64
BUKU PANDUAN KADERISASI IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA 1 | Page BUKU PANDUAN KADERISASI IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA (ISMAFARSI) Association of Indonesia Pharmaceutical Students Council Disusun oleh : Staf Ahli Bidang Pengembangan Profesi BADAN PENGURUS HARIAN IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA PERIODE 2014-2016 PENGANTAR

Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

Citation preview

Page 1: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

1 | P a g e

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

(ISMAFARSI)

Association of Indonesia Pharmaceutical Students Council

Disusun oleh :

Staf Ahli Bidang Pengembangan Profesi

BADAN PENGURUS HARIAN

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

PERIODE 2014-2016

PENGANTAR

Page 2: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

2 | P a g e

Teruntuk Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, puji dan syukur kita haturkan. Tanpa

kuasaNya tak akan nampak sesuatu yang di bumi, selayaknya ISMAFARSI yang berdiri berkat

kehendakNya. Semoga kita dapat mejaga amanah Tuhan ini sehingga menjadi bagian dari

pembangunan bangsa.

ISMAFARSI merupakan suatu organisasi mahasiswa kesehatan, di mana di dalamnya

terdapat suatu cita-cita untuk memajukan kesehatan bangsa dengan adanya kemajuan profesi

Apoteker di dalamnya. Cita-cita ini tidak akan pernah tercapai tanpa adanya kuasa Tuhan serta

keinginan yang kuat dari seluruh anggota ISMAFARSI. Selain itu, kesiapan dari kader yang

dimiliki anggota ISMAFARSI untuk dapat bersama mambangun profesi tentulah menjadi hal

yang penting. Dimana nantinya para kader ISMAFARSI inilah yang akan berjuang menghadapi

realitas lapangan. Selain itu, kader pun diharapkan dapat terus-menerus melanjutkan roda

keorganisasian yang bersama terus memajukan profesi Apoteker.

Jika kita mau melihat secara objektif, sesungguhnya seluruh kader dari anggota

ISMAFARSI memiliki potensi yang sangat luar biasa. Namun, potensi ini tidak akan menjadi

apa-apa tanpa adanya proses pengembangan dan usaha untuk terus menyiapkan kader yang siap

turun ke lapangan sebagai penggerak organisasi serta nantinya siap turun ke lapangan sebagai

Apoteker yang mampu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Usaha tersebut tentulah harus

menggunakan suatu sistem dimana sistem tersebut sebaiknya baku, terstandar, terencana, terarah,

terpadu, sistematis dan berkesinambungan. Perancangan pembentukan kader tersebut diharapkan

akan membentuk kader / aktivis mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi intelektual dan

spiritual yang handal serta memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner.

Untuk itu, hadirnya buku ini diharapkan dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada,

menjadikannya sebagai senjata berharga untuk memajukan bangsa kita dengan profesi yang kita

miliki. Buku ini hadir mencoba menjumpai kawan-kawan aktivis yang haus akan nilai-nilai

intelektualitas sebagai bekal kader ISMAFARSI yang handal dan menjadi wadah pemikiran

dalam rangka pengembangan pola pengkaderan ISMAFARSI sebagaimana hal tersebut

diharapkan oleh staf ahli kaderisasi terdahulu, semoga dengan sedikit penyesuaian terhadap

Page 3: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

3 | P a g e

kebutuhan kader di setiap daerah, buku ini dapat menyentuh dan mengena dalam aplikasi

pencapaian kader yang diharapkan.

Terselesaikannya buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak aspek yang

tidak terjamah oleh isi buku ini. Sepakat dengan staf kaderisasi yang telah menjabat terdahulu,

kami berharap jauh kedepan akan lahir kader-kader ISMAFARSI yang akan menyempurnakan

isi buku ini.

Poppy Drei Yolanda Y. P.

(STAF AHLI PENGEMBANGAN PROFESI 2014-2016)

Page 4: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

4 | P a g e

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mahasiswa menurut KBBI adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Begitu pun

menurut peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan

belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah

setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan

batas usia sekitar 18-30 tahun. Pengertian Mahasiswa menurut Knopfemacher (dalam Suwono,

1978) adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan

tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan diharapkan menjadi calon-clon

intelektual.

Di pihak lain, mahasiswa juga sebagai kelompok miniatur kehidupan bangsa yang

begerak aktif dalam perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa mempunyai peran

sebagai kawan masyarakat dalam mengawal kondisi sosial, politik, ekonomi, dan kondisi

strategis yang terjadi di dalam negeri untuk memastikan bahwa kepentingan masyarakat menjadi

prioritas utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, mahasiswa yang

diharapkan menjadi calon-calon intelektual ini diharapkan menjadi bagian dari solusi

permasalahan bangsa dan dapat membangun bangsa di masa depan sesuai dengan kapasitas

intelektual yang telah dipersiapkan.

Mahasiswa farmasi, mempunyai peran yang sama dengan mahasiswa lainnya. Namun,

sebagai bagian dari calon intelektual dalm bidang kesehatan, maka diperlukan suatu persiapan

yang akan menunjang mahasiswa farmasi sehingga dapat menjadi mahasiswa yang mampu

menjadi solusi bagi permasalahan masyarakat,khusunya dalam bidang kesehatan, baik saat

Page 5: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

5 | P a g e

menjadi mahasiswa melalui perannya dan setelah menjadi bagian dari masyarakat setelah

menjadi sarjana.

7 Stars Of Pharmacist adalah istilah yang diungkapkan World Health Organization

(WHO), untuk menggambarkan peran seorang farmasis dalam pelayanan kesehatan yang seiring

waktu bertambah menjadi 9 stars farmasi. Nine stars pharmacist tersebut adalah: (1)care giver,

(2)decision maker, (3)communicator, (4)manager, (5)leader, (6)life-long learner, (7)teacher,

(8)researcher, (9)entrepreneur. Peran ini ternyata juga erat kaitannya dengan peran mahasiwa

farmasi. Hampir seluruh peranan di atas menjadi bagian yang mampu diimpelmentasikan dalam

peran kehidupan mahasiswa farmasi.

Perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju tentunya akan menjadi sasaran utama

dari kebijakan pembangunan. Bidang kesehatan mengarahkan pembangunan kepada upaya

penyelenggaraan kesehatan untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

agar mampu mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Tertanamnnya pemikiran tersebut di

dalam kampus diharapkan mampu menyebar secara efektif di tengah – tengah masyarakat, hal

tersebut sebaiknya didukung dengan pembinaan dan pengkaderan.

Kampus merupakan inti kekuatan dan tempat beradanya sumber daya berupa warga

civitas akademika yang merupakan obyek utama perkembangannya, serta masyarakat adalah

tempat pengabdiannya. ISMAFARSI (Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia)

merupakan organisasi mahasiswa yang terdiri dari kampus-kampus dengan pendidikan Farmasi

yang berada di seluruh Indonesia dapat menjadi wadah untuk menampung dan bergerak dengan

inti kekuatan kampus.

ISMAFARSI sebagai bagian dari masyarakat Indonesia pada umumnya, dan mahasiswa

pada khususnya berkepentingan agar proses pembangunan dapat berlangsung terus – menerus.

ISMAFARSI secara langsung maupun tidak langsung berperan serta dalam membangun dan

mewujudkan profesionalisme tenaga farmasi di masyarakat guna memperbesar dan

mengencangkan peran aktifnya sebagai tenaga kesehatan. Memperbesar peran aktif berarti

ISMAFARSI sebagai eksponen tenaga kesehatan tampil melengkapi khazanah eksponen yang

sudah ada dan turut menyuarakan aspirasi dari profesi farmasi. Mengembangkan peran aktif

Page 6: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

6 | P a g e

berarti ISMAFARSI dalam kebersamaan itu bahu membahu dengan eksponen kesehatan lain,

bekarja menyuarakan aspirasi profesi farmasi.

Menyadari substansi mahasiswa farmasi yang sangat dominan, dimana farmasis selaku

profesi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab di bidang farmasi harus memiliki standar.

Standar yang dimaksud adalah bahwa farmasis memiliki kemampuan dan keterampilan

dibutuhkan dalam menghadapi tuntutan serta persaingan yang ada.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan untuk itu mewujudkan peran ISMAFARSI yang

maksimal diperlukan usaha secara sadar dan terus menerus dalam menyiapkan kader – kader

atau aktivis mahasiswa farmasi dalam suatu sistem pengkaderan yang terencana, terarah, terpadu,

bertingkat dan berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan terbentuknya kader/aktivis

mahasiswa farmasi yang memiliki kompetensi intelektual dari spiritual yang handal serta

memiliki sikap dan jiwa kepemimpinan yang visioner.

Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi seluruh Indonesia (ISMAFARSI) sebagai bagian dari

mahasiswa Indonesia yang sekaligus menjadi basis kaderisasi mahasiswa, selayaknya memiliki

pola pengkaderan yang baku dan mendasar dan harus memiliki ciri khas yang mampu

membedakan dengan format pengkaderan kelompok masyarakat secara umum atau dengan

lembaga kemahasiswaan lain pada khususnya.

Harapan kita bahwa format pengkaderan tersebut berlandaskan Tri Dharma Perguruan

Tinggi, prinsip – prinsip keilmuan yang dinamis serta terintegrasi dengan kearifan nilai – nilai

perjuangan mahasiswa farmasi yang bersifat universal. Tanpa dilandasi nilai – nilai tersebut

dikhawatirkan akan terjadi krisis orientasi kepribadian, sikap intelektual dan profesionalisme

mahasiswa farmasi Indonesia.

Page 7: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

7 | P a g e

1. Asas

Asas dari pengkaderan ISMAFARSI adalah “ terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan

berkesinambungan”.

2. Tujuan

Tujuan diadakan Formasi Pengkaderan adalah memberikan acuan dasar yang terencana,

terarah, terpadu, bertingkat dan berkesinambungan serta berdasarkan pada potensi dan kebutuhan

mahasiswa demi mempertahankan idealisme terhadap peran dan tanggung jawab moral menuju

pencapaian masyarakat yang berperadaban pada khususnya dan profesionalisme farmasi pada

khususnya, selanjutnya terumuskan dalam point – point dasar tujuan pengkaderan ISMAFARSI

sebagai berikut :

a. Membentuk kader yang beriman dan bertaqwa

b. Membentuk karakter 7 stars pharmacist

c. Memberikan pengetahuan dan wawasan ke ISMAFARSI-an dan ke–FARMASI-an

d. Membentuk kader yang memiliki kemampuan konsepsional dan praktikal berorganisasi

e. Membentuk kader yang proaktif, kritis dan solutif

f. Membentuk kader yang bersikap terbuka, kreatif dan inovatif

g. Membentuk kader yang mampu mengembangkan diri dan ISMAFARSI di tingkat LEM

dan/atau Komisariat, wilayah, nasional dan internasional

3. Sasaran

Sasaran pengkaderan adalah seluruh mahasiswa farmasi yang tergabung dalam Ikatan

Senat Mahasiswa Farmasi Indonesia seluruh Indonesia (ISMAFARSI) yang telah memenuhi

syarat – syarat yang telah ditetapkan oleh konstitusi ISMAFARSI.

Page 8: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

8 | P a g e

C. ORIENTASI PENGKADERAN ISMAFARSI

1. Visi

a. Menjadikan ISMAFARSI sebagai basis pengkaderan mahasiswa farmasi yang

diperhitungkan baik pada tingkat universitas, wilayah, nasional maupun internasional.

b. Melahirkan kader farmasi berdasarkan pada kemampuan 7 stars pharmacist.

c. Menciptakan kader yang mampu menjadi solusi bagi permasalahan keprofesian.

d. Melahirkan kader pemimpin masa depan bangsa yang berkualitas.

2. Misi

a. Membuat sistem rekruitmen kader secara profesional.

b. Menjalankan suatu pola pengkaderan yang terencana, terarah, terpadu, bertingkat dan

berkesinambungan serta berada pada kerangka ilmiah dan kerangka intelektualisme

profesionalisme farmasi.

c. Membentuk tim pengkaderan di tingkat LEM dan/atau Komsat, wilayah dan nasional

untuk menyampaikan kurikulum pengkaderan yang telah di susun dan apabila

dimungkinkan tim dapat melakukan pengembangan materi terkait peningkatan kualitas

kader.

d. Memberi motivasi dan meningkatkan animo mahasiswa untuk berlembaga sesuai dengan

Tri Dharma Perguruan Tinggi.

D. PENGERTIAN – PENGERTIAN

1. Kader adalah individu atau sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus

dan menjadi tulang punggung organisasi.

2. Kaderisasi adalah usaha yang dilakukan oleh organisasi secara sadar, sistematis dan

selaras dengan pedoman baku sehingga memungkinkan seseorang mengaktualisasikan

dirinya menjadi kader yang berkualitas.

3. Format pengkaderan adalah sketsa dasar yang memberikan motivasi, pengarahan,

pembenaran dan indikator keberhasilan suatu organisasi.

Page 9: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

9 | P a g e

4. Retkuitmen kader adalah pola pendekatan terhadap calon kader berdasarkan kriteria

integritas pribadi, prestasi akademik dan potensi dasar kepemimpinan.

5. Kurikulum adalah perangkat acuan materi yang terstruktur untuk dijadikan panduan oleh

suatu organisasi untuk diajarkan kepada calon dan atau kader organisasi yang

bersangkutan.

Page 10: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

10 | P a g e

BAB II

SISTEM DAN MEKANISME KERJA

PENYELENGGARAAN PENGKADERAN

A. Arah Pengkaderan

Arah pengkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang

menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pengkaderan ISMAFARSI.

Arah pengkaderan sangat erat kaitannya dengan tujuan pengkaderan dan tujuan ISMAFARSI

secara umum yang merupakan titik sentral dan garis arah setiap pengkaderan, maka ia

merupakan norma atau ukuran dari semua kegiatan ISMAFARSI.

Bagi anggota, tujuan ISMAFARSI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan

yang paling pokok dari seluruh anggota sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan

tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan

organisasi adalah sangat besar dan menentukan.

Secara jangka panjang, diharapkan seluruh proses pengkaderan dapat mewujudkan

keprofesian yang jauh lebih baik sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan bangsa dan

mampu menjadi solusi dari permasalahan keprofesian.

1. Jenis-jenis Pengkaderan

1.1 Pengkaderan formal

Pengkaderan formal adalah Pengkaderan bertingkat dan berjenjang yang diikuti oleh

anggota, dan setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Yang

terdiri dari :

1.1.1 Pengkaderan Tingkat LEM dan/atau Komsat yaitu :

Latihan Kepemimpinan Tahap Awal (LK I)

Page 11: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

11 | P a g e

1.1.2 Pengkaderan Tingkat Wilayah yaitu :

Latihan Kepemimpinan Tahap Menengah (LK II)

1.1.3 Pengkaderan Tingkat Nasional yaitu :

Latihan Kepemimpinan Tahap Lanjutan (LK III)

1.2 Pengkaderan in-formal

Pengkaderan In-formal adalah bentuk pengkaderan ISMAFARSI yang bersifat tidak

resmi dan tidak berjenjang. Pengkaderan ini mengutamakan keikutsertaan secara aktif

anggota dan kader pada setiap kepanitiaan dan kegiatan organisasi untuk mengembangkan

diri dan mengimplementasikan hasil pengkaderan formal. Pengakderan ini termasuk

event-event nasional yang di dalamnya terdapat konten pencerdasan bagi seluruh anggota.

1.3 Pengkaderan non formal

Pengkaderan non formal adalah bentuk pengkaderan tidak resmi berupa pendampingan

dari kader ismafarsi yang telah mengikuti pengkaderan formal terlebih dahulu serta event

nasional kepada kader baru untuk membangun dan memegang tongkat estafet

kepemimpinan organisasi di masa depan

2. Tujuan Pengkaderan menurut jenjang dan bentuknya

Tujuan pengkaderan ini dimaksudkan sebagai rumusan sikap, pengetahuan atau

kemampuan yang dimiliki anggota ISMAFARSI setelah mengikuti jenjang kader tertentu

yakni LK I, LK II dan LK III. Sedangkan tujuan traning menurut jenisnya adalah rumusan

sikap, pengetahuan dan kemampuan anggota ISMAFARSI baik kemampuan intelektualitas

maupun kemampuan keterampilan setelah mengikuti pengkaderan atau pelatihan tertentu

yakni berupa pengkaderan formal, informal dan non formal.

2.1 Tujuan pengkaderan formal

2.1.1 Pengkaderan Tingkat LEM dan/atau Komisariat

Latihan Kepemimpinan Tahap Awal (LK 1)

Page 12: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

12 | P a g e

1. Pengembangan pengetahuan dan pemahaman tentang keilmuan dan

keorganisasian.

2. Pengembangan nilai –nilai kepemimpinan

3. Pengenalan organisasi ISMAFARSI

4. Pengenalan dan urgensi 7 stars pharmacist.

2.1.2 Pengkaderan Tingkat Wilayah

Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah (LK II)

1. Pendalaman kemampuan bertindak sebagai peran mahasiswa.

2. Menciptakan kader yang siap berkiprah di ISMAFARSI

3. Menciptakan kader yang mampu menganalisa realitas sosial

4. Meningkatkan tanggung jawab intelektual yang dimiliki kader

5. Memiliki kemampuan memanajemen wacana publik

2.1.3 Pengkaderan Tingkat Nasional

Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjutan (LK III)

Pembentukan individu menjadi kader yang mampu melahirkan ide-ide/konsep pergerakan

organisasi ISMAFARSI hingga akhirnya mampu serta kompeten dalam “transfer ilmu” pada

generasi ISMAFARSI selanjutnya dan menjadi kader yang diperhitungkan baik di tingkat

universitas, wilayah, nasional maupun internasional. Serta pembentukan kader yang secara

langsung dapat ikut turut serta turun secara langsung menjadi solusi dari permasalahan.

2.2 Tujuan pengkaderan in-formal

Terbinanya kader yang mampu mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh dari

pengkaderan formal dan memiliki skill dan profesionalisme dalam bidang manajerial,

keorganisasian, kepemimpinan, serta bidang keprofesionalisme lainnya. Terbentuknya kader

yang senantiasa mau untuk memperbaharui kemampuan serta wawasan mengenai kondisi

realita.

2.3 Tujuan Pengkaderan non formal

Page 13: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

13 | P a g e

Pematangan terhadap pemahaman keismafarsian, manajerial dan kepemimpinan dari

kader-kader baru yang potensial sehingga nantinya dapat memegang tongkat estafet

kepemimpinan dalam ISMAFARSI.

3. Sasaran jenjang pengkaderan

3.1 Pengkaderan Tingkat Komisariat

Latihan Kepemimpinan tahap Awal (LK 1)

Seluruh Mahasiswa Baru di setiap LEM dan/atau Komsat dan kader yang belum

mengikuti LK I

3.2 Pengkaderan Tingkat Wilayah

Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah (LK II)

Seluruh anggota ISMAFARSI dimana kader yang mengikuti LK II telah mengikuti LK I

3.3 Pengkaderan Tingkat Nasional

Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjutan (LK III)

Utusan / delegasi dari masing-masing komisariat dan kader yang telah lulus LK II serta

lulus screaning.

B. Alur pelaksanaan pengkaderan

(A)

MUNAS RAKERNAS

(B) (B)

Page 14: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

14 | P a g e

PRAMUNAS (C) PIMFI

(A)

Keterangan :

(A) Kegiatan berlangsung pada saat semester ganjil, jenis pengkaderan yang mungkin

dilakukan adalah pengkaderan LK I dan dilakukan di tingkat komisariat

(B) Kegiatan berlangsung pada saat semester genap. Jenis pengkaderan yang mungkin

dilakukan adalah pengkaderan LK II dan dilakukan di tingkat wilayah.

(C) Kegiatan pengkaderan LK III dilakukan pada saat event Nasional Pramunas atau waktu

yang disepakati

Page 15: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

15 | P a g e

C. Manajemen Pengkaderan

1. Pendekatan penerapan Kurikulum

Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran dalam metode

pengkaderan. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat hubungannya dengan

masalah yang menyangkut metode-metode yang digunakan dalam pengkaderan. Demikian

pula materi pengkaderan memiliki keterpaduan dan kesatuan dengan metode yang ada dalam

jenjang pengkaderan. Dalam hal ini untuk penerapan kurikulum pengkaderan ini perlu

diperhatikan beberapa aspek berikut :

1.1 Penyusunan jadwal Pengkaderan

Jadwal pengkaderan adalah sesuatu yang merupakan gambaran tentang isi dan

bentuk-bentuk pengkaderan. Oleh karena itu perumusan jadwal pengkaderan

hendaknya menyangkut masalah-masalah berikut :

- Urutan materi hendaknya dalam penyusunan suatu pengkaderan perlu diperhatikan

urutan-urutan tiap materi yang harus memiliki korelasi dan tidak berdiri sendiri

(integrative). Dengan demikian materi-materi yang disajikan dalam pengkaderan selalu

mengenal prioritas dan berjalan secara sistematis dan terarah, karena dengan cara itu

akan menolong peserta dalam memahami materi dalam pengkaderan secara menyeluruh

dan terpadu.

-Materi dalam jadwal harus selalu disesuaikan dengan jenis dan jenjang pengkaderan.

1.2 Cara atau bentuk penyampaian materi pengkaderan

Cara penyampaian materi-materi pengkaderan adalah gabungan antara ceramah

dan diskusi/dialog. Semakin tinggi tingkatan suatu pengkaderan atau semakin tnggi

tingkat kematangan peserta , maka semakin banyak forum-forum komunikasi idea.

Suatu materi harus disampaikan secara diskutif dengan memberikan banyak

kesempatan kepada peserta.

Page 16: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

16 | P a g e

1.3 Adanya penyegaran kembali dalam pengembangan gagasan-gagasan di kalangan peserta

pengkaderan.

Forum pengkaderan sebagai penyegar gagasan peserta, sedapat mungkin dalam

forum tersebut tenaga organizing committee merupakan pioneer dalam gagasan

kreatif. Meskipun gagasan atau problem yang disajikan dalam forum belum ada

penyelesain secara sempurna. Untuk menghindari pemberian materi secara

indokrinatif dan absolustik maka penyuguhan materi hendaknya ditargetkan pada

pemberian alat-alat ilmu pengetahuan secara elementer. Dengan demikian

pengembangan kreasi dan gagasan lebih banyak diberikan pada peserta.

1.4 Usaha menumbuhkan motivasi antar individu dalam forum pengkaderan.

Untuk menumbuhkan kegairahan dalam suasana akademik dalam pengkaderan,

maka forum itu hendaknya merupakan bentuk dinamika group. Karena itu forum

pengkaderan harus mampu memberikan perubahan dan menumbuhkan respon yang

sebesar-besarnya.

1.5 Terciptanya kondisi yang equal antara sesama individu dalam forum pengkaderan

Menciptakan kondisi equal antara segenap unsur dalam pengkaderan berarti

mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur dalam pengkaderan.

D. Fungsi Dan Wewenang Yang Terlibat Dalam Organisasi Pengkaderan

a. Sekjen

Memantau dan mengawasi pelaksanaan pengkaderan, serta meminta pertanggung

jawaban staf ahli atas pelaksanaan kegiatan pengkaderan

b. Staf ahli bidang Professional Development

penanggung jawab pengkaderan ISMAFARSI secara keseluruhan

tingkat nasional

Page 17: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

17 | P a g e

c. Korwil

· Penanggung jawab khusus pengkaderan di tingkat wilayah

· Melakukan koordinasi dengan staf ahli bidang pengembangan profesi

d. Ketua LEM atau Komisaris

· Penanggung jawab khusus pengkaderan di tingkat LEM

· Melakukan koordinasi dengan Korwil

e. Penceramah / Pemateri

· Menyiapkan serta memberikan materi-materi latihan kepada peserta

· Mengevaluasi materi yang telah diberikan

f. Steering Committee

· Merencanakan dan mempersiapkan administrasi latihan, modul, sistem, dan

metode serta arah dan strategi pengkaderan

· Mengadakan koordinasi langsung sebaik-baiknya diantara unsur yang terlibat

langsung dalam pengkaderan

· Membuat laporan kegiatan

· Bertanggung jawab atas jalannya kegiatan

· Mengevaluasi kegiatan pengkaderan

g. Organizing Committee

· Sebagai penyelenggara yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap segala hal

yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan kegiatan

· Membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan

E. Mekanisme Kerja Pengkaderan

a. Sekjen / Korwil / Komisaris, memandati SC dan OC dalam suatu kegiatan pengkaderan

b. SC bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan pengkaderan dan wajib membuat

laporan pertanggungjawaban kepada pihak yang memandatinya

Page 18: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

18 | P a g e

c. OC membantu SC bertanggung jawab menyediakan segala fasilitas yang diperlukan demi tersele

nggaranya kegiatan pengkaderan dan membuat laporan pertanggungjawaban kepada pihak yang

memandatinya.

G. Pelaksanaan Pengkaderan

Pelaksanaan pengkaderan merupakan inti kegiatan dari seluruh rangkaian persiapan yang

dilakukan. Oleh karena itu, keterlibatan dan sinergi seluruh komponen yang terlibat dalam

pelaksanaan pengkaderan, baik yang menyangkut materi, Steering Committee, Organizing

Committee, peserta, pemateri, maupun pengurus ISMAFARSI.

Persiapan pelaksanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Pendaftaran peserta

Sebelum pelaksanaan pengkaderan, perlu dilakukan pendaftaran peserta sesuai dengan

syarat-syarat yang ditentukan oleh panitia dan pimpinan ISMAFARSI baik yang bersifat

administratif, maupun kebijakan sebagai seleksi awal.

2. Wawancara

Untuk menjajaki kemampuan peserta, dapat melalui wawancara atau menggunakan alat

Bantu formulir yang berisi daftar pertanyaan sejauh mana kesungguhan mengikuti

pengkaderan, pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, ketrampilan yang dimiliki serta

potensi kepemimpinan dan kecenderungan yang dimiliki oleh peserta.

3. Proses Pengkaderan

Selama proses kegiatan pengkaderan, seluruh peserta, panitia dan pemateri harus terlibat

aktif dalam setiap tahap latihan, baik dalam mengikuti ceramah, diskusi, maupun

pengismafarsian dan evaluasi kegiatan.

H. Tata cara Pendelegasian

a. Pengiriman delegasi dari setiap institusi pada event Nasional harus mengikuti

pembekalan/pengkaderan minimal tahap I di tingkat komisariat

b. Apabila delegasi mengirimkan delegasi yang baru mengikuti event Nasional, maka harus

didampingi oleh delegasi yang pernah mengikuti event Nasional

Page 19: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

19 | P a g e

c. Jika delegasi yang telah mengikuti event Nasional tidak dapat mendampingi delegasi

yang baru, maka delegasi yang baru tersebut harus membawa surat rekomendasi dari

komisaris yang menyatakan bahwa kader telah diberikan pembekalan yang cukup

mengenai event yang akan dilaksanakan.

Page 20: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

20 | P a g e

BAB III

METODE PENGKADERAN ISMAFARSI

A. Pendekatan Pengkaderan

Pada umumnya dalam dunia pengkaderan dikenal ada dua pendekatan yang digunakan

yaitu pendekatan paedagogi dan pendekatan andragogi. Pengkaderan ISMAFARSI menerapkan

pendekatan pendekatan paedagogis dan andragogis secara fleksibel sesuai dengan jenis

komponen dan jenjang pengkaderannya.

1. Pendekatan andragogis

Pendekatan andragogis pada prinsipnya menekankan pada pembentukan, pengisian,

penerusan materi atau bahan yang telah direncanakan secara lebih sepihak dari instruktur atau

pemateri kepada peserta. Dalam bahasa umum disebut dengan pendekatan yang menekankan

pada proses transformasi ide, pengetahuan, nilai-nilai, pola-pola sikap serta prilaku peserta

serta keterampilan dari subyek pendidik (nara sumber/pemateri) kepada objek didik (peserta).

Pendekatan paedagogis memiliki ciri-ciri antara lain:

1. Bersifat indonkrinasi

2. Bahan/materi yang disajikan berupa paket yang direncanakan

3. Peserta/sasaran adalah penerima sedangkan instrukur/pemateri adalah pemberi sehingga

yang pertama pasif dan kedua aktif.

4. Cara/teknik yang diterapkan lebih sepihak yakni dari nara sumber/pemateri kepada

peserta/sasaran.

Adapun teknik yang diterapkan adalah :

Ceramah/kuliah, indoktrinasi, Resitasi (penugasan), Stimulasi (penanaman semangat

/motivasi), Penataran, Tes, Sistem tutorial (keguruan), Mentoring

Page 21: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

21 | P a g e

2. Pendekatan Paedagogis

Pendekatan paedagogis adalah kebalikan dari pendekatan andragogis yakni pendekatan

yang lebih menekankan pada pengembangan peserta secara lebih partisipatif sesuai dengan

potensi, kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta. Pendekatan andragogis disesuaikan

dengan prinsip belajar orang dewasa untuk memperoleh pengetahuan, wawasan dan sikap

mental serta keterampilan baru bagi peserta. Pendekatan tersebut terbagi ke dalam pendekatan

humanistik, partisipatory training, persuasif, dan scuritif sesuai dengan jenjang pengkaderan

serta kondisi peserta.

2.1 Pendekatan humanistik

Pendekatan humanistik merupakan sintesa dari pendekatan paedagogis dan andragogis,

yang mengandung pengertian sbb:

a. sumber belajar adalah pengalaman peserta, sedangkan nara sumber/pemateri hanya

membantu, menyimpuLKan, merangkum pengalaman peserta. Oleh karena itu,orientasi

belajar lebih ditekankan pada suatu proses pendidikan dan pelatihan (LK)

b. Perencanaan materi pengkaderan diputuskan oleh peserta sendiri yang dipandu oleh nara

sumber/pemateri. Pemateri hanya membantu perurutan penyajian, menempatkannya

dalam konfigurasi sesuai dengan identifikasi, kebutuhan dan tujuan pengkaderan.

c. Belajar dipandang pemecahan masalah (problem solving) dengan membulatkan

pengetahuan serta pengalamannya dari sejumlah informasi yang disajikan oleh peserta

dan nara sumber/pemateri . Dengan demikian proses pengkaderan merupakan proses

penemuan dan pemecahan masalah, sekaligus merupakan proses transformasi

pengetahuan dan pengalaman.

2.2. Pendekatan Participatory training

Pendekatan participatory training merupakan pendekatan pengkaderan yang mengacu

pada proses belajar aktif dari seluruh peserta komponen yang terlibat dalam proses

pelatihan. Dalam hal ini pelatihan diarahkan pada upaya membantu peserta agar terlatih

dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengkaderan merupakan laboratorium,

Page 22: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

22 | P a g e

sehingga informasi dan peristiwa yang ditangkap kemudian di refleksikan oleh peserta untuk dipr

oses menjadi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan. Pendekatan ini memberikan

pengetahuan dan pengertian bahwa pengalaman merupakan guru yang paling baik. Proses pengk

aderan merupakan selalu berusaha mengarah pada perolehan pengetahuan melalui pengalaman.

Dengan demikian, proses belajar dalam pelatihan adalah menstrukturkan pengalaman-

pengalaman (structured experiens) yang menitikberatkan pada partisipasi aktif peserta pada

pelatihan.

2.3. Pendekatan persuasif

Pendekatan persuasif merupakan pendekatan pengkaderan dengan bentuk

rangsangan melalui stimulus dan penghargaan yang dapat mendorong para peserta untuk

mencapainya.

2.4. Pendekatan scuritif

Pendekatan scuritif merupakan pendekatan pengkaderan dengan bentuk pemberian

sanksi atau hukuman secara paedagogis bagi para pelanggar.

Adapun teknik yang diterapkan dalam pendekatan paedagogis antara lain :

Diskusi, Brainstorming (sumbang saran), Ice breaker (Pemecahan kondisi vakum/beku), Buzz

group (kelompok bisik), Case study (studi kasus), Problem solving (pemecahan masalah),

Quis sistem (sistem angket), Dinamika kelompok, Studi tour, Home visiting, Studi lapangan

Case analizing (analisis masalah)

B. Metodologi Pengkaderan

1. Pengertian Metodologi :

Metodologi merupakan prinsip-prinsip proses pengkaderan yang sistematis

mengenai cara-cara penyajian materi dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan

secara sadar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metodologi itu berkembang

sesuai dengan situasi dan kondisi serta kepentingan kelompok sasaran pada awal

Page 23: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

23 | P a g e

pertumbuhannya berorientasi pada pencapaian efektifitas dan efisiensi, serta penguasaan

materi. Kemudian saat ini perkembangan metodologi mengarah pada perubahan sikap dan

prilaku peserta, sebagaimana tujuan dan sasaran yang diharapkan

2. Bentuk-bentuk metodologi :

Bentuk-bentuk metodologi latihan kader Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi adalah

sebagai berikut :

2.1 Ceramah

Metode ini dimaksudkan sebagai pendekatan penyajian materi yang bersifat satu arah dari

pemateri kepada peserta. Agar penyajian materi dapat berlangsung dengan efektif maka perlu

dilengkapi alat peraga yang tersedia secara kreatif, seperti papan tulis, white board, flip chart,

slide show, dan lain-lain, untuk lebih memperjelas maksud dari uraian ceramah.

2.2 Tanya jawab

Pada dasarnya metode ini merupakan tindak lanjut dari metode ceramah. Metode ini

mempunyai maksud ganda, yaitu untuk memupuk keberanian bagi peserta mengemukakan

pendapat dan untuk mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi pengkaderan sebagai

umpan balik.

2.3 Diskusi

Metode ini dipergunakan untuk menampiLKan kegiatan bertanya, berkomentar berpendapat

serta berargumentasi bagi peserta dalam proses latihan. Metode ini dapat diklasifikasikan

menurut sifat kegiatannya sebagai berikut :

2.3.1 Diskusi Kelompok

Dilakukan dalam jumlah kecil dan terbatas, yakni antara 5-15 orang peserta, untuk

menumbuhkan keberanian mengemukakan pendapat di forum yang kecil sebagai persiapan pada

forum yang lebih besar.

2.3.2 Controlled discussion

Page 24: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

24 | P a g e

Diskusi yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya dilakukan oleh instruktur, termasuk

memimpin dan mengarahkan diskusinya.

2.3.3 Buzz discussion

Dilaksanakan secara informal dalam waktu yang singkat di tengah-tengah proses pelatihan

dan diikuti oleh 2-6 orang peserta.

2.3.4 Case discussion

Dilakukan untuk membahas suatu kasus yang nyata dalam keseharian dengan analisis yang

terinci, guna memberikan saran atau rekomendasi sebagai aLKernatif pemecahan masalah.

2.3.5 Field work discussion

Dilakukan untuk membahas dan mengevaluasi hasil dari suatu perencanaan dan kerja di

lapangan oleh para peserta dengan membuat dan mendiskusikan rencana kerja yangtelah

ditentukan berikut proses kegiatan yang dilakukan.

2.3.6 Brainstorming (curah pendapat)

Diskusi intensif yang dilakukan secara bebas dan spontan, sebagai curah pendapat untuk

melahirkan gagasan-gagasan baru dalam rangka pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan.

2.3.7 Free group discussion

Diskusi yang arah, tujuan, tema dan materinya bebas ditentukan sendiri oleh peserta.

Sementara peran instruktur hanya sebagai pengamat yang aktif.

2.3.8 Seminar

Diskusi yang dilakukan untuk membahas makalah yang disajikan (presentasi) peserta yang

ditugaskan. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan daya fikir kritis, melatih peserta

mengemukakan pendapat dan gagasan secara tertulis, serta mampu mengetengahkan dan

mempertahankan suatu argumen.

2.3.9 Metaplan

Diskusi dengan mnggunakan papan panel atau lembaran kertas untuk merumuskan secara

tertulis konstribusi pemikiran para peserta yang kemudian diklasifikasikan menurut aspek-aspek

yang diketahui dalam rangka mempercepat perumusan simpul.

Page 25: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

25 | P a g e

2.4. Resitasi (Penugasan)

Metode ini dipergunakan untuk melatih disiplim peserta dan untuk memperoleh umpan

balik (feed back) tentang pemahaman materi baik dari hasil latihan maupun kegiatan membaca

buku. Metode ini dapat berbentuk penugasan membuat ikhtisar resume sebuah buku atau

ceramah, membuat laporan hasil pengamatan, membuat makalah, menyusun usulam proyek

(proposal) dan lain sebagainya.

2.5. Role Playing (bermain peran)

Metode ini dipergunakan untuk membantu peserta menghayati dan mengklasifikasikan

teori-teori yang didapatkan dari arena pelatihan ke dalam praktek di lapangan. Bentuk permainan

peran misalnya tentang diskusi, persidangan, protokoler, komunikasi dan lain-lain.

2.6. Simulasi

Metode ini dipergunakan untuk menciptakan suasana tertentu dari kenyataan hidup yang

sesungguhnya dalam bentuk permainan yang dilakukan oleh peserta melalui instrumen-

instrumen yang telah disiapkan. Permainan ini hendaknys mampu menumbuhkan kesadaran diri,

rasa simpati, kepekaan dan perubahan sikap, serta mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan

keterampilan dalam aspek-aspek kepemimpinan komunikasi, kerjasama, kreativitas dan

tanggung jawab.

2.7. Metode angket

Pengamatan dalam bentuk pertanyaan tertulis yang diberikan kepada peserta untuk

mengetahui keadaan dan opini mereka.

2.8. Metode Demonstrasi

Mempraktekkan sesuatu yang sudah direncanakan untuk memberikan gambaran

sebenarnnya.

2.9. Metode lokakarya

Page 26: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

26 | P a g e

Diskusi mengenai masalah yang bersifat teknis operasional untuk menghasiLKan suatu

rumusan yang dapat digunakan untuk mewujudkan kerja nyata.

2.10. Metode praktek nyata

Mempraktekkan teori yang diperoleh dasri latihan kader dalam

pelaksanaan sesungguhnya di lapangan atas suatu tugas yang ditentukan.

2.11. Metode observasi

Pengamatan dalam suatu objek secara langsung dilapangan agar peserta memperoleh

gambaran nyata sebagai bahan studi antara teori dan kenyataan.

Dalam setiap jenjang dan bentuk pengkaderan metode-metode diatas diramu menjadi

satu. Penggunannya disesuaikan dengan tingkat kematangan peserta, jenjang atau forum

pengkaderan yang ada. Dalam penerapan metode training prosentasinya berbeda-beda secara

kuantitatif, untuk itu prosentasi tiap-tiap training dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Semakin matang peserta pengkaderan, jenjang dan bentuk pengkaderan, maka sistem diskusi

lebih besar presentasenya.

b. Makin kecil kematangan peserta , jenjang dan bentuk pengkaderan, maka diskusi memiliki

prosentase yang lebih kecil sebaliknya sistem ceramah dan teknik dialog semakin besar

prosentasinya.

c. Sistem penugasan terdapat pada setiap training hanya saja bentuk penugasan tersebut harus

diselaraskan dengan tingkat kematangan pesertanya, jenjang dan bentuk pengkaderannya.

Dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :

- pengkaderan yang diikuti oleh peserta yang tingkat kematangan berpikir yang relatif tinggi

dan jenjang pengkaderan yang lebih tinggi maka penugasan lebih ditekankan secara

diskritif (pembuatan paper-paper ilmiah, dll) maupun proses aplikatif Tri Dharma

Perguruan Tinggi yang menjadi solusi bagi masyarakat.

- Training yang diikuti peserta yang tingkat kematangan berpikirnya relatif rendah maka

keteranpilan fisik (gerak, mimik aktifitas praktis) sistem ini merupakan pendekatan „trial

and error‟

Page 27: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

27 | P a g e

Pemilihan dan penentuan metode pengkaderan disesuaikan dengan jenjang dan materi-materi pen

gkaderan yang akan disajikan. Gambaran tentang metode yang digunakan dalam pengkaderan se

suai menurut jenjangnya, adalah sebagai berikut :

A. Latihan Kepemimpinan Tingkat Awal (LK I)

a. Penyampaian bersifat penyadaran, penanaman dan penjelasan

b. Teknik: ceramah, tanya jawab/dialog, penugasan (resume), dll

c. Proses belajar mengajar: pemateri/narasumber menyampaikan materi dan peserta

bertanya tenyang hal-hal tertentu.

B. Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah (LK II)

a. Penyampaian bersifat analisis, pengembangan dan bersifat praktis.

b. Teknik : ceramah, diskusi, penugasan (proses aplikatif hasil penyampaian materi diikuti

dengan report berupa karya tulis), role playing.

c. Proses belajar mengajar : pemateri/narasumber menyampaikan materi lalu didiskusikan

bersama peserta untuk mengasah wawasan dan pemahaman peserta.

C. Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjutan (LK III)

a. Penyajian bersifat analisis problematik dan aLKernatif

b. Teknik : Ceramah, diskusi, simulasi, observasi, dialog, penugasan (peserta

membuat alternatif pemecahan secara konsepsional)

c. Konsep belajar-mengajar : pemateri bersifat mengangkat masalah,kemudian peserta

membahas.

d. Sesion khusus untuk praktek lapangan.

Page 28: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

28 | P a g e

C. ASPEK PENGEMBANGAN PESERTA

Yang menjadi sasaran dalam pengembangan peserta di dalam pelaksanaan pengkaderan

meliputi aspek-aspek :

1. Sikap

Yaitu aspek kejiwaan dan watak antara lain aspek spiritualitas, semangat, motivasi,

kesungguhan, kesadaran, tanggung jawab, dan aspek-aspek mental lainnya.

2. Pemikiran

Yaitu aspek nalar atau intelektualitas antara lain kecerdasan berfikir, ketajaman

pengamatan, ketepatan analisa, kepekaan daya kritis dan lain-lain.

3. Pengetahuan

Yaitu penguasaaan pengetahuan dan informasi antara lain keluasan wawasan,

perbendaharaan ilmu pengetahuan dan keorganisasian.

4. Perilaku

Yaitu aspek tingkah laku seperti moral, disiplin, kreativitas, perbuatan, etika dan lain-lain.

D. BATASAN ISTILAH

1. Asas yaitu pendekatan tertentu yang dujadikan pegangan dalam pelaksanaan pengkaderan.

2. Fasilitas yaitu segala kemudahan yang bersifat material, prasarana dan sarana untuk

mensukseskan proses pengkaderan.

3. Instruktur yaitu kader yang berperan sebagai pengelola pengkaderan

4. Instrumen yaitu seperangkat alat bantu yang dipergunakan dalam suatu pengkaderan (angket,

alat test dll).

5. Jadwal yaitu satuan waktu yang mengandung rangkaian penyampaiaan materi.

6. Pendekatan yaitu cara kerja yang teratur, terencana dan memiliki tujuan yang jelas.

7. Pengorganisasian yaitu penyelenggarana pengkaderan dalam satu kesatuan organisasi oleh

lembaga/unit yang berwenang

8. Proses yaitu Tahapan kegiatan yang teratur dari langkah awal sampai akhir.

9. Teknik yaitu Langkah konkret yangterperinci sebagai penjabaran dari pendekatan yang

ditetapka

Page 29: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

29 | P a g e

BAB IV

KURIKULUM PENGKADERAN

A. Garis besar Kurikulum Pengkaderan

Dalam garis besar kurikulum pengkaderan ini disusun rumusan TIU (Tujuan

Instruksional Umum), TIK (Tujuan Instruksional Khusus), silabus materi, alur pelatihan, metode

penyampaian, alokasi waktu, metode evaluasi dan referensi.

1. Tujuan Pengkaderan

Merupakan rumusan, sikap, pengetahuan dan keterampilan

mahasiswa. Setiap jenjang pengkaderan mempunyai TIU dan TIK

a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)

TIU merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya komprehensif jangka panjang

b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

TIK merupakan suatu rumusan tujuan yang sifatnya lebih spesifik (kognitif, afektif dan

psikomotorik), yang bisa dievaluasi penyampaiannya dalam jangka waktu yang pendek.

2. Silabus Materi

Merupakan penjabaran materi yang tertarget dan dapat diketahui indikator keberhasilan yang

harus berorientasi yang relevansi kuat dengan tujuan.

3. Alur Pelatihan

Merupakan alur dari suatu pelatihan yang harus dilakukan untuk mencapai target, meliputi

pretest, proses, dan pasca.

Page 30: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

30 | P a g e

4. Materi Pengkaderan ISMAFARSI

a. Materi Pokok

Materi pokok merupakan materi yang berorientasi pada pembinaan kemampuan yang

memiliki kompetensi penting dan bersifat wajib.

b. Materi Tambahan

Materi tambahan merupakan materi yang memiliki kompetensi penting dalam pembinaan

kemampuan kader tapi tidak bersifat wajib, materi ini disesuaikan dengan apa yang

menjadi kebutuhan dari masing-masing komisariat dan wilayah.

c. Materi Penunjang

Merupakan materi yang secara langsung memiliki bobot penting dalam Latihan

Kepemimpinan, tetapi perlu diberikan.

Adapun materi tersebut adalah :

à Sistem Pembangunan Nasional

à Sistem Pembangunan Kesehatan

à Prospek Perguruan Tinggi Farmasi

à Enterpreneurship

5. Potensi Dasar Anggota ISMAFARSI

Proaktif, analisis, kritis, solutif, sistematis, obyektif, bertanggung jawab, etis,

komunikatif, religius, humanis.

6. Tujuan Pengembangan Anggota ISMAFARSI sebagai Calon Farmasis Masa Depan

Sesuai dengan “The Role of The Pharmacist in the Health-Care Sistem – Preparing the

Future Pharmacist: Curricular Development,Report of a Third WHO ConsuLKative Group

on the Role of the phJarmacist Vancouver, Canada, 27-29 August 1997” maka berikut tujuan

pengembangan calon farmasis masa depan:

Care Giver - apoteker menyediakan pelayanan berbasis kepedulian. Apakah layanan

ini klinis, analitis, teknologi atau peraturan, apoteker harus nyaman berinteraksi

dengan individu dan populasi. Praktik Apoteker harus terintegrasi dan

Page 31: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

31 | P a g e

berkesinambungan dengan orang-orang dari sistem perawatan kesehatan dan apoteker

lainnya. Jasa harus dari kualitas tertinggi.

Decision Maker - penggunaan yang efektif yang tepat, berkhasiat dan biaya sumber

daya (misalnya, personel, obat-obatan, bahan kimia, peralatan, prosedur, praktek)

harus di dasar kerja apoteker. Pencapaian tujuan ini memerlukan kemampuan untuk

mengevaluasi, mensintesis dan memutus saja yang paling tepat tindakan.

Communicator - apoteker berada dalam posisi ideal antara dokter dan pasien. Dengan

demikian, ia harus berpengetahuan dan percaya diri saat berinteraksi dengan tenaga

kesehatan lain dan masyarakat umum. Komunikasi melibatkan verbal, non-verbal,

mendengarkan dan keterampilan menulis.

Leader - apakah apoteker menemukan dia / dirinya dalam situasi peduli

muLKidisiplin (misalnya, tim) atau di daerah di mana penyedia layanan kesehatan

lainnya dalam pasokan pendek atau tidak ada, ia / dia wajib untuk mengambil posisi

kepemimpinan dalam kesejahteraan keseluruhan masyarakat. Kepemimpinan

melibatkan kasih sayang dan empati serta kemampuan untuk membuat keputusan,

berkomunikasi, dan mengelola secara efektif.

Manager - apoteker harus secara efektif mengelola sumber daya (manusia, fisik dan

keuangan) dan informasi; ia juga harus nyaman yang dikelola oleh orang lain, apakah

majikan atau manajer / pemimpin tim perawatan kesehatan. Lebih dan lebih,

informasi dan teknologi terkait akan memberikan tantangan kepada apoteker saat ia /

dia bertanggung jawab yang lebih besar untuk berbagi informasi mengenai obat-

obatan dan produk-produk terkait.

Long life-learner - itu tidak mungkin lagi untuk mempelajari semua orang harus

belajar di sekolah untuk berlatih karir sebagai seorang apoteker. Konsep, prinsip dan

komitmen untuk belajar seumur hidup harus dimulai ketika menghadiri sekolah

farmasi dan harus didukung sepanjang karier apoteker. Apoteker harus belajar

bagaimana belajar.

Teacher- apoteker memiliki tanggung jawab untuk membantu pendidikan dan

pelatihan generasi masa depan apoteker. Berpartisipasi sebagai guru tidak hanya

menanamkan pengetahuan kepada orang lain, ia menawarkan kesempatan bagi

Page 32: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

32 | P a g e

praktisi untuk mendapatkan pengetahuan baru dan untuk menyempurnakan ada

keterampilan

Seluruh poin 7 Stars Pharmacist yang telah disebutkan di atas tidak memiliki pertentangan

dengan potensi dasar yang dimiliki oleh anggota ISMAFARSI. Oleh karena itu, dapat digunakan

sebagai salah satu acuan pembentukan karakter calon farmasi masa depan melalui proses

kaderisasi ISMAFARSI yang tidak keluar dari aturan organisasi serta potensi dasar anggota

ISMAFARSI.

B. Matriks Kurikulum

I. Kurikulum pengkaderan tingkat komisariat (LK I)

A. MATERI POKOK

1. Materi wawasan ke-ISMAFARSI-an

Waktu : DIKONDISIKAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang eksistensi organisasi ISMAFARSI, serta

memiliki keterikatan terhadap ISMAFARSI

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

a. Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya ISMAFARSI

b. Peserta dapat menjelaskan visi dan misi ISMAFARSI

c. Peserta mengetahui nilai-nilai dasar organisasi ISMAFARSI dan menjadikannya sebagai

landasan berpikir, berprilaku dan bertindak.

Pokok Bahasan

a. Sejarah ISMAFARSI

b. Aturan Organisasi (AD/ART, GBHO)

c. Struktur organisasi

Page 33: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

33 | P a g e

d. Kegiatan organisasi

e. Jaringan organisasi

f. Keterkaitan organisasi ISMAFARSI dengan dunia farmasi

Metode penyampaian

a. ceramah / presentasi

b. diskusi

c. brainstorming

d. dialog

Kualifikasi pemateri

CP ISMAFARSI di LEM, Ketua LEM atau Komisaris, Pengurus wilayah

Evaluasi

a. tanya jawab

b. penugasan dalam bentuk resume

Referensi

Buku panduan organisasi

2. Metode persidangan

Waktu : Dikondisikan

Tujuan Instruksional Umum

Peserta dapat Memahami metode Persidangan dan Keprotokolan dalam menjalankan

organisasi

Tujuan Instruksional Khusus

a. Peserta mengetahui Defenisi persidangan.

b. Peserta mengetahui Unsur-unsur metode persidangan.

c. Peserta mengetahui Tingkatan sidang.

d. Peserta mengetahui Model / bentuk persidangan.

Page 34: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

34 | P a g e

e. Peserta mengetahui Istilah-istilah persidangan.

f. Peserta mengetahui Tata Cara Ketukan Palu Sidang

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. unsur-unsur dan tingkatan sidang

c. model dan tata cara persidangan

d. istilah-istilah persidangan

Metode Penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi Pemateri

Pengurus Wilayah

Evaluasi

Melakukan Simulasi/praktek Persidangan

Referensi

-

3. 7 Stars Pharmacist

Waktu : Dikondisikan

Tujuan Instruksional Umum

Peserta dapat memahami urgensi dan makna dari 7 Stars Pharmacist

Tujuan Instruksional Khusus

a. Peserta mengetahui Definisi 7 Stars Pharmacist.

b. Peserta mengetahui Urgensi dari setiap poin dalam 7 Stars Pharmacist.

c. Peserta dapat memaknai Urgensi dari pentingnya menyiapkan farmasis masa depan

berdasarkan pada 7 Stars Pharmacicst.

Pokok Bahasan

e. Pengertian

f. Poin-poin dalam 7 Stars Pharmacist

g. Urgensi 7 Stars Pharmacist

Page 35: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

35 | P a g e

h. Makna dari 7 Stars Pharmacist

Metode Penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi Pemateri

Dekan Fakultas Farmasi LEM terkait

Evaluasi

Penugasan berupa resume maupun makalah

Referensi

Essential Medicines and Health Products Information: Portal A World Health Organization

resource dan referensi lainnya yang mendukung.

6. IPSF dan SEO

Waktu : DIKONDISIKAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang organisasi International Pharmaceutical

Students‟ Federation (IPSF), yang dimana ISMAFARSI merupakan FM dari IPSF besera

program-program di dalamnya

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta mengetahui tentang keterlibatan ISMAFARSI dalam acara IPSF dan memotivasi

seluruh anggota untuk dapat ikut serta dalam aktivitas internasional mahasiswa farmasi.

Pokok Bahasan

a. Sejarah

b. Keanggotaan

c. Hak keanggotaan

d. ISMAFARSI di IPSF

e. Struktur IPSF

f. Wilayah

g. APRO

h. Proker IPSF

Page 36: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

36 | P a g e

i. Proker SEO

Metode penyampaian

a. ceramah / presentasi

b. diskusi

c. brainstorming

d. dialog

Kualifikasi pemateri

Pengurus wilayah/pengurus pusat

Evaluasi

a. tanya jawab

b. penugasan dalam bentuk resume

Referensi

SA Eksternal dan SEO

B. MATERI TAMBAHAN

1. Materi Keorganisasian

Waktu : DIKONDISIKAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mengetahui organisasi sebagai sistem, kelengkapan organisasi, penentuan kinerja

organisasi dan pertumbuhan / masalah-masalah organisasi

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta berorganisasi dengan baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan organisasi yang baku

Pokok Bahasan

e. pengertian

f. hakekat, fungsi dan struktur organisasi

g. organisasi dan manajemen

h. sistem organisasi modern

Page 37: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

37 | P a g e

Metode Penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi Pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

-

2. Materi Analisis SWOT

Waktu : DIKONDISIKAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mengetahui pengertian analisis SWOT, manfaat, faktor-faktor, dan teknik

penyusunannya

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta mampu mengimplementasikan analisis SWOT dalam setiap kegiatan yang akan

dilakukan

Pokok Bahasan

- Pengertian

- Manfaat SWOT analisis

- Faktor-faktor penyusunan SWOT analisis

- Teknik penyusunan SWOT analisis

- Penerapan Analisis SWOT dalam organisasi

Metode penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Page 38: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

38 | P a g e

Brainstorming

Penugasan

Referensi

-

3. Materi Tim work building

Waktu : DIKONDISIKAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mengetahui langkah-langkah membangun tim yang solid

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta mampu membangun sebuah tim dan kerja tim yang solid

Pokok Bahasan

- Pengertian

- Tujuan tim

- Cara membangun tim

- Ciri-ciri tim yang berkinerja tinggi

Metode penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

-

4. Kepemimpinan dan manajemen organisasi

Waktu : DIKONDISIKAN

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Page 39: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

39 | P a g e

Peserta dapat memahami aspek teori dan praktek pengambilan keputusan organisasi dan

memecahkan permasalahan dalam organisasi serta mengembangkan model-model

kepemimpinan.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

- Peserta dapat memahami peranan kepemimpinan dalam mengatasi permasalahan dan

konflik dalam organisasi.

- Peserta dapat menguasai teori pengambilan keputusan dan mampu menerapkan baik dalam

organisasi profesional maupun organisasi kemasyarakatan.

Pokok Bahasan

- pengambilan keputusan dalam kepemimpinan dan manajemen organisasi

- konflik/permasalahan organisasi

- perananan kepemimpinan dalam organisasi

-Strategi pemecahan konflik dalam organisasi

Metode penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi, dialog, studi kasus

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa/LSM

Evaluasi

-Resusitasi

-Penugasan

Referensi

-

II. Kurikulum pengkaderan tingkat wilayah (LK II)

LK II wilayah merupakan agenda pengkaderan wilayah yang pelaksanaannya dilakukan

oleh wilayah. Peserta adalah kader ISMAFARSI yang telah mengikuti LK I tingkat komisariat

dan dibuktikan dengan membawa sertifikat asli atau keterangan dari BEM/SENAT/himpunan.

LK II dilaksanakan minimal 1 periode 2 kali pelaksanaan. Materi yang diberikan harus mencakup

materi pokok dan dapat diberikan materi suplemen.

Page 40: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

40 | P a g e

Prasyarat : Mengumpulkan tulisan analisis publik, profesi, dan keilmuan yang

berhubungan dengan perkembangan kefarmasian dan solusi yang

dapat dilakukan ISMAFARSI untuk menanganinya

Page 41: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

41 | P a g e

Evaluasi : 1. From evaluasi kegiatan dan masukan kaderisasi wilayah

2. Dikusi mengenai tulisan dan pengkritisan yang solutif antar kader

secara kelompok

3. Kegiatan sesuai dengan petunjuk follow up terlampir

Pokok Materi

1. Isu-isu strategis dunia farmasi

Waktu : Dikondisikan

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Mengenalkan peserta mengenai seputar dunia profesi farmasi

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Mengenalkan peserta pada persoalan seputar peluang, tantangan serta permasalahan yang

sedang dan akan dihadapi oleh dunia farmasi khususnya mahasiswa farmasi

Pokok Bahasan

a. Peluang dan tantangan perguruan tinggi farmasi

b. Arah dan tujuan keluaran farmasi ditinjau dari kebijakan publik pendidikan

c. Wacana-wacana kefarmasian baik skop wilayah / nasional

Metode Penyampaian

Ceramah/Diskusi

Kualifikasi Pemateri

a. Dekan Fakultas Farmasi, Dosen Farmasi

b. Balai POM

c. IAI Wilayah terkait

d. DINKES Wilayah terkait

2. Advokasi

Waktu : 120 menit

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Page 42: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

42 | P a g e

Peserta dapat memahami advokasi, langkah-langkah strategis, dan peranannya dalam

memperjuangkan suatu perubahan terhadap kebijakan publik.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta mampu menggunakan cara-cara advokasi yang tepat dalam memperjuangkan aspirasi

dalam menghadapi perkembangan dunia kefarmasian dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

kesejahteraan masyarakat dan profesi.

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. Memahami kebijakan publik

c. Membentuk lingkar inti

d. memilih issue strategis

e. memahami langkah-langkah strategis dalam melakukan advokasi

f. Memengaruhi pembuat kebijakan

Metode penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa/LSM

Evaluasi

-Resusitasi

-Penugasan

Referensi

- Merubah Kebijakan Publik

3. Materi manajemen wacana ublic, Psikologi Massa,najemen Aksi

Waktu : 200 menit

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mengetahui pengertian manajemen wacana public, ruang lingkup wacana public,

memahami psikologi public dan tingkah laku massa serta mampu memanajemen aksi.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Page 43: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

43 | P a g e

Peserta mampu memanajemen sebuah wacana agar menjadi wacana public yang mampu

memengaruhi psikologi massa dan mengimplementasikan dalam aksi nyata kepada

masyarakat

Pokok Bahasan

a. Teori dan konsep wacana

b. Tujuan manajemen wacana public

c. Ruang manajemen wacana public

d. Pengertian psikologi massa dan manajemen aksi

e. tingkah laku massa

f. komunikasi massa

g. perencanaan dan pelaksanaan aksi

Metode penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

-

4. Materi Strategi Kepemimpinan

Waktu : 100 menit

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mengetahui pengertian prinsip-prinsip pengembangan strtegi kepemimpinan

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta mampu mengembangkan strategi kepemimpinan dalam berorganisasi

Pokok Bahasan

a. Pengertian

b. Langkah strategi kepemimpinan

Page 44: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

44 | P a g e

c. Konsolidasi kepemimpinan

d. Kaderisasi, kristalisasi dan komunikasi kepemimpinan

e. Membangun kepemimpinan

Metode penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

-

5. IPE (Intraprofessional Education)

Waktu : 100 menit

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mengetahui pentingnya IPE beserta kondisi IPE saat ini

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta mengetahui peran yang dimiliki dari setiap profesi kesehatan guna meningkatkan

taraf keseshatan masyarakat.

Pokok Bahasan

a. Pengertian IPE

b. Pentingnya IPE untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat

c. Peran Farmasis dan Apoteker dalam IPE

d. Peran setiap profesi kesehatan dan aturan yang membawahi setiap profesi kesehatan

Metode penyampaian

Ceramah/diskusi/presentasi

Kualifikasi pemateri

Dosen Farmasi

IAI

Page 45: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

45 | P a g e

Dinas Kesehatan

Pengkaji IPE pada program HPEQ

Evaluasi

Brainstorming

Referensi

Hasil Kajian IPE dari DIKTI (HPEQ), Peraturan keprofesian kesehatan

6. Materi Tafsir Konstitusi ISMAFARSI

Waktu : 120 menit

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta mendalami konstitusi ISMAFARSI

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta mampu mengkritisi kondisi ISMAFARSI saat ini dengan komparasinya berdasarkan

konstitusi.

Pokok Bahasan

a. Pokok urgensi pentingnya pemahaman mengenai konstitusi

b. Diskusi mengenai poin-poin pengertian dalam konstitusi

c. Diskusi poin-poin yang memiliki keterikatan secara langsung dalam konstitusi

d. Pemaparan kondisi ISMAFARSI saat ini disesuaikan dengan aturan konstitusi

Metode penyampaian

Diskusi/Workshop

Kualifikasi pemateri

Pengurus wilayah/pengurus nasional

Evaluasi

Brainstorming

Penugasan

Referensi

-

Page 46: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

46 | P a g e

7. Selayang Pandang ISMAFARSI

Waktu : 120 menit

Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Peserta memahami kondisi ISMAFARSI secara wilayah dan nasional

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta memiliki motivasi untuk terus membenahi ISMAFARSI demi pembenahan profesi

jangka panjang baik di tingkat wilayah maupun nasional

Pokok Bahasan

a. Sejarah ISMAFARSI secara mendalam

b. Sejarah pergerakan ISMAFARSI

c. Kondisi wilayah kekinian

d. Tantangan ISMAFARSI di masa depan

Metode penyampaian

FGD

Kualifikasi pemateri

Seluruh pengurus wilayah (dapat mengundang pula pengurus nasional)

Evaluasi

Gagasan dalam FGD

Referensi

-

Materi Tambahan

1. Pelatihan pembuatan karya tulis ilmiah

Tujuan Instruksional umum (TIU)

Peserta dapat mengetahui dan memahami tentang tata cara pembuatan sebuah karya tulis

ilmiah

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Page 47: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

47 | P a g e

Peserta dapat membuat sebuah karya tulis Ilmiah dan mampu berkompetensi dalam setiap

event yang dilaksanakan baik oleh interen organisasi atau dari eksteren organisasi

Pokok Bahasan

- Pengertian karya tulis ilmiah

- Aturan dan sistematika penyusunan karya tulis ilmiah

- pokok-pokok penilaian pada karya tulis ilmiah

Metode penyampaian

d. ceramah

e. Diskusi/ tanya jawab

Kualifikasi pemateri

Aktifis mahasiswa / trainer, dosen

Evaluasi

a. tanya jawab

b. Penugasan pembuatan karya tulis

Referensi

-

2. PCC (Patient Counseling Community)

Tujuan Instruksional umum (TIU)

Peserta memahami pentingnya PCC demi kemajuan farmasis Indonesia

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

Peserta memiliki motivasi untuk belajar lebih dalam mengenai konseling dan memiliki

kemampuan dasar dalam melaksanakan konseling

Pokok Bahasan

- Pendalaman peran Apoteker dalam aspek pelayanan kefarmasian

- Aturan yang memberikan arahan mengenai pelayanan kefarmasian

- Urgensi pelayanan konseling pasien

- Peleatihan konseling pasien

Metode penyampaian

f. ceramah

Page 48: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

48 | P a g e

g. Diskusi/ tanya jawab

Kualifikasi pemateri

- Dosen Farmasi

- Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Kelas A

Evaluasi

c. tanya jawab

d. PCE (Patient Counseling Event)

Referensi

-

III. Kurikulum Pengkaderan Tingkat Nasional (LK III)

LK 3 merupakan agenda pengkaderan tingkat nasional yang pelaksanaannya dilakukan

pada waktu even ke-3, yaitu pada Pramunas. Peserta adalah kader ISMAFARSI yang telah

mengikuti LK 2 tingkat wilayah dan dibuktikan dengan membawa sertifikat asli. Materi yang

diberikan harus mencakup materi pokok dan dapat diberikan materi suplemen dan

pelaksanaannya langsung penerapan dan teori dilakukan langsung saat pelaksanaan.

Prasyarat : membuat makalah mengenai analisis kritis mengenai isu kefarmasian terkini dan

solusi terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan

kemanan yang dapat dilakukan ISMAFARSI untuk menanganinya

Evaluasi : 1. Orasi/pemaparan artikel/opini mengenai isu kefarmasian terkini dan solusi yang

dapat dilakukan organisasi farmasi dan kesehatan baik mahasiswa maupun non

untuk menanganinya ditinjuan dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,

pertahanan, dan kemanan.

2. Evaluasi oleh praktisi tentang kegiatan yang diaplikasikan di lapangan (diskusi

terbuka, materi penjaminan mutu keprofesian manajemen massa, pengabdian

kepada masyarakat dan hasil entrepreneurship).

Page 49: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

49 | P a g e

Pokok Materi

A. Realitas Bangsa

1. Orasi Terbuka

Waktu : ±120 menit

a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Kader matang dan aplikatif menyampaikan aspirasi yang telah dirancang dan

mempengaruhi audience.

b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )

Kader mempunyaai kepercayaan diri dan cerdas dalam menyampaikan aspirasi.

c. Teknis pelaksanaan

Tulisan yang dibawa olah peserta masing-masing disampaikan dengan orasi dan

didiskusikan secara solutif.

2. Diskusi Terbuka

Waktu : ±60 menit

a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Kader matang dan aplikatif menyampaikan aspirasi yang telah dirancang dan

memahami langkah yang harus ditempuh

b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )

Kader dapat menganalisis dan memberikan solusi permasalahan yang ada, khususnya

masalah kesehatan di Indonesia terkait dengan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,

pertahanan, dan kemanan serta melakukan pergerakan yang nyata sebagai partisipasi nyata

ISMAFARSI dalam pembangunan bangsa.

c. Teknis Pelaksanaan

Pakar yang berhubungan dengan pembahasan yang ada diundang untuk berdiskusi

secara terbuka dan kader ISMAFARSI menyampaikan aspirasi untuk kemajuan orananisasi

dan kesehatan Indonesia melalui teknik yang telah didapatkan pada jenjang pengkaderan

sebelumnya.

Page 50: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

50 | P a g e

3. Praktek Manajemen Massa

Waktu : ±180 menit

a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Kader matang dan aplikatif dalam penerapan kepemimpinan dan manajeman

b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )

Kader dapat menjadi pemimpin dan mengendalikan suatu kondisi massa dengan

teknik manajemen.

c. Teknis pelaksanaan

1. Praktek sidang dengan skenario konflik: dirancang oleh tim kaderisasi nasional

2. Praktek aksi massa dengan berbagai macam konflik: dirancang tim kaderisasi nasional

B. Analisis Kondisi KEFARMASIAN

Waktu:Dikondisikan

a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Kader matang dan aplikatif dalam mengetahui dan menyampaikan kondisi

kefarmasian secara nasional dan memahami langkah dan strategi mahasiswa untuk

meningkatkan kualitas kefarmasian Indonesia.

b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )

Kader mampu menganalisis dan memberikan solusi serta menyusun langkah dalam

memperbaiki kondisi kefarmasian Indonesia dari segi mahasiswa.

c. Teknis pelaksanaan

Diskusi aktif bersama stake holder kefarmasian juga bersama pengurus dan pihak-

pihak yang dibentuk tim Pengembangan Profesi Nasional mampu memberikan

pengetahuan seluas-luasnya kepada kader mengenai kondisi kefarmasian di Indonesia.

Hasil diskusi kemudian dibuat dalam suatu analisis kondisi serta Rancangan Strategis

langkah-langkah yang diperlukan oleh mahasiswa untuk membangun kefarmasian yang

lebih baik.

C. Analisis Kondisi ISMAFARSI

Page 51: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

51 | P a g e

Waktu:Dikondisikan

a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )

Kader matang dan aplikatif dalam menyampaikan kondisi kekinian ISMAFARSI yang

telah dirancang dan memahami langkah yang harus ditempuh

b. Tujuan instruksional Khusus ( TIK )

Kader dapat menganalisis dan memberi solusi terhadap kondisi tersebut, sehingga

nantinya dapat melanjutkan roda kepemimpinan ISMAFARSI

c. Teknis pelaksanaan

Peserta menganalisis kondisi ISMAFARSI yang telah diberikan oleh pengurus

ISMAFARSI dan peserta membuat rancangan strategis dan grand design mengenai

permasalahan tersebut, yang nantinya akan menjadi rancangan tindak lanjut untuk

Page 52: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

52 | P a g e

C. FOLLOW UP

Dalam rangka mewujudkan pengkaderan ISMAFARSI yang ideal tentu membutuhkan

proses yang berkelanjutan dan sistematik. Kelemahan pengkaderan ISMAFARSI selama ini

adalah kegiatan pengkaderan yang berlangsung secara bertahap (gradual), tidak ada proses yang

sistematik untuk menindaklanjuti kegiatan pengakaderan yang telah dilakukan.

Materi-materi yang disampaikan pada kegiatan follow up adalah materi-materi yang

diturunkan dalam Latihan Kepemimpinan ISMAFARSI. Materi ini dapat bersifat mengulang

kembali materi yang telah disampaikan, melanjutkan materi yang belum diturunkan atau

memperluas/memperdalam materi tersebut dengan membahas materi -materi yang terkait dengan

materi pokok (membahas referensi materi yang dianjurkan), serta melaksanakan tindakan nyata

yang menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa, khusunya permasalahan kefarmasian.

Bentuk penyampaian materi dari follow up Pengkaderan ISMAFARSI terdiri atas berbagai

model penyampaian. Model penyamapaian materi follow up pengkaderan ISMAFARSI adalah

sebagai berikut:

A. Metode Follow up Tingkat Awal

Metode ini dapat digunakan setelah penyampaian materi pada setiap tahap latihan

kepemimpinan berakhir. Metode ini bersifat sederhana, dilakukan dalam skala kecil, dan

dilakukan saat kondisi

1. Ceramah dan Dialog

Ceramah dan dialog yaitu seorang narasumber menyampaikan pokok-pokok materi di

hadapan peserta, kemudian diteruskan dengan dialog untuk mempertajam materi yang telah

disampaikan. Urgensi dialog adalah memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya

mengenai persoalan yang belum jelas, sharing pendapat mengenai gagasan dalam perspektif

yang berbeda dengan apa yang disampaikan oleh narasumber, mengkritisi suatu persoalan yang

dipandang masih meragukan ataupun memberikan gagasan-gagasan cerdas yang sebenarnya.

2. Pendampingan atau Kajian

Pendampingan dilakukan dengan membentuk suatu kelompok. Dalam pendampingan ini

diharapkan terbentuk suatu forum interaktif antara peserta kader berdasarkan topik pembahasan

Page 53: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

53 | P a g e

tertentu dan didampingi satu atau lebih panitia sebagai fasilitator. Peran fasilitator adalah bukan

pihak pemberi ceramah tetapi mengelolah forum agar antar peserta bisa tercipta pola interaksi

yang dinamis dan hidup untuk memperbincankan persoalan yang telah ditentukan. Dengan

demikian imajinasi peserta akan berkembang dan pada akhirnya akan memberikan sesuatu yang

baru, gagasan baru, atau pemecahan baru terhadap suatu persoalan secara mandiri.

3. Bedah kasus, bedah buku, bedah film,dll.

Bedah kasus merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan kasus tertentu

dimasyarakat yang relevan dengan topik atau tema pembicaraan. Teknisnya sebelum memasuki

pokok materi, fasilitator melemparkan sebuah kasus tertentu, bisa secara lisan langsung atau

dengan tulisan mengenai kasus tersebut, kemudian peserta diberi kesempatan beberapa saat

untuk mendiskusikannya.

Bedah buku merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan judul buku tertentu

yang dikupas secara mendalam untuk menemukan dan memahami makna dan pokok-pokok

permasalahan yang disampaikan dalam buku tersebut.

Bedah film merupakan sebuah forum interaksi peserta berdasarkan tema tertentu yang

ada dalam sebuah film. Untuk kegiatan bedah film sebelum dilakukan interaksi antarpeserta

maka terlebih dahulu dilakukan pemutaran film sesuai dengan tema yang akan diangkat dalam

topik diskusi

Pada dasarnya metode penyampaian di atas bersifat fleksibel. Karena itu beberapa

metode di atas dapat dilaksanakan secara konfiguratif dengan tetap mempertimbangkan relevansi

atau sinkronisasi diantara masing-masing metode tersebut. Karenanya setiap pengkader

ISMAFARSI atau narasumber dituntut untuk selalu kreatif, inovatif, dan mampu melakukan

improvisasi yang dinamis dan antisipatif dalam mengelola sebuah forum, sehingga tujuan dan

target materi berhasil disampaikan secara maksimal dengan melibatkan peserta seefektif

mungkin.

Page 54: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

54 | P a g e

B. Metode Follow up Tingkat Menengeah

Metode ini dilakuakan pada tingkatan pelatihan kepemimpinan tingkat wilayah dan nasional

dari proses kaderisasi ISMAFARSI. Pelaksanaan follow up berupa tindakan nyata yang

merupakan hasil dari proses Latihan Kepemimpinan. Proses ini menunjukkan pergerakan kader

ISMAFARSI dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan implementasi 7 Stars

Pharmacist sebagai calon farmasis masa depan.

1. Kepanitiaan

Untuk mengimplementasikan hasil pelatihan kepemimpinan, maka di utamakan

keikutsertaan secara aktif anggota dan kader pada setiap kepanitian dan kegiatan organisasi baik

itu ditingkat LEM dan/atau komisariat, wilayah, dan nasional.

2. Publikasi Hasil Kajian

Merupakan proses implementasi dari forum kajian yang telah dilaksanakan mengenai

perkembangan social, politik, hukum, dan lainnya yang berhubungan dengan dunia kefarmasian.

Hasil kajian dipublikasikan sebagai bentuk pencerdasan bagi mahasiswa farmasi seluruh

Indonesia serta sebagai gerakan untuk meningkatkan kepedulian seluruh civitas akademik

farmasi dan masyarakat mengenai isu dan hasil kajian yang dibahas.

3. Advokasi Hasil Kajian kepada Stakeholder terkait

Proses ini menjadi bentuk nyata kepedulian mahasiswa farmasi dalam mewujudkan suatu

idealisme yang berbasis pada kesejahteraan masyarakat dan profesi. Advokasi dapat dilakukan

setelah adanya proses kajian bersama mengenai perkembangan social, politik, hukum, dan

lainnya yang berhubungan dengan dunia kefarmasian. Dalam pelaksanaannya, kader dapat

melakukan advokasi pada stakeholder terkait di wilayah (LK II) dan nasional (LK III). Proses ini

tidak hanya mengandalkan satu kali proses advokasi, namun terdapat pula fungsi pengawalan

terhadap kebijakan yang telah diambil oleh stakeholder terkait. Hasil kajian yang diadvokasian

dapat diambil dari hasil kajian yang dimiliki oleh wilayah maupun nasional.

Page 55: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

55 | P a g e

4. Pengabdian Kepada Masyarakat

Bentuk follow up ini menunjukkan suatu karakter mahasiswa yang berdasarkan pada

kesejahteraan masyarakat. Dengan proses ini diharapkan kader dapat melihat secara langsung

realita kondisi masyarakat sehingga dapat memotivasi dirinya untuk terus bergerak menjadi

professional yang menjadi bagian dari perubahan bangsa ke arah yang lebih baik, khususnya

dalam dunia kefarmasian. Kader dapat melakukan pengabdian dengan memberikan informasi

mengenai penggunaan obat rasional kepada masyrakat, memberikan informasi mengenai

kebijakan pemerintah dalam dunia kesehatan, maupun mencari tahu kondisi realita masyarakat

yang disebabkan ataupun membutuhkan suatu kebijakan pemerintah dalam dunia kesehatan

untuk kemudian dijadikan bahan dalam kajian dan advokasi pada pihak terkait.

Seluruh follow up tahap II ini sebaiknya dilakukan secara terintegrasi dan

berkesinambungan untuk dapat menghasilkan karya yang luar biasa bagi perkembangan dunia

farmasi di Indonesia serta pastinya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. Metode Follow up Tingkat Lanjutan

Pada follow up tahap lanjutan ini, harus memenuhi tujuan dari follow up itu sendiri, yaitu:

Dapat menjalin silaturahmi dan hubungan kekeluargaan yang kuat antara seluruh lulusan

kaderisasi tahap lanjutan.

Memastikan ilmu yang didapatkan selama kaderisasi tahap lanjutan dapat bermanfaat bagi

organisasi, keprofesian, dan atau masyarakat.

Sebagai kader yang telah mengikuti tahap kaderisasi hingga tahap lanjutan, maka

diharapkan seluruh kader dapat berkreasi dan menyusun program kegiatan secara nasional yang

akan dilaksanakan, sehingga batasan follow up yang diberikan adalah sejalan dengan AD/ART

dan GBHO. Beberapa contoh follow up yang dapat dilakukan adalah:

1. Kajian Nasional Mengenai Isu Kerpofesian dan Advokasi kepada Stakeholder

3. Pengabdian Nasional Kepada Masyarakat

Page 56: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

56 | P a g e

4. Seminar Nasional dan/atau Internasional

5. Pencerdasan Keprofesian bagi Seluruh Anggota

Page 57: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

57 | P a g e

BAB V

LAMPIRAN

A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. SOP LK I

2. Seluruh Komisariat berhak untuk menentukan tanggal pelaksanaan LK I

3. seluruh komisariat wajib melaporkan data tanggal pelaksanaan LK I di komisariatnya

masing-masing kepada koordinator wilayah maupun staf ahli wilayah terkait selambat-

lambatnya 2 bulan sebelum pelaksanaan.

4. Seluruh koordinator wilayah wajib melaporkan data tanggal pelaksanaan LK I pada

setiap komisariat kepada staf ahli Professional Development Nasional selambat-

lambatnya 1 bulan sebelum pelaksanaan

5. Seluruh TOR yang akan dikirimkan kepada seluruh pembicara wajib dikirimkan ke

email [email protected] 1 minggu sebelum dikirimkan kepada pembicara.

6. Pengembalian TOR apabila terdapat revisi wajib dikirimkan ulang oleh staf ahli

Professional Development selambat-lambatnya 2 hari setelah pengiriman.

7. Laporan kegiatan LK I wajib dikirimkan komisariat kepada masing-masing koordinator

wilayah selambat-lambatnya 1 bulan setelah pelaksanaan.

8. Laporan Kegiatan LK I wajib dikirimkan ke email [email protected] oleh

koordinator wilayah selambat-lambatnya 5 minggu setelah pelaksanaan.

9. Seluruh laporan kegiatan diwajibkan melampirkan follow up yang diberikan kepada kader

disertai target akhir yang akan dicapai dan limit waktu pengerjaan

10. Seluruh kegiatan, baik acara maupun bentuk follow up wajib dibuat press release yang

kemudian akan dipublikasikan melalui web ISMAFARSI. Press release selambat-

lambatnya 2 minggu setelah kegiatan berakhir.

11. Apabila terdapat hal-hal yang menjadi perselisihan dapat dilakukan diskusi antara

komisariat, koordinator wilayah, staf ahli wilayah terkait, dan staf ahli profesional

development nasional dengan sepengetahuan sekjend.

Page 58: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

58 | P a g e

2. SOP LK II

1. Seluruh wilayah berhak menentukan waktu pelaksanaan LK II

2. Seluruh koordinator wilayah wajib melaporkan data tanggal pelaksanaan LK II kepada

staf ahli Professional Development Nasional selambat-lambatnya 3 bulan sebelum

pelaksanaan

3. Koordinator wilayah berhak menentukan SC yang akan mendampingi konsep, kegiatan,

dan follow up acara yang kemudian akan berkoordinasi bersama koordinator wilayah

kepada staf ahli nasional Professional Development

4. Proposal acara wajib dikirimkan ke email [email protected] selambat-lambatnya 1

bulan sebelum acara pelaksanaan

5. Seluruh TOR yang akan dikirimkan kepada seluruh pembicara wajib dikirimkan ke email

[email protected] 1 minggu sebelum dikirimkan kepada pembicara.

6. Pengembalian TOR apabila terdapat revisi wajib dikirimkan ulang oleh staf ahli

Professional Development selambat-lambatnya 2 hari setelah pengiriman.

7. Bentuk dan konsep follow up yang akan digunakan pada pelaksanaan LK II wajib

dikoordinasikan oleh staf ahli wilayah terkait dan koordinator wilayah kepada staf ahli

nasional Professional Development.

8. Laporan kegiatan LK II wajib dikirimkan koordinator wilayah ke email

[email protected] selambat-lambatnya 1 bulan setelah pelaksanaan.

9. Seluruh laporan kegiatan diwajibkan melampirkan follow up yang diberikan kepada kader

disertai target akhir yang akan dicapai dan limit waktu pengerjaan

10. Seluruh kegiatan, baik acara maupun bentuk follow up wajib dibuat press release yang

kemudian akan dipublikasikan melalui web ISMAFARSI. Press release

selambatlambatnya 2 minggu setelah kegiatan berakhir.

11. Apabila terdapat hal-hal yang menjadi perselisihan dapat dilakukan diskusi antara

komisariat, koordinator wilayah, staf ahli wilayah terkait, dan staf ahli profesional

development nasional dengan sepengetahuan sekjend.

Page 59: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

59 | P a g e

3. SOP Leadeship Trainig Tahap Lanjutan (LK III)

1. Seluruh kader yang telah melalui LK II berhak mengikuti LK III

2. Koordinasi yang dilakukan merupakan koordinasi langsung antara panitia penyelenggara

dan SA PD Nasional

3. Seluruh bentuk kegiatan, bentuk follow up, dan pembicara yang dipilih wajib

dikoordinasikan dengan SA PD Nasional

4. Korwil beserta tim SA dan SA wilayah merupakan perpanjangan tangan SA nasional

yang membantu panitia dalam persiapan dan pelaksanaan LK III

5. Panitia wajib melaporkan data tanggal pelaksanaan LK III kepada SA PD Nasional

6. Laporan Kegiatan LK III wajib dikirimkan ke email [email protected] oleh ketua

panitia selambat-lambatnya 5 minggu setelah pelaksanaan.

7. Seluruh laporan kegiatan diwajibkan melampirkan follow up yang diberikan kepad kader

disertai target akhir yang akan dicapai dan limit waktu pengerjaan

8. Seluruh kegiatan, baik acara maupun bentuk follow up wajib dibuat press release yang

kemudian akan dipublikasikan melalui web ISMAFARSI. Press release selambat-

lambatnya 2 minggu setelah kegiatan berakhir.

9. Apabila terdapat hal-hal yang menjadi perselisihan dapat dilakukan diskusi antara

komisariat, koordinator wilayah, staf ahli wilayah terkait, dan staf ahli profesional

development nasional dengan sepengetahuan sekjend.

B. TATA CARA PERSIDANGAN

a. Peserta mengetahui Defenisi persidangan

Jika didefinisikan secara bahasa, maka;

Tata cara : merupakan suatu pola, teknik, atau metode

Sidang : pertemuan formal yang dihadiri lebih dari dua orang untuk pengambilan

keputusan secar musyawarah. Persidangan sendiri didefinisikan sebagai pertemuan

formal organisasi guna membahas masalah tertentu dalam upaya menghasilkan

keputusan yang akan ditetapkan dan akan disahkan sebagai salah satu bentuk kebijakan.

Page 60: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

60 | P a g e

Maka, tata cara persidangan merupakan suatu metode atau pola pengambilan keputusan

dalam suatu pertemuan formal yang dilakukan lebih dari dua orang melalui

musyawarah. Keputusan atau kebijakan dalam persidangan berlaku bagi seluruh

anggota organisasi sesuai dengan konstitusi organisasi.

b.Peserta mengetahui Unsur-unsur metode persidangan.

Unsur-unsur Persidangan:

1) Tempat dan Ruang Sidang

2) Waktu

3) Agenda Sidang

4) Pimpinan sidang (3 orang Presidium)

5) Peserta sidang

6) Perlengkapan sidang (palu sidang, meja sidang presidium, bendera ISMAFARSI,

bendera Indonesia)

7) Tata tertib sidang

c. Jenis dan Bentuk Sidang

Jenis Sidang

- Sidang Paripurna : Sidang yang mengesahkan segala ketetapan yang

berhubungan dengan permusyawaratan

- Sidang Pleno: : Sidang yang membahas dan memutuskan segala

sesuatu yang berhubungan dengan permusyawaratan

- Sidang Komisi : Sidang yang membahas materi-materi yang diberikan

masing-masing komisi yang menghasilkan suatu

ketetapan yang disahkan di sidang paripurna.

- Sidang Khusus : Sidang yang diadakan untuk membahas suatu

permasalahan tertentu yang keluar dari tujuan utama

suatu sidang diadakan ataupun tidak relevan dengan

agenda sidang yang ada. Sidang khusus sendiri diatur

dalam konstitusi yang berlaku

Page 61: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

61 | P a g e

d. Bentuk Sidang

- Bentuk lingkaran

- Bentuk U

- Bentuk sejajar

d. Peserta mengetahui Istilah-istilah persidangan.

- Quorum : batas minimal peserta yang harus hadir dalam suatu sidang

sehingga seluruh pembahasan dan keputusan dapat dianggap sah

dan mewakili seluruh anggota

- Skorsing : penundaan acara sidang sementara waktu atau dalam waktu

tertentu pada waktu sidang berlangsung

- Pending : penundaan acara sidang dalam waktu yang cukup lama dengan

batasan bukan berdasarkan lamanya penundaan acara sidang

namun berdasarkan waktu berkumpul kembali untuk memulai

sidang

- Lobby : penentuan jalan tengah atas konflik dengan skorsing waktu

tertentu untuk dapat menyatukan pandangan melalui obrolan dari

dua pihak yang bersebrangan

- Aklamasi : pengambilan kesepakatan dalam suatu sidang dengan suara

bulat persetujuan yang tidak lagi membutuhkan pemungutan

suara

- Voting : pengambilan keeputusan berdasarkan keputusan terbanyak.

Voting dilakukan saat musyawarah dan lobby tidak lagi mampu

menyelesaikan perbedaan pendapat maupun jika telah ditetapkan

mekanisme voting sejak awal. Dapat dilakukan secara terbuka

maupun tertutup

- Formatur : Tim yang bertugas pada permulaan sidang sebelum

ditentukannya pimpinan sidang tetap

Page 62: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

62 | P a g e

- Dead Lock : suasana musyawarah yang macet akibat pihak-pihak yang

bersikukuh pada argumentasinya, tidak ada yang mengalah,

sidang dapat dihentikan sementara

- Walk Out : Peserta sidang meninggalkan acara sidang sebagai bentuk

protes atau ketidaksetujuan atas jalannya persidangan

- One Delegation One Vote : Pada saat voting berlangsung, setiap tim hanya

memiliki satu suara sebagai perwakilan dari organisasi yang

mendelegasikannya

- Interupsi : Memotong pembicaraan pimpinan sidang maupun peserta lain

dengan menyampaikan kata “interupsi” untuk mencari

persetujuan berbicara. Jenis-jenis interupsi sendiri adalah;

Interupsi Point of Order: mengajukan usulan

Interupsi Point of Clarification, meluruskan masalah atau

memperjelas suatu usulah

Interupsi Point of Information, meminta penjelasan atas yang

disampaikan

Interupsi Point of personal privilege, membela diri apabila

telah merasa pribadi atau institusinya telah dipojokan atau

disinggung

e. Peserta mengetahui Tata Cara Ketukan Palu Sidang

- Ketukan palu satu kali:

menerima atau menyerahkan pimpinan sidang

mengesahkan kesepakatan putusan sela

mengesahkan kesepakatan putusan sidang secara poin per poin atau pasal

per pasal

mencabut kembali putusan yang keliru

- Ketukan palu dua kali:

menskorsing atau mencabut skorsing

melakukan putusan pending (makan, istirahat) dan mencabut pending

- Ketukan palu tiga kali:

Page 63: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

63 | P a g e

Pembukaan atau penutupan sidang secara resmi

Pengesahan keputusan final / pembacaan konsideran

- Ketukan palu berkali-kali:

Memberikan peringatan atau memohon perhatian dari seluruh anggota

sidang

Page 64: Buku Panduan Kaderisasi Ismafarsi Luar Biasa

BUKU PANDUAN KADERISASI

IKATAN SENAT MAHASISWA FARMASI SELURUH INDONESIA

64 | P a g e

PENUTUP

Demikianlah buku panduan ini disusun sebagaimana mestinya. Muatan-muatan materi

yang menurut yang ada diharapkan menjadi standar minimal untuk diberikan kepada kader-

kader. Sehingga apabila ada inisiatif dari teman-teman di komisariat maupun di wilayah untuk

lebih mengembangkan muatan-muatan yang telah ditetapkan sah-sah saja, tentunya dengan

persetujuan dan diskusi bersama pengurus terkait. Atas segala kerjasama dan sumbangsih teman-

teman diucapkan banyak terima kasih.