Upload
dhiemas-reynaldi-yp
View
1.123
Download
55
Embed Size (px)
DESCRIPTION
keren
Citation preview
1
Modul
Dasar Instalasi Listrik
Tahun ajaran 2009/2010
Oleh : Maryono
NIP 19720517 200604 1 012
SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA
Jl. RW Monginsidi No 2 Yogyakarta 55223
2
Materi Dasar Instalasi Listrik 2009/2010 Oleh : Maryono
a. PUIL 1. Keselamatan Kerja 2. Peraturan-peraturan 3. Simbol Keamanan Peralatan Listrik 4. Simbol Peralatan Instalasi Listrik 5. Gambar Instalasi Listrik
b. Komponen-komponen Pokok Instalasi Listrik 1. Penghantar
a. Jenis Bahan Penghantar b. Kabel Instalasi berselubung c. Macam-macam sambungan kabel
2. Saklar a. Saklar Kotak b. Saklar Tumpuk c. Saklar Tuas
3. Kontak Listrik a. Kotak kontak/stop kontak b. Kontak Tusuk c. Kontak Hubung bagi
4. Fiting 5. Pengaman
a. Pengaman Ulir b. Pengaman Pisau c. Pengaman otomatis
6. Peralatan Pelindung dan hantaran listrik a. Pipa Instalasi b. Rol Sekat c. Sengkang d. Kotak sambung
c. Merangkai Instalasi Listrik Sederhana d. Prosedur Pemasangan Instalasi Listrik
3
1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL)
A. Sejarah PUIL
Peraturan Instalasi Listrik di Indonesia pertama kali
digunakan pada masa pemerintahan Belanda antara tahun 1924
1937 dengan nama Algemene Voolschriften voor elechische
sterkstroom instalaties (AVE).
Kemudian tahun 1964 Yayasan Dana Normalisasi
Indonesia telah menterjemahkan peraturan tersebut dan
menerbitkannya untuk pertama kalinya dengan nama Peraturan
Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964. Tahun 1977 direvisi
dan diterbitkan untuk kedua kalinya dengan dengan nama
Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1977. Sepuluh
tahun kemudian PUIL 1977 mengalami revisi kembali dan
diterbitkan tahun 1987 sebagai SNI No : 225 987 dengan nama
Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1987.
Pada tahun 2000, Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL
1987) diubah menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik disingkat
PUIL 2000 yang berorientasi untuk instalasi tegangan rendah dan
menengah di dalam bangunan, serta memuat sistem pengaman
bagi keselamatam manusia secara teliti.
PUIL 2000 yang merupakan revisi PUIL 1987 ini
dilaksanakan oleh Panitia Revisi PUIL 1987 yang ditetapkan oleh
4
Menteri Pertambangan dan Energi dalam Surat Keputusan Menteri
No:24-12/40/600.3/1999, tertanggal 30 April 1999 dan No:51-
12/40/600.3/1999, tertanggal 20 Agustus 1999. Anggota Panitia
Revisi PUIL tersebut terdiri dari wakil dari berbagai Departemen
seperti DEPTAMBEN, DEPKES, DEPNAKER, DEPERINDAG,
BSN, PT PLN, PT Pertamina, YUPTL, APPI, AKLI, INKINDO,
APKABEL, APITINDO, MKI, HAEI, Perguruan Tinggi ITB, ITI, ISTN,
UNTAG, STTY-PLN, PT Schneider Indonesia dan pihak pihak lain
yang terkait.
Sejarah PUIL dapat dilukiskan sebagai berikut:
Sumber : dokumen pribadi
Gambar. 1 . Iluistrasi Sejarah PUIL
B. RUANG LINGKUP
Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini berlaku untuk semua
pengusahaan instalasi listrik tegangan rendah arus bolak-balik
sampai dengan 1000 V, arus searah 1500 V dan tegangan
menengah sampai dengan 35 kV dalam bangunan dan sekitarnya
baik perancangan, pemasangan, pemeriksaan dan pengujian,
pelayanan, pemeliharaan maupun pengawasannya dengan
memperhatikan ketentuan yang terkait.
Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) ini tidak berlaku
untuk :
5
a. bagian instalasi listrik dengan tegangan rendah yang hanya
digunakan untuk menyalurkan berita dan isyarat;
b. bagian instalasi listrik yang digunakan untuk keperluan
telekomunikasi dan pelayanan kereta rel listrik;
c. instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik,
dan kendaraan lain yang digerakkan secara mekanis;
d. instalasi listrik di bawah tanah dalam tambang;
e. instalasi listrik dengan tegangan rendah yang tidak melebihi 25 V
dan dayanya tidak melebihi 100 W.
C. Maksud dan Tujuan PUIL
Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini
ialah agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik,
untuk menjamin keselamatan manusia dari bahaya kejut listrik,
keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya, keamanan
gedung serta isinya dari kebakaran akibat listrik, dan perlindungan
lingkungan.
D. Ketentuan yang terkait
Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini, harus pula
diperhatikan ketentuan yang terkait dalam dokumen berikut:
1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, Beserta Peraturan Pelaksanaannya;
6
2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan;
3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
4) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi;
5) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah.
6) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenagan Propinsi sebagai
Daerah Otonomi.
7) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang
Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1995 tentang Usaha
Penunjang Tenaga Listrik;
10) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi Ketenagalistrikan.
11) Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
02.P/0322/M.PE/1995 tentang Standardisasi, Sertifikasi dan
Akreditasi Dalam Lingkungan Pertambangan dan Energi
7
E. Syarat-Syarat Instalasi Listrik
Di samping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan
peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, harus diperhatikan
pula syarat-syarat dalam pemasangan instalasi listrik, antara lain :
a) Syarat ekonomis
Instalasi listik harus dibuat sedemikian rupa sehingga harga
keseluruhan dari instalasi itu mulai dari perencanaan, pemasangan
dan pemeliharaannya semurah mungkin, kerugian daya listrik harus
sekecil mungkin.
b) Syarat keamanan
Instalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa, sehingga
kemungkinan timbul kecelakaan sangat kecil. Aman dalam hal ini
berarti tidak membahayakan jiwa manusia dan terjaminnya
peralatan dan bendabenda disekitarnya dari kerusakan akibat dari
adanya gangguan seperti: gangguan hubung singkat, tegangan
lebih, beban lebih dan sebagainya.
c) Syarat keandalan (kelangsungan kerja)
Kelangsungan pengaliran arus listrik kepada konsumen harus
terjamin secara baik. Jadi instalasi listrik harus direncana
sedemikian rupa sehingga kemungkinan terputusnya atau
terhentinya aliran listrik adalah sangat kecil.
8
6. Keselamatan Kerja
A. Peraturan Perundangan
Keselamatan Kerja secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat
dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri.
Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka
menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan
kerja. Sehingga tuntutan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
semakin tinggi.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa
setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan
kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka
dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja. Peraturan tersebut adalah
Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang
ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat,
9
didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang tersebut dalam pasal 4 mengatur syarat-
syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang
produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Perlu di ketahui, bahwa yang menjadi penyebab kecelakaan
kerja ada dua hal antara lain :
Perilaku yang tidak aman dan
Kondisi lingkungan yang tidak aman
Meski demikian, berdasarkan data dari Biro Pelatihan
Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan yang pernah terjadi hingga
menyebabkan keselamatan kerja terganggu, hingga saat ini lebih
diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman dengan faktor sebagai
berikut:
1. Sembrono dan tidak hati - hati
2. Tidak mematuhi peraturan
3. Tidak mengikuti standar prosedur kerja
4. Tidak memakai alat pelindung diri
5. Kondisi badan yang lemah
10
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan
sebab yang tidak bisa dihindarkan, seperti bencana alam. Faktor lain
yang mengganggu keselamatan kerja 24% disebabkan lingkungan
atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan 73% karena perilaku
yang tidak aman.
Tentu saja, cara yang paling efektif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya
lima perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas. Oleh karena
itu, harus diambil tindakan yang tepat terhadap tenaga kerja dan
perlengkapan, agar tenaga kerja memiliki konsep keselamatan dan
kesehatan kerja demi mencegah terjadinya kecelakaan.
Jika demikian, pendidikan akan kesehatan dan keselamatan
kerja sangat penting artinya. Tujuannya antara lain untuk melindungi
kesehatan tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit. Berikut berbagai arah
keselamatan dan kesehatan kerja :
1. Mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan
melakukan pencegahan sebelumnya.
2. Memahami jenis-jenis bahaya yang ada di tempat kerja
3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat kerja
4. Mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.
B. Syarat-Syarat Keselamatan Kerja
11
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerjanya;
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
12
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
C. Peranan Keselamatan Kerja
Adapun Peranan Keselamatan Kerja meliputi beberapa aspek:
Tabel 1. Aspek Keselamatan Kerja
No Aspek Fungsi
1 Aspek teknis Upaya preventif utk mencegah timbulnya
resiko kerja
2 Aspek Hukum Sebagai perlindungan bagi tenaga kerja
dan orang lain di tempat kerja
3 Aspek ekonomi Untuk efisiensi
4 Aspek sosial Menjamin kelangsungan kerja &
penghasilan bagi kehidupan yang layak
5 Aspek kultural
Mendorong terwujudnya sikap & perilaku
yang disiplin, tertib, cermat, kreatif,
inovatif, & penuh tanggung jawab.
Sasaran keselamatan kerja ditujukan untuk melindungi tenaga kerja
dan orang lain yg berada di tempat kerja, terjadinya kecelakaan
kerja, peledakan, penyakit akibat kerja, kebakaran, & polusi yang
13
memberi dampak negatif terhadap korban, keluarga korban,
perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah, & masyarakat.
D. Peralatan Keselamatan Kerja
Peralatan kerja sangat di perlukan untuk keamanan diri atau
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia.Adapun bentuk dari
alat tersebut adalah :
Tabel. 2. Alat Pelindung diri
No Nama Fungsi
1 Safety Helmet sebagai pelindung kepala dari benda
yang bisa mengenai kepala secara
langsung
2 Tali Keselamatan
(safety belt)
sebagai alat pengaman ketika
menggunakan alat transportasi ataupun
peralatan lain yang serupa
(mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain
3 Sepatu Karet
(sepatu boot)
sebagai alat pengaman saat bekerja di
tempat yang becek ataupun berlumpur.
Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk
melindungi kaki dari benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
4 Sepatu pelindung Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit
14
(safety shoes)
dilapisi metal dengan sol dari karet tebal
dan kuat. Berfungsi untuk mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki
karena tertimpa benda tajam atau berat,
benda panas, cairan kimia, dsb.
5 Sarung Tangan
sebagai alat pelindung tangan pada saat
bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. Bahan
dan bentuk sarung tangan di sesuaikan
dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
6 Tali Pengaman
(Safety Harness)
sebagai pengaman saat bekerja di
ketinggian. Diwajibkan menggunakan
alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
7 Penutup Telinga
(Ear Plug / Ear
Muff)
sebagai pelindung telinga pada saat
bekerja di tempat yang bising.
8 Kaca Mata
Pengaman
(Safety Glasses)
sebagai pelindung mata ketika bekerja
(misalnya mengelas).
9 Masker
(Respirator)
sebagai penyaring udara yang dihirup
saat bekerja di tempat dengan kualitas
udara buruk (misal berdebu, beracun,
dsb).
10 Pelindung wajah
(Face Shield)
sebagai pelindung wajah dari percikan
benda asing saat bekerja (misal
pekerjaan menggerinda)
15
11 Jas Hujan (Rain
Coat)
melindungi dari percikan air saat bekerja
(misal bekerja pada waktu hujan atau
sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan
sebagaimana mestinya, gunakan
pedoman yang benar-benar sesuai
dengan standar keselamatan kerja (K3L
'Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lingkungan')
E. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan keselamatan kerja
Penyebab nomor 3 terbesar kasus meninggal dunia di
tempat kerja adalah karena listrik, pada saat pekerja melakukan
pekerjaannya dan 12% dari semua kasus meninggal dunia terjadi
pada pekerja pekerja yang masih muda. Listrik mengandung
potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan tenaga kerja
dan orang lain yang berada di dalam lingkungan tempat kerja dan
mengancam keamananan bangunan beserta isinya.
Pada peristiwa kecelakaan terkena aliran listrik, biasanya
penderita terjatuh setelah aliran listrik putus. Jika tempat kejadian
itu membahayakan, misalnya di atas tiang, atap yang landai, atau
kuda-kuda bangunan, sering orang mengalami kecelakaan yang
lebih berat.
16
Dalam hal ini pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK)
yang dilakukan oleh seorang ahli atau pembantu dokter, tidak
dimaksudkan untuk mengambil alih tugas dokter melainkan
semata-mata merupakan pertolongan darurat sampai dokter
datang.
Untuk memutuskan hubungan antara penderita dan
penghantar, dilakukan cara seperti berikut:
a) sedapat mungkin penghantar harus dibuat bebas tegangan
dengan jalan memutuskan sakelar atau melepaskan gawai
pengaman. Atau penghantar ditarik sampai terlepas dari
penderita dengan menggunakan benda kering bukan logam,
misalnya sepotong kayu atau seutas tali yang diikatkan pada
penghantar;
b) penderita ditarik dari tempat kecelakaan;
c) penghantar dilepaskan dari tubuh penderita dengan tangan
yang dibungkus dengan pakaian kering yang dilipat-lipat;
d) penghantar dihubungpendekkan atau dibumikan.
Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk
menghindarkan atau mengurangi pengaruh arus listrik. Ia harus
menempatkan diri pada papan yang kering, kain kering, pakaian
kering atau alas serupa itu yang bukan logam pakaian kering atau
alas serupa itu yang bukan logam (kayu, karet). Jika hal itu tidak
mungkin, kedua tangan penolong dibalut dengan kain kering,
17
pakaian kering atau bahan kering serupa itu (kertas, karet). Pada
saat memberikan pertolongan, penolong harus menjaga diri agar
tubuhnya jangan bersentuhan dengan benda logam.
Tabel 3. Klasifikasi Kecelakaan kerja
Menurut jenis kecelakaan
Menurut media penyebab
Menurut sifat cedera
Menurut bagian tubuh yang
cedera
- Jatuh
- Tertimpa benda
- Jatuh
- Menginjak,
terantuk
- Terjepit,terjempit
- Gerakan
berlebihan
- Kontak suhu
tinggi
- Kontak aliran
listrik
- Kontak dengan
bahan
berbahaya/radiasi
- Mesin
- Alat angkut &
alat angkat
- Peralatan lain
- Bahan,
- substansi &
radiasi
Lingkungan
kerja
- Penyebab lain
- Patah tulang
- Keseleo
- Memar
- Amputasi
- Luka bakar
- Keracunan
- Akut
- Kematian
- Kepala
- Leher
- Badan
- Anggota gerak
atas
- Anggota gerak
bawah
Manfaat Klasifikasi dalam keselamatan kerja adalah :
- dapat mencegah kecelakaan kerja yang berulang
- Sebagai sumber informasi tentang faktor penyebab, keadaan
pekerja, kompensasi
- Meningkatkan kesadaran dalam bekerja.
18
Pencegahan kecelakaan kerja :
- Peraturan perundangan
- Standarisasi
- Pengawasan
- Penelitian teknik
- Riset medis
- Penelitian psikologis
- Penelitian secara statistik
- Pendidikan
- Latihan-latihan
- Penggairahan
- Asuransi
7. Simbol Keamanan Peralatan Listrik
Semua Peralatan Listrik yang akan digunakan harus memenuhi
ketentuan PUIL 2000 dan telah lulus uji oleh suatu lembaga dari
Perusahaan Umum Listrik Negara yaitu Lembaga Masalah
Ketenagaan (LMK) dengan simbol :
Setiap negara mempunyai simbol pengujian tersendiri, simbol
pengujian dari berbagai negara antara lain sebagai berikut:
19
Tabel 4. Simbol pengujian dari berbagai negara
Simbol Negara Simbol Negara Simbol Negara
Afrika Selatan
Firlandia
Kanada
Australia
Indonesia
Norwegia
Austria
Inggris
Perancis
Belanda
Italia
Swedia
Belgia
Jepang
Swiss
Denmark
Jerman
USA
Sumber : Sudarsono 1998
Masih banyak lagi simbol pengujian dari berbagai negara.
20
3. Simbol Peralatan Instalasi Listrik
Simbol atau lambang berfungsi untuk memudahkan dalam
mengidentifikasi dalam gambar atau suatu peralatan.
A. Simbol untuk listrik arus kuat sesuai PUIL 2000
Tabel 5. Lambang gambar untuk diagram saluran arus kuat
21
22
23
24
Tabel 6. Lambang gambar untuk diagram instalasi pusat dan gardu listrik
25
26
27
28
29
Tabel 7. Lambang gambar untuk diagram instalasi bangunan
30
31
32
33
34
35
36
B. Simbol-simbol yangdigunakan untuk berbagai jenis proteksi menurut EN 60529 Tabel 8. Sistem IP : Ingress Protection Berdasarkan DIN VDE 0470
37
Contoh:
IP 24 : Peralatan yang tahan terhadap benda padat lebih besar 12
mm dan tahan terhadap semprotan air dari segala arah.
IP 06 : Peralatan yang tahan trhadap semprotan air bertekanan
berat.
38
4. Gambar Instalasi Listrik
Secara umum Gambar instalasi listrik dibagi menjadi dua bagian yaitu
: menurut tujuan dan Cara menggambar.
Pembagian gambar menurut tujuan meliputi :
Diagram yang sifatnya menjelaskan : diagram dasar, diagram
lingkaran arus, dan diagram instalasi
Diagram Pelaksanaan, yaitu : diagram pengawatan dan diagram
saluran
Gambar Instalasi
Gambar situasi
Sedangkan pembagian menurut cara mengambar dibedakan
berdasarkan kepada :
- cara menggambar dengan garis tunggal dan
- cara mengambar dengan garis ganda.
Pembagian Gambar dapat dilukiskan sebagai berikut :
39
Cara menggambar
Gambar instalasi listrik
menurut tujuan
Diagram yang
sifatnya menjelaskan
Diagram Pelaksanaan
Gambar instalasi
Gambar situasi
diagram dasar
diagram lingkaran arus
diagram instalasi
Diagram pengawatan
diagram saluran
dengan garis tunggal
dengan garis ganda
Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2. Pembagian Gambar Instalasi
A. Diagram Dasar
Diagram dasar dimaksudkan untuk menjelaskan cara
kerja suatu instalasi secara elementar.
Sumber: Dokumen Pribadi
gambar 3. Diagram dasar PHB
40
Sumber: Dokumen Pribadi
gambar 4. Diagram lengkap PHB
Gambar 3. memperlihatkan diagram dasar suatu
perlengkapan hubung bagi (PHB) yang digambar dengan cara
disederhanakan. Gambar 4. memperlihatkan diagram yang sama
diagram secara terperinci.
B. Diagram Lingkaran Arus
Diagram lingkaran arus adalah untuk menjelaskan cara
kerja suatu rangkaian. Diagram lingkaran arus digambarkan
dengan saklar selalu bergerak dari kiri ke kanan atau dari bawah
ke atas, seperti yang digambarkan pada gambar 1.4.
41
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 4. Diagram aliran arus rangkaian kutub satu
C. Diagram Instalasi
Diagram instalasi menjelaskan dan memberikan gambaran
hubungan dengan meter listrik, jumlah beban yang harus dilayani,
jenis kabel, dan kapasitas pengaman yang harus dipasang pada
instalasi sebenarnya serta rencana daya yang akan dipakai. Dari
keterangan yang tercantum dalam diagram instalasi dapat
ditentukan apakah instalasinya sesuai dengan peraturan atau tidak,
secara sederhana lihat penjelasannya berikut :
42
Sumber : Ahmad Kusnandar 2002:18
Gambar 6. Contoh gambar diagram instalasi
D. Diagram Pengawatan
Diagram pengawatan memperlihatkan cara pelaksanaan dalam
suatu peralatan listrik, contohnya:
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 7. Diagram pengawatan PHB 1 fasa 1 kelompok
E. Diagram Saluran
Diagram saluran memperlihatkan hubungan antara bagian-bagian
instalasi. Diagram ini dapat digambarkan berupa diagram
43
topografis yang menggambarkan saluran sebebanrnya. Contoh
doagram saluran dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber : Ahmad Kusnandar 2002:17
Gambar 8. Diagram saluran topografis
F. Gambar Instalasi
Gambar instalasi dapat berupa titik beban tanpa
digambarkan saluran instalasinya, bagi seorang instalatir dapat
menentukan sendiri letak saluran instalasinya tetapi dengan
ketentuan harus aman dari bahaya kebakaran/hubung singkat.
Untuk instalasi pada bangunan yang luas dan melayani beban yang
banyak saluran-salurannya harus digambarkan secara jelas.
Pada gambar instalasi harus disertai dengan diagram
instalasi. Contoh gambar instalasi dapat dilihat pada gambar
berikut:
44
Sumber: Basic Electrical Installation Work hal 67
Gambar 9.Contoh gambar instalasi untuk suatu rumah
G. Gambar Situasi
Gambar situasi memberikan gambaran secara jelas letak
gedung serta instalasi yang akan dihubungkan dengan jaringan
PLN. Keterangan ini diperlukan oleh PLN untuk memudahkan
menetukan kemungkinan penyambungan serta pembiayaanya.
Data yang perlu ditulis pada gambar situasi ini adalah alamat
lengkap, jarak terhadap sumber listrik terdekat (tiang
listrik/bangunan yang sudah berlistrik) untuk daerah yang sudah
ada jaringan listriknya. Bila belum ada jaringan listriknya, perlu
digambarkan rencana pemasangan tiangtiang listrik.
Keterangan: A : Lokasi bangunan B : Jarak bangunan ke tiang C : Kode tiang/transformator U : Menunjukkan arah utara
45
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar 10. Gambar Situasi
H. Diagram Garis Tunggal
Diagarm garis tunggal biasanya disebut digram
perencanaan instalasi listrik, sedangkan diagram garis ganda
disebut diagram pelaksanaan. Diagram garis tunggal diterapkan
pada instalasi rumah sederhana maupun instalasi gedung gedung
sederhana hingga gedung besar/bertingkat dan juga pada diagram
panel bagi dan rekapitulasi beban.
Diagram garis tunggal menunjukan jumlah kabel, saklar
yang digunakan dan penggunaan lampu. Contoh diagram garis
tunggal dapat dilihat gambar 11.
Sumber Dokumen Pribadi
Gambar 11. Diagram garis tunggal
I. Diagram Garis Ganda
46
Diagram garis ganda merupakan penjabaran dari diagram
garis tunggal. Contoh diagram garis ganda dapat dilihat pada
gambar 12 berikut ini.
Sumber Dokumen Pribadi
Gambar 12. Diagram garis ganda
5. Komponen-komponen Pokok Instalasi Listrik
7. Penghantar
d. Jenis bahan penghantar
Penghantar yang digunakan pada instalasi listrik pada
umumnya digunakan bahan tembaga dan alumunium. Untuk
penghantar tembaga kemurniannya minimal 99,9%. Tahanan
jenis yang disyaratkan tidak melebihi 0,017241 ohm mm2/m
padasuhu 200 C, atau sama dengan daya hantar 50 siemen
=100% IACS (International Annealid Copper Standard). Koefisien
47
suhu pada suhu awal 200 C adalah 0,04% perderajat celcius.
Bila terjadi kenaikan suhu 100 C akan terjadi kenaikan tahanan
jenis4%. Luas penamapang penghantar teambaga harus
memenuhi standar internasional, namun untuk keperluan praktis
ukuran tersebut telah dibuat pada table seprti table 9. Tabel ini
juga memuat luas penampang hantaran tembaga telanjang.
Tabel 9. Luas penampang hantaran nominal
Alumunium untuk penghantar kabel berisolasi harus juga
alumunium murni. umumnya digunakan alumunium dengan
kemurnian sekurang-kurangnya 99,9%. Tahanan jenis
alumunium lunak untuk hantaran listrik telah dibakukan, yaitu
tidak boleh melebihi 0,028264 ohm mm2 /m pada suhu 200 C;
atau sama dengan daya hantar sekurang-kurangnya 61% IACS
48
(international Annealid Copper Standard).. Dayahantar
alumunium juga dipengaruhi oleh keadaan kekerasannya ,tetapi
tak sebesar daya hantar tembaga. Alumunium lunak dengan
daya hantar 61% IACS, memiliki kekuattan tarik 60-70N/mm2.
Alumunium keras dengan kekuatan tarik 150-159N/mm2 hanya
kira-kira 1% lebih rendah daripada daya hantar alumunium lunak.
Koefisien suhu pada suhu awal 200 C adalah 0,04% per derajat
celcius dan berat jenisnya pada suhu tersebut 2,7 dan 8,9. Daya
alumunium sama dengan 61% IAC, maka tahanan penghantar
yang sama diperlukan luas penghantar : 100/60 x luas
penghantar tembaga = 1,64 x luas penghantar tembaga atau jika
memperhitungkan diameter penghantar = 1,64 x diameter
tembaga. Berat alumunium juka dibanding dengan berat
tembaga : 1,64 x (2,7/8,9) x 100% = 50% berat tembaga. Jadi
penghantar alumunium dibanding dengan tembaga akan 50%
lebih ringan, tetapi diameter akan 28% lebih besar. Hal berarti
penggunaan kawat alumunium akan lebih hemat dan
penggunaan isolasi lebih sedikit, karena diameternya lebih besar
28%.
e. Penghantar Instalasi berselubung
49
Penggunaan kabel instalasi berselubung jika
dibandingkan dengan dalam pipa diantaranya :
o Lebih mudah dibengkokan
o Lebih tahan terhadap pengaruh asam dan uap atau gas
tajam
o Sambungan dengan alat pemakai dapat ditiup lebih rapat
Beberapa pengertian huruf yang digunakan pada kode kabel
adalah :
Tabel 10. Nomenklatur kabel menurut SPLN
Kode
Arti
N Kabel standar dengan inti tembaga
NA Kabel standar dengan aluminium sebagai penghantar
Y Isolasi PVC
G Isolasi karet
A Kawat berisolasi
Y Selubung PVC Y. pada akhir nomenklatur
M Selubung PVC
R Kawat baja bulat (perisai)
Gb Kawat pita baja (perisai)
B Pita baja
I Untuk isolasi tetap di luar jangkauan tangan
re Penghantar padat bulat
rm Penghantar bulat berkawat banyak
Se Penghantar bentuk pejal (padat)
Sm Penghantar dipilin bentuk sektor
50
F Pengharitar halus dipintal bulat
Ff Penghantar sangat fleksibel
Z Penghantar Z
D Penghantar tiga jalur yang di tengah sebagai pelindung
H Kabel untuk alat bergerak
Rd Inti dlpilin bentuk bulat
Fl Inti pipih
-l Kabel dengan sistem pengenal warna urat dengan hijau
kuning
-O Kabel dengan sistem pengenal warna urat tanpa hijau kuning
Contoh kabel : NYFGbY I 4 x 50 mm2 0,6/1 kV
Arti kode penandaan
N = Kabel jenis standar, dengan penghantar
tembaga
Y = solasi inti dari bahan PVC
F = perisai/pelindung dari kawat baja pipih
Gb = perisai pita baja
Y = selubung luar dari bahan PVC
-I = kabel dengan sistim pengenal warna urat
hijau /kuning
4 x 50 mm2 = jumlah inti dan luas penampang per inti
0,6/1 kV = tegangan antara phasa dengan netral/bumi
0,6 kV
Tegangan antara phasa dengan phasa 1 kV
51
f. Macam-macam sambungan kabel
Untuk menyambung atau mencabang kabel, harus
selalu mengupas bagian isolasi kebel yang akan disambungkan
atau dicabangkan, untuk mendapatkan hasil sambungan yang
baik kabel yang telah dikupas dibersihkan terlebih dahulu.
Cara penyambungan dan pencabangan ini
bermacam-macam sesuai dengan keperluan. Syarat dalam
penyambungan atau pencabangan adalah sambungan harus
kuat, baik mekanis maupun kelistrikanya. Untuk kabel yang
berdiameter besar sambungan harus di soldier.
Macam-macam sambungan kabel antara lain :
1. Menyambung cara ekor babi (Pig Tail)
Menyambung cara ekor babi adalah cara yang paling
sederhana dan mudah. Sambungan ini digunakan untuk
menyambung atau mencabangkan beberapa kabel pada
satu titik.penyambungan semacam ini sering dijumpai pada
kotak sambung dan umumnya di isolasi dengan lasdop, yang
berfungsi sebagai pengikat dan sekaligus sebagai isolasi.
Adapun cara penyambungan kabel adalah semua kabel
yang akan disambungkan dijadikan satu kemudian diputar
dengan tang. Kemudian rapikanhasil sambungan dengan
memotong kabel pada ujung sambungnnya.
52
Gambar 13. Sambungan cara ekor babi
2. Manyambung cara puntir
Ada dua macam penyambungan cara putir, yaitu bell
hangers dan western union. Perbedaan bentuk kedua
sambungan itu terletak pada jumlah puntiranya, tetapi cara
dan bentuk penyambungannya sama.
a. Cara mulai penyambungan
b. Cara penyambungan bell hangers
c. Cara penyambungan western union
Gambar 14. Sambungan cara Puntir
3. Menyambung cara bolak-balik (Turn Back)
Menyambung cara bolak-balik ini dimaksudkan untuk
mendapatkan sambungan yang lebih kuat terhadap
53
rentangan atau tarikan. Cara penyambungan dapat dilihat
pada gambar berikut :
Gambar 15. cara bolak-balik
Sambungan cara ini umumnya digunakan untuk kabel yang
mempunyai diameter 4 mm .
4. Menyambung cara bolak-balik (Britania)
Sambungan cara ini sering digunakan untuk kabel yang
berdiameter lebih dari 4 mm yang hasil penyambungannya
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 16. Sambungan cara bolak-balik
54
5. Sambungan Scarf
Sambungan ini mirip dengan sambungan britania,
sambungan ini dimaksudkan untuk mendapatkan
sambungan yang tebalnya tidak melebihi diameter kabel
yang disambungkannya., lihat gambar :
Gambar 17. Sambungan Cara Scarf
6. Menyambung kabel bernadi banyak
Gambar 18. Menyambung kabel bernadi banyak
7. Mencabang datar (plaint joint)
Percabangan ini dilakukan paa tengah kabel yang
memanjang isolasinya dikupas, sedangkan kabel yang akan
55
dicabangkan ujungnya juga dikupas. Gambar percabangan
itu sebagai berikut:
Gambar 19. Sambungan Cara datar (plaint joint)
Sedangkan untuk percabangan yang menyilang disebut
plaint cross joint, gambarnya sebagai berikut:
Gambar 20. Sambungan Cara datar plaint cross joint
8. Mencabang Duplex cross Joint
Percabangan dua buah kabel yang disatukan dalam satu
empat dapat dilakukan dengan cara Duplex cross Joint,
gambar penyambunganya sebagai berikut :
Gambar 21. Sambungan Cara Duplex cross Joint
56
Sedangakan untuk kabel yang mempunyai nadi banyak
dapat dilakukan seperti ini:
Gambar 22. Sambungan Cara kabel bernadi banyak
9. Menyambung simpul (knotted tap joint)
Untuk mendapatkan percabangan yang lebih kuat dan kokoh
pada percabangan datar dapat dilakukan dengan
percabangan simpul, gambar percabangan simpul adalah:
57
Gambar 23. Sambungan Cara simpul
6. Sakelar
Sakelar berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan
rangkaian listrik dari sumber ke beban. Sakelar dan pemisah harus
memenuhi beberapa persyaratan antara lain :
a. Dapat dilayani secara aman tanpa harus memerlukan alat bantu
b. Jumlahnya harus sesuai hingga semua pekerjaan pelayanan,
pemeliharaan, dan perbaikan instalasi dapat dilakukan dengan
aman.
c. Dalam keadaan terbuka, bagian sakelar atau pemisah bergerak
harus tidak bertegangan
d. Harus tidak dapat terhubungkan sendiri karena pengaruh gaya
berat
e. Kemampuan sakelar minimal sesuai dengan gaya daya alat yang
dihubungkannya, tetapi tidak boleh kurang
58
Simbol atau lambang dari alat pemutus/penghubung yang
sering digunakan dalam instalasi rumah tinggal dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 11. Simbol saklar dan pengawatanya
Nama Simbol Gambar pengawatan
Saklar Tunggal
Saklar Seri
Saklar Tukar
a. Sakelar kotak
Sakelar ini pada umumnya untuk menyalakan dan
mematikan lampu, dimana sakelar ini sering disebut sakelar kotak
karena sering dipasang di atas sebuah kotak yaitu kotak normal.
Contoh sakelar ini dapat dilihat pada gambar 24. yang
memperlihatkan beberapa sakelar jungkit yang ditanam dalam
dinding.
59
Gambar 24. Sakelar kotak
b. Sakelar tumpuk
Sakelar jenis ini mempunyai empat kedudukan yang dapat diputar
ke kanan atau ke kiri dengan sudut masing-masing 900 , setiap
hubungan mempunyai hubungan yang bertingkat.
(a) (b)
Gambar 25. Sakelar tumpuk
c. Saklar sandung
Saklelar jenis ini mempunyai hubungan tiga keadaan yaitu pada
posisi nol (0) saklar dalam keadaan terbuka, pada posisi satu (1)
dan dua (2) keadaan terhubung secara bergantian. Bentuk dan
konstruksi saklar sandung dapat dilihat pada gambar 26.
(a) Bentuk sakelar sandung
60
(b) Poros sakelar sandung
Gambar 26. Sakelar sandung
Pada sakelar sandung bagian yang berputar adalah porosnya,
sedangkan kotakkontaknya tidak ikut berputar, sehingga usia dari
sakelar ini adalah sangat panjang.
d. Saklar tuas
Sakelar tuas dilengkapi dengan pisau-pisau sebagai penghubung
dan pemutus yang digerakkan secara mekanis satu arah.
Konstruksi sakelar ini dapat dilihat pada gambar 27.
Gambar 27. Bentuk sakelar tuas
e. Saklar giling
Sakelar ini mempunyai titik putar yang bergerak bagian tengahnya,
dimana gerakannya bisa memutuskan atau menghubungkan kutub-
kutub kontak. Contoh pemakaian pada pengontrolan pengisian bak
61
air oleh pompa, bila air berkurang mencapai titik tertentu, maka
pompa akan jalan. Sebaliknya bila air mencapai titik permukaan
tertentu maka pompa akan berhenti. Konstruksi sakelar giling dapat
dilihat pada gambar 28.
Gambar 28. Bentuk sakelar giling
7. Kontak Listrik
a. Kotak-kontak (stop kontak)
Kotak kontak merupakan tempat untuk mendapatkan sumber
tegangan listrik yang diperlukan untuk pesawat atau alat listrik.
Tegangan Sumber listrik ini diperoleh dari hantaran fasa dan
netaral yang berasal dari PLN.
Gambar 28. Kotak kontak
b. Kontak Tusuk
62
Kontak tusuk digunakan untuk menghubungkan pesawat atau alat
listrik yang dipasang tetap ataupun dapat dipindah-pindahkan.
Jenis kontak tusuk dapat dilihat pada gambar 29.
Gambar 29. Jenis-jenis kontak tusuk
Penggunaan dan pemasangan kontak ada beberapa ketentuan
antara lain :
1) Kotak-kontak dinding fasa satu harus dipasang hingga kontak
netralnya ada disebelah kanan
2) Kotak-kontak dinding yang dipasang kurang dari 1,25 meter di
atas lantai harus dilengkapi dengan tutup .
3) Kotan-kontak yang dipasang dilantai harus tertutup .
4) Kotak-kontak dinding dengan pengaman harus dipasang
hantaran pengaman .
5) Ruangan yang dilengkapi dengan kotak kontak dengan kotak
pengaman, tidak boleh dipasang kotak-kontak tanpa
pengaman, kecuali kotak-kontak tegangan rendah dan untuk
pemisahan pengaman .
63
6) Pada satu tusuk kontak, hanya boleh dihubungkan satu kabel
yang dapat dipindahpindah .
7) Kemampuan kotak-kontak harus sekurang-kurangnya sesuai
dengan daya yang dihubungkan padanya, tetapi tidak boleh
kurang dari 5 A.
c. Kontak hubung bagi
Kotak PHB harus dibuat dari bahan yang tidak dapat
terbakar, tahan lembab dan kuat. Pada setiap hantaran fasa keluar
suatu perlengkapan hubung bagi harus dipasang pengaman arus.
Pada hantaran netral tidak boleh dipasang pengaman arus, kecuali
bila potensial hantaran netralnya tidak selalu mendekati potensial
tanah. Setiap peralatan listrik, kecuali kotak -kontak dengan
kemampuan hantar arus nominal 16 A atau lebih, harus merupakan
rangkaian akhir tersendiri kecuali jika peralatan tersebut bagian
yang tidak terpisahkan dari suatu unit. Gambar 30.a.
memperlihatkan diagram rangkaian akhir sederhana untuk satu
fasa, dan gambar 30 b.menunjukkan bentuknya.
64
a b
Gambar 30. Perlengkapan hubung bagi dan diagramnya
Kontak hubung bagi juga harus memenuhi persyaratan antara lain :
- Kontak hubung bagi harus kokoh, terbuat dari bahan yang tidak
mudah terbakar dan tahan lembab
- Pada kontak hubung bagi yang berdiri sendiri sekurang-
kurangnya harus mempunyai satu saklar dengan kemampuan
sakelar sekurang-kurangnya sama dengan kemampuan arus
nominal pengaman tetapi tidak kurang dari 10A.
- Sakelar masuk boleh ditiadakan kalau kontak hubung bagi
merupakan suplai dari hubung bagi lainnya
- Setiap hantaran fasa keluar harus dipasang pengaman arus.
Komponen-komponen penting dari kontak hubung bagi adalah :
- Kontak rel, (panel) berfungsi sebagai terminal untuk
menyambungkan pada beberapa saluran ke beban
- Kotak pengaman
- Kotak Sakelar yang merupakan satu kesatuan dari kontak
hubung bagi.
65
8. Fiting
Fiting adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut
penggunaannya dapat dibagi menjadi tiga jenis : fiting langit-langit,
fiting gantung, dan fiting kedap air.
a. Fiting langit-langit
Pemasangan fiting langit-langit ditempelkan pada langit-langit
(eternit) dan dilengkapi dengan roset. Roset diperlukan untuk
meletakan/penyekerupan fiting supaya kokoh kedudukannya pada
langit-langit.
Gambar 31. Fiting langit-langit
b. Fiting gantung
Pada fiting gantung dilengkapi dengan tali snur yang berfungsi
sebagai penahan beban bola lampu dan kap lampu, serta untuk
66
menahan konduktor dari tarikan beban tersebut. Konstruksi dari
fiting gantung dapat dilihat pada gambar 32
Gambar 32. Konstruksi fiting gantung
c. Fiting kedap air
Fiting kedap air merupakan fiting yang tahan terhadap
resapan/rembesan air. Fiting jenis ini dipasang di tempat lembab
atau tempat yang mungkin bisa terkena air misalnya fiting untuk di
kamar mandi. Konstruksi fiting ini terbuat dari porselin, dimana
bagian kontaknya terbuat dari logam kuningan atau tenbaga dan
bagian ulirnya dilengkapi dengan karet yang berbentuk cincin
sebagai penahan air. Konstruksi fiting kedap air dapat dilihat pada
gambar 33
Gambar 33. Konstruksi fiting kedap air
67
9. Pengaman
Pengaman adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi
sistem instalasi dari beban arus yang melebihi kemampuannya.
Biasanya arus yang mengalir pada suatu penghantar akan
menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun pada alat
listriknya sendiri. Untuk mencegahnya digunakan pengaman lebur dan
pengaman otomat. Alat ini digunakan untuk :
a. Mengamankan system instalasi listrik (hantaran, perlengkapan
listrik dan alat/ pesawat yang menggunakan listrik)
b. Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh
pemakaian beban yang berlebihan dan akibat hubung singkat
antara fasa dengan fasa, fasa dengan netral atau fasa dengan
badan (body).
c. Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau
perlengkapan lainnya.
d. Pengaman lebur harus memutuskan rangkaian yang diamankan
kalau arusnya menjadi terlalu besar. Bagian pengaman yang
memutuskan rangkaian disebut patron lebur. Untuk aus nominal
sampai dengan 25 A, menurut ayat 630 B15 harus digunakan
patron lebur jenis D, yaitu berupa patron ulir dan biasanya
digunakan maksimum 63 A.
A. Pengaman ulir
68
Pengaman ulir ini terdiri dari rumah sekering, pengepas
patron, dan patron lebur. Gambaran mengenai rumah sekering,
tudung sekering dan pengepas patron dapat dilihat pada gambar 34
Gambar 34. Pengaman ulir
Pengaman jenis ini bekerja dengan cara memutuskan
kawat leburnya apabila pada sistem terjadi kenaikan arus diluar
batas nominalnya. Kenaikan arus ini disebabkan oleh beban lebih
atau hubung singkat. Berkaitan dengan aptron lebur memiliki kawat
lebur dari jenis bahan perak dengan campuran beberapa logam
lain, seperti timbel, seng, dan tembaga. Untuk kawat lebur
digunakan perak, karena logam ini hampir tidak berkarat dan daya
hantar listriknya tinggi. Jadi diameter kawat leburnya bisa sekecil
mungkin untuk menghidari timbulnya uap bila kawatnya melebur.
Diameter luar ujung patron lebur berbeda-beda tergantung arus
nominalnya, yaitu makin tinggi arus nominal makin besar diameter
69
ujung patronnya. Warna patron yang digunakan untuk menandai
patron lebur dan pengepas patron, berasal dari warna-warna
perangko Jerman, antara lain :
Tabel 12. Kode sekring
Batasan Warna
2 A merah muda
4 A cokelat
6 A hijau
10 A merah
16 A kelabu
20 A biru
25 A kunig
35 A hitam
60 A Putih
65 A warna tembaga
Bagian-bagian dari sekring adalah sebagai berikut:
Gambar 35. Bagian-bagian Sekering
70
B. Patron pisau
Untuk mengamankan sistem instalasi diatas 65 A dapat
menggunakan pengaman lebur jenis patron pisau. Konstruksi
patron pisau dapat dilihat pada gambar 2.16.
Gambar 36. Konstruksi patron pisau
Gambar 36. memperlihatkan sebuah kotak pengaman untuk enam
patron pisau. Supaya patronnya bisa masuk tepat pada tempatnya,
di antara tempat patronnya dipasang sekat-sekat dari bahan isolasi.
Arus patron pisau ini mulai dari 15 A hingga 100 A. Patron pisau
jenis tahan hubungan singkat, dapat memutuskan arus hubung
singkat yang sangat besar tanpa meledak. Karena konstruksinya
yang tertutup, maka uap perak yang terbentuk kalau elemen
leburnya putus tidak bisa keluar. Jadi di dalam patron akan timbul
tekanan yang sangat tinggi, sehingga konstruksi patron untuk arus
nominal yang besar harus kuat. Kadang-kadang nilai sesaat arus
71
hubung singkat dapatmencapai 100 kA, sehingga dapat merusak
instalasinya. Oleh karena itu arus hubung singkat ini harus
diputuskan sebelum mencapai nilai maksimumnya dan sebelum
membahayakan instalasi.
C. Pengaman otomatis
Pengaman otomatis adalah pengaman yang digunakan
untuk memutuskan hubungan rangkaian listrik secara otomatis
apabila arus melebihi nilai tertentu, dan merupakan sebagai
pengganti pengaman lebur. Cara kerjanya ada dua macam yaitu
secara thermis dan secara elektromagnetik. Keuntungan pengaman
otomatis adalah dapat digunakan kembali dengan segera setelah
terjadi pemutusan.
Secara thermis pemutus menggunakan dwi logam, bila arus
yang melewati batas kemampuan pengaman, dwilogam akan
mengalami panas kemudian merenggang dan akhirnya
memutuskan rangkaian. Pemutus bekerja secara magnetic, apabila
arus yang melewati pengaman melebihi kapasitasnya, maka
kelebihan arus tersebut akan mengalir pada kumparan dan
kumparan membentuk magnet dan menarik tuas penghubung,
kemudian memutuskan rangkaian. Contoh bentuk sebuah otomat
ulir dapat dilihat paga gambar 35.
Berdasarakan waktu pemutusannya pengaman otomatis
dibagi menjadi otomat-L, otomat-H, dan otomat-G.
72
1. otomat-L (untuk hantaran)
Jenis pengaman ini menggunakan jenis pengaman
dwilogam, bila terjadi pemanasan pada penghantar akibat
beban tertentu maka otomat-L akan memutuskan rangkaian,
tetapi bila terjadi hubung singkat maka pengaman
elektomagnetik yang bekerja. Untuk arus bolak-balik yang sama
dengan 4 Ln 6 Ln, dan arus yang sama dengan 8 Ln,
pemutusan arusnya berlangsung dalam waktu 0,2 sekon.
Gambar 37. Pengaman otomat ulir
2. Otomat-H (untuk instalsi rumah)
Pengaman ini sama dengan otomat-L, tetapi pengaman
elektromagnetiknya memutuskan rangkaian dalam waktu 0,2
sekon kalau arusnya sama dengan 2,5 Ln 3 Ln untuk arus
bolak-balik atau sama dengan 4 Ln untuk arus searah. Jenis
otomat ini digunakan untuk instalasi rumah, dimana arus
gangguan yang rendah pun harus diputuskan dengan cepat.
3. Otomat-G
Jenis otomat ini mengamankan otomat-otomat rangkaian listrik
arus bolak balik atau arus searah dan rangkaian akhir,
73
misalnya untuk penerangan bangsal pabrik. Pengaman
elektromagnetiknya berfungsi pada 8 Ln 11 Ln untuk arus ac
dan 14 Ln untuk arus dc. Konstruksi otomat - G dapat dilihat
pada gambar 2.19. kecepatan pemutusannya sangat besar,
karena konstruksi khusus mekanik pemutusan
elektromahnetiknya, dan waktu antara terjadinya hubungan
singkat dan pemutusan pendek sekali. Untuk arus hubung
singkat 1200 A, waktu pemutusan hanya 0,0003sekon.
Pemutusan cepat ini dicapai dengan menggunakan sebuah
elektromagnet dengan angker pemukul.
10. Peralatan Pelindung dan hantaran listrik
Sebelum pemasangan instalasi listrik, terlebih dahulu
diperlukan data teknis bangunan / objek yang akan dipasang,
misalnya dinding dibuat dari papan kayu /bata merah; batako / asbes
atau lainnya. Dan langit-langit berupa plafon atau beton dan
sebagainya. Dengan demikian dalam perancangan instalasi dapat
ditentukan jenis penghantar yang akan digunakan. Jika yang
digunakan peghantar NYA, maka harus menggunakan pelindung pipa,
sedangkan untuk jenis lain misalnya NYM atau NYY tidak diharuskan,
tetapi jika menggunakan pipa akan diperoleh bentuk yang lebih baik
dan rapi. Penggunaan pipa pada instalasi listrik dapat dipasang
didalam tembok / beton maupun diluar dinding / pada permukaan
papan kayu, sehingga terlihat rapi.
74
Pemasangan didalam tembok sangat bermanfaat disamping
sebagai pelindung penghantar juga saat dilakukan penggantian
penghantar dikemudian hari akan mudah dan efisien. Pengerjaan pipa
ini meliputi memotong, membengkok dan menyambung.
Untuk sementara ini jenis pipa yang digunakan pada instalasi listrik
ada 3 macam, yaitu :
1. Pipa Union
2. Pipa paralon atau PVC
3. Pipa fleksibel
1. Pipa Union
Pipa union adalah pipa dari bahan plat besi yang diproduksi
tanpa menggunakan las dan biasanya diberi cat meni berwarna
merah. Pipa union dalam pengerjaannya mudah dibengkok dengan
alat pembengkok dan mudah dipotong dengan gergaji besi. Jika
lokasi pemasangannya mudah dijangkau tangan, maka harus
dihubungkan dengan pentanahan, kecuali bila digunakan
untuk menyelubungi kawat pentanahan (arde). Umumnya dipasang
pada tempat yang kering, karena untuk menghindari terjadi korosi
atau karat.
75
Gambar 38. Pipa Union
2. Pipa Paralon / PVC
Pipa ini dibuat dari bahan paralon / PVC. Jika dibandingkan
dengan pipa union, keuntungan
pipa PVC adalah lebih ringan, lebih mudah pengerjaannya
(dengan pemanasan) dan merupakan bahan isolasi, sehingga
tidak akan mengakibatkan hubung singkat antar penghantar.
Disamping itu penggunaannya sangat cocok untuk daerah lembab,
karena tidak me-nimbulkan korosi. Namun demikian, pipa PVC
memiliki kelemahan yaitu tidak tahan digunakan pada temperatur
kerja diatas 60oC.
Gambar 39. Pipa Paralon / PVC
3. Pipa Fleksibel
Pipa fleksibel dibuat dari potongan logam / PVC pendek
yang disambung sedemikian rupa sehingga mudah diatur dan
lentur. Pipa ini biasa digunakan sebagai pelindung kabel yang
berasal dari dak standar ke APP, atau juga digunakan sebagai
76
pelindung penghantar instalasi tenaga yang menggunakan motor
listrik, misalnya mesin press, mesin bubut,mesin skraf, dan lain-lain.
Gambar 40. Pipa Fleksibel
4. Tule / Selubung Pipa
Pipa untuk instalasi listrik (khususnya union) pada bagian
ujung pipa terdapat bagian yang tajam akibat bekas pemotongan dari
pabrik maupun pada pelaksanaan pekerjaan. Agar tidak merusak
kabel maka bagian yang tajam ini harus diratakan/ dihaluskan dan
perlu waktu yang cukup lama. Untuk mengantisipasi masalah ini
cukup dipasang tule pada bagian ujung pipa yang tajam tadi.
Gambar 41. Tule
5. Klem / Sengkang
Klem atau sering disebut juga sengkang adalah komponen untuk
menahan pipa yang dipasang pada dinding tembok atau dinding kayu
atau pada plafon. Klem dibuat dari bahan besi atau PVC dan
77
mempunyai ukuran yang sesuai dengan pipa yang digunakan.
Pemasangannya dengan menggunakan sekrup kayu.
Gambar 42. Sengkang
6. Sambungan Pipa (Sock)
Pada pekerjaan instalasi dengan menggunakan pipa, sering
diperlukan sambungan untuk menyesuaikan posisi. Sambungan pipa
yang lurus disebut juga sock atau boch, dibuat dari bahan pelat atau
PVC. Penyambung pipa lurus ini banyak tersedia di pasaran dengan
berbagai macam ukuran dan bentuk sesuai dengan ukuran pipanya.
Gambar 43. Sambungan pipa/Shock
7. Sambungan Siku
Selain sambungan pipa lurus, kadang kala dalam pekerjaan instalasi
diperlukan juga sambungan siku, pada posisi yang berbelok.
78
Penggunaan sambungan siku ini akan memudahkan dan
mempercepat pekerjaan, jika dibanding harus melakukan pekerjaan
membengkok pipa sendiri, dan hasilnya pun akan lebih baik. Seperti
sambungan pipa lurus, penyambung pipa siku ini terbuat dari bahan
pelat maupun PVC. Dipasaran tersedia dengan berbagai macam
ukuran sesuai dengan ukuran pipanya. Namun karena kondisi,
adakalanya dalam keadaan terpaksa atau darurat, kita harus
membuat lengkungan sendiri dengan cara membengkokkan pipa
(seperti gambar didibawah ini).
Gambar 44. Elbow
8. Kotak Sambung
Menurut peraturan, penyambungan kawat tidak boleh dilakukan
didalam pipa. Oleh karena itu untuk pemasangan saklar / stop
kontak, menyambung kawat atau untuk percabangan saluran
diperlukan kotak sambung. Bentuk kotak sambung ada 4 macam,
sesuai dengan keperluan sambungan yaitu :
79
Kotak sambung cabang satu untuk tempat penyambungan
kawat dengan saklar atau stop kontak.
Kotak sambung cabang dua untuk sambungan lurus
Kotak sambung cabang tiga untuk sambungan percabangan
sering disebut T dos.
Kotak sambung cabang empat untuk sambungan cross dos /
cabang empat
Gambar 45. Kotak Sambung/kotak cabang
9. Lasdop
Berfungsi untuk penutup dan penguat pada sambungan atau
cabangan kabel instalasi
Gambar 46. Lasdop
80
10. Inbow dos
Berfungsi untuk menempatkan saklar dan atau stop kontak dalam
tembok
Gambar 47. Inbow dos
81
Daftar Pustaka
http://www.anneahira.com/artikel-umum/keselamatan-kerja.htm 12-1- 2010
http://id.wikipedia.org/wiki/Alat_pelindung_diri
http://hiperkes.wordpress.com/2008/03/03/keselamatan-kerja/
http://www.anneahira.com/artikel-umum/keselamatan-kerja.htm
Keselamatan Kerja Kelistrikan ( Electrical Safety )
Kusnandar, Ahmad. (2002). Pemasangan Dasar Instalasi Listrik. Armico
Bandung
Linsley, Trevor. (2008). Basic Electrical Installation Work. Fifth
Edition.Blackpool and The Fylde College
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000