Upload
duongthu
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BUPATI BANJAR
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANJAR,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pendidikan bermutuyang mampu menjawab berbagai tantangan dan kebutuhansesuai dengan tuntutan dan perubahan kehidupan lokal,nasional, dan internasional, maka pendidikandiselenggarakan secara terencana, terarah, danberkesinambungan untuk mewujudkan pemerataan danperluasan akses pendidikan bermutu;
b. bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah menyatakan pendidikanmerupakan urusan wajib yang menjadi wewenang dantanggungjawab Pemerintah Daerah, maka perlupengaturan untuk memberikan kepastian hukum dalampenyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan bermutu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebutdalam huruf a dan b, perlu membentuk Peraturan DaerahKabupaten Banjar tentang Penyelenggaraan Pendidikan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang PenetapanUndang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentangPembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor352) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaran Negara Yang Bersih dan Bebas dariKorupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3859);
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4301);
2
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan KeduaAtas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4844);
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4438);
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4586);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang AparaturSipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5494);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentangTenaga Kependidikan (Lembaran Negara Tahun 1992Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3484)sebagaimana telah diubah dengan Peraturan PemerintahNomor 39 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah Nomor 38 Tahun 1992 tentang TenagaKependidikan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 91, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3974);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 40, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4496);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentangWajib Belajar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4863);
3
13. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentangPendanaan Pendidikan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4864);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor194, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4941);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentangTunjangan Profesi Guru dan Dosen (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentangPengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5105);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentangTata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang sertaKedudukan Keuangan Gubernur sebagi Wakil Pemerintahdi Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5107);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentangDisiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5135);
19. Peraturan Pemerintah Normor 66 Tahun 2010 tentangPerubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun2010 tentang Pengelolaan dan PenyelenggaraanPendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 5157);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 07 Tahun2006 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah OlehWarga Masyarakat (Lembaran Daerah Kabupaten BanjarTahun 2006 Nomor 07, Tambahan Lembaran DaerahKabupaten Banjar Nomor 07);
21. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 04 Tahun2008 tentang Urusan Wajib dan Urusan Pilihan YangMenjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Banjar(Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2008 Nomor04, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Nomor04);
4
22. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 09 Tahun2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata KerjaPerangkat Daerah dan Satuan Polisi Pamong PrajaKabupaten Banjar (Lembaran Daerah Kabupaten BanjarTahun 2008 Nomor 09, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 09) sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 10Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat Atas PeraturanDaerah Kabupaten Banjar Nomor 09 Tahun 2008 tentangPembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerahdan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banjar(Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2013 Nomor10, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 08);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR
dan
BUPATI BANJAR
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENYELENGGARAANPENDIDIKAN.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Banjar.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Banjar.
3. Bupati adalah Bupati Banjar.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalahDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Banjar Bupati adalahBupati di wilayah Kabupaten Banjar;
5. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat BSNPadalah Badan Standar Nasional Pendidikan yang dibentuk olehPemerintah.
6. Dinas Pendidikan adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar.
7. Kantor Agama adalah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjar.
8. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dannegara, yang diselenggarakan di Kabupaten Banjar.
5
9. Pendidikan bermutu adalah terlaksananya standar-standar nasionalpendidikan bermutu pada satuan pendidikan.
10. Satuan pendidikan adalah kelompok pelayanan pendidikan yangmenyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informalpada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
11. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjangyang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikantinggi.
12. Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formalyang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
13. Pendidikan Informal adalah Jalur Pendidikan keluarga dan lingkungan.
14. Pendidikan Khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memilikitingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainanfisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakatistimewa.
15. Pendidikan anak usia dini yang selanjutnya disingkat PAUD adalahsuatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahirsampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberianrangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan danperkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalammemasuki pendidikan lebih lanjut dalam bentuk Tempat Penitipan Anak,Kelompok Bermain dan PAUD.
16. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjangpendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan MadrasahIbtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah MenengahPertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yangsederajat.
17. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan lanjutan pendidikandasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),Sekolah MenengahKejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)atau bentuk lain yang sederajat.
18. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah,masyarakat, dan lembaga sosial masyarakat.
19. Pengelola pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintahan Daerah danPenyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal , nonformal dan Informal.
20. Pengelolaan pendidikan adalah proses pengaturan tentang kewenangandan tanggung jawab dalam penyelenggaraan sistem pendidikannasional oleh penyelenggara pendidikan.
21. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagaiguru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, sertaberpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
22. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diridan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
23. Kepala Sekolah/Madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahansebagai kepala satuan pendidikan.
6
24. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia non-pemerintahyang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
25. Peserta didik adalah warga masyarakat yang berusahamengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yangtersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
26. Wajib belajar adalah program pendidikan 12 (dua belas) tahun yangharus diikuti oleh warga masyarakat atas tanggung jawabPemerintahan Daerah dan Masyarakat.
27. Badan Akreditasi Sekolah adalah lembaga independen yang berfungsimelakukan penilaian kelayakan suatu satuan pendidikan yang dibentukoleh pemerintah.
28. Standar mutu pendidikan adalah mutu penyelenggaraan pendidikan yangmeliputi standar mutu pendidik/tenaga kependidikan, standar mutu isi,standar mutu proses, standar mutu kompetensi lulusan, standarmutu sarana dan prasarana, standar mutu pengelolaan, standar mutuPendanaan, standar mutu penilaian pendidikan di seluruh wilayahKabupaten Banjar.
29. Kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yangmencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
30. Standar mutu isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensiyang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensibahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaranyang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenispendidikan tertentu.
31. Standar mutu proses adalah standar nasional pendidikan yangberkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikanuntuk mencapai standar kompetensi lulusan.
32. Standar mutu pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteriapendidikan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalamjabatan.
33. Standar mutu sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikanyang berkaitan dengan kriteria tentang ruang belajar, tempat berolahraga,tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempatbermain, dan tempat berkreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukanuntuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologiinformasi dan komunikasi.
34. Standar mutu pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yangberkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatanpendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten, Kabupatenagar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
35. Standar Pendanaan adalah standar yang mengatur komponen danbesarnya biaya operasional satuan pendidikan yang berlaku selama satutahun.
36. Standar mutu penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikanyang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaianhasil belajar peserta didik.
7
37. Penilaian pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, danpenetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikanpada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentukpertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
38. Komite Sekolah atau nama lain yang sejenis adalah lembaga mandiri yangberanggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah ataumadrasah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
39. Dewan Pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakanberbagai unsur masyarakat yang peduli pendidikan di Kabupaten Banjar.
40. Lembaga Advokasi Pendidikan Daerah Banjar adalah lembaga yangmemberikan bantuan perlindungan hukum bagi peserta didik, tenagapendidik dan kependidikan.
BAB IIRUANG LINGKUP, FUNGSI DAN TUJUAN
Bagian KesatuRuang Lingkup
Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:a. kurikulum pendidikan ;b. proses pendidikan bermutu ;c. kompetensi lulusan ;d. pendidik dan tenaga kependidikan ;e. sarana dan prasarana;f. pengelolaan pendidikan;g. pendanaan pendidikan;h. penilaian; dani. penelitian dan pengembangan pendidikan.
Bagian KeduaFungsi
Pasal 3
Peraturan Daerah ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi serta pengawasan penyelenggaraan pendidikandalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu.
Bagian KetigaTujuan
Pasal 4
Penyelenggaraan pendidikan bertujuan :
a. pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan yangmemenuhi standar minimal bagi anak usia wajib belajar 12 (dua belastahun) dan penyandang cacat;
8
b. untuk percepatan tercapainya mutu pendidikan di daerah KabupatenBanjar yang memenuhi dan/atau melampaui stándar nasional pendidikandalam rangka mencerdaskan bangsa dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat; dan
c. transparasi anggaran pendidikan, dan akuntabilitas penyelenggaraanpendidikan secara keseluruhan.
BAB IIISTANDAR ISI PENDIDIKAN BERMUTU
Bagian KesatuKurikulum
Pasal 5
(1) Standar isi merupakan ruang lingkup materi dan tingkat kompetensiyang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabuspembelajaran yang harus dipenuhi oleh guru dan dicapai oleh pesertadidik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
(2) Standar isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kerangkadasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkatsatuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.
(3) Penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan anak usia dini,pendidikan dasar, dan menengah berpedoman pada panduan yang disusunoleh BSNP.
Bagian KeduaBahasa Pengantar
Pasal 6
(1) Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara menjadi bahasa pengantardalam pendidikan nasional.
(2) Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam tahapawal pendidikan dalam penyampaian pengetahuan dan/atauketerampilan tertentu.
(3) Bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada satuanpendidikan tertentu untuk mendukung kemampuan berbahasa asingpeserta didik.
Bagian KetigaKurikulum PAUD
Pasal 7
(1) Kurikulum PAUD diarahkan pada perkembangan perilaku, karakter, akhlakmulia, moral dan kemampuan dasar anak usia dini.
(2) Kurikulum PAUD yang dimaksud pada ayat(1) agar memiliki kemampuankognitif, efektif, dan psikomotorik sesuai dengan tingkat perkembangananak usia dini.
9
(3) Kurikulum PAUD yang tawarkan merujuk kepada kurikulum lokal yangmenambah karateristik daerah.
(4) Kurikulum Muatan Lokal ditetapkan dengan Keputusan Bupati yangberpedoman pada ketentuan yang berlaku.
Bagian KeempatKurikulum Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah/ Sederajat
Pasal 8
(1) Kurikulum SD/MI/ Sederajat diarahkan untuk membentuk peserta didikagar memilik kemampuan membaca dan menulis, kecakapan berhitung,kemampuan berkomunikasi, moral dan akhlak mulia.
(2) Pelajaran moral dan akhlak mulia yang dimaksud pada ayat (1) yaitupenguatan pelajaran keagamaan dan adat Banjar, yang diintegrasikanke dalam semua mata pelajaran.
(3) Kurikulum yang digunakan merujuk kepada panduan yang disusun BSNP.
(4) Mata pelajaran yang bersifat keterampilan (skill) seperti seni, olahraga,kerajinan tangan, pertanian dan sebagainya diarahkan kepadapembentukan kecakapan psikomotorik.
(5) Kurikulum tambahan sebagai keunggulan sekolah/ madrasah, berbasiskeunggulan lokalitas /karakter wilayah.
(6) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dilakukan berdasarkanmateri ditawarkan dalam kurikulum.
(7) Setiap satuan pendidikan menetapkan format tentang rencanapelaksanaan pembelajaran.
(8) Materi muatan lokal diarahkan untuk menunjang kompetensi dasar danmata pelajaran utama.
(9) Penguatan kompetensi dan keterampilan peserta didik diarahkan padapotensi daerah atau kearifan lokal.
Bagian KelimaKurikulum Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah/ Sederajat
Pasal 9
(1) Kurikulum SMP/MTs/Sederajat diarahkan untuk membentuk pesertadidik agar memiliki kemampuan gemar membaca dan menulis, berhitung,kemampuan berkomunikasi, moral dan akhlak mulia, serta kompetensikhusus yaitu terbinanya potensi bakat peserta didik.
(2) Mata pelajaran moral dan akhlak mulia terintegrasi dalam semua matapelajaran.
(3) Kurikulum yang digunakan merujuk kepada panduan yang disusunBSNP dan dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup danpendidikan berbasis keunggulan lokal.
(4) Mata pelajaran yang bersifat keterampilan seperti seni, olahraga,kerajinan tangan, pertanian dan sebagainya diarahkan kepadapembentukan kecakapan psikomotorik.
(5) Kurikulum tambahan sebagai keunggulan sekolah/ madrasah, berbasiskeunggulan lokalitas/karakteristik wilayah.
10
(6) Penyusunan perangkat pembelajaran dilakukan berdasarkan materi ajaryang digunakan dalam kurikulum.
(7) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki perencanaan satuan pendidikan.
(8) Materi muatan lokal diarahkan untuk menunjang kompetensi dasar danmata pelajaran utama.
(9) Penguatan kompetensi dan keterampilan peserta didik diarahkan padapotensi daerah atau kearifan lokal.
Bagian KeenamKurikulum Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah / Sederajat
Pasal 10
(1) Kurikulum SMA/MA Sederajat di arahkan untuk membentuk peserta didikagar memiliki kemampuan gemar membaca dan menulis, berhitungkemempuan berkomonikasi, moral dan akhlak mulia serta kompetensikhusus yang terbinanya potensi bakat peserta didik.
(2) Mata pelajaran moral dan akhlak mulia diintegrasikan kedalam semuamata pelajaran.
(3) Kurikulum yang merujuk kepada panduan yang disusun BSNP dan dapatmemasukan pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berbasiskeunggulan lokal.
(4) Pembelajaran bahasa asing seperti Inggris, Arab, dan sebagainyadisampaikan secara aktif /active learning dalam pembelajaran baikdidalam maupun diluar kelas.
(5) Mata pelajaran yang bersifat keterampilan seperti seni, olahraga, kerajinantangan, pertanian dan sebagainya diarahkan kepada pembentukankecakupan psikomotorik.
(6) Kurikulum tambahan sebagai keunggulan sekolah/ madrasah, berbasiskeunggulan lokalitas/karakteristik lokal.
(7) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkanmateri pelajaran yang ditawarkan dalam kurikulum.
(8) Setiap satuan pendidikan menetapkan format tentang rencana pelaksanaanpembelajaran.
(9) Materi muatan lokal diarahkan untuk menunjang kompetensi dasar danmata pelajaran utama.
(10) Penguatan kompetensi dan keterampilan peserta didik diarahkan padapotensi daerah atau kearifan lokal.
Bagian KetujuhKurikulum SMK/MAK
Pasal 11
(1) Kurikulum SMK/MAK Sederajat diarahkan untuk membentuk pesertadidik agar memiliki kemampuan kompetensi khusus dan keterampilanyaitu terbinanya potensi bakat peserta didik.
11
(2) Kurikulum yang digunakan merujuk kepada panduan yang disusunBSNP dan dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup danpendidikan berbasis keunggulan lokal.
(3) Pembelajaran bahasa asing seperti Inggris, Arab, Mandarin dansebagainya disampaikan secara aktif/active learning dalam pembelajaranbaik di dalam maupun di luar kelas.
(4) Mata pelajaran yang bersifat keterampilan hidup seperti seni, olahraga,kerajinan tangan, pertanian dan sebagainya diarahkan kepadapembentukan kecakapan psikomotorik.
(5) Kurikulum tambahan sebagai keunggulan SMK/MAK.
(6) Kurikulum Pesantren Salafiah ditentukan oleh masing-masing pesantren.
(7) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dilakukan berdasarkanmateri ajar yang digunakan dalam kurikulum.
(8) Penguatan kompetensi dan keterampilan peserta didik diarahkan padapotensi daerah atau kearifan lokal.
(9) Mata pelajaran moral dan akhlak mulia di integrasikan ke dalam semuamata pelajaran.
BAB IVPROSES PENDIDIKAN BERMUTU
Bagian KesatuProses Pembelajaran
Pasal 12
(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dilakukansecara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, sertamemberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,kemandirian dan keteladanan.
(2) Setiap satuan pendidikan memiliki stándar minimal prosespembelajaran yang meliputi perencanaan pembelajaran,pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasilpembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untukterlaksananya proses pembelajaran yang bermutu.
(3) Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik, guruberperan sebagai fasilitator, mediator dan suri tauladan.
(4) Perencanaan proses pembelajaran sekurang-kurangnyameliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yangberisi tujuan, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar danpenilaian hasil belajar.
(5) Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlahmaksimal peserta didik per kelas maksimal sesuai aturan, bebanmengajar maksimal perpendidik, rasio maksimal buku tekspelajaran setiap peserta didik dan rasio maksimal jumlah pesertadidik setiap pendidik.
12
(6) Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan denganmengembangkan budaya membaca menulis.
(7) Penilaian hasil pembelajaran pada setiap jenjang pendidikanmenggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensidasar yang harus dikuasai peserta didik.
(8) Teknik penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, prakteklapangan, penugasan individu dan kelompok.
(9) Pengawasan proses pembelajaran meliputi: pemantauan, supervisi,evaluasi, pelaporan dan pemberian umpan balik yang dilakukansecara kontinu.
Bagian KeduaPenerimaan Peserta Didik Baru
Pasal 13
(1) Setiap satuan pendidikan diwajibkan melaksanakan prosespenerimaan peserta didik baru sesuai dengan persyaratan danberdasarkan kebutuhan maksimal satuan pendidikan denganmemperhatikan rasio per kelas maksimal sesuai aturan, rasio guru, rasiosarana dan prasarana yang dimiliki satuan pendidikan.
(2) Setiap satuan pendidikan harus memiliki stándar proses penerimaanpeserta didik baru yang ditetapkan oleh satuan pendidikan yang tidakbertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(3) Penerimaan peserta didik baru dilakukan dengan asas objektif,transparan dan akuntabel.
(4) Satuan pendidikan tidak dibenarkan menerima calon peserta didikdi luar kouta atau kapasitas sebagaimana pada ayat (1).
BAB VKOMPETENSI LULUSAN
Bagian KesatuKompetensi Lulusan
Pasal 14
(1) Setiap satuan pendidikan mengacu pada standar kompetensi lulusanyang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuankelulusan peserta didik.
(2) Setiap satuan pendidikan menetapkan standar kompetensi lulusan untukmata pelajaran yang tidak diujikan secara nasional di atas standarminimal mata pelajaran yang diujikan secara nasional.
(3) Standar kompetensi lulusan meliputi kompetensi untuk seluruh matapelajaran.
(4) Standar kompetensi lulusan sekolah/madrasah merujuk pada acuan yangditetapkan oleh BSNP.
(5) Kelulusan peserta didik ditetapkan oleh satuan pendidikan yangbersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BSNP.
13
Bagian KeduaKompetensi Lulusan PAUD
Pasal 15
Kompetensi lulusan diarahkan pada pembentukan sikap mandiri, berani,bersosialiasi, berinteraksi dengan lingkungannya.
Bagian KetigaKompetensi Lulusan SD/MI/Sederajat
Pasal 16
Kompetensi lulusan diarahkan pada peletakan dasar kecerdasan,pengetahuan kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidupmandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Bagian KeempatKompetensi Lulusan SMP/MTs/Sederajat
Pasal 17
Kompetensi lulusan diarahkan pada peletakan dasar kecerdasan,pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta menghasilkan output danoutcome untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Bagian KelimaKompetensi Lulusan SMA/MA/Sederajat
Pasal 18
Kompetensi lulusan SMA/MA/Sederajat diarahkan untuk meningkatkankecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta menghasilkanoutput dan outcome untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebihlanjut.
Bagian KeenamKompetensi Lulusan SMK/MAK
Pasal 19
(1) Kompetensi lulusan SMK/MAK diarahkan untuk meningkatkanketerampilan untuk hidup mandiri, kecerdasan, pengetahuan,keperibadian, akhlak mulia serta menghasilkan output dan outcomeuntuk hidup mandiri (sebaiknya menjadi arah yang utama) danmengikut pendidikan lebih lajut sesuai dengan bidang.
(2) Kompetensi lulusan SMK/MAK diarahkan untuk menjadi tenaga kerjaprofesional tingkat menengah yang siap kerja sesuai dengan bidangkeahliannya.
14
BAB VIPENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Bagian KesatuPendidik
Pasal 20
(1) Pendidik harus memiliki integritas, berwawasan, menguasai ilmu, seni,budaya dan teknologi dasar, memiliki kualifikasi akademik, dankompetensi sebagai agen pembelajaran.
(2) Persyaratan pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakanpersyaratan minim yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik dalammelaksanakan tugas profesi.
Bagian KeduaLembaga Pendidikan Calon Guru
Paragraf 1Pendidikan Calon Guru
Pasal 21
(1) Pendidikan calon guru dilaksanakan oleh Lembaga PendidikanTenaga Kependidikan yang terakreditasi pada perguruan tinggiyang memiliki Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
(2) Pemerintah Daerah bekerjasama dengan perguruan tinggi untukmeningkatkan kualifikasi tenaga pendidik dan kependidikan.
(3) Calon guru yang belajar pada Lembaga Pendidikan TenagaKependidikan harus memperoleh proses pembelajaran yang terbaik.
Paragraf 2Tugas dan Fungsi Guru
Pasal 22
(1) Tugas guru adalah sebagai perencana pembelajaran, pelaksanapembelajaran, dan penilai dalam proses pembelajaran, serta membimbingdan melatih peserta didik.
(2) Fungsi guru adalah menjadi suri tauladan, fasilitator, mediator, motivator,dan mentor serta menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Paragraf 3Rekrutmen Guru
Pasal 23
(1) Pemerintah Daerah wajib memenuhi ketersedian calon guru yangbermutu, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupunkompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pendidikanbermutu.
(2) Pemerintah Daerah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlahkualifikasi akademik, maupun kompetensi secara merata untuk menjaminkeberlangsungan pendidikan .
15
(3) Pemerintah Daerah dalam melakukan rekruitmen dan penempatan guruharus sesuai dengan asas proporsional, merata dan sesuai dengankebutuhan.
(4) Pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara objektif dantransparan sesuai dengan kebutuhan dan peraturan perundang-undangan.
(5) Rekruitmen tenaga pendidik harus memenuhi standar:a. lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang terakreditasi;b. berkualifikasi minimal sarjana/ S1;c. lulus pendidikan prajabatan dan pendidikan induksi;d. memiliki kepribadian yang menarik dan unggul;e. sehat jasmani dan rohani; danf. lulus tes dan/atau assesment skolastik, uji kompetensi.
(6) Selain memenuhi standar sebagaimana dimaksud pada ayat (5)rekruitmen pendidik diutamakan:a. calon guru yang mendapat beasiswa tunjangan ikatan dinas ;b. telah mengikuti program magang di satuan pendidikan minimal 1
(satu) tahun; danc. memiliki prestasi khusus.
Paragraf 4Program Induksi bagi Guru Pemula
Pasal 24
(1) Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan program induksi bagiguru pemula yang berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil, dan /atau PegawaiNegeri Sipil mutasi dari jabatan lain, meliputi:a. guru pemula berstatus calon pegawai negeri sipil yang
ditugaskan pada sekolah/madrasah yang diselenggarakan olehpemerintah atau Pemerintah Daerah;
b. guru pemula berstatus Pegawai Negeri Sipil mutasi dari jabatan lain;dan
c. guru pemula bukan Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan padasekolah/madrasah yang diselenggarakan oleh masyarakat.
(2) Program induksi dilaksanakan di satuan pendidikan tempat gurupemula bertugas selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang palinglama 1 (satu) tahun.
(3) Bagi guru pemula yang berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil/ PegawaiNegeri Sipil mutasi dari jabatan lain, program induksi dilaksanakansebagai salah satu syarat pengangkatan dalam jabatan fungsional guru.
(4) Bagi guru pemula yang berstatus bukan Pegawai Negeri Sipil, programInduksi dilaksanakan sebagai salah satu syarat pengangkatan dalamjabatan guru tetap.
(5) Program induksi dilaksanakan secara bertahap dan sekurang- kurangnyameliputi persiapan, pengenalan sekolah/ madrasah danlingkungannya, pelaksanaan dan observasi pembelajaran/bimbingandan konseling, penilaian, dan pelaporan.
(6) Guru pemula diberi beban mengajar antara 12 (dua belas) hingga 18(delapan belas) jam tatap muka per minggu bagi guru mata pelajaran,atau beban bimbingan antara 75 (tujuh puluh lima) hingga 100(seratus) peserta didik per tahun bagi guru bimbingan dankonseling.
16
(7) Selama berlangsungnya program induksi, pembimbing, kepalasekolah/madrasah,dan pengawas wajib membimbing guru pemula agarmenjadi guru profesional.
(8) Pembimbingan yang diberikan meliputi bimbingan dalam perencanaanpembelajaran/ bimbingan dan konseling, pelaksanaan kegiatanpembelajaran/ bimbingan dan konseling, penilaian dan evaluasi hasilpembelajaran/bimbingan dan konseling, perbaikan dan pengayaandengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasipembelajaran/bimbingan dan konseling, dan pelaksanaan tugas lainyang relevan.
Pasal 25
(1) Guru pemula diberi hak memperoleh bimbingan dalam hal:a. pelaksanaan proses pembelajaran, bagi guru kelas dan guru mata
pelajaran;b. pelaksanaan proses bimbingan dan konseling, bagi guru bimbingan
dan konseling; danc. pelaksanaan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
(2) Pembimbing ditugaskan oleh kepala sekolah/madrasah atas dasarprofesionalisme dan kemampuan komunikasi.
(3) Dalam hal sekolah/madrasah tidak memiliki pembimbing sebagaimanadipersyaratkan, kepala sekolah/madrasah dapat menjadi pembimbingsejauh dapat dipertanggung jawabkan dari segi profesionalisme dankemampuan komunikasi.
(4) Dalam hal kepala sekolah/madrasah tidak dapat menjadipembimbing, maka dapat meminta pembimbing dari satuan pendidikanyang terdekat dengan persetujuan kepala Dinas Pendidikan atau KantorAgama sesuai dengan tingkat kewenangannya.
(5) Guru pemula yang telah menyelesaikan program induksi dengannilai kinerja paling kurang kategori baik berhak memperoleh sertifikat.
(6) Guru pemula memiliki kewajiban merencanakan pembelajaran/bimbingan dan konseling, melaksanakan pembelajaran/bimbingan dankonseling yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasilpembelajaran/bimbingan dan konseling, serta melaksanakan perbaikandan pengayaan.
(7) Program induksi bagi guru pemula calon Pegawai Negeri Sipil, dan atauPegawai Negeri Sipil yang mutasi dari jabatan lain diatur sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 5Penempatan dan Pemindahan Guru
Pasal 26
(1) Penempatan guru di satuan pendidikan dilakukan berdasarkan analisiskebutuhan guru oleh sekolah/madrasah, tidak berdasarkan droppingquota, sehingga tidak terjadi penumpukan SDM guru disuatu sekolah danpada mata pelajaran tertentu di satuan pendidikan.
(2) Setiap satuan pendidikan mengajukan kebutuhan guru ke PemerintahDaerah.
17
(3) Kebutuhan guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) untukkebutuhan guru SD / MI minimal guru matematika, guru bahasaIndonesia, guru agama dan guru adat Banjar serta guru kelas, sedangkankebutuhan guru SMP/MTs minimal guru matematika, guru bahasaIndonesia, guru bahasa Inggris, guru IPA, guru agama, dan guru adatBanjar.
(4) Pemerintah Daerah berkewajiban memenuhi kebutuhan guru bermutu disatuan pendidikan baik dalam jumlah, kualifikasi akademik secara meratauntuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini,pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh PemerintahanDaerah .
(5) Penempatan guru di setiap satuan pendidikan berdasarkan tuntutanbeban kerja guru yakni minimal 24 jam/minggu, maksimal 40 jam/minggudan memenuhi kewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil 37.5 jam/minggu.
(6) Penempatan guru dilakukan secara objektif dan transparan sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan guru sebagaimana dimaksudayat(1), (2), (3) dan (4) diatur melalui Peraturan Bupati sesuai dengankewenangan.
Pasal 27
(1) Guru yang diangkat oleh Pemerintah Daerah dapat dipindah tugaskanantar kabupaten, antar kabupaten antar kecamatan maupun antar satuanpendidikan karena alasan kebutuhan satuan pendidikan dan/ataupromosi.
(2) Guru yang diangkat oleh pemerintah atau Pemerintah Daerahdapat mengajukan permohonan pindah tugas berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahan guru sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dan ayat (2) diatur melalui Peraturan Bupati sesuai dengankewenangan.
Paragraf 6Pembinaan dan Pengembangan Guru
Pasal 28
(1) Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan danpengembangan keprofesian berkelanjutan dan karir.
(2) Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi kompetensipedagogik, professional, kepribadian, dan sosial.
(3) Pembinaan dan pengembangan karir guru meliputi penugasan, kenaikanpangkat dan promosi.
(4) Bentuk pembinaan dan pengembangan keprofesian dan karir gurusebagaimana pada ayat (1) meliputi:a. program orientasi guru;b. pendidikan dan pelatihan dalam jabatan;c. penataran dan/atau lokakarya;d. pemberdayaan musyawarah guru mata pelajaran, kelompok kerja
guru/ asosiasi guru mata pelajaran;e. studi lanjut; danf. penugasan khusus.
18
Paragraf 7Hak dan Kewajiban Guru
Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas profesi, guru berhak:a. mendapatkan tunjangan yang memadai dan sesuai dengan beban tugasnya;b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerjanya;c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, kualifikasi,
dan sertifikasi guru dalam jabatan;e. memaksimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugasnya;f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada pesertadidik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan ketentuanperaturan perundang-undangan;
g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakantugas;
h. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan padasatuan pendidikan;
i. guru yang berkerja pada yayasan pendidikan berhak memperolehkepastian hukum dalam bentuk keputusan dan kontrak kerja; dan
j. memperoleh tunjangan Daerah.
Pasal 30
Kewajiban guru meliputi:a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
bermutu, serta menilai proses dan hasil pembelajaran;b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan, teknologi dan seni;
c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jeniskelamin,agama,suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakangkeluarga,danstatussosialekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
d. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, kode etik guru sertanilai-nilai agama dan etika;
e. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa;f. memotivasi peserta didik untuk menggunakan waktu belajar di luar jam
sekolah (belajar mandiri);g. memberikan keteladanan dan menciptakan budaya membaca dan budaya
belajar;h. menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp) sesuai
standar isi dan standar proses; dani. memfasilitasi peserta didik dalam proses pembelajaran.
19
Paragraf 8Proteksi/ Perlindungan dan Penghargaan Pendidikdan Tenaga Kependidikan
Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah wajib memberikan proteksi/ perlindungan hukum,perlindungan profesi, serta perlindungan kesehatan dan keselamatan kerjatenaga pendidik dan kependidikan.
(2) Perlindungan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakupperlindungan hukum terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuandiskrimatif dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat,birokrasi atau pihak lain yang dapat mengganggu keamanan dankenyamanan profesi pendidikan.
(3) Perlindungan hukum dapat juga dilakukan oleh organisasi profesi denganmengoptimalkan kerja divisi hukum.
(4) Mekanisme perlindungan hukum diberikan melalui Badan Advokasi GuruDaerah dan/atau melalui aparat penegak hukum.
(5) Badan Advokasi guru daerah dibentuk dengan beranggotakan guru,praktisi hukum, dosen perguruan tinggi (FKIP/Tarbiyah), tokohmasyarakat, Dinas Pendidikan Kabupaten, Kantor KementerianAgama Kabupaten, Dewan Pendidikan dan Organisasi Profesi guru.
(6) Badan advokasi guru beranggotakan 7 (tujuh) orang terdiri dari ketua,sekretaris, dan anggota.
(7) Badan advokasi guru dibentuk melalui Keputusan Bupati.
Pasal 32
(1) Pemerintah Daerah memberikan penghargaan kepada guru yangberprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus.
(2) Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat memberikan penghargaankepada guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.
(3) Penghargaan kepada guru dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa,kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam dan/atau bentukpenghargaan lainnya.
(4) Penghargaan kepada guru dilaksanakan dalam rangka memperingatihari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, hari jadikabupaten, hari pendidikan nasional, hari guru nasional dan/atau haribesar lain.
Bagian KetigaTenaga Kependidikan
Pasal 33
(1) Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah, pengawas, pustakawan,tenaga administrasi, tenaga laboratorium, dan teknisi sumber belajar,serta tenaga kebersihan sekolah.
(2) Tenaga kependidikan pada :a. PAUD atau bentuk lain yang sederajat minimal terdiri atas Kepala
PAUD dan tenaga kebersihan PAUD;
20
b. SD/MI atau bentuk lain yang sederajat minimal terdiri atasKepala Sekolah/Madrasah, tenaga administrasi, pustakawan dantenaga kebersihan sekolah/madrasah;
c. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan SMA/MA atau bentuklain yang sederajat minimal terdiri atas kepala sekolah/madrasah,tenaga administrasi, pustakawan, tenaga laboratorium dan tenagakebersihan sekolah/madrasah; dan
d. SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat minimal terdiri ataskepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, pustakawan, tenagalaboratorium dan tenaga kebersihan sekolah/ madrasah;
(3) Tenaga kependidikan berhak mendapatkan:a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan yang memadai;b. pembinaan karir sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas; danc. perlindungan hukum dan proteksi dalam melaksanakan tugas;
(4) Tenaga kependidikan berkewajiban:a. melaksanakan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
(tupoksi);b. mempunyai komitmen tugas secara profesional;c. memberi teladan dan menjaga nama baik diri dan lembaga;d. bertanggung jawab secara profesional kepada penyelenggara pendidikan;e. menunjang pelaksanaan pembelajaran di satuan pendidikan; danf. mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian KeempatKepala Sekolah/ Madrasah
Paragraf 1Kriteria Pengangkatan Kepala Sekolah/ Madrasah
Pasal 34
(1) Kriteria umum menjadi Kepala Sekolah/Madrasah meliputi:a. berstatus sebagai guru;b. pengalaman menjadi guru minimal 5 tahun menurut jenis dan jenjang
sekolah/madrasah, dan/atau minimal 3 tahun untuk PAUD;c. memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1)/D4 kependidikan;d. memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;e. berusia setinggi-tinggi 56 (lima puluh enam ) tahun pada waktu
pengangkatan pertama sebagai kepala sekolah/madrasah;f. memiliki kepangkatan serendah-rendahnya III/c bagi guru pegawai
negerisipil (PNS) dan bagi guru yang bukan PNS disetarakandengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembagayang berwenang dibuktikan dengan SK inpasing;
g. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidangpendidikan;
h. lulus sertifikasi pendidik;i. lulus seleksi orientasi kepala sekolah yang dibuktikan dengan
sertifikat; dan
21
j. memperoleh nilai baik sebagai guru dalam daftar penilaian prestasipegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukanPNS dalam 2 (dua) tahun terakhir;
(2) Kriteria untuk menjadi Kepala Sekolah PAUD meliputi:a. berstatus sebagai guru PAUD;b. memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1/D4 kependidikan;c. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun di
PAUD;d. memperoleh nilai baik sebagai guru dalam daftar penilaian prestasi
pegawai (DP3) bagi PNS atau penilaian yang sejenis DP3 bagi bukanPNS dalam 2 (dua) tahun terakhir;
e. lulus seleksi dan diklat kepala sekolah yang dibuktikan dengansertifikat dan nomor unik Kepala Sekolah; dan
f. memiliki sertifikat pendidik.
(3) Kriteria untuk menjadi Kepala Sekolah SD/MI meliputi:a. berstatus sebagai guru SD/MI;b. memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1/D4 kependiddikan;c. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku ;d. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun di
SD/MI;e. memiliki kepangkatan serendah-rendahnya III/c bagi guru Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan bagi guru yang bukan PNS disetarakan dengankepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yangberwenang dibuktikan dengan SK inpasing;
f. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidangpendidikan;
g. lulus seleksi orientasi kepala sekolah yang dibuktikan dengansertifikat; dan
h. lulus sertifikasi pendidik.
(4) Kriteria untuk menjadi Kepala Sekolah SMP/MTs/SMA/MAberstatus sebagai guru SMP/MTs/SMA/MA/ SMK/MAKa. pengalaman mengajar di SMP/MTs/SMA/MA/ SMK/MAK minimal
5 (lima) tahun menurut jenis dan jenjang sekolah/madrasah;b. memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1)/D4 kependidikan;c. khusus untuk kepala SMA/MA/SMK sederajat diutamakan
memiliki kualifikasi pendidikan magister (S2) dari perguruan tinggiyang terakreditasi;\
d. memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran sesuai denganketentuan yang berlaku;
e. berusia setinggi-tinggi 56 (lima puluh enam ) tahun pada waktupengangkatan pertama sebagai kepala sekolah/memiliki kepangkatanserendah-rendahnya III/c bagi guru Pegawai Negeri Sipil dan bagiguru yang bukan PNS disetarakan dengan kepangkatan yangdikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang dibuktikandengan Keputusan inpasing;
22
f. memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan di bidangpendidikan;
g. lulus seleksi dan Pendidikan dan Latihan calon kepala sekolah yangdibuktikan dengan sertifikat sesuai dengan Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor .28 Tahun 2010 tentang Penugasan Gurusebagai Kepala sekolah/madrasah;
h. memiliki sertifikat pendidik; dani. memperoleh nilai baik sebagai guru dalam daftar Penilaian Prestasi
Pegawai (DP3) bagi Pegawai Negeri Sipil atau penilaian yang sejenisPenilaian Prestasi Pegawai (DP3) bagi bukan Pegawai Negeri Sipil dalam2 (dua) tahun terakhir.
Paragraf 2Rekrutmen Kepala Sekolah/Madrasah
Pasal 35
(1) Calon kepala sekolah/madrasah direkrut dari guru yang telahmemenuhi kriteria umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.
(2) Calon kepala sekolah/madrasah direkrut melalui usulan kepalasekolah/madrasaholeh dan/atau pengawas yang bersangkutan ke dinaspendidikan kabupatendan/atau kantor kementerian agama kabupatensesuai dengan kewenangannya.
(3) Dinas Pendidikan dan Kantor Agama sesuai dengan kewenangannyamelakukan seleksi administratif.
(4) Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan dokumenyang dikeluarkan oleh pihak berwenang sebagai bukti bahwa calonkepala sekolah/madrasah bersangkutan telah memenuhi kriteriasebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.
Paragraf 3Penyiapan Calon Kepala Sekolah/Madrasah
Pasal 36
(1) Penyiapan calon kepala sekolah /madrasah meliputi rekrutmen sertapendidikan dan pelatihan serta pendidikan dan pelatihan calon kepalasekolah/madrasah.
(2) Kepala dinas pendidikan dan kantor kementerian agama sesuai dengankewenangannya menyiapkan kepala sekpolah/madrasah berdasarkanproyeksi kebutuhan 2 (dua) tahun yang akan datang.
(3) Calon kepala sekolah/madrasah direkrut dari guru yang telah memenuhipersyaratan yang telah memenuhi persyaratan umum dan calon kepalasekolah/madrasah direkrut melalui pengusulan oleh kepalasekolah/madrasah dan/atau pengawas yang bersangkutan kepadakabupaten dan kantor kementerian agama kabupaten sesuai dengankewenangannya.
(4) Dinas Pendidikan dan Kantor Agama sesuai dengan kewenangannyamelakukan administrasi administratif dan akademik.
23
(5) Seleksi administratif dilakukan melalui penilaian kelengkapan dokumenyang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang sebagai bukti calon kepalasekolah/madrasah bersangkutan telah memenuhi persyaratan umum danseleksi akademik dilakukan melalui penilaian potensi kepemimpinan danpenguasaan awal terhadap kompetensi kepala sekolah/madrasah sesuaidengan peraturan perundang-undangan.
(6) Guru yang telah lulus seleksi calon kepala sekolah/madrasah sebagaimanayang dimaksud ayat 4 dan ayat 5 harus mengikuti program pendidikan danpelatihan calon kepala sekolah/madrasah dilembaga terakreditasi danakreditasi lembaga penyelenggara program penyiapan calon kepalasekolah/madrasah dilaksanakan oleh lembaga yang ditunjuk danditetapkan oleh menteri.
(7) Pendidikan dan calon kepala sekolah/madrasah kegiatan pemberianpengalaman pembelajaran teoretik maupun praktek yang bertujuan untukmenumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan padadimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan,supervisi, dan sosial.
(8) Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah dilaksanakandalam kegiatan tatap muka dalam kurun waktu minimal 100 (seratus) jamdan praktik pengalaman lapangan dalam kurun waktu minimal selam 3(tiga) bulan, pelatihan dan pedidikan calon kepala sekolah/madrasahdikoordinasikan dan difasilitasi oleh pemerintah, pemerintah provinsi,dan/atau pemerintah kabupaten sesuai kewenangannya.
(9) Pemerintah provinsi dapat memfasilitasi pemerintah kabupaten untukmeningkatkan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan calon kepalasekolah/madrasah serta pelatihan dan pendidikan diakhiri denganpenilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi calon kepalasekolah/madrasah.
(10) Calon kepala sekolah/madrasah yang dinyatakan lulus penilaian diberisertifikat kepala sekolah/madrasah oleh lembaga penyelenggara dansertifikat kepala sekolah/madrasah dicatat dalam database nasional dandiberi nomor unik oleh menteri atau lembaga yang ditunjuk.
Paragraf 4Proses Pengangkatan Kepala Sekolah/Madrasah
Pasal 37
(1) Pengangkatan kepala sekolah/madrasah dilakukan melalui penilaianakseptabilitas oleh tim pertimbangan pengangkatan kepalasekolah/madrasah.
(2) Tim pertimbangan pengangkatan kepala sekolah/madrasah ditetapkan olehpemerintah kabupaten, atau penyelenggara sekolah/madrasah yangdilaksanakan oleh masyarakat sesuia dengan kewenangannya.
(3) Tim pertimbangan melibatkan unsur pengawas sekolah/madrasah dandewan pendidikan.
24
Paragraf 5Masa Tugas Kepala Sekolah/Madrasah
Pasal 38
(1) Kepala sekolah/madrasah diberi 1 (satu) kali masa tugas selama 4 (empat)tahun.
(2) Masa tugas kepala sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu) dapat diperpanjang untuk 1(satu) kali masa tugas apabila memilikiprestasi kerja minimal baik berdasarkan penilaian kinerja.
(3) Guru yang melaksanakan tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah 2(dua) kali masa tugas berturut-turut, dapat ditugaskan kembali menjadikepala sekolah/madrasah di sekolah/madrasah lain yang memiliki nilaiakreditasi lebih rendah dari sekolah/madrasah sebelumnya, apabila :a. telah melewati tenggang waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) kali masa
tugas ; ataub. memiliki prestasi yang istimewa.
(4) Presitasi yang istimewa sebagaiman ayat dimaksud pada ayat 3 (tiga) huruf badalah memiliki nilai kinerja amat baik dan berprestasi ditingkat kabupaten.
(5) Kepala sekolah/madrasah yang masa tugasnya berakhir, tetapmelaksanakan tugas sebagai guru sesuai dengan jenjang jabatannya danberkewajiban melaksanakan proses pembelajaran atau bimbingan dankonseling sesuai dengan ketentuan.
Paragraf 6
Tugas Kepala Satuan Pendidikan/Kepala Sekolah/Madrasah
Pasal 39
Tugas Kepala Satuan Pendidikan/Kepala Sekolah/Madrasah meliputi:a. memimpin satuan pendidikan;b. menyelenggarakan kegiatan pendidikan bermutu;c. melaksanakan supervisi pendidikan terhadap guru dan tenaga
kependidikan;d. menyelenggarakan administrasi sekolah;e. merencanakan pengembangan, pemberdayaan, pendayagunaan, dan
pemeliharaan sarana prasarana lingkungan di satuan pendidikan;f. meningkatkan mutu hasil pendidikan pada satuan pendidikan; dang. menjalankan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Paragraf 7Penilaian Kinerja Kepala Sekolah/Madrasah
Pasal 40
(1) Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah dilakukan secara berkalasetiap tahun dan secara kumulatif setiap 4 (empat) tahun.
(2) Penilaian kinerja tahunan dilaksanakan oleh pengawas.
25
(3) Penilaian kinerja 4 (empat) tahunan dilaksanakan oleh TIM denganmempertimbangkan penilaian kinerja oleh tim penilai yang terdiridari pengawas sekolah/madrasah, pendidik, tenaga kependidikan,dan komite sekolah dimana yang bersangkutan bertugas.
(4) Penilaian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. usaha pengembangan sekolah/madrasah yang dilakukan
selama menjabat kepala sekolah/madrasah;b. peningkatan kualitas sekolah/ madrasah berdasarkan 8 (delapan)
standar nasional pendidikan selama dibawah kepemimpinan yangbersangkutan; dan
c. usaha pengembangan profesionalisme sebagai kepalasekolah/madrasah;
(5) Hasil penilaian kinerja dikategorikan dalam tingkatan amat baik, baik,cukup,sedang atau kurang.
(6) Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah dilaksanakan sesuaipedoman penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah.
Bagian KelimaPengawas Sekolah/Madrasah
Paragraf 1Kriteria Pengangkatan
Pengawas Sekolah/Madrasah
Pasal 41
(1) Kriteria umum menjadi pengawas sekolah/madrasah meliputi:a. berstatus sebagai guru sekurang-kurang 8 (delapan) tahun,
atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun padajenjang pendidikan yang sesuai dengan jenjang pendidikan yangdiawasi;
b. memiliki kualifikasi pendidikan minimal S1/DIV kependidikan dariperguruan tinggi terakreditasi;
c. khusus pengawas SMA/MA/SMK sederajat diutamakanmemiliki kualifikasi pendidikan magister (S2) dari perguruan tinggi yangterakreditasi;
d. kepangkatan serendah-rendahnya III/c;e. lulus seleksi orientasi pengawas satuan pendidikan yang dibuktikan
dengan sertifikat;f. lulus pendidikan dan pelatihan pengawas satuan pendidikan;g. sehat jasmani dan rohani;h. memiliki kemampuan inovatif dalam bidang yang diawasi;i. berusia setinggi-tingginya 50 (lima puluh) tahun, sejak diangkat
sebagai pengawas satuan pendidikan;j. lulus sertifikasi pendidik;dank. diutamakan mantan kepala sekolah
(2) Setiap unsur dalam Daftar Penilaian Pekerjaan (DP3) paling rendahbernilai baik dalam dua tahun terakhir.
(3) Untuk menetukan angka kredit dan jenjang jabatan fungsional pengawassekolah/madrasah digunakan angka kredit yang berasal dari angkakredit guru.
26
Paragraf 2Mekanisme Pengangkatan Dan Masa Tugas Pengawas Sekolah/Madrasah
Pasal 42
(1) Pengangkatan pengawas sekolah ditetapkan dengan Keputusan Bupatisesuai dengan kewenangannya.
(2) Pengangkatan pengawas madrasah ditetapkan dengan Keputusan KepalaKantor Wilayah Kementerian Agama provinsi dan/atau Keputusan KepalaKantor Agama sesuai dengan kewenangan.
(3) Bupati dapat mengangkat pengawas PAI pada sekolah Umum terlebihdahulu mendapat persetujuan Kepala Kantor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi.
Paragraf 3Pembebasan Sementara, Pengangkatan Kembali dan PemberhentianDalam dan Dari Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah/Madrasah
Pasal 43
Pejabat yang berwenang membebaskan sementara, mengangkat kembali, danmemberhentikan Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan fungsionalpengawas sekolah/madrasah adalah pejabat yang berwenang sesuai peraturanperundang-undangan.
Paragraf 4Pembebasan Sementara
Pasal 44
(1) Pengawas Sekolah Muda, pangkat Penata, golongan ruang III/c sampaidengan Pengawas Sekolah Utama, pangkat Pembina Utama Madya,golongan ruang IV/d dibebaskan sementara dari jabatannya apabiladalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak menduduki jabatan/pangkatterakhir tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan untukkenaikan pangkat setingkat lebih tinggi.
(2) Pengawas Sekolah Utama, Pangkat Pembina Utama, Golongan RuangIV/e, dibebaskan sementara dari jabatannya apabila setiap tahun sejakmenduduki jabatan/pangkatnya tidak dapat mengumpulkan palingkurang 25 (dua puluh lima) angka kredit dan kegiatan tugas pokok.
(3) Di samping pembebasan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dan (2), Pengawas Sekolah dapat dibebaskan sementara dari jabatannyaapabila :
a. dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat berupapenurunan pangkat setingkat lebih rendah selam 3 (tiga) tahun ataupemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
b. diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil;c. ditugaskan secara penuh di luar jabatan Pengawas Sekolah;d. menjalani cuti di luar tanggungan negara; dane. melaksanakan tugas belajar selama 6 (enam) bulan atau lebih.
27
BAB VIISARANA DAN PRASARANA
Pasal 45
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi:perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, dan sumberbelajar lainnya, bahan habis pakai serta perlengkapan lain yangmenunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
(2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan,ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruangtata usaha, ruang perpustakaan ruang laboratorium, ruang bengkelkerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalansi daya dan jasa,tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasidan ruang ruang atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjangproses pembelajaran yang berkelanjutan. atau tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang berkelanjutan.
(3) Pengadaan sarana dan prasarana yang diperlukan dalampenyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh Pemerintahan Daerah,dan/atau Masyarakat.
(4) Pendayagunaan sarana prasarana pendidikan sesuai tujuan danfungsinya menjadi tanggung jawab penyelenggara dan/atau pengelolasatuan pendidikan.
(5) Pemerintah Daerah memberikan bantuan sarana dan prasaranapendidikan pada penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakanmasyarakatdan/atau penyelenggara satuan pendidikan yang dikelola olehKantor Agama.
(6) Pemerintah Daerah menetapkan standar minimal sarana danprasarana pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikandasar, pendidikan menengah dan pendidikan nonformal sesuaiketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VIIIPENGELOLAAN PENDIDIKAN
Bagian KesatuPengelolaan Pendidikan
Pasal 46
(1) Pengelolaan pendidikan harus berpusat di sekolah/madrasah.
(2) Untuk maksud ayat (1) segala kebijakan pengembangan pendidikan,analisis kebutuhan guru, sarana, fasilitas, pendanaan dan sebagainyaharus berorientasi sekolah.
(3) Dalam mewujudkan sekolah yang bermutu dan unggul sekolahharus secara kontinu melakukan perbaikan dan penyempurnaanpengelolaan.
(4) Pengelolaan pendidikan dilakukan oleh:a. pemerintah provinsi;b. pemerintah kabupaten;c. satuan pendidikan pada jalur formal dan non formal; dand. masyarakat;
28
(5) Pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukanuntuk menjamin:a. akses masyarakat atas pelayanan pendidikan bermutu;b. pemerataan satuan pendidikan bermutu di semua jenis dan jenjang
pendidikan;c. mutu dan daya saing pendidikan serta relevansinya dengan
kebutuhan dan atauk ondisi masyarakat; dand. efektifitas, efesiensi dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan yang
bermutu.
(6) Pemerintah Daerah mengarahkan, membina, membimbing,mengkoordinasikan, mensinkronisasi, mensupervisi, mengawasi danmengendalikan penyelenggaraan satuan pendidikan sesuai dengankebijakan nasional bidang pendidikan dan kebijakan daerah bidang pendi-dikan dalam rangka pengelolaan sistem pendidikan nasional.
(7) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikanformal, informal dan non formal.
Bagian KeduaPengelolaan Pendidikan oleh Pemerintahan Daerah Kabupaten
Paragraf 1Kebijakan Bidang Pendidikan
Pasal 47
(1) Bupati bertanggung jawab mengelola sistem pendidikan nasional didaerahnya serta merumuskan dan menetapkan kebijakan daerah bidangpendidikan sesuai kewenangannya.
(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam :a. menjamin terselenggaranya pendidikan bermutub. menjamin penerapan kurikulum (KTSP) yang bermutuc. kompetensi lulusan yang bermutud. menjamin ketersediaan guru dan tenaga kependidikan bermutue. pembinaan dan pengembangan guru dan tenaga kependidikan bermutuf. proses pendidikan bermutug. mengadakan dan meningkatkan mutu sarana dan prasarana
pendidikanh. Pendanaan pendidikan yang proporsionali. penilaian bermutuj. melakukan kegiatan Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah dan
menindaklanjuti hasil laporan Evaluasi Diri Sekolah yangdisampaikan.
(3) Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dalam menetapkan :a. standar mutu pendidikan di Kabupaten ;b. standar pelayanan minimal; danc. standar Pendanaan pendidikan.
(4) Dalam pelaksanaan tanggungjawab dan kewenangan Bupati dalambidang pendidikan secara operasional dilaksanakan oleh Kepala DinasPendidikan.
(5) Kepala Dinas Pendidikan diangkat oleh Bupati dengan kriteria:a. memiliki visi, misi dan program pengembangan pendidikan Kabupaten
Banjar;
29
b. memiliki kemampuan leadership dan managerial;c. kualifikasi pendidikan minimal S1 diprioritaskan dibidang kependidikan
dari perguruan tinggi yang terakreditasi;d. memiliki integritas dan kepribadian yang baik;e. berasal dari pejabat struktural dan/ atau kalangan akademisi;f. memiliki kecerdasan komprehensif;g. berjiwa demokratis;h. memiliki semangat juang tinggi, jujur bertanggung jawab, pantang
menyerah, optimis dan pekerja keras;i. menguasai budaya lokal; danj. lulus uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) oleh Baperjakat
Kabupaten dan DPRD Kabupaten.
(6) Kebijakan daerah bidang pendidikan dituangkan dalam:a. rencana jangka panjang kabupaten;b. rencana jangka menengah kabupaten;c. rancana strategis pendidikan kabupaten;d. rencana kerja pemerintah kabupaten;e. rencana kerja anggaran tahunan di kabupaten; danf. Peraturan Bupati di bidang pendidikan.
(7) Kebijakan daerah bidang pendidikan merupakan pedoman bagi:a. semua jajaran pemerintah Kabupaten;b. pemerintah kabupaten;c. penyelenggara pendidikan;d. satuan pendidikan;e. dewan pendidikan;f. pemangku kepentingan pendidikan;g. unit pelaksana akreditasi sekolah/madrasah;h. komite sekolah;i. peserta didik;j. orang tua wali peserta didik;k. pendidik dan tenaga kependidikan; danl. masyarakat Kabupaten Banjar.
Paragraf 2Standar Pelayanan Minimal Pengelolaan Pendidikan
Pasal 48
(1) Bupati melaksanakan, mengkoordinasikan standar pelayanan minimalbidang pendidikan.
(2) Pemerintah Daerah melakukan dan/atau memfasilitasi penjaminanmutu pendidikan dengan berpedoman kepada kebijakan nasionalpendidikan, dan standar nasional pendidikan.
(3) Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan pemerintah Kabupatenmengkoordinasikan dan memfasilitasi, meliputi :a. akreditasi program pendidikan;b. akreditasi satuan pendidikan ;c. sertifikasi kompetensi peserta didik;d. sertifikasi kompetensi pendidik; dane. sertifikasi kompetensi tenaga kependidikan.
30
Paragraf 3Tata Kelola Pendidikan
Pasal 49
(1) Bupati menetapkan kebijakan tata kelola pendidikan untukmenjamin efesiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitaspengelolaan pendidikan yang merupakan pedoman bagi pihak yangterkait dengan pendidikan di Daerah.
(2) Dalam menjalankan dan mengelola sistem pendidikan di daerah,Pemerintah Daerah mengembangkan dan melaksanakan sisteminformasi pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasiyang keberadaannya dapat memberikan akses informasi administrasipendidikan dan akses sumber pembelajaran kepada satuan pendidikanpada semua jenjang, jenis, dan jalur pendidikan sesuai dengankewenangan daerah.
Bagian KetigaPengelolaan Satuan Pendidikan
Pasal 50
(1) Satuan pendidikan membuat dan menetapkan visi dan misi satuanpendidikan bermutu.
(2) Satuan pendidikan harus menyusun program jangka pendek, menengah,dan panjang.
(3) Satuan pendidikan merupakan pusat pelaksanaan proses pembelajaranbermutu yang dengan ditunjang ketersedian standar mutu satuanpendidikan berdasarkan BSNP.
(4) Satuan pendidikan yang berprestasi dalam meningkatkan mutupendidikan diberikan dana pembinaan.
Bagian KeempatPeran Serta Masyarakat
Pasal 51
(1) Masyarakat terdiri dari orang tua peserta didik, dan warga negaradengan latar belakang organisasi, dan posisi/profesi tertentu dalammasyarakat, seperti masyarakat agama, masyarakat adat, masyarakathukum, masyarakat pendidik, masyarakat pengusaha, masyarakat umumdan sebutan lain yang sejenis.
(2) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran sertaperseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusahadan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan, pengelolaan,dan pengendalian pendidikan bermutu berupa kontribusi pendidik dantenaga kependidikan, dana, beasiswa, kerjasama, magang, sarana danprasarana dan bentuk lain yang sesuai dalam penyelenggaraan pendidikanbermutu.
(3) Peran serta masyarakat dalam pendidikan sebagaimana dimaksud padaayat (1) mencakup partisipasi dalam perencanaan, pengawasan, danevaluasi program pendidikan yang dilaksanakan melalui dewanpendidikan, komite sekolah atau nama lain yang sejenis pada satuanpendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dannonformal.
31
(4) Pelaksanaan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikandan pengendalian pendidikan bermutu sebagaimana dimaksud pada ayat(1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian KelimaDewan Pendidikan
Pasal 52
(1) Dewan pendidikan merupakan wadah peran serta masyarakat dalampenyelenggaraan dan mewujudkan pendidikan bermutu yang meliputiperencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan.
(2) Dewan pendidikan berperan memberikan pertimbangan, saran, dandukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan dalampenyelenggaraan pendidikan kepada Bupati.
Bagian KeenamKomite Sekolah
Pasal 53
(1) Komite sekolah merupakan wadah peran serta masyarakat dalammewujudkan pendidikan bermutu yang meliputi perencanaan,pengawasan dan evaluasi program pendidikan pada satuan pendidikananak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikanformal.
(2) keberadaan Komite sekolah berperan memberikan pertimbangan/sarandan dukungan tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasanpenyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan anak usiadini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan formal.
(3) Komite sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pendidikananak usia dini,pendidikan dasar,pendidikan menengahdan pendidikanformal bersifat mandiri, dan tidak mempunyai hubungan hirarkis denganPemerintahan Daerah, atau Dewan Pendidikan.
(4) Komite sekolah dapat terdiri dari satu di satuan pendidikan atau satu dibeberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama atau satu dibeberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang pada lokasi yangberdekatan atau satuan pendidikan yang dikelola oleh satu penyelenggarapendidikan.
(5) Peran dan fungsi Komite Sekolah meliputi :a. peran sebagai pemberi pertimbangan/ advisory yang berfungsi
memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepadasatuan pendidikan mengenai :1. kebijakan dan program pendidikan;2. penyusunan RKAS/RAPBS;3. kriteria kinerja satuan pendidikan;4. kriteria kinerja tenaga pendidik dan kependidikan;5. kriteria fasilitas pendidikan; dan6. hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan.
32
b. peran sebagai pendukung yang berfungsi adalah :1. mendorong para orang tua peserta didik dan masyarakat untuk
berpartisipasi terhadap pendidkan di sekolah;2. menggalang dana partisipasi para orang tua peserta didik dan
masyarakat dalam rangka Pendanaan penyelenggaraanpendidikan; dan
3. mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen para orang tuapeserta didik dan masyarakat terhadap penyelenggaraanpendidikan bermutu di sekolah.
c. peran sebagai pengontrol/ controlling yang berfungsi adalah :1. melakukan evaluasi terhadap program, penyelenggaraan dan
keluaran (output) pendidikan di sekolah; dan2. melakukan pengwasan terhadap program, input, penyelenggaraan,
keluaran (output) dan outcome pendidikan di sekolah.
d. peran sebagai penghubung/ mediator, yang berfungsi adalah:1. melakukan kerjasama dengan para orang tua peserta didik dan
masyarakat ; dan2. menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh para orang tua pesertadidik dan masyarakat.
Bagian KetujuhUnit Pelaksana Akreditasi Sekolah/Madrasah
Pasal 54
(1) Unit Pelaksana Akreditasi Sekolah/Madrasah merupakan badan yangdibentuk oleh Pemerintah Daerah untuk menentukan kelayakan programdan satuan pendidikan berjalan dengan efektif dalam melahirkanpendidikan yang bermutu berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
(2) Komposisi keanggotaan unit pelaksana sekolah/madrasah mengacupada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program dan satuanpendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal pada setiapjenjang dan jenis pendidikan.
(4) Akreditasi dilakukan atas dasar kriteria yang jelas, terukur dan bersifatterbuka.
(5) Sekolah/Madrasah menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan untukmengikuti akreditasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
(6) Sekolah/Madrasah meningkatkan status akreditasi, denganmenggunakan lembaga akreditasi eksternal yang memiliki legitimasi.
(7) Sekolah/Madrasah harus terus meningkatkan kualitas kelembagaansecara holistik dengan menindaklanjuti saran-saran hasil akreditasi.
(8) Unit Pelaksana Akreditasi Sekolah dibentuk untuk memberikanjaminan, kepastian, dan kendali pelayanan pendidikan menjadipendidikan yang bermutu.
33
(9) Ketentuan mengenai kriteria akreditasi sebagaimana dimaksud padaayat (4) dirumuskan oleh anggota Badan Akreditasi Sekolah dandisahkan oleh Pemerintahan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(10) Ketentuan mengenai akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)diatur lebih lanjut ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB IXPENDANAAN PENDIDIKAN
Bagian KesatuSumber Pendanaan
Pasal 55
(1) Sumber pendanaan pendidikan diperoleh dari pemerintah, PemerintahDaerah, dan masyarakat.
(2) Sumber pendanaan pendidikan yang diperoleh dari masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan wujud partisipasimasyarakat dalam membantu pendanaan sekolah yang meliputi :a. financial ;b. sarpras ;c. peralatan pembelajaran ;d. pembangunan RKB ;e. ruang-ruang penunjang ;f. hibah, dan lain-lain.
(3) Sumber pendanaan pendidikan yang diperoleh dari masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bantuan daripemangku kepentingan satuan pendidikan atau peran serta orang tuapeserta didik, serta bantuan dari pihak ketiga yang tidak mengikatdan/atau sumber lain yang sah menurut undang-undang.
(4) Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan atau peranserta orang tua peserta didik dilakukan dengan berpedoman padaketentuan yang berlaku.
Pasal 56
(1) Bantuan dari pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3)dapat berupa dana Coorporate Sosial Responsibility, dengan besaranbantuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Dana yang bersumber dari Coorporate Sosial Responsibility masyarakatsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioriataskan untuk beasiswapendidikan dan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.
(3) Dana Coorporate Sosial Responsibility (CSR) dari dunia usaha/Industri,sebagaimana pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 57
(1) Penyelenggara dan/atau pengelola satuan pendidikan wajibmendayagunakan dana pendidikan yang tersedia, guna menjaminkelangsungan dan peningkatan mutu pendidikan berdasarkan prinsipkeadilan, kecukupan, berkelanjutan, transparan dan akuntabel.
34
(2) Penggunaan anggaran pendidikan di satuan pendidikan sebagaimanapada ayat (1) dilakukan berdasarkan Rencana Anggaran, Pendapatan DanBelanja Sekolah.
Bagian KeduaAlokasi Dana Pendidikan
Pasal 58
(1) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan anggaran pendidikanmelalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah minimal 20%.
(2) Anggaran pendidikan sebagaimana pada ayat (1) dialokasikan untuk:a. meningkatan dan pengembangan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan;b. meningkatkan mutu proses pembelajaran;c. meningkatkan mutu Sarana dan prasana;d. meningkat mutu sistem akses informasi pendidikan berbasis IT;e. meningkatkan biaya operasional sekolah;f. pengembangan bakat dan minat peserta didik;g. peningkatan pengawasan/monitoring kependidikan;h. pelaporan;i. badan advokasi pendidikan Banjar;j. beasiswa bagi yang miskin, berprestasi dan ikatan dinas (TID);dank. pemiliharaan.
(4) Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan dana darurat untukmendanai keperluan mendesak dalam penyelenggaraan pendidikan yangdiakibatkan bencana atau peristiwa tertentu.
(5) Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran untuksatuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dalambentuk bantuan.
(6) Pemerintah Daerah dapat membiayai penyelenggaraan pendidikanprogram pendidikan wajib belajar 12 (dua belas) tahun yanglangsung didistribusikan kesatuan pendidikan.
Bagian KetigaBeasiswa Pendidikan
Pasal 59
(1) Pemerintah Daerah dapat memberi beasiswa bagi peserta didikberdasarkan kreteria yang ditetapkan berdasarkan ketentuan yangberlaku.
(2) Pemberian beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdengan Peraturan Bupati.
35
BAB XPENILAIAN
Bagian KesatuPrinsip Penilaian
Pasal 60
(1) Penilaian pendidikan meliputi:a. penilaian hasil pembelajaran oleh pendidik;b. penilaian hasil pembelajaran oleh satuan pendidikan; danc. penilaian hasil pembelajaran oleh Pemerintahan Daerah.
(2) Penilaian hasil belajar peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berdasarkan prinsip sebagai berikut :a. sahih, penilaian berdasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur;b. objektif, berarti penilain didasarkan pada prosedur dan kriteria
yang jelas, tidak dipengaruhi subjektifitas penilaian;c. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan
peserta didik karena perbedaan latar belakang, agama, suku, budayaadat istiadat, status sosial ekonomi dan gender;
d. terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satukomponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
e. terbuka, berarti prosedur penilaian, keriteria penilaian dan dasarpengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yangberkepentingan;
f. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidikmencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagaiteknik yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuanpeserta didik;
g. sistematis, berarti penialian dilakukan secara berencana dan bertahapdengan mengikuti langkah-langkah baku;
h. beracuan kireteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuranpencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan
i. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan baik darisegi teknik prosedur maupun hasilnya.
Bagian KeduaTeknik dan Instrumen Penilaian
Pasal 61
(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknikpenilaian berupa tes, observasi atau pengamatan, penugasanperseorangan atau kelompok dan bentuk lain yang sesuai dengankaraktarestik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
(2) Teknik tes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa, tes tertulis, teslisan dan tes praktek atau tes kinerja.
(3) Teknik observasi atau pengamatan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau diluarkegiatan pembelajaran.
36
(4) Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk tugas rumah atau proyek.
(5) Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik berpedomanpada ketentuan yang berlaku.
(6) Instrumen penilaian digunakan oleh satuan pendidikandalam bentuk ujiansekolah/madrasyah memenuhi persyaratansubstansi, konstruksi,dan bahasa serta memiliki bukti validitas empirik.
BAB XIPENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
Pasal 62
(1) Pemerintah Daerah dapat membentuk Jaringan Penelitian danPengembangan dan Dewan Riset Daerah Pendidikan denganmengalokasikan anggaran untuk penelitian dan pengembanganpendidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2) Dalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan pendidikan,Jaringan Penelitian dan Pengembangan dapat bekerja sama denganperguruan tinggi, lembaga swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
BAB XIISANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 63
(1) Kepala Sekolah/Madrasah, Guru, dan Pengawas Sekolah/Madrasahyang tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dikenakan sanksisesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yangberlaku.
(2) Pengelola sekolah/madrasah yang tidak dapat memenuhi standarpengelolaan pendidikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka akandilakukan pembinaan paling lama 3 (tiga) tahun oleh masing-masinginstansi pembinanya.
(3) Dalam hal pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akandilakukan penilaian, apabila berdasarkan hasil penilaian pengelolasekolah/madrasah tidak dapat memenuhi maka dicabut izinoperasionalnya.
BAB XIIIKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 64
Semua ketentuan yang berkaitan dengan pendidikan yang telahditetapkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, masih tetapberlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangandan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
37
BAB XIVKETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanDaerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Banjar.
Ditetapkan di Martapurapada tanggal 19 Mei 2014
BUPATI BANJAR,
ttd
H. PANGERAN KHAIRUL SALEH
Diundangkan di Martapurapada tanggal 19 Mei 2014
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANJAR,
ttd
H. NASRUN SYAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014 NOMOR 4
NOMOR REGESTER PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR PROVINSIKALIMANTAN SELATAN : 4 /2014
38
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNOMOR 4 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
I. UMUM
Pengaturan Penyelenggaraan Pendidikan dilakukan dalam rangkapembentukan regulasi yang jelas dan terarah bagi penyelenggaraanpendidikan untuk pengembangan kemampuan dan membentuk watakserta peradaban dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,khususnya di Kabupaten Banjar. Pengaturan ini sesuai dengan tujuanpendidikan yang terkandung dalam Pasal 31 Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diatur lebih lanjutdalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional (UU Sisdiknas) sebagai UU payung bagi peraturanpenyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Visi pendidikan dalam UUSisdiknas adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosialyang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negaraIndonesia agar berkembang menjadi manusia berkualitas yang mampu danproaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. UU Sisdiknasmengamanatkan perlunya pelaksanaan penyelenggaraan pendidikanberbasis sekolah/madrasah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Penyelenggaraan sistem Pendidikan nasional berfungsimengembangkan kemampuan dan membentuk watak warga masyarakatyang cerdas dan bermartabat untuk mewujudkan kehidupan yangberadab, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadimanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, mampu bersaingpada taraf nasional dan internasional serta menjadi warga masyarakatyang demokratis dan bertanggunggjawab. Pendidikan haruslahdiselenggarakan secara profesional, transparan dan akuntabel sertamenjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah,Masyarakat dan Peserta Didik, dengan memperhatikan berbagai prinsippenyelenggaraan, yaitu:
1. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematikdengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan diselenggarakansebagai satu proses pembudayaan dan pemberdayaan secaraberkesinambungan serta berlangsung sepanjang hayat.
2. Pendidikan diselenggarakan secara adil, demokratis dan tidakdiskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilaiagama, nilai budaya lokal dan kebhinekaan.
3. Pendidikan diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan,menantang, mencerdaskan dan kompetitif dengan dilandasiketeladanan.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budayamembaca dan belajar bagi segenap warga masyarakat.
39
5. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan seluruhkomponen pemerintah daerah dan masyarakat serta memberikankesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta dalampenyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.
Dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Pemerintah Daerahmengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi,mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikanpenyelenggara satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sesuai dengankebijakan nasional bidang pendidikan dan kebijakan daerah bidangpendidikan dalam kerangka pengelolaan sistem pendidikan nasional.
Pemerintah Daerah Kaupaten Banjar bertanggung jawabmenyelenggarakan sekurang-kurangnya Pendidikan Pendidikan Dasar,Pendidikan Menengah, Pendidikan Nonformal, Pendidikan Khusus, dengancara:
1. Memfasilitasi penyelenggaraan pendidikan Pendidikan Dasar,Pendidikan Menengah, Pendidikan Nonformal, Pendidikan Informal,Pendidikan Khusus;
2. Mengkoordinasikan penyelenggaraan pendidikan, pembinaan,pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan, untuk pendidikanformal, nonformal dan informal yang diselenggarakan PemerintahDaerah dan/atau masyarakat;
3. Menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun;
4. Menuntaskan program buta aksara;
5. Mendorong percepatan pencapaian target nasional bidang pendidikan didaerah;
6. Mengkoordinasikan dan mensupervisi pengembangan kurikulumpendidikan;
7. Mengevaluasi penyelenggara dan pengelola satuan pendidikan dasar,pendidikan menengah, dan jalur pendidikan nonformal untukpengendalian dan penjaminan mutu pendidikan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1Cukup Jelas
Pasal 2Cukup Jelas
Pasal 2Cukup Jelas
Pasal 3Cukup Jelas
Pasal 4Cukup Jelas
Pasal 5Cukup Jelas
Pasal 6Cukup Jelas
Pasal 7Cukup Jelas
40
Pasal 8Cukup Jelas
Pasal 9Cukup Jelas
Pasal 10Cukup Jelas
Pasal 11Cukup Jelas
Pasal 12Cukup Jelas
Pasal 13Cukup Jelas
Pasal 14Cukup Jelas
Pasal 15Cukup Jelas
Pasal 16Cukup Jelas
Pasal 17Cukup Jelas
Pasal 18Cukup Jelas
Pasal 19Cukup Jelas
Pasal 20Cukup Jelas
Pasal 21Cukup Jelas
Pasal 22Cukup Jelas
Pasal 23Cukup Jelas
Pasal 24Cukup Jelas
Pasal 25Cukup Jelas
Pasal 26Cukup Jelas
Pasal 27Cukup Jelas
Pasal 28Cukup Jelas
Pasal 29Cukup Jelas
Pasal 30Cukup Jelas
Pasal 31Cukup Jelas
Pasal 32Cukup Jelas
Pasal 33Cukup Jelas
Pasal 34Cukup Jelas
41
Pasal 35Cukup Jelas
Pasal 36Cukup Jelas
Pasal 37Cukup Jelas
Pasal 38Cukup Jelas
Pasal 39Cukup Jelas
Pasal 40Cukup Jelas
Pasal 41Cukup Jelas
Pasal 42Cukup Jelas
Pasal 43Cukup Jelas
Pasal 44Cukup Jelas
Pasal 45Cukup Jelas
Pasal 46Cukup Jelas
Pasal 47Cukup Jelas
Pasal 48Cukup Jelas
Pasal 49Cukup Jelas
Pasal 50Cukup Jelas
Pasal 51Cukup Jelas
Pasal 52Cukup Jelas
Pasal 53Cukup Jelas
Pasal 54Cukup Jelas
Pasal 55Cukup Jelas
Pasal 56Cukup Jelas
Pasal 57Cukup Jelas
Pasal 58Cukup Jelas
Pasal 59Cukup Jelas
Pasal 60Cukup Jelas
Pasal 61Cukup Jelas