11
40 sumber : “Straight Answers: What Are Capital Sins?” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2001 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.” Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College. sumber : “Straight Answers: Habitual Sins” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.” sumber : News For Kids, Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale. sumber : :"Indulgences: the treasures of the Catholic Church"; Catholic Youth Networking; www.catholicyouth.freeservers.com Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya” Sakramen Tobat Nama : Kanisius Mario Egglesias NIM : 2009.033.010

Buku Sakramen Tobat_mario

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku Sakramen Tobat_mario

Citation preview

  • 40

    sumber : Straight Answers: What Are Capital Sins? by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright 2001 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

    Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.

    Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College.

    sumber : Straight Answers: Habitual Sins by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright 2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

    Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.

    sumber : News For Kids, Rm Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com

    Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin Fr. Richard Lonsdale.

    sumber : :"Indulgences: the treasures of the Catholic Church"; Catholic Youth Networking; www.catholicyouth.freeservers.com

    Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya

    Sakramen Tobat

    Nama : Kanisius Mario Egglesias

    NIM : 2009.033.010

  • 38

    Mengajar atau belajar ajaran Gereja (indulgensi sebagian).

    Meluangkan waktu sedikitnya tiga hari dalam suatu retret (indulgensi seluruhnya).

    Ambil bagian dalam Penghormatan Salib dalam Ibadat Jumat Agung dan mencium salib dengan khidmat (indulgensi seluruhnya).

    Pembaharuan Janji Baptis (indulgensi sebagian, indulgensi seluruhnya jika pembaharuan Janji Baptis dilakukan pada Malam Paskah atau pada peringatan pembaptisan seseorang).

    Catatan: masih ada banyak macam dan ragam indulgensi lainnya.

    ii

    DAFTAR ISI

  • 36

    Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang, dalam melaksanakan kewajibannya dan dalam menanggung pencobaan-pencobaan hidupnya, mengangkat akal budi mereka dengan penuh percaya dan rendah hati kepada Tuhan, dan menyerukan - bahkan jika hanya secara batin - seruan-seruan saleh (misalnya Bunda Maria, doakanlah kami", dsbnya).

    Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan semangat iman dan belas kasihan memberikan dirinya atau harta miliknya untuk melayani sesamanya yang membutuhkan.

    Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang dengan semangat silih secara sukarela menjauhkan diri dari segala sesuatu yang mereka senangi.

    Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang menjadi saksi iman di lingkungan bukan Katolik (hal ini bahkan dapat sangat sederhana seperti berdoa di sebuah restaurant!).

    BERBAGAI MACAM DOA YANG MENDATANGKAN INDULGENSI:

    Rosario (indulgensi seluruhnya apabila didaraskan di gereja, atau dalam kelompok atau dalam keluarga, indulgensi sebagian di luar kondisi tersebut).

    1

    BAB I

    Apa itu Pencobaan?

    Pencobaan adalah suatu godaan atau dorongan kuat untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa kita lakukan. Semua orang bisa mengalami pencobaan. Kita semua pasti pernah terdorong untuk melakukan hal-hal tertentu. Pencobaan itu seperti suatu magnet yang besar yang menarik kita ke tempat yang tidak kita inginkan. Kebanyakan, pencobaan berakibat buruk karena merugikan orang lain. Kapan kira-kira kamu dicobai untuk melakukan sesuatu yang baik? Pencobaan yang mendatangkan akibat baik juga ada, tetapi pada umumnya pencobaan itu merugikan orang lain.

    PENCOBAAN YANG SEDERHANA

    Pencobaan yang paling umum adalah pencobaan untuk mendapatkan sesuatu yang tidak kita miliki. Sebagai contoh, kamu melihat kue tart coklat yang harum baunya dengan hiasan cream yang cantik di dapur ibumu. Saat itu rasanya ada magnet yang menarikmu untuk mencicipi tart tersebut - yah, setidak-tidaknya mencolek sedikit creamnya. Kamu akan bertanya, "apa salahnya?" Ada beberapa alasan. 1. Selera makanmu untuk makan makanan yang lebih bergizi akan berkurang. 2. Kemungkinan tart itu disiapkan untuk suatu acara khusus, pesta misalnya. Jadi, siapa yang rugi kalau kamu mencicipi kue tersebut? Kamu - karena selera makanmu berkurang - dan orang untuk siapa tart tersebut dipersiapkan.

    PENCOBAAN YANG TIDAK SESEDERHANA ITU

  • 34

    penyucian! Wow! Jadi, bagaimana hal itu mungkin terjadi? Jawabannya amat sederhana: rahmat yang terkandung dalam indulgensi adalah tak terbatas (tentu saja, karena berasal dari jasa-jasa Kristus ya'kan?). Tetapi penyesalanmu sendiri atas dosa-dosamu adalah faktor yang menentukan dalam menerima rahmat ini. Salah satu syarat agar dapat menerima indulgensi seluruhnya ialah bahwa kamu tidak lagi mempunyai kelekatan terhadap dosa. Artinya kamu harus menyesali dosa-dosamu secara sempurna dan tidak ingin melakukannya lagi. Penyesalan sempurna ini membuka jiwamu lebar-lebar terhadap rahmat Tuhan, sehingga kamu dapat menerima rahmat indulgensi sepenuhnya. Tetapi, jika kamu melakukan perbuatan atau doa yang dapat mendatangkan indulgensi sepenuhnya, tetapi kamu masih memiliki kelekatan terhadap dosamu, kamu hanya menerima indulgensi sebagian.

    INDULGENSI SEBAGIAN: indulgensi sebagian menghapuskan sebagian hukuman (siksa dosa sementara) yang timbul karena dosa-dosa kita. Gereja memberikan indulgensi sebagian atas perbuatan-perbuatan dan doa-doa yang tingkat kepentingannya kurang dibandingkan dengan yang memperoleh indulgensi seluruhnya. Pada masa yang silam, indulgensi biasa diukur dengan hari atau tahun yang sama dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan silih berat (misalnya kamu mendaraskan suatu doa tertentu, kamu dapat memperoleh indulgensi empat puluh tahun). Tetapi, hal ini menyebabkan umat beriman hanya sekedar menambahkan jumlah hari-hari dan tahun-tahun indulgensi yang mereka peroleh dan bukannya memusatkan diri pada penyesalan sungguh-sungguh atas dosa. Jadi pada tahun 1969 Gereja menghapuskannya dari perkataan indulgensi sebagian. Indulgensi sebagian tidak diukur dengan jangka waktu yang pasti, karena manfaatnya bergantung pada keterbukaan kita sendiri terhadap Tuhan serta penolakan kita terhadap dosa. Bahkan indulgensi sebagian amatlah berharga bagi kita - apakah kamu akan

    3

    3. Kuduskanlah hari Tuhan.

    4. Hormatilah ibu bapamu.

    5. Jangan membunuh.

    6. Jangan berzinah.

    7. Jangan mencuri.

    8. Jangan bersaksi dusta tentang sesamamu.

    9. Jangan mengingini isteri sesamamu.

    10. Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil.

    BAB II

    BAGAIMANA MENGENALI PERINTAH YANG MANA UNTUKMU?

    Tidak mudah mengenali perintah yang mana yang cocok untuk situasi tertentu. Terutama jika pencobaannya kurang jelas. Misalnya, jika kamu amat mengasihi seseorang, bagaimana kamu dapat yakin bahwa perbuatan yang kamu lakukan tidak akan menyakiti atau merugikannya? Yesus mengatakan kepada kita untuk mengasihi sesama kita. Tetapi bagaimana itu kasih yang baik dan kasih yang merugikan?

    Di sinilah Gereja berperan. Gereja membantu kita membentuk suara batin kita dengan memberi kita pedoman. Ketika pertama kali kita belajar menulis, kita menggunakan kertas tulis halus dengan garis-garis biru.

  • 32

    menebus sebagian atau seluruh hutang dosa kita kepada Tuhan serta menyucikan jiwa kita bagi kita, selama kita mempunyai niat untuk memperoleh indulgensi.

    Seorang biarawati dalam biara St. Theresia dari Avila, menyadari pentingnya indulgensi dan tidak pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk memperolehnya. Ketika biarawati itu meninggal, St. Theresia sangat terkejut melihat jiwa biarawati tersebut langsung naik menuju surga tanpa melalui api penyucian! Karena biarawati tersebut tampaknya biasa-biasa saja, St. Theresia bertanya kepada Yesus apa sebabnya jiwa biarawati tersebut dapat langsung menuju surga. Yesus menjawab bahwa itu semua karena semua indulgensi yang dengan setia diperolehnya, sang biarawati telah membayar lunas semua hutang dosanya kepada Tuhan, sehingga jiwanya bersih dan tak bernoda pada saat kematiannya!

    HARTA PUSAKA GEREJA

    Gereja Katolik mempunyai wewenang untuk memberikan indulgensi karena gereja memperolehnya dari kekayaan tak terhingga jasa-jasa Kristus, Bunda Maria dan semua orang kudus. Beata Maria dari Quito, seorang biarawati Spanyol, melihat dalam suatu penglihatan suatu harta pusaka yang berlimpah, yang - diterangkan kepadanya oleh Tuhan - melambangkan segala rahmat dan jasa-jasa Yesus (harta pusaka Gereja!) dari mana indulgensi diperoleh. Segala rahmat dan jasa-jasa ini dapat diperoleh siapa saja yang memenuhi persyaratan, yang biasanya amat mudah, untuk memperoleh indulgensi. Umat beriman yang tidak peduli untuk mendapatkan keuntungan dari indulgensi ini dapat diumpamakan seperti seorang pengembara yang melewati suatu padang penuh dengan perhiasan berharga, yang tidak mau merepotkan diri untuk memungut dan mengisi kantungnya dengan harta pusaka itu, meskipun ia tahu bahwa ia akan memerlukan harta tersebut setibanya di tempat tujuan.

    5

    dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi (Kejadian 1:28).

    Bersama dengan anugerah jiwa ada anugerah kehendak bebas. Allah, yang menghendaki kasih yang bebas dari manusia dan yang memandang manusia lebih sebagai anak-anak-Nya daripada budak atau hamba, memberikan kepada Adam dan Hawa kehendak bebas untuk menerima ataupun menolak kasih Allah. Sebelum pencobaan mereka di tangan iblis, Adam dan Hawa memilih untuk menerima dan membalas kasih Pencipta mereka, pula berserah diri dalam ketaatan karena kasih kepada Allah. Keharmonisan sebelum jatuhnya manusia ke dalam dosa ini terkadang disebut keadilan asli dan kekudusan asli.

    Setan: Pencipta Dosa dan Penguasa Kejahatan

    Suatu suara jahat penuh bujuk rayu masuk ke dalam kediaman manusia. Karena dengki kepada Allah, ia berusaha membinasakan bangsa manusia. Gereja melihat dalam wujud ini seorang malaikat yang jatuh, Lucifer, atau ia lebih dikenal sebagai Setan atau iblis. Tradisi dan ajaran Gereja menegaskan bahwa kejahatan tak dapat berasal dari Allah, sumber keadilan dan intisari kekudusan. Kejahatan itu sendiri, penolakan terhadap kasih karunia Allah, dimulai dengan malaikat Lucifer. Allah menciptakan Lucifer sebagai malaikat yang baik, suatu makhluk rohani yang murni. Lucifer suatu makhluk rohani yang elok, gagah dan cerdas. Seperti semua makhluk lainnya, Lucifer diciptakan untuk mengasihi dan melayani Allah, akan tetapi Lucifer mulai memusatkan perhatiannya pada kuasa pribadinya, kecerdasan dan karakteristiknya sendiri. Bukannya mendayagunakan kekuatan dan karakteristiknya untuk melayani dan mengasihi Pencipta-nya, Lucifer berpaling dari Allah dan menjadikan dirinya sendiri sebagai sumber kesenangan dan pelayanannya sendiri. Dengan suatu pilihan bebas, Lucifer menolak Allah dan jatuh dari tempatnya di surga. Ia membawa serta

  • 30

    Kamu akan keluar dari Kamar Pengakuan dengan perasaan lega! Cobalah untuk melaksanakan penitensi penyembuhanmu sesegera mungkin. Kamu telah diampuni, disembuhkan serta dipulihkan sepenuhnya persahabatanmu dengan Tuhan. Salah satu hal terindah tentang pengampunan dosa adalah bahwa Tuhan mengampuni dan melupakan! Begitu dosa-dosamu telah diampuni, kamu diperbaharui dalam rahmat Tuhan. Kamu harus mempunyai niat yang kuat untuk menghindari dosa di masa mendatang. Tetapi jika kamu tergelincir atau melakukan kesalahan, ingatlah TUHAN SENANTIASA ADA DI SANA DENGAN KASIH-NYA!

    Indulgensi adalah harta pusaka surgawi yang istimewa yang dianugerahkan Gereja kepada kita untuk melunasi hutang dosa kita kepada Tuhan serta untuk memulihkan luka-luka jiwa kita yang diakibatkan oleh dosa. Tuhan memberikan wewenang kepada Gereja untuk memberikan indulgensi atas perbuatan-perbuatan atau doa-doa tertentu, sehingga ketika kita melakukan perbuatan atau doa tersebut, kita boleh memperoleh indulgensi.

    Meskipun indulgensi tidak dapat dipergunakan untuk orang lain yang masih hidup (mereka harus memperoleh indulgensinya sendiri!), kita dapat membantu jiwa-jiwa di api penyucian agar lebih cepat tiba di surga dengan mempergunakan indulgensi yang kita terima untuk membantu mereka melunasi hutang dosa mereka kepada Tuhan.

    MENGAPA KITA MEMERLUKAN INDULGENSI?

    Kamu mungkin berpikir, Tetapi, bukankah saya sudah menerima Sakramen Tobat dan Tuhan sudah mengampuni dosa-dosa saya! Mengapa saya masih memiliki hutang kepada Tuhan?

    7

    Allah dan penyalahgunaan kebebasan oleh manusia. Sebab manusia telah tidak taat pada Pencipta dan memperturutkan hasrat dosa, manusia pada akhirnya tahu mengenai kejahatan dan hilangnya keadilan dan kekudusan asli manusia. Hak istimewa dan keadaan harmonis manusia di Taman Eden dikoyakkan yang berakibat kebinasaan. Untuk pertama kalinya, kematian masuk ke dalam dunia dan manusia dihukum untuk mengalami suatu kodrat yang akan berakhir. Sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu (Kejadian 3:19). Sekarang manusia ditetapkan untuk bersusah-payah dan bekerja untuk hidup sebab, dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu (Kejadian 3:19). Perempuan menerima sakit bersalin dan ditempatkan di bawah kuasa laki-laki, Susah payahmu waktu mengandung akan Ku-buat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu (Kejadian 3:16). Dan akhirnya, alam berpaling melawan manusia, Terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu (Kejadian 3:17-18).

    Concupiscentia

    Dosa Adam mendatangkan konsekwensi kebinasaan: maut, dan melukai keseimbangan harmonis antara Allah, manusia dan ciptaan. Lagi pula, kodrat manusiawi untuk selamanya diperlemah oleh dosa asal. Dosa asal, hilangnya keadilan dan kekudusan asli, membawa pengaruh atas keturunan Adam dan Hawa melalui lemahnya kodrat manusiawi. Manusia tidak lagi memiliki keadilan dan kekudusan asli dan sebaliknya condong terhadap kejahatan dan kesenangan diri. Kita menyebut kecondongan ini concupiscentia. Terus berlangsungnya pencobaan-pencobaan Setan dan hilangnya anugerah kekudusan dan keadilan asli mencemari jiwa Adam, dan karena Adam adalah kepala bangsa manusia, maka segenap

  • 28

    PEMERIKSAAN BATIN

    Kecuali jika kamu mempunyai ingatan yang luar biasa, pada umumnya kamu lupa akan sebagian besar perkara yang kamu lakukan. Oleh karena itulah suatu sarana sederhana diperlukan untuk membantumu. Sarana itu disebut Pemeriksaan Batin yaitu suatu daftar pertanyaan untuk diajukan kepada dirimu sendiri sebelum kamu mengaku dosa. (lihat Lembar Pemeriksaan Batin)

    Suara Batin atau Hati Nurani adalah kesadaran moral atau etik atas kelakuanmu dengan dorongan untuk memilih yang baik dari yang jahat. Suara batin haruslah dibentuk dalam terang Sabda Allah, yaitu melalui Gereja.

    MENGAKU DOSA

    Pelaksanaan Sakramen Pengakuan dapat berbeda dari tempat yang satu dengan tempat yang lain. Di beberapa tempat, pengakuan dilaksanakan dalam Kamar Pengakuan. Di tempat lainnya, dibuat suatu tempat pengakuan khusus.

    Kamu boleh berlutut di balik sekat atau boleh juga berlutut berhadapan muka dengan imam. Secara pribadi, saya lebih menyukai posisi berlutut menghadap imam, sebab imam berada di sana untuk menjadi penasehatmu. Jika ia dapat melihat ke dalam matamu, ia dapat mempunyai gambaran yang lebih baik bagaimana menasehatimu. Matamu berbicara banyak tentang kamu! Imam tidak berada di sana untuk memarahimu atau menghakimimu. Imam juga seorang yang berdosa seperti semua orang lain. Imam harus mengaku dosa juga!

    9

    manusia telah tercemar dosa dan sekarang ketaatan dan sengsara Kristus menebus segenap manusia. Penebusan Yesus Kristus merupakan kasih karunia bagi dunia demi silih atas dosa asal dan dosa-dosa pribadi.

    Pilihlah Anugerah Hidup Abadi

    Penebusan adalah luar biasa sebab penebusan dipersembahkan bagi segenap manusia untuk pengampunan dosa. Kendati demikian, sama seperti semua anugerah atau hadiah, kita harus memilih untuk menerimanya. Anugerah Allah yang lain bagi kita, kehendak bebas, tidak dicabut kembali. Dengan demikian Allah tak hendak memaksakan kasih-Nya dan rahmat-Nya atas kita; kita wajib memilih rahmat Allah dan mempersembahkan jiwa kita agar selaras dengan kehendak-Nya. Kristus bersabda, Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yohanes 3:5). Pembaptisan, sakramen iman, membasuh jiwa dan menguduskannya dengan rahmat Roh Kudus. Dengan air baptisan kelahiran kembali, dosa asal diampuni dan dihapus dan digantikan dengan rahmat Allah.

    Kristus juga bersabda kepada kita, Jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah (Matius 19:17). Ia mengatakan bahwa adalah penting untuk mentaati perintah-perintah dan ajaran-ajaran-Nya (keduanya adalah Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja) untuk kebenaran. Kita mencari kebijaksanaan dan ajaran-ajaran Yesus melalui Kitab Suci (Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran - 2 Timotius 3:16) dan Gereja (jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran - 1 Timotius 3:15). Dengan pembaptisan, iman dan

  • 26

    DARIMANAKAH SAKRAMEN PENGAKUAN DOSA BERASAL?

    Yesus-lah yang memulai Sakramen Rekonsiliasi. Pada hari raya Paskah, Ia bersabda kepada para murid-Nya: Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:21-23)

    Kuasa ini diwariskan selama berabad-abad. Sakramen adalah semacam bahasa isyarat dari Tuhan. Sakramen berbicara langsung kepada jiwa. Tidak seperti bahasa isyarat lainnya, bahasa isyarat Tuhan memiliki kuasa untuk melakukan apa yang dikatakannya. Isyarat dalam Sakramen Pengakuan adalah absolusi (=pengampunan dosa) oleh imam. Gereja melaksanakan apa yang diperintahkan Yesus kepada kita, mengampuni dosa orang.

    Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. (Yak 5:16)

    PENITENSI

    Absolusi adalah langkah awal dari proses perubahan. Penitensi (= denda dosa) adalah langkah selanjutnya. Penitensi bukanlah suatu hukuman atas dosa-dosa yang kita akukan. Penitensi adalah langkah untuk menyembuhkan. Penitensi yang terbaik bukanlah setumpuk doa-doa

    11

    Seturut tradisi, teologi moral Katolik membedakan antara dosa berat dan dosa ringan. Dalam surat pertama St Yohanes (5:17), kita baca, Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut. Gagasan dosa yang mendatangkan maut atau dosa berat, kita dapati juga dalam bagian-bagian lain Kitab Suci. Sebagai contoh, surat St Paulus kepada jemaat di Galatia (5:19-21) menegaskan, Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu - seperti yang telah kubuat dahulu - bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (bdk Roma 1:28-32; 1 Korintus 6:9-10; Efesus 5:3-5). Dengan demikian, Kitab Suci secara tegas mengidentifikasikan dosa-dosa tertentu yang membunuh rahmat Allah dalam jiwa dan menjauhkan orang dari keselamatan kekal.

    Katekismus menyebutkan bahwa supaya satu perbuatan merupakan dosa berat, harus dipenuhi secara serentak tiga persyaratan. Pertama, perbuatan yang dilakukan mempunyai materi berat atau serius. Dosa berat adalah keji di hadapan Allah. Sepanjang bagian moral dalam Katekismus, sebagian dosa dipandang sebagai kejahatan sangat besar (No. 2268). Sebagai misal, Perintah kelima melarang pembunuhan langsung dan dikehendaki sebagai dosa berat. Kedua, pendosa harus memiliki pengertian penuh mengenai kedosaan dari suatu perbuatan; dengan kata lain, ia haruslah bertindak dengan intelek yang tahu dan sadar bahwa perbuatan itu melanggar hukum abadi Allah. Ketiga, pendosa haruslah memberikan persetujuan penuh atas kehendak, artinya bahwa ia telah mempertimbangkan untuk melakukan perbuatan itu dan dengan sengaja mau melakukannya.

  • 24

    Skenario ini berbeda dari pendosa tetap yang dimaksudkan Bapa Suci. Jika seorang hidup dalam suatu dosa tertentu dan ketika memasuki kamar pengakuan tahu bahwa ia sungguh akan kembali hidup dalam dosa yang sama, ia tidak sungguh menyesal. Dalam kasus yang demikian tak ada penyesalan dan pertobatan yang sungguh. Sebagai contoh, jika seorang mengakukan dosa perzinahan, tetapi bermaksud segera sesudah ia meninggalkan kamar pengakuan kembali kepada hubungan perzinahan itu, ia tidak sungguh menyesal atas dosanya dan tidak memiliki ketetapan hati untuk mengubah cara hidupnya. Maka, imam tidak mempunyai pilihan selain dari menangguhkan pemberian absolusi dan mendorong orang tersebut untuk meninggalkan dosanya. Hal yang sama berlaku juga bagi seorang yang bercerai dan kemudian menikah lagi di luar Gereja tanpa disertai pernyataan pembatalan perkawinan atas perkawinan sebelumnya, atau orang yang bersikukuh tetap tinggal dalam cara hidup homoseksual. Patut dicamkan bahwa Tuhan dalam belas kasihan-Nya yang tak terhingga rindu untuk mengampuni dosa dan memperdamaikan pendosa dengan DiriNya Sendiri, namun demikian, si pendosa sendiri haruslah memiliki niat seteguh mungkin untuk meninggalkan dosanya dan kembali kepada Tuhan.

    Dalam Surat Hari Kamis Putih kepada Para Imam tahun 2002, Paus Yohanes Paulus II menyatakan, Terkecuali tampak sebaliknya, imam sepatutnya beranggapan bahwa dalam mengakukan dosa-dosanya peniten sungguh menyesal dan berketetapan hati untuk mengubah hidupnya . Jelas, apabila tidak ada penyesalan dan perubahan hidup, bapa pengakuan wajib menyampaikan kepada peniten bahwa peniten belum siap untuk menerima absolusi. Apabila absolusi diberikan kepada mereka yang sesungguhnya mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai niat untuk berubah, maka ritus tobat akan menjadi sekedar fiksi belaka; sungguh, pengakuan dosa akan tampak nyaris bagaikan magis, mungkin dapat

    13

    memulihkan dan memperkuat jiwa. St Theresia dari Avila mengatakan, Senantiasa takutlah apabila kesalahan yang engkau lakukan tidak menyedihkanmu. Sebab mengenai dosa, bahkan yang paling ringan, engkau tahu bahwa jiwa patutlah merasa berduka atasnya. Demi kasih kepada Allah, berhati-hatilah untuk tiada pernah lalai perihal dosa ringan, betapapun kecilnya. Tak ada suatupun yang kecil apabila itu menyangkut melawan yang Mahakuasa.

    Dengan gagasan ini dalam benak, kita dapat berbicara mengenai pilihan dasar. Gagasan pilihan dasar adalah bahwa setiap orang menentukan suatu pilihan dasar untuk mengasihi Allah, menerima kebenaran-Nya, dan menjadi murid-Nya. Meski demikian, pilihan ini perlu diamalkan setiap hari dalam hidup kita melalui pilihan-pilihan pribadi yang kita buat untuk melakukan yang baik. Dalam arti ini, pilihan dasar dapat diterima.

    Yang menyedihkan, sebagian orang menyalahtafsirkan pilihan dasar ini begitu rupa hingga tak dikenal lagi dosa berat. Melainkan, satu-satunya dosa berat yang dapat membawa jiwa ke neraka adalah jika orang dengan tahu dan mau menolak Allah dan segenap kasih-Nya. Pendapat yang demikian akan merendahkan pilihan dasar menjadi suatu permainan psikologis, di mana orang dapat mengatakan, Aku mengasihi Allah. Aku tidak menolak Allah. Pilihan-pilihan ataupun perbuatan-perbuatan pribadiku tidak mempengaruhi keseluruhan keberadaanku. Sebab itu, meski aku melakukan perzinahan, atau membunuh seseorang, atau berbuat cabul, atau merampok bank, (atau melakukan dosa berat lainnya), Allah tetap mengasihi aku, aku mengasihi Allah, dan aku yakin aku akan masuk surga. Renungkan kembali. Sementara hanya Allah yang dapat menyelidiki kedalaman jiwa dan menghakimi seseorang, namun secara

  • 22

    kekudusan. Seperti disabdakan Yesus, Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna (Mat 5:48).

    Dosa Habitual

    Baru-baru ini dalam sebuah artikel di The Washington Post dilaporkan, Paus Yohanes Paulus II menekankan pentingnya umat Katolik Roma mengakukan dosa-dosa mereka, tetapi beliau juga mengatakan bahwa sebagian `pendosa tetap' tidak pernah dapat diampuni. Artikel ini mengisyaratkan bahwa yang termasuk pendosa tetap adalah para gay, lesbian dan orang-orang Katolik yang bercerai lalu menikah lagi. Saya selalu beranggapan bahwa semua dosa dapat diampuni. Mohon penjelasan.

    ~ seorang pembaca di Sterling

    Artikel di atas mengacu pada surat apostolik Paus Yohanes Paulus II berjudul Misericordia Dei yang diterbitkan pada tanggal 2 Mei 2002. Paus menyatakan secara cukup ringkas, Sudah jelas bahwa peniten yang hidup dalam keadaan tetap dosa berat dan yang tidak berniat untuk mengubah keadaan mereka itu tidak dapat secara sah menerima absolusi (#7(c)). Namun demikian, Bapa Suci tidak menyebutkan secara khusus dosa-dosa mana yang termasuk dalam kategori ini.

    Sesungguhnya, Bapa Suci tidak menyatakan sesuatu yang baru. Katekese dasar dari Sakramen Tobat mengenai Bagaimana mengaku dosa dengan baik meliputi lima langkah berikut: Pertama, peniten mengadakan pemeriksaan batin secara jujur dan seksama. Kedua, peniten menyesali dosa-dosa yang telah dilakukan. Ketiga, peniten berketetapan teguh untuk tidak berdosa lagi. Keempat, peniten mengakukan dosa-dosanya kepada

    15

    membangkitkan hasrat yang terlampau berlebihan sehingga demi memenuhi hasrat tersebut, orang akhirnya melakukan banyak dosa, yang dapat dikatakan kesemuanya berasal dari kebiasaan buruk yang satu itu sebagai sumber utamanya (Summa Theologiae, II-II, 153, 4). Di sini St Thomas menekankan disposisi atau kebiasaan yang membuat orang cenderung untuk berbuat dosa. Sebab itu, dosa-dosa pokok atau kebiasaan-kebiasaan buruk pokok adalah sungguh pokok dan serius sebab merupakan sumber dari dosa-dosa aktual tertentu, entah dosa berat ataupun dosa ringan; pada gilirannya, pengulangan dosa-dosa aktual, khususnya dosa-dosa berat, menghantar pada kerusakan rohani orang yang hidupnya dikuasai oleh kebiasaan buruk ini.

    Menurut tradisi, yang termasuk dalam dosa-dosa pokok ini seperti dimaklumkan oleh Paus St Gegorius Agung, adalah: kesombongan, ketamakan, hawa nafsu, iri hati, kerakusan, kemarahan dan kemalasan. Menariknya, St Thomas memasukkan besar kepala dan bukan kesombongan, guna menegaskan bahwa kesombongan adalah sumber dari segala dosa lainnya tanpa kecuali. Kita sekarang akan memberikan perhatian secara ringkas pada masing-masing dosa pokok; definisi klasik dalam teologi moral berikut dikutip dari Father Dominic Prummer's Handbook of Moral Theology.

    KESOMBONGAN adalah hasrat yang berlebihan untuk menonjolkan keunggulan diri sendiri. Kesombongan disebut penuh apabila orang begitu dikuasai olehnya hingga ia menolak untuk menundukkan akal budi dan kehendaknya pada Tuhan, serta taat pada perintah-perintah-Nya. Orang yang demikian menolak Tuhan dan mereka yang mewakili-Nya. Dalam arti tertentu, seorang dengan kesombongan penuh menjadikan dirinya sendiri tuhan.

  • 20

    Juga, orang hendaknya ingat akan konsekuensi fisik atas penyalahgunaan makanan dan minuman; misalnya, minum berlebihan dapat menghantar orang pada kecanduan alkohol. Akhirnya, orang hendaknya senantiasa ingat akan mereka yang kurang beruntung dan yang menderita akibat kekurangan makanan dan minuman yang layak. Sama sekali tidak ada alasan untuk membuang-buang makanan, dan mereka yang melakukannya juga bersalah karena kerakusan - mengambil makanan sebanyak-banyaknya, lalu tidak memakannya habis, dan membuangnya secara percuma di sampah.

    KEMARAHAN adalah hasrat yang berlebihan untuk membalas dendam. (Patut dicatat bahwa kemarahan yang salah ini berbeda dari kemarahan yang benar, di mana orang marah karena ketidakadilan di dunia atau bahkan dalam situasi-situasi pribadi, dan mencari cara untuk menanggulangi masalah serta memulihkan keadilan.) Kemarahan pertama-tama melanggar belas kasih sebab orang cenderung untuk bertindak dan berkata-kata sedemikian rupa, yang dapat melukai orang lain. Sebagai contoh, kata-kata yang dilontarkan dalam kemarahan, entah itu kata-kata kasar atau pernyataan yang menyakitkan mengenai orang lain, dapat menembus hingga ke lubuk hati orang. Kedua, kemarahan terkadang melanggar keadilan sebab orang bertindak di luar batas dalam menangani suatu masalah dan berusaha membalas dendam. St Thomas Aquinas mengajukan enam dampak sebagai akibat kebiasaan buruk kemarahan: kejengkelan, kekacauan mental, suara bicara yang memekakkan telinga, kutuk, makian dan pertikaian. Agar mawas diri terhadap kemarahan, orang harus setia pada keutamaan keadilan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan; menguasai diri dalam menangani suatu masalah; dan mengikuti teladan Kristus. St Katarina dari Siena mengatakan, Tak ada dosa ataupun

    17

    terikat bergitu rupa pada kekayaan dan harta milik sehingga pengumpulan dan penimbunan harta kekayaan menjadi tujuan utama hidup dan mendapatkan prioritas di atas orang maupun segala hal lainnya. Ada beberapa bentuk ketamakan: Sebagai contoh, sebagian orang tamak akan barang-barang materi, selalu ingin mendapatkan lebih banyak dan hanya memberikan kelebihannya, sedikit tip, sesuatu yang tak akan merugikan. Sebagian orang tamak akan waktu, hanya melakukan apa yang dengan suatu cara tertentu mendatangkan keuntungan bagi mereka. Sebagian orang tamak akan relasi, berteman demi status atau mempergunakan orang demi keuntungan diri sendiri. Orang dapat dengan mudah menjadi keras hati dan buta terhadap kebutuhan-kebutuhan mereka yang kurang beruntung. Dipicu ketamakan, orang merasa dapat mencukupi diri sendiri, berpuas diri dan tidak membutuhkan Tuhan.

    Guna memerangi ketamakan, orang harus banyak bersyukur dalam doa setiap hari atas begitu banyak berkat yang dinikmati, mencermati bagaimana baiknya berkat-berkat itu dipergunakan sebagai sarana untuk menolong mereka yang kurang beruntung dan senantiasa ingat bahwa ketika orang mati, semuanya akan ditinggalkan. Orang perlu merenungkan banyak pengajaran dan contoh-contoh dalam Kitab Suci di mana orang diingatkan agar waspada terhadap ketamakan. Tuhan kita mengatakan, Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan (Luk 12:15) dan perhatikan, Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mrk 10: 25). Secara khusus, orang perlu merenungkan teladan Yesus. St Yohanes Vianney mengajarkan, Ketamakan adalah cinta berlebihan akan kekayaan dan akan hal-hal baik dalam hidup ini. Yesus Kristus, demi menyembuhkan kita dari ketamakan, dilahirkan dalam kemiskinan yang sangat, jauh dari segala kenyamanan. Ia memilih seorang Bunda yang miskin. Ia menghendaki dilahirkan sebagai Putra seorang tukang kayu yang