20
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 1. DEFINISI CACAT SUMBING Bibir sumbing dan langit-langit sumbing adalah kelainan kongenital yang sering ditemukan dan menyebabkan kelainan penampakan wajah dan gangguan bicara. 1) 2. KLASIFIKASI CACAT SUMBING Foramen insisivum dianggap sebagai penanda utama yang membagi cacat sumbing anterior dan posterior. Celah yang terletak di anterior dari foramen insisivum adalah bibir sumbing lateral, sumbing rahang atas, dan sumbing antara palatum primer dan sekunder. Cacat-cacat ini disebabkan oleh tidak menyatunya sebagian atau seluruh prominensia maksilaris dengan prominensia nasalis mediana di satu atau kedua sisi. Cacat yang terletak posterior dari foramen insisivum mencakup langit-langit (sekunder) sumbing dan uvula sumbing. Langit-langit sumbing terjadi karena gagalnya penyatuan bilah-bilah palatum yang mungkin disebabkan oleh ukurannya yang terlalu kecil, kegagalan bilah-bilah palatum untuk meninggi, hambatan terhadap proses penyatuan itu sendiri, atau kegagalan lidah untuk turun dari antara kedua bilah palatum karena mikrognatia. Kategori ketiga dibentuk oleh kombinasi celah yang terletak anterior serta posterior dari foramen insisivum. Sumbing anterior memiliki keparahan bervariasi dari cacat yang hampir tidak terlihat di vermilion bibir hingga 1

Cacat Sumbing 'bab 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Cacat Sumbing 'bab 2

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

1. DEFINISI CACAT SUMBING

Bibir sumbing dan langit-langit sumbing adalah kelainan kongenital yang

sering ditemukan dan menyebabkan kelainan penampakan wajah dan gangguan

bicara. 1)

2. KLASIFIKASI CACAT SUMBING

Foramen insisivum dianggap sebagai penanda utama yang membagi cacat

sumbing anterior dan posterior. Celah yang terletak di anterior dari foramen insisivum

adalah bibir sumbing lateral, sumbing rahang atas, dan sumbing antara palatum

primer dan sekunder. Cacat-cacat ini disebabkan oleh tidak menyatunya sebagian atau

seluruh prominensia maksilaris dengan prominensia nasalis mediana di satu atau

kedua sisi. Cacat yang terletak posterior dari foramen insisivum mencakup langit-

langit (sekunder) sumbing dan uvula sumbing.

Langit-langit sumbing terjadi karena gagalnya penyatuan bilah-bilah palatum

yang mungkin disebabkan oleh ukurannya yang terlalu kecil, kegagalan bilah-bilah

palatum untuk meninggi, hambatan terhadap proses penyatuan itu sendiri, atau

kegagalan lidah untuk turun dari antara kedua bilah palatum karena mikrognatia.

Kategori ketiga dibentuk oleh kombinasi celah yang terletak anterior serta posterior

dari foramen insisivum. Sumbing anterior memiliki keparahan bervariasi dari cacat

yang hampir tidak terlihat di vermilion bibir hingga perluasan ke hidung. Pada kasus

berat, sumbing meluas ke tingkat lebih dalam, membentuk celah di atas rahang atas,

dan maksila terbelah antara gigi seri lateral dan gigi taring. Sumbing semacam ini

biasanya meluas ke foramen insisivum. Demikian juga, sumbing posterior memiliki

keparahan bervariasi dari pembelahan seluruh palatum sekunder hingga pembelahan

hanya uvula.

Sumbing wajah oblik terjadi karena kegagalan prominensia maksilaris

menyatu dengan prominensia nasalis lateralis. Pada kelainan ini, duktus

nasolakrimalis biasanya terpajan ke permukaan.

Bibir sumbing (garis tengah) median, suatu kelainan yang jarang ditemukan,

disebabkan oleh penyatuan tak sempurna kedua prominensia nasalis mediana di garis

tengah. Anomali ini biasanya disertai oleh alur dalam di antara sisi kanan dan kiri

1

Page 2: Cacat Sumbing 'bab 2

hidung. Bayi dengan sumbing garis tengah sering mengalami retardasi mental dan

mungkin mengidap kelainan otak yang mencakup hilangnya struktur-struktur di garis

tengah dengan keparahan bervariasi. Hilangnya jaringan di garis tengah juga dapat

ssedemikian luas sehingga kedua ventrikel lateral menyatu (holoprosensefalus).

Cacat-cacat ini terjadi pada awal perkembangan, pada permulaan neurulasi (hari 19-

21) saat garis tengah otak depan sedang terbentuk. 1)

3. GANGGUAN YANG DIALAMI OLEH PENDERITA CACAT SUMBING

a. Gangguan asupan makanan

Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi

penderita labioschisis. Adanya labioschisis memberikan

kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada

payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi

dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan

kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang

ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada

bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi

dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu.

Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat

membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk

punggung bayi secara berkala juga dapat membantu. Bayi

yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil

pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi

dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan

penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini

dapat keluar dengan tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk

bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan masalah

pemberian makan/ asupan makanan tertentu.

b. Gangguan dental

Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin

mempunyai masalah tertentu yang berhubungan dengan

2

Page 3: Cacat Sumbing 'bab 2

kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada

area dari celah bibir yang terbentuk. 2) Gigi tidak akan tumbuh

secara normal, dan umumnya diperlukan perawatan khusus untuk

mengatasi hal ini. 3)

c. Infeksi telinga

Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk

menderita infeksi telinga karena terdapatnya abnormalitas

perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan

dan penutupan tuba eustachius.

d. Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga

memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot yang

mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat

menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka

didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi

(hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan

reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas

untuk menutup ruang atau rongga nasal pada saat bicara

mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal.

Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara,

sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan

kurang dapat bergerak sehingga selama berbicara udara

keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai kesulitan

untuk menproduksi suara atau kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh,

dan ch", dan terapi bicara (speech therapy) biasanya

sangat membantu. 2)

e. Gangguan psikologis

Bibir sumbing menyebabkan timbulnya rasa kurang percaya diri pada

penderita yang bisa menyebabkan stress dan terbatasnya hubungan sosial

dengan orang lain. 3)

3

Page 4: Cacat Sumbing 'bab 2

f. Gangguan pertumbuhan tulang muka 3)

4. FAKTOR PENYEBAB CACAT SUMBING

Bibir Sumbing merupakan kelainan formasi bibir akibat terganggunya fusi

(menyatunya) selama masa pertumbuhan intra uterine (dalam kandungan). Gangguan

fusi ini terutama terjadi pada trimester pertama kehamilan yang bisa disebabkan oleh

berbagai faktor yang dapat dibagi menjadi faktor herediter dan faktor eksternal.

a. Faktor herediter

Faktor herediter ini berarti menyangkut gen penyebab bibir sumbing yang

dibawa penderita. Hal ini dapat berupa :

Mutasi gen.

Kelainan kromosom : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat

dominan. 3)

b. Faktor eksternal / lingkungan

Faktor eksternal merupakan hal-hal diluar tubuh penderita selama masa

pertumbuhan dalam andungan yang mempengaruhi atau menyebaban

terjadinya bibir sumbing yaitu :

Pengaruh lingkungan juga dapat menyebabkan, atau

berinteraksi dengan genetika untuk memproduksi, celah

orofacial. Pada manusia, bibir sumbing janin dan kelainan

bawaan lain juga telah dihubungkan dengan hipoksia ibu,

seperti yang disebabkan oleh misalnya ibu merokok, ibu

penyalahgunaan alkohol atau beberapa bentuk pengobatan

hipertensi. 2)

Penyebab musiman (seperti eksposur pestisida)

Obat-obatan, seperti: Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin,

Fenasetin, Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat,

4

Page 5: Cacat Sumbing 'bab 2

Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-

langit. Retinoid (yang merupakan anggota vitamin A

keluarga), senyawa nitrat, obat-obatan antikonvulsan,

alcohol, obat-obatan terlarang (kokain, heroin, dll). 2)

Diet ibu dan asupan vitamin

Penggunaan rokok

Pelarut organik

Faktor usia ibu

Nutrisi, terutama pada ibu yang kekurangan folat

Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella

Radiasi

Stres emosional

Trauma (trimester pertama)

Kondisi ibu hamil yang mengalami rasa mual dan muntah berlebihan,

berisiko melahirkan bayi dengan bibir sumbing. 3)

5. PENANGANAN CACAT SUMBING

Bayi yang terlahir dengan bibir sumbing harus ditangani oleh klinisi dari

multidisiplin dengan pendekatan team-based, agar memungkinkan koordinasi efektif

dari berbagai aspek multidisiplin tersebut. Selain masalah rekonstruksi bibir yang

sumbing, masih ada masalah lain yang perlu dipertimbangkan yaitu masalah

pendengaran, bicara, gigi-geligi dan psikososial. Masalah-masalah ini sama

pentingnya dengan rekonstruksi anatomis, dan pada akhirnya hasil fungsional yang

baik dari rekonstruksi yang dikerjakan juga dipengaruhi oleh masalah-masalah

tersebut. Dengan pendekatan multidisipliner, tatalaksana yang komprehensif dapat

diberikan, dan sebaiknya kontinyu sejak bayi lahir sampai remaja. Diperlukan tenaga

spesialis bidang kesehatan anak, 4) diantaranya:

Ahli bedah plastik untuk memperbaiki bentuk bibir sehingga normal/

mendekati normal.

Ahli THT, untuk memantau dan atau memperbaiki kelainan sekitar hidung dan

telinga.

5

Page 6: Cacat Sumbing 'bab 2

Dokter gigi/Orthodontist untuk memantau dan atau memperbaiki kelainan

pertumbuhan gigi.

Speech therapist untuk membantu penderita agar dapat berbicara dengan

normal

Psikolog/Psikiater untuk menangani masalah psikologis yang timbul terutama

rasa rendah diri. 3)

Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya

diberikan sejak bayi tersebut lahir sampai berhenti tumbuh pada

usia kira-kira 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan

pada saat usia anak 3 bulan. 2)

Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu : 2)

1. Tahap sebelum operasi

Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah

ketahanan tubuh bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi

yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang

dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai

adalah rule of ten meliputi: berat badan lebih dari 10 pounds

atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari

10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada

beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar

kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak bertambah parah.

Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana

ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan

jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga

membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat

asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang

khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan

bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk

atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati

langit-langit yang terbelah.

6

Page 7: Cacat Sumbing 'bab 2

Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan

menggunakan plester khusus non alergenik untuk menjaga

agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses

tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi

kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah

pada prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi

pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika

hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik

tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.

2. Tahap sewaktu operasi

Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat

ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si bayi

menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan

oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir

sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih

mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6

bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut

maka pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga

kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi

kurang sempurna.

Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada

usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun

dan sebelum anak masuk sekolah. Palatoplasty dilakukan

sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai bicara

lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara

bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil

operasi dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal

atau tidak sengau sulit dicapai. Operasi yang dilakukan

sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech

teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada

saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa

7

Page 8: Cacat Sumbing 'bab 2

melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme

kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila

gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi

labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada

saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan dokter gigi /

orthodontist.

3. Tahap setelah operasi

Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi,

penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi

yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan

memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah

operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka

dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk

memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing

yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal

untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan

kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai,

fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau dan lafalisasi

beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech

teraphy pun tidak banyak bermanfaat.

6. PENCEGAHAN CACAT SUMBING

1. Menghindari merokok

Ibu yang merokok mungkin merupakan faktor risiko

lingkungan terbaik yang telah dipelajari untuk terjadinya celah

orofacial. Ibu yang menggunakan tembakau selama

kehamilan secara konsisten terkait dengan peningkatan resiko

terjadinya celah-celah orofacial. Mengingat frekuensi

kebiasaan kalangan perempuan di Amerika Serikat, merokok

dapat menjelaskan sebanyak 20% dari celah orofacial yang

terjadi pada populasi negara itu.

8

Page 9: Cacat Sumbing 'bab 2

Lebih dari satu miliar orang merokok di seluruh dunia

dan hampir tiga perempatnya tinggal di negara berkembang,

sering kali dengan adanya dukungan public dan politik tingkat

yang relatif rendah untuk upaya pengendalian tembakau.

(Aghi et al.,2002). Banyak laporan telah mendokumentasikan

bahwa tingkat prevalensi merokok pada kalangan perempuan

berusia 15-25 tahun terus meningkat secara global pada

dekade terakhir (Windsor, 2002). Diperkirakan bahwa pada

tahun 1995, 12-14 juta perempuan di seluruh dunia merokok

selama kehamilan mereka dan, ketika merokok secara pasif

juga dicatat, 50 juta perempuan hamil, dari total 130 juta

terpapar asap tembakau selama kehamilan mereka (Windsor,

2002). 2)

2. Menghindari alkohol

Peminum alkohol berat selama kehamilan diketahui

dapat mempengaruhi tumbuh kembang embrio, dan langit-

langit mulut sumbing telah dijelaskan memiliki hubungan

dengan terjadinya defek sebanyak 10% kasus pada sindrom

alkohol fetal (fetal alcohol syndrome). Pada tinjauan yang

dipresentasikan di Utah Amerika Serikat pada acara

pertemuan konsensus WHO (bulan Mei 2001), diketahui

bahwa interpretasi hubungan antara alkohol dan celah

orofasial dirumitkan oleh bias yang terjadi di masyarakat.

Dalam banyak penelitian tentang merokok, alkohol

diketemukan juga sebagai pendamping, namun tidak ada

hasil yang benar-benar disebabkan murni karena alkohol. 2)

3. Memperbaiki Nutrisi Ibu

Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan

trimester I kehamilan sangat penting bagi tumbuh kembang

9

Page 10: Cacat Sumbing 'bab 2

bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang normal dari

fetus.

a. Asam Folat

Peran asupan folat pada ibu dalam kaitannya enan celah

orofasial sulit untuk ditentukan dalam studi kasus-kontrol

manusia karena folat dari sumber makanan memiliki

bioavaibilitas yang luas dan suplemen asam folat biasanya

diambil dengan vitamin, mineral dan elemen-elemen lainnya

yang juga mungkin memiliki efek protektif terhadap terjadinya

celah orofasial. Folat merupakan bentuk poliglutamat alami

dan asam folat ialah bentuk monoglutamat sintetis.

Pemberian asam folat pada ibu hamil sangat penting pada

setiap tahap kehamilan sejak konsepsi sampai persalinan.

Asam folat memiliki dua peran dalam menentukan hasil

kehamilan. Satu, ialah dalam proses maturasi janin jangka

panjang untuk mencegah anemia pada kehamilan lanjut.

Kedua, ialah dalam mencegah defek kongenital selama

tumbuh kembang embrionik. Telah disarankan bahwa

suplemen asam folat pada ibu hamil memiliki peran dalam

mencegah celah orofasial yang non sindromik seperti bibir

dan/atau langit-langit sumbing. 2)

b. Vitamin B-6

Vitamin B-6 diketahui dapat melindungi terhadap

induksi terjadinya celah orofasial secara laboratorium pada

binatang oleh sifat teratogennya demikian juga kortikosteroid,

kelebihan vitamin A, dan siklofosfamid. Deoksipiridin, atau

antagonis vitamin B-6, diketahui menginduksi celah orofasial

dan defisiensi vitamin B-6 sendiri cukup untuk membuktikan

terjadinya langit-langit mulut sumbing dan defek lahir lainnya

pada binatang percoban. Namun penelitian pada manusia

10

Page 11: Cacat Sumbing 'bab 2

masih kurang untuk membuktikan peran vitamin B-6 dalam

terjadinya vitamin B-6. 2)

c. Vitamin A

Asupan vitamn A yang kurang atau berlebih dikaitkan

dengan peningkatan resiko terjadinya celah orofasial dan

kelainan kraniofasial lainnya. Hale adalah peneliti pertama

yang menemukan bahwa defisiensi vitamin A pada ibu

menyebabkan defek pada mata, celah orofasial, dan defek

kelahiran lainya pada babi. Penelitian klinis manusia

menyatakan bahwa paparan fetus terhadap retinoid dan diet

tinggi vitamin A jugadapat menghasilkan kelainan kraniofasial

yang gawat. Pada penelitian prospektif lebih dari 22.000

kelahiran pada wanita di Amerika Serikat, kelainan

kraniofasial dan malformasi lainnya umum terjadi pada wanita

yang mengkonsumsi lebih dari 10.000 IU vitamin A pada masa

perikonsepsional. 2)

4. Modifikasi Pekerjaan

Dari data-data yang ada dan penelitian skala besar

menyerankan bahwa ada hubungan antara celah orofasial

dengan pekerjaan ibu hamil (pegawai kesehatan, industri

reparasi, pegawai agrikulutur). Teratogenesis karena

trichloroethylene dan tetrachloroethylene pada air yang

diketahui berhubungan dengan pekerjaan bertani

mengindikasikan adanya peran dari pestisida, hal ini diketahui

dari beberapa penelitian. namun tidak semua.(35) Maka

sebaiknya pada wanita hamil lebih baik mengurangi jenis

pekerjaan yang terkait.

Pekerjaan ayah dalam industri cetak, seperti pabrik cat,

operator motor, pemadam kebakaran atau bertani telah

diketahui meningkatkan resiko terjadinya celah orofasial. 2)

11

Page 12: Cacat Sumbing 'bab 2

5. Suplemen Nutrisi

Beberapa usaha telah dilakukan untuk merangsang

percobaan pada manusia untuk mengevaluasi suplementasi

vitamin pada ibu selama kehamilan yang dimaksudkan

sebagai tindakan pencegahan. Hal ini dimotivasi oleh hasil

baik yang dilakukan pada percobaan pada binatang. Usaha

pertama dilakukan tahun 1958 di Amerika Serikat namun

penelitiannya kecil, metodenya sedikit dan tidak ada analisis

statistik yang dilaporkan. Penelitian lainnya dalam usaha

memberikan suplemen multivitamin dalam mencegah celah

orofasial dilakukan di Eropa dan penelitinya mengklaim bahwa

hasil pemberian suplemen nutrisi adalah efektif, namun

penelitian tersebut memiliki data yang tidak mencukupi untuk

mengevaluasi hasilnya. Salah satu tantangan terbesar dalam

penelitian pencegahan terjadinya celah orofasial adalah

mengikutsertakan banyak wanita dengan resiko tinggi pada

masa produktifnya. 2)

7. PROSENTASE BAYI BERIKUTNYA YANG MENGIDAP CACAT YANG

SAMA

Sebagian besar kasus bibir sumbing dan langit-langit sumbing bersifat

multifaktor. Bibir sumbing (sekitar 1/1000 kelahiran) terjadi lebih sering pada pria

(80%) daripada wanita; insidensnya sedikit meningkat sesuai usia ibu dan bervariasi

di antara berbagai populasi. Jika orang tua normal memiliki satu anak dengan bibir

sumbing, kemungkinan bayi berikutnya mengidap cacat yang sama adalah 4%. Jika

dua anak terkena, risiko pada anak berikutnya meningkat menjadi 9%. Jika salah satu

orang tua mengidap bibir sumbing dan memiliki satu anak dengan cacat yang sama,

kemungkina bahawa bayi berikutnya mengidap cacat serupa meningkat menjadi

adalah 17%.

Frekuensi langit-langit sumbing sebagai kelainan tersendiri jauh lebih rendah

daripada frekuensi bibir sumbing (1/2500 kelahiran), lebih sering ditemukan pada

12

Page 13: Cacat Sumbing 'bab 2

wanita (67%) daripada pria, dan tidak berkaitan dengan usia ibu. Jika orang tua

normal memiliki satu anak dengan langit-langit sumbing, kemungkinan anak

berikutnya terkena adalah 2%. Namun, jika terdapat anak dan saudara yang juga

terkena atau kedua orang tua mengidap langit-langit sumbing, kemungkinannya

masing-masing meningkat, menjadi 7% dan 15%. Pada wanita, bilah-bilah palatum

menyatu sekitar 1 minggu lebih lambat daripada pada pria. Perbedaan ini dapat

menjelaskan mengapa cacat langit-langit sumbing saja lebih sering terjadi pada wanita

daripada pria. Obat antikejang, misalnya fenobarbital dan difenilhidantion yang

diberikan selama kehamilan meningkatkan risiko langit-langit sumbing. 1)

8. MASALAH PSIKOLOGIS YANG TIMBUL

Memiliki bibir dan/atau langit-langit sumbing mengakibatkan

masalah psikososial. Sebagian besar anak yang telah dioperasi

celahnya dapat memiliki masa anak-anak yang bahagia dan

kehidupan sosial yang sehat. Namun, penting untuk diingat bahwa

pada remaja dengan bibir dan/atau langit-langit sumbing dapat

meningkatkan risiko adanya masalah psikososial khususnya yang

berkaitan dengan konsep diri, romantika, dan penampilan. Hal ini

penting bagi orang tua untuk menyadari permasalahan psikososial

anak remaja mereka agar dapat menghadapi masalahnya dan

mengetahui di mana mencari bantuan tenaga profesional jika

masalah timbul.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa masalah komunikasi

berhubungan dengan bibir dan langit-langit sumbing yang tampak

pada masa anak-anak. Penelitian perkembangan anak pada bibir

dan langit-langit sumbing pada infant dan toddler (anak baru bisa

berdiri dan berjalan), atau sejak lahir sampai usia 3 tahun,

menyatakan bahwa bibir sumbing pada todler memiliki penundaan

atau keterlambatan perkembangan dalam daerah bahasa ekspresif

pada usia 36 bulan. Respon negatif dari orang lain, secara nyata

atau hanya perasaan saja, dapat mempengaruhi kesan terhadap diri

sendiri. Penelitian menunjukkan bahwa pilihan untuk menarik

secara individual mempengaruhi harga diri, kompentensi sosial, dan

13

Page 14: Cacat Sumbing 'bab 2

penilaian terhadap daya tarik di masa depan. Daya tarik fisik

menunjukkan peran yang signifikan dalam kehidupan sosial seperti

membangun hubungan kekerabatan dalam setiap tahap kehidupan,

sekolah, romantika, kerja dan lain-lain. Penerimaan sosial seringkali

tergantung pada fisik seseorang. Hubungan tersebut antara

kecantikan secara fisik dan penerimaan sosial merupakan hambatan

pada orang dengan bibir dan langit-langit sumbing dalam

berkomunikasi.

Sudah menjadi bukti bahwa terdapat keterbatasan-

keterbatasan yang dimiliki orang dengan bibir dan langit-langit

sumbing mengalami berbagai kesulitan. Oleh karena itu,

keterbatasan tersebut dibangun dalam banyak periode waktu

karena masalah psikologis yang dihadapi. Sebagai contoh,

gangguan komunikasi pada individu dengan bibir dan langit-langit

sumbing tidak dihasilkan dari gangguan bicaranya (fonasinya)

namun dari masalah psikologis yang dapat mempengaruhi

keseluruhan perkembangan anak. Gangguan kecemasan dan

depresi dilaporkan mempunyai prevalensi dua kali lebih besar pada

orang dewasa bibir dan langit-langit sumbing dibandingkan kontrol

normal. Kecemasan, depresi dan palpitasi dilaporkan dua kali lebih

sering pada orang bibir dan langit-langit sumbing dibandingkan

dengan kontrol, dan masalah psikologis ini memiliki hubungan yang

kuat dengan hal-hal menyangkut penampilan, pertumbuhan gigi,

dialog, dan hasrat untuk pengobatan lebih lanjut. Masalah psikologis

yang didapat oleh anak dengan bibir dan langit-langit sumbing tidak

hanya terbatas pada anak/individualnya saja, tetapi juga pada orang

tuanya. Penelitian menunjukkan orang tuanya dapat mengalami

krisis mental, disebabkan latar belakang orang tuanya, juga stres

ketika membawa anak dengan bibir sumbing. 2)

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Cacat Sumbing 'bab 2

1. Sadler, T.W. 2006. Embriologi Kedokteran Langman Ed 10. Jakarta: EGC.

2. Epidemiologi bibir sumbing. Diunduh dari:

http://referensikedokteran .blogspot.com/2010/10/epidemiologi-bibir-

sumbing.html

3. Kenapa Bibir Bisa Sumbing?. Diunduh dari:

http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/02/kenapa-bibir-bisa-sumbing

4. Bibir Sumbing. Diunduh dari:

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/104/bibir-sumbing

15