengan propaganda Amerika Serikat dan Sekutunya sebagai pembela HAM ? Sadarkah kita bahwa kita tertipu oleh propaganda; sebagaimana juga rakyat dan masyarakat Indonesia tertipu (baca : tergoda, terlanda) oleh propaganda --- melalui reklame dari media massa, baik cetak maupun elektronika ---. Inilah ironisme kehidupan modern, dalam era globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme yang disambut oleh reformasi Indonesia. Semoga, sikap dan praktek demikian tidak terus berlanjut, yang dapat bermuara menjadi tragedi moral dan peradaban masa depan rakyat, bangsa, manusia Indonesia dalam NKRI berdasarkan Pancasila-UUD Proklamasi 45 yang kita cintai!

Renungkan dan hayati apa yang kita saksikan dalam sejarah modern abad XVI sampai abad XX; berlanjut dan berpuncak dalam abad

XXI. Kita menyaksikan bagaimana organisasi dunia (UNO/PBB) juga sudah dibawah supremasi USA.

Fenomena diatas adalah wujud politik supremasi ideologi kapitalisme-liberalisme yang berpuncak sebagai neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam multi-bidang kehidupan bangsa-bangsa, termasuk bangsa Indonesia.

Supremasi ideologi dimaksud mulai penguasaan investasi (oleh investor bangsa mereka) atas berbagai sumberdaya alam Indonesia; sampai semua bidang dunia usaha --- sebagai praktek ekonomi liberal atau ekonomi pasar ---. Inilah tragedi sosial ekonomi dalam era reformasi yang kita rasakan dalam berbagai krisis, atau krisis multi dimensional : mulai krisis pangan / sembako, sampai krisis bahan bakar; termasuk krisis listrik!

Juga krisis kepemimpinan, termasuk krisis etika politik yang nampak dalam praktek money politics, sampai demokrasi dengan demonstrasi; bahkan anarchisme! Konflik horisontal terjadi di mana-mana, termasuk konflik internal berbagai partai politik. Juga krisis moral nasional, terutama praktek demokrasi liberal dan neo-liberal (dalam politik dan ekonomi) dengan melupakan asas-asas demokrasi Pancasila dan ekonomi (berdasarkan) Pancasila sebagai diamanatkan pendiri negara di dalam UUD Proklamasi 45.

Dalam era reformasi, kita menyaksikan adanya erosi kesadaran kebangsaan (=degradasi wawasan nasional) berwujud merosotnya kesetiaan dan kebanggan nasional; maraknya konflik horisontal (berbagai komponen bangsa tidak rukun; menjurus disintegrasi dan anarchisme!)

Kondisi demikian akan dapat bermuara menjadi bangsa yang kehilangan jatidiri nasionalnya; tidak setia dengan pandangan hidup bangsa (Weltanschauung), tidak bangga jatidiri nasional (jiwa bangsa, Volksgeist, identitas nasional).

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 35: Buku Komunisme Final New

56

57

VIII

AJARAN SISTEM FILSAFAT PANCASILA

Kita percaya bangsa dan budaya Indonesia adalah bagian dari bangsa dan budaya serta peradaban Timur (baca : Timur Tengah). Artinya, bangsa dan budaya Indonesia memancarkan identitas dan integritas religious (theisme-religious) sebagaimana terpancar dalam pandangan hidup (manusia) bangsa Indonesia. Pancaran identitas – integritas demikian sebagai bagian dari ajaran dan sistem filsafat Timur, yang bersumber dari nilai filsafat dan ajaran agama yang berkembang di Timur Tengah.

Budaya dan peradaban modern mengakui bagaimana supremasi pengaruh nilai filsafat dan ajaran agama yang bersumber dari Timur Tengah, sekitar 6.000 – 600 sM. Ajaran filsafat dan agama itu, ialah nilai-nilai agama wahyu (revelation religions), terutama: agama Yahudi, Kristen dan Islam. Juga diakui, semua Nabi dan Rasul penyebar agama wahyu semuanya dari Timur Tengah; dan menurut Avey sekitar 5000 – 1000sM (Radhakrishnan 1953 :11. Avey, 1961 : 3-7;).

Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung) yang kemudian terkenal sebagai dasar negara Pancasila, sesungguhnya adalah suatu sistem filsafat yang memiliki identitas dan integritas keunggulan, karena sesuai dengan potensi dan martabat luhur kepribadian manusia.

A. Rasional bahwa Nilai Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Untuk kejelasan bahwa nilai Pancasila bersifat filosofis; atau sebagai ajaran sistem filsafat, dapat dihayati argumentasi (rasional) di bawah ini.

Bagi bangsa Indonesia filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan nilai keunggulannya, sebagai sistem filsafat theisme-religious. Pembuktiannya secara rasional meliputi: 1. Secara material-substansial dan intrinsik nilai Pancasila adalah

filosofis; misal hakikat Kemanusiaan yang adil dan beradab, apalagi Ketuhanan Yang Maha Esa adalah metafisis/filosofis.

2. Secara praktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.

3. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara (filsafat negara) RI.

4. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan budaya manapun. Karenanya, wajar bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain (China, India, Arab, Eropa) mewarisi sistem filsafat dalam budayanya. Jadi, Pancasila adalah filsafat yang diwarisi dalam budaya Indonesia.

5. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara kuantitas dan kualitas. Filsafat Pancasila merupakan bagian dari khasanah dan filsafat yang ada dalam kepustakaan dan peradaban modern.

Ajaran filsafat Pancasila ditegakkan dalam negara Proklamasi 17 Agustus 1945, sebagaimana terumus dalam UUD 45 seutuhnya. Karenanya identitas dan integritas NKRI dalam dinamakan dengan predikat sebagai sistem kenegaraan Pancasila ---analog dengan sistem negara kapitalisme-liberalisme dan sistem negara marxisme-komunisme---. Jadi, sistem filsafat dan atau sistem ideologi suatu bangsa memberikan identitas sistem kenegaraan.

Dalam abad modern antar sistem filsafat dan atau ideologi senantiasa bersaing merebut supremasi politik demi otoritas keunggulan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 36: Buku Komunisme Final New

55

58

59

mereka, sekaligus sebagai propaganda dalam rangka hegemoni internasional.

Bagaimana integritas dan keunggulan sistem filsafat dan ideologi sangat menentukan potensi keunggulan SDM sebagai asset masa depan yang unggul terpercaya. Misalnya: keunggulan SDM bukan hanya potensi IQ dan EQ; melainkan juga SQ dan MQ. SDM tanpa nilai Ketuhanan dan religius, berarti kualitas dan integritasnya hanyalah IQ dan EQ. Silahkan direnungkan bagaimana keunggulan berbagai sistem filsafat dan ideologi yang mengandung ajaran nilai moral dan martabat keunggulan manusia.

B. Pokok-Pokok Ajaran Nilai Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Secara ringkas dan sederhana, seyogyanya dapat kita renungkan dan hayati nilai ajaran filsafat Pancasila dalam pokok-pokok ajarannya melalui skema di bawah.

Secara filosofis-ideologis dan konstitusional essensi ajaran filsafat moral Pancasila, berpedoman kepada UUD 45 seutuhnya, terutama Pembukaan dan pasal 29.

Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memiliki identitas dan integritas keunggulan universal sebagai sistem filsafat theisme-religious. Sistem filsafat demikian memancarkan keunggulan karena sesuai dengan potensi kodrati martabat kepribadian manusia yang dianugerahi integritas-kerokhanian yang memancarkan akal dan budinurani; yang potensial mengembangkan budaya dan peradaban: sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum dan subyek dalam negara) dan subyek moral.

Skema : 2 (MNS, 1980)

Penjelasan ringkas:1. T = Abstraksi makna dan nilai Tuhan Yang Maha Esa, yang kita

yakini sebagai Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Berdaulat, Maha Pengatur dan Maha Pengayom semesta dalam kodrat kekuasaan Maha Pencipta. Kesemestaan berkembang dalam harmoni dan kesejahteraan berkat pengayoman abadi Yang Maha Berdaulat melalui ikatan fungsional-integral-universal (imperatif, mutlak) dalam tatanan hukum:

a. hukum alam yang bersifat obyektif, fisis, kausalitas, mutlak, abadi, dan universal;

b. hukum moral yang bersifat obyektif-subyektif, psiko-fisis, sosial-subyektif, mutlak, teleologis, abadi dan universal ---tercermin dalam budinurani dan kesadaran keagamaan---.

2. AS = Alam Semesta, makro-kosmos yang meliputi realitas eksistensial-fenomenal dan tidak terbatas dalam keberadaan ruang dan waktu sebagai prakondisi dan wahana kehidupan semua makhluk (flora, fauna, manusia dsb); misalnya: cahaya dan panas matahari,

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

SK

SM

SBP

T

AS

Page 37: Buku Komunisme Final New

6061

udara, air, tanah (untuk pemukiman dan cocok-tanam), tambang (berbagai zat tambang dalam bumi: mineral, gas, logam, permata), flora dan fauna. Semua potensi dan realitas kesemestaan menentukan keberadaan semua yang ada dan hidup di dalam alam semesta, sebagai prawahana kehidupan (yang dikembangkan manusia menjadi wujud budaya dan peradaban, termasuk ipteks). AS berkembang dan bernilai bagi kehidupan semesta, termasuk sebagai “maha sumber” ipteks yang terpadu dalam hukum alam, integral-fungsional-universal.

3. SM = Subyek Manusia sebagai umat manusia keseluruhan di dalam alam semesta. Subyek manusia dengan potensi, harkat-martabatnya mengemban amanat Ketuhanan (keberagamaan), kebudayaan dan peradaban berwujud kesadaran hak asasi manusia (HAM) dan kewajiban asasi manusia (KAM). Penghayatan dan pengamalan manusia atas HAM secara normatif berlangsung dalam asas keseimbangan HAM dan KAM dalam antar hubungan sesama, dengan negara, budaya, dengan alam semesta dan kehadapan Tuhan Maha Pencipta. Potensi kepribadian manusia berkembang dalam asas teleologis (motivasi luhur, cita-karsa) untuk menegakkan cinta-kasih dan kebajikan. Pribadi manusia berkembang (berketurunan, berkarya, berkebajikan) sebagai pancaran keunggulan dan kemuliaan martabat kepribadian manusia.

4. SB = Sistem Budaya, sebagai prestasi cipta-karya manusia, wahana ko-munikasi, perwujudan potensi dan martabat kepribadian manusia, berpuncak sebagai peradaban dan moral!Sistem budaya warisan sosio-budaya: lokal, nasional dan universal menjadi bahan/isi pembinaan (kependidikan) manusia masa depan melalui kependididikan dan ipteks.Sistem budaya merupakan wujud cita dan citra martabat manusia; sekaligus menampilkan kualitas kesejahteraan umat manusia. Sistem budaya memberikan fasilitas dan kemudahan baik dalam komunikasi (mulai: bahasa, sampai transportasi, komunikasi, informasi) maupun ipteks yang supra canggih, pancaran keunggulan dan kemuliaan martabat kepribadian manusia .

5. SK = Sistem Kenegaraan sebagai perwujudan dan prestasi perjuangan dan cita nasional; wujud kemerdekaan dan kedaulatan bangsa; pusat ke-setiaan dan kebanggaan nasional warganegara.

Sistem kenegaraan sebagai pusat dan puncak kelembagaan dan kepemimpinan nasional, pusat kesetiaan dan pengabdian warga negara. SK sebagai pengelola kesejahteraan rakyat warga negara; penegak kedaulatan dan keadilan; dan pusat kelembagaan kepemimpinan nasional dalam fungsi pengayom rakyat warga negara. SK berkembang dalam kejayaan berkat integritas manusia waganegara dengan menegakkan kemerdekaan, kedaulatan, keadilan demi kesejahteraan dan perdamaian antar bangsa.

6. P = Pribadi, subyek manusia mandiri yang keberadaan dan perkemban-gannya di dalam dan untuk antarhubungan kondisional-fungsional se-mua komponen horizontal (cermati garis diagonal: antar AS – SM – SB – SK) antar semua eksistensi sebagai nampak dalam antarhubungan P- garis diagonal horizontal, dan vertikal. Pribadi sebagai subyek mandiri berkembang (berketurunan, berkarya, berkebajikan) dengan asas teleologis (vertikal), menuju ideal-self (cita-pribadi) dengan moti-vasi cita-karsa keseimbangan hak asasi dan kewajiban asasi demi cinta-kasih, keadilan dan kebajikan; sebagai pancaran nilai dan martabat kerokhanian manusia yang unggul, agung dan mulia. Pribadi manusia berkembang berkat cinta dalam (wujud) keluarga dan berketurunan; berkarya dan berbakti kepada sesama (pengabdian kepada bangsa ne-gara): sosial kultural dan moral. . . yang dijiwai kesadaran theisme-reli-gious.Sebagai integritas kepribadian manusia P berkembang secara kualitatif dalam makna integritas martabat kepribadiannya dengan khidmat mengabdi dan menuju (asas teleologis) Maha Pencipta, Maha Pengayom demi tanggungjawab moral manusia sebagai penunaian amanat kewajiban asasi manusia.Pribadi dengan harkat-martabat kepribadiannya memelihara antarhubungan harmonis dengan semua eksistensi horizontal berdasarkan wawasan vertikal (theisme- religious). Artinya, antarhubungan pribadi manusia dengan alam, sesama, budaya dan dengan kenegaraan dijiwai kesadaran tanggung jawab dan kewajiban moral Ketuhanan-keagamaan. Asas demikian mengandung makna bahwa filsafat Pancasila memancarkan identitas dan integritas moral theisme-religious (sila I).

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 38: Buku Komunisme Final New

6263

Lukisan dalam klarifikasi skematis di atas, sebagai kandungan fundamental sistem filsafat Pancasila yang memancarkan identitas-integritas- martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious (monotheisme-religious) yang unggul dan luhur karena sesuai dengan kodrat martabat kepribadian manusia.

Uraian ringkas pokok-pokok ajaran sistem filsafat Pancasila di atas, diakui sebagai suatu alternatif pemikiran, yang dapat dikembangkan oleh para pakar demi pengayaan khanasah kepustakaan sistem filsafat Pancasila.

C. Ajaran HAM (berdasarkan) Filsafat Pancasila

Berdasarkan berbagai pandangan filosofis di atas, wajarlah kita bangga dengan filsafat Pancasila yang mengakui asas keseimbangan HAM dan KAM, sekaligus mengakui kepribadian manusia sebagai subyek budaya, subyek hukum dan subyek moral. Ajaran filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa sesungguhnya adalah perwujudan jiwa dan kepribadian (manusia) bangsa Indonesia, sebagai jatidiri nasional.

Secara normatif filosofis ideologis, negara RI berdasarkan Pancasila – UUD 45 mengakui kedudukan dan martabat manusia sebagai asas HAM berdasarkan Pancasila yang menegakkan asas keseimbangan hak asasi manusia (HAM) dan kewajiban asasi manusia (KAM) dalam integritas nasional dan universal.

Sebagai integritas nasional bersumber dari sila III, ditegakkan dalam asas Persatuan Indonesia (= wawasan nasional) dan dijabarkan secara konstitusional sebagai negara kesatuan (NKRI dan wawasan nusantara). Bandingkan dengan fundamental values dalam negara USA sebagai terumus dalam CCE 1994: 24-25; 53-55, terutama: "Declaration of independence, Human Rights, E Pluribus Unum, the American political system, market economy and federalism."

NKRI berdasarkan Pancasila - UUD 45 memiliki integritas-kualitas keunggulan normatif filosofis-ideologis dan konstitusional: asas theisme-religious dan UUD Proklamasi menjamin integritas budaya dan moral politik yang bermartabat. Asas ini hanya akan tegak oleh

dan untuk SDM yang bermartabat, yakni SDM yang dijiwai moral Pancasila dan agama yang dianut rakyat Indonesia.

D. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem Kenegaraan RI

Filsafat Pancasila cukup memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia atas kedudukan dan martabat manusia (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan Pancasila mengutamakan asas normatif theisme-religious:1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I

dan II); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia.

2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.

3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:a. manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property)

adalah Tuhan Maha Pencipta (sila I).b. manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha

Pencipta atas semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan

c. manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta, atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian) manusia.

Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.

Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007: 147-160)

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 39: Buku Komunisme Final New

6465

Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat dan negara hukum. Kedua asas fundamental ini memancarkan identitas dan keunggulan sistem kenegaraan RI berdasarkan Pancasila – UUD 45.

Dalam wawasan dan teori ilmu pengetahuan modern, ajaran suatu sistem filsafat yang dikembangkan dan ditegakkan (sebagai landasan dan asas normatif) suatu sistem kenegaraan, dinamakan sebagai ideologi negara. Karena itulah, diakui dalam berbagai kepustakaan bahwa suatu sistem ideologi adalah bersumber dari suatu sistem filsafat. Dengan perkataan lain, suatu negara ditegakkan berdasarkan suatu sistem filsafat dan atau sistem ideologi --- filsafat hidup (Weltanschauung) senantiasa menjadi sebagai ideologi nasional dan ideologi negara ---.

Pemikiran dan wawasan demikian, tidak berlaku bagi ideologi komunisme (marxisme-komunisme-atheisme); karena : ajaran marxisme-komunisme berasal / bersumber dari teori atau pemikiran Karl Marx yang bukan merupakan ajaran filsafat, sekaligus bukan bersumber dan berakar dalam masyarakat bangsa itu, melainkan m a -s u k melalui propaganda sampai revolusi (mulai revolusi di Rusia 17 Oktober 1917, di RRC 1 Oktober 1949; sampai mereka coba revolusi melalui kudeta di Indonesia : 18 September 1948 di Madiun ..... dicoba lagi 1 Oktober 1965, G 30 S/PKI, di Jakarta).

Kita manusia yang hidup dalam alam modern, khususnya bangsa Indonesia yang hidup sebagai manusia ber-Ketuhanan dan Beragama (Pancasila, sila I) senantiasa sadar dan percaya, bahwa kita menerima anugerah kehidupan dari Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim --- sebagai faham theisme-religious ---. Adalah tidak mungkin kita berubah keyakinan, menjadi penganut marxisme-komunisme-atheisme !. Apalagi, ajaran ini memaksakan ideologi dan doktrinnya, melalui revolusi !

Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai keunggulan sistem filsafat Pancasila dan

filsafat Timur umumnya --- karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia---.

IX

AJARAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI NEGARA INDONESIA

Bangsa Indonesia bersyukur dan bangga diberkati dengan nusantara yang amat luas, subur, kaya sumber daya alam dan nilai-nilai budaya luhur serta amat strategis posisinya secara geografi dan geopolitik-strategis. Nilai budaya luhur ini berwujud pandangan hidup bangsa yang kemudian dikenal sebagai filsafat negara Pancasila.

Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai nilai-nilai budaya dan moral Pancasila, yang dikutip di muka merupakan sari dan puncak nilai sosio budaya Indonesia. Nilai fundamental ini diakui sebagai sari dan puncak nilai budaya bangsa Indonesia . Karenannya, nilai

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 40: Buku Komunisme Final New

Nilai DasarFilsafat Pancasila

6766

fundamental ini diakui sebagai pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung) bangsa.

Nilai fundamental ini menjadi nilai terbaik yang menjiwai manusia Indonesia; karenanya mereka diakui sebagai bangsa yang religious. Nilai religious ini merupakan pancaran jiwa bangsa atau kepribadian bangsa (jatidiri bangsa, identitas nasional). Karakteristika demikian diakui oleh ahli filsafat Barat, Carl von Savigny ( ............) yang dinamakannya sebagai jiwa bangsa (Volkgeist).

Berdasarkan kepercayaan dan cita-cita bangsa Indonesia, maka diakui nilai filsafat Pancasila mengandung multi - fungsi dalam kehidupan bangsa, negara dan budaya Indonesia. Kedudukan fundamental dimaksud, berkembang sejak dulu kala, sampai Indonesia Merdeka sebagaimana terumus di dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45 dan terjabar secara konstitusional di dalam Batang Tubuh (Pasal-Pasal) dan Penjelasannya. Asas-asas filosofis-ideologis dan konstitusional inilah sebagai kaidah negara yang fundamental; asas kerokhanian bangsa dan negara; menjelma sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila!

Kedudukan dan fungsi nilai dasar Pancasila, dapat dilukiskan sebagai berikut:

Sesungguhnya nilai dasar filsafat Pancasila demikian, telah terjabar secara filosofis-ideologis dan konstitusional di dalam UUD Proklamasi (pra-amandemen) dan teruji dalam dinamika perjuangan bangsa dan sosial politik 1945 – 1998 (1945 – 1949; 1949 – 1950; 1950 – 1959 dan 1959 – 1998). Reformasi 1998 sampai sekarang, mulai amandemen I – IV: 1999 – 2002 cukup mengandung distorsi dan kontroversial secara fundamental (filosofis-ideologis dan konstitusional) sehingga praktek kepemimpinan dan pengelolaan nasional cukup memprihatinkan.

Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis dan konstitusional demikian, integritas nasional dan NKRI juga memprihatinkan. Karena, berbagai jabaran di dalam amandemen UUD 45 belum sesuai dengan amanat filosofis-ideologis filsafat Pancasila secara intrinsik. Terbukti, berbagai penyimpangan dalam tatanan dan praktek pengelolaan negara cukup memprihatinkan, terutama dalam fenomena praktek: demokrasi liberal dan ekonomi liberal, serta berbagai kontroversial budaya dan moral sosial politik!

Demi cita-cita nasional yang diamanatkan para pahlawan dan pejuang nasional, khususnya the founding fathers dan PPKI maka semua

komponen bangsa sekarang ---10 tahun reformasi--- berkewajiban untuk merenung (refleksi) dan mawas diri untuk melaksanakan evaluasi dan audit nasional apakah kita sudah sungguh-sungguh menegakkan integritas NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45 sebagai sistem kenegaraan Pancasila dan sistem ideologi nasional.

Kita semua bukan hanya melaksanakan visi-misi reformasi; melainkan secara moral nasional kita berkewajiban menunaikan amanat dan visi-misi Proklamasi, sebagaimana terkandung seutuhnya dalam UUD Proklamasi.

A. Ajaran Sistem Filsafat Pancasila dan Sistem Kenegaraan RI

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

7. Sistem Nasional (cermati skema 2 terlampir)6. Sistem Filsafat Pancasila, filsafat dan budaya

Indonesia: asas dan moral politik NKRI. 5. Ideologi Negara, ideologi nasional.4. Dasar Negara (Proklamasi, Pembukaan UUD

45): asas kerokhanian bangsa, jiwa UUD 45; Grundnorm, basic norm, sumber dari segala sumber hukum.

3. Jiwa dan kepribadian bangsa; jatidiri nasional (Volkgeist) Indonesia.

2. Pandangan hidup bangsa (Weltanschauung).1. Warisan sosio-budaya bangsa.

Page 41: Buku Komunisme Final New

6869

Sistem filsafat Pancasila memberikan kedudukan tinggi dan mulia atas potensi dan martabat manusia (sila I dan II); karenanya ajaran HAM berdasarkan Pancasila dijiwai dan dilandasi asas normatif theisme-religious: Nilai fundamental dalam ajaran filsafat Pancasila, terutama nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Maknanya, bagaimana hubungan Tuhan Maha Pencipta Yang Maha Berdaulat dengan manusia sebagai subyek budaya dan subyek moral dalam alam semesta, khususnya di dunia. Hubungan fundamental ini menentukan nilai dan atau derajat martabat kemanusiaannya (jasmani-rohani, dunia-akhirat) yang akan dialami, dinikmati dan dipertanggungjawabkan oleh manusia.

Asas-asas normatif hubungan dimaksud terutama terpancar dalam ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila :1. Bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha Pencipta (sila I

dan II); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia.

2. Bahwa menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia (KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat Maha Pencipta.

3. Kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:

a. Manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Maha Pencipta (sila I).

b. manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas semesta, termasuk atas nasib dan takdir manusia; dan

c. manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha Pencipta, atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian) manusia.

Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus sebagai derajat (kualitas) moral dan martabat manusia.

Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia berkat anugerah kerokhaniannya ---sebagai terpancar dari akal-budinuraninya--- sebagai subyek budaya (termasuk subyek hukum) dan subyek moral. (M. Noor Syam 2007: 147-160)

Berdasarkan ajaran suatu sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia, menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat dan negara hukum. Kedua asas fundamental ini memancarkan identitas dan keunggulan sistem kenegaraan RI berdasarkan Pancasila – UUD 45.

Filsafat Pancasila memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Integritas demikian sebagai bagian dari keunggulan dari sistem filsafat Timur, karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas kepribadian manusia.

Berdasarkan ajaran filsafat Pancasila, terutama tentang kedudukan dan martabat kepribadian manusia, maka oleh pendiri negara (PPKI) dengan musyawarah mufakat ditetapkan dan disahkan sistem kenegaraan Indonesia merdeka, sebagai terumus dalam UUD Proklamasi 1945 seutuhnya.

B. Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila – UUD Proklamasi

Yang dimaksud integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45, ialah bahwa sistem filsafat Pancasila menjadi sumber nilai, asas kerohanian bangsa dan NKRI; jiwa dan landasan moral sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi seutuhnya. Demikian pula, integritas antar generasi bangsa (=generasi perintis dan pejuang kemerdekaan, angkatan 45 sebagai pendiri negara/PPKI ; dan generasi penerus --- sebagai anak cucu keluarga bangsa Indonesia) --- secara imperatif/konstitusional dan moral untuk setia dan bangga membudayakan sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 42: Buku Komunisme Final New

70 71

Dalam analisis kajian normatif-filosofis-ideologis dan kritis atas UUD 45 (amandemen) dan dampaknya dalam hukum ketatanegaraan RI, dapat diuraikan landasan pemikiran berikut:1. Baik menurut teori umum hukum ketatanegaraan dari Nawiasky,

maupun Hans Kelsen dan Notonagoro diakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental yang bersifat tetap; sekaligus sebagai norma tertinggi, sumber dari segala sumber hukum dalam negara. Karenanya, kaidah ini tidak dapat diubah, oleh siapapun dan lembaga apapun, karena kaidah ini ditetapkan hanya sekali oleh pendiri negara (Nawiasky1948: 31 – 52; Kelsen 1973: 127 – 135; 155 – 162; Notonagoro 1984: 57 – 70; 175 – 230; Soejadi 1999: 59 – 81). Sebagai kaidah negara yang fundamental, sekaligus sebagai asas kerokhanian negara dan jiwa konstitusi, nilai-nilai dumaksud bersifat imperatif (mengikat, memaksa). Artinya, semua warga negara, organisasi infrastruktur dan suprastruktur dalam negara imperatif untuk melaksanakan dan membudayakannya.Sebaliknya, tiada seorangpun warga negara, maupun organisasi di dalam negara yang dapat menyimpang dan atau melanggar asas normatif ini; apalagi merubahnya.

2. Dengan mengakui kedudukan dan fungsi kaidah negara yang fundamental, dan bagi negara Proklamasi 17 Agustus 1945 (baca: NKRI) ialah berwujud: Pembukaan UUD Proklamasi 1945.

Maknanya, PPKI sebagai pendiri negara mengakui dan mengamanatkan bahwa atas nama bangsa Indonesia kita menegakkan sistem kenegaraan Pancasila-UUD 45. Asas demikian terpancar dalam nilai-niai fundamental yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 45 sebagai kaidah filosofis-ideologis Pancasila seutuhnya. Karenanya dengan jalan apapun, oleh lembaga apapun tidak dapat diubah. Karena Pembukaan ditetapkan hanya 1 x oleh pendiri negara (the founding fathers, PPKI) yang memiliki legalitas dan otoritas pertama dan tertinggi (sebagai penyusun yang mengesahkan UUD negara dan sistem kelembagaan negara). Artinya, mengubah Pembukaan dan atau dasar negara

berarti mengubah negara; berarti pula mengubah atau membubarkan negara Proklamasi (membentuk negara baru; mengkhianati negara Proklamasi 17 Agustus 1945). Siapapun dan organisasi apapun yang tidak mengamalkan dasar negara Pancasila ---beserta jabarannya di dalam UUD negara---; bermakna pula tidak loyal dan tidak membela dasar negara Pancasila, maka sikap dan tindakan demikian dapat dianggap sebagai makar (tidak menerima ideologi negara dan UUD negara). Jadi, mereka dapat dianggap melakukan separatisme ideologi dan atau mengkhianati negara.

3. Penghayatan kita diperjelas oleh amanat pendiri negara di dalam Penjelasan UUD 45; terutama melalui uraian: keempat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 45 (sebagai asas kerokhanian negara dan Weltanschauung bangsa) terutama:"4. Pokok pikiran yang keempat yang terkandung dalam "pembukaan" ialah negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemnusiaan yang adil dan beradab.Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis.“ Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya."

Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan dasar negara Pancasila; karenanya memiliki supremasi dan integritas filosofis-ideologis secara konstitusional (terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45).

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 43: Buku Komunisme Final New

7273

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan mewujudkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state); sebagai asas budaya dan moral politik nasional NKRI.

Siapapun, golongan dan partai apapun berkewajiban untuk tetap setia dan bangga dengan sistem kenegaraan Pancasila, yang diwariskan dan diamanatkan oleh pendiri negara (PPKI). Sebaliknya, siapapun, golongan dan partai apapun yang tidak setia, bahkan menganut dan memperjuangkan dasar negara (ideologi negara) selain yang ditetapkan UUD Proklamasi, secara filosofis-ideologis dan konstitusional adalah melakukan tindakan separatisme ideologi. Sikap dan tindakan ini dianggap mengkhianati NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila; atau melakukan tindakan makar !

X

KEUNGGULAN SISTEM FILSAFAT PANCASILA DAN INDONESIA RAYA

Bangsa Indonesia menerima anugerah sekaligus sebagai amanat berbagai rahmat dan berkah dari Maha Pencipta; semuanya kita nikmati sebagai nilai-nilai keunggulan.

Keunggulan dimaksud meliputi multi-dimensional; baik alamiah (natural), sosial-kultural; maupun SDM, sekaligus nilai-nilai filosofis-

ideologis yang kemudian terjabar dalam UUD-Proklamasi 45. Keunggulan dimaksud, terutama meliputi :

A. Keunggulan Indonesia Raya

Keunggulan Indonesia Raya terpancar dari mulai alam nusantara, warisan budaya, sistem filsafat dan ideologi sampai potensi kuantitas – kualitas SDM Indonesia

Kita bangsa Indonesia wajib bersyukur dan bangga atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa bahwa bangsa dan NKRI diberkati dengan berbagai keunggulan potensial, terutama:

1. Keunggulan natural (alamiah): nusantara Indonesia amat luas (15 juta km2, 3 juta km2 daratan + 12 juta km2 lautan, dalam gugusan 17.584 pulau); amat subur dan nyaman iklimnya; amat kaya sumber daya alam (SDA); amat strategis posisi geopolitiknya: sebagai negara bahari (maritim, kelautan) di silang benua dan samudera sebagai transpolitik-ekonomi dan kultural postmodernisme dan masa depan.

2. Keunggulan kuantitas-kualitas manusia (SDM) sebagai rakyat dan bangsa; merupakan asset primer nasional: 235 juta dengan karakteristika dan jatidiri yang diwarisinya sebagai bangsa pejuang (ksatria)…… ---silahkan dievaluasi bagaimana identitas dan kondisi kita sekarang!--- dalam era reformasi.

3. Keunggulan sosiokultural dengan puncak nilai filsafat hidup bangsa (terkenal sebagai filsafat Pancasila) yang merupakan jatidiri nasional, jiwa bangsa, asas kerokhanian negara dan sumber cita nasional sekaligus identitas dan integritas nasional.

4. Keunggulan historis; bahwa bangsa Indonesia memiliki sejarah keemasan: kejayaan negara Sriwijaya (abad VII - XI); dan kejayaan negara Majapahit (abad XIII - XVI) dengan wilayah kekuasaan kedaulatan geopolitik melebihi NKRI sekarang (dari Taiwan sampai Madagaskar).

5. Keunggulan sistem kenegaraan Pancasila sebagai negara Proklamasi 17 Agustus 1945; terjabar dalam asas konstitusional UUD 45:a. NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat (demokrasi);b. NKRI sebagai negara hukum (Rechtsstaat);

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 44: Buku Komunisme Final New

74 75

c. NKRI sebagai negara bangsa (nation state);d. NKRI sebagai negara berasas kekeluargaan (paham persatuan,

wawasan nasional dan wawasan nusantara);e. NKRI menegakkan sistem kenegaraan berdasarkan UUD Proklamasi

yang memancarkan asas konstitusionalisme melalui tatanan kelembagaan dan kepemimpinan nasional dengan identitas Indonesia, dengan asas budaya dan asas moral filsafat Pancasila yang memancarkan identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Asas demikian memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila (sebagai bagian dari sistem filsafat Timur) dalam menghadapi tantangan dan godaan masa depan: neo-liberalisme, neo-imperialisme dalam pascamodernisme yang mengoda dan melanda bangsa-bangsa modern abad XXI.

Keunggulan potensial demikian sinergis dan berpuncak dalam kepribadian SDM Indonesia sebagai penegak kemerdekaan dan kedaulatan NKRI yang memancarkan budaya dan moral Pancasila dalam mewujudkan cita-cita nasional. Potensi nasional dan keunggulan NKRI akan ditentukan oleh kuantitas-kualitas SDM yang memadai + UUD Negara yang mantap terpercaya ---bukan kontroversial sebagaimana UUD 45 amandemen---.

Berdasarkan asas-asas normatif filosofis-ideologis dan konstitusional di atas, maka bangsa Indonesia berkewajiban menegakkan dan mewariskan serta membudayakan nilai-nilai keunggulan Indonesia raya, terutama: 1. Keunggulan Indonesia raya: alam nusantara, SDM dan warisan

budaya;2. Keunggulan ajaran filsafat Pancasila sebagai ideologi nasional

terjabar dalam UUD Proklamasi 45; dan 3. NKRI = Sistem Kenegaraan Pancasila

Bangsa Indonesia percaya bahwa NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila, yang diamanatkan pendiri negara (PPKI) dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945; “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia

menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” Inilah NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 1945 untuk ditegakkan, dikembangkan dan dilestarikan.

Amanat demikian hanya akan terlaksana, dengan membudayakan nilai fundamental dalam sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi, sebagai terjabar dalam bagian D berikut :

B. Sistem Kenegaraan Pancasila sebagai Terjabar dalam UUD Proklamasi 45

Asas dan wawasan demikian dikembangkan dalam visi-misi : nation and character building, SDM sebagai subyek (penentu) Ketahanan Nasional, sinergis dengan amanat kewajiban menegakkan N-Sistem Nasional.

Secara normatif filosofis-ideologis dan konstitusional, negara berkewajiban mengembangkan dan menegakkan sistem nasional (berdasarkan ideologi Pancasila). Artinya, asas filosofis ideologis dasar negara Pancasila ditegakkan dalam semua bidang kehidupan sebagai sistem (berdasarkan) asas moral Pancasila, sebagaimana terlukis dalam skema 2 :

*) = N = sejumlah sistem nasional, terutama:

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

N-SISTEM NASIONAL

SOSIO-BUDAYA & FILSAFAT HIDUP

SISTEM EKONOMISISTEM POLITIK

SISTEM HUKUM NASIONAL

FILSAFAT HUKUMFILSAFAT NEGARA

N E G A R A H U K U M

NUSANTARA (ALH-SDA) & BANGSA (SDM) INDONESIA

Page 45: Buku Komunisme Final New

76 77

1. Sistem filsafat Pancasila2. Sistem ideologi Pancasila3. Sistem politik Pancasila (= demokrasi Pancasila)4. Sistem ekonomi Pancasila5. Sistem hukum (berdasarkan) Pancasila6. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila7. Sistem budaya Pancasila8. Sistem Hankamnas, Hankamrata

skema 3 (MNS, 1988)

Untuk menyelematkan tegaknya sistem kenegaraan Pancasila (NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45), maka asas-asas dalam struktur dan asas normatif kenegaraan dalam skema ini imperatif (wajib) ditegakkan, dikembangkan dan dibudayakan dalam wujud N-sistem nasional sebagai jabaran fungsional dasar negara Pancasila; sekaligus sebagai pancaran budaya dan moral dasar negara Pancasila, sebagai pembudayaan sistem kenegaraan Pancasila !

Keseluruhan identitas dan integritas kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dijiwai, dilandasi dan dipandu oleh nilai fundamental dasar negara Pancasila. Karenanya, NKRI dapat dinamakan dengan predikat sebagai sistem kenegaraan Pancasila. Sistem kenegaraan ini terjabar secara konstitusional dalam UUD Proklamasi (UUD 45). NKRI sebagai nation state membuktikan bagaimana potensi dan kualitas dari integritas wawasan nasional Indonesia raya yang diwarisi, tumbuh, dan teruji dalam berbagai tantangan nasional dan global.

Semoga potensi dan keunggulan demikian senantiasa tegak tegar dalam semua kondisi dan tantangan: globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme yang kita alami dalam abad XXI ---sebagai kita rasakan sepanjang era reformasi---. Untuk memperjelas tantangan bahkan ancaman yang telah mendegradasikan mental dan budaya politik ---setidaknya sebagian elite reformasi--- dapat dihayati dan dicermati dalam skema 3 (terlampir). Skema ini melukiskan integritas wawasan nasional dan NKRI dilanda globalisasi – liberalisasi postmodernisme; bersamaan dengan bangkitnya gerakan neo-marxisme-komunisme-atheisme, khususnya dalam NKRI: neo-PKI, KGB.

Mereka mengembangkan sistem ideologi yang tidak sinergis, bahkan bertentangan dengan ideologi Pancasila. Artinya, filsafat Pancasila dengan integritas theisme-religius berhadapan dengan ideologi Barat: kapitalisme-liberalisme-sekularisme; neoimperialisme dan ideologi marxisme-komunisme-atheisme.

Era reformasi yang memuja kebebasan (neo-liberalisme) atas nama HAM dan demokrasi..........dapat bermuara: degradasi nasional, degradasi mental dan moral Pancasila; bahkan degradasi moral theisme-religius.

MEMORANDUM I1. Tumbuh berkembangnya wawasan nasional berlangsung ribuan tahun;2. Wawasan nasional adalah sebagai jiwa dan semangat nasional (asas

kekeluargaan dan kerukunan); sebagai modal dasar perjuangan kemerdekaan dengan puncak: Proklamasi 1945: NKRI sebagai nation state : dikembangkan dan ditegakkan dalam N-Sistem Nasional.

3. Wawasan Nusantara Indonesia raya = dinamika fungsionalisasi Nasionalisme yang dijiwai budaya dan moral Pancasila yang dikembangkan sebagai Ketahanan Nasional.

XI

TANTANGAN NASIONAL : GLOBALISASI-LIBERALISASI DAN POSTMODERNISME

Dalam dinamika millenium III dan postmodernisme yang paling dirasakan ialah dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme yang menggoda dan melanda bangsa-bangsa, sebagai tantangan aktual dan mendesak terutama negara berkembang.

Juga memperhatikan runtuhnya negara adidaya Unie Soviet pasca reformasi glassnost dan perestroika; mereka kehilangan kepercayaan kepada integritas dan otoritas negara Unie Soviet sekaligus ideologi marxisme-komunisme-atheisme ---yang telah dipraktekkan sejak 17 Oktober 1917,

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 46: Buku Komunisme Final New

7879

runtuh 1990---. Era reformasi Indonesia, Mei 1998 hampir satu dasawarsa bangsa dan NKRI hidup dalam krisis multidimensional yang tak teratasi.

Reformasi yang ditandai dengan sikap elite politisi memuja kebebasan dan demokrasi atas nama HAM. Fenomena sosial politik dan ekonomi bangsa nampak terlanda oleh praktek budaya supremasi ideologi politik liberalisme-kapitalisme ---yang bergerak sebagai “proses supremasi dan dominasi” ideologi neo-liberalisme yang berwatak: sekularisme-pragmatisme dan neo-imperialisme!

Secara filosofis-ideologis dan politis bangsa dan negara RI sesungguhnya telah terbawa a r u s dan dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme; tepatnya tergoda dan terlanda oleh praktek budaya ideologi neo-liberalisme (perhatikan watak neo-liberalisme dan neo-PKI dalam skema 3, terlampir).

A. Tantangan Globalisasi-Liberalisasi dan Postmodernisme

Menyelamatkan bangsa dan NKRI dari tantangan demikian (baca: keruntuhan sebagaimana yang dialami Unie Soviet), maka bangsa Indonesia wajib meningkatkan kewaspadaan nasional dan Ketahanan mental-ideologi Pancasila (sebagai essensi Ketahanan Nasional). Visi-misi demikian terutama meningkatkan wawasan nasional dan kepercayaan nasional (kepercayaan diri) dan kebanggaan nasional agar SDM warga negara kita mampu mewaspadai tantangan : globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme !.

Kemampuan menghadapi tantangan yang amat mendasar dan akan melanda kehidupan nasional --- sosial-ekonomi dan politik, bahkan mental dan moral bangsa --- maka benteng terakhir yang diharapkan mampu bertahan ialah keyakinan nasional atas kebenaran dan kebaikan (baca: keunggulan) dasar negara Pancasila baik sebagai filsafat hidup bangsa (Weltanschauung), maupun sebagai dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional). Keunggulan nilai fundamental ini, merupakan pula pancaran keunggulan jiwa dan kepribadian bangsa; dan jatidiri bangsa (Volksgeist). Hanya dengan keyakinan nasional ini manusia Indonesia tegak-tegar dengan keyakinannya yang benar dan terpercaya: bahwa sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari filsafat

Timur, mengandung dan memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Maknanya, sistem filsafat demikian secara filosofis-ideologis dan konstitusional berfungsi sebagai asas kerokhanian Indonesia; jiwa dan kepribadian bangsa (jatidiri nasional); jiwa UUD negara sekaligus sumber dari segala sumber hukum Indonesia.

Ajaran filsafat Pancasila terjabar dalam Pembukaan UUD 45 dan Batang Tubuh seutuhnya; karenanya melaksanakan dasar negara Pancasila terutama dengan dilandasi dan berpedoman UUD 45 (UUD Proklamasi) kita akan tegak-tegar, bahkan jaya sentausa............insya Allah dunia dan akhirat.

Bandingkan dengan ajaran filsafat kapitalisme-liberalisme yang beridentitas individualisme-materialisme-sekularisme-pragmatisme akan hampa spiritual religius sebagaimana juga identitas ideologi marxisme-komunisme-atheisme! Kapitalisme-liberalisme memuja kebebasan dan HAM demi kapitalisme (baca: materi, kekayaan sumber daya alam yang dikuasai neoimperialisme): dalam praktek politik dan ekonomi liberal! 1. Watak setiap ajaran filsafat dan ideologi dengan asas dogmatisme

senantiasa merebut supremasi dan dominasi atas berbagai ajaran filsafat dan ideologi yang dipandangnya sebagai saingan. Ideologi kapitalisme-liberalisme yang dianut negara-negara Barat sebenarnya telah merajai kehidupan berbagai bangsa dan negara: politik kolonialisme-imperialisme. Karena itulah, ketika perang dunia II berakhir 1945, meskipun mereka meraih kemenangan atas German dan Jepang, namun mereka kehilangan banyak negara jajahan memproklamasikan kemerdekaan, termasuk Indonesia. Sejak itulah penganut ideologi kapitalisme-liberalisme menetapkan strategi politik neo-imperialisme untuk melestarikan penguasaan ekonomi dan sumber daya alam di negara-negara yang telah mereka tinggalkan (disusun strategi rekayasa global, 1947).

2. Melalui berbagai organisasi dunia, mulai PBB, World Bank dan IMF sampai APEC dipelopori Amerika Serikat mereka tetap sebagai kesatuan Sekutu dan Unie Eropa dalam perjuangan merebut supremasi politik dan ekonomi dunia (neo-imperialisme).

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 47: Buku Komunisme Final New

80 81

ER

A –

RE

FO

RM

AS

IP

OS

TM

OD

ER

NIS

ME

GL

OB

AL

ISA

SI

– L

IBE

RA

LIS

AS

I

*) =

UU

D 4

5 A

man

dem

en =

Pre

sid

en, M

PR

, DP

R, D

PD

; M

K, M

A d

an B

PK

(+

KY

)

Sk

ema

4

INT

EG

RIT

AS

NA

SIO

NA

L D

AN

NK

RI

SE

BA

GA

I S

IST

EM

KE

NE

GA

RA

AN

PA

NC

AS

ILA

3. Hampir semua negara berkembang yang kondisi ipteks, industri dan ekonomi amat tergantung kepada negara maju (G-8) maka melalui bantuan modal pembangunan baik bilateral maupun multilateral, seperti melalui IMF dan World Bank, termasuk IGGI kemudian CGI semuanya mengandung strategi politik ekonomi negara Sekutu.

4. Melalui kesepakatan APEC, mereka menyebarkan doktrin ekonomi liberal, atas nama ekonomi pasar ---tidak boleh ada proteksi demi peningkatan kemampuan dan kemandirian---. Sementara potensi ekonomi berbagai negara berkembang tanpa proteksi, tanpa daya saing yang memadai...... semuanya dilumpuhkan dan ditaklukkan. Tercapailah politik supremasi ekonomi kapitalisme-liberalisme, neo-imperialisme.

5. Sejak dimulai perang dingin (sekitar 1950 – 1985) Sekutu telah menampilkan watak untuk merebut supremasi ideologi dan dominasi politik internasional. Kondisi perang dingin yang amat panjang meskipun menguras dana dan biaya perang (angkatan perang dan persenjataan), namun juga dijadikan media propaganda bahwa otoritas supremasi ideologi politik dan ekonomi tetap dimiliki Blok Barat. Supremasi ideologi, politik dan ekonomi ini juga didukung oleh supremasi ipteks .......sehingga banyak intelektual negara berkembang (baca: negara GNB) yang belajar ipteks ke negara-negara blok Barat. Ternyata, intelektual hasil didikan Barat, banyak membawa budaya dan moral ideologi politik neo-liberalisme --- langsung maupun tak langsung mendorong berkembangnya neo-imperialisme --- di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

6. Berakhirnya perang dingin, bukanlah kemenangan Sekutu (USA dan UE) atas ideologi marxisme-komunisme-atheisme; melainkan sebagai dampak reformasi Unie Soviet dengan gerakan glasnost dan perestroika yang dipelopori Michael Gorbachev. Keruntuhan kubu dan benteng blok komunis negara adidaya Unie Soviet, membuktikan bahwa ajaran marxisme-komunisme-atheisme tidak mampu bertahan dalam abad XXI, karena bertentangan dengan kerohanian manusia (kepercayaan theisme-religious); bahkan juga tidak sesuai dengan perkembangan asas dan teori politik ekonomi modern !

7. Bandingkan, bagaimana perkembangan negara Rusia sebagai bangsa yang tidak lagi menerapkan sistem komunisme; dengan NKRI yang menerapkan neo-liberalisme, neo-kapitalisme … yang dapat runtuh kedalam cengkeraman neo-imperialisme, dan atau neo-komunisme --- waspadalah : neo-PKI / KGB sedang bersiap mengomando revolusi sosial, karena rakyat Indonesia makin tenggelam dalam kemiskinan dan krisis multi-dimensional yang berkepanjangan !---

Untuk meningkatkan kewaspadaan nasional, kita terutama elite reformasi wajib merenungkan --- sebagai audit nasional atas neraca kepemimpinan reformasi (mawas-diri kepemimpinan bangsa) --- dengan lebih meningkatkan kewaspadaan nasional atas fenomena praktek sosial-budaya dan politik era reformasi. Karena, tantangan globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme, s i n e r g i s dengan Tantangan Nasional dalam Era Reformasi. Tantangan nasional ini seutuhnya dapat d i l u k i s k a n dalam skema berikut :

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

NEO-IMPERIALISMENEO-LIBERALISME

SEKULARISME-PRAGMATISMEDEMOKRASI LIBERAL,

INDIVIDUALISME – AN. HAM KAPITALISME (MATERIALISME)

NEO-KOMUNISME, NEO-PKI, KGB

KEDAULATAN NEGARA (= ETATISME),

KOLEKTIVISME – INTERNASIONALISME

MARXISME – KOMUNISME – ATHEISME,

DIALEKTIKA–HISTORIS–MATERIALISME

P

A

N

C

A

S

I L

A

7.U

U N

o. 2

7 T

ahu

n 1

999

tent

ang

KE

AM

AN

AN

NE

GA

RA

(ya

ng d

irev

isi)

: ter

utam

a P

asal

107

a –

107

f. s

ebag

ai j

abar

an U

UD

45

dan

Tap

MP

RS

No.

XX

V/M

PR

S/1

966

(kar

enan

ya d

apat

dit

egak

kan

seba

gaim

ana

mes

tiny

a).

6.T

AP

MP

RS

No.

XX

V/M

PR

S/1

966

jo. T

ap M

PR

RI

No.

I/M

PR

/200

3, P

asal

2 d

an 4

5.

NK

RI

SE

BA

GA

I S

IST

EM

KE

NE

GA

RA

AN

PA

NC

AS

ILA

4.U

UD

45

SE

UT

UH

NY

A …

….

(P

EM

BU

KA

AN

, PA

SA

L 2

9 D

AN

P

EN

JEL

AS

AN

)3.

DA

SA

R N

EG

AR

A (

IDE

OL

OG

I N

EG

AR

A, I

DE

OL

OG

I N

AS

ION

AL

) PA

NC

AS

ILA

2.F

ILS

AFA

T H

IDU

P (W

EL

TA

NS

CH

AU

UN

G, V

OL

KS

GE

IST

) IN

DO

NE

SIA

: PA

NC

AS

ILA

: 1.

SO

SIO

– B

UD

AY

A N

US

AN

TA

RA

IN

DO

NE

SIA

(MN

S, 2

007)

Page 48: Buku Komunisme Final New

8183

B. Tantangan Nasional dalam Era Reformasi

Pemerintahan dan kelembagaan negara era reformasi, bersama berbagai komponen bangsa berkewajiban meningkatkan kewaspadaan nasional yang dapat mengancam integritas nasional dan NKRI.

Tantangan nasional yang mendasar dan mendesak untuk dihadapi dan dipikirkan alternatif pemecahannya, terutama:1. Amandemen UUD 45 yang sarat mengandung kontroversial; baik

filosofis-ideolofis bukan sebagai jabaran dasar negara Pancasila, juga secara konstitusional amandemen mengandung sarat kontroversial dan konflik kelembagaan. Berdasarkan analisis demikian berbagai kebijaksanaan negara dan strategi nasional, dan sudah tentu program nasional mengalami distorsi nilai ---dari ajaran

filsafat Pancasila, menjadi praktek budaya kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme--- terutama demokrasi liberal dan ekonomi liberal.

2. Rakyat Indonesia mengalami degradasi wawasan nasional ---bahkan juga degradasi kepercayaan atas keunggulan dasar negara Pancasila, sebagai sistem ideologi nasional---. Karenanya, elite reformasi mulai pusat sampai daerah mempraktekkan budaya kapitalisme-liberalisme dan neo-liberalisme (praktek demokrasi liberal, multi partai dengan praktek sistem parlementer; bahkan juga budaya negara federal; dan ekonomi liberal). Jadi, rakyat dan bangsa Indonesia mengalami erosi jatidiri nasional dan ideologi nasional !

3. Elite reformasi dan kepemimpinan nasional, hanya mempraktekkan budaya demokrasi liberal atas nama HAM; yang aktual dalam tatanan dan fungsi pemerintahan negara (suprastruktur dan infrastruktur sosial politik) berwujud : praktek budaya oligarchy, plutocrachy.......bahkan sebagian rakyat mengembangkan budaya anarchisme !--- terutama dalam berbagai Pilkada yang bermuara konflik horisontal ---.

4. NKRI sebagai negara hukum, dalam praktek justru menjadi negara yang tidak menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan Pancasila – UUD 45. Praktek dan “budaya” korupsi makin menggunung, mulai tingkat pusat sampai di berbagai daerah: Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kekayaan negara dan kekayaan PAD bukan dimanfaatkan demi kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat, melainkan dinikmati oleh elite reformasi. Demikian pula NKRI sebagai negara hukum, keadilan dan supremasi hukum; termasuk HAM belum dapat ditegakkan sebagaimana harapan kita semua !.

5. Tokoh-tokoh nasional, baik dari infrastruktur (orsospol), maupun dalam suprastruktur (lembaga legislatif dan eksekutif) hanya berkompetisi untuk merebut jabatan dan kepemimpinan yang menjanjikan (melalui pemilu dan pilkada). Berbagai rekayasa sosial politik diciptakan, mulai pemekaran daerah sampai usul amandemen UUD 45 tahap V, sekedar untuk mendapatkan legalitas dan otoritas kepemimpinan demi kekuasaan. Sementara kondisi nasional rakyat Indonesia, dengan angka kemiskinan dan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

82

TAP MPR

U

U

D

4 5

Page 49: Buku Komunisme Final New

8485

pengangguran yang tetap menggunung belum ada konsepsi alternatif strategis pemecahannya; dilengkapi dengan krisis BBM dan tenaga listrik. Kondisi demikian dapat melahirkan konflik horisontal dan vertikal, bahkan anarchisme sebagai fenomena sosio-ekonomi-psikologis rakyat dalam wujud stress massal.

6. Pemujaan demokrasi liberal atas nama kebebasan dan HAM telah mendorong bangkitnya primordialisme kesukuan dan kedaerahan. Mulai praktek otoda dengan budaya negara federal sampai semangat separatisme. Fenomena ini membuktikan degradasi nasional telah makin parah dan mengancam integritas mental ideologi Pancasila, integritas nasional dan integritas NKRI.

7. Pemujaan kebebasan (neo-liberalisme) atas nama demokrasi dan HAM juga telah membangkitkan partai terlarang PKI. Mulai gerakan “pelurusan sejarah” ---terutama G.30S/PKI--- sampai bangkitnya neo-PKI sebagai KGB melalui PRD dan Papernas. Mereka semua melangkahi (baca: melecehkan Pancasila – UUD 45) dan rambu-rambu (= asas-asas konstitusional) yang telah berlaku sejak 1966, terutama: 1. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan

integritas sebagai sistem filsafat dan ideologi theisme-religius. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila yang menghadapi separatisme ideologi :: marxisme-komunisme-atheisme.

2. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai dasar negara Pancasila : dalam Pembukaan, Batang Tubuh (hayati: Pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.

3. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No. I/MPR/2003 Pasal 2 dan Pasal 4.

4. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan

5. Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara ( yang direvisi : terutama Pasal 107 a – 107 f ) .

Bila NKRI sebagai negara Pancasila dan negara hukum membiarkan/tidak menindak gerakan separatisme ideologi dari kaum marxisme-komunisme-atheisme (neo-PKI, KGB, PRD, Papernas) berarti: a. Membiarkan identitas dan integritas sistem kenegaraan Pancasila –

UUD 45 dilecehkan; dan atau dilangkahi yang bermuara : diruntuhkan..........!

b. Membiarkan berbagai komponen rakyat bangkit membendung mereka; seperti: HMI, FPI, PMII dan berbagai organisasi keagamaan..... bermakna negara memberi kebebasan konflik horisontal dan anarchisme dalam NKRI !

Mutlak diperlukan kebijaksanaan negara dan strategi nasional menghadapi tantangan dimaksud, terutama dengan :

1. Kebijaksanaan Negara

Memperhatikan tantangan dimaksud dan multi krisis nasional maka dipandang mendesak untuk menetapkan kebijaksanaan negara ---oleh kelembagaan negara yang berwenang: MPR – Presiden – DPR – DPD – MA dan MK--- secara sinergis dan mufakat; dan fungsional. Kebijaksanaan negara dimaksud, terutama memprioritaskan:a. Menegakkan budaya dan moral politik nasional berdasarkan

filsafat dan ideologi negara Pancasila sebagaimana diamanatkan UUD Proklamasi 45.

b. Menegakkan integritas kepemimpinan nasional demi integritas nasional supaya semua komponen bangsa, rakyat seutuhnya senantiasa rukun bersatu.

c. Melaksanakan pendidikan dan pembudayaan dasar negara Pancasila secara melembaga.

d. Membudayakan Asas-Asas Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

e. Menegakkan dan membudayakan Sistem Hankamnas sebagai Sistem Hankamrata (sebagai konsekuensi sistem negara berkedaulatan rakyat / negara demokrasi).

2. Strategi Nasional dan Program Nasional

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 50: Buku Komunisme Final New

8485

86

87

Mendesak adanya strategi nasional dan program nasional untuk pendidikan dan pembudayaan dasar negara Pancasila sebagai ideologi nasional. Strategi nasional yang diprioritaskan, terutama:1. Mengembangkan sistem nasional (sebagai dimaksud skema 2,

terlampir).2. Mengembangkan budaya dan moral politik berdasarkan filsafat

Pancasila, ideologi Pancasila dan UUD Proklamasi.3. Membina kelembagaan pengembangan dan pembudayaan filsafat

Pancasila sebagai ideologi nasional (lintas departemen dan lembaga negara), dengan mendayagunakan lembaga-lembaga perguruan tinggi (PTN-PTS).

Supaya pemikiran mendasar ini cukup kaya, valid dan terpercaya maka diperlukan kelembagaan yang lebih representatif, dibawah otoritas kelembagaan negara. Alternatif kelembagaan dimaksud merupakan sinergis antar dan lintas (kelembagaan) departemental dan nondepartemental; terutama:

Mendiknas; Mendagri; Menag; Wantannas; LIPI; Lemhannas; Meneg Pemuda dan Olah Raga (Menpora); dan Meneg Komunikasi dan Informasi (yang melaksanakan sosialisasi, pembudayaan) secara nasional; dengan didukung berbagai potensi nasional dalam komponen-komponen kelembagaan keagamaan: MUI, DGI, MAWI dan sebagainya.

Sebagai peningkatan wawasan HAM generasi muda, perlu pengkajian dan uraian bagaimana sesungguhnya ajaran HAM (berdasarkan) Teori Hukum Alam (yang dianut dan dikembangkan ideologi liberalisme-kapitalisme; demikian pula ajaran HAM (berdasarkan) ajaran Hegel (yang dianut, dan dikembangkan) ideologi marxisme-komunisme-atheisme.

Memperhatikan kedua ajaran HAM dari ideologi yang dianut Blok Barat dan Blok Timur, yang amat kontroversial, bangsa Indonesia juga mewarisi dan memiliki filsafat Pancasila dengan asas-asas Ajaran HAM (berdasarkan) filsafat Pancasila. HAM berdasarkan filsafat Pancasila ini dikembangkan dan ditegakkan dalam sistem kenegaraan

Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45) dalam wujud : sistem pemerintahan negara berkedaulatan rakyat dan sistem negara hukum.

Untuk lebih memahami pokok-pokok ajaran HAM tersebut diatas, pahami dan hayati dalam skema 5 dan 6 (terlampir)!.

Semoga bangsa dan NKRI berdasarkan Pancasila – UUD Proklamasi 45 senantiasa dalam pengayoman Allah Yang Maha Kuasa, Maha Rahman dan Rahim Yang menganugerahkan dan mengamanatkan kemerdekaan nasional dalam integritas NKRI. Amien.

Catatan:

Kelembagaan demikian untuk menghindarkan pendapat atas pengalaman sejarah adanya BP-7 dan Team P-7 --yang dianggap di bawah otoritas tunggal Presiden---. Mengingat visi-misi Pembudayaan Nilai Pancasila (PNP) bertujuan fundamental dan luhur demi nation and character building. Karenanya NKRI berkewajiban secara konstitusional melaksanakan secara kelembagaan kebijaksanaan dan strategis program PNP secara nasional.

XII

PENDIDIKAN DAN PEMBUDAYAAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM IDEOLOGI NEGARA

Pendidikan dan pembudayaan filsafat Pancasila sebagai sistem ideologi negara terutama melalui sistem pendidikan nasional yang mantap. Tujuan demikian, menjadi visi-misi nasional Indonesia; terutama meliputi :1. Nation and character buildings (Pembinaan bangsa dan watak

bangsa); dan 2. Visi-misi pembudayaan nilai dasar Pancasila; terutama melalui PKN.

Dengan wawasan nasional dalam NKRI sebagai negara bangsa (nation state) maka program PNP adalah mendasar dan mendesak sebagai

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 51: Buku Komunisme Final New

8889

strategi nasional untuk menjamin dan memantapkan integritas sistem kenegaraan (berdasarkan) Pancasila – UUD 45. Karenanya, visi-misi PNP dapat sinergis dengan PKn dan dimantapkan secara nasional oleh lembaga-lembaga lintas departemental dan non-departemental. Khusus pembudayaan nilai dasar negara Pancasila (PNDP), PNP dan PKn dalam lembaga kependidikan dan lembaga nasional merupakan pembinaan mental dan moral SDM Indonesia. Visi-misi ini sinergis dengan visi-misi nation and character building. Hanya dengan visi-misi demikian, SDM Indonesia akan unggul terpercaya sebagai bhayangkari nilai dasar negara Pancasila dan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila.

Gagasan nasional yang mendasar dan mendesak ini cukup sinergis dengan asas-asas fundamental dan konstitusional NKRI sejak G.30S/PKI yang secara filosofis-ideologis telah melakukan gerakan separatisme ideologi. Mengingat PKI menganut ajaran marxisme-komunisme-atheisme yang berwatak materialisme-etatisme, maka sistem kenegaraan Pancasila secara niscaya tidak mungkin mereka terima atau kita menerima mereka. Artinya, akan terjadi kondisi dialektika politik dan ideologi di dalam NKRI. Itu berarti, mereka akan selalu melakukan revolusi di dalam kehidupan nasional kita; berjuang mendirikan negara di dalam negara (NKRI sebagai sistem negara Pancasila): merongrong kewibawaan dan integritas negara Pancasila ---sehingga rakyat tidak akan pernah tenteram, rukun bersatu untuk membangun masa depan yang adil – beradab dan bermartabat---

Manakala mereka tidak dihadapi dengan kaidah filosofis-ideologis dan konstitusional yang mantap, mereka akan terus menjadi tantangan nasional (= duri dalam daging, kanker dalam tubuh NKRI). Misalnya seperti gerakan neo-PKI dan KGB yang bangkit melalui upaya (pembentukan) Papernas di seluruh nusantara mendapat tantangan; terutama dari rakyat yang setia membela dasar negara Pancasila. Tanpa perlawanan kita, mereka akan benar-benar bangkit dan menodai negara Pancasila. Perlawanan rakyat di berbagai kota, dihujat Papernas sebagai melawan asas demokrasi dan HAM. Juga perlawanan kelompok pembela Pancasila dituduh bertindak anarchis! Karena itulah, seharusnya aparatur negara (Kejaksanaan Agung dan Polri) bertindak tegas menegakkan asas-asas normatif tersebut di bawah ini, demi integritas, otoritas dan supremasi hukum NKRI sebagai negara hukum!

Sebaliknya, aparatur negara jangan sampai lalai, membiarkan rakyat yang menentang neo-PKI dan KGB ---sehingga seperti membiarkan anarchisme---; padahal justru, rakyat itulah yang membela dan mengawal NKRI dan dasar negara Pancasila – UUD 45.

Berdasarkan analisis filosofis-ideologis demikianlah, maka kaidah fundamental dan konstitusional berikut wajib ditegakkan oleh NKRI sebagai negara hukum; terutama:1. Bahwa filsafat dan ideologi Pancasila memancarkan integritas

sebagai sistem filsafat dan ideologi theisme-religius. Artinya, warga negara RI senantiasa menegakkan moral dan budaya politik yang adil dan beradab yang dijiwai moral Pancasila.

2. UUD Proklamasi seutuhnya memancarkan nilai filsafat Pancasila: mulai Pembukaan, Batang Tubuh (hayati: pasal 29) dan Penjelasan UUD 45.

3. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 dan dikukuhkan Tap MPR RI No. I/MPR/2003 Pasal 2 dan Pasal 4.

4. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa; dan Undang Undang No. 27 tahun 1999 tentang Keamanan Negara.

Asas normatif 1 – 5 mengandung nilai menegakkan ideologi Pancasila dan menangkal separatisme ideologi. Artinya, meningkatkan ketahanan mental ideologi dan ketahanan nasional. Amanat dan kewajiban menegakkan kaidah fundamental konstitusional di atas dijiwai dan dilandasi kesadaran hak asasi manusia (HAM) berdasarkan filsafat Pancasila, yang menegakkan asas keseimbangan HAM dan KAM (kewajiban asasi manusia). Maknanya, KAM berdasarkan filsafat Pancasila ialah mengakui bahwa HAM adalah anugerah dan amanat Allah Yang Maha Kuasa. Integritas dan martabat kepribadian manusia ialah yang menunaikan dan menegakkan KAM lebih dahulu, sebelum menuntut HAM! (Hayati skema 1, terlampir).

Keseluruhan ketentuan filosofis-ideologis dan konstitusional ini belum ditegakkan baik oleh lembaga-lembaga tinggi negara (Presiden-MPR-DPR, MA-MK, DPD) bahkan juga oleh Menkopolhukam, Jaksa Agung dan Kapolri ---yang kita saksikan sering terjadi bentrokan massa

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 52: Buku Komunisme Final New

9091

antara rakyat pembela Pancasila dengan gerakan neo-PKI (KGB) yang dipelopori PRD dan Papernas.

Semoga keprihatinan nasional atas fenomena sosial politik era reformasi yang memuja kebebasan atas nama demokrasi dan HAM…….jangan sampai meruntuhkan NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila!

Benteng nasional NKRI yang dijiwai wawasan nasional, kesetiaan dan kebanggaan kepada nilai dasar negara Pancasila hendaknya menjadi asas moral dan sumber energi perjuangan generasi penerus sebagai ksatria dan bhayangkari NKRI.

Bagian dari kurikulum dasar (kurikulum inti) sebagai matakuliah pembinaan kepribadian (MKPK) ialah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) secara umum (universal) tiap bangsa memberikan civics education. Jadi, PKn adalah pendidikan nilai kebangsaan dan kenegaraan yang imperatif; atau visi-misi keniscayaan tiap bangsa dan negara.

Demi integritas dan kejayaan NKRI maka nilai-nilai fundamental berikut secara niscaya ditanamkan dan dibudayakan bagi SDM generasi penerus bangsa:

1. Rakyat Indonesia secara geografis hidup dalam kesatuan nusantara, dengan karakter sosio-psikologis dan sosio-budaya nusantara terintegrasi dengan bahasa nusantara (Melanesia, Melayu); dan melalui Sumpah Pemuda mengakui sebagai bahasa nasional Indonesia. Maknanya secara natural dan kultural bangsa Indonesia adalah satu kesatuan.

2. Sari dan puncak sosio-budaya dengan bahasa nasional Indonesia; sosio-psikologis terbentuk sebagai jatidiri bangsa (jiwa bangsa dan jatidiri nasional) berkat nilai asas kerokhanian bangsa (filsafat hidup, Weltanschauung) Pancasila memancarkan jiwa dan kepribadian bangsa (jatidiri nasional) dengan nilai kekeluargaan dan moral Ketuhanan sebagai bangsa Indonesia yang adil dan beradab (bermartabat).

3. PPKI menjelang Proklamasi mufakat menetapkan filsafat hidup Pancasila sebagai dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional) secara filosofis-ideologis terumus sebagai Hukum Dasar di dalam

Pembukaan UUD 45. Nilai-nilai fundamental dalam Pembukaan UUD 45 terjabar secara konstitusional dalam Batang Tubuh (Pasal-pasal) seutuhnya. (Karenanya nilai fundamental dalam Hukum Dasar/Pembukaan bersifat tetap).

4. Dasar negara Pancasila secara imperatif menjadi tatanan kebangsaan dan kenegaraan NKRI. Maknanya, mulai ajaran HAM bersumber dari filsafat Pancasila, terjabar dalam asas negara berkedaulatan rakyat (= demokrasi berdasarkan moral Pancasila), NKRI sebagai negara hukum sampai tata ekonomi nasional berdasarkan Pancasila (= keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia). Kaidah fundamental ini adalah asas, identitas dan integritas sistem kenegaraan NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45.

5. Tatanan kelembagaan negara dan tata kepemimpinan nasional sepenuhnya berkewajiban (= imperatif) menegakkan asas normatif dasar negara dalam kaidah fundamental negara (Pembukaan UUD 45). Visi-misi demikian dididikkan kepada generasi muda bangsa sebagai warga negara penegak dan pewaris NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45.

Sebagai pelengkap wawasan generasi muda Indonesia untuk lebih memahami ajaran HAM (berdasarkan) filsafat Pancasila, terlampir dua skema : skema 5 dan skema 6.

Berbagai tantangan nasional diatas dapat mengancam integritas bangsa dan integritas NKRI tegaknya integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila dapat dihayati dalam skema 2 terlampir.

Pokok pikiran dalam Naskah ringkas buku ini dapat dikembangkan dan dijabarkan sebagai materi pokok yang diprioritaskan dalam PNP dan PKn melalui lembaga pendidikan mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pengembangannya secara normatif-filosofis-ideologis dan konstitusional terkandung dalam potensi nilai-nilai sistem filsafat dan ideologi dunia modern yang berwatak kompetitif merebut supremasi dunia. Kita berkewajiban menghadapi tantangan supremasi ideologi kapitalisme-liberalisme yang terus merekayasa dunia demi supremasi neo-imperialisme yang mereka praktekkan !

Tujuan dan nilai dalam uraian ini kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan para guru dan pendidik, termasuk para ilmuan dan dosen

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 53: Buku Komunisme Final New

Asas HAM dan Substansi HAM di atas, adalah pokok-pokok ajaran HAM berdasarkan teori Hukum Alam (Natural theory) yang dianut negara Barat (liberalisme-kapitalisme)

92

(MNS 2000, : 85 – 98) (MNS, 1983; 1998)

93

di Perguruan Tinggi dalam upaya bangsa mengembangkan (potensi) anak didik menjadi warganegara (SDM) yang kita cita-citakan dalam NKRI tercinta. Lebih-lebih dalam keluarga; dan kelembagaan negara yang menjadi penegak kemerdekaan dan kedaulatan sistem kenegaraan Pancasila-UUD 45.

Semoga bangsa dan NKRI berdasarkan Pancasila – UUD 45 senantiasa dalam pengayoman Tuhan Yang Maha Esa, Allah Yang Maha Kuasa, Yang menganugerahkan dan mengamanatkan kemerdekaan nasional dalam integritas NKRI. Amien.

Malang, 28 Oktober 2008 Laboratorium Pancasila Universitas Negeri Malang (UM)

Ketua Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH

LAMPIRAN I :

HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA(Asas Keseimbangan HAM dan KAM)

HAM BERDASARKAN FILSAFAT PANCASILA

( DALAM BANDINGAN DENGAN: TEORI NATURAL LAW

& TEORI HEGEL )

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

1. Hak Hidup = Life2. Hak Kemerdekaan = Liberty3. Hak Milik = Property

+1. Hak Pribadi (Personal rights) = hak

hidup, beragama, berkeluarga (cinta).2. Hak Ekonomi (Economical rights) = hak

memiliki, bekerja dan usaha, hidup-sejahtera, kontrak kerja.

3. Hak Hukum (Legal rights) = hak mendapat kewarganegaraan, hak mendapat keadilan, hak membela diri, praduga tak bersalah.

4. Hak Politik (Political rights) = hak berserikat-berkumpul, menyatakan pendapat lisan & tertulis, hak memilih & dipilih, hak suaka politik.

5. Hak Sosial-budaya (Social-cultural rights) = hak mendapat & memilih pendidikan, hak menikmati seni, hak cipta (HAKI), hak menikmati mode.

ManusiaHak Asasi Manusia (HAM) Kewajiban Asasi Manusia (KAM)

HAM berdasarkan filsafat Pancasila (1 - 7) dilandasi asas KAM:1. Kewajiban mengakui dan menerima

bahwa Allah Yang Maha Esa adalah Maha dan Sumber alam semesta, termasuk manusia.

2. Kewajiban mengakui dan menerima Kedaulatan Allah Yang Maha Berdaulat (Kuasa) atas semesta, termasuk nasib manusia.

3. Kewajiban berkhidmat (berterima kasih/bersyukur) kepada Allah Yang Maha Rahman (dan mencintai Allah dan agama yang diamanatkan-Nya).

4. Kewajiban setia dan bangga kepada bangsa negaranya; kewajiban setia ideologi dan konstitusi.

5. Kewajiban bela negara, dan membayar pajak.

HAM berdasarkan filsafat Pancasila (meliputi asas fundamental 1 - 7) dijiwai dan dilandasi asas keseimbangan HAM dan KAM sebagai asas moral sistem filsafat Pancasila yang beridentitas theisme-religious. (Skema : 5)

Page 54: Buku Komunisme Final New

94 95

(MNS, 1983 – 1993; 2003)

skema 6

Catatan :Dalam filsafat Islam, sesungguhnya HAM (hidup, kemerdekaan dan hak milik) sebagai anugerah “hanyalah” untuk manusia secara universal. Martabat mulia dan agung manusia, pada hakikatnya berwujud integritas keimanan sebagai martabat kerokhanian manusia. Keimanan (dan

ketakwaan) inilah sesungguhnya yang manjadi mahkota dan integritas kemuliaan martabat manusia di hadapan Maha Pencipta dan Maha Berdaulat Jadi, kategori keimanan adalah anugerah dan amanat khusus bagi pribadi manusia yang setia dengan komitmen kerokhaniannya, sebagaimana dimaksud (Q 7: 172; dan 49: 17; 51: 56). Sesungguhnya, hakekat HAM dalam asas keseimbangan dengan KAM ialah kemuliaan martabat manusia jasmani-rohani, dan dunia-akhirat. Hakekat demikian menjamin martabat HAM yang hidup dengan kerohaniannya dalam alam keabadian (akhirat), yang dipercaya umat beragama.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Allah Maha Pencipta Semesta, termasuk umat manusia, Allah Yang Maha Berdaulat dan Maha Pengayom

(Maha Rahman dan Rahim)

HAM = ANUGERAH untuk disyukuri, dinikmatiHak hidup, sekaligus sebagai AMANAT Kemerdekaan, (= Kewajiban Asasi Manusia/KAM) Hak Milik

Asas HAM seimbang dengan KAMNKRI sebagai Sistem Negara Berkedaulatan Rakyat, dan

Sistem Negara Hukum (Rechtsstaat)

HEGEL THEORYSumber HAM = Tuhan (God)Life, Liberty & PropertyFor humankind, collectivity, State (Theocratism, Etatism) for State as Represents of God Idea.-------------------------------------Dijiplak dan diterapkan Karl Marx dalam Sistem Kedaulatan Negara (Etatisme, Atheisme, Totalitarianisme)

NATURAL LAW

Sumber HAM = Alam SemestaLifeLibertyProperty

For Men as IndividualityDitegakkan dalam sistem demokrasi liberal – kapitalisme:Individualisme, Secularisme, Pragmatisme

Page 55: Buku Komunisme Final New

96 97LAMPIRAN II :

1. Supaya semua pejabat negara, terutama penegak hukum dan warganegara lebih memahami adanya larangan atas adanya PKI dan ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme oleh lembaga negara

(tertinggi : MPR RI) dalam naskah buku ini kami lampirkan Tap MPRS yang menetapkan larangan tersebut.

2. Juga adanya Undang-Undang tentang RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara (yang direvisi) terutama Pasal 107a – 107f.

Kepada semua warganegara dan mereka yang masih berusaha mengembangkan ajaran marxisme-komunisme-atheisme, hendaknya memahami bahwa :

1. Marxisme-komunisme-atheisme bertentangan dengan Pancasila dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional) dan UUD Proklamasi 45, terutama Pasal 29.

2. Marxisme-komunisme-atheisme yang dikembangkan oleh gerakan neo-PKI atau Komunis Gaya Baru (KGB) dan atau dengan nama organisasi apapun yang memperjuangkan ideologi Marxisme-komunisme-atheisme secara filosofis-ideologis dan konstitusional bertentangan dengan dasar negara Pancasila dan UUD NKRI 1945;

3. Bahwa gerakan dan atau tindakan demikian bermakna separatisme ideologi, menentang ideologi negara dan atau ideologi nasional. Karenanya, mereka dikategorikan sebagai mengkhianati bangsa Indonesia (cita-cita nasional) dan NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD Proklamasi 45 yang diamanatkan dan diwariskan oleh the founding fathers (pendiri negara : PPKI).

Kepada semua mereka secara ideologis dan konstitusional akan dikenai sanksi berdasarkan hukum dan perundangan yang berlaku; terutama yang terlampir berikut :

TAP MPRS XXV TAHUN 1966TENTANG LARANGAN PENYEBARAN AJARAN MARXISME/

LENINISME/KOMUNISME DI INDONESIA

MADJELIS PERMUSJAWARATAN RAKJAT

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 56: Buku Komunisme Final New

9899

SEMENTARAREPUBLIK INDONESIA

K E T E T A P A NMADJELIS PERMUSJAWARATAN RAKJAT SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIANO : XXV/MPRS/1966

TENTANG

PEMBUBARAN PARTAI KOMUNIS INDONESIA,PERNJATAAN SEBAGAI ORGANISASI TERLARANG

DISELURUH WILAJAH NEGARA REPUBLIK INDONESIABAGI PARTAI KOMUNIS INDONESIA DAN LARANGAN

SETIAP KEGIATAN UNTUK MENJEBARKAN ATAU MENGEMBANGKAN PAHAM ATAU ADJARAN

KOMUNIS/MARXISME-LENINISME

DENGAN RAHMAT TUHAN JANG MAHA ESAMADJELIS PERMUSJAWARATAN RAKJAT SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. Bahwa paham atau adjaran Komunisme/Marxisme-Leninisme pada inti-

hakikatnja bertentangan dengan Pantjasila;

b. Bahwa orang-orang dan golongan-golongan di Indonesia jang menganut

paham atau adjaran Komunisme/Marxisme-Leninisme, chususnja Partai

Komunis Indonesia, dalam sedjarah Kemerdekaan Republik Indonesia

telah njata-njata terbukti beberapa kali berusaha merobohkan Kekuasaan

Pemerintah Republik Indonesia jang sah dengan djalan kekerasan;

c. Bahwa berhubung dengan itu, perlu mengambil tindakan tegas terhadap

Partai Komunis Indonesia dan terhadap kegiatan-kegiatan jang

menjebarkan atau mengembangkan paham atau adjaran

Komunisme/Marxisme-Leninisme;

Mengingat : Undang-undang Dasar 1945 Pasal 1 ajat (2) dan Pasal 2

ajat (3)

Mendengar : Permusjawaratan dalam rapat-rapat MPRS dari tanggal 20

Djuni sampai 5 Djuli 1966.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KETETAPAN TENTANG PEMBUBARAN PARTAI

KOMUNIS INDONESIA, PERNJATAAN SEBAGAI

ORGANISASI TERLARANG DISELURUH WILAJAH

NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN LARANGAN

SETIAP KEGIATAN UNTUK MENJEBARKAN ATAU

MENGEMBANGKAN PAHAM ATAU ADJARAN

KOMUNISME/MARXISME-LENINISME.

Pasal 1

Menerima baik dan menguatkan kebidjaksanaan Presiden/Panglima

Tertinggi Angkatan Bersendjata Republik Indonesia/Pemimpin Besar

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 57: Buku Komunisme Final New

100 101

Revolusi/ Mandataris Madjelis Permusjawaratan Rakjat Sementara, berupa

pembubaran Partai Komunis Indonesia, termasuk semua bagian

organisasinja dari tingkat pusat sampai ke daerah beserta semua organisasi

jang seasas/ berlindung/bernaung dibawahnja dan pernjataan sebagai

organisasi terlarang diseluruh wilajah kekuasaan Negara Republik Indonesia

bagi Partai Komunis Indonesia, jang dituangkan dalam keputusannja tanggal

12 Maret 1966 No. 1/3/1966, dan meningkatkan kebidjaksanaan tersebut

diatas mendjadi ketetapan MPRS.

Pasal 2

Setiap kegiatan di Indonesia untuk menjebarkan atau

mengembangkan paham atau adjaran Komunisme/Marxisme-Leninisme

dalam segala bentuk dan manifestasinja, dan penggunaan segala matjam

aparatur serta media bagi penjebaran atau pengembangan paham atau

adjaran tersebut, dilarang.

Pasal 3

Chususnja mengenai kegiatan mempeladjari setjara ilmiah, seperti

pada Universitas-universitas, paham Komunisme/Marxisme-Leninisme

dalam rangka mengamankan Pantjasila, dapat dilakukan setjara terpimpin,

dengan ketentuan bahwa Pemerintah dan DPR-GR diharuskan mengadakan

perundang-undangan untuk pengamanan.

Pasal 4

Ketentuan-ketentuan diatas tidak mempengaruhi landasan dan sifat

bebas aktif politik luar negeri Republik Indonesia,

Ditetapkan di Djakarta

Pada Tanggal 5 Djuli 1966

MADJELIS PERMUSJAWARATAN RAKJAT SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIA

Ketua

Ttd

(Dr. A. H. Nasution)

Djenderal TNI.

Wakil Ketua Wakil Ketua

Ttd Ttd

(Osa Maliki) (H.M. Subchan Z.A)

Wakil Ketua Wakil Ketua

Ttd Ttd

(M. Siregar) (Mashudi)

Brig. Djen. TNI

Sesuai dengan aslinja

Administrator Sidang Umum ke-IV MPRS

Ttd.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 58: Buku Komunisme Final New

103

102

(Wilujo Puspo Judo)

Maj. Djen. TNI

P E N D J E L A S A N

KETETAPAN MADJELIS PERMUSJAWARATAN

RAKJAT SEMENTARA

REPUBLIK INDONESIA

NO : XXV / MPRS / 4966

1. Paham atau adjaran Komunisme dalam praktek kehidupan politik dan

kenegaraan mendjelmakan diri dalam kegiatan-kegiatan jang

bertentangan dengan asas-asas dan sendi-sendi kehidupan Bangsa

Indonesia jang berTuhan dan beragama jang berlandaskan paham

gotong-rojong dan musjawarah untuk mufakat.

2. Paham atau adjaran Marx jang terkait pada dasar-dasar dan taktik

perdjuangan jang diadjarkan oleh Lenin, Stalin, Mao Tse Tung dan lain-

lain mengandung benih-benih dan unsur-unsur jang bertentangan dengan

falsafah Pantjasila.

3. Paham Komunis/Marxisme-Leninisme jang dianut oleh PKI dalam

kehidupan politik di Indonesia telah terbukti mentjiptakan iklim dan

situasi jang membahajakan kelangsungan hidup bangsa Indonesia jang

berfalsafah Pantjasila.

4. Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka adalah wadjar bahwa

tidak diberikan hak hidup bagi Partai Komunis Indonesia dan bagi

kegiatan-kegiatan untuk memperkembangkan dan menjebarkan paham

atau adjaran Komunisme/Marxisme-Leninisme.

PENJELASAN :

Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 jo.Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal 2

dan 3. Artinya, Tap MPRS No. XXV/1966 ini dikukuhkan; dan tidak akan

dicabut sebagaimana ditetapkan dalam Tap MPR RI No. I/MPR/2003, Pasal

2 dan 3.

Secara hukum ketatanegaraan, MPR RI sebagai lembaga tertinggi negara

dalam UUD 45 (sebelum Amandemen) semua produknya tetap mengikat

(imperatif) dan tidak dapat dicabut oleh legalitas dan otoritas MPR RI

(Pasca Amandemen UUD 45 Tahun 2002). Karena, MPR RI dalam UUD 45

(Amandemen) bukanlah lembaga tertinggi negara! Jadi, legalitas dan

otoritasnya “ hanyalah ” sebagai lembaga tinggi negara (sejajar dengan

lembaga : Presiden, DPR, DPD, MA, MK). Maknanya, legalitas dan

otoritasnya tidak mampu menjangkau legalitas dan otoritas MPR RI

(sebagai lembaga tertinggi negara) sebelum Amandemen.

Jadi, Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 bersifat tetap dan tidak dapat

diubah dan atau dicabut!.

Undang-undang berikut ini, yang disahkan dan diundangkan pada tanggal

19 Mei 1999, kurang atau tidak disosialisasikan pada masa pemerintahan

Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarnoputeri, sehingga jangankan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 59: Buku Komunisme Final New

104

105

rakyat biasa, bahkan para pejabat instansi penegak hukum pun kaget bahwa

ada Undang-undang RI Nomor 27 Tahun 1999 ini.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 27 TAHUN 1999

TENTANG

PERUBAHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

PIDANA

YANG BERKAITAN DENGAN KEJAHATAN

TERHADAP KEAMANAN NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang

secara kodrati melekat pada diri manusia antara lain

meliputi hak memperoleh kepastian hukum dan

persamaan kedudukan di dalam hukum, hak

mengeluarkan pendapat, berserikat, dan berkumpul

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

b. bahwa Kitab Undang-undang Hukum Pidana terutama yang

berkaitan dengan ketentuan mengenai kejahatan terhadap

keamanan Negara belum memberi landasan hukum yang

kuat dalam usaha mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila sebagai

dasar negara;

c. bahwa paham atau ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme

dalam praktek kehidupan politik dan kenegaraan

menjelmakan diri dalam kegiatan-kegiatan yang

bertentangan dengan asas-asas dan sendi-sendi kehidupan

bangsa Indonesia yang ber-Tuhan dan beragama serta telah

terbukti membahayakan kelangsungan hidup bangsa

Indonesia;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b, dan c perlu

membentuk Undang-undang tentang Perubahan Kitab

Undang-undang Hukum Pidana yang berkaitan dengan

Kejahatan Terhadap Keamanan Negara;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-undang

Dasar 1945;

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

Indonesia Nomor XXV/MPRS/1966 tentang

Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan

Sebagai Organisasi Terlarang Di Seluruh Wilayah

Negara Republik Indonesia Bagi Partai Komunis

Indonesia Dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk

Menyebarkan Atau Mengembangkan Faham Atau

Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme jo Ketetapan

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 60: Buku Komunisme Final New

106 107

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor V/MPR/1973 tentang Peninjauan Produk-Produk

yang Berupa Ketetapan Majelis Permusyawaratan

Rakyat Sementara Republik Indonesia;

3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan

Hukum Pidana jo Undang-undang Nomor 73 Tahun

1958 tentang Menyatakan berlakunya Undang-undang

nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia dan

Mengubah Kitab Undang-undang Hukum Pidana

(Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 127, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 1660), sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1976 tentang Perubahan dan

Penambahan beberapa pasal dalam kitab Undang-

Undang hukum Pidana bertalian dengan perluasan

berlakunya ketentuan Perundang-undangan Pidana

Kejahatan terhadap Penerbangan dan kejahatan terhadap

Sarana/Prasarana Penerbangan (Lembaran Negara tahun

1976 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3080);

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN

TERHADAP UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

YANG BERKAITAN DENGAN KEJAHATAN

TERHADAP KEAMANAN NEGARA.

Pasal 1

Menambah 6 (enam) ketentuan baru di antara Pasal 107 dan Pasal 108 Bab I

Buku II Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang Kejahatan Terhadap

Keamanan Negara yang dijadikan Pasal 107 a, Pasal 107 b, Pasal 107 c,

Pasal 107 d, Pasal 107 e, Pasal 107 f yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 107 a

Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum dengan lisan,

tulisan dan atau melalui media apa pun, menyebarkan atau mengembangkan

ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dalam segala bentuk dan

perwujudannya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas)

tahun.

Pasal 107 b

Barangsiapa yang secara melawan hukum dimuka umum dengan lisan,

tulisan dan atau melalui media apa pun, menyatakan keinginan untuk

meniadakan atau mengganti Pancasila sebagai dasar negara yang berakibat

timbulnya kerusuhan dalam masyarakat, atau menimbulkan korban jiwa

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 61: Buku Komunisme Final New

108 109

atau kerugian harta benda, dipidana dengan pidana paling lama 20 (dua

puluh) tahun.

Pasal 107 c

Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum dengan lisan,

tulisan dan atau melalui media apapun, menyebarkan atau mengembangkan

ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme yang berakibat timbulnya

kerusuhan dalam masyarakat, atau menimbulkan korban jiwa atau kerugian

harta benda, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)

tahun.

Pasal 107 d

Barangsiapa yang secara melawan hukum di muka umum dengan lisan ,

tulisan dan atau melalui media apapun, menyebarkan atau mengembangkan

ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme dengan maksud mengubah atau

mengganti Pancasila sebagai dasar negara, dipidana dengan pidana penjara

paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Pasal 107 e

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun :

a. Barangsiapa yang mendirikan organisasi yang diketahui atau patut

diduga menganut ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme atau dalam

segala bentuk dan perwujudannya; atau

b. Barangsiapa yang mengadakan hubungan dengan atau memberikan

bantuan kepada organisasi, baik di dalam maupun diluar negeri, yang

diketahuinya berasaskan ajaran Komunisme/ Marxisme-Leninisme atau

dalam segala bentuk dan perwujudannya dengan maksud mengubah

dasar negara atau menggulingkan Pemerintah yang sah.

Pasal 107 f

Dipidana karena sabotase dengan pidana penjara seumur hidup atau paling

lama 20 (dua puluh) tahun :

a. Barangsiapa yang secara melawan hukum merusak, membuat tidak

dapat dipakai, menghancurkan atau memusnahkan instalasi negara atau

militer; atau

b. Barangsiapa yang secara melawan hukum menghalangi atau

menggagalkan pengadaan atau distribusi bahan pokok yang menguasai

hajat hidup orang banyak sesuai dengan kebijakan Pemerintah.

Pasal II

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar

setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal 19 Mei 1999

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 62: Buku Komunisme Final New

110 111

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 19 Mei 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

Ttd.

PROF. DR. H. MULADI. SH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 1999 NOMOR 74

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999

TENTANG

PERUBAHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM

PIDANA

YANG BERKAITAN DENGAN KEJAHATAN TERHADAP

KEAMANAN NEGARA.

I. UMUM

Negara Republik Indonesia adalah Negara berdasarkan atas hukum yang

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menjunjung tinggi

hak-hak asasi manusia, serta menjamin semua warga Negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan Pemerintahan dengan tidak ada

kecualinya.

Pembangunan nasional di bidang hukum ditunjukan agar masyarakat

memperoleh kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan

kebenaran dan keadilan serta memberikan rasa aman dan tentram.

Dalam usaha mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dari ancaman

dan bahaya ajaran Komunisme/Marxisme/Leninisme, yang terbuti

bertentangan dengan agama, asas-asas dan sendi kehidupan bangsa

Indonesia yang berTuhan dan dari tindak pidana lainnya yang

membahayakan keamanan Negara, perlu mengadakan perubahan terhadap

Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan menambah pasal-pasal yang

berkaitan dengan kejahatan terhadap keamanan Negara.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Cukup Jelas

Pasal 107 a

Yang dimaksud dengan “Komunisme/Marxisme-Leninisme” adalah paham

ajaran atau ajaran Karl Marx terkait pada dasar-dasar dan taktik perjuangan

yang diajarkan oleh Lenin, Stalin, Mao Tse Tung, dan lain-lain mengandung

benih-benih dan unsur-unsur yang bertentangan dengan falsafah Pancasila.

Pasal 107 b

Cukup Jelas

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 63: Buku Komunisme Final New

112 113

Pasal 107 c

Cukup Jelas

Pasal 107 d

Cukup Jelas

Pasal 107e

Cukup Jelas

Pasal 107 f

Huruf a

Yang dimaksud dengan “ Instalasi Negara ” dalam pasal ini adalah instalasi

tertentu (penting) yaitu Istana Negara yang digunakan oleh Presiden dan

Wakil Presiden untuk kegiatan kenegaraan, kediaman resmi Presiden dan

Wakil Presiden, gedung-gedung Lembaga Tinggi Negara dan gedung yang

digunakan untuk tamu-tamu Negara yang setingkat dengan Presiden.

Yang dimaksud dengan “instalasi militer” adalah instalasi vital militer.

Huruf b

Cukup Jelas

Pasal II

Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 3850

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 64: Buku Komunisme Final New

115

114KEPUSTAKAAN

Antonie CA Dake 2006: Soekarno File (berkas-berkas Soekarno 1965-1967) Kronologi suatu Keruntuhan, Aksara Karunia

Avey, Albert. E., 1961 : Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc.

Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government, Calabasas, California, U.S Departement of Education.

Edwards, Paul (editor), 1972: The Encyclopaedia of Philosophy, vol. 1 – 8, New York, MacMillan Publishing Co. Inc & The Free Press.

Encyclopaedia Britannica, Micropaedia 1982, vol. I – X, Chicago, The University of Chicago.

Encyclopaedia Britannica, Macropaedia 1982, vol. 1 – 20, Chicago, The University of Chicago.

Fadli Zon & M Halwan Aliudidin 2005: Kesaksian Korban Kekejaman PKI 1948. Jakarta, Komite WaspadaKomunisme

Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung, Penerbit Alumni.

Karl Marx & Engels 1955: On Religion ( 2nd edition) Moscow, Foreign Language Publishing House.

Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell

Markonina Harusekar & Akrin Isjani Abadi 2001: Mewaspadai Kuda Troya Komunisme di Era Reformasi. (cetakan-3) Jakarta Pustaka Sarana Kajian.

McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell & Bain Ltd.

Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai Landasan Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang, Laboratotium Pancasila.

------------------ 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 65: Buku Komunisme Final New

116117

Moeljanto, D.S. & Taufiq Ismail 1995 : Prahara Budaya (cetakan III) Jakarta, Kerjasama Penerbit Mizan dan HU Republika

Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to Jurisprudence, San Francisco, Westview Press.

Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe, Zurich/Koln Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.

Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.

Pakasi, Johan 2005: 1 Oktober 1965 Kudeta Soeharto. Jakarta Lembaga Penelitian Korban Peristiwa 1965

Roosa, John 2008: Dalih Pembunuhan Massal G30S dan Kudeta Soeharto. Jakarta, Institut Sejarah Sosial Indonesia Hasta Mitra.

Rosihan Anwar H. 2006 : Sukarno, Tentara, PKI (Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik 1961 – 1965)Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Sekretariat Negara RI 1994 : Gerakan 30 September.Pemberontakan Partai Komunis Indonesia Jakarta, Sekretariat Negara RI.

Samsudin (Mayjen) 2004 : Mengapa G-30 S/PKI Gagal ? (Suatu Analisis). Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

Sartono Kartodirdjo dkk 1977: Sejarah Nasional Indonesia V-VI, Jakarta Depdikbud, Balai Pustaka.

Sulastomo 2006: Dibalik Tragedi 1965 Jakarta, Penerbit Yaysan Pustaka Umat.

Taufiq Ismail 2004: Katastrofi Mendunia Marxisma, Leninisma, Stalinisma, Maoisma dan Narkoba, Jakarta, Yayasan Titik Infinitum

UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO

UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001, 2003)

UUD Proklamasi 1945; UUD 45 (Amandemen) 1999 – 2002

UU No. 27 tahun 1999; dan UU No. 20 tahun 2003

Victor M. Fic 2005: Kudeta 1 Oktober 1965 sebuah Studi tentang Konspirasi

Jakarta, Yayasan Obor Indonesia

Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York, Harvard College, University Press.

CATATAN :

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008

Page 66: Buku Komunisme Final New

118

MNS-Lab. Pancasila-UM 2008 MNS-Lab. Pancasila-UM 2008