429
PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO UTARA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka beberapa Peraturan Daerah tentang Pajak daerah di Kabupaten Barito Utara perlu ditinjau kembali dan disesuaikan; b.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan

bupati barito utara

  • Upload
    voquynh

  • View
    253

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bupati barito utara

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 1 TAHUN 2011

TENTANG

PAJAK DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka beberapa Peraturan Daerah tentang Pajak daerah di Kabupaten Barito Utara perlu ditinjau kembali dan disesuaikan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan

Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684);

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);

Page 2: bupati barito utara

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah Yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah Atau Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.07/2010 tentang Badan Atau Perwakilan Lembaga Internasional Yang Tidak Dikenakan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 148/PMK.07/2010 tentang Badan Atau Perwakilan Lembaga Internasional Yang Tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

13. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 1989 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten daerah Tingkat II Barito Utara;

2

Page 3: bupati barito utara

14. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi kewenangan Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 2 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara (lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 3 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

dan

BUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK DAERAH.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Barito Utara.2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Barito Utara.3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barito Utara.4. Bupati adalah Bupati Barito Utara.5. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten

Barito Utara yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Dinas adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Barito Utara.

7. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

3

Page 4: bupati barito utara

8. Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.

9. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.10. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait

lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

11. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. 12. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.

13. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.14. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, dan atau keramaian

yang dinikmati dengan dipungut bayaran.15. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.16. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya

dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

17. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

18. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

19. Mineral bukan logam dan batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara.

20. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

21. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.22. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.23. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah

permukaan tanah.24. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau

pengusahaan sarang burung walet.25. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap

haga, collocalia maxina, collocalia esculanta, dan collocalia linchi.

4

Page 5: bupati barito utara

26. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

27. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota.

28. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

29. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti.

30. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

31. Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan.

32. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

33. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak.34. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong

pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

35. Masa Pajak adalah pajak jangka waktu 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah paling lama 3 (tiga) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang;

36. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender, kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

37. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak atau Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

38. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SPTPD, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

39. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan

5

Page 6: bupati barito utara

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

40. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.

41. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.

42. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak.

43. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

44. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPDKBT, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

45. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

46. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

47. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

48. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah yang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

49. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

6

Page 7: bupati barito utara

50. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

51. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

52. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Daerah dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

53. Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

54. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

55. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Barito Utara.56. Juru sita Pajak adalah pegawai yang ditunjuk untuk melakukan penyitaan, dan

menguasai barang atau harta wajib pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

57. Nomor Pokok Wajib Pajak daerah yang selanjutnya disingkat NPWPD adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai Administrasi perpajakan yang dipergunakan atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan Hak dari perpajakannya.

58. Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara adalah Kantor pelayanan piutang dan lelang Negara yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Barito Utara.

BAB IIJENIS PAJAK

Pasal 2

Jenis Pajak terdiri atas :a. Pajak Hotel;b. Pajak Restoran;c. Pajak Hiburan;d. Pajak Reklame;e. Pajak Penerangan Jalan;f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

7

Page 8: bupati barito utara

g. Pajak Parkir;h. Pajak Air Tanah;i. Pajak Sarang Burung Walet;j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dank. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Bagian KesatuPajak Hotel

Pasal 3

Dengan nama Pajak Hotel, dipungut Pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

Pasal 4

(1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olah raga dan hiburan.

(2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas telepon, faksimile, teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.

(3) Tidak termasuk objek Pajak Hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah;b. jasa sewa apartemen, kondominium dan sejenisnya;c. jasa rumah kost dengan jumlah kamar kurang dari 10 (sepuluh) kamar;d. jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;e. jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan, dan

panti sosial lainnya yang sejenis; danf. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel yang

dapat dimanfaatkan oleh umum.

Pasal 5

(1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada hotel.

(2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.

Pasal 6

(1) Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel.

8

Page 9: bupati barito utara

(2) Yang seharusnya dibayar kepada hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah termasuk potongan harga dan voucher menginap gratis yang diberikan kepada pengunjung hotel.

Pasal 7

Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 8

(1) Besaran pokok Pajak Hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6.

(2) Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat hotel berlokasi.(3) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.

Bagian KeduaPajak Restoran

Pasal 9

Dengan nama Pajak Restoran, dipungut atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Pasal 10

(1) Objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran.(2) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

pelayanan penjualan makanan dan/atau minuman yang oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun dikonsumsi di tempat lain, termasuk jasa boga dan katering.

(3) Tidak termasuk objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp. 100.000,- (seratus ribu) per hari.

Pasal 11

(1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari restoran.

(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran.

9

Page 10: bupati barito utara

Pasal 12

(1) Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang diterima atau seharusnya diterima restoran.

(2) Yang seharusnya diterima restoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah termasuk potongan harga dan voucher makan/minum gratis yang diberikan kepada pengunjung restoran.

Pasal 13

Tarif Pajak Restoran ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 14(1) Besaran pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12.

(2) Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat restoran berlokasi.(3) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.

Bagian KetigaPajak Hiburan

Pasal 15

Dengan nama Pajak Hiburan, dipungut atas pelayanan yang disediakan oleh penyelenggara hiburan.

Pasal 16

(1) Objek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan dengan dipungut bayaran.(2) Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. tontonan film;b. pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;c. kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya;d. pameran;e. diskotik, karaoke, klab malam dan sejenisnya;f. sirkus, akrobat dan sulap;g. permainan bilyar, golf dan bowling;h. pacuan kuda, kendaraan bermotor dan permainan ketangkasan;i. panti pijat/refleksi, mandi uap/spa dan pusat kebugaran (fitness center); danj. pertandingan olah raga.

10

Page 11: bupati barito utara

Pasal 17

(1) Subjek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan.(2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.

Pasal 18

(1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan.

(2) Jumlah uang yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa hiburan.

Pasal 19

(1) Tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen). Adalah hiburan berupa :a. Tontonan Film;b. Pagelaran Musik dan/atau Tari;c. Kontes Binaraga;d. Pameran;e. Sirkus, Akrobat dan Sulap;f. Permainan Bilyard, Golf dan Bowlingg. Pacuan Kuda, Kendaraan Bermotor;h. Pusat Kebugaran (Fitness Center);i. Pertandingan Olah Raga.

(2) Khusus untuk hiburan berupa permainan ketangkasan, diskotik, klab malam, karaoke, mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan tarif Pajak Hiburan dapat ditetapkan sebesar 30% (tiga puluh persen).

(3) Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif Pajak Hiburan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 20

(1) Besaran pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

(2) Pajak Hiburan yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat hiburan diselenggarakan.

(3) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1(satu) bulan kalender.

11

Page 12: bupati barito utara

Bagian KeempatPajak Reklame

Pasal 21

Dengan nama Pajak Reklame, dipungut atas penyelenggaraan reklame.

Pasal 22

(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan reklame.(2) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. reklame papan/ billboard/ videotron/ megatron dan sejenisnya;b. reklame kain;c. reklame melekat, stiker;d. reklame selebaran;e. reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;f. reklame udara;g. reklame apung;h. reklame suara;i. reklame film/slide; danj. reklame peragaan.

(3) Tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame adalah:a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta

mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya;b. label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi

untuk membedakan dari produk sejenis lainnya;c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat

usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut;

d. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. e. atribut partai politik berupa bendera partai, stiker/kalender, spanduk dan baleho

untuk kegiatan politik.

Pasal 23

(1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan reklame.(2) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan

reklame.(3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau

badan, maka Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut.

12

Page 13: bupati barito utara

(4) Dalam hal reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.

Pasal 24

(1) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa Reklame.(2) Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, nilai sewa reklame sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan nilai kontrak reklame.(3) Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri, nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dihitung dengan memperhatikan faktor-faktor strategis dan factor-faktor nilai jual sebagai berikut :a. Faktor Strategis

1. Lokasi2. Luas Reklame3. sudut Pandang Reklame4. Kelas Jalan

b. Faktor Nilai Jual1. Lamanya Pemasangan Reklame2. Jenis Reklame

(4) Dalam hal nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap tidak wajar, nilai sewa reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Cara perhitungan nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah dengan menjumlahkan faktor-faktor strategis dan faktor-faktor nilai jual.

(6) Hasil perhitungan nilai sewa reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 25

Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 20% (dua puluh persen).

Pasal 26

(1) Besaran pokok Pajak Reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1).

(2) Pajak Reklame yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat reklame tersebut diselenggarakan.

Pasal 27

13

Page 14: bupati barito utara

Masa Pajak reklame ditentukan sebagai berikut :a. Untuk Reklame Permanen adalah jangka waktu yang lamanya 1(satu) bulan kalender b. Untuk Reklame yang tidak permanen/ sementara, adalah jangka waktu

penyelenggaraan reklame sesuai yang ditetapkan dalam surat ketetapan Pajak

Bagian KelimaPajak Penerangan Jalan

Pasal 28

Dengan nama Pajak Penerangan Jalan, dipungut atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

Pasal 29

(1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain.

(2) Listrik yang dihasilkan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi seluruh pembangkit listrik.

(3) Dikecualikan dari objek Pajak Penerangan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. penggunaan tenaga listrik oleh Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah;b. penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh kedutaan,

konsulat dan perwakilan asing dengan azas timbal balik;c. penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri dengan kapasitas tertentu yang

tidak memerlukan izin dari Instansi teknis terkait.

Pasal 30

(1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik.

(2) Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

(3) Dalam hal tenaga listrik disediakan oleh sumber lain maka Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah penyedia tenaga listrik.

Pasal 31

(1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual Tenaga Listrik.(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan:

14

Page 15: bupati barito utara

a. dalam hal tenaga listrik berasal dari sumber lain dengan pembayaran, Nilai Jual Tenaga Listrik adalah jumlah tagihan biaya beban/tetap ditambah dengan biaya pemakaian kwh/variabel yang ditagihkan dalam rekening listrik;

b. dalam hal tenaga listrik dihasilkan sendiri, Nilai Jual Tenaga Listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan listrik yang berlaku di wilayah Daerah yang bersangkutan.

Pasal 32

(1) Tarif Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 8% (delapan persen).(2) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri, pertambangan minyak bumi

dan gas alam, tarif pajak penerangan jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).(3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif pajak penerangan jalan

ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima persen).

Pasal 33

(1) Besaran pokok Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat(1).

(2) Pajak Penerangan Jalan yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat penggunaan tenaga listrik.

(3) Hasil penerimaan Pajak Penerangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan.

Pasal 34

Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.

Bagian KeenamPajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan

Pasal 35

Dengan nama Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, dipungut atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan

Pasal 36

15

Page 16: bupati barito utara

(1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi:1. Mineral bukan logam

a. asbes;b. batu tulis;c. batu setengah permata;d. batu kapur;e. batu apung;f. batu permata;g. bentonit;h. dolomit;i. feldspar;j. garam batu (halite);k. grafit;l. granit/andesit;m.gips;n. kalsit;o. kaolin;p. leusit;q. magnesit;r. mika;s. marmer;t. nitratu. opsidien;v. oker;w. pasir dan kerikil;x. pasir kuarsa;y. perlit;z. phospat;ab. talk;ac. tanah serap (fullers earth);ad. tanah diatome;ae. tanah liat;af. tawas (alum);ag. tras;ah. yarosif;ai. zeolit;aj. basal;ak. trakkit; danal. mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

16

Page 17: bupati barito utara

(2) Dikecualikan dari objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang nyata-nyata tidak

dimanfaatkan secara komersial, seperti kegiatan pengambilan tanah untuk keperluan rumah tangga, pemancangan tiang listrik/telepon, penanaman kabel listrik/telepon, penanaman pipa air/gas;

b. kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang merupakan ikutan dari kegiatan pertambangan lainnya, yang tidak dimanfaatkan secara komersial.

Pasal 37

(1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan.

(2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.

Pasal 38

(1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan.

(2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis mineral bukan logam dan batuan.

(3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah harga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat di wilayah Daerah yang ditetapkan oleh Bupati.

(4) Dalam hal nilai pasar dari hasil produksi mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sulit diperoleh, maka digunakan harga standar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang pertambangan mineral bukan logam dan batuan

Pasal 39

Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 40

(1) Besaran pokok Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.

(2) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pengambilan mineral bukan logam dan batuan.

17

Page 18: bupati barito utara

(3) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kelender.

Bagian KetujuhPajak Parkir

Pasal 41

Dengan nama Pajak Parkir yang dipungut atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Pasal 42

(1) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

(2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah;b. penyelenggaraan tempat parkir oleh perkantoran yang hanya digunakan untuk

karyawannya sendiri;c. penyelenggaraan tempat parkir oleh kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara

asing dengan asas timbal balik.

Pasal 43

(1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang melakukan parkir kendaraan bermotor.

(2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.

Pasal 44

(1) Dasar pengenaan Pajak Parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir.

(2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa parkir.

Pasal 45

Tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen).

Pasal 4618

Page 19: bupati barito utara

(1) Besaran pokok Pajak Parkir yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44.

(2) Pajak Parkir yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat parkir berlokasi.(3) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kelender.

Bagian KedelapanPajak Air Tanah

Pasal 47

Dengan nama Pajak Air Tanah, dipungut atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Pasal 48

(1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah;(2) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air

tanah untuk keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat, serta peribadatan.

Pasal 49

(1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

(2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

Pasal 50

(1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah nilai perolehan air tanah.(2) Nilai perolehan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang

dihitung dengan mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut: a. jenis sumber air;b. lokasi sumber air;c. tujuan pengambilan dan/atau pemanfaatan air; d. volume air yang diambil dan/atau dimanfaatkan;

19

Page 20: bupati barito utara

e. kualitas air; danf. tingkat kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau

pemanfaatan air.(4) Penggunaan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan

kondisi tempat pengambilan air.(5) Besarnya nilai perolehan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.

Pasal 51

Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Pasal 52

(1) Besaran pokok Pajak Air Tanah yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50.

(2) Pajak Air Tanah yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat air diambil.

Pasal 53

Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.

Bagian KesembilanPajak Sarang Burung Walet

Pasal 54

Dengan nama Pajak Sarang Burung Walet, dipungut atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

Pasal 55

(1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

(2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengambilan sarang burung walet yang telah dikenakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Pasal 56

(1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet.

20

Page 21: bupati barito utara

(2) Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan sarang burung walet.

Pasal 57

(1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet adalah nilai jual sarang burung walet.(2) Nilai jual sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

berdasarkan perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet yang berlaku di Daerah yang bersangkutan dengan volume sarang burung walet.

(3) Harga pasaran umum sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 58

Tarif Pajak Sarang Burung Walet ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).Pasal 59

(1) Besaran pokok Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana di maksud dalam Pasal 58 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57.

(2) Pajak Sarang Burung Walet yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung wallet.

(3) Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kelender.

Bagian KesepuluhPajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan

Pasal 60

Dengan nama Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dipungut atas bumi dan/atau bangunan, yang dimiliki, dikuasasi, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

Pasal 61

(1) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

(2) Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:

21

Page 22: bupati barito utara

a. jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, dan lain-lain yang merupakan suatu kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut;

b. jalan tol;c. kolam renang;d. pagar mewah;e. tempat olah raga;f. galangan kapal, dermaga;g. taman mewah;h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; dani. menara.

(3) Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang:a. digunakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk penyelenggaraan

pemerintahan;b. digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang ibadah,

sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan;

c. digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu;d. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah

penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;

e. digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik; dan

f. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

(4) Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Pasal 62

(1) Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

(2) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.

Pasal 63

22

Page 23: bupati barito utara

(1) Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan adalah NJOP.(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun,

kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.

(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Bupati.

Pasal 64

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ditetapkan sebesar 0,3% (nol koma tiga persen).

Pasal 65

Besaran pokok Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (4).

Pasal 66

(1) Tahun pajak adalah jangka waktu 1 ( satu) tahun kalender.(2) Saat yang menentukan pajak yang terutang adalah menurut keadaan objek pajak pada

tanggal 1 Januari.(3) Tempat pajak yang terutang adalah di wilayah yang meliputi letak objek pajak.

Pasal 67

(1) Pendataan dilakukan dengan menggunakan SPOP.(2) SPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan

lengkap serta ditandatangani dan disampaikan kepada Bupati, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya SPOP oleh subjek pajak.

Pasal 68

(1) Berdasarkan SPOP, Bupati menerbitkan SPPT.(2) Bupati dapat mengeluarkan SKPD dalam hal-hal sebagai berikut:

23

Page 24: bupati barito utara

a. SPOP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara tertulis oleh Bupati sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

b. berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.

Bagian KesebelasBea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Pasal 69

Dengan nama Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan, dipungut atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

Pasal 70

(1) Objek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

(2) Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a. pemindahan hak karena:

1) jual beli;2) tukar menukar;3) hibah;4) hibah wasiat;5) waris;6) pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lain;7) pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan;8) penunjukan pembeli dalam lelang;9) pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap;10)penggabungan usaha;11)peleburan usaha;12)pemekaran usaha; atau13)hadiah.

b. pemberian hak baru karena:1) kelanjutan pelepasan hak; atau2) di luar pelepasan hak.

(3) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. hak milik;b. hak guna usaha;

24

Page 25: bupati barito utara

c. hak guna bangunan;d. hak pakai;e. hak milik atas satuan rumah susun; danf. hak pengelolaan.

(4) Objek pajak yang tidak dikenakan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah objek pajak yang diperoleh:a. perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;b. negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum;c. badan atau perwakilan lembaga internasional yang ditetapkan dengan Peraturan

Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain di luar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;

d. orang pribadi atau Badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

e. orang pribadi atau Badan karena wakaf; dan f. orang pribadi atau Badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

Pasal 71

(1) Subjek Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

(2) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh Hak atas Tanah dan/atau Bangunan.

Pasal 72

(1) Dasar pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP).

(2) NPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal:a. jual beli adalah harga transaksi;b. tukar menukar adalah nilai pasar;c. hibah adalah nilai pasar;d. hibah wasiat adalah nilai pasar;e. waris adalah nilai pasar;f. pemasukan dalam peseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar;g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah nilai pasar;h. peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan

hukum tetap adalah nilai pasar;i. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai

pasar;j. pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai pasar;k. penggabungan usaha adalah nilai pasar;

25

Page 26: bupati barito utara

l. peleburan usaha adalah nilai pasar;m. pemekaran usaha adalah nilai pasar;n. hadiah adalah nilai pasar; dan/atauo. penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang tercantum dalam

risalah lelang.(3) Jika NPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak

diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, maka nilai NPOP yang digunakan merupakan NJOP PBB.

(4) Dalam hal NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum ditetapkan pada saat terutangnya BPHTB, NJOP Pajak Bumi dan Bangunan dapat didasarkan pada Surat Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan.

(5) Surat Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah bersifat sementara.

(6) Surat Keterangan NJOP Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diperoleh di instansi yang berwenang di daerah.

Pasal 73

(1) Besarnya NPOP Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak setiap terjadinya transaksi.

(2) Dalam hal perolehan hak karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, NPOP Tidak Kena Pajak ditetapkan sebesar Rp. 300.000.000,00 ( tiga ratus juta rupiah ).

Pasal 74

Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

Pasal 75

(1) Besaran pokok Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (1) setelah dikurangi NPOP Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (1) atau ayat (2).

(2) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang terutang dipungut di tempat Tanah dan/atau Bangunan berada.

26

Page 27: bupati barito utara

Pasal 76

(1) Saat terutangnya pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan ditetapkan untuk:a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;b. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;c. hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;d. hibah wasiat adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;e. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya ke

kantor bidang pertanahan;f. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah sejak tanggal

dibuat dan ditandatanganinya akta;g. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pangadilan yang mempunyai

kekuatan hukum yang tetap;i. pemberian hak baru atas Tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah

sejak tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak;j. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya

surat keputusan pemberian hak; k. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;l. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;m. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;n. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta; dano. lelang adalah sejak tanggal penunjukkan pemenang lelang.

(2) Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 77

(1) Wajib Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan wajib membayar pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan pada adanya surat ketetapan pajak.

(2) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSPD.

(3) SSPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga merupakan SPTPD.(4) SSPD sebagaiamana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Bupati atau Pejabat

yang ditunjuk setelah adanya pelunasan pajak terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2).

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, isi, ukuran, tata cara pembayaran dan penyampaian SSPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 78

27

Page 28: bupati barito utara

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta pemindahan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

(2) Kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara hanya dapat menandatangani risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

(3) Kepala kantor pertanahan hanya dapat melakukan pendaftaran Hak atas Tanah atau pendaftaran peralihan Hak atas Tanah setelah Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak.

Pasal 79

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara melaporkan pembuatan akta atau risalah lelang Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan kepada Bupati paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

(2) Tata cara pelaporan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 80

(1) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp.7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.

(2) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan kepala kantor yang membidangi pelayanan lelang negara, yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk setiap laporan.

(3) Kepala Kantor pertanahan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (3) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB IIIMASA PAJAK DAN SAAT TERUTANGNYA PAJAK

Pasal 81

28

Page 29: bupati barito utara

Pajak dikenakan untuk masa pajak 1 (satu) bulan kalender, yang menjadi dasar bagi wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang.

Pasal 82Saat Pajak Terutang adalah pada saat berlangsungnya kegiatan yang dapat dikenakan pajak dan/atau pada saat ditetapkannya surat ketetapan pajak.

BAB IVPEMUNGUTAN PAJAK

Bagian KesatuTata Cara Pemungutan

Pasal 83

(1) Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.(2) Pemungutan Pajak meliputi kegiatan pendataan, penetapan, peneriman pembayaran,

penagihan, pemeriksaan pembukuan dan pelaporan, serta penyitaan.(3) Kegiatan pemungutan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh

Dinas.(4) Khusus pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan

dibantu Pihak lain yang ditunjuk.(5) Tatacara pemungutan Pajak diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 84

(1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

(2) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan penetapan Bupati dibayar dengan menggunakan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa karcis dan nota perhitungan.

(4) Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD, SKPDKB, dan/ atau SKPDKBT.

Pasal 85

(1) Setiap Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (4) wajib mengisi SPTPD.

(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya.

(3) SPTPD yang dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk, paling lambat 15 (lima belas hari) hari setelah berakhirnya Masa Pajak;

29

Page 30: bupati barito utara

(4) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduaPenetapan Pajak

Paragraf 1 Penetapan Pajak Terutang oleh Bupati

Pasal 86

(1) Bupati menetapkan Pajak terutang dengan menerbitkan SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa karcis dan nota perhitungan.

(3) Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penyampaian SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 87

Jenis pajak yang penetapan pajak terutangnya dilaksanakan oleh Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 meliputi Pajak Reklame, Pajak Air Tanah, dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Paragraf 2 Penetapan Pajak Terutang oleh Wajib Pajak

Pasal 88

Wajib Pajak wajib menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak terutangnya sendiri dengan menggunakan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85.

Pasal 89

Jenis pajak yang penetapan pajak terutangnya dilakukan oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 meliputi :a. Pajak Hotel;b. Pajak Restoran;c. Pajak Hiburan;d. Pajak Penerangan Jalan; e. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuanf. Pajak Parkir; g. Pajak Sarang Burung Walet; danh. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

30

Page 31: bupati barito utara

Pasal 90

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati dapat menerbitkan:a. SKPDKB dalam hal:

1) jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

2) jika SPTPD tidak disampaikan kepada Bupati dalam jangka waktu tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;

3) jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara jabatan.

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.

c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

(2) Tata cara pengisian, penerbitan, dan penyampaian SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

(3) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka (1) dan angka (2) dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

(4) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.

(5) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

(6) Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.

Bagian KetigaSurat Tagihan Pajak

Pasal 91

(1) Bupati dapat menerbitkan STPD jika:a. pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

31

Page 32: bupati barito utara

b. dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

c. Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.(2) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam STPD sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a dan huruf b ditambah dengan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terutangnya pajak.

(3) SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih melalui STPD.

Bagian KeempatTata Cara Pembayaran dan Penagihan

Pasal 92

(1) Bupati menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak dan paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak.

(2) SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

(3) Bupati atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 93

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan putusan banding yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

(2) Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Bagian KelimaKeberatan

32

Page 33: bupati barito utara

Pasal 94

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas suatu:a. SPPT;b. SKPD;c. SKPDKB;d. SKPDKBT;e. SKPDLB;f. SKPDN; dang. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan Daerah.(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-

alasan yang jelas.(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal

surat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Tanda penerimaan surat keberatan yang diberikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman surat keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan surat keberatan.

Pasal 95

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya pajak yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 96

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Bupati.

33

Page 34: bupati barito utara

(2) Permohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diterima, dilampiri salinan dari surat keputusan keberatan tersebut.

(3) Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban membayar pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Pasal 97

(1) Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKPDLB.

(3) Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

(4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi administratif berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan.

(5) Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.

Bagian KeenamPembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, danPenghapusan atau Pengurangan Sanksi administratif

Pasal 98

(1) Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Bupati dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

(2) Bupati dapat :a. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administratif berupa bunga, denda, dan

kenaikan pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya;

34

Page 35: bupati barito utara

b. mengurangkan atau membatalkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD, SKPDN atau SKPDLB yang tidak benar;

c. mengurangkan atau membatalkan STPD; d. membatalkan hasil pemeriksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau

diterbitkan tidak sesuai dengan tata cara yang ditentukan; dane. mengurangkan ketetapan pajak terutang berdasarkan pertimbangan kemampuan

membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu objek pajak. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi

administratif dan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

Pasal 99

(1) Atas kelebihan pembayaran Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang Pajak lainnya, kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Pajak tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Pajak.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIKEDALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Pasal 100

35

Page 36: bupati barito utara

(1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kedaluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah.

(2) Kedaluwarsa penagihan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:a. diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa; ataub. ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak, baik langsung maupun tidak

langsung.(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a, kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.

(4) Pengakuan Hutang Pajak secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Pajak dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(5) Pengakuan Hutang secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Pajak.

Pasal 101

(1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Pajak yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang Pajak yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIIPEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 102

(1) Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

(2) Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet serta tata cara pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 103

(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Daerah.

(2) Wajib Pajak yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Pajak yang terutang;36

Page 37: bupati barito utara

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Pajak diatur dengan Peraturan

Bupati.BAB VIII

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 104

(1) SKPD yang melaksanakan pemungutan Pajak dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(3) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB IXKETENTUAN KHUSUS

Pasal 105

(1) Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya.

(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati.

(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah:a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang

pengadilan;b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk memberikan

keterangan kepada pejabat lembaga negara atau instansi Pemerintah yang berwenang melakukan pemeriksaan dalam bidang keuangan Daerah.

(4) Untuk kepentingan Daerah, Bupati berwenang memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), agar memberikan keterangan, memperlihatkan bukti tertulis dari atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk.

(5) Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata, atas permintaan hakim sesuai dengan Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata, Bupati dapat memberi izin tertulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk memberikan dan memperlihatkan bukti tertulis dan keterangan Wajib Pajak yang ada padanya.

37

Page 38: bupati barito utara

(6) Permintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan yang diminta, serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang bersangkutan dengan keterangan yang diminta.

BAB XKETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 106

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah dan Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perpajakan Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan Daerah;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang perpajakan Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

38

Page 39: bupati barito utara

BAB XIKETENTUAN PIDANA

Pasal 107

(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

Pasal 108

Tindak pidana di bidang perpajakan Daerah tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak atau berakhirnya Bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.

Pasal 109

(1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.4.000.000,00 (empat juta rupiah).

(2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang kerahasiaannya dilanggar.

(4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pribadi seseorang atau Badan selaku Wajib Pajak, karena itu dijadikan tindak pidana pengaduan.

Pasal 110

39

Page 40: bupati barito utara

Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 102, dan Pasal 104 ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerimaan negara.

BAB XIIPELAKSANAAN, PEMBERDAYAAN, PENGAWASAN

DAN PENGENDALIAN

Pasal 111

(1) Pelaksanaan, pemberdayaan, pengawasan dan pengendalian Peraturan Daerah ini ditugaskan kepada Dinas.

(2) Dalam melaksanakan tugas, Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja sama dengan satuan kerja perangkat Daerah atau lembaga lain terkait.

BAB XIIIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 112

Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Pajak yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah mengenai jenis Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, sepanjang tidak diatur dalam Peraturan Daerah yang bersangkutan masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.

BAB XIVKETENTUAN PENUTUP

Pasal 113

(1) Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku :a. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 07 Tahun 1994 tentang Pajak

Penerangan Jalan Umum;b. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 04 Tahun 1998 tentang Pajak

Pengambilan Bahan Galian Golongan C;c. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 05 Tahun 1998 tentang Pajak

Hiburan;d. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 06 Tahun 1998 tentang Pajak

Hotel dan Restorane. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 02 Tahun 1999 tentang Pajak

Reklame;f. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 04 Tahun 2005 tentang Pajak

Pendaftaran Perusahaan;dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

40

Page 41: bupati barito utara

(2) Ketentuan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Pasal 114

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal 31 Maret 2011

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. ACHMAD YULIANSYAHDiundangkan di Muara Tewehpada tanggal 31 Maret 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. SAPTO NUGROHO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2011 NOMOR 1

41

Page 42: bupati barito utara

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 1 TAHUN 2011

TENTANG

PAJAK DAERAH

I. UMUMDalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik

Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provisi terdiri atas daerah-

daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efesiensi

dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk menyelenggarakan pemerintahan tersebut, Daerah berhak mengenakan

pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan

kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak yang

bersifat memaksa diatur dengan undang-undang. Dengan demikian, pemungutan Pajak

Daerah harus didasarkan pada undang-undang.

Pungutan daerah yang berupa Pajak Daerah diatur dengan Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Sesuai dengan

undang-undang tersebut, Daerah diberi kewenangan untuk memungut 11 (sebelas)

jenis Pajak Daerah . Undang-undang tersebut juga mengatur tarif pajak maksimum

untuk ke 11 jenis pajak tersebut.

Hasil penerimaan pajak diakui saat ini belum memadai dan memiliki peranan yang

relatif kecil terhadap Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

42

Page 43: bupati barito utara

khususnya bagi kabupaten/kota. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana

alokasi dari pusat. Dalam banyak hal dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat

diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran daerah. Karena itu, pemberian

peluang untuk mengenakan pungutan baru dengan perluasan obyek Pajak Daerah

diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4 ayat 3

huruf b : Pengecualian apartemen, kondominium dan sejenisnya didasarkan atas izin usahanya.

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6Cukup jelas

Pasal 7Cukup jelas

Pasal 8Cukup jelas

Pasal 9Cukup jelas

Pasal 10Cukup jelas

Pasal 11Cukup jelas

43

Page 44: bupati barito utara

Pasal 12Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Cukup jelas

Pasal 16Cukup jelas

Pasal 17Cukup jelas

Pasal 18Cukup jelas

Pasal 19Ayat (1)

Cukup jelas.Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)Yang dimaksud dengan “hiburan berupa kesenian rakyat/tradisional” adalah hiburan kesenian rakyat/tradisional yang dipandang perlu untuk dilestarikan dan diselenggarakan di tempat yang dapat dikunjungi oleh semua lapisan masyarakat.

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Cukup jelas

Pasal 22Cukup jelas

Pasal 2344

Page 45: bupati barito utara

Cukup jelas

Pasal 24Cukup jelas

Pasal 25Cukup jelas

Pasal 26Cukup jelas

Pasal 27Cukup jelas

Pasal 28Cukup jelas

Pasal 29Cukup jelas

Pasal 30Cukup jelas

Pasal 31Cukup jelas

Pasal 32Cukup jelas

Pasal 33Cukup jelas

Pasal 34Cukup jelas

Pasal 35Cukup jelas

Pasal 36Cukup jelas

Pasal 37

45

Page 46: bupati barito utara

Cukup jelas

Pasal 38Cukup jelas

Pasal 39Cukup jelas

Pasal 40Cukup jelas

Pasal 41Cukup jelas

Pasal 42Cukup jelas

Pasal 43Cukup jelas

Pasal 44Cukup jelas

Pasal 45Cukup jelas

Pasal 46Cukup jelas

Pasal 47Cukup jelas

Pasal 48Cukup jelas

Pasal 49Cukup jelas

Pasal 50Cukup jelas

Pasal 51

46

Page 47: bupati barito utara

Cukup jelas

Pasal 52Cukup jelas

Pasal 53Cukup jelas

Pasal 54Cukup jelas

Pasal 55Cukup jelas

Pasal 56Cukup jelas

Pasal 57Cukup jelas

Pasal 58Cukup jelas

Pasal 59Cukup jelas

Pasal 60Cukup jelas

47

Page 48: bupati barito utara

Pasal 61Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”kawasan” adalah semua tanah dan bangunan yang digunakan oleh perusahaan perkebunan, perhutanan, dan pertambangan di tanah yang diberi hak guna usaha perkebunan, tanah yang diberi hak pengusahaan hutan dan tanah yang menjadi wilayah usaha pertambangan.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas.

Huruf bYang dimaksud dengan ”tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan” adalah bahwa objek pajak itu diusahakan untuk melayani kepentingan umum, dan nyata-nyata tidak ditujukan untuk mencari keuntungan. Hal ini dapat diketahui antara lain dari anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari yayasan/badan yang bergerak dalam bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional tersebut. Termasuk pengertian ini adalah hutan wisata milik negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf cCukup jelas.

Huruf dCukup jelas.

Huruf eCukup jelas.

Huruf fCukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas

Pasal 63

48

Page 49: bupati barito utara

Ayat (1)

Penetapan NJOP dapat dilakukan dengan:

a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara membandingkannya dengan objek pajak lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya.

b. Nilai perolehan baru, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut pada saat penilaian dilakukan, yang dikurangi dengan penyusutan berdasarkan kondisi pisik objek tersebut.

c. Nilai jual pengganti, adalah suatu pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi objek pajak tersebut.

Ayat (2)

Pada dasarnya penetapan NJOP adalah 3 (tiga) tahun sekali. Untuk Daerah tertentu yang perkembangan pembangunannya mengakibatkan kenaikan NJOP yang cukup besar, maka penetapan NJOP dapat ditetapkan setahun sekali.

Ayat (3)

Cukup jelas.Pasal 64

Cukup jelasPasal 65

Nilai jual untuk bangunan sebelum diterapkan tarif pajak dikurangi terlebih dahulu dengan Nilai Jual Tidak Kena Pajak sebesar Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

49

Page 50: bupati barito utara

Contoh:Wajib pajak A mempunyai objek pajak berupa:- Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual Rp. 300.000,00/m2;- Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual Rp. 350.000,00/m2;- Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual Rp. 50.000,00/m2;- Pagar sepanjang 120 m dan tinggi rata-rata pagar 1,5 m dengan nilai jual Rp.175.000,00/m2.

Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:1. NJOP Bumi: 800 x Rp. 300.000,00 = Rp. 240.000.000,002. NJOP Bangunan

a. Rumah dan garasi 400 x Rp. 350.000,00 = Rp. 140.000.000,00b. Taman

200 x Rp. 50.000,00 = Rp. 10.000.000,00c. Pagar

(120 x 1,5) x Rp.175.000,00 = Rp. 31.500.000,00 +

Total NJOP Bangunan Rp. 181.500.000,00Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak = Rp. 10.000.000,00 -Nilai Jual bangunan Kena Pajak = Rp . 171.500.000,00 +

3. Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp. 411.500.000,00 4. Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam

Peraturan Daerah 0,3%. 5. PBB terutang: 0,3% x Rp. 411.500.000,00 =Rp. 1.234.500,00

Pasal 66 Cukup jelas.

Pasal 67 Cukup jelas.

Pasal 68 Ayat (1)

Cukup jelas.

50

Page 51: bupati barito utara

Ayat (2) Penetapan SKPD ini hanya untuk Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Pasal 69

Cukup jelas

Pasal 70Cukup jelas

Pasal 71Cukup jelas

Pasal 72Cukup jelas

Pasal 73 Contoh: Wajib Pajak “A” membeli tanah dan bangunan dengan Nilai Perolehan Objek Pajak = Rp. 65.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak = Rp . 60.000.000,00 (-) Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak = Rp. 5.000.000,00 Pajak Yang Terutang = 5% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 250.000,00

Pasal 74 Cukup jelas.

Pasal 75 Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

51

Page 52: bupati barito utara

Pasal 77 Cukup jelas.

Pasal 78

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan “risalah lelang” adalah kutipan risalah lelang yang ditandatangani oleh Kepala Kantor yang membidangi pelayanan lelang Negara.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 79Cukup jelas.

Pasal 80 Cukup jelas.

Pasal 81Cukup jelas.

Pasal 82Cukup jelas.

Pasal 83 Ayat (4) Yang dimaksud fihak lain yang ditunjuk yaitu Kecamatan, Kelurahan

dan Desa

Pasal 84Ayat (1)

Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan pajak, yaitu ditetapkan oleh Bupati atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak.

Cara pertama, pajak dibayar oleh Wajib Pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh Bupati melalui SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan.

52

Page 53: bupati barito utara

Cara kedua, pajak dibayar sendiri adalah pengenaan pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD.

Ayat (2)Cukup jelas.

Ayat (3)Cukup jelas.

Ayat (4)Wajib Pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri, diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD.Jika Wajib Pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya, dapat diterbitkan SKPDKB dan/atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan.

Pasal 85

Cukup jelas.

Pasal 86

Cukup jelas.

Pasal 87

Cukup jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

53

Page 54: bupati barito utara

Pasal 89 Cukup jelas.

Pasal 90Ketentuan ini mengatur penerbitan surat ketetapan pajak atas pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukan kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPTPD atau karena ditemukannya data fiskal tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak.

Ayat (1)Ketentuan ini memberi kewenangan kepada Kepala Daerah untuk dapat menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT atau SKPDN hanya terhadap kasus-kasus tertentu, dengan perkataan lain hanya terhadap Wajib Pajak tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban material.

Contoh: 1 Seorang Wajib Pajak tidak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009. Setelah ditegur dalam jangka waktu tertentu juga belum menyampaikan SPTPD, maka dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun Kepala Daerah dapat menerbitkan SKPDKB atas pajak yang terutang.

2. Seorang Wajib Pajak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009. Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun, ternyata dari hasil pemeriksaan SPTPD yang disampaikan tidak benar. Atas pajak yang terutang yang kurang bayar tersebut, Kepala Daerah dapat menerbitkan SKPDKB ditambah dengan sanksi administratif.

54

Page 55: bupati barito utara

3 Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh yang telah diterbitkan SKPDKB, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yang terutang ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, Kepala Daerah dapat menerbitkan SKPDKBT.

4. Wajib Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Kepala Daerah ternyata jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan SKPDN.

Huruf aAngka 1)Cukup jelas.

Angka 2)Cukup jelas.

Angka 3) Yang dimaksud dengan Penetapan Pajak secara jabatan adalah penetapan besarnya pajak yang terutang yang dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain yang dimiliki oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Huruf bCukup jelas

Huruf c

Cukup jelas

Ayat (3)

Ketentuan ini mengatur sanksi terhadap Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mengenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari pajak yang tidak atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan atas pajak yang tidak atau terlambat dibayar. Sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.

55

Page 56: bupati barito utara

Ayat (4)

Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu dengan ditemukannya data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga pajak yang terutang bertambah, maka terhadap Wajib Pajak dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak. Sanksi administratif ini tidak dikenakan apabila Wajib Pajak melaporkannya sebelum diadakan tindakan pemeriksaan.

Ayat (5)

Cukup jelas

Ayat (6)

Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3), yaitu Wajib Pajak tidak mengisi SPTPD yang seharusnya dilakukannya, dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang.

Dalam kasus ini, Bupati menetapkan pajak yang terutang secara jabatan melalui penerbitan SKPDKB.

Selain sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang juga dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. Sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB.

56

Page 57: bupati barito utara

Pasal 91 Cukup jelas.

Pasal 92 Cukup jelas.

Pasal 93 Cukup jelas.

Pasal 94 Cukup jelas.

Pasal 95 Cukup jelas.

Pasal 96 Cukup jelas.

Pasal 97 Cukup jelas.

Pasal 98 Ayat (2)

Huruf e : Yang dimaksud dengan kondisi tertentu obyek pajak antara lain lahan pertanian yang sangat terbatas, bangunan ditempati sendiri yang dikuasai atau dimiliki oleh golongan wajib pajak terntentu

Pasal 99 Cukup jelas.

Pasal 100Cukup jelas.

Pasal 101 Cukup jelas.

Pasal 102 Cukup jelas.

57

Page 58: bupati barito utara

Pasal 103 Cukup jelas.

Pasal 104 Cukup jelas.

Pasal 105 Cukup jelas.

Pasal 106 Cukup jelas.

Pasal 107 Cukup jelas.

Pasal 108 Cukup jelas.

Pasal 109 Cukup jelas.

Pasal 110 Cukup jelas.

Pasal 111 Cukup jelas.

Pasal 112 Cukup jelas.

Pasal 113 Cukup jelas.

Pasal 114 Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1

58

Page 59: bupati barito utara

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 2 TAHUN 2011

TENTANG

PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARAPADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN KALIMANTAN TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa Pemerintah Kabupaten Barito Utara sebagai salah satu pemegang saham pada PT. Bank Pembangunan Kalteng telah menyertakan modalnya berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2006 Nomor 1) ;

b. bahwa berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT. Bank Pembangunan Kalteng tanggal 28 Juni 2008, tanggal 27 Juni 2009 dan tanggal 15 Mei 2010 Pemerintah Kabupaten Barito Utara telah sepakat menambah penyertaan modal pada PT. Bank Pembangunan Kalteng ;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara tentang Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Barito Utara pada PT. Bank Pembangunan Kalteng.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

59

Page 60: bupati barito utara

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843), Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3587);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

60

Page 61: bupati barito utara

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Daerah Propinsi Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Kalimantan Tengah dari Perusahaan Daerah Menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Kalimantan Tengah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 6 Seri D);

13. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Barito Utara Pada Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Kalimantan Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2006 Nomor 1);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1);

15. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

danBUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN KALTENG.

B A B IKETENTUAN UMUM

61

Page 62: bupati barito utara

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Barito Utara2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Barito Utara3. Bupati adalah Bupati Barito Utara. 4. PT. Bank Pembangunan Kalteng yang selanjutnya disingkat PT. Bank Kalteng yang

selanjutnya disebut Bank Kal-teng adalah PT. Bank Pembangunan Kalimantan Tengah.

5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

6. Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS, adalah Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas (P.T) Bank Pembangunan Kalimantan Tengah.

BAB IITUJUAN

Pasal 2

Tujuan Penambahan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten pada PT. Bank Kalteng, adalah :a. Untuk dapat meningkatkan daya saing serta guna mengantisipasi perkembangan

ekonomi Regional, Nasional dan Global.b. Untuk mendukung upaya perluasan wilayah usaha dan pengembangan produk Bank.c. Untuk meningkatkan kemampuan dan fleksibilitas, dalam rangka turut membantu dan

mendorong pertumbuhan perekonomian dan pemerataan pembangunan Daerah.d. Untuk memenuhi kriteria sebagai Bank Persepsi maupun Bank Devisa.

BAB IIIPENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL

Pasal 3

Dalam rangka penambahan modal Pemerintah Daerah pada Bank Kalteng sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Pasal 4

Dengan Peraturan Daerah ini Pemerintah Daerah melakukan penambahan Penyertaan Modal ke dalam Modal Saham Bank Kalteng sebesar Rp. 11.830.000.000,- (Sebelas Milyar Delapan Ratus Tiga Puluh Juta Rupiah).

62

Page 63: bupati barito utara

Pasal 5

Jumlah modal daerah yang telah disetor oleh Pemerintah Daerah kepada Bank Kalteng berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Barito Utara Pada Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Kalteng (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2006 Nomor 1) sebesar Rp. 9.670.000.000,- (Sembilan Milyar Enam Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah).

Pasal 6

Dengan adanya penambahan penyertaan modal daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, maka jumlah penyertaan modal daerah kedalam modal saham Bank Kalteng sebesar Rp. 21.500.000.000,- (Dua Puluh Satu Milyar Lima Ratus Juta Rupiah).

BAB IVPELAKSANAAN PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL

Pasal 7

(1) Pelaksanaan Penambahan penyertaan modal pemerintah daerah yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dianggarkan secara bertahap dalam APBD Tahun Anggaran 2011 sampai dengan Tahun Anggaran 2015 yang besarnya ditetapkan sebagai berikut : a. Tahun anggaran 2011 sebesar Rp.2.366.000.000,-b. Tahun anggaran 2012 sebesar Rp.2.366.000.000,-c. Tahun anggaran 2013 sebesar Rp.2.366.000.000,-d. Tahun anggaran 2014 sebesar Rp.2.366.000.000,-e. Tahun anggaran 2015 sebesar Rp.2.366.000.000,-

(2) Jumlah penambahan penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD.

BAB VKETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal 12 Februari 2011

63

Page 64: bupati barito utara

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. ACHMAD YULIANSYAH.

Diundangkan di Muara Tewehpada tanggal 12 Februari 2011

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. SAPTO NUGROHO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2011 NOMOR 2

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 3 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

KABUPATEN BARITO UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa barang milik daerah sebagai salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan Daerah, perlu

64

Page 65: bupati barito utara

dikelola secara tertib agar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mendukung penyelenggaraan Otonomi Daerah;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 81 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, pengelolaan barang milik Daerah diatur dalam Peraturan Daerah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan huruf b, Pengelolaan Barang Milik daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Barito Utara ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Udang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3815);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik

65

Page 66: bupati barito utara

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 tentang Penjualan Kendaraan Bermotor Perorangan Dinas Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1967);

10.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573);

11.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha/Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pengamanan dan Pengalihan Barang Milik / Kekayaan Negara dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4073);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4741);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855);

66

Page 67: bupati barito utara

17. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah Daerah;

19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.

20. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib Dan Pilihan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1);

21. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2);

22. Peraturan Daerah kabupaten Barito Utara No 04 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Penyelesaian Kerugian Daerah di Jajaran Pemerintah Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2);

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

dan

BUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA.

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

67

Page 68: bupati barito utara

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Barito Utara.2. Bupati adalah Bupati Barito Utara.3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barito Utara.4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Barito Utara selaku pengelola

barang milik Daerah.5. Pembantu pengelola barang milik daerah adalah pejabat yang berwenang dan

bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada satuan kerja perangkat daerah.

6. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut SKPD, adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna barang milik daerah.

7. Unit kerja adalah bagian SKPD selaku kuasa pengguna barang.8. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD

atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.9. Kendaraan dinas adalah Kendaraan Jenis Sedan, Jeep, Station Wagon, Minibus, Pick

Up, Kendaraan Roda Dua, Bus, Pemadam Kebakaran, Ambulance, Truck dan Alat-alat Berat yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

10. Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah rangkaian kegiatan dan tindakan terhadap barang Daerah yang meliputi perencanaan, penentuan kebutuhan, penganggaran, standarisasi barang dan harga, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, inventarisasi, pengendalian, pemeliharaan, pengamanan, pemanfaatan, perubahan status hukum serta penatausahaannya.

11. Pengguna Barang adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan barang milik daerah.

12. Penyimpan barang milik daerah adalah Pegawai yang diserahi tugas untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang.

13. Pengurus Barang adalah Pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap satuan kerja perangkat daerah/unit kerja.

14. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

15. Rumah Daerah adalah rumah yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang ditempati oleh Pejabat tertentu atau Pegawai Negeri Sipil.

16. Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan yang akan datang.

17. Pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang daerah dan jasa.

18. Penyaluran adalah kegiatan untuk menyalurkan/pengiriman barang milik daerah dari gudang ke unit kerja pemakai.

68

Page 69: bupati barito utara

19. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna.

20. Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya hukum.

21. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna/kuasa pengguna dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan.

22. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status kepemilikan.

23. Sewa adalah pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.

24. Pinjam pakai adalah penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada pengelola.

25. Kerjasama pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.

26. Bangun guna serah adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasiltasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

27. Bangun serah guna adalah pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.

28. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam penguasaannya.

29. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah.

30. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah kepada pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk uang.

31. Tukar menukar barang milik daerah/tukar guling adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang dilakukan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat, antar Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah Daerah dengan pihak lain, dengan

69

Page 70: bupati barito utara

menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya dengan nilai seimbang.

32. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, antar pemerintah daerah, atau dari pemerintah daerah kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.

33. Penyertaan modal pemerintah daerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham daerah pada Badan Usaha Milik Negara/daerah atau badan hukum lainnya.

34. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

35. Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan pelaporan hasil pendataan barang milik daerah.

36. Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah.

37. Standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintahan Daerah adalah pembakuan ruang kantor, perlengkapan kantor, rumah dinas, kendaraan dinas dan lain-lain barang yang memerlukan standarisasi.

38. Standarisasi harga adalah penetapan besaran harga barang sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas dalam 1 (satu) periode tertentu.

BAB IIKEDUDUKAN, WEWENANG, TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 2

Pengelolaan barang milik daerah sebagai bagian dari pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang milik Negara.

Pasal 3

(1) Bupati mengatur pengelolaan barang milik daerah;(2) Pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah dilakukan sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 4

(1) Bupati sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan barang milik daerah berwenang dan bertanggung jawab atas pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah.

70

Page 71: bupati barito utara

(2) Bupati selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah mempunyai wewenang:a. Menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik Daerah;b. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan tanah dan

bangunan;c. Menetapkan kebijakan pengamanan barang milik Daerah;d. Mengajukan usul pemindahtanganan barang milik Daerah yang memerlukan

persetujuan DPRD;e. Menyetujui usul pemindahtanganan dan penghapusan Barang Milik Daerah sesuai

batas kewenangannya;f. Menyetujui usul pemanfaatan Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(3) Bupati dalam rangka pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah sesuai dengan fungsinya dibantu oleh :a. Sekretaris Daerah selaku pengelola;b. Kepala SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengelola barang milik

Daerah selaku pembantu pengelola;c. Kepala SKPD selaku pengguna;d. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah selaku kuasa pengguna;e. Penyimpan barang milik daerah; danf. Pengurus barang milik daerah.

(4) Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang Milik Daerah berwenang dan bertanggung jawab:a. Menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan Barang Milik Daerah;b. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik Daerah;c. Meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik

Daerah;d. Mengatur pelaksanaan pemanfaatan, penghapusan, dan pemindahtanganan barang

milik Daerah yang telah disetujui oleh Bupati atau DPRD;e. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik Daerah;f. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik Daerah.

(5) Kepala SKPD sebagai pengguna barang milik Daerah, berwenang dan bertanggung jawab atasa. Mengajukan Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana

Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD) bagi SKPD yang dipimpinnya kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

b. Mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan barang milik Daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

c. Melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

d. Menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya;

71

Page 72: bupati barito utara

e. Mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

f. Mengajukan usul pemimdahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Bupati melalui Pengelola Barang;

g. Menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya kepada Bupati melalui pengelola barang;

h. Melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya.

(6) Kepala SKPD yang ditetapkan berdasarkan Tugas, Pokok dan Fungsi selaku Pembantu Pengelola dan Pusat Informasi Barang Milik Daerah (PIBMD) bertanggungjawab mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada pada SKPD.

(7) Penyimpan barang milik daerah adalah Pegawai yang diserahi tugas untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang.

(8) Pengurus Barang adalah Pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap satuan kerja perangkat daerah/unit kerja.

Pasal 5

Kepala SKPD yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi Pengelola barang milik Daerah duduk sebagai Tim Pemerintah Daerah dalam Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB IIIPERENCANAAN DAN PENGADAAN

Bagian KesatuPerencanaan Kebutuhan dan Penganggaran

Pasal 6

(1) Kepala SKPD yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi pengelolaan barang milik Daerah dan dibantu SKPD terkait, menyusun:

72

Page 73: bupati barito utara

a. Standar Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintahan Daerah;b. Standarisasi harga.

(2) dimaksud pada ayat (1) huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Bupati.(3) dimaksud pada ayat (1) huruf b, ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 7

(1) SKPD sebagai pengguna barang merencanakan dan menyusun kebutuhan barang dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sebagai bahan dalam penyusunan Rencana APBD.

(2) Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berpedoman pada standar Barang, standar kebutuhan/sarana dan prasarana kerja pemerintahan daerah dan standar harga.

(3) Pengelola melakukan koordinasi dalam penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).

(4) Setelah APBD ditetapkan, pembantu pengelola menyusun Daftar Kebutuhan Barang Milik Daerah (DKBMD) dan Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD).

Pasal 8

Tata cara perencanaan penentuan kebutuhan dan pengganggaran sebagaimana dimaksud Pasal 7 ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Bagian KeduaPengadaan

Pasal 9

Pengadaan barang milik Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan/terbuka, bersaing, tidak diskriminatif dan akuntabel.

Pasal 10

(1) Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan;

(2) Unit Layanan Pengadaan ditetapkan dengan Keputusan Bupati;(3) Pejabat pengadaan ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD;

73

Page 74: bupati barito utara

(4) Sebelum Unit Layanan Pengadaan dibentuk maka pengadaan barang dana jasa dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD;

(5) Panitia Pemeriksa barang/jasa Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

(6) Bupati dapat melimpahkan kewenangan kepada Kepala SKPD untuk membentuk Panitia Pemeriksa Barang/Jasa.

Pasal 11

(1) Pengadaan barang dan jasa dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

(2) Dalam hal pengadaan barang yang bersifat khusus dan menganut azas keseragaman, pengadaan barang/jasa ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

(3) Pengaturan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengadaan barang/jasa milik daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 12

Pengadaan barang dapat dilaksanakan dengan cara pembelian, pemborongan pekerjaan, membuat sendiri dan swakelola.

Pasal 13

Hasil Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, yang dibiayai dari APBD dilaporkan oleh Kepala SKPD kepada Bupati melalui Pengelola dilengkapi dengan Dokumen Pengadaan.

Pasal 14

(1) Setiap Tahun Anggaran, Pengelola membuat Daftar Hasil Pengadaan (DHP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 13.

(2) Daftar Hasil Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk lampiran perhitungan APBD.

Pasal 15

(1) Penerimaan Barang dan Jasa dari pemenuhan kewajiban Pihak Ketiga kepada Pemerintah Daerah berdasarkan perjanjian dan atau pelaksanaan dari suatu perizinan tertentu wajib diserahkan kepada Bupati melalui Pengelola.

(2) Penerimaan Barang dan Jasa dari Pihak Ketiga yang merupakan sumbangan, hibah, wakaf dan penyerahan dari masyarakat atau pemerintah menjadi barang milik daerah.

(3) Pengelola mencatat, memantau, dan aktif melakukan penagihan kewajiban Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

74

Page 75: bupati barito utara

(4) Penyerahan dari Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) dan disertai dengan dokumen kepemilikan/penguasaan yang sah.

(5) Hasil penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dicatat dalam Daftar Barang Milik Daerah.

(6) Tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), (2), (3) dan ayat (4), ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB IVPENYIMPANAN DAN PENYALURAN

Pasal 16

(1) Semua hasil pengadaan barang daerah yang bergerak diterima oleh penyimpan barang/pengurus barang atau pejabat yang ditunjuk oleh Kepala SKPD;

(2) Penyimpan/pengurus Barang melakukan tugas administrasi penerimaan barang milik daerah sesuai peraturan perundang-undangan;

(3) Kepala Bagian Tata Usaha/Sekretariat selaku atasan langsung pengurus barang/penyimpan barang bertanggung jawab atas terlaksananya tertib administrasi perbendaharaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2);

(4) Tata cara penerimaan dan pengurusan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan (3) ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 17

(1) Penerimaan barang yang tidak bergerak dilakukan oleh Kepala SKPD atau Pejabat yang ditunjuk, dan selanjutnya dilaporkan kepada Bupati melalui Pengelola;

(2) Penerimaan Barang Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan setelah diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Barang Daerah (PPBD);

(3) Penerimaan barang sebagaimana dimaksud pasal 15, dilakukan setelah diperiksa instansi teknis yang berwenang, dengan membuat Berita Acara Pemeriksaan;

(4) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 18

(1) Panitia Pemeriksa Barang Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 bertugas memeriksa, menguji, meneliti dan menyaksikan barang yang diserahkan sesuai dengan persyaratan yang tertera pada Surat Perintah Kerja (SPK) dan/atau Kontrak/Perjanjian dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP);

(2) Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan sebagai salah satu syarat untuk pencairan Keuangan.

75

Page 76: bupati barito utara

Pasal 19

(1) Pengeluaran/penyaluran barang daerah oleh Pengurus barang dilaksanakan atas dasar Surat Perintah Pengeluaran Barang (SPPB) dan untuk barang-barang inventaris disertai dengan berita acara serah terima dari Atasan langsung yang ditunjuk oleh Kepala SKPD;

(2) Setiap tahun anggaran Kepala Unit / Satuan Kerja wajib melaporkan stock atau sisa barang kepada Bupati melalui Pengelola.

BAB VPENGGUNAAN

Pasal 20

(1) Status penggunaan barang milik daerah untuk masing-masing SKPD ditetapkan oleh Bupati.

(2) Penetapan status penggunaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai berikut:a. Pengguna Barang melaporkan barang milik daerah yang ada pada SKPD dan yang

diterima kepada Pengelola Barang disertai dengan usul penggunaan;b. Pengelola Barang meneliti laporan tersebut dan mengajukan usul penggunaan

dimaksud kepada Bupati untuk ditetapkan status penggunaannya.

Pasal 21

Barang milik daerah dapat ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD, untuk dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Pasal 22

(1) Penetapan status penggunaan tanah dan/atau bangunan dilakukan dengan ketentuan bahwa tanah dan/atau bangunan tersebut untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang

(2) Pengguna barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bupati melalui Pengelola

Pasal 23

(1) Pengguna barang milik Daerah yang tidak menyerahkan tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi

76

Page 77: bupati barito utara

instansi bersangkutan kepada Bupati dikenakan sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan dan/atau bangunan dimaksud.

(2) Tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan sesuai tugas pokok dan fungsi SKPD dicabut penetapan status penggunaannya.

BAB VIPEMANFAATAN

Bagian KesatuKriteria dan Bentuk Pemanfaatan

Pasal 24

(1) Pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Bupati.

(2) Pemanfaatan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang tidak dipergunakan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD, dilaksanakan oleh Pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelola barang.

Pasal 25

Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik Daerah berupa:a. Sewa;b. Pinjam Pakai;c. Kerjasama Pemanfaatan;d. Bangun Guna Serah dan Bangun Serah Guna.

Bagian KeduaSewa

Pasal 26

(1) Barang milik Daerah, baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang belum dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah dapat disewakan kepada Pihak Ketiga sepanjang menguntungkan Daerah.

(2) Barang milik Daerah yang disewakan tidak merubah status hukum/status kepemilikan.(3) Penyewaan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan

Bupati.(4) Jangka waktu penyewaan barang milik daerah paling lama 5 (lima) tahun dan dapat

diperpanjang.(5) Penyewaan dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian sewa-menyewa, yang sekurang-

kurangnya memuat :a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. jenis, luas atau jumlah barang, besaran sewa, dan jangka waktu;

77

Page 78: bupati barito utara

c. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka waktu penyewaan.

d. persyaratan lain yang dianggap perlu.(6) Barang milik Daerah, baik bergerak maupun tidak bergerak selain disewakan dapat

dipungut retribusi atas pemanfaatan/penggunaan barang tersebut.(7) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan

Daerah(8) Hasil penerimaan sewa dan retribusi disetor ke Kas Daerah.

Bagian KetigaPinjam Pakai

Pasal 27

(1) Barang milik Daerah yang belum dimanfaatkan dapat dipinjampakaikan.(2) Pinjam pakai hanya dapat diberikan kepada Instansi Pemerintah.(3) Pinjam pakai tidak merubah status hukum (memindahtangankan) kepemilikan barang

Daerah.(4) Jangka waktu pinjam pakai Barang Milik Daerah paling lama 2 (dua) tahun dan dapat

diperpanjang.(5) Pelaksanaan Pinjam Pakai dilakukan berdasarkan surat perjanjian yang sekurang-

kurangnya memuat:a. pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan, dan jangka waktu;c. tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan pemeliharaan selama jangka

waktu peminjaman;d. persyaratan lain yang dianggap perlu.

(6) Pinjam pakai barang milik daerah dapat diberikan kepada alat kelengkapan DPRD dalam rangka menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(7) Pelaksanaan pinjam pakai barang milik daerah kepada alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (6), di tetapkan dengan Keputusan Bupati.

Bagian KeempatKerjasama pemanfaatan

Pasal 28

Kerjasama Pemanfaatan Barang Milik Daerah dengan pihak lain dilaksanakan dalam rangka :a. mengoptimalkan daya guna dan hasil guna Barang Milik Daerah;b. meningkatkan penerimaan daerah.

78

Page 79: bupati barito utara

Pasal 29

(1) Kerjasama Pemanfaatan Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan bentuk :Pelaksanaan Pinjam Pakai dilakukan berdasarkan surat perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat:a. Kerjasama Pemanfaatan Barang Milik Daerah atas tanah dan/atau bangunan yang

sudah diserahkan oleh Pengguna Barang kepada Bupati;b. Kerjasama Pemanfaatan atas sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih

digunakan oleh Pengguna Barang;c. Kerjasama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2) Kerjasama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b dan c, dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Bupati.

Pasal 30

(1) Kerjasama Pemanfaatan atas Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah untuk memenuhi biaya operasional / pemeliharaan / perbaikan yang diperlukan terhadap Barang Milik Daerah dimaksud;

b. Mitra Kerjasama Pemanfaatan ditetapkan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta / peminat dan apabila diumumkan 2 x, peserta kurang dari 5 dapat dilakukan pemilihan langsung dan/atau penunjukan langsung dengan negosiasi baik teknis maupun harga, kecuali untuk Barang Milik Daerah yang bersifat khusus pengembangbiakan / pelestarian satwa langka, pelabuhan udara, pengelolaan limbah, pendidikan dan sarana olah raga dapat dilakukan penunjukan langsung;

c. Mitra Kerjasama Pemanfaatan harus membayar kontribusi tetap ke Rekening Kas Umum Daerah setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian yang telah ditetapkan dan pembagian keuntungan hasil Kerjasama Pemanfaatan;

d. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil Kerjasama Pemanfaatan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;

e. Besaran pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan hasil Kerjasama Pemanfaatan harus mendapat persetujuan Bupati.

(2) Biaya pengkajian, penelitian, penaksir, pengumuman lelang dan Izin Mendirikan Bangunan dibebankan pada APBD.

(3) Biaya yang berkenaan dengan penyusunan MoU, surat perjanjian, konsultan Perencana, konsultan pelaksana/pengawas dan pelaksanaan pembangunan dibebankan pada pihak Ketiga.

79

Page 80: bupati barito utara

(4) Selama jangka waktu pengoperasian, mitra Kerjasama Pemanfaatan dilarang menjaminkan atau menggadaikan Barang Milik Negara / Daerah yang menjadi obyek Kerjasama Pemanfaatan.

(5) Jangka waktu Kerjasama Pemanfaatan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.

Bagian KeempatBangun Guna Serah

Pasal 31

(1) Bangun Guna Serah Barang Milik Daerah dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Pemerintah Daerah memerlukan bangunan dan fasilitas untuk kepentingan

pelayanan umum dan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi;b. Tanah dan atau bangunan milik pemerintah daerah yang telah diserahkan oleh

pengguna kepada Bupati;c. Tidak tersedia dana APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud.

(2) Bangun Guna Serah Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Bupati.

(3) Bangun Guna Serah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang dengan mengikutsertakan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Pasal 32

Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah sebagai hasil dari pelaksanaan Bangun Guna Serah dilaksanakan oleh Bupati dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.

Pasal 33

(1) Jangka waktu Bangun Guna Serah paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani.

(2) Penetapan mitra Bangun Guna Serah dilaksanakan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat dan apabila diumumkan 2 x peserta kurang dari 5, dapat dilakukan pemilihan langsung/penunjukan langsung dengan negosiasi baik teknis maupun harga.

(3) Mitra Bangun Guna Serah yang telah ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian harus memenuhi kewajiban sebagai berikut:a. Membayar kontribusi ke Rekening Kas Umum Daerah setiap tahun, yang

besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;

80

Page 81: bupati barito utara

b. Tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan objek Bangun Guna Serah;

c. Memelihara objek Bangun Guna Serah.(4) Dalam jangka waktu pengoperasian, sebagian Barang Milik Daerah hasil Bangun Guna

Serah harus dapat digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan daerah.

(5) Bangun Guna Serah dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat :a. Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. Objek Bangun Guna Serah;c. Jangka waktu Bangun Guna Serah;d. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;e. Persyaratan lain yang dianggap perlu.

(6) Izin Mendirikan Bangunan hasil Bangun Guna Serah harus diatasnamakan Pemerintah Daerah.

(7) Biaya persiapan pelaksanaan Bangun Guna Serah yang meliputi pembentukan panitia, pengumuman, penilaian aset, kajian dan lain sebagainya dibebankan dalam APBD.

(8) Biaya persiapan (penyusunan MoU, Surat Perjanjian/Kontrak dan lain sebagainya) dan pelaksanaan Bangun Guna Serah tidak dapat dibebankan pada APBD.

Pasal 34

(1) Mitra Bangun Guna Serah Barang Milik Daerah harus menyerahkan objek Bangun Guna Serah kepada Bupati pada akhir jangka waktu pengoperasian, setelah dilakukan audit oleh aparat pengawasan fungsional pemerintah;

(2) Tata cara pelaksanaan Bangun Guna Serah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Bagian KelimaBangun Serah Guna

Pasal 35

(1) Bangun Serah Guna Barang Milik Daerah dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Pemerintah Daerah memerlukan bangunan dan fasilitas untuk kepentingan

pelayanan umum dan untuk menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi;b. Tanah dan atau bangunan milik pemerintah daerah yang telah diserahkan oleh

pengguna kepada Bupati;c. Tidak tersedia dana APBD untuk penyediaan bangunan dan fasilitas dimaksud.

(2) Bangun Serah Guna Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang setelah mendapat persetujuan Bupati.

81

Page 82: bupati barito utara

(3) Bangun Serah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengelola Barang dengan mengikutsertakan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Pasal 36

Penetapan status penggunaan Barang Milik Daerah sebagai hasil dari pelaksanaan Bangun Serah Guna dilaksanakan oleh Bupati dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi SKPD terkait.

Pasal 37

(1) Jangka waktu Bangun Serah Guna paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani.

(2) Penetapan mitra Bangun Serah Guna dilaksanakan melalui tender dengan mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 (lima) peserta/peminat dan apabila diumumkan 2 x peserta kurang dari 5, dapat dilakukan pemilihan langsung/penunjukan langsung dengan negosiasi baik teknis maupun harga.

(3) Mitra Bangun Serah Guna yang telah ditetapkan, selama jangka waktu pengoperasian harus memenuhi kewajiban sebagai berikut:a. Membayar kontribusi ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah setiap tahun, yang

besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;

b. Tidak menjaminkan, menggadaikan atau memindahtangankan objek Bangun Serah Guna;

c. Memelihara objek Bangun Serah Guna.(4) Dalam jangka waktu pengoperasian, sebagian Barang Milik Daerah hasil Bangun Serah

Guna harus dapat digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi pemerintahan daerah.

(5) Bangun Serah Guna dilaksanakan berdasarkan surat perjanjian yang sekurang-kurangnya memuat :a. Pihak-pihak yang terikat dalam perjanjian;b. Objek Bangun Serah Guna;c. Jangka waktu Bangun Serah Guna;d. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian;e. Persyaratan lain yang dianggap perlu.

(6) Izin Mendirikan Bangunan hasil Bangun Serah Guna harus diatasnamakan Pemerintah Daerah.

(7) Biaya persiapan pelaksanaan BSG yang meliputi pembentukan panitia, pengumuman, penilaian aset, kajian dan lain sebagainya dibebankan dalam APBD.

(8) Biaya persiapan (penyusunan MoU, Surat Perjanjian/Kontrak dan lain sebagainya) dan pelaksanaan Bangun Serah Guna tidak dapat dibebankan pada APBD.

Pasal 38

82

Page 83: bupati barito utara

(1) Bangun Serah Guna Barang Milik Daerah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:a. Mitra Bangun Serah Guna harus menyerahkan objek Bangun Serah Guna kepada

Bupati segera setelah selesainya pembangunan;b. Mitra Bangun Serah Guna dapat mendayagunakan Barang Milik Daerah tersebut

sesuai jangka waktu yang ditetapkan dalam surat perjanjian;c. Setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir, objek Bangun Serah Guna terlebih

dahulu diaudit oleh aparat pengawasan fungsional pemerintah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Bupati.

(2) Tata cara pelaksanaan Bangun Serah Guna ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VIIPENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN

Bagian KesatuPengamanan

Pasal 39

(1) Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya.

(2) Pengamanan Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :a. pengamanan administrasi dengan melengkapi dokumen kepemilikan (sertifikat

tanah, BPKB, dan dokumen lainnya);b. pengamanan fisik meliputi : pemagaran, pematokan/tanda batas dan tanda

kepemilikan;c. pengamanan hukum melalui upaya hukum apabila terjadi pelanggaran hak atas

barang milik/dikuasai Pemerintah daerah.

Pasal 40

(1) Barang Milik Daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah daerah.(2) Barang Milik Daerah berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas

nama Pemerintah Daerah.(3) Barang Milik Daerah selain tanah dan/atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti

kepemilikan atas nama pemerintah daerah.

Pasal 41

(1) Bukti kepemilikan Barang Milik Daerah wajib disimpan dengan tertib dan aman.

83

Page 84: bupati barito utara

(2) Penyimpanan bukti kepemilikan Barang Milik Daerah dilakukan oleh Pengelola Barang melalui Pembantu Pengelola Barang Daerah.

Pasal 42

Barang milik Pemerintah daerah dapat diasuransikan sesuai kemampuan keuangan daerah dan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43

Pihak manapun dilarang melakukan penyitaan terhadap :a. Barang milik Daerah baik yang berada pada Instansi Pemerintah maupun Pihak Ketiga;b. Barang milik Pihak Ketiga yang dikuasai oleh Daerah yang diperlukan untuk

penyelenggaraan tugas pemerintahan.

Pasal 44

Tanah milik Pemerintah Daerah yang sudah bersertifikat, pihak lain tidak dapat menuntut hak atas tanah dimaksud apabila dalam kurun waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkan sertifikat tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada Pemerintah Daerah dan/atau Badan Pertanahan Nasional/Kantor Pertanahan atau gugatan ke Pengadilan.

Bagian KeduaPemeliharaan

Pasal 45

(1) Pengelola dan Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas pemeliharaan Barang Milik Daerah yang ada di bawah penguasaannya.

(2) Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang (DKPB).

(3) Biaya pemeliharaan Barang Milik Daerah dibebankan pada APBD.

Pasal 46

(1) Pengguna dan atau Kuasa Pengguna Barang wajib membuat daftar hasil pemeliharaan barang yang berada dalam kewenangannya dan melaporkan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada pengelola secara berkala;

(2) Pengelola atau pejabat yang ditunjuk meneliti laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 (satu) tahun anggaran sebagai bahan untuk melakukan evaluasi mengenai efisiensi pemeliharaan Barang Milik Daerah.

84

Page 85: bupati barito utara

Pasal 47

(1) Pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dilakukan oleh Kepala SKPD berdasarkan DPA SKPD.

(2) Pelaksanaan pemeliharaan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berpedoman pada Daftar Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (DKPBMD).

Pasal 48

(1) Pengguna dan atau Kuasa Pengguna bertanggung jawab untuk membuat daftar hasil pemeliharaan barang dalam lingkungan wewenangnya dan wajib melaporkan/menyampaikan daftar hasil pemeliharaan barang tersebut kepada Pengelola secara berkala.

(2) Pengelola atau Pejabat yang ditunjuk meneliti laporan dan menyusun daftar hasil pemeliharaan barang yang dilakukan dalam 1 (satu) Tahun Anggaran sebagai lampiran perhitungan anggaran tahun yang bersangkutan.

Pasal 49

(1) Barang bersejarah baik berupa bangunan dan atau barang lainnya yang merupakan peninggalan budaya yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah atau masyarakat wajib dipelihara oleh Pemerintah Daerah.

(2) Pemeliharaan barang bersejarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3) Biaya pemeliharaan barang bersejarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat bersumber dari APBD atau sumber lain yang sah.

Pasal 50

Tata cara pelaksanaan pemeliharaan barang Daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB VIIIPENILAIAN

Pasal 51

Penilaian Barang Milik Daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca daerah, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik Daerah.

Pasal 52

85

Page 86: bupati barito utara

Penetapan nilai Barang Milik Daerah dalam rangka penyusunan neraca daerah dilakukan dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Pasal 53

(1) Penilaian Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh Bupati, dan dapat melibatkan Penilai independen bersertifikat dibidang penilaian asset.

(2) Penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk mendapatkan nilai wajar, dengan estimasi menggunakan NJOP dan harga pasaran umum.

(3) Penilaian barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh Tim yang ditetapkan oleh pengelola dan dapat melibatkan Penilai independen bersertifikat dibidang penilaian aset yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.

(4) Penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan berdasarkan nilai perolehan dan/atau harga pasaran umum dikurangi penyusutan serta memperhatikan kondisi fisik aset tersebut.

(5) Hasil penilaian Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) ditetapkan oleh pengelola.

BAB IXPENGHAPUSAN

Pasal 54

(1) Penghapusan Barang Milik Daerah meliputi:a. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna / Kuasa Pengguna;b. Penghapusan dari Daftar Barang Milik Daerah.

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dalam hal Barang Milik Daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang / Kuasa Pengguna.

(3) Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dalam hal Barang Milik Daerah akan beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan atau karena sebab-sebab lain.

Pasal 55

(1) Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) huruf a, diusulkan oleh Pengguna dan ditetapkan pengelola barang atas nama Bupati.

86

Page 87: bupati barito utara

(2) Penghapusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) huruf b, ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 56

(1) Penghapusan Barang Milik Daerah dengan tindak lanjut pemusnahan dilakukan apabila Barang Milik Daerah dimaksud tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, dan tidak dapat dipindahtangankan, atau alasan lain sesuai ketentuan perundang-undangan.

(2) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pengguna Barang dengan surat keputusan dari Pengelola Barang atas nama Bupati.

(3) Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Berita Acara dan dilaporkan kepada Bupati.

BAB XPEMINDAHTANGANAN

Pasal 57

(1) Setiap barang Daerah yang sudah rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi/hilang/mati, tidak sesuai dengan perkembangan teknologi, berlebih, membahayakan keselamatan, keamanan dan lingkungan, terkena planologi kota dan tidak efisien lagi dapat dihapus dari daftar inventaris.

(2) Setiap penghapusan barang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :a. Pemindahtanganan tanah dan atau bangunan ditetapkan dengan Keputusan Bupati

setelah mendapat persetujuan DPRD.b. Pemindahtanganan barang milik Daerah berupa tanah dan atau bangunan yang

tidak memerlukan persetujuan DPRD yaitu:- sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah/penataan kota;- harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah

disediakan dalam dokumen penganggaran;- diperuntukkan bagi pegawai negeri;- diperuntukkan bagi kepentingan umum ditetapkan dengan Keputusan Bupati;- dikuasai Negara berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

c. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan yang bernilai lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah) ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.

d. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah) dilakukan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

(3) dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilaksanakan melalui :87

Page 88: bupati barito utara

a. penjualan/pelelangan;b. ruilslag / tukar menukar;c. hibah;d. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah.

(4) Hasil pelelangan / penjualan disetorkan sepenuhnya kepada Kas Daerah.(5) Tata cara penghapusan barang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini

ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Bagian KesatuPenjualan/Penghapusan Kendaraan Dinas

Pasal 58

(1) Kendaraan Dinas yang dapat dijual / dihapus terdiri dari kendaraan perorangan dinas, kendaraan dinas operasional / jabatan dan kendaraan dinas operasional khusus / lapangan.

(2) Umur kendaraan perorangan dinas yang dapat dihapus adalah minimal 5 (lima) tahun.(3) Umur kendaraan dinas operasional/jabatan yang dapat dihapus adalah minimal 5 (lima)

tahun.(4) Umur kendaraan dinas operasional khusus/lapangan yang dapat dihapus adalah 10

(sepuluh) tahun.(5) Umur kendaraan dinas operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan

ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 59

(1) Kendaraan perorangan dinas yang digunakan oleh pejabat Negara yang telah memenuhi syarat umur dapat dijual 1 (satu) buah kepada pejabat yang bersangkutan setelah masa jabatannya berakhir sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kesempatan untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya 1 (satu) kali, kecuali tenggang waktu 10 (sepuluh) tahun.

(3) Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas dinas di Daerah.

Pasal 60

(1) Kendaraan Dinas Operasional yang telah memenuhi syarat umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) dapat dihapus / dilelang kepada Pegawai Negeri yang telah memenuhi masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.

(2) Pegawai pemegang kendaraan atau yang akan memasuki pensiun mendapat prioritas untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Kesempatan untuk membeli kendaraan sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya 1 (satu) kali kecuali memiliki tenggang waktu 10 (sepuluh) tahun.

88

Page 89: bupati barito utara

(4) Kendaraan Dinas Operasional yang belum berumur 5 (lima) tahun karena rusak berat dan tidak efisien lagi untuk keperluan dinas dapat dihapus dari Daftar Inventaris.

Pasal 61

Kendaraan Dinas Operasional / Jabatan yang digunakan Ketua/Wakil Ketua DPRD dapat dijual kepada yang bersangkutan yang mempunyai masa bakti 5 (lima) tahun dan umur kendaraan minimal 5 (lima) tahun, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3).

Pasal 62

(1) Penghapusan Kendaraan Dinas Operasional Khusus/Lapangan yang telah memenuhi syarat umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (4) dan karena rusak serta tidak efisien lagi dapat dihapus dari Daftar Inventaris.

(2) Penjualan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui lelang umum / lelang terbatas.

Pasal 63

(1) Pelaksanaan penjualan kendaraan perorangan dinas kepada pejabat Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 dan pelelangan kendaraan dinas operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61 dan Pasal 62, ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(2) Hasil penjualan/pelelangan disetor sepenuhnya ke Kas Daerah;(3) Penghapusan dari Daftar Inventaris ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah harga

penjualan / sewa-beli Kendaraan dimaksud dilunasi.(4) Pelunasan harga penjualan kendaraan perorangan dinas dilaksanakan selambat-

lambatnya 5 (lima) tahun.(5) Pelunasan harga pelelangan kendaraan dinas operasional dilaksanakan sekaligus.

Pasal 64

(1) Kendaraan Perorangan Dinas sebagaimana dimaksud Pasal 59 belum dilunasi, Kendaraan tersebut masih tetap milik Pemerintah Daerah dan tidak boleh dipindahtangankan;

(2) Selama Kendaraan tersebut belum dilunasi dan masih dipergunakan untuk kepentingan dinas, biaya perbaikan dan pemeliharaan ditanggung oleh Pembeli.

(3) Bagi mereka yang tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dapat dicabut haknya untuk membeli kendaraan dimaksud dan selanjutnya kendaraan tersebut tetap milik Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

89

Page 90: bupati barito utara

Penjualan Rumah Dinas

Pasal 65

Bupati menetapkan penggunaan rumah milik Daerah dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang perubahan/ penetapan status rumah-rumah negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 66

Penjualan rumah milik Daerah memperhatikan penggolongan rumah dinas sesuai peraturan perundang-undangan dan pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 67

(1) Rumah Daerah yang dapat dijual-belikan adalah :a. Rumah Daerah Golongan II yang telah diubah golongannya menjadi Rumah Daerah

Golongan III;b. Rumah Daerah Golongan III yang telah berumur 10 (sepuluh) tahun atau lebih dapat

dijual / disewa-belikan kepada Pegawai.(2) Pegawai yang dapat membeli adalah pegawai sudah mempunyai masa kerja 10

(sepuluh) tahun atau lebih dan belum pernah membeli atau memperoleh rumah dengan cara apapun dari Pemerintah Daerah atau Pemerintah Pusat.

(3) Pegawai yang dapat membeli rumah adalah penghuni pemegang Surat Ijin Penghunian (SIP) yang ditetapkan oleh Bupati.

(4) Rumah dimaksud tidak dalam sengketa.(5) Rumah Daerah yang dibangun di atas tanah yang tidak dikuasai oleh Pemerintah

Daerah, maka untuk perolehan Hak Atas Tanah tersebut harus diproses tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perindang-undangan yang berlaku.

Pasal 68

(1) Harga Rumah Daerah golongan III beserta atau tidak beserta tanahnya ditetapkan oleh Bupati berdasarkan harga taksiran dan penilaian yang dilakukan oleh Panitia yang dibentuk dengan Keputusan Bupati.

(2) Pelaksanaan penjualan/sewa beli Rumah Daerah golongan III ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 69

(1) Pelunasan harga penjualan rumah dilaksanakan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) tahun.

90

Page 91: bupati barito utara

(2) Hasil penjualan rumah Daerah golongan III milik Daerah disetorkan sepenuhnya ke Kas Daerah.

(3) Pelepasan hak atas tanah dan penghapusan dari Daftar Inventaris ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah harga penjualan / sewa beli atas tanah dan atau bangunannya dilunasi.

(4) Tata cara penjualan rumah dinas golongan III sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 diatur dengan Peraturan Bupati.

Bagian KetigaPelepasan Hak Atas Tanah dan atau Bangunan

Pasal 70

(1) Setiap pemindahtanganan yang bertujuan untuk pengalihan atau penyerahan hak atas tanah dan atau bangunan yang dikuasai oleh Daerah, baik yang telah ada sertifikatnya maupun belum, dapat diproses dengan pertimbangan menguntungkan Pemerintah Daerah bersangkutan dengan cara :a. Pelepasan dengan pembayaran ganti rugi (dijual);b. Pelepasan dengan tukar menukar /ruislag/ tukar guling.

(2) Pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.

(3) Pelaporan hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan dengan cara lelang.

(4) Perhitungan perkiraan nilai tanah harus menguntungkan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan nilai obyek pajak dan harga pasaran umum setempat.

(5) Nilai ganti rugi atas tanah dan atau bangunan ditetapkan oleh Bupati berdasarkan nilai / taksiran yang dilakukan oleh Panitia Penaksir yang dibentuk dengan Keputusan Bupati.

(6) Ketentuan dalam pasal ini tidak berlaku bagi pelepasan hak atas tanah yang telah ada bangunan Rumah golongan III di atasnya.

(7) Tata cara pelepasan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 71

(1) Barang daerah yang dijadikan sebagai penyertaan modal daerah yang diserahkan kepada Badan Usaha Milik Daerah dan atau kepada Pihak Ketiga ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.

(2) Barang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum dialihkan wajib dinilai oleh Tim Penilai Internal dan atau dapat dilakukan oleh Lembaga Independen yang bersertifikat di bidang penilaian aset.

(3) Ketentuan mengenai penilaian dan penunjukan Tim Penilai Internal dan atau Lembaga Independen bersertifikat di bidang penilaian aset sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

91

Page 92: bupati barito utara

Pasal 72

Barang daerah yang digunakan untuk melayani kepentingan umum dilarang digadaikan, dibebani hak tanggungan dan atau dipindahtangankan.

Pasal 73

(1) Tukar menukar barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan :a. untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintah;b. untuk optimalisasi barang milik daerah; danc. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(2) Tukar menukar barang milik daerah dapat dilakukan dengan pihak :a. pemerintah pusat dengan pemerintah daerah;b. Antar pemerintah daerah;c. Badan Usaha Milik Negara / Daerah atau Badan Hukum milik pemerintah lainnya;d. Swasta.

Pasal 74

(1) Tukar menukar barang milik daerah dapat berupa :a. Tanah dan atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada Bupati

melalui Pengelola;b. Tanah dan atau bangunan yang masih dipergunakan untuk penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi pengguna tetapi tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

c. Barang milik daerah selain tanah dan atau bangunan.(2) Tukar menukar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Pengelola

setelah mendapat persetujuan Bupati sesuai batas kewenangannya.

Pasal 75

Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74 ayat (1) huruf a dan huruf b, dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :a. Pengelola mengajukan usul tukar menukar barang milik daerah berupa tanah dan/atau

bangunan kepada Bupati disertai alasan / pertimbangan dan kelengkapan data;b. Bupati melalui Tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati, meneliti dan mengkaji

alasan / pertimbangan perlunya tukar menukar tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, Bupati dapat mempertimbangkan untuk menyetujui dan menetapkan tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan;

92

Page 93: bupati barito utara

d. Tukar menukar tanah dan/atau bangunan dilaksanakan Pasal 57 ayat (2) huruf a dan huruf c setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

e. Pengelola melaksanakan tukar menukar dengan berpedoman pada persetujuan Bupati;f. Pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan

dalam Berita Acara Serah Terima Barang.

Pasal 76

(1) Tukar menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 74 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :a. Pengguna mengajukan usul tukar menukar kepada Pengelola disertai alasan dan

pertimbangan kelengkapan data dan hasil pengkajian Tim intern instansi pengguna barang;

b. Pengelola meneliti dan mengkaji alasan/pertimbangan perlunya tukar menukar tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis dan yuridis;

c. Apabila memenuhi syarat sesuai peraturan yang berlaku, Pengelola dapat mempertimbangkan untuk menyetujui sesuai batas kewenangannya;

d. Pengguna melaksanakan tukar menukar dengan berpedoman pada persetujuan Pengelola;

e. Pelaksanaan serah terima barang dituangkan dalam Berita Serah Terima Barang.(2) Tata cara pelaksanaan tukar menukar ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 77

(1) Tukar menukar antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah apabila terdapat selisih nilai lebih, maka selisih nilai lebih dimaksud dapat dihibahkan.

(2) Selisih nilai lebih yang dihibahkan sebagaimana dimaksud ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Hibah.

Bagian KeempatHibah

Pasal 78

(1) Hibah barang milik daerah dapat dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai berikut :a. bukan merupakan barang rahasia negara / daerah;b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak;c. tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

93

Page 94: bupati barito utara

d. selain tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan.

Pasal 79

(1) Hibah barang milik daerah berupa :a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada Bupati;b. tanah dan/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk

dihibahkan;c. selain tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh Kepala SKPD kepada

Bupati melalui pengelola barang;d. selain tanah/atau bangunan yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk

dihibahkan;(2) Penetapan hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan oleh

Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

Pasal 80

(1) Hibah sebagaimana dimaksud pada pasal 79 ayat (1) huruf a ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD;

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada pasal 79 ayat (1) huruf b ditetapkan dengan Keputusan Bupati;

(3) Hibah sebagaimana dimaksud pada Pasal 79 ayat (1) huruf c dan d yang bernilai di atas Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar), dilaksanakan setelah mendapat persetujuan DPRD;

(4) Tata cara pelaksanaan Hibah ditetapkan lebih lanjut dengan peraturan Bupati.

Bagian KelimaPenyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pasal 81

(1) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah dilakukan dalam rangka pendirian, pengembangan dan peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Daerah atau Badan Hukum lainnya.

(2) Penyertaan modal Pemerintah Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 82

(1) Barang daerah yang dijadikan sebagai penyertaan modal daerah yang diserahkan kepada Badan Usaha Milik Daerah dan/atau kepada Pihak Ketiga ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.

94

Page 95: bupati barito utara

(2) Barang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum dialihkan wajib dinilai oleh Tim Penilai Internal dan/atau dapat dilakukan oleh lembaga independent yang bersertifikat dibidang penilaian aset.

(3) Ketentuan mengenai penilaian dan penunjukan Tim Penilai Internal dan/atau Lembaga Independent bersertifikat dibidang penilaian aset sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XI PENATAUSAHAAN

Bagian KesatuPembukuan

Pasal 83

(1) Pengguna dan atau kuasa pengguna melakukan pendaftaran dan pencatatan Barang Milik Daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna (DBP) / Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(2) Pengelola dan atau pejabat yang ditunjuk menghimpun pencatatan Barang Milik Daerah dalam Daftar Barang Milik Daerah menurut penggolongan barang dan kodefikasi barang.

(3) Penggolongan dan kodefikasi Barang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.

Bagian KeduaInventarisasi

Pasal 84

(1) Pemerintah Daerah wajib melakukan inventarisasi terhadap seluruh barang milik daerah, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

(2) Inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pencatatan, penilaian, pendokumentasian dan penggunaan barang milik daerah.

(3) Kepala SKPD bertanggungjawab untuk menginventarisasi seluruh barang milik daerah / barang inventaris yang ada di lingkungan tanggungjawabnya.

(4) Daftar Rekapitulasi Barang Inventaris sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan kepada pengelola melalui SKPD yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi pengelolaan barang milik Daerah.

95

Page 96: bupati barito utara

Pasal 85

Kegiatan inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi pengelolaan barang milik Daerah sebagai pusat inventarisasi barang milik daerah, bertanggungjawab untuk menghimpun hasil inventarisasi barang milik daerah.

Pasal 86

(1) Pemerintah Daerah wajib melaksanakan sensus barang daerah sekali dalam 5 (lima) tahun untuk mendapatkan Buku Inventaris dan Buku Induk Inventaris beserta rekapitulasinya.

(2) Pengguna barang wajib melaksanakan sensus barang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk SKPD yang bersangkutan.

(3) SKPD yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi pengelolaan barang milik Daerah sebagai pusat inventarisasi barang milik daerah, bertanggungjawab atas koordinasi pelaksanaan sensus barang.

(4) Pelaksanaan sensus barang daerah sebagaimana pada ayat (1), dilakukan dengan cara swakelola dan/atau penyedia barang / jasa.

(5) Pelaksanaan sensus barang daerah ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Bagian KetigaPelaporan

Pasal 87

(1) Pengguna / kuasa pengguna barang menyusun laporan barang semesteran dan tahunan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (1) disampaikan kepada Bupati melalui pengelola.

(3) Pengelola menghimpun laporan sebagaimana dimaksud ayat (2) menjadi Laporan Barang Milik Daerah (LBMD).

Pasal 88

Dalam rangka tertib administrasi pengelolaan barang daerah melalui pendaftaran, pencatatan dan pelaporan agar diperoleh data yang akurat dilaksanakan Program SIMBADA (Sistem Informasi Manajemen Barang Daerah) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIIPEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

96

Page 97: bupati barito utara

Pasal 89

(1) Pembinaan terhadap tertib pelaksanaan pengelolaan barang daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pengendalian terhadap tertib pelaksanaan pengelolaan barang daerah dilakukan oleh Pengelola Barang Daerah dalam hal ini dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas, pokok dan fungsi pengelolaan barang milik Daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Pengawasan terhadap pengelolaan barang daerah dilakukan oleh Bupati.(4) Pengawasan fungsional dilakukan oleh aparat pengawas fungsional sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 90

(1) Pengguna barang melakukan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan barang milik daerah yang berada dibawah penguasaannya.

(2) Pelaksanaan pemantauan dan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk kantor / satuan kerja dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang.

(3) Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

(4) Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai ketentuan perundang-undangan.

Pasal 91

(1) Pengelola barang berwenang untuk melakukan pemantauan dan investigasi atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah dalam rangka penertiban penggunaan, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

(2) Sebagai tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pengelola barang dapat meminta aparat pengawas fungsional untuk melakukan audit atas pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, dan pemindahtanganan barang milik daerah.

(3) Hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Pengelola barang untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan perundang-undangan.

Pasal 92

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pengawasan dan pengendalian atas barang milik daerah diatur dalam Peraturan Bupati.

97

Page 98: bupati barito utara

BAB XIIIPEMBIAYAAN

Pasal 93

(1) Dalam pelaksanaan tertib pengelolaan barang daerah, disediakan biaya operasional yang dibebankan pada APBD.

(2) Pengelolaan barang daerah yang mengakibatkan pendapatan dan penerimaan daerah diberikan uang perangsang / insentif kepada aparat pengelola barang yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3) Tunjangan / insentif bagi Penyimpan barang, pengurus barang dan kepala gudang dalam melaksanakan tugas dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah diberikan tunjangan / insentif besarnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XIVTUNTUTAN GANTI RUGI

Pasal 94

(1) Penyimpan barang yang lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dan mengakibatkan kekurangan perbendaharaan dikenakan tuntutan perbendaharaan.

(2) Pengurus barang yang lalai / mengakibatkan kerugian daerah dikenakan tuntutan ganti rugi.

(3) Dalam hal terdapat kekurangan perbendaharaan pada seorang Penyimpan barang atau bendaharawan barang lalai membuat perhitungan, yang telah diberikan teguran 3 (tiga) kali berturut-turut dalam 1 (satu) bulan dikenakan tuntutan perbendaharaan biasa.

(4) Dalam hal Bendahawan barang meninggal, melarikan diri atau berada dibawah pengampunan, lalai membuat perhitungan yang telah diberikan teguran 3 (tiga) kali berturut-turut dalam 1 (satu) bulan belum menyampaikan perhitungan dikenakan Tuntutan Pengamanan Barang Daerah.

(5) Ketentuan mengenai Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 4 Tahun 2010.

BAB XVSENGKETA BARANG DAERAH

Pasal 95

(1) Penyelesaian terhadap Barang Daerah yang bersengketa, dilakukan terlebih dahulu dengan cara musyawarah atau mufakat oleh Unit Kerja / Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk.

98

Page 99: bupati barito utara

(2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak tercapai dapat dilakukan melalui upaya hukum baik secara pidana maupun secara perdata.

(3) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan oleh Biro / Bagian Hukum dan atau Lembaga Hukum yang ditunjuk.

(4) Biaya yang timbul dalam penyelesaian sengketa dialokasikan dalam APBD.(5) Tata cara penyelesaian Barang Daerah yang bersengketa sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), (2), (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XVISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 96

(1) Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dan atau melanggar ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi berupa sanksi administrasi, atau denda atau ganti rugi.

(2) Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi ganti rugi dan pembatalan perjanjian.

(3) Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dimaksud dikenakan sanksi pembatalan perjanjian atau pembatalan perjanjian.

(4) Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi pembatalan persetujuan.

(5) Pihak Ketiga atau masyarakat yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi pembatalan persetujuan penyertaan modal.

BAB XVIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 97

(1) Pelanggaran kewajiban yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dikenakan tambahan sanksi Pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (lima juta) rupiah;

(2) Selain ketentuan Pidana atau denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan biaya paksa penegakan hukum sebagian atau seluruhnya;

(3) Pelaksanaan pengenaan biaya paksa sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XVIIIKETENTUAN PENUTUP

99

Page 100: bupati barito utara

Pasal 98

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka peraturan-peraturan yang mengatur tentang pengelolaan barang Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 99

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 100

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal 10 Februari 2011

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. ACHMAD YULIANSYAH

Diundangkan di Muara Tewehpada tanggal 10 Februari 2011

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN BARITO UTARA

Cap/ttd

H. SAPTO NUGROHO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2011 NOMOR 3

PENJELASAN100

Page 101: bupati barito utara

ATASPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

NOMOR 3 TAHUN 2011

TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

I. PENJELASAN UMUM

Dalam kenyataannya urusan dan tanggung jawab roda Pemerintahan Kabupaten Barito Utara setiap tahunnya terus meningkat baik dalam penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan, terlebih lagi dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, diperlukan kebijaksanaan dan langkah yang terkoordinasi serta terpadu mengenai Pengelolaan Barang Daerah Pemerintah Kabupaten Barito Utara.

Pemerintah Kabupaten Barito Utara banyak memiliki dan menggunakan barang yang diperoleh dari berbagai sumber. Barang-barang tersebut, baik yang dipakai oleh aparat maupun untuk pelayanan publik serta kesejahteraan masyarakat.

Barang Daerah merupakan kekayaan atau aset Daerah yang harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan arti dan manfaat sebanyak-banyaknya, dan tidak hanya sebagai kekayaan Daerah yang besar tetapi juga harus dikelola secara efisien dan efektif agar tidak menimbulkan pemborosan serta harus dapat dipertanggungjawabkan.

Ketentuan pengelolaan barang Pemerintah Kabupaten Barito Utara berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Daerah. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara ini diperlukan sebagai landasan hukum Pemerintah Daerah dalam mengelola Barang Daerah dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta membantu mengamankan aset Daerah.

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara tentang Pengelolaan Barang Daerah Pemerintah Kabupaten Barito Utara akan menjadi pedoman dan memberikan landasan hukum yang kuat terhadap ketentuan Pengelolaan Barang Daerah.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASALPasal 1 angka 1 : Cukup jelas

angka 2 : Cukup jelas

101

Page 102: bupati barito utara

angka 3 : Cukup jelasangka 4 : Cukup jelasangka 5 : Cukup jelasangka 6 : Cukup jelasangka 7 : Cukup jelasangka 8 : Cukup jelasangka 9 : Cukup jelasangka 10 : Cukup jelasangka 11 : Cukup jelasangka 12 : Cukup jelasangka 13 : Cukup jelasangka 14 : Cukup jelasangka 15 : Rumah Daerah adalah rumah milik daerah yang terdiri dari :

- Rumah Daerah Golongan I yaitu yang disediakan untuk ditempati oleh pemegang jabatan tertentu yang berhubungan dengan sifat dinas dan jabatannya (Rumah Jabatan), termasuk rumah daerah yang mempunyai fungsi secara langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan dan laboratorium/balai penelitian;

- Rumah Daerah Golongan II yaitu yang tidak boleh dipindahtangankan dari suatu Dinas ke Dinas yang lain dan hanya disediakan untuk ditempati oleh pegawai dari Dinas yang bersangkutan (Rumah Instansi);

- Rumah Daerah Golongan III yaitu rumah milik daerah lainnya yang disediakan untuk ditempati oleh pegawai negeri, dan tidak termasuk rumah daerah golongan I dan golongan II. Rumah Daerah golongan III dapat dijual/disewabelikan kepada pegawai.

angka 16 : Perencanaan yang dimaksud adalah berkaitan dengan penyusunan kebutuhan Barang Daerah dan atau pemeliharaan Barang Daerah yang diwujudkan dalam bentuk Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah (RKBMD) dan Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Daerah (RKPBMD).

angka 17 : Cukup jelasangka 18 : Cukup jelasangka 19 : Cukup jelasangka 20 : Cukup jelasangka 21 : Cukup jelasangka 22 : Cukup jelasangka 23 : Cukup jelas

102

Page 103: bupati barito utara

angka 24 : Cukup jelasangka 25 : Cukup jelasangka 26 : Cukup jelasangka 27 : Cukup jelasangka 28 : Cukup jelasangka 29 : Cukup jelasangka 30 : Cukup jelasangka 31 : Cukup jelasangka 32 : Cukup jelasangka 33 : Cukup jelasangka 34 : Cukup jelasangka 35 : Cukup jelasangka 36 : Cukup jelasangka 37 : Cukup jelasangka 38 : Cukup jelas

Pasal 2 : Cukup jelas

Pasal 3 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 4 ayat (1) : Bupati sebagai Pemegang Kekuasaan Barang Milik Daerah adalah pejabat tertinggi Pemerintah Daerah yang mempunyai kewenangan untuk mengambil tindakan yang mengakibatkan adanya penerimaan dan pengeluaran barang Daerah.

ayat (2) : Sebagai Pemegang Kekuasaan Barang Milik Daerah adalah pemegang kekuasaan tunggal yang berwenang menetapkan kebijakan, penggunaan, pengamanan, menyetujui usul pemindahtanganan, penghapusan serta pemanfaatan Barang Milik Daerah.

ayat (3) : Kepala Daerah dalam pelaksanaannya dibantu oleh Sekretaris Daerah sebagai pengelola dalam rangka pembinaan pengelolaan Barang Milik Daerah, bertugas dan bertanggung jawab atas terselenggaranya koordinasi dan sinkronisasi antar pengguna.

ayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelasayat (7) : Penyimpan barang milik daerah adalah pegawai yang

diserahi tugas untuk menerima, menyimpan, dan mengeluarkan barang.

103

Page 104: bupati barito utara

ayat (8) : Pengurus barang milik daerah adalah pegawai yang diserahi tugas untuk mengurus barang daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap unit kerja.

Pasal 5 : Cukup jelas

Pasal 6 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintahan

Daerah berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2007.

ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 7 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Standarisasi Barang Daerah adalah pembakuan barang

menurut jenis dan spesifikasi serta kualitasnya. Standarisasi Kebutuhan Barang Daerah adalah pembakuan jenis, spesifikasi dan kualitas Barang Daerah menurut strata pegawai dan organisasi. Standarisasi Harga adalah patokan harga satuan barang sesuai jenis, spesifikasi dan kualitas barang dalam satu periode tertentu.

ayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelas

Pasal 8 : Cukup jelas

Pasal 9 : Cukup jelas

Pasal 10 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelas

Pasal 11 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 12 : Cukup jelas

Pasal 13 : Cukup jelas

104

Page 105: bupati barito utara

Pasal 14 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 15 ayat (1) : Penerimaan kewajiban dalam bentuk barang dari Pihak Ketiga kepada Pemerintah Daerah berdasarkan perijinan diantaranya berbentuk Surat Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) ditindaklanjuti dengan penuangan dalam kesepakatan penyelesaian kewajiban (perjanjian), hal ini wajib diserahkan kepada Bupati.

Penerimaan kewajiban dalam bentuk barang dari Pihak Ketiga kepada Pemerintah Daerah berdasarkan perjanjian kerjasama misalnya dalam bentuk Bangun Guna Serah (BGS), Bangun Serah Guna (BSG), Kerjasama Operasi (KSO).

ayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelas

Pasal 16 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelas

Pasal 17 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelas

Pasal 18 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 19 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 20 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 21 : Cukup jelas

Pasal 22 ayat (1) : Cukup jelas

105

Page 106: bupati barito utara

ayat (2) : Cukup jelas

Pasal 23 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 24 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 25 huruf a : Cukup jelashuruf b : Cukup jelashuruf c : Cukup jelashuruf d : Cukup jelas

Pasal 26 ayat (1) : Penyewaan adalah penyerahan hak pengelolaan Barang Daerah kepada Pihak Ketiga untuk jangka waktu tertentu dalam hubungan sewa menyewa dengan menerima pembayaran uang sewa baik sekaligus atau secara berkala.

ayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelasayat (7) : Cukup jelasayat (8) : Cukup jelas

Pasal 27 ayat (1) : Pinjam Pakai hanya dilaksanakan antara Pemerintah Pusat dengan Daerah dan antar Pemerintah Daerah. Pinjam pakai dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian untuk jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir Barang Daerah tersebut dikembalikan kepada Pemerintah Daerah.

ayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelasayat (7) : Cukup jelas

Pasal 28 : Cukup jelas

Pasal 29 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

106

Page 107: bupati barito utara

Pasal 30 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 31 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 32 : Cukup jelas

Pasal 33 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelasayat (7) : Cukup jelas

Pasal 34 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 35 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 36 : Cukup jelas

Pasal 37 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelasayat (7) : Cukup jelasayat (8) : Cukup jelas

Pasal 38 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 39 ayat (1) : Cukup jelas

107

Page 108: bupati barito utara

ayat (2) : Upaya hukum adalah upaya hukum dari pemerintah Daerah terhadap pengamanan barang daerah yang dilakukan dengan langkah-langkah yustisi, seperti aktivitas menghadapi klaim atau gugatan atau penyerobotan, penghunian liar atau tindakan melawan hukum lainnya terhadap kepemilikan/penguasaan barang Daerah oleh pihak lain.

Pasal 40 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 41 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 42 : Barang Daerah yang diasuransikan adalah barang milik Pemerintah Daerah yang mempunyai resiko tinggi terhadap kemungkinan kerugian dan yang pemanfaatannya diharapkan akan berlangsung lama.

Pasal 43 : Cukup jelas

Pasal 44 : Cukup jelas

Pasal 45 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 46 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 47 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 48 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 49 ayat (1) : Barang bersejarah yang telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati sebagai milik daerah, wajib dipelihara oleh Pemerintah Daerah, sedangkan barang bersejarah yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat atau Masyarakat dapat dipelihara seluruhnya atau sebagian oleh Pemerintah Daerah

108

Page 109: bupati barito utara

atau Pemerintah Daerah memfasilitasi partisipasi masyarakat untuk memelihara barang bersejarah.

ayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Yang dimaksud dengan sumber lainnya yang sah adalah

bantuan dari Pemerintah Pusat, kompensasi atau partisipasi/bantuan lainnya yang tidak mengikat.

Pasal 50 : Cukup jelas

Pasal 51 : Cukup jelasPasal 52 : Cukup jelas

Pasal 53 ayat (1) : Penilaian Independen adalah lembaga independen eksternal professional yang berkualifikasi, bersertifikat serta memiliki tenaga ahli di bidang penilaian aset yang dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten, seperti Departemen Keuangan, Masyarakat Profesi Penilaian Indonesia (MAPPI), Gabungan Perusahaan Penilai Indonesia (GAPPI).Penilai internal adalah pegawai Pemerintah Daerah yang ditetapkan sebagai Tim Penilai berkualifikasi yang ditetapkan dengan SK Kepala Daerah.Tim Internal terdiri dari Pejabat/Staf yang terkait di bidang tugasnya.

ayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 54 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Yang dimaksud karena sebab-sebab lain antara lain adalah

karena hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair.

Pasal 55 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 56 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 57 ayat (1) : Yang dimaksud berlebih adalah barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi untuk kepentingan Unit Kerja/Satuan Kerja.

ayat (2) : Cukup jelas

109

Page 110: bupati barito utara

ayat (3) : Hibah kepada pihak lain dilakukan dengan Keputusan Bupati dengan memperhatikan kepentingan sosial, keagamaan, kemanusiaan dan dalam mendukung penyelenggaraan Pemerintahan dengan syarat-syarat: bukan merupakan barang yang sifatnya rahasia, bukan merupakan barang penting daerah, bukan barang yang merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak, tidak dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dan tidak mengganggu tugas-tugas pelayanan umum Pemerintahan.

ayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 58 ayat (1) : - Yang dimaksud Kendaraan Perorangan Dinas adalah kendaraan yang dipergunakan oleh Pejabat Negara (Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah).- Yang dimaksud Kendaraan Dinas Operasional/jabatan

adalah kendaraan yang disediakan dan dipergunakan untuk kegiatan operasional perkantoran, diperuntukan bagi Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan dapat diperuntukan bagi pejabat eselon II, III, IV dan V. (Jenis sedan, Jeep, station wagon, minibus, pick up dan jenis kendaraan bermotor roda dua).- Yang dimaksud Kendaran Dinas operasional

khusus/lapangan adalah kendaraan yang disediakan dan dipergunakan untuk pelayanan operasional khusus/lapangan dan pelayanan umum, dipergunakan bagi pegawai yang menjalankan tugas-tugas khusus/lapangan dan dapat diperuntukkan bagi antar jemput pegawai. (bus, pemadam kebakaran, ambulance, truck, alat-alat berat).

ayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 59 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 60 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

110

Page 111: bupati barito utara

Pasal 61 : Pengertian dapat dijual, bukan diartikan harus bisa tetapi bisa ya atau tidak tergantung pada kesediaan kendaraan pengganti sehingga tidak mengganggu kelancaran tugas.

Pasal 62 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 63 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Jangka waktu pelunasan 5 (lima) tahun terhitung sejak

tanggal ditetapkannya Keputusan Bupati.ayat (5) : Cukup jelas

Pasal 64 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 65 : Cukup jelas

Pasal 66 : Bupati menetapkan penggolongan rumah dan menetapkan peruntukan atas penempatan rumah tersebut.

Pasal 67 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 68 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 69 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelas

Pasal 70 ayat (1) : Menguntungkan Pemerintah Daerah apabila penggantian aset dalam bentuk uang nilai lebih besar dari harga penaksiran, dan jika dalam bentuk barang harus merupakan fasilitas yang dibutuhkan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat

ayat (2) : Cukup jelas

111

Page 112: bupati barito utara

ayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelasayat (6) : Cukup jelasayat (7) : Cukup jelas

Pasal 71 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 72 : Cukup jelas

Pasal 73 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 74 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 75 : Cukup jelas

Pasal 76 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 77 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 78 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 79 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 80 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelas

Pasal 81 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 82 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

112

Page 113: bupati barito utara

ayat (3) : Cukup jelas

Pasal 83 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 84 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelas

Pasal 85 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelas

Pasal 86 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelas

Pasal 87 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 88 : Cukup jelas

Pasal 89 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Kepala Unit Kerja / Satuan Kerja melakukan pengawasan

terhadap bawahan yang mengelola Barang Daerah dan kepanitiaan yang mendukung pengelolaan Barang Daerah sesuai mekanisme dan prosedur yang berlaku.

Pasal 90 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 91 : Cukup jelas

Pasal 92 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

113

Page 114: bupati barito utara

Pasal 93 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 94 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Penyelesaian sengketa aset antara masyarakat dan

Pemerintah Daerah sesuai tugas dan fungsi dilakukan oleh Bagian Hukum dengan memberikan bantuan hukum terhadap pengamanan Barang Daerah, sedangkan penunjukan kepada Lembaga Hukum professional didasarkan kepada pertimbangan efisiensi, efektivitas, dan sesuai dengan kebutuhannya yang dilakukan melalui Surat Kuasa dari Gubernur.

ayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 95 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelasayat (4) : Cukup jelasayat (5) : Cukup jelas

Pasal 96 ayat (1) : Cukup jelasayat (2) : Cukup jelasayat (3) : Cukup jelas

Pasal 97 : Cukup jelas

Pasal 98 : Cukup jelas

Pasal 99 : Cukup jelas

Pasal 100 : Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

114

Page 115: bupati barito utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 4 TAHUN 2011

TENTANG

IZIN USAHA PENGELOLAAN RUMAH SARANG BURUNG WALET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa sumber daya alam sarang burung walet merupakan salah satu potensi daerah yang pengusahaan dan pengelolaannya perlu dituangkan dalam sebuah peraturan, selaras dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintah dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah ;

b. bahwa aktifitas pengusahaan sarang burung walet dan sejenisnya ditengah-tengah masyarakat saat ini semakin marak dan berkembang maka perlu adanya peraturan dalam rangka pembinaan pengendalian dan penertiban ;

c. bahwa guna terwujudnya keteraturan tata ruang serta mengeliminasi dampak dari pengelolaan sarang burung walet dan sejenisnya berdampak langsung kepada masyarakat serta dalam rangka menggali sumber pendapatan asli daerah untuk menjaring semua aktifitas usaha masyarakat perlu diatur dalam peraturan daerah ;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang Nomor 81 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistimnya ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419) ;

115

Page 116: bupati barito utara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495) ;

5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang;

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan, dan Pemberantasan Penyakit Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3101);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3253);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Baru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994

116

Page 117: bupati barito utara

Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3542);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3802);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737) ;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib Dan Pilihan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

danBUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA PENGELOLAAN RUMAH SARANG BURUNG WALET

BAB IKETENTUAN UMUM

117

Page 118: bupati barito utara

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Barito Utara.2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

Penyelenggara Pemerintahan Daerah.3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barito Utara sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Bupati adalah Bupati Barito Utara.5. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjutnya disebut Kantor adalah perangkat

daerah yang berwenang dibidang Pelayanan Perijinan Terpadu.6 Kepala Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu yang selanjutnya disebut Kepala Kantor

adalah Kepala Perangkat Daerah yang berwenang di Bidang Pelayanan Perijinan Terpadu.

7. Burung Walet adalah satwa liar yang termasuk marga Collocalia, yaitu Collocallia Linchi.

8. Pengelolaan adalah orang pribadi atau Badan sebagai pemegang izin yang melakukan usaha pengelolaan rumah sarang burung walet.

9. Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet adalah pengusahaan/pengelolaan suatu tempat/lokasi sebagai rumah burung walet yang bertujuan untuk mendapatkan hasil berupa sarang burung walet.

10. Rumah Sarang Burung Walet adalah tempat yang dibuat sedemikian rupa agar burung walet merasa nyaman menetap serta membuat sarang dan berpopulasi.

11. Izin Usaha Pengelolaan Rumah Walet adalah bentuk perijinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada Orang atau Badan dalam rangka pembinaan habitat dan pengendalian populasi burung walet.

12. Pemerintah adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perizinan dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

14. Penyidikan Tindak Pidana Perizinan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perizinan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB IIMAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

118

Page 119: bupati barito utara

(1) Pemberian izin usaha pengelolaan rumah sarang burung walet unruk memudahkan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan, pengendalian walet dari dampak yang ditimbulkan.

(2) Pemberian izin usaha pengelolaan rumah sarang burung walet bertujuan guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

BAB IIIRUANG LINGKUP

Pasal 3

Yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah pengelolaan rumah sarang burung walet di luar habitat alami.

BAB IVLOKASI RUMAH SARANG BURUNG WALET DAN PENGELOLAANNYA

Pasal 4

(1) Lokasi rumah sarang burung walet di daerah umumnya berada di perkotaan atau diluar habitat alami, tidak dihutan, digoa-goa atau diluar kawasan yang tidak dibebani hak milik.

(2) Tempat lokasi rumah sarang burung walet dibuat dan diolah sedemikian rupa berupa : a. Bangunan bertingkat ;b. Rumah biasa, gedung dan bangunan tertentu.

(3) Lokasi rumah sarang burung walet yang akan dibangun berada diluar ibukota kabupaten Kecamatan, kelurahan dan desa dan berjarak minimal 25 ( dua puluh lima ) meter dari rumah penduduk.

(4) Penetapan lokasi rumah sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dan ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 5

Usaha pengelolaan rumah sarang burung walet dapat dikelola oleh orang pribadi ataupun Badan, termasuk Badan Usaha Milik Negara/Daerah

BAB VKLASIFIKASI USAHA PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET

Pasal 6

Klasifikasi usaha pengelolaan rumah sarang burung walet ditetapkan sebagai berikut :a. Usaha pengelolaan rumah sarang burung walet skala kecil yaitu usaha dengan luas

rumah sarang burung walet kurang dari 200m2 (dua ratus meter persegi).119

Page 120: bupati barito utara

b. Usaha pengelolaan rumah sarang burung walet skala menengah yaitu usaha dengan luas rumah sarang burung walet 200m2 (dua ratus meter persegi) sampai dengan 500m2 (lima ratus meter persegi).

c. Usaha pengelolaan rumah sarang burung walet skala besar yaitu usaha dengan luas rumah sarang burung walet di atas 500 m2 (lima ratus meter persegi).

BAB VI PERIZINAN

Pasal 7

(1) Orang Pribadi atau Badan Hukum yang akan melakukan usaha pengelolaan rumah sarang burung walet wajib memiliki izin pengelolaan rumah sarang burung walet yang diterbitkan oleh Kepala Kantor atas nama Bupati.

(2) Untuk mendapatkan izin usaha pengelolaan rumah sarang burung walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Kepala Kantor dengan melampirkan :a. Peta lokasi rumah burung walet sesuai yang telah ditetapkan oleh Bupati yang

disahkan oleh Lurah / Kepala Desa dan Camat;b. Uraian singkat rencana kegiatan usaha pengelolaan rumah sarang burung walet;c. Fotocopy akta Pendirian Perusahaan bagi yang Berbadan Hukum dan Fotocopy

KTP penanggung jawab (pemohon);d. Rekomendasi dari Tim Teknis;e. Surat pernyataan bersedia mentaati persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Kepala

Kantor dalam mengelola rumah sarang burung walet dengan dibubuhi materai Rp. 6000,-;

f. Dilengkapi fotocopy Izin Mendirikan Bangunan (IMB) peruntukan bangunan usaha sarang burung walet, Izin Gangguan (HO) peruntukan bangunan usaha sarang burung walet, Surat Izin Memasang Reklame, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

g. Fotocopy Tanda Lunas Pembayaran PBB sampai dengan Tahun berjalan;h. Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD);i. Pasfoto penanggung jawab (pemohon ) ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar.

(3) Bagi rumah sarang burung walet yang telah mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan Izin Gangguan (HO) sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf f,1 (satu) tahun sebelum pengajuan Izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet, wajib menyertakan bukti pembayaran pajak sarang burung walet 3 (tiga) bulan terakhir.

(4) Tata cara dan mekanisme perizinan usaha rumah sarang burung walet ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 8

120

Page 121: bupati barito utara

(1) Jangka waktu berlakunya Izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) adalah selama 5 (lima) tahun.

(2) Dalam rangka pengendalian dan pengawasan atas Izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilakukan pendaftaran ulang setiap 1 (satu) tahun sekali.

(3) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum jatuh tempo pendaftaran ulang.

Pasal 9

(1) Untuk pendaftaran ulang, kepada pengelola diberikan Surat Tanda Daftar Ulang Izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet.

(2) Syarat-syarat pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) adalah sebagai berikut :a. Surat Permohonan Daftar Ulang;b. Fotocopy Surat Izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet yang

bersangkutan;c. Fotocopy KTP pemohon;d. Tanda lunas pembayaran PBB sampai dengan tahun berjalan;e. Tanda lunas pembayaran pajak sarang burung walet 3 (tiga) bulan terakhir, dan

(3) Bentuk format Izin dan Daftar Ulang Izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung walet ditetapkan oleh Bupati melalui Kepala Kantor.

Pasal 10

Apabila persyaratan yang diberikan oleh pemohon/pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) dan Pasal 9 ayat (2) ternyata tidak benar, maka izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet yang telah diterbitkan oleh Kepala Kantor atas nama Bupati batal demi hukum.

Pasal 11

Setiap pemindahan hak izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet, pemilik baru diwajibkan mengajukan permohonan izin baru atas namanya sendiri dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal pemindahan hak, dengan persyaratan dan tatacara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Pasal 12

(1) Izin Usaha Pengelolaan Rumah Sarang Burung Walet dinyatakan tidak berlaku lagi apabila :a. Pemegang izin menghentikan kegiatan usahanya.b. Pemegang izin mengubah/menambah jenis usaha dan/atau memperluas tempat

kegiatan/usaha tanpa mengajukan perubahan kepada Kepala Kantor.

121

Page 122: bupati barito utara

c. Pemegang izin tidak mendaftar ulang sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.

d. Dihentikan kegiatan usahanya karena melanggar peraturan perundangan-undangan.

(2) Apabila pemegang izin menghentikan kegiatan atau menutup kegiatan/usahanya wajib memberitahukan dan mengembalikan izin dimaksud kepada Bupati melalui Kepala Kantor.

BAB VIILARANGAN DAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 13

Pemegang Izin dilarang : a. Memperluas atau menambah bangunan rumah burung walet dari izin usaha yang

sudah diberikan.b. Memindah tangankan izin usaha kepada orang lain atau Badan tanpa memberitahukan

kepada Pemerintah Daerah.c. Menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya.d. Membunyikan pemikat burung walet antara pukul 17.00 WIB sampai dengan 08.00 WIB

dan antara pukul 14.30 WIB sampai dengan 15.30 WIB.e. Menggangu keamanan, kenyamanan dan ketenangan masyarakat di sekitarnya.

Pasal 14

(1) Bupati melalui Kepala Kantor dapat memberikan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha pengelolaan sarang burung walet apabila pengelola melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.

(2) Pencabutan Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 10 (sepuluh) hari kerja.

Pasal 15

Terhadap bangunan rumah burung walet yang tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan atau rumah burung walet yang telah dicabut izinnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), dapat dilakukan sanksi penertiban berupa pembongkaran bangunan sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB VIIIPENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 16

122

Page 123: bupati barito utara

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Bupati melalui Kantor dengan melibatkan instansi terkait.

(2) Bupati melalui Kepala Kantor berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah ini.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IXPENYIDIKAN

Pasal 17

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah diberikan wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perizinan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perizinan;

c. meminta keterangan dan bahan-bahan bukti dari orang pribadi sehubungan dengan tindak pidana di bidang perizinan;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain yang bekenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perizinan;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

123

Page 124: bupati barito utara

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perizinan;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XKETENTUAN PIDANA

Pasal 18

(1) Setiap orang pribadi atau Badan yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak sebesar Rp. 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran.

(3) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Penerimaan Negara.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

(1) Bagi setiap orang pribadi atau Badan yang telah mengelola dan mengusahakan sarang burung walet sebelum diundangkan Peraturan Daerah ini baik yang berada di lokasi maupun di luar lokasi yang telah ditetapkan, wajib mengajukan permohonan izin usaha pengelolaan sarang burung walet kepada Bupati melalui Kepala Kantor selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.

(2) Bagi setiap Orang Pribadi atau badan yang tidak mengajukan permohonan izin usaha pengelolaan rumah sarang burung walet sebagaimana dimaksud ayat (1) dan/atau tidak dapat memenuhi persyaratan permohonan izin sehingga permohonan izinnya ditolak maka kepadanya dapat dilakukan penertiban / pembongkaran bangunan.

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

124

Page 125: bupati barito utara

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 21

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal

BUPATI BARITO UTARA,Cap/ttd

H. ACHMAD YULIANSYAHDiundangkan di Muara Tewehpada tanggal

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. SAPTO NUGROHO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2011 NOMOR 4

125

Page 126: bupati barito utara

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2011

TENTANG

IZIN USAHA PENGELOLAAN RUMAH SARANG BURUNG WALET

I. UMUMSumber daya alam sarang burung wallet merupakan salah satu potensi

daerah yang pengusahaan dan pengelolaannya perlu dituangkan dalam sebuah peraturan selaras dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintah dan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah, dimana aktifitas pengusahaan sarang burung wallet dan sejenisnya di tengah-tengah masyarakat saat ini semakin marak dan berkembang. Untuk itu diperlukan adanya peraturan dalam rangka pembinaan pengendalian dan penertiban.

Guna terwujudnya keteraturan tata ruang serta mengeliminasi dampak dari pengelolaan sarang burung wallet dan sejenisnya yang berdampak langsung kepada masyarakat serta dalam rangka menggali sumber pendapatan asli daerah untuk menjaring semua aktifitas usaha masyarakat, maka perlu diatur dalam peraturan daerah.

II. PASAL DEMI PASALPasal 1

Cukup jelas

Pasal 2Cukup jelas

Pasal 3Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 100/Kpts-II/2003 tanggal 19 Maret 2003 ada 2 habitat burung walet, yaitu :a. Habitat alami burung walet adalah goa-goa alam, tebing/ lereng bukit

yang curam beserta lingkungannya sebagai tempat burung walet hidup dan berkembang biak secara alami baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

126

Page 127: bupati barito utara

b. Habitat buatan burung walet adalah bangunan buatan manusia sebagai tempat burung walet bersarang dan berkembang biak.Jadi yang diatur dalam Perda ini adalah habitat buatan sarang burung wallet.

Pasal 4Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Jarak lokasi rumah burung walet yang akan dibangun minimal 25 (dua puluh lima) meter dari bangunan masyarakat, artinya jarak dari depan, belakang dan samping kiri dan samping kanan masing-masing adalah 25 (dua puluh lima) meter.

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 5Cukup jelas

Pasal 6Cukup jelas

Pasal 7Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 8Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

Cukup jelasPasal 9

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)127

Page 128: bupati barito utara

Cukup jelasPasal 10

Cukup jelasPasal 11

Cukup jelasPasal 12

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 13Cukup jelas

Pasal 14Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasPasal 15

Cukup jelasPasal 16

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Pasal 17Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Ayat (3)Cukup jelas

Ayat (4)Cukup jelas

Pasal 18Ayat (1)

Cukup jelasAyat (2)

Cukup jelasAyat (3)

128

Page 129: bupati barito utara

Cukup jelasPasal 19

Ayat (1)Cukup jelas

Ayat (2)Cukup jelas

Pasal 20Cukup jelas

Pasal 21Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 5 TAHUN 2011

129

Page 130: bupati barito utara

TENTANG

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 184 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008, Kepala Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), berupa Laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah Anggaran berakhir;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2010 perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan

Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3569);

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3688);

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

130

Page 131: bupati barito utara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

8. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4421);

10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4844);

11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

12. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

131

Page 132: bupati barito utara

Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4416) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4540);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

132

Page 133: bupati barito utara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

26. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 11 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun Anggaran 2010;

27. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 02 Tahun 2010 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun Anggaran 2010;

28. Peraturan Bupati Barito Utara Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun Anggaran 2010;

29. Peraturan Bupati Barito Utara Nomor 18 Tahun 2010 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun Anggaran 2010;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

dan

BUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

Pasal 1

(1) Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD berupa Laporan Keuangan memuat :

a. Laporan Realisasi Anggaran;

b. Neraca;

133

Page 134: bupati barito utara

c. Laporan Arus Kas; dan

d. Catatan atas Laporan Keuangan

(2) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri dengan Laporan Kinerja dan Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah/ Perusahaan Daerah.

Pasal 2

Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a tahun 2010 sebagai berikut:

a. Pendapatan Rp 501.457.408.956,58

b. Belanja Rp 458.343.694.608,69

Surplus Rp 43.113.714.347,89

c. Pembiayaan

- Penerimaan Rp 43.848.655.270,38

- Pengeluaran Rp. 1.048.427.740,00

Surplus Rp 42.800.227.530,38

Pasal 3

Uraian Laporan Realisasi Anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sebagai berikut:

(1) Selisih anggaran dengan realisasi pendapatan sejumlah Rp23.773.758.238,58 dengan rincian sebagai berikut:

a. Anggaran pendapatan setelah perubahan Rp 477.683.650.718,00

b. Realisasi Rp 501.457.408.956,58

Selisih lebih/(kurang) Rp 23.773.758.238,58

(2) Selisih anggaran dengan realisasi belanja sejumlah Rp57.162.784.852,31 dengan

rincian sebagai berikut:

a. Anggaran belanja setelah perubahan Rp 515.506.479.461,00

134

Page 135: bupati barito utara

b. Realisasi Rp 458.343.694.608,69

Selisih lebih/(kurang) R 57.162.784.852,31

(3) Selisih anggaran dengan realisasi surplus sejumlah Rp5.290.885.604,89 dengan rincian

sebagai berikut:

a. Defisit setelah perubahan Rp (37.822.828.743,00)

b. Realisasi Rp 43.113.714.347,89

Selisih lebih/(kurang) Rp 5.290.885.604,89

(4) Selisih anggaran dengan realisasi penerimaan pembiayaan sejumlah

Rp 4.977.398.787,38 dengan rincian sebagai berikut:

a. Anggaran penerimaan setelah perubahan Rp. 38.871.256.483,00

b. Realisasi Rp. 43.848.655.270,38

Selisih lebih/(kurang) Rp 4.977.398.787,38

(5) Selisih anggaran dengan realisasi pengeluaran pembiayaan sejumlah Rp 0,-

dengan rincian sebagai berikut:

a. Anggaran pengeluaran setelah perubahanRp 1.048.427.740,00

b. Realisasi Rp 1.048.427.740,00

Selisih lebih/(kurang) Rp 0,-

(6) Selisih anggaran dengan realisasi pembiayaan Neto sejumlah Rp 4.977.398.787,38

dengan rincian sebagai berikut:

a. Anggaran pembiayaan setelah perubahan Rp 37.822.828.743,00

b. Realisasi Rp 42.800.227.530,38

Selisih lebih/(kurang) Rp 4.977.398.787,38

135

Page 136: bupati barito utara

Pasal 4

Neraca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b per 31 Desember 2010 adalah sebagai berikut:

a. Jumlah Aset Rp 1.510.212.382.231,92

b. Jumlah Hutang Rp 8.513.943,00

c. Jumlah Ekuitas Dana Rp 1.510.203.868.288,92

Pasal 5

Laporan Arus Kas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf c untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2010 sebagai berikut:

a. Saldo Kas per 1 Januari 2010 Rp. 38.554.589.392,38

b. Arus kas dari aktivitas operasi Rp 142.932.706.795,89

c. Arus kas dari aktivitas Investasi aset

non keuangan Rp (99.818.992.448,00)

d. Arus kas dari aktivitas pembiayaan Rp 3.951.572.260,00

e. Arus kas dari aktivitas non anggaran Rp 182.332.700,00

f. Saldo kas akhir per 31 Desember 2010 Rp 85.802.208.700,27

Pasal 6

Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf d tahun 2010 memuat informasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif atas pos-pos laporan keuangan.

Pasal 7

Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini, terdiri dari;1. Lampiran I : Laporan Realisasi Anggaran

2. Lampiran II : Neraca

3. Lampiran III : Laporan Arus Kas136

Page 137: bupati barito utara

4. Lampiran IV : Catatan atas Laporan Keuangan

Pasal 8

Lampiran Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) terdiri dari:a. Laporan Kinerja tercantum dalam lampiran V Peraturan Daerah ini.

b. Ikhtisar laporan keuangan badan usaha milik daerah/ perusahaan daerah tercantum

dalam lampiran VI Peraturan Daerah ini

Pasal 9

Bupati Barito Utara menetapkan peraturan bupati tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebagai rincian lebih lanjut dari pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penetapannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

Ditetapkan diMuara Teweh

pada tanggal 29 September 2011

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. ACHMAD YULIANSYAH

Diundangkan di Muara Tewehpada tanggal 29 September 2011

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. SAPTO NUGROHO137

Page 138: bupati barito utara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2011 NOMOR 5

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 6 TAHUN 2011

TENTANG

PEMBENTUKAN DANA CADANGAN PENYELENGGARAANPEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BARITO UTARA TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bupati dan Wakil Bupati mempunyai peran yang sangat strategis dalam rangka pengembangan kehidupan, demokrasi keadilan, pemerataan, kesejahteraan masyarakat, memelihara hubungan yang serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar daerah untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. bahwa untuk mendanai kegiatan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Barito Utara periode tahun 2013-2018 yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran, Pemerintah Daerah perlu mengalokasikan dana melalui Pembentukan Dana Cadangan;

c. bahwa berdasarkan ketentuan pasal 63 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, pembentukan Dana Cadangan ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,huruf b dan huruf c, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

138

Page 139: bupati barito utara

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

139

Page 140: bupati barito utara

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Belanja Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 3);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARAdan

BUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DANA CADANGAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI BARITO UTARA TAHUN 2013

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Kabupaten Barito Utara;2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;3. Bupati adalah Bupati Barito Utara;4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan daerah;5. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang

memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran untuk penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Barito Utara Tahun 2013;

6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Rencana Keuangan Tahunan Pemerintah Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

140

Page 141: bupati barito utara

7. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati adalah suatu rangkaian kegiatan dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati.

BAB IITUJUAN

Pasal 2

(1) Untuk menyediakan dana guna membiayai penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013.

(2) Membiayai program dan kegiatan daerah yang kebutuhan dananya tidak dapat dibebankan pada 1 (satu) Tahun Anggaran.

(3) Mendukung tertib dan lancarnya penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati secara langsung oleh masyarakat secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil melalui pemungutan suara.

BAB IIIJUMLAH, SUMBER DAN RINCIAN DANA CADANGAN

Pasal 3

(1) Dana cadangan untuk penyelenggaraan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2013 sebesar Rp 12.197.458.000,- (Dua belas milyar seratus sembilan puluh tujuh juta empat ratus lima puluh delapan ribu rupiah) bersumber dari penyisihan dana APBD yang diselenggarakan pada Tahun Anggaran 2011 (Perubahan), 2012, dan 2013.

(2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan rincian sebagai berikut :a. Perubahan APBD Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp 4.000.000.000,- (Empat milyar

rupiah).b. APBD Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp 4.000.000.000,- (Empat milyar rupiah).c. APBD Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp 4.197.458.000,- (Empat milyar seratus

sembilan puluh tujuh juta empat ratus lima puluh delapan ribu rupiah).

BAB IVPENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN

Pasal 4

(1) Dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, penyimpanannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada DPRD.

141

Page 142: bupati barito utara

(2) Penerimaan hasil bunga atau deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada lampiran rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Pasal 5

(1) Penggunaan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, hanya untuk keperluan penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati secara langsung melalui pemungutan suara tahun 2013.

(2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disediakan untuk 2 (dua) putaran penyelenggaraan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati dengan rincian sebagai berikut :a. Putaran Pertama sebesar Rp 7.880.039.100,- (Tujuh milyar delapan ratus delapan

puluh juta tiga puluh sembilan ribu seratus rupiah); danb. Putaran Kedua sebesar Rp 4.313.581.900,- (Empat milyar tiga ratus tiga belas

juta lima ratus delapan puluh satu ribu sembilan ratus rupiah)

BAB VPENGANGGARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 6

Mekanisme penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, diatur dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku dan disampaikan kepada DPRD.

BAB VIPENATAUSAHAAN DANA CADANGAN DAERAH

Pasal 7

(1) Penganggaran Dana Cadangan setiap tahun diselenggarakan dalam APBD pada kelompok Pembiayaan, Jenis Pengeluaran Daerah, Obyek Pembentukan Dana Cadangan.

(2) Penggunaan Dana Cadangan dianggarkan dalam APBD pada Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Daerah, Obyek Pencairan Dana Cadangan.

142

Page 143: bupati barito utara

Pasal 8

(1) Dana Cadangan dibukukan dalam rekening sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, atas nama Dana Cadangan Pemerintah Daerah yang dikelola oleh Bendara Umum Daerah.

(2) Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program dan kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan.

(3) Dana Cadangan dapat digunakan jika sudah memenuhi jumlah yang telah ditetapkan dan terlebih dahulu dipindah bukukan ke rekening Kas Daerah.

Pasal 9

Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari Dana Cadangan diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan lainnya yang dibiayai dari APBD.

Pasal 10

Posisi Dana Cadangan dilaporkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Pertanggungjawaban APBD.

BAB VIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 11

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 12

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

143

Page 144: bupati barito utara

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal 10 Oktober 2011

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. ACHMAD YULIANSYAH

Diundangkan di Muara Tewehpada tanggal 10 Oktober 2011

SEKRETARIS DAERAHKABUPATEN BARITO UTARA,

Cap/ttd

H. SAPTO NUGROHO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2011 NOMOR 6

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 8 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah;

144

Page 145: bupati barito utara

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka perlu ditinjau kembali beberapa Peraturan Daerah yang tergolong dalam Retribusi Jasa Umum untuk dilakukan penyesuian berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan dengan memperhatikan potensi daerah;

c. bahwa sesuai ketentuan pasal 156 ayat (1), Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Umum.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

145

Page 146: bupati barito utara

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851);

10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

12. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1985 tentang Kewenangan Penyidikan terhadap Pelanggaran Lalu lintas dan Angkutan Jalan Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3304);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelengaraan Pemerintah Daerah

146

Page 147: bupati barito utara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

22. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;

23. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 2 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1 );

24. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara (lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 3 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 ).

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

147

Page 148: bupati barito utara

danBUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

BAB IKETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:1. Daerah adalah Kabupaten Barito Utara.2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Barito Utara.5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barito Utara.6. Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Barito Utara.7. Retribusi Jasa Umum adalah pungutan atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.

8. Jasa adalah Kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas dan kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

9. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan kesehatan yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis.

10. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

11. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pelayanan KTP dan Akta Catatan Sipil yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

12. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

148

Page 149: bupati barito utara

13. Tempat Parkir di Tepi Jalan Umum adalah Fasilitas parkir yang berada ditepi jalan umum tertentu dalam Daerah Kabupaten Barito Utara, yang telah ditetapkan oleh Bupati sebagai tempat parkir kendaraan yang dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas dan/atau marka jalan.

14. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah Pungutan Daerah sebagai Pembayaran atas Jasa Pelayanan Parkir yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

15. Retribusi Pelayanan Pasar adalah Pungutan Daerah sebagai Pembayaran atas Jasa Pelayanan Pasar yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

16. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan di gerakan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya yang menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

17. Kendaraan bermotor di atas air adalah semua jenis kapal yang digerakan dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis.

18. Pengujian kendaraan bermotor di darat adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian atau komponen- komponen kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.

19. Pengujian kendaraan bermotor diatas air adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian atau komponen-komponen kenderaan bermotor diatas air termasuk kelaiklautan kapal yang memenuhi persyaratan teknis, meliputi pengujian persyaratan teknis kapal, persyaratan kesalamatan kapal, persyaratan pengawakan kapal dan registrasi kapal.

20. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor adalah Pungutan Daerah sebagai Pembayaran atas Jasa Pengujian Kendaraan Bermotor yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

21. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah Pungutan Daerah sebagai Pembayaran atas Jasa Penyediaan Peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

22. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseron komanditer, perseroan lainnya, Badan usaha milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, kongsi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,yayasan, organisasi massa, organisasi Sosial Politik atau organisasi lainnya,lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap;

149

Page 150: bupati barito utara

23. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

24. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPdORD, adalah Surat yang digunakan oleh subyek dan atau wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang.

25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

26. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

27. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi yang lebih besar daripada retribusi yang terutang atau yang seharusnya tidak terutang yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan dan retribusi daerah.

29. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan retribusi Daerah.

30. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan penyidikan untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

31. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subyek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.

BAB IIJENIS RETRIBUSI

Pasal 2

Jenis Retribusi Jasa Umum terdiri dari :a. retribusi Pelayanan Kesehatan;b. retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;c. retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

150

Page 151: bupati barito utara

d. retribusi Pelayanan Parkir ditepi Jalan Umum;e. retribusi Pelayanan Pasar;f. retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; dang. retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

Bagian KesatuRetribusi Pelayanan Kesehatan

Paragraf 1Nama, Obyek, Subyek dan Wajib Pajak

Pasal 3

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas setiap Jasa Pelayanan Kesehatan

Pasal 4

Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, Laboratorium Kesehatan Daerah dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.

Pasal 5

(1) Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa dari pelayanan kesehatan diukur berdasarkan pada jenis pelayanan, frekuensi pelayanan/kunjungan, jangka waktu pelayanan, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pemberian pelayanan.

151

Page 152: bupati barito utara

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 7

Prinsip dan sasaran dalam Penetapan tarif Retribusi dimaksudkan untuk menutupi biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dengan mempertimbangkan aspek kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian dari pelayanan kesehatan tersebut.

Pasal 8

(1) Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD Muara Teweh dan Puskesmas beserta jaringannya tidak termasuk administrasi pendaftaran.

(2) Administrasi pendaftaran pasien diwujudkan dalam bentuk Rekam Medik.(3) Pelayanan rekam medik dikenai retribusi sekali selama pasien menjalani rawat jalan /

rawat inap di RSUD atau rawat jalan pada Puskesmas.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 9

Besarnya tarif sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeduaRetribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Paragraf 1Nama, Obyek, Subyek dan Wajib Pajak

Pasal 10

Dengan nama Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan persampahan/kebersihan.

Pasal 11

152

Page 153: bupati barito utara

(1) Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan adalah pelayanan persampahan/ kebersihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, meliputi:a. pengangkutan sampah ke lokasi pembuangan/pembuangan akhir sampah;b. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah; danc. Tempat Penampungan Sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA)

sampah.(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pelayanan kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum lainnya.

Pasal 12

(1) Subyek retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang mendapat pelayanan Persampahan/kebersihan.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 13

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan Persampahan/ Kebersihan, frekuensi pelayanan, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam memberikan pelayanan.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 14

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya penyelenggaraan pelayanan persampahan / kebersihan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sampah dan atau pemusnahan sampah, termasuk sewa lokasi TPA, dan biaya pemeliharaan sarana dan prasarana.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 15

153

Page 154: bupati barito utara

(1) Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan pelayanan yang diberikan, jenis serta volume sampah yang dihasilkan.

(2) Besarnya tarif sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KetigaRetribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil

Paragraf 1Nama, Obyek, Subyek dan Nama Wajib Pajak

Pasal 16

Dengan nama Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pencetakan Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil.

Pasal 17

Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil adalah pelayanan:a. kartu tanda penduduk;b. kartu keluarga; danc. akta catatan sipil yang meliputi, akta perkawinan, akta perceraian, akta pengesahan

dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.

Pasal 18

(1) Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi, baik Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) yang memperoleh jasa Pelayanan.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 19

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil diukur berdasarkan jenis pelayanan, frekuensi pencetakan, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam memberikan pelayanan pencetakan.

154

Page 155: bupati barito utara

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 20

Prinsip dan Sasaran Penetapan besarnya Tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya pencetakan dan pengadministrasian dokumen Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, serta efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 21

(1) Struktur tarif Retribusi ditetapkan berdasarkan Jenis Pelayanan yang diberikan.(2) Besarnya Tarif Retribusi Biaya Cetak Pelayanan KTP,KK dan Akta Catatan Sipil

sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeempatRetribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 22

Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dipungut retribusi sebagai pembayaran atas jasa perparkiran di tepi jalan umum.

Pasal 23

Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 24

(1) Subjek Retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa pelayanan parkir di tepi jalan umum.

155

Page 156: bupati barito utara

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 25

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum diukur berdasarkan frekuensi pemakaian, zona/kawasan yang dibedakan berdasarkan tingkat kepadatan lalulintas, jangka waktu pemakaian, dan jenis kendaraan.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 26

(1) Prinsip dan sasaran penetapan besarnya tarif retribusi Parkir di tepi jalan Umum ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya penyelenggaraan parkir ditepi jalan umum,kemampuan masyarakat,aspek keadilan, serta efektivitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain biaya pengadaan marka, pengadaan rambu-rambu, biaya operasional, pemeliharaan, administrasi, biaya pengawasan dan pengendalian serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pemberian layanan.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 27

Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KelimaRetribusi Pelayanan Pasar

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

156

Page 157: bupati barito utara

Pasal 28

Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah.

Pasal 29

Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

Pasal 30

(1) Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi dan atau Badan yang menggunakan Pelayanan penyediaan fasilitas pasar.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.

Paragraf 2Cara mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 31

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Pasar diukur berdasarkan jenis pasar, jenis fasilitas pasar, frekuensi penggunaan, jangka waktu pemakaian fasilitas pasar, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam penyediaan layanan.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 32

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksud untuk menutup biaya penyelenggaraan penyediaan pelayanan fasilitas pasar dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyusutan,biaya bunga pinjaman, biaya operasional dan pemeliharaan.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 33

157

Page 158: bupati barito utara

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri atas halaman/ peralatan,los dan atau kios, luas lokasi dan jangka waktu pemakaian.

(2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeenamRetribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 34

Dengan nama Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

Pasal 35

Objek Retribusi adalah pelayanan pengujian kendaraan bermotor wajib uji, termasuk kendaraan bermotor di air yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 36

(1) Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi dan atau Badan yang menggunakan Pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 37

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor diukur berdasarkan frekuensi pengujian, jenis kendaraan yang diuji, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pemberian layanan.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

158

Page 159: bupati barito utara

Pasal 38

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksud untuk menutup biaya penyelenggaraan penyediaan pelayanan fasilitas pengujian dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyusutan,biaya bunga pinjaman, biaya operasional dan pemeliharaan.

Paragraf 4Struktur dan BesarnyaTarif Retribusi

Pasal 39

Besarnya biaya pengujian kendaraan bermotor sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KetujuhRetribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 40Dengan nama Retribusi penggantian biaya cetak peta dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pembuatan/cetak peta.

Pasal 41

Objek retribusi adalah pelayanan atas pembuatan dan pencetakan peta oleh Pemerintah Daerah

Pasal 42

(1) Subjek atau wajib retribusi adalah orang atau Badan yang menikmati jasa pembuatan danpencetakan peta.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2

159

Page 160: bupati barito utara

Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 43

Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Penggantian biaya cetak Peta diukur berdasarkan frekuensi pencetakan, jenis dan bahan pencetakan,serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam pemberian layanan.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam PenetapanTarif Retribusi

Pasal 44

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(2) Biaya penyediaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperhitungkan biaya pengadministrasian dan pencetakan.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 45

(1) Dasar penetapan besarnya tarif adalah berdasarkan skala, jenis Peta dan ukuran kertas.

(2) Struktur dan Besarnya tarif sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 46

(1) Tarif retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.(3) Perubahan tarif Retribusi sebagai akibat peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB IIIWILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 47

Retribusi yang terutang dipungut di Kabupaten Barito Utara.

160

Page 161: bupati barito utara

BAB IVPENDAFTARAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 48

(1) Wajib Retribusi diwajibkan mengisi SPdORD(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan

lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau Kuasanya.(3) SPdORD yang telah diisi oleh Wajib Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan bukti pendaftaran Objek Retribusi.(4) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

161

Page 162: bupati barito utara

Pasal 49

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Bupati atau pejabat yang ditunjuk menetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk karcis, kupon atau kartu langganan.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN

Pasal 50

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen yang dipersamakan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 49.

(2) Tata cara pemungutan retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 51

(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak

diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.(3) Pembayaran Retribusi dilakukan melalui Bendahara Penerimaan pada SKPD yang

bersangkutan.(4) Seluruh penerimaan retribusi yang diterima oleh Bendahara Penerima harus disetorkan

ke Rekening Kas Daerah.(5) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.

(6) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 52

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan Pembebasan retribusi.(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan

Peraturan Bupati.162

Page 163: bupati barito utara

Pasal 53

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang di bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

Pasal 54

(1) Apabila wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi terutang sampai saat jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2), Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis.

(2) Pengeluaran STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(3) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis diterbitkan, Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.

(4) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.

(5) Tata cara pelaksanaan penagihan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 55

(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan atau dokumen lain yang dipersamakan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

163

Page 164: bupati barito utara

(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 56

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati.

(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 57

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB VIPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 58

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

164

Page 165: bupati barito utara

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 59

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan:a. nama dan alamat Wajib Retribusi;b. masa retribusi;c. besarnya kelebihan pembayaran;dand. alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 60

(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.

(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB VIIPENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUARSA

Pasal 61

165

Page 166: bupati barito utara

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :a. diterbitkan Surat Teguran; ataub. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi.

(3)Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

(4)Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya.

(5)Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 62

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa akan diatur lebih lanjut dengan peraturan Bupati.

BAB VIIIPENYIDIKAN

Pasal 63

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undangtentang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik dibidang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat berwenang sesuai dengan peraturan perundangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

166

Page 167: bupati barito utara

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;j. menghentikan penyidikan;dank. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana.

BAB IXKETENTUAN PIDANA

Pasal 64

(1) Setiap orang atau badan hukum yang karena kelalaiannya tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) adalah pelanggaran;(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetorkan ke Kas Negara.

BAB XKETENTUAN PENUTUP

Pasal 65

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka :

167

Page 168: bupati barito utara

a. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 4 Tahun 1999 tentang Retribusi Pasar (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 1999 Seri B);

b. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 7 Tahun 1999 tentang Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum.

c. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Retribusi Parkir di Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2003 Nomor 6 Seri C);

d. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Kebersihan di Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2005 Nomor 2);

e. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2009 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil(Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2009 Nomor 3);

f. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 5 Tahun 2009 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2009 Nomor 5);

g. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 5 Tahun 2004 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2004 Nomor 04 Seri C); dan

h. Semua Peraturan Bupati / Keputusan Bupati yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Pasal 66

Ketentuan mengenai retribusi penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 2012.

Pasal 67

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkanAgar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah

inidengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal 30 Desember 2011

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

168

Page 169: bupati barito utara

ACHMAD YULIANSYAH

Diundangkan di Muara tewehpada tanggal 30 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA,

Cap/ttd

BAMBANG EDHY PRAYITNO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARATAHUN 2011 NOMOR 8

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 8 TAHUN 2011

TENTANGRETRIBUSI JASA UMUM

I. UMUMBahwa Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara yang mengatur tentang

retribusi telah ditetapkan pada beberapa Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. 169

Page 170: bupati barito utara

Selain itu, dengan memperhatikan beberapa ketentuan retribusi dalam Perda dan Peraturan Bupati dimaksud belum sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kiranya perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu, dan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah hal sangat tepat bahwa keberadaan beberapa Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang retribusi dimaksud perlu segera disesuaikan.

Bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah yang relatif penting guna membiayai pelaksanaan pelayanan dan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat dalam kerangka Otonomi Daerah, agar tercipta peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, kepada Daerah masih diberikan kewenangan untuk melakukan pemungutan Retribusi Jasa Umum untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan badan usaha dalam rangka kepentingan dan kemanfaatan umum.

Pemungutan retribusi jasa umum harus disesuaikan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, baik terhadap substansi dan materi Peraturan Daerah sebagai implementasi kebijakan Daerah dibidang pungutan daerah yang diatur didalam UU dimaksud, sehingga diharapkan dengan pemungutan retribusi jasa umum dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkannya.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s.d. 14Cukup Jelas

Pasal 14 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Pengumpulan dan pengangkutan sampah rumah tangga ke TPS menjadi

tanggungjawab masyarakat melalui lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW, sedangkan sampah dari TPS ke TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.

Pasal 15 s.d 60 Cukup Jelas

Pasal 61

170

Page 171: bupati barito utara

Ayat (1)Cukup Jelas

Ayat (2)Huruf a

Kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

Huruf bPengakuan utang retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Ayat (2) s.d ayat (5) Cukup Jelas

Pasal 62 s.d. 67 Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4LAMPIRAN IPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

POLIKLINIK UMUM/GIGI/KIA (DOKTER UMUM DAN DOKTER GIGI

No. Jenis Kegiatan Sumber Daya Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp) Keterangan

1. Konsultasi Dokter Umum dan Dokter Gigi

Medis 9.000 2.000Perawat/Bidan 4.000 -

Jumlah 13.000 2.000Total 15.000

2. Konsultasi Dokter Spesialis Medis 15.000 3.000Perawat/Bidan 5.000 -

Jumlah 20.000 3.000Total 23.000

KIR KESEHATAN

No. Jenis Kegiatan Sumber Daya Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp) Keterangan

1. KIR Kesehatan Medis 17.500 7.500Perawat/Bidan 10.000 -

Jumlah 27.500 7.500Total 35.000

(Biaya pemeriksaan penunjang dibayar terpisah, sesuai tarif yang ada)

GENERAL CHECK UP

No. Jenis Kegiatan Sumber Daya Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp) Keterangan

1. Pemeriksaan Medis 150.000 -

171

Page 172: bupati barito utara

Perawat/Bidan 75.000 -2. Pemeriksaan Laboratorium Medis Analisis 125.000 125.0003. Pemeriksaan Radiologi Penata Rotgen 30.000 30.0004. Pemeriksaan EKG Medis/Para Medis 10.000 10.000

Jumlah 390.000 165.000Total 555.000

VISUM ET REPERTUM (LUAR)

No. Jenis Kegiatan Sumber Daya Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp) Keterangan

1. Visum Luka/Hidup Medis 37.500 12.500Perawat/Bidan 25.000 -

Jumlah 62.500 12.500Total 75.000

2. Visum Mayat Medis 87.500 37.500Perawat/Bidan 50.000 -

Jumlah 137.500 37.500Total 175.000

3. Visum Kebidanan Medis 50.000 25.000Perawat/Bidan 25.000 -

Jumlah 75.000 25.000Total 100.000

(Biaya pemeriksaan penunjang dibayar terpisah, sesuai tarif yang ada)PELAYANAN ASURANSI

No. Jenis Kegiatan Sumber Daya Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp) Keterangan

1. Jamsostek Medis 45.000 30.000Jumlah 45.000 30.000Total 75.000

2. Jasa Raharja Medis 45.000 30.000Jumlah 45.000 30.000Total 75.000

3. Resume Medik Medis 45.000 30.000Jumlah 45.000 30.000Total 75.000

TRANSPORTASI MEDIK (AMBULANCE)

No. Jenis Kegiatan Sumber Daya Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp) Keterangan

1. Dalam Kota Pengemudi 50.000 25.000Jumlah 50.000 25.000Total 75.000

2. Jasa Pendamping Medis - - Diberikan lunsum sesuai Peraturan

Perawat/Bidan - - Bupati tentang

Jumlah - - Perjalanan Dinas

Total -3. Luar Kota (biaya luar kota Rp 2500/km) BBM 1.000.000 - Diberikan lunsum

sesuai Peraturan

Medis - - Bupati tentang

Perawat/Bidan - - Perjalanan Dinas

Sopir - -Jumlah 1.000.000 -Total 1.000.000 -

(bagi pasien yang tidak mampu gratis)

UNIT GAWAT DARURAT (UGD)

172

Page 173: bupati barito utara

No. Jenis Kegiatan Sumber Daya Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp) Keterangan

1. Pelayanan Dasar (Tanpa Tindakan) Medis 9.000 5.000Perawat/Bidan 5.000 -

Jumlah 14.000 5.000Total 19.000

2. Paket Keperawatan Perawat/Bidan 17.000 -Jumlah 17.000 -Total 17.000

3. Tindakan Keperawatan Perawat/Bidan 30.000 30.000Jumlah 30.000 30.000Total 60.000

4. Tindakan Medika. Tindakan Medik Non Operatif Besar Medis 360.000 75.000

Perawat/Bidan 90.000 -Jumlah 450.000 75.000Total 525.000

b. Tindakan Medik Non Operatif Sedang Medis 102.000 21.250Perawat/Bidan 25.000 -

Jumlah 127.000 21.250Total 148.750

c. Tindakan Medik Non Operatif Kecil Medis 42.000 8.750Perawat/Bidan 10.500 -

Jumlah 52.500 8.750Total 61.250

TARIF PELAYANAN RAWAT INAP DAN RAWAT KHUSUS

No. KomponenRuangan

KeteranganICU/NICU (Rp)

VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Sarana 45.000 75.000 45.000 30.000 15.0002. Jasa Pelayanan :

a. Visite Dokter Spesialis 45.000 75.000 45.000 30.000 15.000b. Visite Dokter Umum 22.500 37.000 22.500 15.000 7.500

3. Jasa Konsultasi/kali 45.000 75.000 45.000 30.000 15.0004. Paket Keperawatan:

a. Keperawatan Dasar - 50.000 37.500 25.000 12.500b. Keperawatan Paripurna 60.000 80.000 60.000 40.000 20.000

TARIF PENUNJANG DIAGNOSTIK1. Laboratorium

a. Rawat Jalan

No. Komponen Sederhana (Rp)

Sedang (Rp)

Canggih (Rp) Keterangan

1. Jasa Sarana 4.000 18.000 60.000 Jasa Medis Analis 6.000 12.000 40.000

b. Rawat Inap

No. KomponenRuangan

KeteranganICU/NICU (Rp)

VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Sederhanaa. Jasa Sarana 4.800 5.200 4.800 4.400 4.000

173

Page 174: bupati barito utara

b. Jasa Medis Analisis 7.200 7.800 7.200 6.600 6.0002. Sedang

a. Jasa Sarana 21.600 23.400 21.600 19.800 18.000b. Jasa Medis Analisis 14.400 15.600 14.400 13.200 12.000

3. Canggiha. Jasa Sarana 72.000 78.000 72.000 66.000 60.000b. Jasa Medis Analisis 48.000 52.000 48.000 44.000 40.000

c. Jasa Konsultasi DokterNo. Komponen Tarif (Rp) Keterangan1. Dokter Umum 3.000/Pasien2. Dokter Spesialis 5.000/Pasien3. Dokter Spesialis Patologi Klinik (Sp.PK) 12.000/Pasien

d. Pemeriksaan segera (Cyto) dikenakan biaya tambahan sebesar 25% dari tarif

e. Unit Transfusi DarahNo. Komponen Tarif (Rp) Keterangan1. Jasa Usaha 60.0002. Jasa Dokter 15.0003. Jasa Medis Analisis 40.0004. Jasa Perawat 5.000

Total 120.000

2. Radio Diagnostika. Rawat Jalan

No. Jenis Pemeriksaan Jasa Sarana (Rp)

Jasa Pelayanan (Rp)

Total (Rp) Keterangan

1. Ekstremitas Atas 35.000 35.000 70.0002. Ekstremitas Bawah 40.000 40.000 80.0003. Thorax 35.000 35.000 70.0004. Abdomen 35.000 35.000 70.0005. Cranium 32.500 32.500 65.0006. Pelvis 35.000 35.000 70.0007. Vertebrata Cervicalis 32.500 32.500 65.0008. Thoraco Lumbal 35.000 35.000 70.0009. Thoracal 35.000 35.000 70.00010. Lumbal 35.000 35.000 70.00011. Lumbo Sacral 35.000 35.000 70.00012. Waters 35.000 35.000 70.00013. Mandibula 35.000 35.000 70.00014. SPN 35.000 35.000 70.00015. Clavicula 35.000 35.000 70.00016. Panoramic 50.000 50.000 100.00017. Dental 30.000 30.000 60.00018. TMJ 32.500 32.500 65.000

3. Elektromedika. Rawat Jalan

No. Pemeriksaan Jasa Sarana (Rp)

Jasa Medik (Rp)

Total (Rp) Keterangan

1. USGa. Abdominal 20.000 20.000 40.000b. Transvaginal 40.000 40.000 80.000

2. EKG 14.000 21.000 35.000

174

Page 175: bupati barito utara

b. Rawat InapNo. Pemeriksaan

RuanganKeteranganICU/NICU

(Rp)VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. USGa. Abdominal 60.000 70.000 60.000 50.000 40.000b. Transvaginal 120.000 140.000 120.000 100.000 80.000

2. EKG 45.000 50.000 45.000 40.000 35.000- Untuk USG pembagian Jasa Medik : Jasa Sarana = 50% : 50%- Untuk EKG pembagian Jasa Medik : Jasa Sarana = 60% : 40%

TARIF TINDAKAN1. Tarif Tindakan Medik Operatif dengan Anestesia

a. Khusus

No. KomponenRuangan

KeteranganICU/NICU (Rp)

VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Pelayanan :a. Operator 2.250.000 2.625.000 2.250.000 1.875.000 1.500.000b. Instrumen/On Loop 750.000 875.000 750.000 625.000 500.000c. Anestesi 750.000 875.000 750.000 625.000 500.000

2. Jasa Sarana - 730.000 - - -Total 3.750.000 5.105.000 14.400 3.125.000 2.500.000

b. BesarNo. Komponen

RuanganKeteranganICU/NICU

(Rp)VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Pelayanan :a. Operator 1.800.000 2.100.000 1.800.000 1.500.000 1.200.000b. Instrumen/On Loop 600.000 700.000 600.000 500.000 400.000c. Anestesi 600.000 700.000 600.000 500.000 400.000

2. Jasa Sarana 500.000 583.000 - - -Total 3.500.000 4.083.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000

c. SedangNo. Komponen

RuanganKeteranganICU/NICU

(Rp)VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Pelayanan :a. Operator 810.000 945.000 810.000 675.000 540.000b. Instrumen/On Loop 270.000 315.000 270.000 225.000 180.000c. Anestesi 270.000 315.000 270.000 225.000 180.000

2. Jasa Sarana 225.000 262.000 - - -Total 1.575.000 1.837.000 1.350.000 1.125.000 900.000

d. KecilNo. Komponen

RuanganKeteranganICU/NICU

(Rp)VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Pelayanan :a. Operator 360.000 420.000 360.000 300.000 240.000b. Instrumen/On Loop 120.000 140.000 120.000 100.000 80.000

175

Page 176: bupati barito utara

c. Anestesi 120.000 40.000 120.000 100.000 80.0002. Jasa Sarana - 117.000 - - -

Total 600.000 817.000 600.000 500.000 400.000Keterangan :- Setiap operasi yang memerlukan kehadiran dokter anak, biaya ditambah 20% dari operator

2. Tarif Tindakan Medik Non Operatif tanpa Anestesia Total

No. Komponen Jenis Tindakan KeteranganBesar Sedang Kecil1. Jasa Pelayanan :

a. Operator 360.000 102.000 42.000b. Instrumen/On Loop 90.000 25.500 10.500

2. Jasa Sarana 75.000 21.250 8.750Total 525.000 148.750 61.250

3. Tarif Tindakan Persalinana. Persalinan Normal

No. KomponenRuangan

KeteranganICU/NICU (Rp)

VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Pelayanan :a. Dokter Spesialis 540.000 675.000 540.000 405.000 270.000b. Bidan/Keperawatan 360.000 450.000 360.000 270.000 180.000

2. Jasa Sarana 300.000 375.000 300.000 225.000 150.000Total 1.200.000 1.500.000 1.200.000 900.000 600.000

1. Jasa Pelayanan :a. Dokter Umum 400.000 500.000 400.000 300.000 200.000b. Bidan/Keperawatan 360.000 450.000 360.000 270.000 180.000

2. Jasa Sarana 300.000 375.000 300.000 225.000 150.000Total 1.060.000 1.325.000 1.060.000 795.000 530.000

1. Jasa Pelayanan :a. Bidan/Keperawatan 360.000 450.000 360.000 270.000 180.000

2. Jasa Sarana 300.000 375.000 300.000 225.000 150.000Total 660.000 825.000 660.000 495.000 330.000

b. Persalinan dengan Penyulit

No. KomponenRuangan

KeteranganICU/NICU (Rp)

VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Pelayanan :a. Dokter Spesialis 676.000 845.000 676.000 507.000 338.000b. Bidan/Keperawatan 450.000 560.000 450.000 338.000 225.000

2. Jasa Sarana 374.000 470.000 374.000 280.000 187.000Total 1.500.000 1.875.000 1.500.000 1.125.000 750.000

1. Jasa Pelayanan :a. Dokter Umum 500.000 620.000 500.000 378.000 255.000b. Bidan/Keperawatan 450.000 560.000 450.000 338.000 225.000

2. Jasa Sarana 374.000 470.000 374.000 280.000 187.000Total 1.324.000 1.650.000 1.324.000 996.000 667.000

1. Jasa Pelayanan :a. Bidan/Keperawatan 450.000 560.000 450.000 338.000 225.000

176

Page 177: bupati barito utara

2. Jasa Sarana 374.000 470.000 374.000 280.000 187.000Total 824.000 1.030.000 824.000 618.000 412.000

Keterangan :- Setiap persalinan yang memerlukan narkose umum dan lumbal, jasa pelayanan ditambah sepertiga- Setiap persalinan yang memerlukan dokter spesialis anak, jasa pelayanan ditambah seperempat- Bayi baru lahir dikenakan tarif 50% dari ibunya- Tarif tersebut belum termasuk bahan obat-obatan4. Tarif Tindakan Keperawatan

No. KomponenRuangan

KeteranganICU/NICU (Rp)

VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Keperawatan Dasar - 30.000 22.500 15.000 7.5002. Keperawatan Paripurna 28.000 33.750 28.000 22.500 11.250

Tindakan Keperawatan 100% merupakan Jasa Pelayanan

TARIF REHABILITASI MEDIK1. Rawat Jalan

No. Komponen Jenis Tindakan KeteranganSedang Canggih Terapi Manipulasi1. Jasa Medik 10.000 13.000 17.000

Jasa Sarana 7.000 7.000 8.000Total 17.000 20.500 25.000

2. Rawat Inap

No. KomponenRuangan

KeteranganICU/NICU (Rp)

VIP (Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Sedang 42.000 56.000 42.000 28.000 14.0002. Canggih 51.000 68.000 51.000 34.000 17.0003. Terapi Manipulasi 60.000 80.000 60.000 40.000 20.000

Jasa Medik : Jasa Sarana = 60% : 40%

TARIF INSTALASI GIZI1. Indeks Biaya Makan

- Kelas III 1,00 x indeks Rp. 15.000- Kelas II 2,00 x indeks Rp. 30.000- Kelas I/ICU 3,00 x indeks Rp. 45.000- VIP 4,00 x indeks Rp. 60.000

2. Jasa Pelayanan Gizi 10% dari indeks biaya makan pasien/hari Rp. 1.5003. Jasa Konsultasi Gizi Rp. 5.000/Pasien

- Untuk 3 kali makan- Biaya makan 100% sebagai jasa sarana, jasa pelayanan dan konsultasi sebagai jasa medik

TARIF INSTALASI FARMASI1. Jasa Peracikan dan Konsultasi Obat (Konseling) Rp. 6.000/Pasien

Dengan pembagian:- Jasa sarana = 10%- Jasa Pelayanan = 90% dianggap 100%

- Jasa Dokter = 10%- Jasa Instalasi Farmasi = 90%

2. Tarif Sediaan Farmasi di Instalasi Farmasi Rawat Inap

No. Jenis Sediaan Harga Pasaran Cost Handling (30%) KeteranganJasa Pelayanan Jasa Sarana1. Jasa Medik Harga pembelian + Ppn 10% 90% 10%2. Jasa Sarana Harga pembelian + Ppn 10% 90% 10%3. Sediaan Farmasi Lainnya Harga pembelian + Ppn 10% 90% 10%

177

Page 178: bupati barito utara

TARIF GAS MEDIK1. Oksigen (O2)

No. Ruang Harga/liter (Rp) Keterangan

1. Kelas III -2. Kelas II 1253. Kelas I 1404. VIP 1605. ICU/NICU 1606. Kamar Bedah 160

2. Nitrogen (N2O)

No. Ruang Harga/liter (Rp) Keterangan

1. Kamar Bedah 2.250- Asumsi harga oksigen Rp. 250.000/tabung- Asumsi harga nitrogen Rp. 4.500.000/pertabung- Jasa pelayanan 30% dari harga oksigen dan nitrogen per tabung

TARIF PEMULASARAN JENAZAH

No. Komponen Jasa Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp)

Total (Rp) Keterangan

1. Bedah Mayat :a. Jam Kerja 500.000 500.000 1.000.000b. Luar Jam Kerja 600.000 500.000 1.100.000

2. Formalisasi/Embalmin Jenazah 500.000 100.000 600.0003. Perawatan Jenazah:

a. Umum 150.000 100.000 250.000b. Khusus 250.000 100.000 350.000

4. Konservasi Jenazah:a. Umum 400.000 350.000 750.000b. Khusus 500.000 350.000 850.000

5. Penyimpanan Jenazah per hari:a. Kurang dari 8 jam 30.000 20.000 50.000b. Lebih dari 8 jam 40.000 30.000 70.000

Tarif perawatan jenazah tidak termasuk Surat Keterangan Kematian, biaya transportasi, penguburan, peti jenazah, kain kafan dan perlengkapan pemakaman lainnya.

TARIF RECOVERY ROOM (RR) ATAU RUANG PULIH SADAR

No. KomponenAsal Pasien Operasi/Ruang

KeteranganVIP/IGD (Rp)

ICU/Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

1. Jasa Pelayanan 75.000 54.000 42.000 27.0002. Jasa Sarana 50.000 36.000 28.000 18.000

Total 125.000 90.000 70.000 45.000Jasa Pelayanan : Jasa Sarana = 60% : 40%

TARIF TINDAKAN PSIKOLOGI DAN PSYCHIATRINo. Komponen Jasa Jasa Pelayanan (Rp) Total (Rp) Keterangan

178

Page 179: bupati barito utara

Sarana (Rp) Psikologi Psychiatri) Psikologi Psychiatri

1. Kelas III 3.500 14.000 35.000 17.500 38.5002. Kelas II 5.000 20.000 50.000 25.000 55.0003. Kelas I 7.500 30.000 75.000 37.500 82.5004. VIP 22.500 100.000 250.000 122.500 272.5005. ICU 11.250 30.000 75.000 41.250 86.250

BIMBINGAN ROHANI

No. Komponen Jasa Sarana (Rp)

Jasa Pelayanan (Rp)

Total (Rp) Keterangan

1. Kelas III 3.500 4.200 7.7002. Kelas II 5.000 6.000 11.0003. Kelas I 7.500 9.000 16.5004. VIP 22.500 30.000 52.5005. ICU 11.250 9.000 20.250

REKAM MEDIKNo. Komponen Tarif (Rp) Keterangan1. Tarif pembuatan status rawat jalan (penulisan, pengindekskan, pengkodingan) 3.0002. Tarif penyimpanan, pengindekskan, pengkodingan rawat inap 3.0003. Tarif pembuatan Surat Keterangan Berbadan Sehat 7.5004. Tarif pembuatan Surat Keterangan Pengujian Kesehatan PNS/CPNS 10.0005. Tarif pembuatan Surat Keterangan Kehamilan 3.0006. Tarif pembuatan Surat General Check Up 12.5007. Tarif pembuatan Surat Visum et Repertum 10.0008. Tarif pembuatan Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) 12.5009. Tarif pembuatan Surat Keterangan Kematian 5.000

10. Tarif pembuatan Surat Keterangan Dirawat 5.00011. Tarif pembuatan Surat Keterangan Sakit 5.00012. Tarif pembuatan Surat Keterangan Perjalanan Penyakit 12.50013. Tarif pembuatan Kuitansi Rawat Jalan/Rawat Inap 2.500

TARIF PELAYANAN PENUNJANG NON MEDIS LAINNYA

No. KomponenJasa

Pelayanan (Rp)

Jasa Sarana (Rp)

Total (Rp) Keterangan

1. Laudri 1.500 8.500 10.000 Per Kilogram2. Incinerator/Pembakaran Sampah Medis 3.750 21.250 25.000 Per Kilogram3. Pelayanan Rekam Medik

a. Penelitian dari Luar RS Pemerintah 2.250 12.750 15.000 Per Bulanb. Penelitian dari Luar RS Swasta 3.000 17.000 20.000 Per Bulan

4. Pelatihan Karyawan Per Oranga. RS Pemerintah 70.000 130.000 200.000 Per Bulanb. RS Swasta 87.500 162.500 250.000 Per Bulan

5. Praktik Kerja Lapangan (PKL) Per Oranga. Siswa/Mahasiswa Kesehatan Swasta 24.500 45.500 70.000 Per Bulanb. Siswa/Mahasiswa Kesehatan Negeri 17.500 32.500 50.000 Per Bulanc. Siswa/Mahasiswa Non Kesehatan 8.750 16.250 25.000 Per Buland. Mahasiswa Kedokteran Negeri 70.000 130.000 200.000 Per Bulane. Mahasiswa Kedokteran Swasta 122.500 227.500 350.000 Per Bulan

6. Penelitian/Surveya. Siswa 7.500 42.500 50.000 Per Bulanb. Mahasiswa Kesehatan 18.000 102.000 120.000 Per Bulanc. Mahasiswa Non Kesehatan 12.000 68.000 80.000 Per Buland. Mahasiswa Kedokteran 21.000 119.000 140.000 Per Bulane. Karyawan Sektor Non Kesehatan 15.000 85.000 100.000 Per Bulan

179

Page 180: bupati barito utara

f. Karyawan Sektor Kesehatan 18.000 102.000 120.000 Per Bulang. Pasca Sarjana Non Kesehatan 19.500 110.500 130.000 Per Bulanh. Pasca Sarjana Kesehatan 22.500 127.500 150.000 Per Bulani. Doktoral (S-3) Non Kesehatan 22.500 127.500 150.000 Per Bulanj. Doktoral (S-3) Kesehatan 25.000 150.000 175.000 Per Bulan

7. Sewa Ruangan Per M2 3.750 21.250 25.000 Per Bulan8. Sewa Ruangan Pertemuan dengan Fasilitas

Standar 22.500 127.500 150.000 Per Hari

9. Sewa Ruangan Tanpa Fasilitas 11.250 63.750 75.000 Per Hari10. Sewa Audio Visual 4.500 25.500 30.000 Per Hari11. Sewa LCD 7.500 42.500 50.000 Per Jam12. Sewa Laptop 5.250 29.750 35.000 Per Jam13. Sewa LCD + Laptop 11.250 63.750 75.000 Per Jam14. Space Iklan (Billboard) 30 cm x 60 cm 37.500 212.500 250.000 Per Bulan15. Space Iklan (Audio Visual) 67.000 382.500 450.000 Per Bulan

b. Rawat InapNo.

Jenis Pemeriksaan Non Kontras

Ruangan

KetVIP Kelas I/ICU Kelas II Kelas III

Sarana Pelaya-nan Total Sarana Pelaya-

nan Total Sarana Pelaya-nan Total Sarana Pelaya-

nan Total

1. Ekstremitas Atas 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan2. Ekstremitas

Bawah 70.000 70.000 140.000 60.000 60.000 20.000 50.000 50.000 100.000 40.000 40.000 80.000 Per Ekspose atau tindakan

3. Thorax 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose atau tindakan

4. Abdomen 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose atau tindakan

5. Cranium 56.875 56.875 113.750 48.750 48.750 97.500 40.625 40.625 81.250 32.500 32.500 65.000 Per Ekspose atau tindakan

6. Pelvis 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose atau tindakan

7. Vertebrata Cervicalis 56.875 56.875 113.750 48.750 48.750 97.500 40.625 40.625 81.250 32.500 32.500 65.000 Per Ekspose

atau tindakan8. Thoraco Lumbal 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan9. Thoracal 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan10. Lumbal 61.250 61.250 22.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan11. Lumbo Sacral 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan12. Waters 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan13. Mandibula 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan14. SPN 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan15. Clavicula 61.250 61.250 122.500 52.500 52.500 105.000 43.750 43.750 87.500 35.000 35.000 70.000 Per Ekspose

atau tindakan16. Panoramic 87.500 87.500 175.000 75.000 75.000 150.000 62.500 62.500 125.000 50.000 50.000 100.000 Per Ekspose

atau tindakan17. Dental 52.500 52.500 105.000 45.000 45.000 90.000 37.500 37.500 75.000 30.000 30.000 60.000 Per Ekspose

atau tindakan18. TMJ 56.875 56.875 113.750 48.750 48.750 97.500 40.625 40.625 81.250 32.500 32.500 65.000 Per Ekspose

atau tindakan

Jasa Pelayanan : Jasa Sarana : 50% : 50%Jasa konsultasi Dokter Umum : Rp. 10.000/eksposeJasa konsultasi Dokter Spesialis : Rp. 12.000/ekspose

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADAPUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DAN JARINGANNYA

No Jenis Kegiatan Total Biaya ( Rp ) Perincian biaya

Sumber Daya

180

Page 181: bupati barito utara

Jasa Pelayanan

80 %(Rp)

Jasa Sarana 20 %(Rp)

1 2 3 4 5 6

1 Administrasi Pendaftaran setiap kali kunjungan

1000 800 200 Petugas Kartu & TU

2 Pelayanan Rawat Jalan :Pelayanan Pasien Rawat Jalan untuk satu kali Kunjungan

2.500 2000 500Pelaksana Pelayanan

3 Tindakan Pelayanan Kesehatan :a. Tindakan Bedah Minor - Lipo kecil- Lipoma sedang- Lipoma besar- Veruca Simple / Cupuluk- Circulasi Gips Tangan- Circulasi Gips Tungkai- Reposisi Faktur Tertutup / patah tulang- Kista Dermoid Kecil / Gelembung Kecil- Kista Dermoid Sedang- Verucca Multiple- Penariulum dilanjutkan Ectracsi Kuku- Eksisi / Abses- Hecting Kecil ( 1-5 jahitan )- Hecting > 5 jahitan (ditambah)- Katerisasi- Pemasangan Infuse- Vena Seksi- Crcum Cici- Spooling Telinag- Corpus Alorum- Hecting Off- Tindakan Luka ( Rawat Luka )- Resusitasi Dewasa

Per tindakan50.00060.00075.00050.00050.000 50.000 50.000 50.000 60.000

100.00025.000 10.00010.000

7.5005.000

5.000100.00050.000

5.0005.000

10.0005.000

15.000

40.00048.00060.00040.00040.000

40.00040.000 40.000 48.000 80.00020.0008.0008.0006.0004.0004.000

80.00040.0004.0004.0008.0004.000

12.000

10.00012.00015.00010.00010.000

10.00010.000 10.000 12.000 20.0005.0002.0002.0001.5001.0001.000

20.00010.0001.0001.0002.0005.0003.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan

Kesehatan yang terkait

181

Page 182: bupati barito utara

b. Tindakan Gigi Dan Mulut :- Pembersihan karang gigi satu kali

kunjungan perawatan- Penambalan per gigi.- Pencabutan gigi tanpa penyulit untuk satu

kali kunjungan.- Pencabutan gigi dengan penyulit untuk

satu kali kunjungan- Hecting off ( Buka Jahitan )

c. Tindakan Kesehatan Ibu Dan Anak- Manual Pacenta- Resusitasi Bayi- Hecting Off ( Buka Jahitan )- Pertolongan persalinan oleh tenaga

bidan.- Pertolongan persalinan oleh tenaga

dokter.- Perawatan ibu bersalin perhari.- Perawatan bayi lahir normal perhari.- Perawatan bayi lahir prematur perhari.

10.000

10.00015.000

25.000

10.000

100.00025.00010.000

350.000

500.000

10.00010.00025.000

8.000

8.00012.000

20.000

8.000

80.00020.0008.000

280.000

400.000

8.0008.000

20.000

2.000

2.0003.000

5.000

2.000

20.0005.0002.000

70.000

100.002

2.0002.0005.000

4 Pemeriksaan Laboratorium 8.000 6.400 1.600 Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

5 Permintaan visum et repertum - Visum pemeriksaan luka - Visum pada mayat.

50.000250.000

40.000200.000

10.000500.00

Petugas/Pelaksana Pelayanan

Kesehatan yang terkait

6 Penggunaan Ambulance / Mobil PuskesmasJarak 5 km dari Puskesmas

A. Dalam Kota - Jam Kerja ( 07.00 – 14.00 )- Diluar Jam Kerja ( 14.00 – 07.00 )

B. Luar Kota

75.000100.000

75.000+(4.500/ Km)

60.00080.000

……….

15.00020.000

……….

Petugas / Pelaksana Pelayanan

Kesehatan yang terkait

182

Page 183: bupati barito utara

7 RAWAT INAP DI PUSKESMAS / Hari- Rekam Medik- Kamar Perawatan + Makan - Asuhan Keperawatan- Visite Dokter Umum- Farmasi- Gizi / Juru Masak

1.00020.0005.00010.0002.5002.500

800-5.00010.0002.5002.500

2.00020.000----

Petegas TU-PerawatDokterApotekerPetugas Gizi

Total 41.000 20.800 20.200 Per Hari

8 Lain – Lain Pelayanan Kesehatan :

- Pemeriksaan Kesehatan untuk Melanjutkan pendidikan / Diklat

- Pemeriksaan Kesehatan untuk Melamar Pekerjaan

- Pemeriksaan Kesehatan untuk Membuat SIM

- Pemeriksaan Kesehatan untuk Calon Haji pertama

5.000

7.500

7.500

15.000

4.000

6.000

6.000

12.000

1.000

1.500

1.500

3.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

TARIF PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN KABUPATEN BARITO UTARA

183

Page 184: bupati barito utara

A. PEMERIKSAAN KUALITAS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN

No Jenis KegiatanTotal Biaya

( Rp )

Perincian Biaya

Sumber DayaJasa

Pelayanan 80 %

(Rp)

Jasa Sarana 20 %(Rp)

1 2 3 4 5 6

1 A I R .

FISIKA : Bau Jumlah Zat Padat terlarut KekeruhanRasaSuhuWarna

KIMIA : Air raksaArsenikKadmiumKromium ( Valensi 6 ) Sianida

FlouridaNitrat ( sebagai NO3 )Nitrat ( sebagai NO2 )Kesadahan Besi ManganPHSulfatSengDeterjenClorine

BAKTERIOLOGIS :

MPN ColiformMPN E. Coli

8.1009.1001.3501.3501.3509.100

27.00019.00019.00027.00022.500

8.0008.0008.0008.0008.0008.0008.000

13.50013.50013.500

9.000

27.00027.000

6.4807.2801.0801.0801.0807.820

21.60015.20015.20021.60018.000

6.4006.4006.4006.4006.4006.4006.400

10.80010.80010.800

7.200

21.60021.600

1.6201.820

270270270

7.820

5.4003.8003.8005.4004.500

1.6001.6001.6001.6001.6001.6001.6002.7002.7002.7001.200

5.4005.400

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

2 MAKANAN DAN MINUMAN.

KIMIA :

184

Page 185: bupati barito utara

PewarnaPemanisPengawetBahan tambahan lainnya

BAKTERIOLOGIS :

MPN CaliformMPN E. Coli

27,50027,50027,50027,500

40.50040.500

22.00022.00022.00022.000

32.40032.400

5.5005.5005,5005,500

8.1008.100

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KLINIK

No Jenis KegiatanTotal Biaya

( Rp )

Perincian Biaya

Sumber Daya

Jasa Pelayanan 80

%(Rp)

Jasa Sarana 20 %(Rp)

1 2 3 4 5 6

1 HEMOTOLOGI .DL (darah Lengkap )Hemoglobin Leokosit Diffcount EritrositHematokritRetikulositGolongan DarahC.T.B.T

10.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000

5.000 5.000 5.000 5.000

8.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000

4.000 4.000 4.000 4.000

2.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

2 IMUNOLOGI . Widal TestP S T

20.000

20.000

16.00016.000

4.0004.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

3 PARASITOLOGI.Analisis Tinja ( Faces Lengkap )DDR Malaria

10.000 10.000

8.000 8.000

2.000 2.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

4 MIKROBIOLOGI.BTANeiseria gonococciPewarn gram

10.000 10.000 10.000

8.000 8.000 8.000

2.000 2.000 2.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

185

Page 186: bupati barito utara

5 URINALISA.Urine LengkapAlbuminGlukoseUrobilinogenBilirubinPHNitritEtonSedimen

10.0001.3001.3001.3001.3001.3001.3001.3005.000

8.0001.0401.0401.0401.0401.0401.0401.0404.000

2.000260260260260260260260

1.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

6 KIMIA DARAH .Uric AcidGlucosa CholesterolTrigliserinaHDLLDLUreumCreatininBUNSGOTSGPTBilirubin TotalBilirubin DirectBilirubin IndirectAlbuminTotal ProteinGlobilin

15.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.00015.000

12.00012.00012.80012.40012.40012.40012.00012.00012.00012.00012.00012.00012.00012.00012.00012.00012.000

3.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.0003.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

C. PEMERIKSAAN KIMIA KHUSUS

No Jenis KegiatanTotal Biaya

( Rp )

Perincian Biaya

Sumber Daya

Jasa Pelayanan

80 %(Rp)

Jasa Sarana 20 %(Rp)

186

Page 187: bupati barito utara

1 2 3 4 5 6

1.

2.

3.

4.

5.

HBa1C

T4 ( Thirocxin )

HBsAb ( Anti HBs )

HBsAg

CRP

50.000

50.000

50.000

50.000

50.000

40.000

40.000 40.000 40.000

40.000

10.000 10.

000 1

0.000 10.

000

10.000

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

D. PEMERIKSAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, PREKURSOR DAN ZAT ADIKTIF.

No Jenis KegiatanTotal Biaya

( Rp )

Perincian Biaya

Sumber Daya

Jasa Pelayanan

80 %(Rp)

Jasa Sarana 20 %(Rp)

1 2 3 4 5 6

1.

2

3

4

Methamphetamin Strip

Benzodiazepine Strip

Cocain Strip

Morphine Strip

37.500

37.500

37.500

37.500

30.000

30.000

30.000

30.000

7.500 7.5

00 7

.500 7.5

00

Petugas / Pelaksana Pelayanan Kesehatan yang terkait

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN IIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

A. Besarnya Tarif Retribusi Persampahan dan Kebersihan :1. Hotel/Penginapan/Barak :

187

Page 188: bupati barito utara

a. Hotel Melati Rp. 50.000,-/bulan

b. Penginapan Rp. 20.000,-/bulan

c. Barak Rp. 10.000,-/bulan

2. Restoran atau Rumah Makan :

a. Restoran/Cafe Rp. 40.000,-/bulan

b. Rumah Makan/Pedagang Makanan/Minuman/Warung Seafood Tenda yang

bersifat menetap Rp. 40.000,-/bulan

3. Usaha Kesehatan :

a. Tempat Praktek Dokter, Panti Pijat, Salon Kecantikan, Apotik, Klinik sampai

dengan luas 4 x10m dikenakan tarif Rp. 60.000,-/bulan

b. Rumah Sakit Rp. 500.000,-/bulan

c. Puskesmas dan sarana Kesehatan lainnya Rp. 50.000,-/bulan

4. Kantor Pusat Bisnis/Perusahaan :

a. Kantor seperti : PT, CV, Travel/Biro Perjalanan, Distributor, Agen, Bank tarif Rp.

60.000,-/bulan

b. Kantor Jenis Usaha Menengah dan Kecil dengan luas sampai dengan 40 m²

Rp. 40.000,-/bulan, kantor dengan luasannya lebih dari 40 m² Rp.

60.000,-/bulan

5. Retribusi Kebersihan untuk Jasa dan Perdagangan :

a. Usaha Jasa, atau Perdagangan,Toko, Kios Rp. 30.000,-/bulan, dengan luasan

lebih 40 m² Rp. 60.000,-/bulan

b. Usaha Jasa dan Perdagangan berupa tenda, meja, gerobak, hamparan dan

lainnya dikenakan tarif Rp. 20.000,-/bulan

c. Pedagang Buah baik berupa musiman/mobil dan atau menetap dikenakan tarif

Rp. 60.000,-/bulan

B. Retribusi Kebersihan untuk Pemukiman/Perumahan :

1. Meliputi Jalan Protokol, Daerah Perdagangan yaitu :

a. Perumahan Bertingkat, Perumahan DPRD, dan Perumahan Pejabat Eselon II

tarif Rp. 7.500,-/bulan

188

Page 189: bupati barito utara

b. Untuk Rumah Biasa Rp. 5.000,-/bulan

2. Jalan Gang yaitu :

a. Rumah Bertingkat Rp. 5.000,-/bulan

b. Rumah Biasa Rp. 4.000,-/bulan

3. Jalan Desa yaitu :

a. Rumah Bertingkat Rp. 4.000,-/bulan

b. Rumah Biasa Rp. 3.000,-/bulan

C. Pengangkutan Sampah Industri bukan Bahan Beracun dan bukan Bahan Beracun

Berbahaya :

1. Sampah Kering (kaleng, plastik, dll) Rp. 35.000,-/m³

2. Sampah Basah (sisa makanan, sayuran, dll) Rp. 25.000,-/m³

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIASNYAH

LAMPIRAN IIIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KTP DAN AKTA CATATAN SIPIL

NO. JENIS PELAYANAN BIAYA (Rp) KETERANGAN

1 2 3 4I BIAYA PENDAFTARAN PENDUDUK

A.

B.

C.

Biodata Penduduk

Kartu Keluarga1. WNI2. Orang Asing

Kartu Tanda Penduduk Elektronik

Tidak dipungut biaya

10.00050.000

25.000II BIAYA PELAYANAN PENYELENGGARAAN PENCATATAN

SIPIL

189

Page 190: bupati barito utara

A. KUTIPAN KEDUA DAN SETERUSNYA AKTA KELAHIRAN1. Penerbitan kutipan ke-2 (dua) dan seterusnya

Warga Negara Indonesia Warga Negara Asing

25.00050.000

B. AKTA KEMATIAN1. Pencatatan dan Penerbitan Kutipan Akta Kematian

- WNI- WNA

2. Penerbitan Kutipan ke-2 (dua) dan seterusnya pada kematian- WNI- WNA

15.000100.000

25.000100.000

C. AKTA PERKAWINAN1. Pencatatan dan Penerbitan kutipan Akta Perkawinan WNI

- Pelaporan 0 s/d 60 hari- Pelaporan diatas 60 hari (terlambat)

2. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perkawinan WNA- Pelaporan 0 s/d 60 hari- Pelaporan diatas 60 hari (terlambat)

3. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perkawinan Campuran- Pelaporan 0 s/d 60 hari- Pelaporan diatas 61 hari (terlambat)

65.000165.000

100.000215.000

215.000315.000

D. AKTA PERCERAIAN1. Pencatatan dan penerbitan kutipan akta perceraian yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap- WNI- WNA

2. Penerbitan Kutipan ke-2 (dua) dan seterusnya pada perceraian- WNI- WNA

100.000200.000

100.000200.000

E. AKTA PENGAKUAN ANAK1. Penerbitan Kutipan Akta pengakuan anak

- WNI- WNA

200.000500.000

F. SALINAN AKTA CATATAN SIPL1. Penerbitan salinan akta kelahiran

- WNI- WNA

2. Penerbitan salinan akta perkawinan- WNI- WNA

3. Penerbitan salinan akta perceraian- WNI- WNA

4. Penerbitan salinan akta kematian- WNI- WNA

5. Penerbitan salinan akta pengakuan, pengesahan dan pengangkatan anak- WNI- WNA

10.00075.000

25.000100.000

50.000100.000

75.000100.000

100.000200.000

190

Page 191: bupati barito utara

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN IVPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN UMUM

No. Jenis Kendaraan Tarif (Rp)

1. Kendaraan Truck dengan Gandengan 20.000

2. Kendaraan truck fuso 15.000

3. Kendaraan Truck 9.000

4. Kendaraan Mobil Bus/Box 5.000

5. Kendaraan Mobil Sedan, Pick Up dan Kendaraan lainnya 2.000

6. Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan dan

sejenisnya 1.000

191

Page 192: bupati barito utara

BUPATI BARITO UTARA,Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN VPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

No. JENIS RETRIBUSI TARIF RETRIBUSI (Rp) LOKASI PASAR KETERANGAN

1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Barito Permai Blok A, B, C dan G2. Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Barito Permai Blok A, B, C dan G3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 110.000/Perbulan Barito Permai Blok A, B, C dan G

JUMLAH 140.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Barito Permai Blok D dan F2. Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Barito Permai Blok D dan F3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 100.000/Perbulan Barito Permai Blok D dan F

JUMLAH 130.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Barito Permai Blok E Strategis2. Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Barito Permai Blok E Strategis3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 120.000/Perbulan Barito Permai Blok E Strategis

JUMLAH 150.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Barito Permai Kios2. Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Barito Permai Kios3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 100.000/Perbulan Barito Permai Kios

JUMLAH 130.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok B Strategis2. Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok B Strategis3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 110.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok B Strategis

JUMLAH 130.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok B 2. Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok B 3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 100.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok B

JUMLAH 130.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok G / Los

192

Page 193: bupati barito utara

2. Retribusi Pelayanan Pasar 12.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok G / Los3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 25.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok G / Los

JUMLAH 42.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok D dan F2. Retribusi Pelayanan Pasar 20.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok D dan F3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 25.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok D dan F

JUMLAH 50.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok A, E,I,J,K dan L2. Retribusi Pelayanan Pasar 20.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok A, E,I,J,K dan L3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 45.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok A, E,I,J,K dan L

JUMLAH 70.000/Perbulan1.

Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Pendopo Blok C dan Kios H,M, N, O, P

2.Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Pasar Pendopo

Blok C dan Kios H,M, N, O, P

3.Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 45.000/Perbulan Pasar Pendopo

Blok C dan Kios H,M, N, O, P

JUMLAH 75.000/Perbulan

1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Bebas Banjir

Blok/Kios A,B,D,E, F,G,H

2. Retribusi Pelayanan Pasar 20.000/Perbulan Pasar Bebas Banjir Blok/Kios A,B,D,E3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan

30.000/Perbulan Pasar Bebas Banjir Blok/Kios A,B,D,E, F,G,H

JUMLAH 55.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Bebas Banjir Blok /Kios C2. Retribusi Pelayanan Pasar 12.000/Perbulan Pasar Bebas Banjir Blok/ Kios C 3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 25.000/Perbulan Pasar Bebas Banjir Blok/ Kios C

JUMLAH 42.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok A, E,I,J,K dan L2. Retribusi Pelayanan Pasar 30.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok A, E,I,J,K dan L3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 45.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok A, E,I,J,K dan L

JUMLAH 80.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok /Kios A,B dan C2. Retribusi Pelayanan Pasar 25.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok /Kios A,B dan C3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 45.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok /Kios A,B dan C

JUMLAH 75.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok D dan Los A2. Retribusi Pelayanan Pasar 30.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok D dan Los A3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 30.000/Perbulan Pasar Dermaga Blok D dan Los A

JUMLAH 65.000/Perbulan1. Retribusi Pelayanan Kebersihan 5.000/Perbulan Pasar Dermaga Los B,C,D,E,G2. Retribusi Pelayanan Pasar 12.000/Perbulan Pasar Dermaga Los B,C,D,E,G3. Retribusi Sewa Tanah dan Bangunan 25.000/Perbulan Pasar Dermaga Los B,C,D,E,G

JUMLAH 42.000/Perbulan

BUPATI BARITO UTARA

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

193

Page 194: bupati barito utara

LAMPIRAN VIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

A. Pengujian Kendaraan Bermotor di Darat1. Jasa Ketatausahaan

Formulir Permohonan Rp. 2.500,- / Buku

Buku Uji Rp. 10.000,- / Buku

Plat Uji Rp. 5.000,- / Plat

Tanda Uji Rp. 13.000,- / Tanda

2. Pengujian Pertama Kali (6 bulan Pertama sejak didaftarkan)

Mobil Penumpang Roda 4 Rp. 25.000,- / Buah

Mobil Bus JBB s/d 7 ton Rp. 28.000,- / Buah

Mobil Bus JBB di atas 7 ton Rp. 35.000,- / Buah

Mobil Barang JBB s/d 2 ton Rp. 25.000,- / Buah

Mobil Barang JBB s/d 7 ton Rp. 25.000,- / Buah

Mobil Barang JBB di atas 7 ton Rp. 40.000,- / Buah

Mobil Angkutan Berat Rp. 45.000,- / Buah

3. Pengujian Berkala setiap 6 (enam) bulan

Mobil Penumpang Roda 4 Rp. 30.000,- / Buah

194

Page 195: bupati barito utara

Mobil Bus JBB s/d 7 ton Rp. 33.000,- / Buah

Mobil Bus JBB di atas 7 ton Rp. 40.000,- / Buah

Mobil Barang JBB s/d 2 ton Rp. 30.000,- / Buah

Mobil Barang JBB s/d 7 ton Rp. 30.000,- / Buah

Mobil Barang JBB di atas 7 ton Rp. 35.000,- / Buah

Mobil Angkutan Berat Rp. 45.000,- / Buah

4. Pengujian Penghapusan :

Mobil Penumpangan Umum roda 4 Rp. 30.000.- /Buah

Mobil Bus dengan JBB s/d 7 Ton Rp. 33.000,- /Buah

Mobil Bus dengan JBB 7 Ton ke atas Rp. 40.000,- /Buah

Mobil Barang dengan JBB s/d 2 Ton Rp. 30.000,- /Buah

Mobil Barang dengan JBB 7 Ton ke atas Rp. 35.000,- /Buah

Kendaraan Roda 2 Rp. 20.000,- /Buah

5. Lain-lain

Penggantian Tanda Uji berkala rusak/hilang Rp. 15.000 1 Set

Uji Asap ( Emisi Gas Buang ) Rp. 20.000 1 Periodik

B. Pengujian Kendaraan Bermotor Diatas Air1. Surat ukur kapal

GT ≤ 7 = Rp 50.000 ( selama tidak ada perubahan)

2. Registrasi/pas kapal

GT ≤ 7 = Rp 30.000 selama 1 tahun

3. Sertifikat kesempurnaan kapal

GT ≤ 7 = Rp 50.000 selama 1 tahun

4. Tanda selar

GT ≤ 7 = Rp 30.000 ( selama masih terpasang)

BUPATI BARITO UTARA,195

Page 196: bupati barito utara

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN VIIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

RETRIBUSI CETAK PETA

PETA DASAR DAN TEMATIK HASIL OLAHAN SKPD TEKNISNo. Ukuran Kertas Tarif/Lembar

1.

2.

3.

4.

5.

A4

A3

A2

A1

A0

Rp 500.000,-

Rp1.000.000,-

Rp2.000.000,-

Rp3.000.000,-

Rp4.000.000,-

PETA RENCANA TATA RUANG KABUPATEN BARITO UTARA

No. Ukuran KertasTarif /lembar

Kertas Hitam Putih (Grayscale) Kertas berwarna

1.

2.

3.

4.

5.

A4

A3

A2

A1

A0

Rp. 25.000,-

Rp. 50.000,-

Rp. 75..000,-

Rp100.000,-

Rp125.000,-

Rp 75.000

Rp 125.000

Rp 175.000

Rp 225.000

Rp 275.000

BUPATI BARITO UTARA,Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

196

Page 197: bupati barito utara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 9 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI JASA USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah;

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka perlu ditinjau kembali beberapa Peraturan Daerah yang tergolong dalam Retribusi Jasa Umum untuk dilakukan penyesuian berdasarkan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan dengan memperhatikan potensi daerah;

c. bahwa sesuai ketentuan pasal 156 ayat (1), Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa sebagaimana berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c perlu menetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

197

Page 198: bupati barito utara

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);

9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

198

Page 199: bupati barito utara

12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1985 tentang Kewenangan Penyidikan terhadap Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3304);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3724);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2000 tentang Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 160, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4001);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4227);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2002 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4240);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

199

Page 200: bupati barito utara

23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);

26. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi kewenangan Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 2 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1);

29. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja PerangkatDaerah Kabupaten Barito Utara (lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 3 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 );

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA

dan

BUPATI BARITO UTARA200

Page 201: bupati barito utara

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA.

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Barito Utara.2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Barito Utara5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barito Utara.6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Perpajakan daerah sesuai

dengan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku.7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja

Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Barito Utara.8. Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Barito Utara.9. Jasa adalah Kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang

menyebabkan barang, fasilitas dan kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

10. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi yang dipungut atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

11. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pungutan daerah atas pemakaian kekayaan milik pemerintah daerah.

12. Terminal adalah Prasarana Transportasi Jalan untuk keperluan memuat dan menurunkan orang dan/atau barang serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum yang merupakan suatu wujud simpul jaringan transportasi.

13. Retribusi Terminal adalah pungutan daerah atas pemanfaatan/penggunaan fasilitas terminal yang disediakan oleh pemerintah daerah.

14. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.15. Tempat Khusus Parkir adalah Fasilitas parkir diluar badan jalan di wilayah daerah

Kabupaten Barito Utara.16. Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pungutan daerah atas

pemanfaatan/penggunaan tempat khusus parkir yang disediakan oleh pemerintah daerah.

201

Page 202: bupati barito utara

17. Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.

18. Pelabuhan adalah tempat terdiri dari daratan dan perairan laut dan perairan pedalaman (sungai dan danau) disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan atau bongkar muat barang dan fasilitas penunjang yang dilengkapi dangan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan atau moda transportasi.

19.Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angina atau tunda termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis dibawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.

20. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah pungutan daerah atas jasa pelayanan kepelabuhanan yang disediakan oleh pemerintah daerah.

21. Retribusi Penjualan Produksi Daerah adalah pungutan daerah atas penjualan produksi usaha daerah oleh pemerintah daerah.

22. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

23. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

24. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SPdORD, adalah Surat yang digunakan oleh subyek dan atau wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang.

25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

26. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD, adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

27. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar,yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

202

Page 203: bupati barito utara

retribusi karena jumlah kredit retribusi yang lebih besar daripada retribusi yang terutang atau yang seharusnya tidak terutang.

29. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subyek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada wajib retribusi serta pengawasan penyetorannya.

BAB IIJENIS RETRIBUSI

Pasal 2

Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari :a. retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;b. retribusi Terminal;c. retribusi Tempat Khusus Parkir;d. retribusi Pelayanan Kepelabuhanan; dane. retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

Bagian KesatuRetribusi Pemakaian Kekayaan Daerah

Paragraf 1Nama, Objek,Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 3

Dengan nama retribusi pemakaian kekayaan daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemakaian kekayaan daerah.

Pasal 4

Objek retribusi adalah jasa pelayanan pemakaian kekayaan daerah yangdisediakan oleh pemerintah daerah meliputi:a. tanah;b. bangunan atau gedung;c. kendaraan;d. alat berat;alat uji/Laboratorium ke PU-an, alat ukur/Survey dan bengkel;e. peralatan laboratorium lingkungan; danf. fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.

Pasal 5

203

Page 204: bupati barito utara

(1) Subjek Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa kekayaan daerah.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi pemakaian kekayaan daerah, termasuk pemungut atau pemotong retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa pemakaian kekayaan daerah diukur berdasarkan pada jenis kekayaan daerah,frekuensi pemakaian, dan jangka waktu pemakaian yang ditetapkan.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah didasarkan pada tujuan untuk memperolah keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan pemakaian kekayaan daerah tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar

Paragraf 4Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 8

Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah, sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeduaRetribusi Terminal

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 9

204

Page 205: bupati barito utara

Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan terminal, baik terminal angkutan orang maupun angkutan barang, terminal bongkar muat barang.

Pasal 10

(1) Objek Retribusi adalah penyediaan fasilitas terminal angkutan penumpang maupun angkutan barang oleh Pemerintah Daerah, berupa pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, penyediaan tempat parkir untuk bongkar muat barang, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya dilingkungan terminal.

(2) Dikecualikan dari Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah terminal yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara,Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

Pasal 11

(1) Subjek Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan terminal dan fasilitasnya.

(2) Subjek Retribusi sebagaiman dimaksud dalam pasal (1) merupakan Wajib Retribusi Terminal,termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 12

Tingkat penggunaan jasa retribusi terminal diukur berdasarkan frekuensi pemakaian, jenis kendaraan angkutan penumpang umum dan/atau barang, dan jangka waktu pemakaian fasilitas terminal.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 13

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Terminal didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan terminal tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Paragraf 4Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 14205

Page 206: bupati barito utara

Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KetigaRetribusi Tempat Khusus Parkir

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 15

Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat khusus parkir.

Pasal 16

Objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan tempat parkir di Tempat Khusus Parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

Pasal 17

(1) Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Tempat Khusus Parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi Tempat Khusus Parkir, Termasuk pemungut atau pemotong Retribusi .

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 18

Tingkat penggunaan jasa dari retribusi tempat khusus parkir diukur berdasarkan frekuensi pemakaian, jenis lahan parkir, lama pemakaian dan jenis kendaraan,serta sarana dan prasarana yang digunakan.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 19

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif Retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

206

Page 207: bupati barito utara

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila penyediaan fasilitas tempat parkir khusus yang dimiliki dan/atau dikelola Pemerintah Daerah dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Paragraf 4Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 20

Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeempatRetribusi Pelayanan Kepelabuhanan

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 21

Dengan nama Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan Kepelabuhanan di Pelabuhan milik Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 22

(1) Objek Retribusi adalah penyediaan fasilitas Kepelabuhanan oleh Pemerintah Daerah.(2) Dikecualikan dari Objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

pelabuhan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara,Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

Pasal 23

(1) Subjek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa Kepelabuhanan.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi Pelayanan Kepelabuhan,termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

207

Page 208: bupati barito utara

Pasal 24

Tingkat Penggunaan Jasa diukur berdasarkan jenis pelayanan, frekuensi penggunaan layanan, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam memberikan pelayanan.

Paragraf 3Prinsif dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 25

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan Tarif Retribusi pelayanan kepelabuhanan didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila pengelolaan pelabuhan tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Paragraf 4Struktur Dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 26

Struktur dan besarnya tarif retribusi adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KelimaRetribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Paragraf 1Nama, Objek, Subjek dan Wajib Retribusi

Pasal 27

Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Daerah, dipungut retribusi atas penjualan hasil Produksi Usaha Pemerintah Daerah.

Pasal 28

(1) Objek Retribusi Penjualan Produksi Daerah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Pasal 29

208

Page 209: bupati barito utara

(1) Subjek Retribusi Penjualan Produksi Daerahadalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa Penjualan Produksi Usaha Daerah.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 30

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan volume produksi yang dihasilkan, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan produksi usaha Daerah.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam PenetapanTarif Retribusi

Pasal 31

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan Tarif Retribusi pelayanan kepelabuhanan didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah keuntungan yang diperoleh apabila penyelenggaraan penjualan produksi daerah tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 32

Struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 33

(1) Tarif retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.(3) Perubahan tarif Retribusi sebagai akibat peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB IIIWILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI

209

Page 210: bupati barito utara

Pasal 34

Retribusi yang terutang dipungut diwilayah Kabupaten Barito Utara.

BAB IVPENDAFTARAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 35

(1) Wajib Retribusi diwajibkan mengisi SPdORD.(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar, dan

lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.(3) SPdORD yang telah diisi oleh Wajib Retribusi sebagaiman dimaksud pada ayat (2)

merupakan bukti pendaftaran objek Retribusi.(4) Bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 36

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana Pasal 35, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk menetapkan Retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk karcis,kupon, atau kartu langganan.

(3) Bentuk, isi, dan tata cara penertiban SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VTATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN

Pasal 37

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen yang dipersamakan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 36.

(2) Tata cara pemungutan retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 38

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak

diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.210

Page 211: bupati barito utara

(3) Pembayaran Retribusi dilakukan melalui Bendahara Penerimaan pada SKPD yang bersangkutan.

(4) Seluruh penerimaan retribusi yang diterima oleh Bendahara Penerima harus disetorkan ke Rekening Kas Daerah.

(5) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.

(6) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 39

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan Pembebasan retribusi.(2) Pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi, antara lain untuk mengangsur.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembahasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VISANKSI ADMINISTRASI

Pasal 40

Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang di bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB VIITATA CARA PENAGIHAN

Pasal 41(1) Apabila wajib Retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang terutang

sampai saat jatuh tempo pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang tersebut dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis.

(2) Pengeluaran STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo.

(3) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis diterima Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.

211

Page 212: bupati barito utara

(4) Penagihan Retribusi terutang sebagaiman dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.

(5) Tata cara pelaksanaan penagihan Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VIIIKEBERATAN

Pasal 42(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang

ditunjuk.(2) Keberatan di ajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan

yang jelas.(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi

harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal

SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 43

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB IXPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 44

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

212

Page 213: bupati barito utara

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.

Pasal 45(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis

kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan:a. nama dan alamat Wajib Retribusi;b. masa retribusi;c. besarnya kelebihan pembayaran; dand. alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

Pasal 46(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah

Membayar Kelebihan Retribusi.(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XKEDALUARSA PENAGIHAN

Pasal 47

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika :a. diterbitkan Surat Teguran, atau;b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak

langsung.(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaiman dimaksud pada ayat (2) huruf a,

kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya.

213

Page 214: bupati barito utara

(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Pasal 48

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIPENYIDIKAN

Pasal 49

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik dibidang retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat berwenang sesuai dengan peraturan perundangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah.

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;

214

Page 215: bupati barito utara

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;j. menghentikan penyidikan; dank. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan

dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIIKETENTUAN PIDANA

Pasal 50

(1) Setiap orang atau badan hukum yang karena kelalaiannya tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) adalah pelanggaran.(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetorkan ke Kas Negara.

BAB XIIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka:a. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 08 Tahun 1996 tentang Retribusi

Pemeriksaan dan Pemotongan Hewan Pemeriksaan dan Penjualan Daging Dalam Wilayah Kabupaten Daerah TK.II Barito Utara.

b. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 05 Tahun 2000 tentang Retribusi Terminal Angkutan Penumpang dan Barang;

c. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 06 Tahun 2000 tentang Retribusi Terminal Angkutan Penumpang dan Barang;

d. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 09 Tahun 2000 tentang retribusi Tempat Tambat kapal di Kabupaten Barito Utara.

e. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 05 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 09 Tahun 1999 tentangRetribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; dan

f. Semua Peraturan Bupati / Keputusan Bupati yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

215

Page 216: bupati barito utara

Pasal 52

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal 30 Desember 2011

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAHDiundangkan di Muara Tewehpada tanggal 30 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATENBARITO UTARA,

Cap/ttd

BAMBANG EDHY PRAYITNO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TAHUN 2011 NOMOR 9

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 9 TAHUN 2011

TENTANGRETRIBUSI JASA USAHA

II. UMUMBahwa Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara yang mengatur tentang

retribusi telah ditetapkan pada beberapa Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Selain itu, dengan memperhatikan beberapa ketentuan retribusi dalam Perda dan

216

Page 217: bupati barito utara

Peraturan Bupati dimaksud belum sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kiranya perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu, dan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah hal sangat tepat bahwa keberadaan beberapa Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang retribusi dimaksud dimaksud perlu segera disesuaikan.

Bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah yang relatif penting guna membiayai pelaksanaan pelayanan dan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat dalam kerangka Otonomi Daerah, agar tercipta peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta dunia usaha, sekaligus memberikan iklim yang kondusif bagi perekonomian Daerah.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kepada Daerah masih diberikan kewenangan untuk melakukan pemungutan Retribusi Jasa Usaha dengan menganut prinsip komersial terhadap pemanfaatan/penggunaan kekayaan Daerah yang belum dilaksanakan secara optimal serta sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Pemungutan retribusi jasa usaha harus disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, baik terhadap substansi dan materi Peraturan Daerahsebagai implementasi kebijakan Daerah dibidang pungutan daerah yang diatur didalam Undang-Undang dimaksud, sehingga diharapkan pelaksanaan pemungutan dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki dan berada di wilayah Kabupaten Barito Utara.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s.d. 46Cukup Jelas

Pasal 47Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Huruf a

Kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.

Huruf bPengakuan utang retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

217

Page 218: bupati barito utara

Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Ayat (3) s.d ayat (5) Cukup Jelas

Pasal 48 s.d. 52 Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 5

LAMPIRAN IPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dari Sewa Rumah Dinas Pemda, Rumah Dinas Guru, Rumah Dinas Kesehatan/Paramedis di Ibu kota Kabupaten

a. Non Permanen

No. KelasRumah Daerah

KetetapanTarif RetribusiBaru / Bulan

218

Page 219: bupati barito utara

1.2.3.4.5.6.7.8.

Type 21 dengan luas 21 m2Type 36 dengan luas 36 m2Type 45 dengan luas 45 m2Type 50 dengan luas 50 m2Type 54 dengan luas 54 m2Type 63 dengan luas 63 m2Type 70 dengan luas 70 m2Type 70 m2 keatas

Rp. 20.000,-Rp. 25.000,-Rp. 30.000,-Rp. 35.000,-Rp. 40.000,-Rp. 45.000,-Rp. 50.000,-Rp. 100.000,-

b. Semi Permanen (bahan Bangunan Kayu dan Beton)

No. KelasRumah Daerah

KetetapanTarif RetribusiBaru / Bulan

1.2.3.4.5.6.7.8.

Type 21 dengan luas 21 m2Type 36 dengan luas 36 m2Type 45 dengan luas 45 m2Type 50 dengan luas 50 m2Type 54 dengan luas 54 m2Type 63 dengan luas 63 m2Type 70 dengan luas 70 m2Type 70 m2 keatas

Rp. 30.000,-Rp. 40.000,-Rp. 50.000,-Rp. 60.000,-Rp. 70.000,-Rp. 80.000,-Rp. 90.000,-Rp. 125.000,-

c. Permanen (Bahan Bangunan Kayu dan Beton )

No. KelasRumah Daerah

KetetapanTarif RetribusiBaru / Bulan

1.2.3.4.5.6.7.8.

Type 21 dengan luas 21 m2Type 36 dengan luas 36 m2Type 45 dengan luas 45 m2Type 50 dengan luas 50 m2Type 54 dengan luas 54 m2Type 63 dengan luas 63 m2Type 70 dengan luas 70 m2Type 70 m2 keatas

Rp. 40.000,-Rp. 50.000,-Rp. 60.000,-Rp 70.000,-Rp 80.000,-Rp 90.000,-Rp 100.000,-Rp. 150.000,-

d. Bahan Bangunan Beton Rumah Sangat Sederhana (RSS)

No KelasRumah Daerah

KetetapanTarif RetribusiBaru / Bulan

219

Page 220: bupati barito utara

1.2.3.4.5.6.7.8.

Type 21 dengan luas 21 m2Type 36 dengan luas 36 m2Type 45 dengan luas 45 m2Type 50 dengan luas 50 m2Type 54 dengan luas 54 m2Type 63 dengan luas 63 m2Type 70 dengan luas 70 m2Type 70 m2 keatas

Rp. 20.000,-Rp. 25.000,-Rp. 30.000,-Rp 35.000,-Rp 40.000,-Rp 45.000,-Rp 50.000,-Rp 75.000,-

2. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dari Sewa Rumah Dinas PEMDA, Rumah Dinas Guru, Rumah Dinas Kesehatan/ Paramedis di Luar Ibu Kota Kabupaten.

a. Non Permanen ( Bahan Bangunan Kayu)

No KelasRumah Daerah

KetetapanTarif Retribusi

Baru / Bulan (Rp)1.2.3.4.5.6.7.

Type 21 dengan luas 21 m2Type 36 dengan luas 36 m2Type 45 dengan luas 45 m2Type 50 dengan luas 50 m2Type 54 dengan luas 54 m2Type 63 dengan luas 63 m2Type 70 dengan luas 70 m2

10.000,-15.000,-20.000,-25.000,-30.000,-35.000,-40.000,-

b. Semi Permanen ( Bahan Bangunan Kayu dan Beton)

NoKelas

Rumah Daerah

KetetapanTarif RetribusiBaru / Bulan

1.2.3.4.5.6.7.

Type 21 dengan luas 21 m2Type 36 dengan luas 36 m2Type 45 dengan luas 45 m2Type 50 dengan luas 50 m2Type 54 dengan luas 54 m2Type 63 dengan luas 63 m2Type 70 dengan luas 70 m2

15.000,-20.000,-25.000,-30.000,-35.000,-40.000,-45.000,-

c. Permanen No Kelas Ketetapan

220

Page 221: bupati barito utara

Rumah Daerah Tarif RetribusiBaru / Bulan (Rp)

1.2.3.4.5.6.7.

Type 21 dengan luas 21 m2Type 36 dengan luas 36 m2Type 45 dengan luas 45 m2Type 50 dengan luas 50 m2Type 54 dengan luas 54 m2Type 63 dengan luas 63 m2Type 70 dengan luas 70 m2

20.000,-25.000,-30.000,-35.000,-40.000,-50.000,-55.000,-

3. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dari Penggunaan Gedung/Bangunan,sewa kendaraan Roda 4, tenda, kursi lipat dan sound System sebagai berikut :

a. Sewa gedung

No. Nama BarangTARIF RETRIBUSI

KeteranganPER HARI / Rp ≥ 1 HARI

1 2 3 4 51.

2.

3

Gedung Balai Antang:- Untuk Kegiatan Rapat/ Pertemuan- untuk Kegiatan PestaRumah Betang- Ruang Rapat- Tempat Tidur

Arena Terbuka Tiara Batara- Khusus untuk kegiatan

Hiburan/show music/konser

600.000,-1.000.000,-

300.000,-20.000,-/org

600.000,-1. 500.000,-

500.000,-850.000,-

250.000,-

500.000,-

Tarif diluar biaya Kebersihan

Untuk tiara Batara diluar Biaya Lampu pada malam Hari

221

Page 222: bupati barito utara

b. Sewa Kendaraan Roda 4No Jasa Kendaraan Tarif Keterangan

1

2

Bus dan Truk

- Dalam kota Muara Teweh

- Diluar Kota Muara Teweh

Mini Bus

- Dalam kota Muara Teweh

- Diluar Kota Muara Teweh

Rp 100.000,-/hari

Rp 150.000,-/hari

Rp 50.000,-/hari

Rp 100.000,-/hari

Tarif belum termasuk BBM dan Biaya Lainnya

c. Sewa Pemakaian Tanah Daerah/Meter Persegi/Bulan :1. Di Ibu Kota Kabupaten

- Untuk Usaha Rp. 3000

- Untuk sosial dan kemasyrakatan Rp. 1.500

2. Di ibu kota kecamatan/kelurahan/Desa

- untuk usaha Rp. 1.500

- untuk sosial dan kemsyarakatan Rp. 500

d. Fasilitas Penunjang Lainnya

No Barang Tarif Keterangan

1.

2.

3.

Tenda

Kursi

Sound system

Rp150.000,-/ buah

Rp 500,-/buah

Rp 300.000,-/buah

Tarif diluar biaya angkut

4. Struktur dan besarnya tarif retribusi pemakaian alat Laboratorium untuk penelitian kualitas lingkungan dan pengambilan contoh uji adalah sebagai berikut :

222

Page 223: bupati barito utara

a. Alat pengambil contoh air / water sampler Rp. 25.000,-/ hari

b. Alat pengambil contoh udara / air sampler Rp. 75.000,-/hari

c. Alat pengambil contoh tanah / soil sampler Rp. 25.000,-/hari

d. Alat pengambil contoh benthos Rp. 75.000,-/hari

e. Alat pengambil contoh plankton Rp. 75.000,-/hari

f. Botol contoh ( kaca), kapasitas 250 ml Rp. 5.000,-/hari

g. Botol contoh (kaca) kapasitas 500 ml Rp. 5.000,-/hari

h. Botol contoh (kaca) kapasitas 1000 ml Rp. 5.000,-/hari

i. Botol contoh (plastic), kapasitas 250 ml Rp. 3.000,-/hari

j. GPSRp. 100.000,-/hari

5. Struktur dan besarnya tarif retribusi pemakaian Kekayaan Daerah di Pelabuhan :

NO JENIS PEMAKAIAN SEMPADAN SUNGAI BESARNYA TARIF (Rp)

KETERANGAN

1.

2.

Tanah untuk bangunan di atas air,bangunan Industri,tambat labuh kapal,terminal khusus, stock file dan logpond :a. Tepi air dalam-dangkal sungai dihitung s/d

jarak 35 m kedalam (terminal khusus)b. tepi air dalam-dangkal sungai dihitung s/d

35 m kedalam (tambat labuh kapal dan logpond)

Tanah untuk bangun-bangunan kepentingan lainnya, pada tepi air dalam-dangkal sungai dihitung s/d jarak 35 m kedalam :a. pontoon dan tongkang terapung (tetap)b. penginapan/warung/tokoc. kantor/perumahan swasta/ perusahaan

5.000,-

2.500,-

2.000,-1,000,-2.000,-

- per m2 / tahun

Per m2/tahun

- per m2 / tahun - per m2 / tahun - per m2 / tahun

RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH UNTUK SEWA ALAT BERAT ALAT UJI/LABORATORIUM KE-PU-AN, PENGUKURAN/SURVEY DAN PERBENGKELAN

a. SEWA ALAT BERAT

223

Page 224: bupati barito utara

Nom

or Jenis Alat Berat & Alat Angkutan

Tarif Sewa

KeteranganPer Jam(Rp)

Per Hari(Rp)

Per Bulan(Rp)

UNTUK UMUR ALAT BERAT YANG BERADA DIBAWAH TAHUN 2006 Tidak berubah

1. BULDOZER ( case ) 119.200,00 834.400,0

0 20.860.000,

00

2. MOTOR GRADER 96.500,00 675.500,0

0 16.887.500,

00

3. WHEEL LOADER ( TCM )

81.300,00 569.100,00 14.227.500,00

4. TYRE ROLLER 8-10 Ton

68.000,00 476.000,00 11.900.000,00

5. TREE WHEEL ROLLER

37.700,00 263.900,00 6.597.500,00

6. TANDEM ROLLER 2,5 Ton

23.400,00 163.800,00 4.095.000,00

7. DUMP TRUCK 22.100,00 154.700,00 3.867.500,00

8. PLATEBED TRUCK CRAME

15.000,00 105.000,00

2.625.000,00

9. VIBRATOR ROLLER 1 Ton

10.900,00 76.300,00 1.907.500,00

10. ASPHAL SPRAYER 6.600,00 46.200,00 1.155.000,00

11. PLATE TAMPER 1.900,00 13.300,00 332.500,00

12. EXCAVATOR 235.000,00 1.645.000,00 41.125.000,00

13. VIBRATOR ROLLER 12 Ton

210.000,00 1.470.000,00 36.750.000,00 Kap. 10-12 ton

14. MOBIL TRONTON ( 6 KM )

600.000,00 7.000,- / KM

UNTUK UMUR ALAT BERAT DI ATAS TAHUN 2006

1. BULL DOZER 321.400,0 .249.800,00 6.245.000,00

2. VIBRATORY COMPACTOR

171.350,0 1.199.450,00 29.986.250,00 Kap. 8 - 10 ton

3. CRUSHING PLAT 312.400,0 2.186.800,00 54.670.000,00

4. WHEEL LOADER 204.400,0 1.430.800,00 35.770.000,00

5. ALAT PEMOTONG ASPAL

3.000,0 21.000,00 525.000,00

6. AIR COMPRESSOR 45.500,0 318.500,00 7.962.500,00

224

Page 225: bupati barito utara

7. CHAIN SHAW 4.000,0 8.000,00 700.000,00

8. MESIN POTONG RUMPUT

1.000,0 7.000,00 175.000,00

9. PLATE/STAMPER 5.000,0 35.000,00 875.000,00

- SEWA TERSEBUT DI ATAS TIDAK TERMASUK BIAYA BAHAN BAKAR SERTA BIAYA-BIAYA LAINNYA.

B. UNTUK ALAT UJI/LABORATORIUM KE-PU-AN, PENGUKURAN/SURVEY DAN PERBENGKELAN

No Jenis Pemeriksaan Alat Yang Digunakan

Jumlah Tarif (Rp) Ket.

I. PERALATAN UJI TANAH

1. CBR (California Bearing Ratio) lapangan dengan Field CBR Test 1 set 30.000,00 Per titik

menggunakan pembebanan secara manual,

pengujian daya dukung tanah untuk jalan

2. CBR lapangan dengan alat DCP untuk mengetahui Dinamic Cone 1 set 50.000,00 Per titik

daya dukung tanah jalan: Penetrometer

3. Bor tangan untuk pengambilan semple tanah bawah permukaan Hand Boring 1 set

50.000,00 Per meter

4. Pengujian batas cair tanah Liquid Limit Test 1 set 25.000,00

Per sample/uji

5. Pengujian batas flastis tanah Plastic Limit Test 1 set 25.000,00

Per sample/uji

6. Analisa saringan butiranbutiran tanah Sieve Analysis 1 set 40.500,00

Per sample/uji

7. Pengujian pemadatan tanah :

a. Standar Compection Test set 1 set 100.000,00

Per sample/uji

b. Modified 100.000,00

8. Pengujian daya dukung tanah di laboratorium :

a. Standar Laboratory CBR Test 1 set

100.000,00

Per sample/uji

b. Modified 100.000,00

9. Pengujian kepadatan tanah di lapangan : Sand Cone Test set 1 set 50.000,00 Per titik

10. Pengujian kadar air dengan alat Speedy Miture Test 1 set 25.000,00 Per titik

11. Pengujian kadar air secara manual Pemanasan Oven 1 set 25.000,00

Per sample/uji

12. Pengujian daya dukung tanah untuk fondasi Sondir ringan 2,5 T 1 set 350.000,00 Per titik

II. PERALATAN UJI AGREGAT

1. Analisa Saringan Batu Sieve Analysis 1 set 40.500,00

Per sample/uji

225

Page 226: bupati barito utara

2. Pengujian berat jenis :

A. Berat jenis kasar Absortion fine 1 set 30.000,00

Per sample/uji

B. Berat jenis halus Aggregat Test set 1 set 35.000,00

Per sample/uji

3. Pengujian kadar Pasir Sieve Analysis 1 set 30.000,00

Per sample/uji

4. Pengujian kadar Lumpur 1 set 25.000,00

Per sample/uji

5. Pengujian kadar Organis Dalam Pasir 1 set 25.000,00

Per sample/uji

6. Pengujian Indeks Kepipihan : Standar ukuran 1 set 5.000,00 Per sample/uji

7. Pengujian Berat isi 1 set 25.000,00

Per sample/uji

8. Pengujian bidang persentase bidang pecah 1 set 15.000,00

Per sample/uji

9. Pengujian Keausan aggregate Los Angeles Abration 1 set

75.000,00

Per sample/uji

Machines Impact Tester

10. Pengujian Impact Tester Sieve Analysis 1 set 30.000,00

Per sample/uji

III. PERALATAN UJI BETON

1. Analisa Saringan Batu Absortion Fine 1 set 40.500,00

Per sample/uji

2. Pengujian berat jenis : Aggregat Test Set

A. Berat jenis Kasar 1 set 30.000,00

Per sample/uji

B. Berat Jenis Halus 1 set 35.000,00

Per sample/uji

3. Pengujian Kadar Pasir Sand Equivalent Test Set 1 set

30.000,00

Per sample/uji

4. Pengujian Kadar Lumpur Sieve Analysis 1 buah 25.000,00

Per sample/uji

5. Pengujian Kadar Organis Dalam Pasir 1 buah 25.000,00

Per sample/uji

6. Pengujian Indeks Kepipihan : Standar ukuran 1 set 15.000,00

Per sample/uji

7. Pengujian berat isi : Sieve Analysis 1 set 25.000,00

Per sample/uji

8. Pengujian Bidang persentase bidang pecah Los Angeles Abration 1 buah

10.000,00

Per sample/uji

9. Pengujian Keausan Agregat Impact Tester 1 set 60.000,00

Per sample/uji

10. Pengujian Impact Tester Compressor Machine Electric 1 set

30.000,00

Per sample/uji

11. Pengujian Beton Setelah Pengecoran Standar Ukuran 1 set 35.000,00

Per sample/uji

12. Pengujian Kekentalan Beton Slump Test Set 1 set 21.000,00

Per sample/uji

13. Kubus Beton Cube Mold 1 buah 15.000,00 Per hari

14. Pengujian Beton di Lapangan Hand Hammer Tester 1 set

25.000,00

Per segmen (5 titik)

226

Page 227: bupati barito utara

IV. PERALATAN MARSHAL TEST

1. Analisa Saringan Batu Sieve Analysis 1 set 40.500,00

Per sample/uji

2. Kadar Air Campuran Analysis 1 set 35.000,00

Per sample/uji

3. Ektraksi Campuran Axtrac Tester 1 set 30.000,00

Per sample/uji

4. Berat Isi Campuran Analysis 1 set 15.000,00

Per sample/uji

5. Berat Jenis Campuran Analysis 1 set 30.000,00

Per sample/uji

6. Diamond Bith Core Drilling Machine 1 set

75.000,00 Per titik

7. Pengujian Perlekatan Batu terhadap Aspal Analysis 1 set 25.000,00 Per titik

8. Penetrasi Aspal Analysis 1 set 25.000,00 Per 1 kali

V. ASPAL

1. Penetrasi Aspal Analysis 1 set 25.000,00

Per sample/uji

2. Kelelehan Analysis 1 set 30.000,00

Per sample/uji

3. Dakti litas Analysis 1 set 25.000,00

Per sample/uji

4. Berat jenis Analysis 1 set 25.000,00

Per sample/uji

VI. PERALATAN PERBENGKELAN

1.Pemakaian peralatan perbengkelan, terinci dalam lingkup

a. Pekerjaan Ringan Ls 1 set 15.000,00 per kegiatan

b. Pekerjaan Sedang Ls 1 set 20.000,00 per kegiatan

c. Pekerjaan Berat Ls 1 set 25.000,00 per kegiatan

VII. PERALATAN PENGUKURAN (SURVEY )

1. Optical Theodolite Ls 1 set 75.000,00 per kegiatan

2. Digital Theodolite Ls 1 set 100.000,00 per kegiatan

3. Automatic Level Ls 1 set 50.000,00 per kegiatan

4. GPS dan Kompas Ls 1 set 75.000,00 per kegiatan

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

227

Page 228: bupati barito utara

LAMPIRAN IIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA

RETRIBUSI TERMINAL

1. Tarif Retribusi Angkutan penumpang Umum untuk sekali masuk terminal ditetapkan sebagai berikut :

a. Mobil Bus antar Kota Rp. 2.000,-

b. Mobil Bus Angkutan Pedesaan Rp. 1.500,-

c. Mobil Penumpang antar Kota Rp. 1.500,-

d. Mobil Penumpang Angkutan Pedesaan Rp. 1.500,-

e. Mobil Bus antar kota, antar provinsi Rp. 10.000

2. Tarif Retribusi Angkutan barang untuk sekali masuk terminal dan/atau bongkar muat barang ditetapkan sebagai berikut :

a. Mobil Truk/Mobil Box Rp. 5.000

b. Mobil Tanki/Mobil Trailer Rp.10.000

(Roda enam keatas)

c. Mobil Pick Up/Mobil Box Rp. 2.000,-

(Roda empat)

3. Tarif Retribusi penggunaan fasilitas terminal sebagai tempat usaha/kios dan jasa lainnya, ditetapkan sebagai berikut :

a. Tempat Usaha :

Ukuran 3 x 3 m sebesar Rp. 45.000,- (Empat Puluh Lima Ribu Rupiah)/bulan

Ukuran 3 x 6 m sebesar Rp. 90.000,- (Sembilan Puluh Ribu Rupiah)/Bulan

Ukuran 3 x 9 m sebesar Rp. 135.000,- ( Seratus Tiga Puluh Lima Ribu Rupiah)/Bulan

Gerobak dorong/ tenda sebesar Rp. 2.000,-/ sekali pakai

b. Tempat Parkir Pengantar/Penjemput, untuk sekali parkir :

Kendaraan Roda 4 atau lebih Rp. 2.000,-

Kendaraan Roda 2 Rp. 1.000,-228

Page 229: bupati barito utara

c. Toilet/Kamar Mandi Umum Rp. 1.000-/ sekali pakai

4. Tarif retribusi penumpang pengguna fasilitas terminal,setiap penumpang yang berpergian melalui terminal ditetapkan perorang Rp. 1.000,-

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN IIIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA

229

Page 230: bupati barito utara

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

No. Jenis Kendaraan

Jenis Lahan Tempat Parkir

Taman Parkir

1 kali parkirPelataran Gedung

1.

2.Kendaraan Truk Dengan Gandengan

20.000,- 20.000,- 30.000,-

2. Kendaraan Truk 15.000,- 15.000,- 20.000,-

3. Kendaraan Mobil Bus/ box 5.000,- 5.000,- 10.000,-

4. Kendaraan Mobil Sedan, Pick Up, dan Kendaraan Lainnya

2.000,- 2.000,- 4.000,-

5. Sepeda Motor, Sepeda Motor Gandengan,dan Sejenisnya

1.000,- 1.000,- 2.000,-

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN IVPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASAUSAHA

STRUKTUR BESARAN TARIF RETRIBUSI JASA KEPELABUHAN

NO NAMA / OBYEK RETRIBUSI BESARAN (Rp) KETERANGAN

230

Page 231: bupati barito utara

1. Retribusi Penumpang . Rp. 1.000 / Penumpang 1 X Jalan

2. Bongkar Muat Barang. Rp. 10.000 / Ton 1 X Jalan

3. Bongkar Muat Hewan

- Sapi, Kerbau Rp. 10.000 / Ekor - Kambing , Babi Rp. 5.000 / Ekor

- Ayam, Itik, Entok, dst Rp. 500 / Ekor

4. Penumpukan Barang. Rp. 10.000 / Ton/Malam

5. Retribusi Tambat, Labuh

Sandar Kapal Sungai

- Motor Getek / Taxi Motor Rp. 2.000 / Etmal

- Kapal Barang ≤ Ton Rp. 3.000 / Etmal

- Kapal Barang ≥ 6-15 Ton Rp. 5.000 / Etmal

- Kapal Barang ≥ 16-30 Ton Rp. 7.000 / Etmal

- Kapal Barang ≥ 31 Ton Rp. 10.000 / Etmal

6. Retribusi Tambat Labuh Kapal Laut

- Tongkang 1000-2000 Rp. 100.000 / Etmal

- Tongkang ≥ 2000-3000 Rp. 150.000 / Etmal

- Tongkang ˃ 3000-5000 Rp. 200.000 / Etmal

- Tongkang ˃ 5000-7000 Rp. 250.000 / Etmal

7. Bongkar Muat Kendaraan Bermotor

- Alat Berat, Excavator, Loader, Bulldozer, Greader, Vibrator, dll.

Rp. 50.000

- Tronton, Trailler, Long Beach, Fuso, dll

Rp. 25.000

- Dump Truck, Tank Truck, Truck, dll. Rp. 10.000

- Alat Mekanis, Drilling/Boring, Generator / Genset, Water Pump, dll.

Rp. 50.000

- Ban Excavator, Loader,Greader, dll Rp. 20.000 - Ban Logging, Ban Trailler, Ban

Long Beach,dllRp. 15.000

- Ban Dump Truck, Fuso dan Sejenisnya

Rp. 10.000

8. Parkir Kendaraan Bermotor. - Alat Berat, Excavator, Loader,

Bulldozer, Greader, Vibrator, dll.Rp. 20.000

- Tronton, Trailler, Long Beach (roda enam keatas)

Rp. 15.000

- Dump Truck. Tank Truck, Truck (roda enam )

Rp. 10.000

- Mobil Ranger (Double Cabin) dan sejenisnya

Rp. 5.000

231

Page 232: bupati barito utara

- Mobil L300, Star Wagon, Pick Up, Sedan dan sejenisnya

Rp. 3.000

- Sepeda Motor dan sejenisnya Rp. 1.000

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN VPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA

RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

A. BIDANG PERIKANANNo JENIS PRODUKSI BESAR TARIF (Rp) KETERANGAN

1 Benih Ikan

a. Harga Benih Ikan Lele

232

Page 233: bupati barito utara

Ukuran 1 - 3 cm

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

b. Harga Benih Ikam Mas

Ukuran 1 - 3 cm

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

c. Harga benih Ikan Nila Merah

Ukuran 1 - 3 cm

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

d. Harga Benih Ikan Nila Gift

Ukuran 1 - 3 cm

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

e. Harga Benih Ikan Jelawat

Ukuran 1 - 3 cm

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

f. Harga Benih Ikan Patin

Ukuran 1 - 3 cm

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

g. Ikan Gurame

Ukuran 1 - 3 cm

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

Ukuran 8 – 12 cm

h. Harga Benih Ikan Betok/Papuyu

Ukuran 1 - 3 cm

150

250

300

150

250

350

150

250

350

150

250

350

350

500

1.000

350

500

1.000

250

500

1.000

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

Perekor

233

Page 234: bupati barito utara

Ukuran 3 - 5 cm

Ukuran 5 – 8 cm

200

350

550

Perekor

Perekor

Perekor

2 Calon Indukan

a. Harga benih Ikan Lele

b. Harga Benih Ikan Mas

c. Harga Benih Ikan Nila Merah

d. Harga Benih Ikan Nila Gift

e. Harga Benih Ikan Jelawat

f. Harga benih ikanpatin

g. Harga benih ikan baung

h. Harga benih ikan gurame

i. Harga benih ikan betok/papuyu

20.000

25.000

20.000

25.000

45.000

35.000

25.000

35.000

40.000

PerKg

PerKg

PerKg

PerKg

PerKg

PerKg

PerKg

PerKg

PerKg

B. PERTANIANNo. JENIS PRODUKSI BESARNYA TARIF

(Rp) KETERANGAN

1 Durian (okulasi) Tinggi Tanaman 40 cm Tinggi Tanaman 35 cm Tinggi tanaman 20 – 30 cm

35.00030.00020.000

Perbatang

2 Rambutan Tinggi tanaman 40 cm 15.000 perbatang

3 Manggis (sambung) Tinggi tanaman 25 cm 15.000 perbatang

4 Sawo Tinggi tanaman 30-40 cm 15.000 perbatang

234

Page 235: bupati barito utara

5 Jeruk (Okulasi) Tinggi tanaman 40 cm 15.000 perbatang

6 Jeruk Purut ( Okulasi) Tinggi tanaman 25 cm 35.000 perbatang

7 Kedondong (stek) Tinggi tanaman 50 cm 75.000 perbatang

8 Jambu air (okulasi) Tinggi tanaman 40 cm 50.000 perbatang

9 Belimbing ( okulasi) Tinggi tanaman 40 cm 35.000 perbatang

10 Kasturi (okulasi) Tinggi tanaman 30 cm 35.000 perbatang

11 Mangga (sambung/okulasi) Tinggi tanaman 30 cm 25.000 perbatang

C. PETERNAKAN

NO JENIS PRODUKSI BESARNYA TARIF (Rp) KETERANGAN

1 Ternak Bibita) Ayam buras

Jantan 4-6 bulan Betina 4-6 bulan DOC 1-7 hari Jantan 6-12 bulan Betina 6-12 bulan

b) Ayam ras petelur Induk apkir 18-24 bulan

c) Itik Jantan 4-6 bulan Betina 4-6 bulan DOC 1-7 hari

d) Telur Itik ayam

e) pupuk Pupuk Kandang

18.00015.00010.00020.00020.000

16.000

20.00018.00010.000

15.00012.000

15.000

PerKGPerKGPerekorPerKGPerKg

PerKg

PerKgPerKgPerekor

PerKgPerKg

Per zak

2 Ternak Kecila) Kambing PE

Jantan 12-18 bulan Betina 10-12 bulan

1.500.0001.000.000

PerekorPerekor

3 Ternak Besara) Sapi Bali

235

Page 236: bupati barito utara

Potong paksa Majir Tidak layak bibit

Rp. 1.000.000Rp 2.000.000Rp 1.500.000

PerekorPerekorPerekor

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANGRETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA,

Menimbang : a. bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah;

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka perlu ditinjau kembali beberapa Peraturan Daerah yang tergolong dalam Retribusi Jasa Umum untuk dilakukan penyesuian berdasarkan

236

Page 237: bupati barito utara

prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan dengan memperhatikan potensi daerah;

c. bahwa sesuai ketentuan pasal 156 ayat (1), Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Perizinan Tertentu.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

237

Page 238: bupati barito utara

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5025);

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1985 tentang Kewenangan Penyidikan terhadap Pelanggaran Lalu lintas dan Angkutan Jalan Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3304);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

238

Page 239: bupati barito utara

2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

20. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Wajib dan Pilihan Yang Menjadi kewenangan Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 2 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 1 );

21. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2008 Nomor 3 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 2 );

Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN BARITO UTARAdan

BUPATI BARITO UTARA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU.

BAB IKETENTUAN PENUTUP

Pasal 1

239

Page 240: bupati barito utara

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Barito Utara.2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah

Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dimaksud dalam Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

4. Bupati adalah Bupati Barito Utara.5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barito Utara.6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD adalah Satuan Kerja

Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Barito Utara.7. Kas Daerah adalah Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Barito Utara.8. Izin adalah Dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah berdasarkan peraturan yang

merupakan bukti legalitas menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.

9. Retribusi Perizinan Tertentu adalah Retribusi yang dipungut atas kegiatan Pemerintah Daerah dalam pemberian izin tertentu.

10. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan termasuk merubah bentuk bangunan.

11. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah izin tertulis yang diberikan dalam mendirikan/merubah bangunan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

12. Bangunan adalah bangunan-bangunan yang membentuk ruang tertutup seluruhnya atau sebagian beserta bangunan-bangunan lain yang berhubungan dengan bangunan itu.

13. Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan.

14. Merubah bangunan adalah pekerjaan mengganti dan menambah bangunan yang ada termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut.

15. Pemegang Izin adalah pemegang izin mendirikan bangunan (IMB) baik orang pribadi maupun badan yang namanya dicantumkan dalam surat izin mendirikan bangunan (IMB).

16. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol adalah pungutan daerah atas kegiatan pemerintah daerah dalam pemberian izin tempat penjualan minuman beralkohol.

17. Tempat penjualan Minuman Beralkohol adalah tempat kegiatan usaha Penjualan minuman beralkohol untuk dikonsumsi.

240

Page 241: bupati barito utara

18. Retribusi Izin Gangguan adalah pungutan Daerah atas pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di Daerah yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

19. Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau badan di Daerah yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan, tidak termasuk tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

20. Luas Ruang Usaha adalah luas lahan yang digunakan untuk kegiatan/usaha.21. Retribusi Izin Trayek adalah pembayaran atas pelayanan penerbitan dan atau

perpanjangan izin trayek bagi kendaraan angkutan orang yang beroperasi di jalan dengan kendaraan umum yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah.

22. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal.

23. Trayek tetap dan teratur adalah pelayanan angkutan orang yang dilakukan dalam jaringan trayek secara tetap dan teratur, dengan jadwal tetap dan tidak berjadwal.

24. Izin Trayek adalah izin yang memberikan hak dan kewajiban bagi pengusaha angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap dan teratur dalam batas wilayah Kabupaten Barito Utara.

25. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

26. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

27. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.

28. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

29. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

30. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

241

Page 242: bupati barito utara

retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

31. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

32. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.

33. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan.

34. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara obyektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan retribusi daerah.

35. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan penyidikan untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB IIJENIS RETRIBUSI

Pasal 2

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu terdiri dari :a. retribusi Izin Mendirikan Bangunan;b. retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol;c. retribusi Izin Gangguan; dand. retribusi Izin Trayek.

Bagian KesatuRetribusi Izin Mendirikan Bangunan

Paragraf 1Nama, Objek, Subyek dan Wajib Retribusi

Pasal 3

(1) Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin mendirikan bangunan.

(2) Tata cara pemungutan retribusi Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

242

Page 243: bupati barito utara

Pasal 4

(1) Objek Retribusi adalah pemberian izin untuk Mendirikan suatu Bangunan, meliputi kegiatan :a. peninjauan desain;b. pemantauan pelaksanaan pembangunan; danc. Pengawasan penggunaan bangunan.

(2) Objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk untuk bangunan milik Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

Pasal 5

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin Mendirikan Bangunan.

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 6

(1) Tingkat penggunaan jasa Retribusi Izin Mendirikan Bangunan diukur berdasarkan atas faktor perkalian koefisien luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, dan rencana kegunaan bangunan tersebut, yang ditetapkan dalam bobot sebagai berikut :a. Koefisien menurut hirarki Kota/Daerah

No. LOKASI BANGUNAN KOEFISIEN

1.2.3.4.

Bangunan di Ibukota KabupatenBangunan di kawasan perdaganganBangunan di Ibukota KecamatanBangunan di pedesaan

1,001,150,750,50

b. Koefisien Kelas JalanNo. LETAK BANGUNAN KOEFISIEN

243

Page 244: bupati barito utara

1.

2.3.

Bangunan dipinggir jalan utama antar kota, arteri dan jalan protokolBangunan di pinggir jalan antar lingkunganBangunan di pinggir jalan setapak/pedesaan

1,20

1,000,80

c. Koefisien Guna BangunanNo. GUNA BANGUNAN KOEFISIEN

1.2.3.

Bangunan komersialBangunan tidak komersialBangunan soaial

1,201,000,80

d. Koefisien Kelas Bangunan

No. KELAS BANGUNAN KOEFISIEN

1.2.3.

Bangunan permanenBangunan semi permanenBangunan tidak permanen

1,000,750,50

e. Koefisien Status Bangunan

No. STATUS BANGUNAN KOEFISIEN

1. Bangunan swasta 1,00

f. Koefisien Tingkat Bangunan

No. TINGKAT BANGUNAN KOEFISIEN

244

Page 245: bupati barito utara

g. Koefisien Luas Bangunan

No. LUAS BANGUNAN KOEFISIEN

1.

2.

3.

Bangunan dengan luas kurang dari 100 M2

Bangunan dengan luas 100 M2– 500 M2

Bangunan dengan luas lebih dari 500 M2

0,80

1,00

1,20

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

(2) Biaya penyelanggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif

Pasal 8

(1) Besar retribusi terutang dihitung berdasarkan perkalian tarif per m2 dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6.

(2) Tarif per m2 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeduaRetribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

Paragraf 1Nama,Objek, Subyek dan Wajib Retribusi

Pasal 9245

Page 246: bupati barito utara

(1) Dengan nama Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin Penjualan Minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

(2) Tata cara pemungutan retribusi izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 10

(1) Objek Retribusi adalah pemberian izin tempat Penjualan Minuman Beralkohol oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Minuman beralkohol terdiri dari 3 (tiga) golongan, yaitu :a. golongan A : Kadar Ethanol (C2H5OH) 1 % s/d 5 %;b. golongan B : Kadar Ethanol (C2H5OH) 5 % s/d 20 %; danc. golongan C : Kadar Ethanol (C2H5OH) 20 % s/d 55 %.

(3) Tempat Penjualan Minuman Beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :a. golongan A, di Hotel dan Restoran;b. golongan B, di Diskotik, Pub, Bar, dan Karaoke; danc. golongan C, ditempat penjualan lainnya yang tidak termasuk ke dalam kriteria

golongan A dan B.

Pasal 11

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.

(2) Subjek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 12

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan frekuensi penerbitan izin serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam melakukan pengawasan dan monitoring tempat penjualan minuman beralkohol di wilayah daerah.

Paragraf 3246

Page 247: bupati barito utara

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 13

(1) Prinsip yang dianut dalam struktur dan besarnya tarif retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

(2) Biaya penyelenggaran pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya :a. penerbitan dokumen izin, pembinaan, pengawasan dilapangan untuk

menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin, penegakan hukum atas usaha penjualan minuman beralkohol

b. penatausahaan dan evaluasi atas laporan pelaksanaan usaha penjulan minuman beralkohol yang meliputi aspek teknis, lingkungan dan ketertiban umum.

Paragraf 5Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 14

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol sebagaimana dimaksud ditetapkan sesuai lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KetigaRetribusi Izin Gangguan

Paragraf 1Nama, Objek, Subyek dan Wajib Retribusi

Pasal 15

(1) Dengan nama Izin Gangguan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan pemberian izin gangguan.

(2) Tata Cara pemungutan retribusi izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

247

Page 248: bupati barito utara

Pasal 16

(1) Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan kerja.

(2) Tidak termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat usaha/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

Pasal 17

(1) Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin Gangguan.(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi izin

Gangguan, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 18

(1) Tingkat penggunaan jasa ditetapkan berdasarkan perhitungan tarif berdasarkan Luas Usaha x Indeks Gangguan (IG) x Indeks Lokasi (IL) sebagai berikut :IL = Indeks Lokasi adalah angka indeks yang didasarkan pada klasifikasi jalan

dengan parameter :- Jalan Utama dengan nilai : 4- Jalan Sekunder dengan nilai : 3- Jalan Lingkungan dengan nilai : 2

IG = Indeks Gangguan adalah angka indeks besar, menengah dan kecil gangguan yang ditimbulkan berdasarkan jenis kegiatan usaha, dengan parameter :- Gangguan Besar dengan nilai : 4- Gangguan Menengah dengan nilai : 3- Gangguan Kecil dengan nilai : 2

(2) Jenis kegiatan usaha yang dikelompokan berdasarkan indeks Gangguan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 19

248

Page 249: bupati barito utara

(1) Prinsip yang dianut dalam struktur dan besarnya tarif retribusi Izin Gangguan didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

(2) Biaya penyelenggaran pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya :a. penerbitan dokumen izin, pembinaan, pengawasan dilapangan untuk

menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin dan penegakan hukum dari gangguan usaha yang di selenggarakan; dan

b. penatausahaan dan evaluasi atas laporan pelaksanaan usaha yang meliputi aspek teknis, lingkungan dan ketertiban umum.

Paragraf 4Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi

Pasal 20

Struktur dan besarnya tarif Izin Gangguan sebagaimana dimaksud ditetapkan sesuai lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeempatRetribusi Izin Trayek

Paragraf 1Nama,Objek, Subyek dan Wajib Retribusi

Pasal 21

(1) Dengan nama Retribusi Izin Trayek dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin trayek.

(2) Tata cara pemungutan retribusi izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 22

Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin oleh Pemerintah kepada Badan untuk menyediakan angkutan penumpang umum di darat pada suatu atau beberapa trayek tertentu, termasuk izin operasional dan izin insidentil, serta angkutan penumpang umum di sungai dan penyeberangan, yang seluruhnya berada dalam wilayah Daerah.

Pasal 23

(1) Subyek Retribusi Izin Trayek adalah Badan yang mendapat Izin Trayek dari Pemerintah Daerah.

249

Page 250: bupati barito utara

(2) Subjek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Wajib Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi.

Paragraf 2Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa

Pasal 24

Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan frekwensi penerbitan izin, jenis perizinan, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam melakukan pengawasan dan monitoring, serta pembinaan dalam penerbitan izin trayek di wilayah Daerah.

Paragraf 3Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi

Pasal 25

(1) Prinsip yang dianut dalam struktur dan besarnya tarif retribusi Izin Trayek didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin Trayek.

(2) Biaya penyelenggaran pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya :a. penerbitan dokumen izin, pembinaan, pengawasan dilapangan untuk

menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin dan penegakan hukum atas pelanggaran trayek yang di selenggarakan; dan

b. penatausahaan dan evaluasi atas laporan pelaksanaan usaha yang meliputi aspek teknis, lingkungan dan ketertiban umum.

Paragraf 5Struktur dan Besarnya Tarif Izin Trayek

Pasal 26

Struktur dan besarnya tarif Retribusi Izin Trayek sebagaimana dimaksud ditetapkan sesuai dengan lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 27

(1) Tarif Retribusi ditinjau paling lama 3 (tiga) tahun sekali.(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.(3) Perubahan tarif Retribusi sebagai akibat peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

250

Page 251: bupati barito utara

BAB IIIWILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI

Pasal 28

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Barito Utara.

BAB IVPEMUNGUTAN, PEMBAYARAN, KERINGANAN PEMBAYARAN

Pasal 29

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.

(3) SKPD yang ditunjuk untuk melaksanakan pemungutan Retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(4) Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.Pasal 30

(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus pada saat izin yang bersangkutan selesai dan diterima oleh Wajib Retribusi.

(2) Seluruh penerimaan Retribusi harus disetor ke Kas Daerah melalui Bendahara Penerima atau Bendahara Pembantu Penerimaan pada SKPD yang bersangkutan.

(3) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah :a. dalam Kota Muara Teweh 1 x 24 Jam; danb. diluar Kota Muara Teweh 1 x 48 Jam

(4) Bupati atas permohonan Wajib Retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran Retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan.

(5) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi, serta angsuran dan penundaan pembayaran akan diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 31(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi

Retribusi.(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi, antara lain untuk mengangsur.

(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

251

Page 252: bupati barito utara

BAB VMASA RETRIBUSI DAN SAAT TERUTANG RETRIBUSI

Pasal 32(1) Masa berlaku retribusi adalah jangka waktu pemanfaatan perizinan yang ditetapkan

dalam SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.(2) Retribusi terutang dalam masa retribusi terjadi sejak diterbitkannya SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan.

BAB VIPENAGIHAN

Pasal 33

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktu atau kurang bayar akan dikenakan sanski administrasi sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang tidak atau kurang bayar akan ditagih dengan menggunakan STRD.

Pasal 34

(1) Apabila Wajib Retribusi tidak membayar, atau kurang membayar retribusi terutang pada waktu yang telah ditetapkan, Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang terutang dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis.

(2) Pengeluaran STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarakan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis diterbitkan, Wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terutang.

(4) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan surat teguran.

(5) Tata cara pelaksanaan penagihan retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB IXKEBERATAN

Pasal 35

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia disertai dengan alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika wajib retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

252

Page 253: bupati barito utara

(4) Keadaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak atau kekuasaan wajib retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 36

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi jawaban ataupun sanggahan atas keberatan yang diajukan oleh wajib retribusi.

(2) Jawaban ataupun sanggahan bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi jawaban atau sanggahan keberatan yang diajukan tersebut dianggap menerima.

Pasal 37

(1) Jika Pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen ) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas ) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

BAB XPENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 38

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi,wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan,sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),harus memberikan jawaban atau sanggahan.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati dan pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu jawaban atau sanggahan, permohonan pengembalian pembayaran retribusi dianggap diterima dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

253

Page 254: bupati barito utara

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Bupati.

BAB XIKEDALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 39

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak terhitung saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :c. diterbitkan Surat Teguran, atau;d. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut.

(4) Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang retribusi dan belum melunasinya kepada pemerintah daerah.

(5) Pengakuan utang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Pasal 40

(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.

(2) Bupati menetapkan keputusan penghapusan retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIIPEMANFAATAN

Pasal 41

Pemanfaatan dari penerimaan retribusi dikembalikan melalui anggaran DPA SKPD yang bersangkutan dan digunakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan pemberian izin yang bersangkutan oleh Pemerintah Daerah yang penggunaannya diatur oleh Peraturan Bupati.

BAB XIII254

Page 255: bupati barito utara

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

Pasal 42

(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Bupati dengan melibatkan instansi terkait.

(2) Bupati melalui Kepala SKPD terkait berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah ini.

(3) Wajib retribusi yang diperiksa wajib:a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi

dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek retribusi yang terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan retribusi diatur dengan

Peraturan Bupati.

BAB XIVPENYIDIKAN

Pasal 43

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Barito Utara diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Barito Utara yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan

berkenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi;

c. sehubungan dengan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi;

255

Page 256: bupati barito utara

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan Daerah dan retribusi;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atauk. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di

bidang perizinan, perpajakan Daerah dan retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

BAB XVKETENTUAN PIDANA

Pasal 44

(1) Setiap orang atau badan hukum yang karena kelalaiannya tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran;(3) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disetorkan ke Kas Negara.

BAB XVIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 45

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka :a. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah TK.II Barito Utara Nomor 3 Tahun 1996 tentang

Perubahan Pertama kali Peraturan Daerah TK.II Barito Utara Nomor 3 Tahun 1988 tentang Ijin Mendirikan Bangunan (IMB);

256

Page 257: bupati barito utara

b. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 07 Tahun 1996 tentang Izin Usaha Angkutan dan Izin Trayek Dalam Wilayah Kabupaten Daerah TK. II Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah TK. II Barito Utara Tahun 1996 Seri B);

c. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 06 Tahun 2002 tentang Pengendalian dan Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkoholdi Kabupaten Barito Utara (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara Tahun 2002 Nomor 04 Seri C);

d. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara Nomor 12 Tahun 1989 tentang Izin Tempat Usaha (ITU) dan Izin Retribusi Izin Gangguan (HO);

e. Semua Peraturan Bupati / Keputusan Bupati yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Daerah yang mengatur tentang Retribusi Daerah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 46

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Barito Utara.

Ditetapkan di Muara Tewehpada tanggal 30 Desember 2011

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

Diundangkan di Muara tewehpada tanggal 30 Desember 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA,

Cap/ttd

BAMBANG EDHY PRAYITNO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARATAHUN 2011 NOMOR 10

257

Page 258: bupati barito utara

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARANOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANGRETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

III. UMUMBahwa Peraturan Daerah Kabupaten Barito Utara yang mengatur tentang

retribusi telah ditetapkan pada beberapa Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Selain itu, dengan memperhatikan beberapa ketentuan retribusi dalam Perda dan Peraturan Bupati dimaksud belum sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, kiranya perlu mendapatkan perhatian. Untuk itu, dan dengan telah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah hal sangat tepat bahwa keberadaan beberapa Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati tentang retribusi dimaksud perlu segera disesuaikan.

Bahwa retribusi daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah yang relatif penting guna membiayai pelaksanaan pelayanan dan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat dalam kerangka Otonomi Daerah, agar tercipta peningkatan pelayanan kepada masyarakat

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kepada Daerah masih diberikan kewenangan untuk melakukan pemungutan Retribusi Perizinan Tertentu untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan..

Pemungutan retribusi jasa Perizinan Tertentu harus disesuaikan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, baik terhadap substansi dan materi Peraturan Daerah sebagai implementasi kebijakan Daerah dibidang pungutan daerah yang diatur didalam Undang-Undang dimaksud, sehingga diharapkan dengan pemungutan retribusi Perizinan Tertentu dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkannya.

258

Page 259: bupati barito utara

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s.d. 38Cukup Jelas

Pasal 39Ayat (1)

Cukup Jelas

Ayat (2)Huruf a

Kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya Surat Teguran tersebut.

Huruf bPengakuan utang retribusi secara langsung adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh Wajib Retribusi.

Ayat (2) s.d ayat (5) Cukup Jelas

Pasal 40 s.d. 46 Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 6

LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

259

Page 260: bupati barito utara

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

A. Tarif Retribusi Izin Untuk Mendirikan Bangunan Baru1. Bangunan Tidak Komersial

a. Permanen :1) Bangunan Rp. 4.500/M2

2) Pagar Rp. 1.000/M2

3) Jembatan Rp. 2.500/M2

4) Turap Siring Rp. 1.000/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 1.000/M2

6) Bak/Tinja Rp. 3.500/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai Rp. 3.500/M2

b. Semi Permanen :1) Bangunan Rp. 2.500/M2

2) Pagar Rp. 1.000/M2

3) Jembatan Rp. 2.000/M2

4) Turap Siring Rp. 1.000/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 750/M2

6) Bak/Tinja Rp. 3.000/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai Rp. 2.500/M2

c. Tidak permanen :1) Bangunan Rp. 1.000/M2

2) Pagar Rp. 350/M2

3) Jembatan Rp. 1.000/M2

4) Turap Siring Rp. 350/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 350/M2

6) Bak/Tinja Rp. 1.000/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai Rp. 1.000/M2

260

Page 261: bupati barito utara

2. Bangunan Komersiala. Permanen :

1) Bangunan Rp. 7.000/M2

2) Pagar Rp. 5.000/M2

3) Jembatan Rp. 5.000/M2

4) Turap Siring Rp. 4.000/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 2.000/M2

6) Bak/Tinja Rp. 7.000/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai Rp. 7.000/M2

b. Semi Permanen :1) Bangunan Rp. 5.000/M2

2) Pagar Rp. 2.000/M2

3) Jembatan Rp. 4.000/M2

4) Turap Siring Rp. 2.000/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 1 500/M2

6) Bak/Tinja Rp. 5.000/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai Rp. 5.000/M2

c. Tidak permanen :1) Bangunan Rp. 2.000/M2

2) Pagar Rp. 600/M2

3) Jembatan Rp. 2.000/M2

4) Turap Siring Rp. 600/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 600/M2

6) Bak/Tinja Rp. 2.000/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai Rp. 2.000/M2

Selain bangunan yang bersifat tidak komersial dan komersial, retribusi digunakan juga pada :

a. Saluran air :1) Lebar : 0,28-0,40 M Rp. 500/M’

2) Lebar : 0,41-1,00 M Rp. 750/M’3) Lebar : 1,01-1,50 M Rp. 1.000/M’

4) Lebar : 1,50 M lebih Rp. 1.500/M’261

Page 262: bupati barito utara

b. Jalan :1) Jalan Aspal Kelas I Rp. 2.000/M’

2) Jalan Aspal Kelas II Rp. 1.750/M’3) Jalan Aspal Kelas III Rp. 1.500/M’

4) Jalan Batu Koral Rp. 750/M’

5) Jalan Paving Stone/sejenisnya Rp. 500/M’

c. Kolam :1) Kolam renang mewah Rp. 3.500/M2

2) Kolam renang biasa Rp. 2.500/M2

3) Kolam renang sederhana Rp. 2.000/M2

d. Pemasangan Pipa air/gas :1) Pemasangan pipa air Rp. 750/M’

2) Pemasangan pipa gas Rp. 1.250/M’

e. Pemasangan Tower/Tiang Listrik/Telepon dan Antena :1) Pemasangan tower Rp. 22.500/M’

2) Pemasangan tiang listrik Rp. 1.000/Btg3) Pemasangan tiang telepon Rp. 1.000/Btg4) Pemasangan antena :

- Permanen Rp. 750/M’- Tidak permanen Rp. 250/M’

f. Pemasangan Kabel :1) Kabel listrik dibawah tanah Rp. 500/M’2) Kabel listrik diatas tanah Rp. 750/M’3) Kabel telepon dibawah tanah Rp. 500/M’4) Kabel telepon diatas tanah Rp. 750/M’

g. Pemasangan Landasan Mesin :1) Beton bertulang Rp.

7.000/M3

2) Beton tidak bertulang Rp. 5.000/M3

h. Gorong-gorong Jembatan :

1) Gorong-gorong tunggal dibawah 70 cm Rp. 750/M’2) Gorong-gorong tunggal diatas 70 cm Rp. 1.000/M’3) Gorong-gorong plat beton tinggi 1 M Rp. 2.000/M’4) Gorong-gorong plat beton tinggi lebih 1 M Rp. 2.500/M’5) Jembatan plat lantai beton Rp. 3.000/M’6) Jembatan konstruksi baja Rp. 2.500/M2

7) Jembatan gelagar besi Rp. 2.000/M2

i. Tangki Air :262

Page 263: bupati barito utara

1) Volume 1 M3 s/d 3 M3 Rp. 10.000/Bh2) Volume 3 M3 ke atas Rp. 15.000/Bh

j. Tempat Tangki Minyak terpendam :1) Diameter 0 s/d 1 meter Rp. 4.000/M’2) Diameter 1 s/d 2 meter Rp. 5.000/M’3) Diameter 2 meter ke atas Rp. 7.000/M’

k. Bangunan Reklame : Rp. 7.000/M2

B. Tarif Retribusi Izin untuk merubah atau memperbaiki bangunan 1. Bangunan Tidak Komersial

a. Permanen :1) Bangunan

Rp. 2.500/M2

2) PagarRp. 1.500/M2

3) JembatanRp. 1.500/M2

4) Turap SiringRp. 1.000/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 500/M2

6) Bak/TinjaRp. 2.500/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai

Rp. 2.500/M2

b. Semi Permanen :1) Bangunan

Rp. 1.500/M2

2) PagarRp. 500/M2

3) JembatanRp. 1.000/M2

4) Turap SiringRp. 500/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 250/M2

6) Bak/TinjaRp. 1.500/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai

263

Page 264: bupati barito utara

Rp. 1.500/M2

c. Tidak permanen1) Bangunan

Rp. 500/M2

2) PagarRp. 250/M2

3) JembatanRp. 750/M2

4) Turap SiringRp. 250/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 250/M2

6) Bak/TinjaRp. 500/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai

Rp. 500/M2

2. Bangunan Komersiala. Permanen :

1) BangunanRp. 2.500/M2

2) PagarRp. 1.500/M2

3) JembatanRp. 1.500/M2

4) Turap SiringRp. 1.000/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 500/M2

6) Bak/TinjaRp. 2.500/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantaiRp. 2.500/M2

b. Semi Permanen :1) Bangunan

Rp. 1.500/M2

2) PagarRp. 750/M2

3) JembatanRp. 1.000/M2

264

Page 265: bupati barito utara

4) Turap SiringRp. 500/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 500/M2

6) Bak/TinjaRp. 1.500/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai

Rp. 1.500/M2

c. Tidak Permanen :1) Bangunan

Rp. 1.000/M2

2) PagarRp. 250/M2

3) JembatanRp. 1.000/M2

4) Turap SiringRp. 250/M2

5) Rabat/Selasar Rp. 250/M2

6) Bak/TinjaRp. 1.000/M2

7) Khusus bangunan bertingkat dihitungtiap lantai

Rp. 1.000/M2

Selain membayar restribusi Izin Mendirikan Bangunan, diwajibkan pula membayar uang sempadan yang besarnya sebagai berikut :

1. Bangunan Tidak Komersiala. Permanen :

Rp. 300/M2

b. Semi Permanen :Rp. 200/M2

c. Tidak permanenRp. 100/M2

2. Bangunan Komersiala. Permanen :

Rp. 500/M2

b. Semi Permanen :Rp. 300/M2

c. Tidak Permanen :Rp. 200/M2

265

Page 266: bupati barito utara

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN IIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSITEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

Biaya Retribusi Penerbitan Izin

Jenis Tempat Penjualan Tarif Retribusi (Rp.) Masa Retribusi

a. Minum di tempat ;1. Hotel / Penginapan Golongan A 4.500.000,- 1 (satu) Tahun

Golongan B 6.000.000,-Golongan C 7.500.000,-

2. Bar / Karaoke / Club Malam Golongan A 3.000.000,- 1 (satu) Tahun

266

Page 267: bupati barito utara

Golongan B 4.500.000,-Golongan C 6.000.000,-

3. Cafe / Restoran / Rumah Makan Golongan A 2.250.000,- 1 (satu) Tahun

Golongan B 3.000.000,-Golongan C 4.500.000,-

b. Tidak Minum di tempat ;Pengecer di Kios / Toko Golongan A 6.000.000,- 1 (satu) Tahun

Golongan B 9.000.000,-Golongan C 12.000.000,-

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN IIIPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

No. Luas Tempat Usaha Tarif Retribusi (Rp.) Masa Retribusi

a.

b.

c.

d.

e.

f.

g.

Luas antara 1 m² s/d 25 m²

Luas antara 25 m² s/d 50 m²

Luas antara 50 m² s/d 100 m²

Luas antara 100 m² s/d 200 m²

Luas antara 200 m² s/d 500 m²

Luas antara 500 m² s/d 1.000 m²

Luas lebih dari 1.000 m²

1.300,-/m2

1.150,-/m2

1.000,-/m2

850,-/m2

700,-/m2

600,-/m2

500,-/m2

1 (satu) Tahun

267

Page 268: bupati barito utara

Besarnya retribusi Izin Gangguan ditetapkan berdasarkan perkalian Luas Tempat Usaha (LTU) x Indeks Gangguan (IG) x Indeks Lokasi (IL) x Tarif Retribusi.

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

LAMPIRAN IVPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI IZIN TRAYEK PEDESAAN

A. TARIF RETRIBUSI IZIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT

No. Jenis Pelayanan IzinKapasitas/

Tempat Duduk

Tarif/ Kendaraan

(Rp)Masa

Retribusi1. Perizinan Baru Angkutan Umum :

Perizinan Baru Angkutan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur :1) Mobil Penumpang Umum2) Mobil Mini Bus

≤ 89 s/d 15

500.000750.000

5 Tahun

2. Registrasi Perizinan Angkutan Umum:Registrasi Perizinan Angkutan Umum Dalam Trayek Tetap Dan Teratur :1) Mobil Penumpang Umum2) Mobil Mini Bus

≤ 89 s/d 15

200.000 250.000

1 Tahun

268

Page 269: bupati barito utara

B. TARIF RETRIBUSI IZIN TRAYEK ANGKUTAN SUNGAI DAN PENYEBERANGAN

No. Jenis Pelayanan Izin Kapasitas/ Tempat Duduk

Tarif/ Kendaraan

(Rp)

Masa Berlaku

1. Perizinan Baru Angkutan Umum :Perizinan Baru Angkutan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur :1. Kapal barang/penumpang

2. Speed boat

3. Penyeberangan : Kapal penumpang/ barang

Speed boat

GT≤ 7 tonGT ≥ 7 ton

HP ≤ 115 pkHP ≥ 200 pk

GT≤ 7 tonGT ≥ 7 ton

HP ≤ 115 pkHP ≥ 200 pk

100.000150.000150.000200.000

100.000150.000150.000200.000

1 tahun1 tahun1 tahun1 tahun

5 tahun

2. Registrasi Perizinan Angkutan Umum:Registrasi Perizinan Angkutan Umum Dalam Trayek Tetap Dan Teratur serta kapal Penyeberangan :

Kapal penumpang/ barang

Speed boat

GT≤ 7 tonGT ≥ 7 ton

HP ≤ 115 pkHP ≥ 200 pk

50.000 75.00075.000

100.000

1 Tahun

269

Page 270: bupati barito utara

BUPATI BARITO UTARA,

Cap/ttd

ACHMAD YULIANSYAH

270