17
CA MAMMAE A. Pengertian Kanker payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus lafiferis atau lobulus pada payudara, membentuk massa yang padat, terbentuk tumor yang sering disebut neoplasma. Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya mempengaruhi fungsi normal. B. Etiologi - Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya serangkaian faktor genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui. - Perubahan genetik ini termasuk perubahan/mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein baik yang menekan/meningkatkan perkembangan kanker payudara. - Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormon steroid yang

CA Mammae Mission Complete

Embed Size (px)

DESCRIPTION

CA Mammae

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMMAEA. Pengertian

Kanker payudara adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ dalam tubuh ditandai dengan oleh proliferasi sel abnormal jaringan epitel pada duktus lafiferis atau lobulus pada payudara, membentuk massa yang padat, terbentuk tumor yang sering disebut neoplasma. Neoplasma kemudian menyebar ke jaringan sekitar dan akhirnya mempengaruhi fungsi normal.

B. Etiologi

Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya serangkaian faktor genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat menunjang terjadinya kanker. Bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan belum diketahui.

Perubahan genetik ini termasuk perubahan/mutasi dalam gen normal dan pengaruh protein baik yang menekan/meningkatkan perkembangan kanker payudara.

Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal hormon steroid yang dihasilkan ovarium (hormon estrodiol dan hormon progesteron).

Meskipun belum ada penyebab spesifik dari kanker payudara, para peneliti mengidentifikasi sekelompok faktor resiko sebagai berikut :

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara

Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% tiap tahun.

2. Anak perempuan/saudara perempuan (hubungan langsung keluarga) dari wanita dengan kanker payudara.

Resikonya meningkat 2x lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun. Resiko meningkat 4-6 x. Jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.

3. Menarche dini, resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum 12 tahun.

4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama wanita yang hanya anak pertama, setelah usia 30 tahun mempunyai resiko 2 x lipat dibanding dengan mereka yang punya anak sebelum 20 tahun.

5. Menopause pada usia lanjut (>50 tahun).

6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara di sekitar perubahan epitel prliferasi mempunyai resiko 2 x lipat untuk mengalami kanker payudara.

7. Pemajanan terhadap wanita setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun.

8. Obesitas, resiko terendah diantara wanita pasca menopause.

9. Kontrasepsi oral.

10. Therapi pengganti hormon.

Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada terapi pengganti hormon. Wanita yang menggunakan estrogen suplemen dalam jangka panjang mengalami peningkatan resiko. Sementara penambahan progesteron terhadap pengganti estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium. Hal ini tidak menurunkan resiko kanker payudara.

11. Masukan alkohol

Sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol, bahkan hanya dengan sekali minum dalam sehari. Resiko 2 x lipat diantara wanita yang minum alkohol 3 x/sehari. Temuan riset menunjukkan wanita muda minum alkohol lebih rentan mengalami kanker payudara (Brunner & Suddarth, Danielle Gale).

C. Tahapan Kanker Payudara

Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, nodus limfe yang terkena dan bukti adanya metastasis yang jauh. Sistem TNM diadaptasi oleh The America Joint Committee on Cancer Staging and Resuid Reformating. Pertahapan ini didasarkan pada fisiologi memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-tahapnya adalah sebagai berikut :

Tahap I : tumor kurang dari 2 cm, tidak mengalami nodus

Tahap II : tumor yang lebih besar dari 2 cm, kurang dari 5 cm, dengan nodus limfe terfiksasi negatif/positif. Tidak terdeteksi metastasis

Tahap III:tumor > 5 cm atau tumor dengan sembarang tempat yang menginvasi kulit/dinding, nodus limfe terfiksasi positif dalam area klavikular, tanpa bukti metastasit

Tahap IV : terdiri atas tumor dalam sembarang ukuran dengan nodus limfe normal/kankerlosa dan metastase janin

D. Tipe Kanker Payudara

1. Karsinoma duktal, menginfiltrasi.

Tipe paling umum (75%) bermetastasis di nodus axila, perognosa buruk.

2. Karsinoma lobuler menginfiltrasi (5-10%)

Terjadi penebalan pada salah satu/2 payudara bisa menyebar ke tulang, paru, hepar, otak.

3. Karsinoma medular (60%)

Tumor dalam capsul, dalam duktus, dapat jadi besar, tapi meluasnya lambat.

4. Kanker musinus (3%), menghasilkan lendir, tumbuh lambat, prognosis lebih baik.

5. Kanker duktus tubulen (2%)

6. Karsinoma inflamatom (1-2%) : jarang terjadi, gejala berbeda nyeri tekan dan sangat nyeri, payudara membesar dan keras, edema, retraksi puting susu, cepat berkembang

(Brunner & Suddart).

E. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

1. Fase awal : asimtomatik

2. Tanda umum : benjolan/penebalan pada payudara

3. Tanda dan gejala lanjut : kulit cekung

Retraksi/deviasi puting susu

Nyeri tekan/raba

Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk

Ulserasi pada payudara.

4. Tanda metastase : nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah

Batuk menetap

Anoreksia

BB turun

Gangguan pencernaan

Kabur

Sakit kepala

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Monografi

Menemukan kanker insito yang kecil yang tidak dapat dideteksi dengan pemeriksaan fisik.

2. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound.

Untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, respon pengobatan

3. Biopsi (aspirasi, eksisi)

Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan

4. Penanda tumor

Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein, HCG asam fosfat).

Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.

Reseptor estrogen/progesteron assay yang dilakukan pada jaringan payudara untuk memberikan informasi tentang manipulasi hormonal.

5. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah.

6. Foto toraks

7. USG

G. Pathways Kanker Payudara

H. Penatalaksanaan

Ada 3 kombinasi

Pembedahan

Kemoterapi

Radiasi

1. Pembedahan

Biopsi biasanya jenis pemebedahan pertama bagi seorang wanita dengan kanker payudara.

Tujuannya adalah menentukan bila ada masa malignasi dan untuk mengetahui jenis kanker payudara, ada 2 prosedur :

a. Prosedur satu tahap

Anestesi umum dengan potongan beku cepat, bila potongan memperlihatkan malignasi, ahli bedah melakukan mastektomi.

b. Prosedur 2 tahap : - biopsi dengan anestesi lokal

klien dipulangkan

2. Terapi Radiasi

Untuk pengobatan tahap 1 & 2

Keuntungan : kontrol tumor lokal/pemeliharaan payudara

Efek : Reaksi kulit

Fraktur tulang kosta

Pneumonitis

Limfodema

3. Kemoterapi

a. Cara pemberian obat sitostatika dapati dilakukan secara :

1) Per Oral (PO)

2) Sub Cutan (SC)

3) Intra Muskuler (IM)

4) Intra Arteri (IA)

5) Intra Vena (IV)

6) Intra Thecal (lewat fs. lumbal)

7) Intra peritongal (pleural)

b. Pemilihan vena dan tempat penusukan

1) Kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jaringan lunak

2) Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam (3 hari)

3) Vena yang cocok untuk penusukan terasa halus, lembut, cukup besar (jangan vena yang menonjol dan keras)

4) Vena yang baik dan sering digunakan : basilic, chepalic, metacarpal.

c. Persiapan kemoterapi

1) Ukur BB, TB, luas badan, darah lengkap, FS. Ginjal, Fs. Liver, gula darah urine lengkap, EKG, Thorax Ap/lat, ECSW, BMP.

2) Periksa program terapi yang digunakan, waktu pemberian obat sebelumnya.

3) Periksa nama klien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat.

4) Periksa informed concent (klien dan keluarga)

5) Siapkan obat sitostatika.

6) Siapkan cairan Na (L 0,9%, MA 5% atau intralit)

7) Pengalas plastik, kain

8) Gaun lengan dengan panjang, masker, topi, kacamata, sarung tangan, sepatu.

9) Spuit dispossible 5cc, 10 cc, 20 cc, 50 cc.

10) Set infus dan cateter kecil (ababat)

11) Alkohol 70% + kapasitas steril (suatu alkohol).

12) Bak spuit besar

13) Lebel obat

14) Pastik (pembuang bekas)

15) Kardex (catatan khusus)

d. Cara kerja :

1) Semua obat dicampur oleh staf farmasi (ahli), kemudian ke bangsal perawatan dalam tempat khusus tertutup. Perawat menerima dengan catatan : (nama klien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran).

2) Atau pencampuran dilakukan di ruang khusus tertutup.

Meja dialasi pengalas plastik dan kain.

Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kacamata dan sepatu

Ambil obat sitostatika SSI program, larutkan dengan NaCl 0,9%, Dextrose 5% atau intralit dan pastikan obat cukup.

Masukkan obat ke dalam flabot NaCl 0,9% atau dextrose 5%.

Jaga jangan sampai tumpah.

Buat label (nama klien, jenis obat, tanggal, jam pemberian, akhir pemberian).

Masukkan dalam kontrinen yang telah disediakan

Masukkan sampai pada kantong khusus (plastik).

e. Cara pemberian :

1) Periksa : nama klien, jenis obat, dosis, banyaknya cairan, cara pemberian, waktu pemberian.

2) Pakai proteksi

3) Lakukan teknik aseptik dan antiseptik

4) Pasang pengalas dan kain.

5) Berikan anti mual jam sebelum pemberian kemoterapi

6) Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9%

7) Berikan obat kanker pelan-pelan.

8) Bila selesai bilas dengan NaCl 0,9%.

9) Semua alat habis pakai masuk kantong plastik.

10) Buka kain proteksi, masukkan plastik.

11) Catat semua prosedur.

12) Awasi keadaan kline per jam.

(Barbara E, Reevens, Bronen & Sudden)

f. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan pembedahan

Tanda : S : Trauma pembedahan

O :( nadi, respirasi, akpasi wajah tegang, kesakitan.

Tujuan : Meredakan nyeri.

Intervensi : Kaji skalanya

Tinggikan lengan yang sakit dari siku (bahu)

Hindari pengukuran TD, infeksi, pengambilan darah di daerah yang sakit.

Anjurkan latihan aktif dan pasif pada lengan sakit.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi pembedahan dan efek radiasi.

Tanda : S :

O : Pengangkatan jaringan

Neting ada

Perubahan elastisitas kulit

Tujuan : Mempertahankan integritas kulit

Intervensi : Observasi daerah operasi

Inspeksi jumlah perdarahan, warna kulit

Lakukan ganti balut tiap hari

Jelaskan pada klien sensasi menurun pada area operatif

Jelaskan pada klien tanda-tanda infeksi.

3. Gangguan cairan tubuh berhubungan dengan mastektomi dan efek samping radiasi dan kemoterapi.

Terapi : S : Klien mengekspresikan perasaan malu/minder

O : Kehilangan payudara

Bentuk tubuh yang tidak bagus.

Intervensi :Berikan support pada klien untuk melihat insisi pembedahan

Fasilitas sistem pendukung keluarga (pasangan/keluarga) klien.

Jawab pertanyaan klien dan dampak yang diharapkan atas gaya hidup.

Evaluasi perasaan klien mengenal hilangnya payudara identitas seksual, hubungan citra tubuh.

Berikan kesempatan pada klien rasa berduka cita atas kehilangan payudara.

Izinkan klien untuk mengungkapkan emusi negatif (marah).

Anjurkan pada klien untuk komunikasi terbuka klien dengan keluarga.

Anjurkan klien untuk mengunjungi klien lain yang mempunyai penyakit yang sama, dengan kemampuan koping yang baik.

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan efek kemoterapi, radiasi.

Tanda : S :

O : Mual, muntah

Adanya stomatitis, diare

Anoreksia, BB (Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Intervensi : Kaji riwayat BB dulu dan pemasukan makan

Diskusikan antara pemasukan dan penurunan BB

Berikan teknik untuk mengatasi mual

Observasi adanya distensi abdomen

Sajikan makanan sesuai selera klien.

Kolaborasi antiemetik.

DAFTAR PUSTAKA

Gale, Danielle, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta.

Brunner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, volume 2, Jakarta, EGC.

Doengoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC.

Price, Anderson (1995), Patofisiologi Proses Penyakit, Edisi 4, Buku Kedua, Jakarta, EGC.

Simposium Keperawatan, (2003), Kemoterapi, Semarang.

Faktor resiko

Lingkungan

Hormonal

Faktor genetik

Hiperplasia sel

Perkembangan sel atipik

Carsinoma sel insitu

Massa

Non -Operatif

Operatif

Jaringan terputus

Radiasi

Sinostatika

Area sensorik/

motorik

Gangguan sistem gastro intestinal

Kekeringan muka

Post radioterapi

Kerusakan jaringan

Mual/muntah

< cairan

Nyeri

Gangguan integritas kulit

< perawatan diri karena imobil

BB ( nafsu makan (

Gangguan nutrisi

Kekeringan klj. rambut

Menekan bor morrow

Alopesia

Sist. hemopoltik terganggu

Ggn citra tubuh

Lekopenia

trombositupeni

Anemia

Resti infeksi

(Simposium keperawatan kemoterapi, 2003).