Upload
rahadityo
View
313
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
1/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
1
MATERI AJAR
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN(AMDAL) SEBAGAI KELAYAKAN LINGKUNGAN
DARI SUATU KEGIATAN BERDAMPAK
Materi disiapkan dari berbagai rujukan dan hasil pelatihan untuk mahasiswa
Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Disiapkan dan dikumpulkan
Oleh :
SYAFRUDIN
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
2/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) telah berkembang di Indonesia
hampir selama dua dekade, namun dalam rentang waktu yang panjang itu AMDAL masih
belum memberi kontribusi yang tinggi bagi perlindungan lingkungan hidup. Mutu
dokumen AMDAL yang dihasilkan dari waktu ke waktu memang mengalami perbaikan
namun berlangsung dalam kecepatan yang amat lambat.
Salah satu faktor yang dipandang turut memberi kontribusi terhadap hal tersebut adalah
mutu kajian aspek AMDAL ( aspek sosial budaya kesehatan masyarakat, aspek fisik-
kimia, serta aspek biologi. Dalam studi AMDAL, aspek tersebut cenderung belum dikaji
sebagai satu kesatuan dan belum diarahkan secara sistematis. Bahkan berkembang
persepsi bahwa kajian aspek AMDAL akan semakin bermutu bila jumlah sampel yang
diukur semakin besar. Berkembangnya persepsi semacam ini jelas memprihatinkan.
Oleh karena pembelajaraan akan AMDAL tidak hanya akan mempengaruhi kondisi
pengelolaan lingkungan secara keseluruhan tapi juga akan memperparah keberadaa
sumber daya alam yang ada.
Mendasari situasi tersebut maka dirasa perlu dikembangkan pembelajaran AMDAL yang
di dalamnya memuat tentang pendekatan, metode dan praktek-praktek kajian aspek yang
relevan untuk penyusunan AMDAL didalam matakuliah rekayasa ilmu lingkungan .
1.2. TAHAPAN KELAYAKAN PEMBANGUNAN
Pembangunan suatu rencana kegiatan/usaha, atau lazimnya disebut proyek pembangunan,
pada dasarnya menempuh serangkaian tahapan tertentu sebelum rencana kegiatan/usaha
tersebut beroperasi secara penuh. Sehubungan dengan itu perencanaan pembangunan
proyek yang dilakukan secara matang dan seksama diyakini akan memperkecil peluang
resiko kegagalan, baik dari segi teknis maupun ekonomi.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
3/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
3
Tahap-tahap pembangunan proyek, sejak perencanaan hingga tahap pasca operasi, pada
dasarnya membentuk suatu siklus kegiatan yang satu sama lain saling terpaut. Tahapan
dimaksud adalah:
a. Tahap Perencanaan
Tahap Rencana Umum (Master Plan)
Tahap Pra Studi Kelayakan (Pre Feasibility Study)
Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Tahap Rencana Tapak (Site Plan)
Tahap Rencana Rinci Rekayasa (Engineering Design)
b. Tahap Konstruksi
c. Tahap Operasi
d. Tahap Audit dan Pasca Operasi.
Ad.a Tahap Studi Kelayakan
Tahap studi kelayakan merupakan tahap kritis karena pada tahap ini diputuskan
kelayakan teknis dan ekonomis dari rencana kegiatan/usaha yang akan dibangun. Bila
layak, maka perencanaan kegiatan/usaha dapat dilanjutkan ke tahap yang lebih rinci
untuk kemudian direalisasikan. Bila sebaliknya, proyek dibatalkan atau dimodifikasi, atau
ditunda untuk sementara waktu guna mencegah timbulnya kerugian finansial.
Studi Kelayakan umumnya menelaah beberapa alternatif aspek teknis dari proyek yang
akan dibangun, seperti:
Alternatif lokasi proyek, misal: berlokasi dekat bahan baku atau berlokasi dekat
konsumen/kota. Alternatif lokasi juga bisa berupa alternatif ruas jalan yang akan
dibangun, misal: melalui daerah berbukit dengan jarak tempuh lebih singkat, atau
melalui daerah datar dengan jarak tempuh lebih lama.
Alternatif teknologi yang akan digunakan, misal: menggunakan teknologi hemat airnamun biaya investasi tinggi atau teknologi konsumtif air namun biaya investasi
rendah.
Alternatif yang paling layak dari segi teknis dan finansial adalah alternatif yang layak
untuk diteruskan ke tahap perencanaan berikutnya.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
4/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
4
Ad.b Tahap Rencana Tapak dan Rencana Rinci Rekayasa
Setelah melalui tahap studi kelayakan, secara bertahap proyek menempuh tahap
perencanaan yang lebih rinci guna meletakkan landasan yang kokoh bagi tahap
konstruksi dan tahapan selanjutnya, yakni penyusunan rencana tapak kegiatan (site plan)
dan rencana rinci rekayasa (engineering design).
Pada tahap ini informasi tentang rona lingkungan hidup, seperti luas lahan milik
penduduk yang akan diganti rugi, volume tanah yang akan di gusur-timbun, atau aliran
sungai yang akan dialihkan, telah diperoleh dan mencapai tahap yang lebih rinci
dibanding sebelumnya.
Ad.c Tahap Konstruksi
Pada tahap ini rencana rinci rekayasa yang telah disusun direalisasikan secara penuh.
Kegiatan yang tergolong dalam tahap konstruksi antara lain adalah pembukaan lahan,
pematangan lahan, pembangunan infra struktur (jalan, jembatan, jaringan listrik, telepon
dan air), pembangunan gedung, fasilitas umum, dan lain sebagainya
Ad.d Tahap Operasi
Pada tahap ini proyek mulai dioperasikan atau diimplementasikan sesuai rencana.
Beberapa proyek pembangunan ada yang menempuh tahap uji coba terlebih dahulu
sebelum sampai pada tahap operasi penuh.
Ad.e Tahap Audit dan Pasca Operasi
Pada tahap ini kinerja teknis dan finansial dari kegiatan/usaha diaudit secara berkala
untuk keperluan koreksi dan perbaikan manajemen. Kegiatan penting yang dilakukan saat
kegiatan/usaha berakhir atau ditutup antara lain adalah pembersihan lokasi, penataan
lansekap, dan perlindungan terhadap ancaman keselamatan manusia
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
5/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
5
BAB II
PENGERTIAN, LINGKUP & SIFAT KAJIAN
ASPEKASPEK AMDAL
2.1. ASPEK FISIK-KIMIA
2.1.1. Pengertian Aspek Fisik-Kimia
Pengertian aspek fisik kimia adalah Kajian aspek fisik- kimia AMDAL adalah analisis
secara sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan fisik kimia dari lokasi rencana
kegiatan dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL,
aspek fisik kimia adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek sosial.
Dalam AMDAL, dampak fisik-kimia dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi
fisik-kimia dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without
project).
2.1.2. Lingkup Aspek Fisik-Kimia
Komponen fisik-kimia yang ditelaah berkaitan dengan adanya kegiatan pembangunan
misalnya meliputi :
1. Iklim; mencakup tipe iklim, curah hujan, suhu udara, arah angin dominan,
kecepatan angin, dan kelembaban.
2. Fisiografi, mencakup morfologi, ketinggian dan kemiringan lahan.
3. Geologi dan tanah, mencakup uraian tentang morfologi/batuan mineral, jenis dan
sifat tanah, profil dan tingkat erosi, tingkat kelongsoran dan stabilitasnya.
4. Hidrologi dan kualitas air, mencakup pola aliran air permukaan, debit air, debit
banjir, tinggi muka air, genangan air, erosi dan sedimentasi serta kualitas air.
5. Transportasi mencakup pengangkutan material dari quarry dan borrow area yang
melewati lokasi suatu jaringan jalan.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
6/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
6
6. Kualitas udara dan kebisingan, mencakup kadar CO, NO2, SO2, debu, dan tingkat
bising.
7. Perubahan Ruang, lahan dan tanah, sesuai dengan arahan konsep tata ruang yang
ada..
2.2. ASPEK BIOLOGI
2.2.1. Pengertian Aspek Biologi
Pengertian aspek biologi adalah Kajian aspek biologi AMDAL adalah analisis secara
sistematik atas dampak atau konsekuensi perubahan biologi dari lokasi rencana kegiatan
dan sekitarnya akibat adanya kegiatan tersebut. Dalam penyusunan AMDAL, aspek
biologi adalah merupakan salah satu aspek yang dikaji disamping aspek social dan fisik-
kimia..
Dalam AMDAL, dampak biologi dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi
biologi dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without project).
2.2.2. Lingkup Aspek Fisik-Kimia
Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna
darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan
luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.
Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air
fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi
sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random
sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda.
1. Biota darat meliputi flora dan fauna yang akan terkena proyek.
2. Jenis tanaman dan hewan langka/dilindungi.
3. Biota air (plankton dan benthos).
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
7/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
7
Cara pelaksanaan pengambilan sampel/pengamatan komponen biotis adalah:
Pengambilan Sampel Vegetasi/Flora Darat
Lokasi pengambilan sampel vegetasi di 3 titik. Pengambilan sampel vegetasi dilakukan
memakai sampling plotdengan transek utama mengikuti kondisi lapangan. Untuk jenis
pohon, diambil petak sampel 10 m x 10 m, sedangkan herba dan rumput menggunakan
ukuran 1 m x 1 m.
Pengambilan Sampel Fauna
Pengambilan sampel fauna dilakukan dengan metoda Index Point of Abundance (IPA)
untuk mencatat populasi hewan. Biasanya digunakan untuk burung secara semi
kuantitatif yaitu dengan menentukan tempat tertentu untuk keperluan perhitungan
populasi hewan dan dilengkapi data informasi penduduk serta data monografi desa untuk
hewan piaraan. Analisis data meliputi jumlah jenis, dominansi atau frekuensi keberadaan
fauna. Lokasi pengambilan sampel fauna di 3 titik.
Pengambilan Sampel Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan penyaringan air memakai plankton net No. 25,
kemudian air yang tersaring dimasukkan botol dan ditambahkan larutan MAF 4% sebagai
bahan pengawet. Lokasi pengambilan sampel plankton di 3 titik, yaitu di hulu Embung,
lokasi Embung dan di hilir Embung (daerah irigasi).
Pengambilan Sampel Benthos
Pengambilan sampel mikrobenthos dengan memakai penyaringan lumpur di dasar
perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler. Diameter saringannya 1
mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu dimasukkan dalam botol
sampel, ditambahkan larutan MAF 10% dan rose bengal 20%. Lokasi pengambilan
sampel benthos sama dengan lokasi pengambilan sampel plankton.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
8/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
8
2.3. ASPEK SOSIAL
2.3.1. Pengertian Aspek Sosial
Kajian aspek sosial AMDAL adalah analisis secara sistematik atas dampak atau
konsekuensi sosial dari rencana kegiatan atau usaha terhadap masyarakat sekitar dan
sebaliknya. Dalam penyusunan AMDAL, aspek sosial merupakan salah satu aspek yang
dikaji disamping aspek fisik, kimia, biologi dan kesehatan.
Dalam AMDAL, dampak sosial dikaji dengan cara mengukur perbedaan kondisi sosial
dengan dan tanpa rencana usaha/kegiatan (pendekatan with and without project).
2.3.2. Lingkup Aspek Social
Secara garis besar lingkup aspek sosial yang dikaji dalam AMDAL meliputi komponen-
komponen sebagai berikut:
a. komponen demografi,
b. komponen ekonomi,
c. komponen sosial dan budaya.
Dalam batasan ini aspek kesehatan tidak termasuk dalam kajian aspek sosial AMDAL.
Komponen sosial tersebut diidentifikasi lebih rinci, dideskripsikan, diprakirakan
perubahannya, dan dievaluasi secara sistematis dalam dokumen Kerangka Acuan (KA),
Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
Kajian aspek sosial AMDAL pada dasarnya dianalisis dengan melibatkan pakar ilmu
sosial dengan menggunakan metode AMDAL dan metode-metode ilmu sosial.
Perbedaannya, dengan penelitian ilmu-ilmu sosial konvensional, terletak pada sifat kajian
aspek sosial AMDAL sebagai berikut ini.
2.3.3. Sifat Kajian Sosial
1) Berorientasi pada keputusan
Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, peneliti sosial umumnya berkepentingan untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan pema-haman tentang gejala-gejala atau
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
9/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
9
dinamika sosial yang berkembang di masyarakat, tanpa memandang apakah pengetahuan
tersebut akan bermanfaat bagi pengambilan keputusan atau tidak.
Adapun AMDAL, dengan muatan kajian aspek sosial di dalamnya, disusun dengan
maksud untuk digunakan sebagai bahan masukan untuk pengambilan keputusan ataskelayakan lingkungan suatu rencana kegiatan atau usaha. Keputusan dimaksud adalah
keputusan tentang dapat tidaknya suatu rencana kegiatan/usaha disetujui untuk dibangun
dan dioperasikan berdasarkan kelayakannya dari sudut lingkungan hidup.
Sehubungan dengan itu maka kajian aspek sosial (bersama dengan aspek lingkungan
yang lain) secara umum diarahkan untuk dapat menjawab :
Apakah dampak lingkungan yang bersifat negatif penting yang diakibatkan oleh
proyek melampaui dampak positif penting yang dapat diterima oleh masyarakat?
Alternatif kegiatan manakah dari rencana kegiatan/usaha tersebut yang lebih layak
diterima dari segi lingkungan, termasuk dalam hal ini masyarakat sekitar?
Adakah rencana kegiatan atau usaha yang akan dibangun mengubah secara
fundamental sendi-sendi utama kehidupan masyarakat?
Apakah perubahan fundamental tersebut dapat diterima oleh masyarakat?
Secara lebih spesifik, kajian aspek sosial juga diarahkan untuk menjawab :
Adakah kondisi-kondisi atau alternatif tertentu yang harus dimodifikasi dalam
proyek agar dapat dipetik manfaat yang lebih besar bagi masyarakat? Semisal
proyek membawa manfaat yang lebih besar kepada masyarakat karena proyek
membangkitkan partisipasi seimbang dan adail antara laki-laki dan perempuan
dalam pembangunan termasuk proses pengambilan keputusan.
Dampak lingkungan yang bersifat negatif penting dapat dicegah, dikurangi dan
dikendalikan?
Sehubungan dengan itu, tingkat kedalaman dan keakurasian data dan informasi yang
diperlukan untuk kajian aspek sosial AMDAL berbeda dengan penelitian ilmu-ilmu sosial
umumnya. Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, aspek-aspek sosiologis yang tercipta
karena jalinan hubungan sosial antara individu dengan kelompok dan antara kelompok
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
10/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
10
dengan kelompok, dikaji tanpa mengikut-sertakan faktor lingkungan hidup manusia
seperti lingkungan fisik, kimia dan biologi.
Sementara dalam kajian aspek sosial AMDAL, keterkaitan kajian antara aspek sosial
dengan aspek fisik, kimia, biologi dan kesehatan merupakan hal yang mutlak untukdibangun agar keputusan kelayakan lingkungan suatu proyek benar-benar telah
mempertimbangkan berbagai aspek lingkungan hidup. Oleh karena itu tingkat kedalaman
dan keakurasian data yang dibutuhkan oleh kajian aspek sosial AMDAL banyak
ditentukan oleh tiga faktor berikut ini:
Karakter dampak lingkungan yang diduga akan timbul (dampak sosial, fisik, kimia,
biologi, kesehatan);
Relevansi dan kecukupan data dan informasi untuk pengambilan keputusan atas
kelayakan lingkungan dari proyek.
2) Kajian yang bersifatantisipatori
Mengingat AMDAL ditujukan untuk pengambilan keputusan atas layak tidaknya rencana
kegiatan atau usaha yang akan dibangun dari segi lingkungan hidup, maka kajian aspek
sosial AMDAL bersifat antisipatori, yakni mengantisipasi dampak atau konsekuensi
sosial yang akan timbul sebagai akibat dari rencana kegiatan atau usaha.
Bagi pakar ilmu-ilmu sosial kajian semacam ini merupakan suatu tantangan karena pada
saat kajian dilakukan rencana kegiatan atau usaha masih berada pada tahap rancangan.
Sehingga belum dapat diukur dampak sosial yang timbul sebagai akibat dari operasi
proyek.
3) Menggunakan pendekatan yang bersifat praktis
Dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, metode penelitian ditetapkan berdasarkan relevansi
terhadap masalah yang dikaji (research questions), keahlian dan kepentingan peneliti.
Faktor waktu dan kepentingan pihak lain relatif kurang mendapat perhatian.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
11/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
11
Lain halnya dengan kajian aspek sosial AMDAL, metode yang digunakan dipilih
berdasarkan relevansinya dengan lingkup dan karakter dampak sosial yang diteliti, serta
ketersediaan waktu dan dana. Sehingga metode yang digunakan dalam kajian aspek
sosial AMDAL mungkin tidak seelegan seperti yang digunakan dalam penelitian ilmu-
ilmu sosial.
Khusus mengenai faktor waktu, faktor ini merupakan pembatas utama bagi kajian aspek
sosial AMDAL. Pihak pemrakarsa rencana kegiatan/usaha umumnya sangat
berkepentingan memperoleh persetujuan atas proyek yang diajukannya sesegera
mungkin. Sementara instansi yang berwenang, berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku, juga mempunyai masa kerja yang terbatas untuk menilai kelayakan lingkungan
suatu rencana kegiatan atau usaha.
Oleh karena itu unsur kepraktisan dan waktu merupakan dua faktor penting yang
senantiasa diperhitungkan dalam merancang dan menyelenggarakan kajian aspek sosial
AMDAL.
4) Sebagai bagian integral dari studi (AMDAL) yang bersifat holistik dan ekologis
Dalam penyusunan AMDAL, dampak lingkungan suatu rencana kegiatan atau usaha
dikaji dari berbagai aspek, seperti aspek fisik, kimia, biologi, sosial, maupun kesehatan.
Berbagai aspek tersebut dikaji keterkaitan dan pola hubungannya satu sama lain sehingga
diperoleh suatu hasil yang bersifat komprehensif atau holistik.
Dalam studi AMDAL, salah satu alat analisis yang dipandang efektif untuk
mengintegrasikan berbagai aspek atau dampak lingkungan yang saling ter-kait tersebut
adalah dengan menggunakan pendekatan ekologi. Perspektif ekologi yang digunakan
untuk ini adalah jalinan hubungan memangsa dan dimangsa sehingga membentuk
jaring pangan (food web). Dalam studi AMDAL fenomena yang analog dengan jaring
pangan tersebut adalah pola aliran dampak primer, sekunder, tersier dan selanjutnya
sehingga membentuk suatu jaringan aliran dampak lingkungan (impacts web).
Makna penting yang terkandung dalam hal ini adalah bahwa, dalam konteks studi
AMDAL kajian aspek sosial tidak boleh berdiri sendiri atau dikaji tanpa memperhatikan
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
12/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
12
keterkaitannya dengan dengan aspek yang lain. Sehingga dalam kajian aspek sosial
AMDAL, penting untuk diketahui terlebih dahulu dimana saja posisi dan apa saja aspek-
aspek sosial yang terlibat di dalam jaringan aliran dampak (impacts web) yang terbentuk
akibat rencana kegiatan atau usaha. Posisi dan aspek sosial yang dikaji ini dapat berbeda-
beda dari suatu lokasi ke lokasi lain, atau dari suatu jenis proyek ke proyek yang lain.
Digunakan pendekatan ekologis dalam studi AMDAL membawa implikasi bahwa anlisis
jender ini akan dapat diketahui apkah laki-laki dan perempuan memperoleh manfaat
yang adil dari hail pembangunn serta sejauh mana laki-laki dan perempuan berpartisipasi
secara seimbang dan adil dalam proses pembangunan termasuk pengambilankeputusan.
Sehingga dengan dengan adanya analisis jender ini dapt dihindari pengambilan yang
kurang tepat berkenaan dengan kelayakan lingkungan proyek pembangunan khususnya
dalam pengelolaan lingkungan.
5) Menggunakan multi metode
Mengingat pendekatan holistik dan ekologis merupakan ciri utama penyusunan AMDAL,
maka peneliti aspek sosial AMDAL harus mampu melakukan dua hal berikut ini
sekaligus:
a. Sejauh mungkin hindari penggunaan satu metode untuk pengumpulan atau analisa
data. Sebaiknya gunakan secara simultan berbagai metode ilmu-ilmu sosial agardiperoleh data dan informasi yang sahih. Sebagai contoh, untuk mengumpulkan
data sikap penduduk asli terhadap pendatang, digunakan 3 metode sekaligus, yakni:
wawancara, observasi secara visual, serta mendengar riwayat dan pandangan
komunitas. Kombinasi metode semacam ini, atau yang dikenal pula sebagai metode
triangulasi, penting untuk diterapkan mengingat terbatasnya waktu studi AMDAL.
b. Peneliti harus mampu memanfaatkan beragam data dan informasi lingkungan
yang diperoleh dari pakar lain (aspek fisik, kimia, biologi, kesehatan). Untuk
selanjutnya diintegrasikan ke dalam analisis sehingga melengkapi dan memperkaya
hasil kajian aspek sosial AMDAL. Pendekatan semacam ini tidak digunakan
dalam penelitian ilmu-ilmu sosial konvensional, dimana para peneliti cenderung
bekerja sendiri-sendiri atau bekerja dalam tim yang monodisiplin.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
13/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
13
6) Evaluator kajian aspek AMDAL berasal dari berbagai profesi dan bidang
keilmuan
Dokumen AMDAL dievaluasi atau ditelaah oleh Komisi Pusat atau Daerah, yang
anggotanya terdiri dari instansi yang berwenang, pakar bidang keahlian tertentu danwakil masyarakat yang ditunjuk atau diangkat untuk keperluan itu. Mereka ini berasal
dari berbagai disiplin ilmu dan turut mengevaluasi kecukupan dan kualitas dari kajian
aspek AMDAL. Bahkan sering dijumpai Tim Teknis Komisi Pusat atau Daerah yang
bertugas mengevaluasi dokumen AMDAL, termasuk kajian aspek sosial AMDAL di
dalamnya, berasal dari luar disiplin sosial misalnya..
Lampiran 1. Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang
Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.
Daftar komponen, sub-komponen dan parameter sosial
Komponen Parameter
1. Demografi 1. Struktur penduduk
a. Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur, jender,
pekerjaan, pendidikan, agama.
b. Kepadatan penduduk
2. Perkembangan penduduk
2.1. Pertumbuhan penduduk
a. Angka kelahiran
b. Angka kematian anak/balita
c. Angka kematian
d. Pola pertumbuhan
2.2. Mobilitas penduduk
a. Jumlah penduduk yang datang
b. Jumlah penduduk yang keluar
c. Pola perpindahan penduduk (sirkuler, permanen, komuter)
3. Angkatan kerja
a. Tingkat partisipasi tenaga kerja
b. Angka/tingkat pengangguran
2. Ekonomi 1. Ekonomi rumah tangga
a. Tingkat pendapatan
b. Pola pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber
2. Sumber daya alam yang bernilai ekonomi
a. Pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam
b. Pola pemanfaatan sumber daya alam
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
14/116
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
15/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
15
d. Kelompok atau individu yang dominan
e. Pergeseran nilai kepemimpinan
7. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan atau usaha
8. Adaptasi ekologi.
Sumber:
Keputusan Kepala Bapedal No. Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial
dalam AMDAL.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
16/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
16
BAB III
PELINGKUPAN
PENGERTIAN, TUJUAN & MANFAAT PELINGKUPAN
3.1. PENGERTIAN
Armour (1986:31) berpendapat bahwa pelingkupan merupakan proses konsultasi dengan
semua pihak terkait seperti penduduk yang akan terkena dampak, pemrakarsa proyek,
ahli teknis, dan perencana untuk mengiden-tifikasi concerns dan issues. Couch
(1982:12) menambahkan bahwa pelingkupan memberikan masukan tentang aspek mana
yang harus dikaji dengan mendalam dan aspek mana yang tidak perlu memperoleh
perhatian seksama. Menurut Wolf (1983) pertanyaan yang harus dijawab dalam
pelingkupan adalah seberapa besar masalahnya?
Wolf, selanjutnya mengatakan bahwa ruang lingkup studi, yang dirumuskan melalui
pelingkupan adalah:
a) Mengidentifikasi isu utama atau main issues
b) Menentukan wilayah studi
c) Waktu berlangsungnya dampak (time boundary).
Penentuan wilayah studi merupakan proses pengambilan daerah sampel. Isu utama
menjadi dasar untuk menentukan komponen-komponen yang akan distudi. Sedang time
boundary akan dipergunakan untuk memprakirakan berapa lama dampak akan
berlangsung. Menurut Burdge et al (1998) tujuan dari pelingkupan adalah
mengidentifikasi :
a) Pengaruh wilayah primer dan sekunder
b) Dampak sosial yang signifikan
c) Pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders)
d) Metode penelitian, pengukuran dan sumber data
e) Rencana kerja.
Pendapat Burdge ini telah menyangkut isi Kerangka Acuan (K.A). Memang hasil
pelingkupan dipergunakan sebagai dasar penyusunan ANDAL. Dari pendapat-pendapat
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
17/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
17
diatas bisa dirangkum bahwa terdapat tiga aspek pelingkupan yakni: mengidentifikasi
issues dan concerns, menentukan wilayah studi, dan menetapkan jangka waktu untuk
memprakirakan berlangsungnya dampak (time frame).
Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. KEP-229/11/1996, pelingkupan adalah prosesawal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting
potensial yang timbul sebagai akibat rencana usaha atau kegiatan.
3.2. TUJUAN PELINGKUPAN
Tujuan pelingkupan adalah untuk :
a) Menetapkan batas wilayah studi dan batas/horison waktu prakiraan dampak.
b) Mengidentifikasi dampak penting dengan meniadakan hal-hal yang tidak/kurang
penting, berdasarkan hasil diskusi dengan pemrakarsa, pakar, instansi pemerintah dan
masyarakat.
c) Menetapkan kedalaman studi ANDAL.
d) Menetapkan lingkup dan rancangan studi ANDAL secara sistematis.
e) Menelaah kegiatan atau usaha lain yang terkait dan berlokasi dekat dengan rencana
usaha atau kegiatan untuk menghindari pembahasan yang landung (redundant).
3.3. MANFAAT PELINGKUPANPelingkupan merupakan proses penting dalam penyusunan Kerangka Acuan. Bahkan
dengan terbitnya Kepka Bapedal No. 08/2000 tentang Keterbukaan AMDAL dan
Keterlibatan Masyarakat, kegiatan pelingkupan menjadi semakin penting untuk dilakukan
karena aspirasi, pandangan dan sikap masyarakat setempat secara resmi mendapat tempat
untuk diwadahi.
Melalui proses pelingkupan dapat dihasilkan :
a) Dampak penting terhadap lingkungan yang dipandang relevan untuk ditelaah secara
mendalam dalam studi ANDAL dengan meniadakan hal-hal atau komponen
lingkungan yang dipandang kurang atau penting ditelaah;
b) Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan beberapa pertimbangan: batas proyek,
batas ekologis, batas sosial, dan batas administratif.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
18/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
18
c) Kedalaman studi ANDAL yang antara lain mencakup metoda yang digunakan,
jumlah sampel yang diukur, dan tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan
sumberdaya yang tersedia (dana dan waktu).
Semakin baik hasil pelingkupan semakin tegas dan jelas arah studi ANDAL yang akandilakukan.
a) Penyusunan ANDAL dapat langsung diarahkan pada hal-hal yang menjadi pokok
bahasan.
b) Kemungkinan timbulnya konflik atau tertundanya kegiatan proyek dapat dihindari.
c) Biaya, tenaga dan waktu untuk penyusunan ANDAL dapat dicurahkan lebih efektif
dan efisien.
d) Penyusunan ANDAL dapat lebih terarah.
3.4. PROSES DAN METODE PELINGKUPAN
Di Indonesia dikenal dua macam proses pelingkupan dalam rangka penyusunan dokumen
KA ANDAL, yakni:
a) Proses pelingkupan untuk menentukan komponen dampak penting dan isu-isu
pokok lingkungan yang perlu ditelaah dalam ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal
sebagai pelingkupan dampak penting)
b) Proses pelingkupan untuk menetapkan wilayah studi yang akan digunakan untuk
keperluan penyusunan ANDAL, RKL dan RPL (atau yang dikenal sebagai pelingkupan
wilayah studi).
Selain melalui literatur, kedua macam proses pelingkupan tersebut juga dapat dipelajari
dalam Pedoman Umum Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL sebagaimana terdapat
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 1994, Lampiran I.
Pelingkupan dampak penting dilakukan melalui serangkaian proses dengan tahapan
sebagai berikut:
a) Tahap identifikasi dampak potensial
b) Tahap evaluasi dampak potensial
c) Tahap pemusatan dampak penting
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
19/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
19
Ad.a Tahap Identifikasi Dampak Potensial .
Pada tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap
dampak lingkungan (primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul
sebagai akibat adanya rencana usaha atau kegiatan.
Pada tahapan ini hanya diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul
tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan
demikian pada tahap ini belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial
tersebut merupakan dampak penting.
Identifikasi dampak potensial dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode
sebagai berikut (lihat pula Lampiran 1 sampai 5 yang terdapat pada Lembar Acuan
Pembelajaran):
a) Metode identifikasi dampak, yang meliputi:
Daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif)
Matrik interaksi sederhana
Bagan alir (flowchart)
b) Penelaahan pustaka (buku teks, dokumen AMDAL sejenis, dan laporan penelitian
yang berhubungan dengan studi ANDAL yang dilakukan)
c) Pengamatan lapangan. Metode ini dilaksanakan dalam bentuk: pengamatan ke calon
lokasi proyek, diskusi dengan pemrakarsa kegiatan, pengamatan secara umum
terhadap kondisi lingkungan, wawancara singkat dengan tokoh masyarakat dan
aparat pemerintah.
d) Analisis isi (content analysis). Metode ini digunakan untuk menangkap ataumengukur secara tidak langsung persepsi masyarakat terhadap kehadiran proyek,
melalui media massa: koran, majalah, televisi, radio.
e) Interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brain storming, dan lain-lain). Metode ini
banyak digunakan dalam proses pelingkupan terutama sejak diterbitkannya
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
20/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
20
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat
dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. Pada Lembar Informasi 3
dikemukakan lebih lanjut tentang hal ini.
Ad.b Tahap Evaluasi Dampak Potensial Penting
Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan atau meniadakan dampak
potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar
dampak penting hipotesis yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara
mendalam dalam studi ANDAL. Daftar dampak penting ini disusun berdasarkan
pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana
usaha atau kegiatan, instansi yang bertanggung jawab, dan para pakar. Pada tahap ini
daftar dampak penting hipotesis yang dihasilkan belum tertata secara sistematis.
Tahap ini merupakan tahap yang kritis dalam proses pelingkupan karena untuk memilah
dan menetapkan mana komponen lingkungan yang tergolong terkena dampak penting
atau tidak --dari sederetan daftar dampak potensial yang telah teridentifikasi-- lebih
bersifat subyektif. Sifat subyektif ini menjadi tidak terelakkan karena apa yang
dipandang penting oleh suatu kelompok masyarakat di suatu daerah bisa berbeda dengan
kelompok lain di daerah yang sama. Demikian pula apa yang dipandang penting oleh
masyarakat bisa jadi berbeda dengan yang ada di benak pemerintah.
Untuk mengurangi subyektivitas tentang ukuran penting tidaknya dampak, di Indonesia
telah ditetapkan Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-056/1994 tentang Pedoman
Mengenai Ukuran Dampak Penting. Pedoman ini memuat serangkaian kriteria tentang
pada kondisi apa dan bagaimana suatu komponen lingkungan akan mengalami perubahan
mendasar (dampak penting) akibat adanya rencana kegiatan/usaha.
Selain itu dengan diterbitkannya Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000, yangantara lain mengatur tentang keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan dan
penilaian dokumen Kerangka Acuan, penetapan atas penting tidaknya suatu komponen
lingkungan terkena dampak tidak hanya menjadi lebih tajam dan relevan, tetapi juga
mempunyai legitimasi.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
21/116
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
22/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
22
3.5. PELINGKUPAN WILAYAH STUDI
Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi luas wilayah studi
ANDAL dengan mempertimbangkan: hasil pelingkupan dampak penting, keterbatasan
sumberdaya, waktu dan tenaga.
Dalam membatasi wilayah studi, peneliti harus mampu menentukan batas geografis studi
sehingga ia bisa mengkonsentrasikan pada wilayah yang paling penting. Wilayah studi
dapat berupa dukuh, desa, kecamatan atau kabupaten; atau dapat pula suatu Daerah
Aliran Sungai, tergantung pada fenomena dampak lingkungan yang akan timbul.
Untuk menentukan wilayah dampak diatas, beberapa informasi yang diperlukan antara
lain:
a) Lokasi dimana aktivitas rencana kegiatan/usaha akan dilakukan. Peta rencana lokasi
kegiatan yang secara tematik menggambarkan pula situasi kondisi lingkungan fisik
dan sosial penduduk akan merupakan informasi yang berharga untuk penetapan
batas wilayah studi.
b) Sebaran dampak misalnya seberapa jauh bising terdengar, kemana limbah cair
dibuang. Informasi ini menggambarkan sejauh mana limbah atau emisi
tertransportasi atau terbawa oleh media lingkungan ke sekitar rencana
usaha/kegiatan. Informasi ini dapat diperoleh dari anggota tim fisik kimia yang
didukung dengan review literatur.
c) Batas komunitas sosial dari sudut pandang masyarakat yang bersangkutan. Batas
komunitas sosial ini terutama diverifikasi oleh orang-orang yang dianggap
mengenali dengan baik tatanan dan kehidupan sosial setempat (knowledgeable
people). Adakalanya batas administratif tidak sama dengan batas sosiologis.
Sebuah contoh, masyarakat di suatu dukuh secara administratif menjadi bagian dari
kelurahan A, tetapi dalam kegiatan sehari-hari, penduduk di dukuh tersebut lebih
banyak melakukan kontak (interaksi sosial) dengan penduduk dari kelurahan lain
karena mempunyai ikatan kekerabatan.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
23/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
23
d) Waktu, tenaga dan dana yang tersedia. Tersedianya waktu, dana dan tenaga akan
mempengaruhi cakupan studi baik dalam artian banyaknya komponen yang akan
dikaji dan luasnya wilayah studi.
Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan atas batas-batas
ruang sebagai berikut:
a) Batas proyek
b) Batas ekologis
c) Batas sosial
d) Batas administrative
Ad. a. Batas Proyek
Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha atau
kegiatan akan melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang
rencana usaha atau kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan disekitarnya,
termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha atau kegiatan. Pada saat
menentukan batas proyek ada beberapa aspek sosial yang perlu dipertimbangkan, yakni:
a) Apakah di dalam batas proyek terdapat komunitas atau warga masyarakat yang
mata pencaharian dan/atau pendapatan rumah tangganya berpotensi berubah secara
mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha?
b) Apakah di dalam batas proyek ada komunitas atau warga masyarakat yang struktur
sosial dan atau nilai-nilai sosial budaya yang dikandungnya berpotensi berubah
secara mendasar akibat adanya rencana kegiatan/usaha? Struktur sosial yang
dimaksud disini dapat berupa :
Struktur perekonomian masyarakat setempat (pertanian, perkebunan,
perikanan jasa dan sebagainya);
Struktur kekerabatan;
Struktur pemilikan atau penguasaan sumber daya alam baik yang bersifat
formal maupun yang diakui/diatur oleh adat setempat (hak ulayat);
Interaksi sosial yang terjalin dikalangan masyarakat setempat.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
24/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
24
c) Apakah didalam batas proyek tersebut terdapat situs purbakala atau hal-hal lain
yang berkaitan dengan kehidupan religi masyarakat setempat?
Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas proyek, maka lokasi pemukiman atau lokasi
kegiatan terpola dari komunitas atau kelompok masyarakat tersebut dapat dipandangsebagai batas sosial.
ad. b. Batas Ekologi
Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu
rencana usaha atau kegiatan menurut media transportasi limbah atau emisi (air, udara,
organisma), sehingga proses alami yang berlangsung didalam ruang tersebut berpotensi
mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruang ini adalah ruang disekitar
rencana usaha atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas
usaha atau kegiatan.
Setelah batas ekologis ditetapkan, selanjutnya perlu diidentifikasi apakah di dalam batas
ekologis tersebut terdapat potensi timbulnya dampak sosial dengan menelaah, antara lain:
a) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat
yang kebutuhan domestiknya (rumah-tangga) seperti kebutuhan air bersih untukkonsumsi, mandi, cuci dan kakus, berpotensi terkena dampak penting akibat
rencana kegiatan/usahal?
b) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat
yang mata pencahariannya atau aktivitas sosial-ekonominya menjadi terhambat atau
terganggu sebagai akibat pencemaran atau kerusakan yang akan timbul?
c) Apakah dalam batas ekologis tersebut terdapat komunitas atau warga masyarakat
yang struktur sosial dan nilai-nilai sosial-budayanya berpotensi terkena dampakpenting akibat rencana usaha atau kegiatan?
Bila hal-hal tersebut dijumpai di dalam batas ekologi, maka ruang atau lokasi kegiatan
terpola dari komunitas atau warga masyarakat tersebut dapat dipandang sebagai batas
sosial.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
25/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
25
Ad.c. Batas Sosial
Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang dimana secara langsung maupun tidak
langsung kegiatan terpola atau kepentingan sosial, ekonomi dan budaya dari kelompok
atau warga masyarakat sekitar proyek dan warga masyarakat pemerhati lingkungan,
Pengertian tersebut merupakan perluasan atas pengertian batas sosial yang tercantum
dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 299/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan AMDAL. Dalam Keputusan tersebut dikemukakan bahwa
batas sosial mengandung pengertian ruang disekitar rencana usaha atau kegiatan yang
merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma
dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan
proses dinamika sosial atau kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha atau kegiatan.
Secara garis besar ada dua komunitas atau kelompok masyarakat yang yang dapat
dijadikan dasar untuk penetapan batas sosial, yakni:
a) Kelompok atau warga masyarakat yang terkena dampak proyek akibat:
Pencemaran lingkungan yang tersebar melalui media air, udara, tanah atau
biologi (organisma), dan/atau
Proses sosial, kepentingan, manfaat sosial, ekonomi dan budaya yang telah
ada sebelumnya mengalami perubahan.
b) Kelompok atau warga masyarakat pemerhati lingkungan yang secara geografis
tidak terkena pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proyek, namun
berkepentingan dengan timbulnya perubahan ekologi atau lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh proyek. Sebagai misal adalah organisasi-organisasi LSM yang
bergerak di bidang lingkungan hidup yang bermukim jauh dari proyek namun
melakukan protes sosial terhadap kegiatan proyek.
Batas sosial untuk warga masyarakat yang terkena dampak umumnya dapat digambarkan
secara spasial dalam peta dengan batas proyek dan batas ekologis, namun batas sosial
bagi warga masyarakat pemerhati lingkungan umumnya tak dapat digambarkan di dalam
peta batas wilayah studi. Walau tak dapat digambar di peta, kelompok atau warga
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
26/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
26
masyarakat pemerhati lingkungan ini tetap harus dipandang sebagai batas sosial yang
ditelaah dalam studi ANDAL.
Skema di halaman berikut ini membantu mempermudah cara penetapan batas sosial
dimaksud.
Gambar : Diagaram alir Batas Sosial
Bermukim di sekitar proyek
Terkena pencemaran lingkunganyang tersebar melalui media air,udara dan biologi, dan/atau
Proses sosial, kehidupan budaya/adat istiadat dan kepentingan sosialekonomi masyarakat berpotensiterkena dampak penting
Warga yang Berkepentingan
Warga masyarakat yang terkenadampak
Warga masyarakatpemerhati lingkungan
Komunitas/kelompok/lapisan sosialyang terkena dampak proyek
Komunitas/kelompok/lapisan sosialyang terkena dampak proyek
Komunitas atau kelompok pemerhatilingkungan
Bermukim jauh dari proyek
Tidak terkena pencemaranlingkungan
Tidak punya kepentingan sosialdan ekonomi dengan wilayahsekitar proyek tetapi berkepen-tingan dengan perubahan ekologiatau lingkungan hidup yg terjadi
Batas sosial tak dapat divisualisasikandi peta
Batas sosial dapat divisualisasikandi peta
Teta kan unit
Bermukim di sekitar proyek
Tidak terkena pencemaran lingkunganyang tersebar melalui media air, udaradan biologi
Proses sosial, kehidupan budaya/adatistiadat dan kepentingan sosialekonomi masyarakat berpotensiterkena dampak penting
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
27/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
27
Ad.d. Batas administrasi
Yang dimaksud dengan batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat secara
leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturanperundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang tersebut dapat
berupa batas administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan sumber daya
alam. Dengan memahami batas administrasi ini akan dapat diidentifikasi apa saja
peraturan perundangan daerah atau sektor yang harus ditaati berkenaan dengan
pengelolaan lingkungan hidup.
Mengingat dampak lingkungan tersebar secara ekologis melalui media air atau udara,
maka ada kemungkinan batas ekologi menyebar di dua atau lebih daerah administratif
dan masing-masing memiliki peraturan perundangan pengelolaan lingkungan hidup yang
berbeda.
Batas wilayah studi ANDAL selanjutnya ditetapkan sebagai batas terluar dari
himpunan batas proyek, batas ekologi, batas sosial dan batas administratif --atau
dengan kata lain merupakan amalgamasi dari empat batas wilayah dimaksud-- plus
ketersediaan dana, waktu dan tenaga.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
28/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
28
Lampiran 1. Contoh Daftar Uji Sederhana Dampak Potensial yang
Diakibatkan oleh Proyek Perhubungan (Carter, 1977)
I. Tahap Perencanaan dan Desain
1. Dampak dan tata guna tanah
2. Dampak pada ketidakpastian kegiatan ekonomi
3. Dampak pada perencanaan sektor lain
4. Kecaman terhadap proyek
II. Tahap Perancangan dan Desain
1. Pemindahan penduduk
2. Bising
3. Erosi tanah dan kerusakan pada saluran drainase alam
4. Pencemaran air
5. Pencemaran udara (sebu, asap)
6. Kerusakan pada habitat satwa lira
7. Kerusakan pada taman, rekreasi dan obyek wisata
8. Estetika
III. Tahap Operasi
A. Langsung
1. Kebisingan
2. Pencemaran udara
3. Pencemaran air
4. Sosial ekonomi
5. Estetika
B. Tidak Langsung
1. Pola pengembangan wilayah
2. Permintaan atas rumah dan fasilitas umum
3. Dampak pemanfaatan ruang sekitar permukiman
4. Dampak perbaikan/penambahan sarana pengangkutan
5. Dampak pada gaya hidup
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
29/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
29
Lampiran 2. Contoh Daftar Uji Kuesioner yang Dikembangkan oleh Bank Dunia,
1974 (dalam Soemarwoto, 1997)
PARIWISATA
A. Lingkungan/kaitan dengan sumberdaya
1. Konsekuensi lingkungan apakah yang diperkirakan akan terjadi karena
perubahan pola tataguna lahan dan perpindahan penduduk sebagai akibat adanya
atau/dan operasi proyek?
2. Apakah proyek akan menyebabkan kedatangan banyak orang untuk mencari
pekerjaan? Jika ya, masalah lingkungan/sosial apa yang diprakirakan akan
terjadi?
3. Apakah para wisatawan akan menciptakan kondisi yang membahayakan
perlindungan atau pengelolaan aspek lingkungan alamiah yang penting?
4. Apakah akan timbul kegiatan dan fasilitas yang tidak diingini di sekitar proyek?
Bagaimana kegiatan ini akan ditangani?
5. Peraturan apa yang berlaku, antara lain, perencanaan tataguna lahan, zonasi dan
undang-undang, peraturan pemerintah, dan lain sebagainya, yang dapat
menjamin tidak rusaknya nilai pariwisata?
B. Rancangbangun proyek dan konstruksi
1. Apakah rancangbangun proyek cocok dengan lingkungan alamiah? Apakah
rancangbangun serasi dengan pemandangan dan sifat bentang alam?
2. Apakah sifat khas daerah tersebut diperhatikan dalam rancangbangun proyek?
3. Apakah akan terjadi kerusakan minimal pada lingkungan alamiah? Jikakerusakan tidak dapat dihindari, apakah tindakan akan diambil untuk
memulihkannya lagi dan menanaminya kembali?
4. Apakah akan terjadi masalah bau busuk, pencemaran udara dan/atau
pembuangan limbah dari daerah perkotaan atau industri di dekatnya?
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
30/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
30
C. Operasi
1. Apakah ada kegiatan operasi yang akan menyebabkan kerusakan
lingkungan atau sosial?
2. Apakah rancangbangun pemasokan air dan pengelolaan limbah mencukupipersyaratan?
3. Kemanakah limbah manusia akan dibuang dan apakah semua alternatif telah
dipelajari?
4. Jika direncanakan pembuangan ke laut, apakah penelitian biologi laut dan
penelitian laut lainnya telah dilakukan untuk menjamin perlindungan biota laut
dan garis pantai?
5. Apakah akan terjadi masalah gangguan kesehatan dari insekta dan bagaimana
insekta akan dikendalikan?
6. Apakah sarana penyajian makanan dan para karyawannya akan diperiksa secara
periodis untuk menjamin dipenuhinya persyaratan sanitasi dan kesehatan?
7. Apakah ada penyakit endemis (misalnya malaria) di daerah tersebut yang akan
memerlukan pengawasan dan pengendalian khusus?
8. Apakah papan dan lampu nenon iklan, kebisingan, dan seterusnya diawasi dan
dikendalikan?
9. Apakah pesawat jet akan terbang di atas atau di dekat daerah proyek dan
menyebabkan masalah kebisingan ?
10. Apakah pantai akan terancam pencemaran oleh minyak dari kapal yang lewat
atau pencemaran oleh limbah industri dan domestik?
D. Faktor Sosial-Budaya
4.1 Sudahkah dampak proyek dan kegiatan lain yang berkaitan dengan proyek terhadapkebudayaan dan pola hidup lokal dievaluasi?
4.1Apakah dengan adanya operasi proyek akan menimbulkan kendala pada
penduduk lokal dan disharmoni?
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
31/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
31
4.1Apakah wisatawan/penduduk lokal akan diikutsertakan dalam proyek ataukah
mereka akan dilarang untuk datang di daerah rekreasi yang semula mereka
gunakan?
4.1Jika tapak atau bangunan bersejarah, geologik atau arkeologik merupakan
sebagian atau seluruh daya tarik proyek, apakah perlindungan atau
pengelolaannya telah dikembangkan secukupnya?
E. Aspek Kesehatan
1. Apakah sarana dan tenaga pelayanan kesehatan yang sudah ada cukup untuk
melayanikebutuhan yang meningkat?
2. Apakah sarana dan tenaga tersebut memenuhi standar untuk melayani para
wisatawan?
3. Apakah sarana keadaan darurat (pemadam kebakaran, ambulans, SAR)
mencukupi syarat?
F. Pertimbangan jangka panjang
1. Proyek lain apakah yang direncanakan di kemudian hari dan bagaimana interaksi
proyek tersebut dengan proyek yang diusulkan?
2. Apakah nilai pariwisata akan tetap penting di daerah tersebut ataukah ada
keraguan nilai tersebut akan hilang atau dikorbankan untuk keperluan lain?
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
32/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
32
Lampiran 3. Contoh Sebagian Daftar Uji Deskriptif untuk Analisis Pembangunan
Lahan, Zonasi atau Rezonasi. (Schaeman, 1976 dalam Soemarwoto, 1977)
Keterangan: Tabel ini hanya mencantumkan sebagian dari daftar uji Schaeman, yang dalamdaftar aslinya dimuat 47 faktor.
Bidang dan Sub-bidangSumber informasi/teknik prakiraan
Ukuran yang disarankan Alternatif ukuran
I. EKONOMI LOKAL
Neraca fiskal
1. Perubahan netto dalam arus fiskal(pendapatan dikurangipengeluaran)
Pendapatan : pendapatan keluarga yangdiperkirakan menurut jenis perumahan;nilai tambah pemilikan.
Pengeluaran : analisis permintaanpelayanan baru; biaya yang dikeluarkan;kapasita yang ada menurut jenispelayanan.
Lapangan pekerjaan
2. Perubahan dalam persen danjumlah orang yang bekerja,menganggur, tidak bekerja
penuh, menurut tingkatketerampilan.
2a. Jumlah bersih lapanganpekerjaan baru jangka pendekdan jangka panjang yang
tersedia untuk daerah setempat
Langsung dari perusahaan baru; ataudiperkirakan dari luas bangunan, polapenduduk lokal, imigrasi yang
diperkirakan, profil pengangguran yangada.
Kekayaan
3. Perubahan dalam nilai lahan Pemasokan dan permintaan lahan denganzone serupa, perubahan lingkungan dekat
pemilikan.
II LINGKUNGAN ALAM
Kualitas udara
Kesehatan
4. Perubahan dalam kadar zatpencemar menurut frekuensikejadian dan jumlah orang yangterkena risiko.
4a.
4b.
Perubahan dalam kadar zatpencemar relatif terhadap mutubaku.Perubahan dalam emisi zat
pencemar relatif terhadap neracaemisi atau sasaran.
Kadar ambien yang ada, emisi yang adadan diprakirakan di kemudian hari, modeldispensi, peta populasi.
Gangguan
5. Perubahan dalam kejadian
gangguan visual (asap, kabut)atau gangguan alfaktoris (bau)
dan jumlah orang yang terkena.
5a. Perubahan dalam kementakan
terjadinya atau perubahan dalamintensitas gangguan kualitas
udara (penilaian kualitatif).
Garis dasar bagi penduduk, proses
industri yang diperkirakan akan terjadi,volume lalulintas.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
33/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
33
Lampiran 4. Contoh Matrik Identifikasi Dampak Lingkungan Rencana Kegiatan
Penambangan Ganda di Perairan Pulau Bangka (PT. Timah Tbk, 1996)
No. Komponen Lingkungan
Kegiatan penambangan timah dan pasir laut
Pengu-pasan
tanah/pasir
penutup
Penge-rukan
tanah/pasir& timah
Pemisah-an tanah &
pasir &pencucian
timah
Pemuatanpasir
tailing ketongkang
Mobilisasi& demo-
bilisasipersonil
Pemeliha-raan
kebersih-an kapal
keruk
Perbaikan&
perawatankapalkeruk
A. FISIKKIMIA
1. Arus perairan
2. Pasang surut
3. Gelombang
4. Salinitas perairan
5. Suhu perairan
6. Batimetri
7. Dinamika garis pantai
8. Kualitas air laut
B. BIOTA
19. Vegetasi pantai/ mangrove
10. Biota perairan
11. Ekosistem perairan pantai
C. SOSIAL EKONOMI DANBUDAYA
12. Kepadatan danpertumbuhan penduduk
13. Persebaran penduduk
14. Peluang bekerja &berusaha
15. Obyek wisata
16. Kunjungan wisata
17. Prasarana perhubungan
18. Pemukiman penduduk
19. Fasilitas umum
20. Kesehatan masyarakat
21. Adat istiadat
22. Kelembagaan tradisional
23. Akulturisasi dan asimilasi
24. Perekonomian daerah
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
34/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
34
25. Sikap terhadap PT. Timah
Keterangan : ada dampak
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
35/116
Buku Ajar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
35
Lampiran 5. Contoh aplikasi Metode Bagan Alir Dampak pada Proyek Pengembangan Minyak Lepas Pantai
Pembangunan Lapangan Minyak Lepas Pantai
Sikap Masyarakat terhadapProyek Pengembangan Lapangan
Minyak Lepas Pantai
Perekonomian Lokal
Kualitas Udaradan Kebisingan
Struktur danInteraksi Sosial
Kualitas Air
Laut
Kesempatan KerjaBentang Alam Hak UlayatArus
Vegetasi
Darat
Vegetasi
Laut
Biota LautPendapatan setara beras(kg/jiwa/thn)
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
36/116
3.5. KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM PROSES PELINGKUPAN
Keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL --termasuk dalam hal ini proses
pelingkupan-- menurut Keputusan Kepala Bapedal Nomor 08 Tahun 2000 diatur sebagai
berikut.
Tahap Bentuk Keterlibatan Masyarakat
Penyusunan KA 1) Warga masyarakat yang berkepentingan berhakmemberikan saran, pendapat dan/atau tanggapan
terhadap dokumen KA ANDAL dalam forumkonsultasi yang diselenggarakan oleh pemrakarsa.
2) Hasil dari konsultasi kepada masyarakat wajibdigunakan pemrakarsa sebagai bahan pertim-bangan
dalam pelingkupan.
Penilaian KA 1) Warga masyarakat terkena dampak berhak duduksebagai anggota Komisi Penilai AMDAL melalui
wakil yang telah ditetapkan.
2) Warga masyarakat yang berkepentingan dapatmenyampaikan saran, pendapat, dan tang-gapannya
kepada instansi yang bertanggung jawab dan/ atau
pemrakarsa dalam bentuk yang mudah
didokumentasikan dan/atau tertulis, selambat-
lambatnya 3 hari kerja sebelum rapat Komisi Penilai
AMDAL.
Penilaian ANDAL,
RKL dan RPL1) Warga masyarakat terkena dampak berhak duduk
sebagai anggota Komisi Penilai AMDAL melalui
wakil yang telah ditetapkan.
2) Warga masyarakat yang berkepentingan dapatmenyampaikan saran, pendapat, dan tang-gapannya
kepada instansi yang bertanggung jawab dan/atau
pemrakarsa dalam bentuk yang mudahdidokumentasikan dan/atau tertulis, selambat-
lambatnya 45 hari kerja setelah informasi jadwalrencana penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL
disebar-luaskan secara resmi.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
37/116
BAB IV
PENGERTIAN & LANGKAH PENYUSUNAN RONA LINGKUNGAN
4.1. PENGERTIAN
Penyusunan rona lingkungan merupakan upaya menggambarkan kondisi lingkungan di
wilayah studi ANDAL, terutama aspek-aspek terkait yang menurut dokumen Kerangka
Acuan (KA) terkena dampak penting dari rencana usaha atau kegiatan. Berkenaan
dengan pengertian tersebut maka dalam penyusunan rona lingkungan perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini:
a. Rona lingkungan yang disusun merupakan penjabaran dari komponen lingkungan
yang ditelaah sebagaimana diamanatkan dalam dokumen KA.
b. Contoh untuk komponen lingkungan sosial yang diteliti harus bersifat spesifik
lokasi, sehingga tidak selalu seluruh komponen aspek sosial yang terdapat dalam
Pedoman Umum Penyusunan AMDAL (Keputusan Menteri Negara LH Nomor 09
Tahun 2000), dan yang terdapat dalam Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial
AMDAL (Keputusan Kepala Bapedal Nomor 299 Tahun 1994), diteliti untuk setiap
usaha atau kegiatan wajib AMDAL.
c. Rona lingkungan yang dikonstruksikan dalam ANDAL harus berkaitan dengan
komponen lingkungannya yang diperkirakan akan terkena dampak penting. Hanya
komponen yang berpotensi terkena dampak penting yang menjadi fokus dalam
studi ANDAL. Contoh misalnya : dalam dokumen KA-ANDAL Kawasan Industri,
teridentifikasi bahwa tingkat pendapatan, kesempatan kerja, tingkat kenyamanan,
kesehatan masyarakat dan pola hubungan sosial berpotensi terkena dampak
penting, maka hanya data yang berkaitan dengan komponen aspek sosial tersebut
tersebut yang perlu dihimpun dan dianalisis.
d. Rona lingkungan yang dikonstruksikan dalam ANDAL adalah yang terletak dalam
lingkup wilayah studi sebagaimana diamanatkan dalam dokumen Kerangka Acuan
(KA);
e. Komponen lingkungan yang tertera pada dokumen KA dapat mengalami
penambahan atau pengurangan sepanjang relevan dengan potensi dampak penting
yang akan timbul dan terkait dengan dampak rencana kegiatan/usaha.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
38/116
f. Pedoman Teknis, dokumen ANDAL kegiatan sejenis (untuk keperluan analogi),
referensi (data statistik, peta, rujukan), dan pustaka lainnya, dapat digunakan
sebagai alat bantu untuk penyusunan rona lingkungan.
4.2. METODE PENGUMPULAN & METODE ANALISIS DATA
4.2.1. METODE PENGUMPULAN DATA.
Dampak penting aspek sosial dari suatu rencana usaha atau kegiatan pada umumnya tidak
menyebar secara merata di seluruh kelompok dan lapisan masyarakat. Dengan demikian
dalam menetapkan/memilih metode pengumpulan dan analisis data yang relevan, baik
yang bersifat kuantitatif atau kualitatif, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut ini:
a. Satuan analisis (rumah tangga, desa, kabupaten, propinsi) yang akan diukur.
b. Ukuran-ukuran yang bersifat penting menurut pandangan masyarakat (emic)
disekitar rencana usaha atau kegiatan;
c. Ketersediaan dana, tenaga, waktu dan keahlian juga merupakan pertimbangan
dalam memilih teknik pengumpulan data.
d. Karakteristik sumber data. Ciri-ciri responden misalnya tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, jenis pekerjaan, homogen atau heterogen akan menentukan
teknik pengumpulan data. Responden dengan tingkat pendidikan rendah dengan
jenis pekerjaan petani atau nelayan akan cocok menggunakan wawancara
langsung yang disertai pedoman pertanyaan atau kuesioner dari pada dengan
kelompok diskusi terfokus.
Beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam penyusunan aspek
sosial AMDAL diantaranya adalah:
a. Wawancara
b. Observasi/pengamatan lapangan
c. Pengumpulan data sekunder
d. Diskusi kelompok terarah
e. Penilaian cepat pedesaan (rapid rural appraisal, RRA)
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
39/116
Ad.a. Metoda Wawancara
Ada dua macam metode wawancara, yakni, wawancara dengan kuesioner dan wawancara
mendalam.
Wawancara dengan kuesioner dapat dilakukan dengan beberapa cara:
a. Wawancara bebas tanpa daftar atau pedoman pertanyaan
Dalam studi dampak sosial, wawancara bebas bisa dilakukan pada waktu
peninjauan dilapangan (pra survai) dimana peran peneliti menginventarisir issues
dan concerns. Wawancara bebas demikian ini disebut pula sebagai metode walk
and talk.
b. Wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaan
Pedoman pertanyaan hanya digunakan sebagai panduan, sehingga jawaban dari
responden atau nara sumber bersifat terbuka. Dalam studi aspek sosial AMDAL,
wawancara dengan menggunakan pedoman pertanyaaan digunakan untuk
menghimpun data dari para tokoh masyarakat atau pamong desa. Informasi yang
dihimpun dari nara sumber itu merupakan informasi yang bersifat umum tentang
lingkungan misalnya kondisi lingkungan (kondisi lingkungan fisik, bagaimana pola
hubungan sosial masyarakat, tanggapan terhadap ide-ide baru dan sebagainya).
Informasi tersebut biasanya lebih valid kalau dihimpun dari tokoh masyarakat dan
pamong desa. Ada kemungkinan informasi dari masing-masing nara sumber akan
berbeda, maka para peneliti yang harus pandai merekonsiliasi data.
c. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan
Jenis wawancara ini banyak digunakan oleh peneliti sosial termasuk peneliti
aspek sosial AMDAL yang menggunakan teknik kuesioner (survai). Menurut
Irawati Singarimbun (1978:1) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
wawancara dengan kuesioner ini, diantaranya adalah mutu daftar pertanyaan,
kepribadian pewawancara, kemampuan pelaksana atau koordinator survai.
Ketrampilan wawancara berkenaan dengan pendekatan yang dilakukan oleh
pewawancara kepada nara sumber atau responden. Pendekatan yang baik adalah yang
menggunakan bahasa responden. Pewawancara juga diharapkan mampu membawa diri
yang tercermin dalam tutur kata, penampilan dan cara berpakaian. Penampilan
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
40/116
pewawancara sebaiknya tidak menyolok. Hendaknya sesuai dengan tugasnya sebagai
petugas lapangan penelitian.
Penggunaan kuesioner didasari oleh suatu keyakinan bahwa responden atau nara
sumber adalah orang yang paling mengetahui tentang dirinya sendiri sendiri.
Kuesioner dibagi dalam dua kategori :
a. Tidak langsung di mana kuesioner dibagikan pada responden. jika telah diisi
lengkap, kuesioner dikirim kembali kepada peneliti atau si peneliti yang
mengambilnya dari responden.
b. Langsung dimana peneliti menggunakan kuesioner dan langsung mewawancari
responden.
Menurut jenis pertanyaannya, kuesioner dibagi kedalam kuesioner tertutup dan
terbuka. Tertutup jika jawaban atas pertanyaan dalam kuesioner telah disiapkan dengan
beberapa pilihan. Disebut terbuka, jika setiap butir pertanyaan belum disediakan
jawaban. Responden dapat menyatakan pen-dapat sesuai dengan keyakinanya, lalu
peneliti membuat kategori kemudian.
Beberapa prinsip dalam menyusun pertanyaan dalam kuesioner:
a. Pertanyaan harus jelas artinya mudah dipahami oleh responden dan tidak
mengandung arti ganda,
b. Pertanyaan harus pendek. Panjangnya pertanyaan akan membuat kesulitan
mencerna dan mengingat tentang apa yang dimaksud,
c. Jangan mengulang pertanyaan. Jika suatu pertanyaan telah diajukan pada satu
bagian, sebaiknya tidak ditanyanyan pada bagian lain,
d. Hindari istilah-istilah "bias" dalam pertanyaan. Sebaiknya disusun istilah-istilah
baku yang banyak digunakan,
e. Pertanyaan yang positif,
f. Pertanyaan yang kongkrit, artinya tidak berbunga-bunga,
g. Menempatkan pertanyaan-pertanyaan yang sensitif di akhir kuesioner. Hal ini
dimaksudkan untuk membina rapport. Rapport adalah hubungan baik antara
pewawancara dengan sumber data (responden).
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
41/116
Dengan tetap menjaga rapportdan kesopanan, pewawancara yang baik adalah yang bisa
mengungkap lebih dalam tentang informasi yang disampaikan responden, melalui :
menggali terus pertanyaan untuk memperoleh data yang detail.
pertanyaan yang tepat
susun pertanyaan secara efektif tetapi juga estetik.
Keunggulan dari metode wawancara yang dipandu dengan kuesioner ini antara adalah:
a. Pewawancara dapat mengetahui apakah pertanyaan dapat dipahami oleh
responden dan apakah jawaban yang diberikan responden relevan dengan
pertanyaan,b. Pewawancara dapat menanyakan lebih lanjut tentang jawaban yang diberikan
responden dalam rangka melakukanfurther investigation,
c. Kehadiran pewawancara akan mempercepat penyelesaian jawaban atas kuesioner.
Kelemahan wawancara langsung: responden cenderung menjawab seperti apa yang
diinginkan oleh pewawancara. Contohnya, jika responden memiliki kesulitan menjawab
pertanyaan tentang besarnya pendapatan, mereka cenderung menyerahkan saja
jawabanya kepada pewawancara. Atau juga pertanyaan tentang seberapa besar tingkat
kegotong-royongan masyarakat, responden akan menjawab sesuatu yang menyenangkan
artinya responden tidak ingin diketahui tentang sesuatu yang kurang baik tentang
lingkunganya.
Wawancara mendalam dengan tokoh-tokoh masyarakat atau orang-orang yang dianggap
mengetahui tentang kondisi masyarakat setempat, dengan menggunakan pedomanpertanyaan. Dalam konteks aspek sosial AMDAL metode ini digunakan untuk menelaah
secara mendalam suatu issu atau masalah tertentu di suatu kelompok atau golongan
masyarakat tertentu secara mendalam. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan senantiasa
diarahkan untuk menggali dan mendalami seputar issu atau masalah tertentu yang akan
ditelaah. Sehingga dalam metode ini pertanyaan yang diajukan dapat terus berkembang
dan pihak yang diwawancara dapat berkembang sesuai data dan informasi yang telah
terkumpul, sampai pada tahap dipandang cukup oleh peneliti. Teknik ini disebut juga
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
42/116
sebagai teknik bola saju bergelinding (snow balling techniques). Metode ini umumnya
digunakan bersamaan dengan metode observasi-partisipasi.
Ad.b. Observasi atau Pengamatan Langsung
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik tentang gejala-gejala
yang diamati. Observasi yang dilakukan dalam studi aspek sosial AMDAL biasanya
adalah observasi langsung dimana para peneliti, sembari mengadakan wawancara
melakukan pengamatan tentang lingkungan secara umum dan lingkungan dari responden
yang diwawancarai. Pengamatan juga dilakukan ketika peneliti melakukan pra-survai
dalam rangka pelingkupan. Observasi sebagai teknik menghimpun data, sangat efektif
digunakan dalam memahami pola hubungan sosial. Misalnya melalui media temu warga
yang diselenggarakan sebulan sekali. Peneliti hadir dalam temu warga tersebut dan
melakukan observasi bagaimana para warga berinteraksi satu dengan yang lain,
bagaimana pola hubungan sosialnya sehingga bisa disimpulkan tentang tingkat kohesi
masyarakat. Bentuk-bentuk observasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
Gambar : Ben tu k -ben t uk Obse rvasi
Outsider(pihak luar) adalah bentuk pengamatan dimana peneliti tidak melakukan kontak
dengan kelompok atau masyarakat yang diteliti. Peneliti berada diluar social setting dari
kelompok yang diteliti. Ia mengamati, mencatat dan menyusun interpretasi. Tingkat
presisi interpretasi sangat tergantung pada pemahaman awal peneliti terhadap subyek
yang diteliti. Makin tinggi tingkat pemahamanya makin dekat interpretasinya dengan
makna yang ditafsirkan oleh masyarakat. Peran outsider(pihak luar) mengandung resiko
berupa bias interpretasi oleh peneliti.
Observasi yang dilakukan oleh Recognized Outsider (pihak luar yang dikenal)
mengandung pengertian bahwa antara peneliti dengan masyarakat telah terjalin
kontak/komunikasi tetapi intensitasnya rendah. Masyarakat sebagai sumber data atau
responden telah mengenali (recognize) bahwa yang mewawancarai adalah peneliti.
Full Participant(Partisipan Penuh)
Recognized Outsider(Pihak Luar yang Dikenal)
Outsider(Pihak Luar)
Marginal Participant(Partisipan Terbatas)
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
43/116
Hubungan antara peneliti dengan masyarakat bersifat formal dan temporer. Peneliti
berada dilapangan dalam waktu sangat pendek, sekedar menghimpun data. Dalam
kondisi seperti ini, data yang diperoleh peneliti tidak optimal. Karena hubunganya
bersifat formal dan dalam waktu yang pendek, masyarakat kadang-kadang
menyampaikan informasi sekedarnya. Kondisi ini lebih parah lagi jika kehadiran
peneliti dianggap sebagai petugas Pemerintah yang akan memungut pajak.
Dalam penelitian observasi dimana peneliti berperan sebagai marginal participant
(partisipan terbatas), peneliti melakukan kontak dengan masyarakat secara intensif. Ia
telah mengambil bagian (berpartisipasi) dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat seperti kerja bakti, temu warga dan sebagainya. Partisipasi ini merupakan
upaya dari peneliti agar memperoleh informasi yang lebih akurat. Karena masyarakat
telah menganggap peneliti sebagai bagian dari padanya, maka mereka tidak enggan
menyampaikan informasi yang diperlukan. Dalam pada itu, melalui proses partisipasi,
peneliti secara otomatis mengetahui benar apa yang terjadi didalam masyarakat.
Dalam penelitian observasi secara full participant (partisipan penuh), kontak peneliti
dengan masyarakat sangat intensif. Bahkan masyarakat sampai tidak mengetahui kalau
ada peneliti yang sedang menghimpun data. Peneliti benar-benar menjadi bagian dari
masyarakat. Beberapa contoh peran full participantmisalnya ketika seorang Antropolog
UI meneliti gelandangan di Kota Jakarta. Ia benar-benar memerankan diri sebagai
gelandangan berada ditengah-tengah komunitas tersebut untuk waktu yang cukup lama.
Pada umumnya dalam studi dampak sosial, peneliti berperan sebagai pengamat yang
melakukan partisipasi (berada diantara peran sebagai outsideratau recognized outsider).
Peneliti melakukan observasi ketika mereka mengumpulkan data, atau ketika
melakukan prasurvai.
Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk mengetahui rona lingkungan awal saat
studi dilakukan. Data primer dikumpulkan dari hasil wawancara, survai/ observasi,
pengukuran, dan pengambilan sampel di lokasi yang telah ditetapkan berdasarkan lokasi
tapak proyek dan radius atau arah sebaran dampak sesuai dengan batas wilayah studi.
Metoda pengumpulan data primer untuk masing-masing aspek adalah sebagai berikut.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
44/116
1. Aspek Fisik-Kimia
Jenis data primer aspek fisik-kimia yang dikumpulkan meliputi: morfologi, gejala erosi,
air, udara, dan kebisingan. Data morfologi dan gejala erosi dikumpulkan dengan cara
inventarisasi secara visual. Sampel air diambil dengan menggunakan water sampler.
Sampel udara menggunakan multiple impinger, sedangkan sampel kebisingan dilakukan
dengan cara pengukuran memakai sound level meter. Contoh Metoda pengumpulan data
primer pada aspek fisik-kimia secara lebih rinci disajikan pada Tabel 3.1 dengan kasus
ANDAL Waduk misalnya :.
Tabel 3.1. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Fisik-Kimia
No
.
Jenis Data
yang
Dikumpulkan
Jumlah
Sampel
Lokasi
Sampling
Metoda
Pengumpulan
Data
1 Morfologi 6 titik DTA, rencana
lokasi bendung,
DI
Inventarisasi
(visual)
2 Gejala Erosi 6 titik DTA, rencana
lokasi bendung,
DI
Inventarisasi
(visual)
3 Kualitas Air 3 titik Hulu, as bendungdan hillir
Pengukuran,sampling, dan
analisis
laboratorium
4. Kualitas Udara
dan
Kebisingan
2 titik As bendung dan
hulu / hillir
Pengukuran,
sampling, dan
analisis
laboratorium
2. Aspek Biologi
Data primer aspek biologi yang dikumpulkan adalah biota darat (flora darat dan fauna
darat) dan biota air (plankton dan benthos). Daerah studi biologi ditetapkan berdasarkan
luas tapak proyek dan sekitarnya yang diperkirakan akan terkena dampak kegiatan.
Lokasi pengambilan sampel biota air disesuaikan dengan lokasi pengambilan sampel air
fisik-kimia, sedangkan lokasi pengambilan biota darat disesuaikan dengan lokasi studi
sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui
pengukuran, pengambilan sampel, wawancara dengan metoda purposive random
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
45/116
sampling yang ditentukan berdasarkan komunitas atau habitat yang berbeda. Cara pe-
laksanaan pengambilan sampel/pengamatan komponen biotis adalah:
Pengambilan Sampel Vegetasi/Flora Darat
Lokasi pengambilan sampel vegetasi di 3 titik. Pengambilan sampel vegetasi dilakukan
memakai sampling plotdengan transek utama mengikuti kondisi lapangan. Untuk jenis
pohon, diambil petak sampel 10 m x 10 m, sedangkan herba dan rumput menggunakan
ukuran 1 m x 1 m.
Pengambilan Sampel Fauna
Pengambilan sampel fauna dilakukan dengan metoda Index Point of Abundance (IPA)
untuk mencatat populasi hewan. Biasanya digunakan untuk burung secara semi
kuantitatif yaitu dengan menentukan tempat tertentu untuk keperluan perhitungan
populasi hewan dan dilengkapi data informasi penduduk serta data monografi desa untuk
hewan piaraan. Analisis data meliputi jumlah jenis, dominansi atau frekuensi keberadaan
fauna. Lokasi pengambilan sampel fauna di 3 titik.
Pengambilan Sampel Plankton
Pengambilan sampel plankton dengan penyaringan air memakai plankton net No. 25,
kemudian air yang tersaring dimasukkan botol dan ditambahkan larutan MAF 4%
sebagai bahan pengawet. Lokasi pengambilan sampel plankton di 3 titik, yaitu di hulu
Embung, lokasi Embung dan di hilir Embung (daerah irigasi).
Pengambilan Sampel Benthos
Pengambilan sampel mikrobenthos dengan memakai penyaringan lumpur di dasar
perairan yang diambil dengan eijkman dredge/bottom sampler. Diameter saringannya 1
mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu dimasukkan dalam botol
sampel, ditambahkan larutan MAF 10% dan rose bengal 20%. Lokasi pengambilan
sampel benthos sama dengan lokasi pengambilan sampel plankton.
Metoda pengumpulan data primer pada aspek biologi pada contoh ANDAL Waduk
meliputi: jenis data, jumlah sampel, lokasi sampel, dan metoda pengumpulan data secara
lebih rinci disajikan pada Tabel 3.2 misalnya :
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
46/116
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
47/116
Tabel 3.2. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Biologi
No
.
Jenis Data yang
Dikumpulkan
Jumlah
Sampel
Lokasi
Sampling
Metoda
Pengumpulan
Data1 Vegetasi/Flora
Darat
- kerapatan relatif
- frekuensi relatif
- dominansi
relatif
- indeks nilai
penting
- jenis langka
3 titik Tapak proyek
dan sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Inventarisasi
menggunakan
metoda sampling
plotdengan transek
utama mengikuti
kondisi lapangan
2 Fauna Darat
(Hewan Liar danPeliharaan)
- pola migrasi
- kerapatan
- nilai penting
- jenis langka
3 titik Tapak proyek
dan sekitarnyasesuai batas
wilayah studi
Inventalisasi
dengan metodaIndex Point of
Abundance (IPA)
untuk mencatat
populasi hewan
3 Biota Air :
Plankton
- indeks keaneka-
ragaman jenis
- indeks
keseraga-man
jenis
3 titik Hulu Embung,
rencana lokasi
Embung dan
daerah
Irigasinya
Penyaringan air
memakaiplankton
net No. 25
4. Biota Air :
Benthos
- indeks keaneka-
ragaman jenis
- indeks
keseraga-man
jenis
3 titik Hulu Embung,
rencana lokasi
Embung dan
daerah
Irigasinya
Penyaringan
lumpur di dasar
perairan yang
diambil dengan
eijkman
dredge/bottom
sampler
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
48/116
Tabel 3.3. Metoda Pengumpulan Data Primer Aspek Sosekbudkesmas
No. Jenis Data yang
Dikumpulkan
Sumber Data Jumla
h
Sampel
Lokasi
Sampling
Metoda Pengumpulan
Data
1 Kependudukan
- jumlah penduduk
- kepadatan pddk
- pertumbuhan pddk
- pendidikan
- ketenagakerjaan
- mobilitas
Kab. Grobogan
Dalam Angka
Monografi Desadan Kecamatan
Data primer
125 Tapak proyek
dan sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara dengan
penduduk
(formal leader,
informal leader dan
masyarakat biasa)
2 Sosial-Ekonomi
- matapencaharian- pemilikan lahan
- pendapatan
- pengeluaran
- pusat kegiatan
- infrastruktur
Kab. Grobogan
Dalam Angka
Monografi Desa
dan Kecamatan
Data primer
125 Tapak proyek
dan sekitarnyasesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara denganpenduduk
(formal leader,
informal leader dan
masyarakat biasa)
3 Sosial-Budaya
- adat-istiadat
- pola pemilikan
lahan
- interaksi sosial
- peninggalan sejarah
Data primer 125 Tapak proyek dan sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Observasi danwawancara dengan
penduduk
(formal leader,
informal leader danmasyarakat biasa)
4. Kesehatan Masy.
- kondisi fisik rumah
- pemenuhan air
bersih dan MCK
- pola penyakit
- jenis penyakit
- fasilitas kesehatan
Kab. Grobogan
Dalam Angka
Monografi Desa
dan Kecamatan
Puskesmas Kec.
Pulokulon
Data primer
125 Tapak proyek
dan sekitarnyasesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara denganpenduduk
(formal leader,
informal leader dan
masyarakat biasa)
5. Persepsi Masy.
- persepsi terhadap
rencana kegiatan
Embung
- persepsi terhadap
perubahan dan
inovasi
Data primer 125 Tapak proyek
dan
sekitarnya
sesuai batas
wilayah studi
Observasi dan
wawancara dengan
penduduk
(formal leader,
informal leader dan
masyarakat biasa)
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
49/116
Ad.c. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung oleh peneliti dari sumber
data. Peneliti memperoleh data tersebut dari pihak lain yang melakukan pengumpulan,
analisis dan publikasi atas data tersebut. Hasil-hasil penelitian, buku referensi (antara lain
data statistik), laporan-laporan teknis instansi pemerintah dan bahan-bahan pustaka yang
datanya ditulis dan dipublikasikan oleh pihak lain, merupakan jenis data sekunder yang
dapat dimanfaatkan oleh peneliti.
Data statistik seperti Sensus Penduduk, Survey Penduduk antar Sensus (Supas), Survey
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) hingga data statistik seperti Monografi Desa,
Kecamatan dalam Angka, Kabupaten dalam Angka atau Propinsi dalam Angka;
merupakan data sekunder yang dapat digunakan dan bermanfaat untuk kajian aspek
sosial AMDAL. Bila data statistik semacam itu akan digunakan dalam aspek sosial
AMDAL, maka ada 2 faktor penting yang perlu diketahui berkenaan dengan hal tersebut.
Pertama, satuan analisis yang digunakan dalam data statistik tersebut umumnya adalah
unit pemerintahan daerah seperti desa, kecamatan, dan propinsi. Kedua, persoalan
reliabilitas data yang dipublikasikan. Peneliti aspek sosial AMDAL perlu kritis benar
terhadap mutu data statistik yang ingin digunakan sehingga bila perlu lakukan uji
reliabilitas data sekunder yang diperoleh. Contoh data sekunder untuk ANDAL Waduk
misalnya :
Tabel 3.4. Jenis dan Sumber Data Sekunder
No Jenis Data yang Dikumpulkan Sumber Data /Referensi
1. Data Rencana kegiatan 1. a. Pemrakarsa
b. UU-11/74 tentang pengairan,PP 22/82
tentang tata pengaturan air dan PP. 35/91
tentang Sungai
c. Konsultan Detail Desain, dan Laporan
Studi terdahulu
2. Metoda Konstruksi 2. a. Ditjen. Pengairanb. Buku Referensi ( buku panduan)
3. Metoda Pengadaan tanah danpemindahan penduduk
3. a. Kepres 55/93 tentang pedomanpelaksanaan pengadaan tanah
4. Transportasi 4. DLLAJR Kab. Grobogan
5. Pola Topografi dan Geologi 5. a. Direktorat Geologi dan Tata LingkunganBandung
b. BakorsurtanalBogor
c. Laporan Studi terdahulu (Detail Desain)
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
50/116
6. Klimatologi (suhu, curah hujan,
kelembaban, arah dan kecepatan
angin, dll)
6. a. Badan Meteorologi dan Geofisika
b. Dinas Pertanian Setempat
c. Studi-studi terdahulu yang terkait
7. Data kependudukan, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dll.
7. a. Kabupaten Dalam Angka
b. Monografi Desa/Kecamatan.
8. Profil Kesehatan 8. Puskesmas kecamatan setempat9. RUTRD - Kabupaten 9. Bappeda Kabupaten Grobogan
10 Jalan Negara dan Kabupaten 10. Dinas PU Bina Marga Prop. Jateng
11 Hasil Proyek Penelitian Sejenis 11. a. Bapedalda Propinsi Jateng
b. PPLH Lemlit Undip
12 Hidrologi 12. a. DPU Pengairan Propinsi Jateng
b. Konsultan detail desain
13 Status Tanah 13. BPN Propinsi Jateng.
14 Flora Darat 14. a. Dinas/Kanwil Kehutanan
b. Dinas Pertanian
c. survai lapangan
15 Flora Air 15. a. Dinas Perikanan
b. Penduduk setempatc. survai lapangan
16 Fauna Darat 16. Penduduk setempat
Ad.d. Diskusi Kelompok Terarah
Diskusi ini dilakukan dalam kelompok kecil (5 7 orang) untuk menghimpun pendapat,
pandangan dan aspirasi mereka terhadap suatu masalah atau isu tertentu. Dalam metode
ini peneliti harus berada dalam posisi menghimpun dan mengartikulasikan pendapat,
pandangan dan aspirasi yang berkembang dalam diskusi. Peneliti harus handal dalam
menggali aspirasi dan pendapat para anggota diskusi dan tidak boleh memberi penilaian
baik-buruk, salah-benar, atau berpihak pada pandangan-pandangan yang diajukan oleh
sekelompok atau seorang peserta diskusi.
Metode pengambilan sampel merupakan metode yang digunakan untuk memilih dan
menetapkan sejumlah responden yang akan diwawancara melalui kuesioner. Metode ini
umumnya digunakan untuk melengkapi metode survai.
Sampel (responden) yang dipilih harus dapat mewakili populasi suatu kelompok (misal:berdasarkan jender, kelompok kepentingan) dan lapisan masyarakat tertentu yang
berpotensi terkena dampak (misal: lapisan petani lahan sempit, lahan luas). Beberapa
teknik pengambilan sampel yang dapat dipergunakan antara lain adalah:
Teknik pengambilan sampel secara proporsional;
Teknik pengambilan sampel secarapurposive;
Teknik pengambilan sampel secara acak (random).
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
51/116
Teknik pengambilan sampel yang dipilih harus mempertimbangkan karakteristik
dampak penting yang akan timbul dan kondisi sosial masyarakat.
Jumlah sampel ditetapkan berdasarkan kriteria berikut ini:
a. Derajat keseragaman (homogenitas) dari populasi. Makin seragam populasi yang
diteliti makin kecil jumlah sampel yang akan diambil.
b. Presisi (ketepatan/akurasi) yang dikehendaki. Makin tinggi tingkat presisi yang
dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil.
c. Kedalaman analisis yang ingin diperoleh, semakin dalam analisis yang diinginkan
semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan.
Ad.e. Metode Penilaian Cepat Pedesaan.
Metode Penilaian Cepat Pedesaan (rapid rural appraisal)selanjutnya disingkat PCP--
diperkenalkan oleh Chambers (1985). Metode ini ditawarkan oleh Chambers sebagai
alternatif atas penelitian-penelitian sosial yang umumnya dilakukan di dua kutub ekstrim,
yakni penelitian yang bersifat wisata (research tourism) dan -di sisi lain- penelitian
yang menelan waktu panjang.
Chambers memberi julukan wisata penelitian kepada penelitian yang dilakukan secarasingkat atau cepat (biasanya dengan mobil). Catatan penelitian dibuat berdasarkan
pengamatan di sepanjang jalan yang dilalui dan wawancara dilakukan dengan orang atau
responden yang kebetulan berjumpa di jalan. Penelitian semacam ini menurut Chambers
mempunyai kelemahan:
a. Lemah mengungkapkan yang sebenarnya terjadi. Responden cenderung
menghindari topik yang sensitif seperti masalah kemiskinan, dan lebih suka
menyatakan apa yang sebaiknya (das sollen) ketimbang apa yang ada (das sein).
b. Peneliti tidak mendengarkan dan belajar dari responden, malahan lebih banyak
berbicara dan menggurui (menganggap lebih tahu dari responden).
c. Lebih mengangkat atau mengungkapkan yang nampak secara fisik. Hal-hal
seperti norma-norma sosial, lembaga-lembaga informal dan penguasaan sumber
daya sering tak tertangkap oleh peneliti.
d. Penelitian hanya menangkap potret sesaat (snapshot) dari kehidupan masyarakat
desa.
7/23/2019 [Buku] Materi Ajar AMDAL
52/116
Kelemahan wisata penelitian ini timbul karena penelitian dilakukan secara:
a. Bias Lokasi. Peneliti cenderung mengunjungi kota, terminal dan sepanjang jalan
besar ketimbang mengunjungi lokasi yang jauh di pedalaman dan tidak bisa
diakses dengan baik oleh kendaraan roda empat. Padahal penduduk miskin
banyak yang tinggal di tempat terpencil jauh dari kota, terminal dan jalan besar.
b. Bias Proyek. Peneliti umumnya hanya memfokuskan diri di daerah yang ada
proyek pembangunan dimana sehingga hanya orang-orang atau pihak-pihak yang
terlibat atau terkait dengan proyek yang diwawancara.
c. Bias Hubung